3
BAB I PENDAHULUAN Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior. Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional dari sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar air mata menuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologis menyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebut dengan dakriosistitis. Dakriosistitis diklasifikasikan menjadi akut, kronis dan kongenital. Dakriosistitis akut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan pada regio kantus medial, sedangkan pada dakriosistitis infeksi kronis dari sakus lakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagian sakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis akut dan kronis, ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk khusus dari dakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses embriogenesis dari sistem eksresi lakrimal. Dakriosistitis dapat disebabkan oleh karena adanya infeksi dari mikroorganisme, baik bakteri gram positif maupun

BAB I Pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat dakriosistitis

Citation preview

Page 1: BAB I Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa kelenjar

lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus

lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior. Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah

terjadi infeksi dan inflamasi karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri

dari dua permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal,

di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional dari

sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar air mata menuju ke cavum

nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologis menyebabkan terjadinya peradangan

pada sakus lakrimal yang biasa disebut dengan dakriosistitis.

Dakriosistitis diklasifikasikan menjadi akut, kronis dan kongenital. Dakriosistitis akut

ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan pada regio kantus medial,

sedangkan pada dakriosistitis infeksi kronis dari sakus lakrimal ditandai dengan adanya

epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagian sakus lakrimal dan disertai dengan demam.

Selain dakriosistitis akut dan kronis, ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan

bentuk khusus dari dakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses

embriogenesis dari sistem eksresi lakrimal.

Dakriosistitis dapat disebabkan oleh karena adanya infeksi dari mikroorganisme, baik

bakteri gram positif maupun gra, negatif. Dakriosistitis akut seringkali disebabkan oleh

Bakteri Gram positif Staphylococcus aureus. Selain itu, dari golongan bakteri Gram negatif,

Pseudomonas sp. juga merupakan penyebab terbanyak terjadinya dakriosistitis akut dan

kronis. Penegakan diagnosis dakriosistitis dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang sering digunakan yaitu Anel

Test, Fluorescein clearance test dan Jones dye test.

Tatalaksana untuk dakriosistitis berbeda-beda tergantung dari usia penderitanya dan

kategori penyakitnya. Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan

masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan antibiotik

amoxicillin/clavulanate atau cefaclor dan dapat pula diberikan antibiotik topikal dalam

bentuk tetes (moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau menggunakan sulfonamid 4-5

kali sehari.

Page 2: BAB I Pendahuluan

Pada orang dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan kompres

hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Pemberian

antibiotik sistemik seperti Amoxicillin dan chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap 6

jam). Untuk mengatasi nyeri dan radang, dapat diberikan analgesik oral (acetaminofen atau

ibuprofen), bila perlu dilakukan perawatan di rumah sakit dengan pemberian antibiotik secara

intravena, seperti cefazoline tiap 8 jam. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.

Dakriosistitis kronis pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara melakukan irigasi dengan

antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat diperbaiki dengan cara pembedahan jika

sudah tidak radang lagi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan pada dakriosistitis

adalah dacryocystorhinostomy (DCR).

Dakriosistitis sangat sensitif terhadap antibiotika namun masih berpotensi terjadi

kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak ditangani secara tepat, sehingga

prognosisnya adalah dubia ad malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu

dengan dakriosistorinostomi eksternal atau dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat

jarang terjadi sehingga prognosisnya dubia ad bonam.