14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, intensif dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009). Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009). Ruang perawatan intensif sebagai sebuah layanan kesehatan paripurna yang merupakan ruang perawatan bagi pasien dengan tingkat ketergantungan yang tinggi. Pasien yang dirawat adalah pasien dengan kondisi kritis, misalnya ruang Intensive Care Unit, yang merupakan ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh kegagalan/disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (AACN, 2006). Pelayanan di rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa, pada kondisi tersebut para manajer rumah sakit dan Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, intensif dan

gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009). Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unit pelayanan di

rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama dan sebagai jalan

pertama masuknya pasien dengan kondisi gawat darurat. Keadaan

gawat darurat adalah suatu keadaan klinis dimana pasien

membutuhkan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan

nyawa dan kecacatan lebih lanjut (DepKes RI, 2009).

Ruang perawatan intensif sebagai sebuah layanan kesehatan

paripurna yang merupakan ruang perawatan bagi pasien dengan tingkat

ketergantungan yang tinggi. Pasien yang dirawat adalah pasien dengan

kondisi kritis, misalnya ruang Intensive Care Unit, yang merupakan

ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan

khusus untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwa oleh

kegagalan/disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana

atau komplikasi yang masih ada harapan hidupnya (AACN, 2006).

Pelayanan di rumah sakit merupakan organisasi yang bergerak

dalam bidang jasa, pada kondisi tersebut para manajer rumah sakit dan

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

2

manajer sumber daya manusia yang ada di dalamnya dituntut untuk

mengelolanya secara baik, dan diperlukan juga tenaga kesehatan yang

handal, salah satunya adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan

merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang diperlukan yang

tanpanya pelayanan rumah sakit tidak bisa berjalan, oleh sebab itu

keperawatan di rumah sakit harus diperhatikan pengelolaannya agar

pelayanan rumah sakit berjalan dengan baik sehingga dapat memenuhi

tuntutan pasien yang semakin tinggi (Dirdjo & Prayitno, 2016).

Setiap perawat mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan

keterampilannya masing-masing sesuai dengan kompetensi dan

instalasi/ ruang dimana perawat tersebut bekerja. Didalam ruang IGD

dan ruang Intensif pasien memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi,

sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam

memberikan asuhan keperawatan. Selain itu perawat dituntut untuk

mampu melaksanakan tugasnya dengan teliti. Hal ini mengharuskan

perawat bekerja secara optimal agar kinerjanya dapat dinilai baik. Dari

satu sisi seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut

kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Disisi lain, keadaan

psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi seperti

inilah yang dapat menimbulkan tambahan beban kerja dan rasa

tertekan pada perawat (Nursalam, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2013) mengenai beban kerja

perawat di instalasi gawat darurat RSUD Kabupaten Semarang

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

3

menunjukkan bahwa beban kerja perawat sebagian besar adalah tinggi

yaitu sebanyak 93,1% dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita,

Friska dan Betari (2014) mengenai beban kerja perawat di Ruang

Intensif Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung menunjukkan

sebagian besar beban kerja perawat intensif pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 96,4%. Beban kerja perawat yang tinggi di ruang IGD dan

perawatan intensif dapat menimbulkan kelelahan kerja bagi perawat.

Kelelahan merupakan masalah yang dapat mengancam kualitas

hidup, karena kelelahan dapat menyebabkan konsentrasi menurun pada

saat bekerja yang nantinya akan mengakibatkan kecelakaan kerja

terjadi (Aisbett & Nichols, 2007). Kelelahan kerja memberi kontribusi

50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati, 2011). Menurut

laporan penelitian Canadian Nurse Association (2010) bahwa hampir

80% perawat di Kanada mengalami kelelahan. Hasil penelitian yang

dilakukan Rahman, Khadizah dan Lin (2017) yang dilakukan di

Rumah Sakit Umum Brunei didapatkan hasil prevalensi tertinggi

kelelahan terkait pekerjaan adalah kelelahan kronis dan persisten

(30,3%), pemulihan intershift rendah (22,9%), dan kelelahan akut

(19,9%). Peluang perawat emergency mengalami kelelahan kronis

adalah 2,8 kali lebih tinggi dari [95% CI (1,50, 5,29)] dibandingkan

perawat critical care (p < .001). Kelelahan akut di antara perawat

emergency juga secara signifikan lebih tinggi dan 2,5 kali [95% CI

(1,21, 5,19)] dibandingkan dengan perawat critical care (p .012).

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

4

Perawat IGD bekerja di suatu daerah staf dan dilengkapi untuk

penerimaan dan perawatan orang dengan kondisi yang membutuhkan

perawatan medis segera, termasuk penyakit serius dan trauma

(Raharjo, 2007). Sedangkan perawat intensif mempunyai tugas dan

tanggung jawab, mengobservasi selama 24 jam tentang sistem

kardiovaskuler dan respirasi, merubah posisi setiap 2 jam, dan

mencatat hasil pengamatan di lembar observasi setiap jam (Damayanti,

2015). Kondisi gawat darurat maupun kritis, beban kerja dan kelelahan

kerja yang tinggi di ruang IGD dan ruang Intensif dapat menjadi

sumber stres bagi perawat yang bertugas di ruang IGD dan ruang

Intensif. Apabila perawat mengalami stres kerja dan stres tersebut

tidak dikelola dengan baik, maka akan membahayakan pasien

(Jennings, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Mustafidz dan Mustikasari (2013), faktor penyebab perawat IGD

stres antara lain kematian pasien, konflik dengan dokter, kurangnya

persiapan, masalah dengan sesama profesi, masalah dengan

supervisor, beban kerja yang berlebihan, ragu-ragu dalam

memberikan treatment, serta masalah yang disebabkan oleh pasien

dan keluarganya.

Berdasarkan survei di Inggris tahun 2014-2015 perawat

memiliki tingkat stres kerja tertinggi yaitu 3% atau 3000 kasus per

100.000 orang yang dipekerjakan (Health and Safety Executive, 2015).

Stres juga terjadi di negara-negara Asia, salah satunya adalah perawat

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

5

di Singapura. Penyebab utama stres pada perawat di Singapura adalah

kekurangan staf, tuntutan kerja yang tinggi, dan konflik di tempat kerja

(Lim, Msocsci, Bogossian & Ahern, 2010). Stres kerja pada perawat

juga terjadi di Indonesia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Persatuan Perawatan Nasional Indonesia ( PPNI 2006) terdapat 50,9%

perawat di empat provinsi di Indonesia mengalami stres kerja, dengan

keluhan yaitu lelah, sering pusing, beban kerja yang tinggi dan menyita

waktu, tidak ada istirahat, gaji rendah dan insentif yang tidak sesuai

(Muthmainah, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mealer (2007) di Amerika yang

bertujuan untuk membandingkan kejadian post traumatic stress

disorder (PTSD) pada perawat umum dan perawat ICU, dan

mendapatkan hasil bahwa dari 230 perawat ICU terdapat 54 perawat

yang mengalami PTSD (24%), sedangkan dari 121 responden perawat

Umum didapatkan 17 responden yang mengalami PTSD (14%).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Amiyanti (2000) di RS. Cipto

Mangunkusumo tentang stres kerja perawat unit gawat darurat (UGD),

mendapatkan hasil 43,1% mengalami stres secara perilaku, 43,7%

mengalami stres fisik dan 46,7% mengalami stres secara emosi.

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto merupakan

salah satu rumah sakit tipe B dengan fasilitas lengkap di wilayah

Karesidenan Banyumas, sehingga sering menjadi tempat rujukan dari

berbagai rumah sakit dan puskesmas di wilayah Karesidenan

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

6

Banyumas. Secara garis besar di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit yaitu:

unit rawat jalan, unit rawat inap dewasa, unit rawat inap anak, rawat

inap intensif, kamar bersalin, kamar bersalin, kamar operasi dan gawat

darurat. Banyaknya unit kerja di rumah sakit membutuhkan tenaga

keperawatan yang cukup banyak. Jika jumlah tenaga keperawatan

tidak sebanding dengan jumlah pasien yang ditangani maka beban

kerja perawat akan semakin berat. Jumlah pasien yang harus ditangani

oleh perawat terus meningkat setiap tahunnnya.

Berdasarkan studi pendahuluan data ketenagaan yang diambil

pada tahun 2019 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

didapatkan hasil bahwa jumlah pasien yang masuk setiap bulan

Oktober-Desember 2018 di ruang intensif sebanyak 297 pasien dan

diruang IGD sebanyak 6992 pasien dengan jumlah tenaga perawat di

ruang Intensif sebanyak 78 dan jumlah tenaga perawat di IGD

sebanyak 58. Idealnya perawat dengan pasien adalah 1:1, sama seperti

rasio perawat ICU dengan pasien adalah 1:1 (Elliott, Aitken &

Chaboyer, 2012). Namun kenyataannya, di ruang IGD dan ruang

Intensif RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto rasio perawat

dengan pasien adalah 1:2 atau 1:3. Beban kerja yang tinggi tersebut

beresiko menimbulkan kelelahan kerja dan dapat meningkatkan stres

kerja.

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

7

Saat kondisi pasien mengalami henti napas, dan atau henti

jantung yang membutuhkan resusitasi jantung paru (RJP) pada 1

pasien, setidaknya harus ada 4 penolong yang berperan sebagai

sirkulator, respirator, leader, dan pemberi obat (Jusnimar. (2012).

Berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ gambaran beban kerja, kelelahan kerja dan

tingkat stres kerja pada perawat di ruang IGD dan ruang Intensif”

B. Rumusan Masalah

Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan tempat pertama kali

yang dituju oleh pasien yang membutuhkan penanganan segera.

Sedangkan ruang perawatan intensif yaitu sebuah layanan kesehatan

paripurna yang merupakan ruang perawatan bagi pasien dengan

tingkat ketergantungan yang tinggi. Pasien yang dirawat adalah pasien

dengan kategori critically ill patients atau pasien dengan kondisi kritis

(AACN, 2006).

Di dalam ruang IGD dan Intensif pasien memiliki tingkat

ketergantungan yang tinggi, sehingga perawat harus selalu siap siaga,

cepat dan tepat dalam memberikan asuhan keperawatan. Selain itu

perawat dituntut untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan teliti

dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, hal itu dapat

mengakibatkan perawat merasakan beban kerja, jika perawat

melakukan pekerjaan diluar dari kemampuannya dan dapat

mengakibatkan kelelahan kerja. Semakin tinggi beban kerja dan

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

8

kelelahan kerja perawat, dapat meningkatkan tingkat stres kerja pada

perawat.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran Beban Kerja,

Kelelahan Kerja, dan Tingkat Stres Kerja Pada Perawat di Ruang

IGD dan Ruang Intensif ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran beban kerja, kelelahan kerja dan tingkat

stres kerja pada perawat di ruang IGD dan ruang Intensif RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik perawat di ruang IGD dan ruang

Intensif RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

b. Mengetahui gambaran beban kerja pada perawat di ruang IGD

dan ruang Intensif RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

c. Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada perawat di ruang

IGD dan ruang Intensif RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

d. Mengetahui gambaran tingkat stress kerja pada perawat di

ruang IGD dan ruang Intensif RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo.

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah referensi ilmu keperawatan dan dapat

membantu proses pengaplikasian ilmu pengetahuan, terutama

berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia

mengenai beban kerja, kelelahan kerja dan tingkat stres kerja

pada perawat di ruang IGD dan ruang Intensif.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan

peneliti dalam melakukan penelitian, terutama berkaitan

dengan pengukuran beban kerja, kelelahan kerja dan

tingkat stres kerja.

b) Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan pustaka dalam

proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Kesehatan UMP

c) Bagi institusi Rumah Sakit

Melalui penelitian ini akan memperoleh bahan untuk

mengevaluasi sistem kerja di ruang IGD dan ruang

Intensif untuk dapat memaksimalkan tugas, potensi serta

kemampuan perawat di ruang IGD dan ruang Intensif

dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sehingga Rumah

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

10

Sakit dapat melakukan langkah langkah yang di rasa perlu

untuk menunjang performa perawat dalam melaksanakan

tugasnya.

d) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

No

Nama Peneliti & Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan dan Perbedaan

1. Mustafidz & Mustikasari (2013), Faktor-Faktor Stres Kerja Perawat di Ruang IGD (Emergency Setting) RSUD Cibinong

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu sebanyak 21 perawat

Dari hasil penelitian diketahui pada 21 responden di dapatkan bahwa sebanyak 61,9% perawat mengalami stres rendah dan 38,1% perawat mengalami stres tinggi

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti stres kerja perawat diruang IGD,. Perbedaannya adalah pada penelitian Muhtafidz dan Mustikasari bertujuan untuk mencari faktor-faktor stres kerja, sedangkan di penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran beban kerja, kelelahan kerja dan tingkat stres kerja antara perawat di ruang IGD dan perawat di

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

11

ruang intensif, rancangan pada penelitian ini adalah deskriptif, dan sampel yang digunakan adalah Non Random Sampling dengan tekhnik Purposive Sampling perbedaan lainnya adalah penelitian Muhtafidz dan Mustikasari bertempat di RSUD Cibinong.

2. Haryanti, Aini. F., & Purwaningsih, P. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Sampel digunakan tehnik total populasi sebanyak 29 responden

Hasil penelitian didapatkan beban kerja perawat sebagian besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden (93,1%). Stres kerja perawat sebagian besar adalah stres sedang sebanyak 24 responden (82,8%). Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di RSUD Kabupaten Semarang, p

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti beban kerja dan tingkat stres kerja perawat. Perbedaannya adalah metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Pada penentuan sampel menggunakan Non Random Sampling dengan tekhnik Purposive Sampling.

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

12

value 0,000 (α: 0,05).

Perbedaan lainnya adalah pada penelitian Haryanti, Aini & Purwaningsih bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat sementara di penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dengan 3 variabel yaitu beban kerja, kelelahan kerja dan tingkat stres kerja pada dua sampel yaitu perawat ruang IGD dan perawat ruang Intensif

3. Rahman, Hanif Abdul (2017), Psychosocial Work Stressors, Work Fatigue, And Musculoskeletal Disorder: Comparison Between Emergency And Critical Care Nurses In Brunei Public Hospitals

Metode penelitian yang digunakan adalah komparasi atau perbandingan dengan rangcangan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat

Hasil penelitian didapatkan stresor lingkungan psikososial negatif tertinggi adalah kecepatan kerja, diikuti oleh tuntutan kuantitatif, stres, dan kelelahan. Prevalensi tertinggi kelelahan

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang stres kerja, kelelahan kerja pada perawat gawat darurat dan perawat intensif. Adapun pebedaan pada penelitian yaitu tujuan dari

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

13

emergency (ER) dan critical care (CC) di Brunei Public Hospitals. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sejumlah 201 ( 100 perawat ER dan 101 perawat CC.

terkait pekerjaan adalah kelelahan kronis dan persisten (30,3%), pemulihan intershift rendah (22,9%), dan kelelahan akut (19,9%). Peluang perawat ER mengalami kelelahan kronis adalah 2,8 kali lebih tinggi dari [95% CI (1,50, 5,29)] dibandingkan perawat CC (p < .001). Selain itu, kelelahan akut di antara perawat ER juga secara signifikan lebih tinggi dan 2,5 kali [95% CI (1,21, 5,19)] dibandingkan dengan perawat CC (p .012). Membandingkan prevalensi musculoskeletal disorder (MSD) di antara perawat ER dan perawat CC. Prevalensi

penelitian, pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran beban kerja, kelelahan kerja dan tingkat stres kerja perawat IGD dan perawat Intensif. Adapun perbedaan variabel di penelitian ini meneliti beban kerja sedangkan di penelitian Rahman terdapat variabel musculoskeletal. Perbedaan lainnya yaitu tempat penelitian Rahman adalah di RS Umim Brunei

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/9449/2/Lathifah Ashmaul Fauziyyah BAB I.pdf · sehingga perawat harus selalu siap siaga, cepat dan tepat dalam memberikan asuhan

14

MSD tertinggi adalah nyeri leher (24,4%). Diikuti oleh bahu kanan dan punggung atas (19,9%), punggung bawah (19,4%), dan diperkirakan 18,0% untuk sakit kaki, 16,0% untuk sakit paha, 15,0% untuk daerah tubuh yang tersisa, nyeri punggung bawah (63,2%), leher (53,2%), dan kaki (50,0%).

Tabel 1.1 Penelitian Terkait

Gambaran Beban Kerja...,Lathifah Ashmaul Fauziyyah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019