Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran merupakan rencana kerja pemerintah dalam bentuk uang dalam
periode tertentu1. Selain itu anggaran merupakan indikator penting dalam
mengambil kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah dan menggambarkan
pernyataan komprehensif tentang suatu Negara, dimana warga negara bergantung
pada negara untuk menyediakan pelayanan yang prima dan infrastruktur.
Disisi lain anggaran yang merupakan pengejawantahan dari kebijakan,
komitmen-komitmen politik dan prioritas dalam memutuskan bagaimana format
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi kemana uang harus
dibelanjakan dan dari mana uang tersebut didapatkan. Disamping itu, anggaran
juga berdampak pada seluruh aspek kehidupan masyarakat sebagai sebuah produk
proses politik, anggaran merefleksikan relasi politik antar aktor yang
berkepentingan terhadap alokasi sumber daya. Keterlibatan beragam aktor
sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga
tahap evaluasi merupakan unsur utama dalam politik anggaran yang menjadikan
anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara
berbagai kepentingan, baik aktor-aktor di dalam lingkaran sistem politik yang
berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap
keputusan politik. Politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam
1 Chalid, Pheni. 2005. Keuangan Daerah : Investasi dan Desentralisasi. Kemitraan. Jakarta. hlm
37
2
pengalokasian anggaran, tentunya alokasi anggaran yang ditempatkan sebagai
pilihan publik. Pilihan publik yang diterapkan dalam politik anggaran atas nama
kepentingan publik yang beragam sebagai media yang syarat dengan kepentingan
publik yang syarat dengan pertarungan politik perebutan sumber daya antar
kelompok kepentingan (interest group).
Dalam arti luas, politik anggaran dapat dimaknai sebagai strategi anggaran,
dimana anggaran tidak hanya berorientasi pada kehendak kebijakan (policy
driven) semata, namun juga diperlukan keberpihakan kepada masyarakat yang
sepenuhnya belum mampu menikmati “kue pembangunan” atas nama
pembangunan, karena tolok ukur kesejahteraan seluruh masyarakat merupakan
tujuan hakiki pembangunan. Kerangka politik anggaran haruslah senantiasa
menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat. Politik Anggaran inilah yang
sebenarnya sangat diharapkan masyarakat, karena penjabarannya secara konkrit
diarahkan pada prioritas program yang mengarah pada upaya mengatasi problem
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Karenanya politik anggaran yang menjadi dimensi penting dalam
pengalokasian anggaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dalam
koridor pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pada otonomi daerah dan
desentaralisasi yang sekarang ini dihadapkan dengan persoalan pengelolaan
ekonomi dan keuangan yang harus mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan
pemerintahan, karena beberapa program pemerintah baik ditingkat kabupaten,
propinsi maupun pusat membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga
3
dibutuhkan sebuah transparansi dan kemampuan dalam mengelola program dan
keuangan.
Pengelolaan keuangan yang baik dan sistematis haruslah mengacu pada
aturan yang ada, demi terwujudnya sebuah akuntabilitas, daya guna, penciptaan
lapangan kerja, transparansi, pemberdayaan kapasitas dan potensi yang dimiliki,
serta mekanisme pembangunan secara efisien dan terpadu. Selain itu pengelolaan
keuangan pada pemerintahan pusat maupun daerah, terlebih pengelolaan
keuangan desa secara terpadu yang lebih didasarkan pada pendekatan pemenuhan
hak-hak dasar dan mekanisme pembangunan yang baik. Pendayagunaan
pengelolaan keuangan haruslah memberikan manfaat bagi masyarakat, bukan
hanya terpenuhinya kebutuhan mereka saja, namun juga mendorong warga
bertambah cerdas dalam menyikapi perubahan yang terjadi dan menentukan
pilihan kegiatan yang produktif dalam kerangka pemberdayaan masyarakat desa
khusunya.
Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. Pada UU No
12 tahun 2008 pemerintah daerah bisa mengurusi dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan dan pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberadaan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tidak serta merta membuat
4
pemerintah pusat menjadi lepas tanggung jawab kepada pemerintahan daerah.
Pemerintah Daerah sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat masih
disokong bantuan berupa anggaran dana perimbangan untuk kesejahteraan
masyarakat kepada setiap daerah. Hal ini dipertegas melalui Undang-undang
Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah melalui sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, transparan, dan efektif dalam rangka pendanaan penyelenggaraan
otonomi daerah dengan memepertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah , serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekosentrasi dan tugas
pembantuan. Dana perimbangan itu berupa dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk pendanaan kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pemberian sumber keuangan Negara kepada pemerintahan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara pemerintah pusat dan daerah dan antara pemerintah daerah. Dana
perimbangan sendiri terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana
Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Untuk Dana
Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
5
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan pendanaan yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
pendanaan kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Selanjutnya Pemerintah Daerah (PEMDA) juga mendapatkan
pendanaan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang proses
pembangunan didaerah, PAD yang dipungut dari pendapatan asli daerah
berdasarkan peratutan daerah yang berlaku dan sesuai dengan aturan perundang-
undangan, dimana PAD setidaknya memberikan wewenang bagi daerah untuk
pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) bersumber dari :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Jasa giro
e. Pendapatan bunga
f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
g. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
atau pengadaan barang dan jasa oleh Daerah2.
Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah , diharapkan nantinya akan membantu politik anggaran yang menjadi
dimensi penting dalam pengalokasian anggaran yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat dan adanya pengendalian oleh tujuan yang akan dicapai
dalam kebijakan anggaran yang lebih efektif dan efisien. Politik anggaran yang
harus menjadi alat mencapai tujuan Negara melalui pembangunan nasional yang
2 Pasal 6 ayat 1 UU No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah
6
diarahkan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat didaerah.
Sebagai suatu organisasi, pemerintah diharapkan mampu mencapai suatu tujuan.
Salah satu tujuan pemerintah ialah tercukupinya kebutuhan masyarakat yang
berdampak pada taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan akan
keberhasilan dari terpenuhinya kepentingan masyarakat dan pembangunan melalui
pengalokasian anggaran desa yang merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi
seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, hal ini yang
dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang semakin kritis dalam menilai
sesuatu termasuk juga yang berhubungan dengan pengalokasian anggaran desa
yang diselenggarakan oleh pemerintah desa.
Berdasarkan PP 72/05, desa diartikan sebagai “kesatuan masyarakat hukum
yang memliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Namun dalam konteks Indonesia, desa memperlihatkan
berbagai bentuk keragamannya, hal ini tidak terlepas dari pengaruh sejarah
pemerintahan adat dan penerapan modernisasi birokrasi yang secara terus menerus
mengalami pembaharuan. Berikut beberapa macam tipe bentuk desa di Indonesia :
a. Tipe Desa adat atau sebagai self governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di Indonesia. Konsep Otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini. Desa adat mengatur dan
mengelola dirinya sendiri dengan kekayaan yang dimiliki tanpa
campur tangan Negara. Desa adat tidak menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan oleh negara
b. Tipe Desa administratif atau local state government adalah desa
sebagai satuan wilayah administratif yang berposisi sebagai
kepanjangan Negara dan hanya menjalankan tugas-tugas administratif
7
yang diberikan Negara. Kelurahan yang berada di perkotaan
merupakan contoh dari tipe desa administratif.
c. Tipe Desa Otonom atau disebut juga desa praja atau dapat juga disebut
sebagai local self government, seperti halnya posisi dan bentuk daerah
otonom di Indonesia. Desa otonom berhak membentuk pemerintahan
sendiri, mempunyai badan legislatif, berwenang membuat peraturan
desa dan juga memperoleh desentralisasi keuangan dari Negara3.
Jika kita lihat ketiga tipe bentuk desa diatas, hanya satu bentuk tipe desa
yang tidak mencerminkan desentralisasi dan tidak menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan oleh Negara yakni tipe desa adat. Selanjutnya dua
tipe bentuk desa di Indonesia yakni self governing community dan local self
government bukan merupakan dua status desa yang bertentangan. Pada self local
government melalui prinsip pembagian kewenangan dan keuangan kepada desa,
sedangkan self governing community berprinsip pada desentralisasi sebagai
pengakuan Negara. Berikut tiga macam skema desentralisasi desa:
a. Desentralisasi politik : pembagian kewenangan dan tanggung jawab
kepada desa untuk mengelola pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik dasar berdasrkan aspirasi lokal.
b. Desentralisasi pembangunan : kewenangan untuk merencanakan,
mlaksanakan dan mengendalikan program-program untuk
kesejahteraan masyarakat.
c. Desentralisasi fiskal :kewenangan untuk mengelola keuangannya
sendiri, yakni alokasi dana desa untuk membiayai urusan pemerintahan
dan pembangunan4.
Desentaralisasi politik dan pembangunan , keduanya tidak akan mampu
berjalan dengan mulus tanpa keikutsertaan desentralisasi fiskal (keuangan) sampai
ke tingkat desa. Ketiganya bertujuan untuk memastikan adanya perimbangan
3Thamrin, Husni M. Agus Gunawan dan Beka Ulang Hapsara. 2007. Desaku yang Kucinta :
Toolkits Pengembangan Kapasitas Kepala Desa . PT Mitra Alembana Grafika. Jakarta. Hlm 19 4 Chabib, Sholeh dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah : Sebuah
Pendekatan Struktural Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Fokusmedia. Bandung. Hlm
37
8
keuangan antara pusat, daerah dan desa. Pengalokasian dana desa haruslah dibagi
secara seimbang, baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa. Masalah
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk saat ini telah terlampaui,
sekarang yang jadi persoalan baru yakni perimbangan keuangan antara daerah dan
desa yakni Alokasi Ddana Desa (ADD). Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 setidaknya menjadi senjata dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
desa yang jadi kewenangan desa didanai dari anggaran pendapatan belanja desa
(APBDes) , bantuan pemerintahan dan bantuan pemerintahan daerah, selanjutnya
PP Nomor 72 tahun 2005 juga menyebutkan sumber pendapatan desa, yang terdiri
dari :
a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa,
hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli yang sah;
b. Bagi Hasil pajak daerah Kabupaten/ kota paling sedikit 10% (sepuluh
persen) untuk desa dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian
diperuntukkan bagi desa;
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10 % (sepuluh
persen), yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional
yang merupakan alokasi dana desa (ADD).
d. Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat, Provinsi,dan Pemerintah
Kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang pemerintahan desa
juga diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri
(PERMENDAGRI) Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengolahan
Keuangan Desa. Di dalam PERMENDAGRI Nomor 37 tahun 2007 ini dijelaskan
bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD kabupaten/kota yang bersumber
dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
9
Kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh persen). Di dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor.37 tahun 2007 ini juga menjelaskan
tujuan dari adanya Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu :
a. Menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan;
b. Meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat
desa dan pemberdayaan masyarakat
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan;
d. Meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam
rangka mewujudkan peningkatan sosial;
e. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat;
f. Mingkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka
pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat;
g. Mendorong peningkatan keswadayaan masyarakat dan gotong royong
masyarakat;
h. Meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes).
Kritik dan refleksi terhadap model bantuan desa yang diberikan
pemerintah pusat, sehingga meprakarsai munculnya dana pengalokasian bagi
desa, seiring dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969 melalui
perencanaan pembangunan lima tahunan (REPELITA), dengan strategi utama
pembangunan ekonomi lebih dipusatkan pada peningkatan pertanian dan
pengembangan industri berskala besar, yang menjamin ketersediaan pangan dan
kebutuhan bagi masyarakat yang semakin tinggi. Sehingga untuk percepatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, alokasi dana desa diterapkan
dengan sasaran pokok dalam hal pemenuhan kebutuhan pengelolaan keuangan
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Meski tidak begitu populer Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang
memperjelas kedudukan desa dalam hal sumber pendapatan desa yaitu bukan lagi
berupa bantuan, tetapi lebih kepada bagian perimbangan dana keuangan antara
10
pusat dan daerah yang diterima Kabupaten/kota. Dalam PP Nomor 72 tahun 2005
yang semakin memperkuat kedudukan keuangan desa dengan presentase bagi
hasil. Peraturan itu juga menjelaskan secara riil mengenai dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/kota yang dalam
pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yang disebut
Alokasi Dana Desa (ADD). Program pengelolalaan ADD merupakan sebuah
gebrakan dalam upaya pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan anggaran
terhadap pembangunan, dan implementasi alokasi anggaran terhadap
pembangunan desa, sehingga hasil yang diharapkan nantinya akan menjadikan
sebuah desa lebih mandiri dan berdaya dengan potensi yang ada, terlebih pada
hasil dari tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat desa akan lebih mudah
tercapai.
Program Alokasi Dana Desa (ADD) sendiri, memiliki implikasi yang
begitu besar bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa
terlebih keterlibatan masyarakat dan aktor-aktor kepentingan yang terlibat
didalam politik anggaran desa. Program ADD sendiri lebih mudah dikontrol dan
diawasi secara swadaya oleh pemimpin daerah, dan masyarakat secara langsung.
Karenannya jika sumber pendanaan berupa ADD ini dikelola secara jujur, maka
keluaran yang dihasilkan nantinya juga terlihat jelas, dan sebaliknya. Dari sinilah
betapa begitu pentingnya kebutuhan masyarakat yang sudah menggurita, apalagi
hal ini dikaitkan dengan perkembangan global yang terus mengahantui baik pada
sistem sosial, politik dan ekonomi, sehigga dibutuhkan kesiapan yang mapan bagi
11
Negara yang memiliki kompetensi dalam suatu upaya tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
Program Alokasi Dana Desa (ADD) ini merupakan suatu program yang
bersifat memberdayakan masyarakat bukan hanya sebagai objek ,tetapi lebih pada
pelaku pembangunan, selain itu adanya keterlibatan beragam aktor sepanjang
proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan, hingga tahap
evaluasi merupakan hal yang signifikan dalam politik anggaran yang menjadikan
anggaran sebagai proses politik di tingkat desa . Program Alokasi Dana Desa juga
bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana dasar yang mampu
menciptakan suatu peluang dan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih berdaya,
mandiri dan memiliki kemampuan sebagai masyarakat yang bukan saja konsumtif
tetapi produktif untuk kemajuan bersama, terlebih bagaimana Alokasi Dana Desa
(ADD) tersebut dalam proses anggaran dimana adanya dinamika politik yang
terjadi baik dari penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi anggaran yang merupakan
dimensi Politik Anggaran.
Kabupaten Pasuruan sendiri mulai menerapkan Aokasi Dana Desa (ADD)
sejak tahun 2010. Wilayah Administratif Kabupaten Pasuruan terbagi atas 24
Kecamatan, 341 Desa, dan 24 Kelurahan dengan jumlah penduduk mencapai
1.471 .564 jiwa yang terbagi 728.265 jiwa (laki-laki) dan 743.299 jiwa
(perempuan)5. Hal inilah yang membuktikan bahwa pentingnya Politik Anggaran
Keuangan Desa yang memuat kepentingan dan tuntutan (input) dalam proses
anggaran yang berdampak langsung terhadap masyarakat di Kabupaten Pasuruan,
5Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. Penduduk Kabupaten Pasuruan Hasil SP 2010.
http://pasuruankab.bps.go.id. diakses 1 maret 2012
12
disisi lain masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti tentang peng-
Alokasian Dana Desa dan tujuan ADD. Selain itu Politik Anggaran yang
dipahami oleh aparatur desa pada ADD lebih kepada proses pembangunan fisik
yakni perbaikan fasilitas sarana dan prasarana, entah itu perbaikan pada fasilitas
kantor desa maupun desa sendiri, yang dirasa kurang mengena bagi kesejahteraan
masyarakat itu sendiri.
Pemerintah desa sebagai organisasi pemerintah yang paling dekat kepada
masyarakat. Dengan kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh pemerintah desa
yang mampu menghasilkan sumber asli pendapatan desa. Hal ini pula yang
mendasari kami untuk memilih Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo,
Kabupaten Pasuruan sebagai tempat penelitian karena program alokasi dana desa
2011 merupakan program yang sudah keduakalinya dijalankan didesa. ADD
merupakan program yang baru berjalan yang dulunya desa-desa, khusunya desa
pakijangan terbiasa dengan pembiayaan dari dana alokasi umum (DAU). ADD
sendiri merupakan sebuah tantatangan tersendiri bagi terwujudnya tujuan dari
program ADD untuk desa dalam koridor kesejahteraan masyarakat desa, baik
berupa pembangunan sarana dan parsarana, dan infrastruktur desa, juga
pemberdayaan masyarakat itu sendiri.
Untuk jenis pemberdayaan manusia terpusat pada pengadaan sarana dan
prasarana vital masyarakatnya, termasuk kegiatan posyandu, PKK, Karang
Taruna, dan lain-lain. Untuk pemberdayaan Ekonomi lebih pada peningkatan
swadaya masyarakat terhadap keterampilan yang berguna sehingga dapat
dikembangkan menjadi lapangan pekerjaan, sedangkan pada pemberdayaan
13
lingkungan digunakan untuk pengaspalan jalan keluar masuk desa, rehab
jembatan dan lain-lain.
Berkaitan dengan uraian tersebut diatas dan untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa terkait pengelolaan Alokasi Dana
Desa Pakijangan , Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, maka peneliti
mengambil judul “ Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan
Wonorejo, Kabupaten Pasuruan)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Politik Anggaran Keuangan Desa dalam Pengelolaan
ADD 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten
Pasuruan ?
14
2. Bagaimanakah Dampak (Outcome) Politik Anggaran Keuangan Desa
dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo,
Kabupaten Pasuruan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, tujuan yang
diharapkan dari penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan secara jelas bagaimana Politik Anggaran
Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan,
Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
2. Untuk mengetahui bagaimana Dampak (Outcome) Politik Anggaran
Keuangan Desa dalam Pengelolaan ADD 2011 Desa Pakijangan,
Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang membahas Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi
Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan
Wonorejo, Kabupaten Pasuruan) diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi Penyusun
Penelitian mengenai Politik Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Desa Pakijangan, Kecamatan
Wonorejo, Kabupaten Pasuruan) ini dapat digunakan :
a). Menambah dan memperdalam wawasan pengetahuan
15
b). Mengembangkan Pengetahuan mengenai proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi anggaran terhadap politik Anggaran Keuangan Desa terkait
ADD.
c.). Sebagai Pembelajaran penyusunan dan analisis masalah secara ilmiah.
2. Bagi Instansi Pemerintah Desa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan :
a) Menjadi Sumbangsih Pemikiran bagi Instansi Pemerintah Desa Pakijangan
agar lebih efektif dan efisien dalam Pengelolaan Keuangan Desa.
b) Wacana dan manfaat secara luas , sehingga dapat memicu perbaikan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan :
a). Menambah Khasanah dan wawasan pengetahuan terhadap masyarakat.
b).Memicu Perbaikan pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga bermanfaat
secara lansung pada masyarakat.
E. Definisi Konseptual
16
Definisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian dan
merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara
abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena yang alami.6
Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan tentang
makna arti dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Sehingga,
dengan adanya penegasan arti tersebut akan mempermudah dalam memahami
maksud yang tercantum dalam penelitian.7
1. Politik Anggaran
Menurut Norton dan Elson (2002) , Politik Anggaran melalui pendekatan
pilihan publik merupakan sebuah upaya rekonsiliasi berbagai kepentingan yang
beragam dan bertarung memperebutkan sumberdaya yang terbatas melalui
formulasi rasional yang dapat diterima oleh semua pihak.8
2. Desa
Didalam PP No 72/2005 disebutkan bahwa desa adalah Kesatuan Masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Alokasi Dana Desa (ADD)
Menurut PP Nomor 72 tahun 2005, Alokasi Dana Desa adalah dana yang
dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari
6Singarimbun, Masri. 1982. Metode Penelitian survey. LP3ES. Jakarta. Hlm: 17.
7Hamidi. 2004.. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian. UMM Press. Malang. Hlm :45. 8 Waidl, Abdul. Yuna Farhan & Diding Sakri. 2009. Anggaran Pro Kaum Miskin. LP3ES. Jakarta.
hlm 115
17
bagian dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota. Alokasi Dana Desa (ADD) juga diperkuat melalui Surat Edaran
Mendagri No.140/640/SJ tahun 2005 tentang pedoman ADD.
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian
karena berperan sebagai alat ukur mengukur variable. Dalam penelitian ini
variable penelitiannya adalah Politik Anggaran Keuangan Desa dalam ADD 2011
Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
Dengan demikian definisi operasional merupakan penetapan dari indikator-
indikator yang akan dipelajari dan di analisa, sehingga nantinya dapat di peroleh
gambaran yang jelas, di antaranya sebagai berikut :
a. Arah Politik Anggaran Keuangan Desa pada ADD 2011
1. Perimbangan Kebijakan Anggaran pada ADD 2011
2. Gambaran proses politik anggaran pada ADD 2011
b. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)
1. Perencananaan Alokasi Dana Desa (ADD)
2. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD)
3. Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa (ADD)
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan alasan
agar dapat menggali informasi yang mendalam mengenai objek yang diteliti.
18
Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan
fakta-fakta yang ada, sehingga tujuan dari metode deskriptif adalah untuk
menggambarkan tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran
tentang gejala sosial.9
Dalam penelitian deskriptif peneliti berusaha menggambarkan atau
mendeskripsikan secara tepat mengenai fenomena yang terjadi. “penelitian
deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan subyek atau obyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang dan berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya. Sebagaimana penelitian tentang Politik
Anggaran Keuangan Desa (Studi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun
2011 Desa Pakijangan, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber, pihak-
pihak yang menjadi objek penelitian ini antara lain data yang didapat
langsung dari lapangan. Dalam penelitian menjadi sumber data primer
adalah data dari Sekretaris Desa, BPD, Ketua RT.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder atau sumber data penunjang ini disebut sebagai
sumber tertulis, serta dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber data arsip, dokumen pribadi atau resmi, sumber data yang penulis
9 Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial. PT Remaja Rosdakarya. Bandung : hlm:35
19
pergunakan dalam penelitian ini merupakan dokumen resmi dan sumber
data arsip yang dipunyai, yang berhubungan dengan penelitian. Dalam
penelitian menjadi sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku atau
literatur, peraturan Perundang-undangan, penggalian data dari internet serta
observasi , laporan pertanggung jawaban ADD ,dokumentasi, dan arsip-
arsip yang ada pada Kantor pemerintahan Desa Pakijangan Kecamatan
Wonorejo, Kabupaten Pasuruan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan Jenis data yang akan dikumpulkan maka teknik penelitian yang
akan digunakan peneliti adalah berupa studi lapangan (FieldReseach) yang
merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan pada lokasi penelitian.
Pengumpulan data menurut cara ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, dimana
jawaban responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara
adalah alat yang baik untuk menghidupkan topik riset. Wawancara juga
merupakan metode bagus untuk melakukan pengumpulan data.10
b. Dokumentasi
Adalah laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan-
pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia yang lalu, dokumen tersebut
secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transfuse keterangan.11
10
Lisa, Harison . 2007. Metodologi Penelitian Politik Perdana. Media Group.Jakarta. Hlm:104 11
Muh. Nazir Ph.D. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm : 234
20
Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara mendapatkan
dokumen-dokumen atau arsip-arsip data, gambaran-gambaran tabel data,
dan lain-lain yang ada hubungannya dengan penelitian. Dalam penelitian ini
data yang diperoleh dari dokumen berasal dari Kantor Desa Pakijangan
Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan dan membaca serta mempelajari
buku-buku literatur, peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih
berlaku yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.
c. Observasi
Observasi adalah teknik pengumulan data dengan menggunakan
kegiatan pengamatan, Tanya jawab/wawancara dan pencatatan secara
sistematis yang langsung terhadap gejala-gejala dan peristiwa yang diteliti.
Data yang diperoleh dari metode observasi data tentang fasilitas-fasilitas
pembangunan berbagai sektor.
4. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel penelitian
melekat, oleh karena itu subjek adalah seseorang atau lebih yang dipilih dengan
sengaja sebagai narasumber data yang dikumpulkan karena dianggap menguasai
bidang yang berhubungan dengan sasaran penelitian. Subjek yang dijadikan
narasumber penelitian oleh peneliti disini antara lain :
a. Sekretaris Desa (Carik)
b. 1 Orang Anggota BPD : Ketua BPD
c. 1 Orang Ketua RT : Ketua RT 3
21
d. 1 Orang Tokoh Masyarakat : 1 ormas Karang Taruna
5. Lokasi Penelitian
Lokasi adalah tempat diamana peneliti mampu mengungkapkan fakta
supaya mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh penyusun .
Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh penyusun adalah Desa Pakijangan,
Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
6. Teknik Analisis Data
Metode Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan
masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tamapak atau bagaimana adanya.
Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang harus
dilakukan adalah menganalisis data tersebut dengan cara-cara tertentu yang pada
akhirnya bisa memberikan interprestasi atas hasil-hasil analisis. Analisis data
dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Reduksi data adalah proses yang muncul dari catatan-catatan lapangan.
b. Penyajian data adalah kegiatan penyajian sekumpulan informasi dalam
bentuk naratif yang dibantu dengan metrik, grafik, jaringan, tabel, dan
bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap
informasi yang diperoleh.
c. Penarikan Kesimpulan adalah mencari arti, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa
22
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data-data yang ada
teruji validitasnya.
Selain itu juga penelitian ini bersifat studi deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu gejala tertentu. Penelitian
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati didukung
dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian
pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat diapahami dengan baik12
.
Oleh karena itu penelitian ini menggunakan analisa kualitatif ialah mengolah dan
menganalisa data yang terkumpul menjadi data sistematik, teratu, terstruktur dan
mempunyai makna.13
12
Narbuka, Cholid. 2001. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm : 63 13
Sanapiah, Faisal. 2001. Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial. Rajawali. Jakarta. hlm :
25