9
1 Tambangan Asri, Kecamatan Mijen Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah hunian atau tempat tinggal yang mempunyai peran yang sangat strategis. Hunian tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh tapi juga mempunyai fungsi yang lebih luas sebagai sarana peningkatan kualitas dan pembinaan keluarga, pusat pendidikan keluarga, serta banyak lagi fungsi lainnya. Demikian juga dengan permasalahan perumahan dan permukiman yang tidak boleh hanya dipandang sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi sebagai permasalahan yang berkaitan dengan aspek kehidupan bermasyarakat yang meliputi aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, teknologi, dan ekologi. Pembangunan rumah yang berkualitas akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup. Dengan sendirinya setiap orang akan berusaha memperbaiki, mengembangkan rumahnya sesuai dengan tuntutan kebutuhannya (Kuswartojo dkk, 2005). Suatu rumah harus dibangun sesuai dengan karakteristik penghuninya. Kebutuhan masing-masing orang akan

Bab i Pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pandahuluan

Citation preview

Page 1: Bab i Pendahuluan

1

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah hunian atau tempat tinggal yang

mempunyai peran yang sangat strategis. Hunian tidak hanya berfungsi sebagai tempat berteduh

tapi juga mempunyai fungsi yang lebih luas sebagai sarana peningkatan kualitas dan pembinaan

keluarga, pusat pendidikan keluarga, serta banyak lagi fungsi lainnya. Demikian juga dengan

permasalahan perumahan dan permukiman yang tidak boleh hanya dipandang sebagai

permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi sebagai permasalahan

yang berkaitan dengan aspek kehidupan bermasyarakat yang meliputi aspek ekonomi, sosial,

budaya, politik, teknologi, dan ekologi.

Pembangunan rumah yang berkualitas akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

hidup. Dengan sendirinya setiap orang akan berusaha memperbaiki, mengembangkan

rumahnya sesuai dengan tuntutan kebutuhannya (Kuswartojo dkk, 2005). Suatu rumah harus

dibangun sesuai dengan karakteristik penghuninya. Kebutuhan masing-masing orang akan

Page 2: Bab i Pendahuluan

2

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

rumah sangat beragam dan berbeda. Seorang petani akan membangun rumah yang sesuai

dengan karakteristiknya sebagai seorang petani, seperti membangun ruang khusus untuk

menyimpan hasil panennya. Seseorang yang profesinya berjualan juga akan membangun rumah

yang selain berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus sebagai tempat berjualan. Begitu juga

halnya dengan orang-orang yang berprofesi sebagai nelayan, peternak dan profesi lainnya.

Mereka akan membangun rumah untuk mendukung aktivitas mereka yang berbeda-beda pula.

Tingkat status sosial pun bisa mempengaruhi seseorang membangun dan

mengembangkan rumah mereka. Antara orang miskin dan orang kaya akan menghasilkan

rumah yang berbeda pula. Bagi orang miskin asalkan telah memiliki rumah sekedar sebagai

tempat berteduh sudah cukup bagi mereka. Orang kaya akan membangun rumah yang mampu

menggambarkan tingkat kehidupan sosial mereka yang tinggi. Begitu juga antara keluarga besar

dan keluarga kecil. Mereka akan berusaha membangun rumah sesuai dengan besar kecilnya

kebutuhan keluarga mereka.

Keterbatasan kemampuan dan keterbatasan akses perbankan menyebabkan masyarakat

miskin kesulitan dalam menyediakan perumahan yang layak bagi keluarga mereka. Tingginya

harga lahan dan bangunan mengakibatkan mahalnya biaya pembangunan sebuah rumah.

Membangun sebuah rumah sekaligus sesuai dengan kebutuhan jelas merupakan suatu

pekerjaan yang sulit dan hampir tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat miskin. Sebagian

besar penghasilan masyarakat miskin telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar

mendesak seperti makan, minum, kesehatan dan pendidikan. Hanya sebagian kecil saja atau

hampir tidak ada yang tersisa untuk kebutuhan lain seperti untuk kebutuhan perumahan.

Permasalahan perumahan bagi golongan ekonomi lemah dialami oleh seluruh negara

dibelahan dunia. Negara maju dengan perekonomian yang tinggi pun seperti Amerika Serikat

menghadapi masalah yang sama. Ketersediaan subsidi perumahan bagi masyarakat miskin yang

tidak sesuai dengan besarnya kebutuhan nyata di lapangan menyebabkan terjadinya persaingan

untuk memperoleh bantuan dari pemerintah. Pada tahun 2008 golongan masyarakat Extremely

Low Income “ELI” yang jumlahnya 9 juta orang harus bersaing untuk memperebutkan 6,2 juta

rumah sewa yang terjangkau bagi mereka (Pelletiere et. al, 2008).

Berbagai program telah diusahakan oleh pemerintah agar masyarakat miskin dan

berpenghasilan rendah bisa mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau. Berbagai strategi

telah dilakukan oleh pemerintah seperti pembangunan rumah sederhana sehat murah

Page 3: Bab i Pendahuluan

3

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

bersubsidi, pembangunan rusunawa dan rusunami bersubsidi, bantuan kredit bunga rendah dan

lain sebagainya. Keterbatasan kemampuan pemerintah menyebabkan berbagai program

tersebut tidak mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat miskin. Beranjak dari masalah

tersebut diatas maka muncul teknik pembangunan rumah inti (core housing) yang diperuntukan

bagi keluarga miskin. Salah satu negara yang pernah menerapkan konsep rumah inti (core

housing) bagi warganya yang miskin adalah Canada. Canada Mortgage and Housing Corporation

“CMHC” yang merupakan badan perumahan Pemerintahan Federal Canada menyatakan Konsep

Rumah Inti adalah adequate, suitable, affordable. (Cooperative Housing Federation of Canada,

2007). Maksud dari konsep rumah inti tersebut adalah:

1. Adequate dwelling maksudnya adalah hunian dapat ditempati tanpa memerlukan

perbaikan yang besar.

2. Suitable dwelling maksudnya adalah memiliki kamar tidur memadai dari segi ukuran

bagi seluruh anggota keluarga.

3. Affordable dwelling maksudnya adalah biaya yang dibutuhkan untuk angsuran atau

sewa rumah inti tidak lebih dari 30 % pendapatan bersih penghuni tiap bulannya

(terjangkau).

Bila diamati secara seksama konsep rumah inti di atas maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa rumah inti yang dibangun merupakan rumah siap pakai tanpa memerlukan

perbaikan atau perluasan yang berarti, memiliki standar minimum sehingga terjangkau oleh

penghasilan penghuni yang rendah dengan kecukupan kamar yang memadai dalam menjaga

privasi anggota keluarga.

Konsep rumah inti sebagai rumah yang terjangkau bagi masyarakat miskin juga telah di

terapkan di Indonesia. Rumah inti merupakan embrio dari rumah jadi yang diharapkan

pertumbuhannya menjadi rumah sehat yang memenuhi syarat berikut (Kepmenkimpraswil No.

403/KPTS/M/2002):

1. 1 (satu) ruang tidur yang memenuhi persyaratan keamanan dengan bagian bagiannya

tertutup oleh dinding dan atap serta memiliki pencahayaan yang cukup.

2. 1 (satu) ruang serbaguna merupakan ruang kelengkapan rumah dimana didalamnya

dilakukan interaksi antara keluarga dan dapat melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.

Ruang ini terbentuk dari kolom, lantai dan atap, tanpa dinding sehingga merupakan

ruang terbuka.

Page 4: Bab i Pendahuluan

4

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

3. 1 (satu) kamar mandi/kakus/cuci

Apabila diamati syarat rumah inti menurut aturan di atas terlihat bahwa terdapat

perbedaan yang mencolok dengan konsep rumah inti yang diterapkan di Canada. Konsep rumah

inti di Indonesia tidak memperhatikan jumlah dari anggota keluarga dan membutuhkan

perbaikan atau pertumbuhan yang besar sebelum layak untuk dihuni. Rumah inti hanya cocok

untuk keluarga yang belum punya anak, keluarga kecil atau keluarga yang anak-anaknya masih

kecil. Untuk keluarga besar dengan anggota keluarga yang didominasi oleh remaja dan

dewasajelas rumah ini harus dikembangkan agar bisa berfungsi sebagai tempat pembinaan

keluarga.

Dalam rumah dibutuhkan ruang-ruang tertentu yang sifatnya bisa menjaga privasi

masing-masing anggota keluarga. Melihat kondisi diatas agar bisa berfungsi sebagai mestinya

maka rumah inti harus tumbuh secepatnya setelah dihuni. Seperti halnya di daerah lain di

Indonesia, pengadaan perumahan di kota Semarang hanya mampu dilakukan oleh masyarakat

berpenghasilan menengah keatas. Masyarakat yang berpenghasilan rendah dan miskin kesulitan

untuk membangun rumahnya sendiri akibat keterbatasan kemampuan. Kelompok ini biasanya

menumpang di rumah orang tua atau mertua ataupun menempati rumah orang lain dengan

status sewa. Sangat banyak rumah di Kota Semarang yang ditempati oleh beberapa kepala

keluarga dalam satu rumah sehingga luas rumah yang ada tidak lagi memadai untuk ditempati

oleh banyak anggota keluarga.

Beranjak dari kondisi tersebut di atas, usaha untuk mencarikan solusi tepat, efektif dan

efisien dalam menangani masalah perumahan yang dihadapi masyarakat miskin dan

berpenghasilan rendah tersebut agar memiliki tempat tinggal yang layak sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia (basic needs) dianggap perlu untuk dilakukan. Hal ini diwujudkan

dengan cara melakukan perencanaan “Konsep Pembangunan Baru Rumah Layak Huni untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)” yang berlokasi di Kota Semarang. Penentuan

wilayah studi didasarkan pada hasil skoring dan juga potensi yang terdapat pada wilayah studi.

Lokasi yang diambil untuk menerapkan konsep tersebut merupakan lahan kosong

dengan rencana pengembangan berupa kawasan permukiman (berdasarkan RDTRK Semarang –

BWK IX) yang berada di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Alasan

pemilihan wilayah studi di Kelurahan Tambangan adalah ketersediaan lahan; arahan

pemanfaatan lahan yang berdasarkan RDTRK Semarang sebagai kawasan permukiman;

Page 5: Bab i Pendahuluan

5

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

merupakan salah satu akses utama menuju Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal; serta harga

lahan di Kelurahan Tambangan yang memenuhi untuk dilakukan pembangunan rumah yang

terjangkau dari segi harga jual.

1.2. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan “Konsep Pembangunan Baru Rumah Layak Huni untuk

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Semarang adalah untuk melakukan

penyediaan rumah tinggal yang sesuai dengan konsep Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan

Rumah Sehat Sederhana (RSS), sehingga masyarakat yang memiliki penghasilan rendah

pun tetap berkesempatan untuk memiliki hunian yang layak tanpa mengesampingkan

aspek aksesibilitas, kenyamanan, dan keamanan.

b. Sasaran

Untukmencapaitujuanpenelitianmakasasaran yang hendakdicapaiadalah:

- Identifikasi kebutuhan rumah inti tumbuh (RIT) dan rumah sehat sederhana (RSS)

dengan mempertimbangkan ketersediaan lahan di Kelurahan Tambangan,

Kecamatan Mijen.

- Identifikasi konsep pemberdayaan masyarakat yang akan digunakan dalam

merencanakan pembangunan rumah inti tumbuh (RIT) dan rumah sehat sederhana

(RSS) di wilayah studi.

- Melakukan analisis kebutuhan ruang terhadap rumah inti tumbuh (RIT) dan rumah

sehat sederhana (RSS)

- Melakukan perencanaan dan pembuatan konsep rumah

- Melakukan perencanaan tapak lingkungan perumahan

- Menyusun rencana anggaran pembiayaan (RAB)

- Menyusun timeline program kegiatan

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini terdiri atas ruang lingkup materi dan wilayah. Ruang lingkup

materi bertujuan membatasi materi pembahasan, sedangkan ruang lingkup wilayah

bertujuan membatasi lingkup wilayah studi yang akan dibahas.

a. Ruang Lingkup Materi

Page 6: Bab i Pendahuluan

6

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

Dalam penyusunan laporan ini, substansi pembahasan akan dibatasi pada pembahasan

konsep pembangunan Rumah Inti Tumbuh (RIT) dan Rumah sehat Sederhana (RSS)

yang digunakan sebagai konsep rumah yang akan dikembangkan dalam penyediaan

rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR); konsep pemberdayaan

masyarakat dalam penyediaan rumah MBR; dan kajian detail konsep termasuk

didalamnya pembuatan rencana tapak lingkungan perumahan, rencana anggaran

pembiayaan (RAB), serta penyusunan timeline program kegiatan.

b. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah studi yang akan dibahas adalah lokasi lahan kosong yang memiliki

luas 5,7 Ha. Rencana lokasi lahan tersebut terletak di Kelurahan Tambangan, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang. Berikut adalah peta deliniasi wilayah studi yang akan digunakan

sebagai lokasi perencanaan pembangunan rumah untuk masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR):

Sumber: Google Earth : 2012

Gambar 1.1 Peta Rencana Lokasi Lahan

Page 7: Bab i Pendahuluan

7

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

1.4. Metodologi

1.4.1. Pendekatan Umum

Secara umum Metode Pendekatan yang dilakukan adalah :

1. Pendekatan terhadap rencana pembiayaan permukiman di wilayah studi yaitu

Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen dengan melakukan analisis rencana

anggaran pembiayaan (RAB) terhadap konsep perumahan yang telah disusun.

2. Pendekatan terhadap tingkat kebutuhan masyarakat akan rumah dan sarana

prasarananya, dengan melakukan analisis kebutuhan ruang serta penyusunan

rencana konsep rumah serta rencana tapak lingkungan perumahan pada wilayah

studi yang dikaitkan dengan pembiayaan bagi pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman di KelurahanTambangan, KecamatanMijen.

3. Pendekatan terhadap aspek kelembagaan, yang terkait dengan pembiayaan

kawasan permukiman dengan melakukan Kajian terhadap sistem kelembagaan

serta peraturan-peraturan yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman dalam menerapkan Community based Housing

Development di Kelurahan Tambangan, Kecamatan Mijen.

1.4.2. PendekatanTeknis

Dalam Pelaksanaan Penyusunan Laporan Konsep Pembangunan Baru Rumah

Layak Huni untuk MBR di Kota Semarang, perlu dianalisis permasalahan terkait

pembiayaan dalam bidang Penyediaan Perumahan dan Permukiman dalam rangka

memberikan rekomendasi dan arahan berupa indikasi program bagi

pengembangan perumahan dan permukiman MBR dengan konsep Rumah Inti

Tumbuh (RIT) dan Rumah Sehat Sederhana (RSS) di Kelurahan Tambangan,

Kecamatan Mijen.

Page 8: Bab i Pendahuluan

8

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

1.5. Kerangka Pikir

Sumber: Analisis Kelompok 1, 2013

Gambar 1.2 Kerangka Pikir

Deliniasi Wilayah Studi

Justifikasi Wilayah Studi

Identifikasi Kebijakan Pengembangan Kawasan

Identifikasi Karakteristik Penduduk Penghuni Kawasan Perumahan

Penyusunan Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Analisis Kebutuhan Ruang

Rencana tapak Lingkungan Perumahan

Rencana dan Konsep Perumahan

Rencana Anggaran Pembiayaan (RAB)

Perumahan

Penyusunan Indikasi Program dan Timeline Kegiatan

INPUT

ANALISIS

OUTPUT

Page 9: Bab i Pendahuluan

9

Tambangan Asri, Kecamatan Mijen

Eky, Lia, Dea, Syafii, Kety, Afiet

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai penjelasan latar belakang permasalahan studi,

permasalahan yang terungkap dalam studi, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup

materi dan wilayah, serta sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN LITERATUR

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan perumahan dan

permukiman yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan analisis

laporan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Bab ini berisi tentang deliniasi dan justifikasi penentuan lokasi lahan berdasarkan

hasil skoring, pembahasan mengenai kebijakan pengembangan kawasan

perencanaan yang terletak di BWK IX Kota Semarang, dan juga karakteristik

penduduk yang menghuni kawasan perumahan.

BAB IV ANALISIS DAN KONSEP RENCANA PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERBASIS

MASYARAKAT

Bab ini membahas mengenai konsep pemberdayaan masyarakat yang akan

dikembangkan disertai dengan analisis kebutuhan ruang serta rencana dan konsep

perumahan, rencana tapak lingkungan perumahan, rencana anggaran biaya (RAB)

dan timeline program kegiatan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan isi laporan yang telah disusun

dan disertai pemberian rekomendasi terkait dengan Community based Housing

Development di Kota Semarang, disesuaikan dengan konsep yang diambil.