6
 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat prenatal, karena: (1) penelitian telah membuktikan bahwa perkembangan otak dimulai pada masa utero dan meningkat pesat pada trimester kedua dan ketiga kehamilan (Dhopeswarkar 1983); (2) bayi yang lahir dari ibu yang menderita defisiensi zat gizi mempunyai risiko yang lebih besar mengalami BBLR (berat badan lahi r rendah). Bayi dengan berat badan lahi r rendah (BBLR) mempunyai risiko yang lebih besar meninggal pada usia 1 tahun, dan kalaupun mampu bertahan mempunyai risiko yang lebih besar menderita penyakit degeneratif pada usia yang relatif muda dibandingk an bayi lahir dengan berat normal (Barker et al . 1993), oleh karena itu penanggulangan masalah gizi hanya pada anak balita dan usia sekolah dianggap terlambat dan kurang efisien. Pemenuhan kebutuhan gizi manusia dapat diperoleh melalui sumber hewani maupun nabati. Pangan hewani merupakan sumber gizi yang dapat diandalkan untuk mendukung perbaikan gizi masyara kat. Pangan hewani mempunyai keunikan yang menyebabkan kelompok pangan ini tergolong sebagai pangan bermutu tinggi. Keunikan tersebut dikarenakan pangan hewani memiliki kandungan asam amino esensial yang lengkap, mengandung zat besi yang mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang tinggi. Wanita hamil dan menyusui membutuhkan asupan gizi tambahan dan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh dan pertumbuhan bayi. Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik selama masa kehamilan dan menyusui dapat mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan, kadar gula darah, dan tekanan darah sehingga dapat menghindarkan pengaruh negatif terhadap ibu dan bayi. Pemenuhan kebutuhan gizi selama kehamilan dapat diperoleh dengan mengkonsumsi pangan hewani seperti ikan, salah satunya adalah ikan lele, karena ikan lele memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti sumber energy, protein, lemak, kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi (Fe), natrium tiamin (B1), riboflavin (B2) dan niasin.

BAB I Pendahuluan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penanggulangan masalah gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas

    sumberdaya manusia yang paling baik adalah pada masa menjelang dan saat

    prenatal, karena: (1) penelitian telah membuktikan bahwa perkembangan otak

    dimulai pada masa utero dan meningkat pesat pada trimester kedua dan ketiga

    kehamilan (Dhopeswarkar 1983); (2) bayi yang lahir dari ibu yang menderita

    defisiensi zat gizi mempunyai risiko yang lebih besar mengalami BBLR (berat

    badan lahir rendah). Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai

    risiko yang lebih besar meninggal pada usia 1 tahun, dan kalaupun mampu

    bertahan mempunyai risiko yang lebih besar menderita penyakit degeneratif

    pada usia yang relatif muda dibandingkan bayi lahir dengan berat normal (Barker

    et al. 1993), oleh karena itu penanggulangan masalah gizi hanya pada anak

    balita dan usia sekolah dianggap terlambat dan kurang efisien.

    Pemenuhan kebutuhan gizi manusia dapat diperoleh melalui sumber hewani

    maupun nabati. Pangan hewani merupakan sumber gizi yang dapat diandalkan

    untuk mendukung perbaikan gizi masyarakat. Pangan hewani mempunyai

    keunikan yang menyebabkan kelompok pangan ini tergolong sebagai pangan

    bermutu tinggi. Keunikan tersebut dikarenakan pangan hewani memiliki

    kandungan asam amino esensial yang lengkap, mengandung zat besi yang

    mudah diserap, dan mempunyai nilai cerna protein yang tinggi.

    Wanita hamil dan menyusui membutuhkan asupan gizi tambahan dan

    energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh dan pertumbuhan

    bayi. Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik selama masa kehamilan dan

    menyusui dapat mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat

    badan, kadar gula darah, dan tekanan darah sehingga dapat menghindarkan

    pengaruh negatif terhadap ibu dan bayi. Pemenuhan kebutuhan gizi selama

    kehamilan dapat diperoleh dengan mengkonsumsi pangan hewani seperti ikan,

    salah satunya adalah ikan lele, karena ikan lele memiliki kandungan gizi yang

    dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti sumber energy, protein, lemak, kalsium

    (Ca), fosfor (P), zat besi (Fe), natrium tiamin (B1), riboflavin (B2) dan niasin.

  • 2

    Ikan sebagai bahan pangan hewani memiliki beberapa keunggulan

    dibandingkan sumber protein lainnya diantaranya kandungan protein yang cukup

    tinggi, dalam tubuh ikan tersusun oleh asam amino yang berpola mendekati

    kebutuhan asam amino tubuh manusia, selain itu daging ikan mengandung

    sejumlah mineral dan vitamin yang diperlukan tubuh (Khomsan 2004).

    Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak diminati

    serta dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan. Harganya

    yang terjangkau membuat ikan lele terdistribusi secara merata hampir di seluruh

    pelosok tanah air. Salah satu jenis ikan yang populer di masyarakat adalah lele.

    Lele memiliki berbagai kelebihan sehingga termasuk ikan yang paling mudah

    diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya pertumbuhannya cepat,

    memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak

    dan kandungan gizinya cukup tinggi (Azhar et al. 2006).

    Tepung ikan merupakan salah satu produk pengolahan hasil sampingan

    ikan. Usaha pengolahan tepung tulang ikan memerlukan banyak bahan baku

    ikan segar karena rendemennya relatif kecil. Sampai saat ini penggunaan tepung

    ikan belum dilakukan secara maksimal. Kegunaan utama tepung ikan masih

    sebatas bahan campuran pakan ternak (Moeljanto 1982).

    Pembuatan tepung ikan berbahan dasar ikan lele dapat menjadi suatu

    bentuk alternatif bahan pangan. Selain memiliki daya simpan yang cukup lama

    dibandingkan dengan ikan segar, bentuk yang berupa tepung diharapkan

    menjadikan tepung ikan lebih fleksibel dalam pemanfaatannya, selain itu tepung

    ikan juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan biskuit.

    Muchtadi (1989) mendefinisikan fortifikasi pangan adalah penambahan satu

    atau lebih zat gizi ke dalam bahan pangan. Tujuan utama adalah untuk

    meningkatkan konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan dan meningkatkan

    status gizi populasi. Peran pokok dari fortifikasi pangan adalah mencegah

    defisiensi. Dengan demikian dapat menghindari terjadinya gangguan yang

    membawa kepada penderita

    Usaha untuk memperbaiki gizi buruk pada wanita hamil adalah melalui

    asupan nutrisi makanan yang kuat sebelum mereka tahu dirinya hamil, karena

    nutrisi yang cukup setelah kehamilan terjadi tidak dapat mengkompensasikan

    ketidakcukupan asupan nutrisi selama kehamilan. Meski dalam jumlah sekecil

    apapun kekurangan nutrisinya. Salah satu cara yang paling efektif untuk

    melakukan pemenuhan gizi terhadap wanita hamil adalah dengan menyediakan

  • 3

    makanan siap saji yang mempunyai kandungan nutrisi yang cukup selama

    kehamilan, mudah dalam penyajiannya dan mempunyai masa simpan yang

    cukup lama serta berdimensi tidak terlalu besar.

    Biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan

    penambahan bahan makanan lain, dengan proses pemanasan dan pencetakan

    (BSN 1992). Biskuit dipilih sebagai salah satu jenis makanan yang

    diformulasikan sebagai makanan berkalsium tinggi dengan penambahan satu

    atau lebih zat gizi untuk meningkatkan status gizi wanita hamil. Pemilihan produk

    biskuit didasarkan juga karena biskuit mudah dibuat dalam skala rumah tangga

    maupun industri dan dengan pertimbangan penerimaan bagi masyarakat dan

    dalam segala tingkatan ekonomi.

    1.2 Perumusan masalah

    Masalah gizi mikro, terutama kurang energi protein, telah mendominasi

    perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Kurang Energi Protein (KEP)

    adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak

    cukup mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan.

    Sampai sekarang KEP merupakan masalah yang masih memprihatinkan

    (Soekirman 2000).

    Semakin tinggi pengetahuan seseorang, khususnya dalam bidang gizi dan

    kesehatan maka semakin mengerti pentingnya kesehatan, dan akibatnya

    semakin baik kesehatan serta status gizi wanita hamil. Permasalahan lainnya,

    pada wilayah pedesaan masih banyak wanita hamil yang kurang memiliki

    pengetahuan mengenai kesehatan pada masa kehamilann tersebut.

    Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat

    pada peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

    konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan

    penurunan nutrisi mikro seperti asam folat, vitamin A, dan zat besi (Fe). Pada

    kebanyakan negara berkembang, perubahan ini dapat diperburuk oleh

    kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak pada defisiensi nutrisi

    mikro (seperti kasus-kasus gangguan penutupan jaringan saraf tulang belakang

    dan kondisi dimana otak janin tidak dapat terbentuk normal) yang dapat dikurangi

    hingga 50% dan 85% jika wanita hamil mendapat asupan cukup asam folat

    sebelum dan saat proses kehamilan (Soekirman 2000).

    Pemenuhan nutrisi mikro asam folat bisa ditemukan pada sayuran hijau

    (brokoli, bayam dan lobak cina), kacang-kacangan, gandum, susu, biji-bijian,

  • 4

    buah-buahan (jeruk, stroberi, alpukat, semangka, nenas), hati sapi dan telur.

    Sumber zat besi dapat diperoleh dari sumber nabati dan hewani. Sumber nabati

    seperti bayam, brokoli, tahu (kedelai), sereal, kentang, labu-labuan dan buah-

    buahan kering (kismis,prune, apricot), sedangkan sumber hewani dapat

    diperoleh dengan mengkonsumsi daging merah, daging unggas, hati

    (ayam/sapi), telur, ikan (tuna, sarden, salmon), dan kerang-kerangan. vitamin A

    adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh

    manusia. untuk memperolehnya harus di ambil dari sumber diluar tubuh terutama

    dari sumber alam baik nabati maupun hewani. Sumber nabati dapat diperoleh

    melalui sereal (jagung kuning), umbi-umbian (ubi kuning, ubi jalar merah, ubi

    rambat merah), biji-bijian (kacang ercis dan kacang merah), sayuran (wortel,

    gandaria, kacang panjang, kankung, kol cina, labu kuning bakung, bayam, bunkil

    daun talas, genjer, daun jambu, daun jambu mete, daun kacang panjang), buah-

    buahan (apel, kesemek, mangga, pepaya, pisang, sowa serta sukun). Sumber

    hewani dapat diperoleh dengan mengkonsumsi daging ayam, bebek, ginjal

    domba, hati sapi, hati ayam, dan berbagai jenis ikan (baronang, cakalang, gabus,

    lele, rajungan, dan tongkol), dan telur.

    Wanita memerlukan asupan gizi tambahan untuk menjaga kesehatan

    selama masa kehamilan dan kesehatan bayi yang akan dilahirkan,

    mengkonsumsi pangan hewani seperti ikan dapat membantu memenuhi

    kebutuhan zat gizi tersebut. Ikan merupakan sumber energi, lemak protein dan

    zat besi yang baik bagi wanita hamil. Kandungan gizi ikan lele disajikan dalam

    Tabel 1.

    Tabel 1 Kandungan zat gizi pada ikan lele.

    Jenis Zat Gizi Bagian ikan yang dapat

    dimakan Ikan segar utuh

    Kadar air (%) 78,5 47,1 Sumber Energi (cal) 90,0 54,0 Protein (g) 18,7 11,2 Lemak (g) 1,1 0,7 Kalsium (Ca) (mg) 15,0 9,0 Posfor (P) (mg) 260,0 156,0 Zat besi( Fe) (mg) 2,0 1,2 Natrium (mg) 150,0 90,0 Tiamin ( Vit B1) 0,1 0,06 Riboflavin (Vit B2) (mg) 0,05 0,03 NiaSin (mg) 2,0 1,2

    Sumber : FAO (1972) diacu dalam Andi (2011)

  • 5

    Selain sumber alami, pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro selama masa

    prenatal biasanya diperoleh dengan mengkonsumsi susu, obat-obatan dan

    suplemen kehamilan. Diantara beberapa kehamilan, terdapat ibu yang

    mengalami kendala dalam mengkonsumi obat-obatan dan suplemen secara rutin

    diantaranya disebabkan oleh alergi, kebiasaan/habit dan menurunnya selera

    makan yang dipengaruhi oleh emosi yang tidak stabil.

    Untuk mengatasi masalah tersebut, pada penelitian ini akan membuat

    formula biskuit dengan memfortifikasikan kebutuhan zat gizi mikro. Pada

    penelitian akan dilakukan dengan mengaplikasikan produk dalam bentuk pakan,

    kemudian dilakukan pengujian secara biologis (in vivo) dengan menggunakan

    mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan. Adapun diagram alir

    kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran dan batasan penelitian

    : batasan penelitian

    Kendala Penelitian 1. Jumlah sampel 2. Waktu dan biaya 3. Kepatuhan responden

    Kendala pada masa prenatal : 1. Alergi 2. Habit (Ngidam) 3. Selera 4. Jenuh 5. Emosi

    1. Buah-buahan 2. Sayur mayur 3. Daging 4. Susu 5. Obat-obatan dan

    suplemen

    Kebutuhan asupan gizi : 1. Asam folat 2. Vitamin A 3. Zat besi,

    Makanan pendamping dengan Fortifikan

    Formula dengan tepung ikan lele dumbo, Asam folat vitamin A, dan zat

    besi (Fe)

    Perubahan Biokimia Darah

    Mencit

    Formula Biskuit F1

    Tepung kepala dengan fortifikan

    asam folat vitamin A, dan zat besi (Fe)

    Formula Biskuit F2 Tepung kepala non fortifikan

    Formula Biskuit F3

    Tepung badan dengan fortifikan

    asam folat vitamin A, dan zat besi (Fe)

    Formula Biskuit F4 Tepung badan non fortifikan

    Formula Biskuit F5

    Pakan komersil ayam ras pedaging

    sebagai kontrol

    Hewan percobaan Mencit

    ( Mus mucuslus)

  • 6

    1.3 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas dikemukakan

    hipotesis sebagai berikut : 1) Mencit yang bunting dan diberi pakan yang

    difortifikasi dengan asam folat, vitamin A, dan zat besi (Fe) mempunyai

    perubahan terhadap status gizinya dibandingkan dengan mencit yang tidak

    difortifikasi. 2) Tepung ikan lele merupakan sumber pangan hewani yang baik

    dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. 3)

    Konsumsi formula biskuit yang difortifikasi akan mempengaruhi kesehatan

    selama kebuntingan.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kontribusi zat gizi pada

    formula sampel dengan pemanfaatan tepung ikan lele sebagai alternatif sumber

    protein dan difortifikasi dengan asam folat, vitamin A serta zat besi (Fe) terhadap

    kebuntingan mencit.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang

    pemanfaatan ikan lele dalam bentuk tepung kepala dan tepung badan yang

    diolah menjadi produk biskuit yang difortifikasi dengan asam folat, vitamin A, dan

    zat besi (Fe) terutama bagi pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro bagi wanita

    pada masa kehamilan dan menyusui.