Upload
muhammad-azis
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi pendidikan telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
Ayat 1, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. ” Dari rumusan
tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang harus
direncanakan secara matang dalam suatu sistem yang baik. Pendidikan yang
direncanakan dengan matang dalam suatu sistem pendidikan yang baik, hal itu
tertuang dalam sebuah penerapan kurikulum.
Pendidikan diarahkan untuk terwujudnya proses pembelajaran dalam
suasana belajar, yang berarti terbentuknya masyarakat belajar (learning society).
Dalam hal ini peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, atau
berarti penekanan pada sifat kemandirian peserta didik. Semua upaya tersebut
ditujukan pada pengembangan kekuatan spiritual keagamaan (ranah religious-
spiritual); pengendalian diri dan kepribadian (ranah psikologis-emosional);
kecerdasan (ranah intelektual); akhlak mulia (ranah etika dan moralitas);
keterampilan (ranah professional); yang diperlukan dirinya (ranah individual),
masyarakat (ranah social), dan bangsa dan Negara (ranah politik). Jadi,
1
2
pendidikan di Indonesia memiliki demensi yang luas, mulai dari individual,
social, psikologi, spiritual, etika-moralitas, intelektual, professional, sampai ke
politik kebangsaan. (Sonhadji, 2013:92).
Pendidikan yang diarahkan dan direncanakan dengan matang merupakan
salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam suatu sistem pendidikan banyak komponen yang mempengaruhi
keterlaksanaan suatu pendidikan, yang salah satunya adalah guru. Seorang guru
dalam pendidikan memegang peranan yang penting. Guru tidak hanya dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman teoretis tapi juga harus memiliki
kemampuan praktis. Kedua hal ini sangat penting karena seorang guru dalam
pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan materi semata tetapi juga harus
berupaya agar mata pelajaran yang sedang disampaikan menjadi kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami bagi siswa. Apabila guru
tidak dapat menyampaikan materi dengan tepat dan menarik, dapat menimbulkan
kesulitan belajar bagi siswa, sehingga mengalami ketidaktuntasan dalam
belajarnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
pesat, maka dituntut adanya perkembangan segala bidang, salah satunya adalah
bidang pendidikan. Tantangan masa depan dalam abad ke-21 ini tentang
perkembangan pengetahuan dan teknologi antara lain peradapan tentang
perkembangan teknologi yang semakin pesat dan pengembangan kurikulum
kearah yang lebih baik, untuk itu diperlukan adanya peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang mampu bersaing dalam era globalisasi. Di era globalisasi saat
ini, kemajuan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengetahuan kurikulum,
3
metode pembelajaran yang digunakan, serta karakteristik gaya belajar siswa yang
berubah seiring dengan diberlakukannya kurikulum yang baru. Untuk
menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu
pendidikan. Kemajuan tersebut harus ditopang dengan sumber daya manusia
yang memiliki tanggung jawab dan integritas yang tinggi. Suatu bangsa akan
maju apabila memiliki insan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
dan diiringi dengan moralitas yang baik. Untuk itu diperlukan tahapan-tahapan
berupa peningkatan intelektual dan kualitas keterampilan kerja. Guna mencapai
hal tersebut diperlukan adanya perubahan dibidang pendidikan yang meliputi
gaya belajar siswa, kemampuan mengajar guru dan kurikulum yang digunakan
dalam pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, iklim
perpolitikan yang kurang kondusif, juga mempengaruhi perkembangan
pendidikan di Indonesia, bahkan cenderung mengarah pada kebebasan yang
kurang terkendali telah menimbulkan berbagai masalah dalam berbagai
kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam tatanan akar rumput (grass-root), hal
tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan masalah sosial. Dalam tatanan
nasional; jika dalam bidang pertambangan dan perekonomian, pemerintah terus-
menerus melakukan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM), maka dalam
bidang pendidikan sepertinya terus-menerus mengotak-atik kurikulum.
Pendidikan di Indonesia terus berubah, dengan alasan untuk mencapai pendidikan
yang maksimal, salah satu perubahan adalah tentang penerapan Kurikulum 2013
yang mulai diterapkan pada Juli 2013 menggantikan kurikulum yang lama
4
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Wacana perubahan digulirkan
ketika pendidikan sedang mengalami berbagai kesemrawutan (chaos) dan
ketimpangan, baik secara kuantitas, kualitas, maupun dalam kaitannya dengan
efektivitas dan relevansi pendidikan, bahkan ada yang menyatakan bahwa
pendidikan kita sangat kacau, tidak jelas arah dan tujuannya.
Dengan perubahan kurikulum maka saat ini juga telah terjadi pergeseran
paradigma pembelajaran dari behavioristik (teacher centered) menuju
konstruktivistik (student centered). Hal tersebut juga akan mempengaruhi proses
pembelajaran di sekolah tak terkecuali proses pembelajaran pada paket keahlian
Teknik Komputer dan Jaringan. Peran guru dalam kelas tidak lagi sebagai sumber
informasi, tetapi sebagai fasilitator yang kreatif dan mampu memotivasi siswa
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam proses belajar. Jadi
tugas guru yang utama adalah membantu siswa dalam belajar dan siswa dibiarkan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam pembelajaran konstruktivisme
siswa sebagai objek proses pembelajaran tidak menerima begitu saja pengetahuan
yang didapatkan, tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuannya secara
individual. Kegiatan pembelajaran tidak hanya merupakan suatu proses
pengalihan pengetahuannya, tapi juga melibatkan adanya transfer keterampilan
dan kemampuan siswa. Siswa dituntut untuk mampu berpikir kritis, menganalisis,
membandingkan, menggeneralisasikan, membuat hipotesis sampai mengambil
kesimpulan dari masalah yang ada, dimana semua itu sudah tertuang dalam
kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Aktivitas yang kreatif dan iniovatif
dari siswa merupakan faktor yang penting sebagai penentu keberhasilan belajar,
5
disamping faktor-faktor lain diantaranya peran guru, pengawasan kepala sekolah
dan ketersediaan sarana prasarana dalam proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses hasil belajar menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment) yaitu
pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik
untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-
komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen
tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran,
mekanisme penilain, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana,
prasarana, pembiyaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Implementasi Kurikulum 2013 menuntut kerja sama yang optimal
diantara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan
menuntut kerjasama yang kompak di antara para anggota tim. Kerjasama antara
para guru sangat penting dalam proses pendidikan yang akhir-akhir ini
mengalami perubahan yang sangat pesat. Implementasi Kurikulum 2013 akan
dilaksanakan secara terbatas dan bertahap, mulai tahun ajaran 2013 (Juli 2013)
6
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV untuk
SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK. Semula kurikulum 2013 akan
diimplementasikan pada 30% SD , dan 100% untuk SMP , SMA,dan SMK,
sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah menggunakan dan
mengembangakan kurikulum baru, baik negeri maupun swasta. Apa yang
diungkapkan diatas berdasarkan asumsi kurikulum 2013 dapat diterapkan pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan dan berbagai ranah pendidikan, sesuai dengan
surat keputusan Kemendikbud tentang implementasi Kurikulum 2013 tahun
2013.
Penerapan Kurikulum 2013 di Indonesia menginjak 2 tahun pelaksanaan
Kurikulum 2013 tetapi sudah banyak diterpa dengan masalah, salah satunya
adalah kalayakan penerapan kurikulum 2013, yang diragukan kelayakannya
dapat menggantikan kurikulum lama, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Banyak pihak mengasumsikan bahwa penerapan Kurikulum 2013 terlalu
mendadak dan terkesan dipaksakan. Puncaknya adalah pada pertengahan tahun
2014, seiring dengan pergantian tapuk pemerintahan di Indonesia, yang diikuti
dengan pergantian jajaran menteri tak terkecuali menteri pendidikan dan
kebudayaan. Bapak Anies Baswedan selaku menteri pendidikan dan kebudayaan
yang baru menginstruksikan untuk meninjau ulang penerapan Kurikulum 2013,
dengan keluarnya peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik
Indonesia nomor 160 tahun 2014, tentang “Pemberlakuan Kurikulum 2006 Dan
Kurikulum 2013”. Dalam Permendikbud tersebutkan disebutkan bahwa “Satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan
7
Kurikulum Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015
sampai ada ketetapan dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013,
dan Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah
melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan
Kurikulum 2013”. Dengan keluarnya permendikbud tersebut menteri pendidikan,
akan meninjau ulang dan mengevaluasi penerapan Kurikulum 2013, yang
nantinya akan menjadi pertimbangan apakah Kurikulum 2013 tetap dilanjutkan
atau diganti dengan kurikulum baru.
Evaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 bisa ditinjau dari pemahaman
guru, komitmen guru, dukungan sumber belajar dan hasil belajar. Pemahaman
guru terhadap esensi Kurikulum 2013 merupakan faktor penting, agar guru dapat
melaksanakan Kurikulum 2013 secara sitematis dan berkelanjutan menuju pada
target sosok pembelajaran yang komprehensif dan efektif. Dalam pemahaman
guru terdapat proses pembelajran yang pada dasarnya merupakan interaksi
pedagogik antara guru, siswa, materi, dan lingkungannya. Penerapan Kurikulum
2013 sendiri baru dilaksanakan di kota Malang pada bulan Juli 2013.
Evaluasi berisikan informasi yang menggambarkan secara keseluruhan
kinerja dalam proses belajar mengajar. Evaluasi adalah sumber informasi bagi
stakeholder pendidikan untuk mengetahui pencapaian kinerja dalam proses
belajar mengajar sekaligus menentukan kebijakan pendidikan maupun keputusan
dalam pengembangan kurikulum pada periode selanjutnya”. Tujuan melakukan
evaluasi sangat tergantung pada kebutuhan pihak-pihak yang melakukannya.
Evaluasi kurikulum dipergunakan untuk kepentingan: “(1) umpan balik siswa; (2)
mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan; (3) sebagai informasi
8
untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan kurikulum; (4) membantu
siswa dalam mengambil keputusan; (5) menjelaskan tujuan yang ingin dicapai;
dan (6) membantu pihak lain dalam mengambil keputusan terkait dengan peserta
didik selanjutnya”.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 Tahun
2014 menjelaskan bahwa “Evaluasi Kurikulum 2013 dilakukan terhadap
implementasi Kurikulum 2013. Evaluasi Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai kesesuaian antara implementasi kurikulum
dengan dokumen kurikulum. Dokumen kurikulum merupakan sekumpulan
dokumen yang berfungsi sebagai perangkat operasional kurikulum yang meliputi:
a) Dokumen kurikulum setiap satuan pendidikan atau program pendidikan, b)
Dokumen kurikulum setiap mata pelajaran, c) Pedoman implementasi kurikulum,
d) Buku teks pelajaran, e) Buku panduan guru, dan f) Dokumen kurikulum
lainnya. Implementasi kurikulum merupakan proses realisasi desain kurikulum
yang diterjemahkan dalam aspek-aspek penyediaan perangkat dokumen, buku
pelatihan, pendampingan, dan monitoring untuk kelancaran pelaksanaan
pembelajaran. Evaluasi kurikulum 2013 mencakup:
a) Evaluasi implementasi kurikulum terbatas, yang berarti evaluasi terhadap
muatan atau mata pelajaran, untuk tingkat kelas, dan/atau untuk satuan
pendidikan tertentu.
b) Evaluasi implementasi kurikulum penuh, yang berarti evaluasi terhadap
muatan pembelajaran atau mata pelajaran untuk seluruh tingkat kelas
dan/atau seluruh satuan pendidikan.
9
Evaluasi kurikulum menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan instrumen yang sudah divalidasi sesuai dengan model yang
diterapkan untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan. Model evaluasi
kurikulum yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif meliputi: a) Evaluasi
berbasis tujuan, b) Pendekatan sistem, c) Penilaian akuntabilitas. Evaluasi
kurikulum 2013 yang dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya evaluasi
formatif yang digunakan untuk pengambilan keputusan perbaikan implementasi
kurikulum. Evaluasi formatif dilakukan setelah implementasi kurikulum secara
terbatas atau secara penuh.
Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti ingin mengetahui “EVALUASI
PENERAPAN KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PROSES
PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN
JARINGAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOTA MALANG”.
Penelitian ini akan memfokuskan kajian secara teliti pada kegiatan mengevaluasi
proses pembelajaran dalam kelas selama pelaksanaan kurikulum 2013 pada bulan
juli 2013 apakah sudah menerapkan kurikulum 2013 pada proses pembelajaran
pada sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang khususnya jurusan Teknik
Komputer dan Jaringan serta ingin mengungkapkan hasil evaluasi yang telah
dilakukan, sehingga diketahui apakah sudah memenuhi standar atau belum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang
teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
10
1. Bagaimana pemahaman guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada
Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar Kurikulum
2013.
2. Apakah kualitas siswa sebagai pihak penerima penerapan kurikulum 2013
pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar
Kurikulum 2013.
3. Apakah kualitas manajemen sekolah dalam penerapan Kurikulum 2013 pada
Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang sesuai dengan standar kurikulum
2013.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan tujuan
dari evaluasi penerapan kurikulum 2013 pada paket keahlian teknik komputer
dan jaringan mata pelajaran jaringan dasar pada sekolah sasaran kota malang
yaitu untuk mengevaluasi:
1. Kesesuaian pemahaman guru dalam menerapkan kurikulum 2013 pada
Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar kurikulum
2013.
2. Kesesuaian kualitas siswa sebagai pihak penerima penerapan kurikulum
2013 pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar
kurikulum 2013.
3. Kesesuaian kualitas manajemen sekolah dalam penerapan kurikulum 2013
pada Sekolah Menengah Kejuruan Kota Malang dengan standar kurikulum
2013.
11
D. Manfaat Penelitian
Merujuk dari tujuan penelitian ini yang telah dikemukan, manfaat
penelitian yang diharapkan adalah:
1. Manfaat teoritis, sebagai wacana dan sumber bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis:
a) Bagi Siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bervariasi
dan menyenangkan yang dapat meningkatkan keterlibatan atau keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan juga diharapkan melalui penelitian
ini siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar dan siswa dapat bekerjasama
dalam kelompok, sekaligus bisa aktif dalam kelas.
b) Bagi Guru, sebagai bahan referensi guru untuk dapat memahami kurikulum
2013 serta dalam menyusun pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum
2013, dimana sistem pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa serta
dapat menerapkan secara tepat, sehingga diharapkan hasil belajar siswa akan
lebih meningkat.
c) Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan bekal dalam mempersiapkan diri dalam profesi keguruannya khususnya
dalam proses belajar TKJ dimasa akan datang, dan juga dapat mengetahui
hasil belajar siswa yang diajar dengan kurikulum 2013, metode
pembelajaran yang tepat dan bisa mengetahui gaya belajar siswa setelah
diterapkannya kurikulum 2013.
d) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini akan diberikan kepada pihak SMKN 2
Malang, SMKN 3 Malang, SMKN 4 Malang, SMKN 6 Malang sebagai
bahan pertimbangan sekolah dan diharapkan dapat memberikan tambahan
12
referensi tentang pengembangan kurikulum 2013 dan motode pembelajaran
untuk pembelajaran TKJ.
E. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kurikulum 2013 pada
siswa kelas XI paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan pada Sekolah
Menengah Kejuruan kota Malang yang mencakup tiga komponen (Guru,
Siswa, Manajemen Sekolah).
2. Lokasi penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan yang berstatus sekolah
cluster, yaitu di SMKN 2 Malang, SMKN 3 Malang SMKN 4 Malang dan
SMKN 6 Malang pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan.
3. Variabel penelitian ini adalah tiga komponen penerapan kurikulum 2013,
yaitu (a) Guru, (b) Siswa dan (c) Manajemen Sekolah Sasaran.
4. Subjek penelitian ini yaitu guru dan siswa paket Keahlian Teknik Komputer
dan Jaringan untuk tingkat XI serta manajemen Sekolah Menengah Kejuruan
yang berstatus sekolah Cluster, yaitu Kepala Sekolah dan Waka Sarana
Prasarana.
5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket.
F. Definisi Operasional
Evaluasi penerapan kurikulum 2013 bertujuan untuk mengevaluasi
penerapan kurikulum 2013, khususnya pada tiga komponen penerapan kurikulum
2013, yaitu (a) Guru, (b) Siswa, (c) Manajemen sekolah, dalam hal ini adalah
13
Kepala Sekolah dan waka Sarana Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan kota
Malang.
1. Guru
Sebagaimana kita ketahui bahwa guru hanyalah gerbang pengetahuan,
bukan merupakan sumber pengetahuan. Dengan demikian, guru harus mampu
menunjukkan sumber-sumber pengetahuan tersebut kepada peserta didik. Salah
satu wawasan yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah wawasan kurikulum,
dalam hal ini adalah kurikulum 2013, karena dalam kurikulum 2013 guru adalah
ujung tombang pendidikan yang harus mampu sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran.
2. Siswa
Siswa atau peserta didik adalah subjek dalam pendidikan, Siswa atau
peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang
tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan
tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,
berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri. Siswa sangat
perlu diperhatikan karena berkenaan langsung dengan penerapan kurikulum
2013, dan siswalah yang menerima efek langsung dari penerapan kurikulum
2013.
3. Perangkat Pembelajaran
Perubahan kurikulum pada tahun 2013 terkait dengan upaya mengubah
substansi dan proses pembelajaran dalam upaya membentuk peserta didik yang
berkarakter dan memiliki daya saing. Proses pembelajaran yang seharusnya
dilakukan harus menggunakan perubahan pola piker. Pola pikir tersebut harus
14
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Ridwan A. S, 261:
2014). Pentingnya RPP dalam proses pembelajaran adalah sebagai acuan atau
rencana pembelajaran yang akan guru ajarkan dalam kelas.
4. Kepala Sekolah
Dalam konteks kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari
pengembangan SDM Kepala sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja
berbasis Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi Kinerja yang harus diperankan
oleh Kepala Sekolah mesti dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya
peningkatan Kompetensi baik secara individu maupun organisasi. Kompetensi
yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya sebagai
Manajer dan Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun
Kompetensi-Kompetensi tersebut mencakup: a) Kompetensi Kepribadian, b)
Kompetensi manajerial, c) Kompetensi Kewirausahaan, d) kompetensi Supervisi,
e) Kompetensi Sosial.
5. Dukungan Sarana dan Prasarana
Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam
membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang
dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan
pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang
proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam
menunjang proses belajar mengajar: 1) perpustakaan, 2) sarana penunjang
15
kegiatan kurikulum, dan 3) prasarana dan sarana kegiatan ekstrakurikuler dan
mulok.