12
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perang antara Israel dan Lebanon Selatan bermula ketika pasukan Hizbullah melakukan serangan udara (operasi True Promise) ke wilayah kota Shlomi perbatasan Israel Utara dan menembakkan roket ke arah Angkatan Pertahanan Israel IDF (Israeli Defence Force). IDF yang sedang melakukan patroli di perbatasan menjadi korban yang mengakibatkan delapan tentara IDF tewas serta ditangkapnya dua tentara lainnya (Ehud Goldwasser dan Elgad Regev). Tentara Hizbullah juga menembakkan roket dan mortil secara beruntun ke wilayah utara Israel lainnya sebagai suatu pengalihan perhatian pada waktu yang sama. 1 Israel membalas menyerang Lebanon dengan menggunakan alasan penawanan dua tentara Israel oleh Hizbullah dalam suatu serangan lintas perbatasan. Menurut pejabat Israel diduga kedua tentara itu dibawa ke Iran. Hizbullah berencana melakukan penukaran tawanan dalam membebaskan warga Lebanon dan Palestina yang ditahan Israel. Serangan besar Israel ini diluar dugaan Hizbullah yang sebelumnya memperkirakan Israel hanya akan membalasnya dengan Operasi Komando untuk membalas menculik anggota Hizbullah,seperti yang sebelumnya pernah dilakukan. Tampaknya Israel telah lama mempersiapkan serangan ini atas dukungan dari Amerika Serikat, sebagai penjajakan untuk serangan berikutnya ke Iran. Hizbullah membalas kembali dengan meluncurkan roket-roket ke kawasan utara Israel. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan serangan akan dihentikan jika Hizbullah membebaskan dua tentara Israel yang disandera. Israel menuduh Hizbullah telah meluncurkan 130 roket dalam waktu 48 jam yang menyebabkan 1 “Lebanon Tolak Draf Resolusi” http://www.suaramerdeka.com/harian/0608/07. htm

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perang antara Israel dan Lebanon Selatan bermula ketika pasukan Hizbullah

melakukan serangan udara (operasi True Promise) ke wilayah kota Shlomi

perbatasan Israel Utara dan menembakkan roket ke arah Angkatan Pertahanan Israel

IDF (Israeli Defence Force). IDF yang sedang melakukan patroli di perbatasan

menjadi korban yang mengakibatkan delapan tentara IDF tewas serta ditangkapnya

dua tentara lainnya (Ehud Goldwasser dan Elgad Regev). Tentara Hizbullah juga

menembakkan roket dan mortil secara beruntun ke wilayah utara Israel lainnya

sebagai suatu pengalihan perhatian pada waktu yang sama.1

Israel membalas menyerang Lebanon dengan menggunakan alasan penawanan

dua tentara Israel oleh Hizbullah dalam suatu serangan lintas perbatasan. Menurut

pejabat Israel diduga kedua tentara itu dibawa ke Iran. Hizbullah berencana

melakukan penukaran tawanan dalam membebaskan warga Lebanon dan Palestina

yang ditahan Israel. Serangan besar Israel ini diluar dugaan Hizbullah yang

sebelumnya memperkirakan Israel hanya akan membalasnya dengan Operasi

Komando untuk membalas menculik anggota Hizbullah,seperti yang sebelumnya

pernah dilakukan. Tampaknya Israel telah lama mempersiapkan serangan ini atas

dukungan dari Amerika Serikat, sebagai penjajakan untuk serangan berikutnya ke

Iran. Hizbullah membalas kembali dengan meluncurkan roket-roket ke kawasan utara

Israel.

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan serangan akan dihentikan

jika Hizbullah membebaskan dua tentara Israel yang disandera. Israel menuduh

Hizbullah telah meluncurkan 130 roket dalam waktu 48 jam yang menyebabkan

1 “Lebanon Tolak Draf Resolusi” http://www.suaramerdeka.com/harian/0608/07.htm

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

2

belasan warga tewas dan ratusan lainnya luka-luka.2 Di saat yang sama, milisi

Hizbullah meminta Israel segera menghentikan agresi militernya di wilayah Palestina.

Namun, Israel sejak awal menolak berkompromi, dan kemudian melancarkan

serangan ke sejumlah kamp milik Fatah dan Hamas. Termasuk beberapa lokasi yang

dicurigai potensial untuk melarikan Kopral Gilad Shalit dari tempat penyergapannya

di selatan Gaza.3

Dalam tujuh malam berturut-turut sejak penculikan tentara Israel, Jalur Gaza

digempur serangan udara. Israel berusaha meningkatkan aksi militernya untuk

membebaskan anggotanya. Selain dari darat, militer Israel menggempur Beirut dari

udara. Sebuah kawasan pinggiran kota yang banyak dihuni kelompok Hizbullah

hancur. Jembatan diwilayah Akkar, beberapa tempat di lembah Bekaa, serta ruas

jalan dekat perbatasan Suriah juga tidak luput dari serangan peluru kendali Israel.4

Akibatnya distribusi makanan dan obat-obatan bagi warga sipil sulit disalurkan.

Menurut Perdana Menteri Lebanon Fouad Siniora, dalam serangan itu sepertiga dari

jumlah korban tewas berusia dibawah 12 tahun. Satu juta warga Lebanon atau

seperempat populasinya kini kehilangan tempat tinggal.5

Selain itu, Israel juga menyerang Lebanon pada tanggal 5-6 Agustus 2006.

Israel antara lain menggempur kota Tirus, Nakburah dan Nabatiyeh di Lebanon

Selatan. Israel juga menyerang markas Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina

(PFLP) di Lembah Bekaa. Serangan Israel itu telah menewaskan sedikitnya lima

penduduk dan 12 lainnya luka-luka di Desa Al-Ansar dekat Nabatiyeh. Menurut

laporan AFP, kelimanya tewas ketika rudal Israel jatuh di sebuah rumah. Selain itu,

tiga orang tewas di Nakoura, Lebanon Selatan. Mereka juga tewas akibat tembakan

rudal Israel.6

2 “Lebanon War 2006” http://www.globalresearch.ca/kidnapped-in-israel-or-captured-in-lebanon-

official-justification-for-israel-s-invasion-on-thin-ice/2813 diakses 15 April 2013 3 Ibid.

4 “Yulianto, Ari Mayor “Lebanon Pra dan Pasca Perang 34 Hari Irael-Hizbullah“ ,Gramedia Pustaka

Utama Jakarta 2010, hal. 212 5 Ibid

6 Ibid.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

3

Dari paparan diatas tampak bahwa Israel jelas telah melanggar prinsip-prinsip

kemanusiaan dalam berbagai tindakan atau aksi militernya terhadap Lebanon. Dalam

memperjuangkan kepentingan nasionalnya, Israel telah menggunakan cara-cara yang

tidak berprikemanusiaan, seperti dengan sengaja menghancurkan secara besar-

besaran instalasi listrik dan air disamping infrastruktur, transportasi yang vital untuk

bantuan makanan dan kemanusiaan.7 Tindakan ini melanggah HAM dan

mengabaikan Hukum Humaniter seperti terdapat dalam pasal 3 ayat 1 Konvensi

Jenewa Tahun 1949. Ayat tersebut berbunyi “Orang-orang yang tidak turut aktif

dalam sengketa termasuk anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjata-

senjata mereka serta mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) karena

sakit, luka-luka, penahanan, atau sebab lain apapun , dalam keadaan bagimanapun

harus diperlakukan dengan kemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga

yang didasarkan atas suku, warna kulit, agama atau kepercayaan, kelamin,

keturunan atau kekayaan, atau setiap kriteria lainnya serupa itu“.

Tindakan Israel juga tidak sesuai dengan doktrin Just War yang bermakna

bahwa ada justifikasi atau alasan pembenaran untuk melakukan serangan, bahwa

perang dilakukan berdasarkan alasan logis dan dapat dibenarkan, bahwa perang

berlangsung secara adil dan seimbang, bahwa perang dilakukan terbatas untuk

mencapai tujuan tertantu dan bukan untuk menghancurkan atau memusnahkan pihak

lawan (suatu negara, suatu bangsa, etnis dan suku bangsa, kelompok/oposisi, dll ).8

Pada dasarnya hukum humaniter bertujuan melindungi masyarakat dan

membatasi akibat yang tidak perlu atau berlebihan, yang ditimbulkan oleh peristiwa-

peristiwa konflik dan perang seperti pembatasan penggunaan senjata dalam perang

dan adanya perlindungan terhadap orang yang terlibat maupun tidak terlibat dalam

peperangan seperti penduduk sipil, kombatan, wanita dan anak-anak. Pada dasarnya

7 “Israel Lakukan Kejahatan Perang di Lebanon”

http://tempointeraktif.com/hg/luarnegeri/2006/08/23/brk,20060823-82461,id.html diakses 15

September 2012 8 “Serangan Israel ke Lebanon: Pelanggaran Hukum Humaniter Dan Hak Asasi Manusia”

http://conformeast.multiply.com/journal (pelanggaran hukum humaniter) diakses 12 Agustus 2012

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

4

hukum humaniter merupakan sejumlah prinsip dasar dan aturan mengenai

pembatasan penggunaan kekerasan dalam situasi konflik bersenjata.9

Dengan demikian dari sudut pandang ini, bahwa Israel telah melakukan

bentuk-bentuk pelanggaran yang terdapat di dalam hukum humaniter sehingga

mengakibatkan kehancuran terhadap wilayah dan kesengsaraan terhadap warga sipil.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada paparan latar belakang masalah diatas, maka penulis

membuat rumusan masalah yaitu :

1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang

dilakukan Israel dalam serangannya ke Lebanon Selatan tahun 2006?

2. Apa yang melatarbelakangi Israel tetap melakukan pelanggaran tersebut

selama perang?

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut international

humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang

(laws of war), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (laws

of armed conflict), yang akhirnya pada saat ini dikenal dengan istilah hukum

humaniter.10

Menurut Jean-Jadques Rouseau, dijelaskan bahwa Prinsip-prinsip perang

antar Negara diartikan sebagai suatu hubungan perang antar Negara, dimana secara

individual menjadi musuh hanya karena kebetulan, tidak sebagai manusia atau

sebagai warga Negara, tetapi sebagai prajurit. Karena tujuan perang adalah

menghancurkan negara musuh, dan sah secara hukum apabila membunuh prajurit

yang menjadi pertahanan terakhir musuh sejauh mereka membawa senjata, tetapi

9 “Pokok-Pokok_HAM-Intl”, http://www.elsam.or.id/pdf/kursusham/Pokok-Pokok HAM Intl diakses

pada tanggal 10 Agutus 2012 10

Arlina Permanasari,dkk op.citra hal 117

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

5

segera setelah mereka meletakkannya dan menyerah, mereka bukan lagi musuh,

menjadi orang biasa, dan tidak lagi sah secara hukum untuk mengambil kehidupan

mereka.11

Selain itu, Rouseau dan Martens menyusun prinsip-prinsip kemanusiaan

dengan memformulasikan prinsip-prinsip pembedaan, prinsip pencegahan

penderitaan yang tidak perlu dan prinsip kepentingan kemanusiaan dan keperluan

militer. Bahwa satu-satunya objek yang paling sah untuk dicapai oleh suatu negara

selama masa perang adalah melemahkan angkatan bersenjata dari pihak lawan.12

Menurut prinsip ini objek tersebut bisa dijadikan sasaran dalam perang tanpa perlu

memperburuk penderitaan orang-orang yang tidak berdaya, atau membawa kematian

bagi warga sipil.

Protokol Tambahan 1977 merinci dan menegaskan kembali prinsip-prinsip

ini, khususnya mengenal prinsip pembedaan, yang berisi pihak-pihak yang terlibat

dalam konflik setiap saat harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan

kombatan dan antara objek sipil dan objek militer dan karena itu pula pihak-pihak

yang terlibat dalam konflik harus mengarahkan operasinya semata-mata hanya untuk

menyerang objek militer.13

Haryomataram membagi hukum humaniter menjadi dua aturan-aturan

pokok, yaitu :14

1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk

berperang (Hukum Den Haag/The Hague Laws), cara berperang yang

tercantum dalam pasal 23 (b) Hague Regulations 1899 (HR) yang

melarang membunuh atau melukai orang dari pihak musuh secara curang

atau berkhianat (treacherously) . Larangan membunuh atau melukai

musuh yang telah berstatus hors de combat atau yang telah menyerah,

11

“Delegasi ICRC Jakarta, “Hukum Humaniter Internasional, ICRC Jakarta, Indonesia 2004, hal. 7 12

Ambawati,dkk “Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubugan Internasional”, RajaGrafindo

Persada, Jakarta 2009, hal. 40 13

Ibid. 14

Haryomataram. Sekelumit Tentang Hukum Humaniter , Sebelas Maret University Press, Surakarta

1994, hal.1

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

6

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 23 (c) serta ketentuan dalam

pasal 25 HR mengenai larangan pemboman terhadap kota, pedesaan,

daerah-daerah atau daerah yang tidak dipertahankan.15

2. Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan

penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa/The Geneva Laws).

Berkaitan dengan kedudukan dan perlakuan orang-orang yang dilindungi

dalam konflik, mereka berhak akan :16

a. Penghormatan atas diri pribadi,

b. Hak kekeluargaan, keyakinan, praktek keagamaan,

c. Adat-istiadat dan kebiasaan.

Selanjutnya, dalam pasal 27-34 konvensi Jenewa ditentukan tindakan-

tindakan yang dilarang yaitu :17

a. Memaksa baik jasmani maupun rohani, untuk memperoleh keterangan,

b. Menimbulkan penderitaan jasmani,

c. Menjatuhkan hukuman kolektif,

d. Mengadakan intimidasi, terorisme, perampokan,

e. Tindakan pembalasan terhadap penduduk sipil,

f. Menangkap penduduk sipil untuk ditahan sebagai sandera.

Sedangkan Pasal 3 Konvensi Jenewa tahun 1949 yang disebut sebagai

konvensi Mini,18

pada ayat 1 memerintahkan para pihak yang bersengketa

untuk memperlakukan semua orang yang tidak aktif atau tidak lagi ikut serta

dalam tindakan permusuhan, secara manusiawi tanpa perbedaan yang

merugikan dalam segala keadaan. 19

Pasal 3 melarang :

1. Kekerasan terhadap jiwa orang, terutama pembunuhan dalam semua

jenisnya,

15

Arlina Permanasari dkk, op.cit., hal.23 16

Ibid. hal. 96 17

Departemen Hukum dan HAM “Terjemahan Konvensi Jenewa 1949”, Jakarta 2009, hal 15 18

Frits Kalshoven , “Constrain on The Waging of War” , ICRC, 1997, hal. 59 19

Arlina Permanasari dkk, op.cit., hal.114

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

7

2. Penyanderaan,

3. Merendahkan martabat pribadi, khususnya perlakuan yang bersifat

menghina dan merendahkan martabat,

4. Penghukuman dan pelaksanaan putusan tanpa putusan yang diumumkan

terlebih dahulu oleh pengadilan yang dilakukan secara lazim yang

memberikan jaminan hukum yang diakui karena sangat dibutuhkan oleh

semua bangsa yang beradab.

Pasal ini juga mengharuskan pihak-pihak peserta perang memperlakukan

korban konflik bersenjata dalam negeri sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum

dalam ayat (1), dan pasal 3 ini bagi Mahkamah Internasional merupakan asas umum

Hukum Internasional. Pasal ini melarang penjatuhan dan pelaksanaan hukuman tanpa

proses hukum.20

Perlu ditekankan bahwa di dalam Hukum Humaniter Internasional ada suatu

prinsip atau asas yang membedakan atau membagi penduduk dari suatu Negara yang

terlibat konflik bersenjata ke dalam dua golongan, yakni kombatan (combatan) dan

penduduk sipil (civilan). Kombatan adalah golongan penduduk yang secara aktif turut

serta dalam permusuhan (hostilities), sedangkan penduduk sipil adalah golongan

penduduk yang tidak turut serta dalam permusuhan.21

Sedangkan menurut F.Sugeng

Istanto, penduduk sipil ialah mereka yang tidak tergolong kombatan. Penduduk sipil

tidak berhak ikut serta dalam permusuhan. Penduduk sipil juga tidak boleh dijadikan

sasaran secara langsung perbuatan perang.22

Dalam Protokol Tambahan II diatur dalam bagian IV tentang penduduk sipil.

Bagian ini mengatur tentang perlindungan umum, bantuan terhadap penduduk sipil,

serta perlakuan orang-orang yang berada dalam salah satu kekuasaan pihak yang

bersengketa, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap pengungsi, orang yang

20

Ibid. hal. 115 21

Haryomataram “Hukum Humaniter” dalam Arlina Permanasari dkk, “Pengantar Hukum

Humaniter”, Rajawali Press, Jakarta 1999, hal. 73 22

F. Sugeng Istanto, “Hukum Internasional”, Penerbitan Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 1994,

hal.110

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

8

tidak memiliki kewarganegaraan, anak-anak, wanita dan wartawan. Selain itu

terdapat perlindungan khusus bagi penduduk sipil yaitu mereka yang umumnya

tergabung dalam suatu organisasi sosial yang melaksanakan tugas-tugas yang bersifat

sosial, membantu penduduk sipil lainnya pada waktu terjadinya sengketa bersenjata.

Mereka terhimpun dalam Perhimpunan Palang Merah Nasional dan anggota

Perhimpunan Penolong Sukarela Lainnya, termasuk anggota Pertahanan Sipil.23

Selain menggunakan teori hukum humaniter, penulis juga menggunakan

Doktrin Just War (Perang yang Sah).24

Doktrin Just War adalah upaya untuk

membedakan antara cara-cara yang dapat dibenarkan dengan yang tidak dapat

dibenarkan dalam penggunaan angkatan bersenjata yang terorganisasi. Teori doktrin

tentang perang yang sah berupaya untuk memahami bagaimana penggunaan senjata

dapat dikendalikan, dilakukan dengan cara yang lebih manusiawi, dan pada akhirnya

ditujukan pada upaya untuk menciptakan perdamaian dan keadilan yang abadi.

Tradisi perang yang sah membahas moralitas penggunaan kekuatan dalam dua

bagian, yaitu : pertama, kapan suatu pihak dapat dibenarkan dalam menggunakan

angkatan bersenjatanya (keprihatinan tentang Jus ad bellum) dan kedua, cara-cara apa

yang harus dilakukan dalam menggunakan angkatan bersenjata itu (keprihatinan

tentang Jus in bello).25

Serangan Israel ke Lebanon dengan melakukan pengeboman lewat udara

ternyata bukan hanya diarahkan kepada basis-basis Hizbullah tetapi juga infrastruktur

penting lainnya di Lebanon, seperti Bandara Internasional Beirut (Rafiq Al-Hariri),

Rumah Sakit di Zafed, penyerangan terhadap tempat pengungsian di kota Qana,

jembatan yang menghubungkan Beirut dan Damaskus, pembangkit tenaga listrik,

tangki-tangki minyak hingga pemukiman (termasuk kediaman pemimpin

Hizbullah).26

Israel juga mengebom stasiun televise milik Hizbullah (Al-Manar) di

23

Arlina Permanasari dkk, op.cit., hal. 170-177 24

Agus, Fadillah “Doktrin Tentang Perang Yang Sah” , ELSAM, Lembaga Studi dan Advokasi

Masyarakat, Jakarta 200, 7 hal.48 25

Ibid. 26

“Perang Lebanon 2006” op.cit.,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

9

Distrik Harey Hreik, daerah pinggiran kota Beirut serta kota-kota besar di Lebanon

lainnya seperti wilayah utara Lebanon, (Irus,Tripoli, serta perkampungan nelayan

Abdeh), wilayah Timur (Baakbek), wilayah barat (Zahleh), serta pemblokadean

terhadap wilayah darat dan udara Lebanon. Banyak bangunan, rumah, dan sarana

pelayanan publik yang hancur di Lebanon, penduduk meninggal dan luka-luka,

ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.27

Serangan Israel ini tidak membawa keuntungan bagi Israel sendiri tetapi malah

mengalami kekalahan, bahkan tujuan yang sebenarnya untuk membebaskan kedua

tentaranya tidak bisa tercapai. Serangan Israel banyak yang tidak tepat sasaran,

sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Persoalan ini yang kemudian

mendapat kecaman masyarakat internasional.

Selain menyangkut pelanggaran terhadap aturan di dalam Hukum Humaniter

yang berlaku, serangan Israel ke Lebanon memiliki beberapa tujuan politis demi

pencapaian kepentingan nasionalnya (National Interest). Dalam beberapa teori,

kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para

pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan

dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri

(Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada tujuan nasional dan diarahkan untuk

mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai

”Kepentingan Nasional”. Menurut Morgenthau :”Kepentingan nasional adalah

kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik,

politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin

negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama

atau konflik”.28

27

Human Right Watch “Pelanggaran Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia” ,

http://www.hrw.org/sites/default/files/reports/lebanon0806webwcover.pdf diakses pada 15 April 2013 28

T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Refika

Aditama, Bandung, 2002, hal 116

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

10

Serangan Israel ke Lebanon Selatan merupakan langkah kebijakan luar negeri

pemerintah Israel yang dilatarbelakangi oleh beberapa alasan. Pertama, faktor internal

seperti National Security menjadi alasan utama Israel menyerang Lebanon demi

mempertahankan kedaulatan mereka di wilayah perbatasan demi menjaga keamanan

dan kesejahteraan warganya. Kedua, misi balas dendam (Revenge) atas kekalahannya

pada perang tahun 2000 melawan Lebanon juga menjadi faktor yang memperkuat

alasan mengapa Israel membalas menyerang penculikan dua tentaranya dengan

kekuatan militer penuh.29

Ketiga, alasan dominasi Israel di kawasan Timur Tengah

sebagai negara yang paling berpengaruh turut didukung Amerika Serikat turut

menjadi faktor alasan penyerangan ini. Dengan melakukan serangan ke markas-

markas pasukan Hizbullah berarti mampu melemahkan salah satu kekuatan gerakan

anti- Israel di perbatasan utara mereka yaitu Kelompok Hizbullah. Israel yakin

dengan dilumpuhkannya Hizbullah, Israel akan tetap menjaga hegemoninya di Timur

Tengah atas dukungan Amerika Serikat dengan tujuan melemahkan kekuatan Iran

dan Hamas yang juga merupakan Negara dan kelompok yang anti Israel dan Barat di

Timur Tengah. Iran, terutama pasca lemahnya kekuatan Irak setelah Sadam Husein

terguling telah menjadi kekuatan terdepan dalam menentang hegemoni AS di Timur

Tengah. Melalui isu nuklir, AS berusaha memojokkan Iran agar Negara tersebut

menjadi lemah. Tetapi dengan berjalannya waktu, setelah terbukti Iran tidak

menggunakan nuklir untuk kepentingan militer, kini AS berusaha menggunakan isu

perdamaian Palestina-Israel untuk mengucilkan pemerintahan negara itu. Iran dan

sekutu-sekutunya (Suriah, Hamas, Hizbullah, Gerakan perlawanan Syi’ah Irak) yang

dipersepsikan telah mengganggu perluasan dominasi AS di Timur Tengah.

D. ARGUMEN POKOK

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran yang sudah

penulis utarakan diatas, maka bentuk-bentuk pelanggaran serangan Israel ke Lebanon

29

“Yulianto, Ari “Lebanon Pra dan Pasca Perang 34 Hari Irael-Hizbullah“ ,Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta 2010, hal. 225

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

11

Selatan terhadap Hukum Humaniter, yaitu meliputi : Pertama, pelanggaran pada

metode dan penggunaan alat-alat berperang yang diatur dalam Hague Regulations

(HR) tahun 1899 pasal 25 (Hukum Den Haag/Hague Regulations) dengan

menggunakan bomb Cluster yang tidak diperbolehkan dalam perang. Kedua,

pelanggaran terhadap perlakuan yang tidak manusiawi kepada non kombatan yang

tertuang dalam Konvensi Jenewa 1949 pasal 3 dengan menyerang secara membabi

buta tanpa membedakan antara kombatan dan penduduk sipil. Ketiga, pelanggaran

pada prinsip pembedaan dan proporsionalitas yang dilakukan Israel dengan serangan

pada objek publik seperti tempat ibadah, bandar udara, jalan umum, bukan pada objek

militer. Selain itu, beberapa alasan politis menjadi salah satu konsideran penyerangan

Israel secara membabi buta dan terus melakukan pelanggaran selama perang

berlangsung seperti alasan National Security demi pencapaian kepentingan

nasionalnya, dukungan Amerika Serikat dan misi balas dendam atas kekalahan

mereka pada perang tahun 2000.

E. METODE PENULISAN

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis.

Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang secara holistic (utuh).30

2. Teknik Pengumpulan Data

Mentode pengumpulan data menggunakan teknik penelitian kepustakaan

(Library Reserach). Data yang digunakan adalah data-data yang diperoleh dari

pemanfaatan buku-buku, diktat kuliah, majalah, jurnal, artikel internet maupun

sumber tertulis lainnya.

3. Teknik Analisis Data

30

Lexy J.Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif , Remaja Rosdakarya Bandung 1995, hal.3

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/62331/potongan/S1-2013... · 1. Apa saja bentuk pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang ... 2. Hukum

12

Penelitian ini dipaparkan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif,

menggunakan analisis data secara induktif. Analisa Induktif ini digunakan karena

beberapa alasan, pertama, proses induktif lebih bnayak menemukan kenyataan-

kenyataan yang terdapat di dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat

menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan antar

variabel. Ketiga, analisis demikan dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit

sebagai bagian dari struktur analitik.31

Dengan demikian dapat ditarik hubungan-

hubungan antar data dan variabel yang ada, diintrepretasi selanjutnya ditarik

kesimpulan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang penulis pakai dalam menyusun skripsi ini adalah

sebagai baerikut :

BAB I : Membahas tentang konstruksi skripsi secara keseluruhan yang

meliputi : alasan dari penulis yang memilih masalah ini sebagai obyek

penelitian, latar be;lakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran,

argumen pokok, dan sistematika penulisan.

BAB II : Mendeskripsikan tentang sekilas sengketa antara Israel dan Lebanon

serta tentang klausula-klausula subtantif Hukum Humaniter yang terkait

dengan perang dan deskripsi serangan Israel ke Lebanon pada Juli sampai

Agustus 2006

BAB III : Membahas tentang bentuk-bentuk pelanggaran Israel selama

perang terhadap Hukum The Hague 1899 dan 1907, Konvensi Jenewa 1949

BAB IV : Membahas tentang hal-hal yang melatarbelakangi Israel melakukan

pelanggaran perang secara terus menerus selama perang berlangsung

BAB V : Adalah bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dari

pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

31

Ibid.