Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterpurukan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan kurang
berkembangnya berbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor industri
keuangan, akan tetapi pada perkembangannya, pertumbuhan lembaga keuangan
bukan bank (Non Bank Financial Institutions) selama periode tahun 2000 hingga
periode Maret 2012 mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian di
Indonesia. Berdasarkan data statistik Bank Indonesiatahun 2012 persentase
kontribusi lembaga keuangan bukan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada
harga berlaku mengalami peningkatandari rata-rata 0,60 persen di tahun 2000
menjadi 0,79 persen padaMaret 2012. Peningkatan ini menunjukkan adanya
kemajuan perusahaan pembiayaan, dimana dalam kurun waktu tahun 1999 hingga
September 2011, pembiayaan konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per tahun
yang juga menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan
dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2011.1
Di Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktifmelakukan
kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yangmemperoleh ijin dari
Departemen Keuangan. Menurut Shinduwinata,jumlah lembaga pembiayaan
1Bank Indonesia. 2011. Kondisi Perusahaan Pembiayaan Tahun 2011 dalam Economic
ReviewJournal. http://www.google.com. [24 Februari 2007].
2
nonbank untuk kredit kendaraaan bermotormencapai 72 perusahaan.2 Berdasarkan
data InfoBank, dari segi asetterdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan
keuangan yang menguasai 62persen aset dibandingkan dengan 132 perusahaan
pembiayaan lainnya.3 Halini menunjukkan ketatnya persaingan dalam industri
pembiayaan. Salah satuperusahaan pembiayaan mobil yang memiliki total aset
terbesaryaitu PT. Bank Central AsiaFinance Cabang Banjarmasin atau yang biasa
disingkat dengan PT. BCA Finance. Pada tahun 2011, PT. BCAFinance Cabang
Banjarmasin memiliki total aset lima persen dari total aset perusahaan
pembiayaan sebesar Rp 78,876triliun dan menempatkannya dalam lima besar
perusahaan pembiayaandengan total aset terbesar.4
PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin merupakan perusahaan pembiayaan
yangberorientasi pada pembiayaan mobil. Dalam kurun waktutahun 2010 sampai
tahun 2011, terjadi peningkatan jumlah pendapatanpembiayaan konsumen sebesar
9,82 persen. Sedangkan, dalam kurun waktu 2011 sampai tahun 2012 terjadi
penurunan yang signifikan sebesar 22,24persen.5
Penurunan pendapatan
pembiayaankonsumen ini disebabkan persaingan dalam industri pembiayaan
2Dewi,Tren Industri Pembiayaan di Indonesia dalam Economic ReviewJournal No.201,
September 2011. http://www.bni.co.id/document, diakses pada23 November 2011.
3www.infobanknews.com. Diakses pada 28 Desember 2011.
4Berbagai penghargaan sebagai salah satu dari 5 besar perusahaan pembiayaan diperoleh
oleh PT. BCA Finance sejak tahun 2007, salah satunya dari Investor Awards – Majalah Investor
sebagai Multifinance Terbaik 2008 kategori “Aset di Atas Rp. 1 Triliun – Rp. 2
Triliun(http://www.bcafinance.co.id/profile/Penghargaan.html).
5________.Financial Report PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin 31 Desember 2011 –
2012 (2007).
3
yangsemakin ketat dan menimbulkan potensi risiko bagi PT. BCAFinance Cabang
Banjarmasin.6
Kemudahan dalam memperoleh pembiayaan untuk pembelian mobildari
perusahaan pembiayaan menjadi salah satu penyebabpeningkatan penjualan mobil
di Indonesia yang dapat menimbulkanpotensi risiko bagi perusahaan.7
Pada tahun 2002 sampai tahun 2011 terjadi peningkatan unitpembiayaan
mobil pada PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata
33,87persen.8
Dengan terjadinya peningkatan unitpembiayaan ini, maka PT.
BCAFinance Cabang Banjarmasin dihadapkan pada tingkat risikokredit yang
cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan baik. Risiko kreditterjadi ketika
pemilik mobil tidak mampu lagi membayar angsurankreditnya. Pada saat kredit
macet, maka perusahaan akan menarik kembali mobil yang telah dibiayai dari
konsumen dan kemudian akan dijualkembali kepada dealer dengan harga yang
lebih rendah dari harga awal.9
Peningkatan persentase tersebut menunjukkan peningkatan tingkat
risikokredit macet yang dihadapi PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin dalam
kegiatan operasinya.Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh
6Hasil wawancara awal dengan collection head di BCA Finance Cabang Banjarmasin Bulan
Agustus 2014.
7Hasil wawancara awal dengan staf marketing BCA Finance Cabang Banjarmasin pada
bulan Oktober Tahun 2014.
8BCA Finance Cabang Banjarmasin.
9Hasil wawancara awal dengan collection head di BCA Finance Cabang Banjarmasin pada
bulan Oktober Tahun 2014.
4
kualitasmanajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi
kerugianyang dihadapi oleh PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin. Identifikasi
dan analisis manajemenrisiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu
input alternatifdalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit.
Manajemenrisikobukanhanyapentingbagilembagakeuangankonvensional,
tetapibahkan Islam mengaturtentanghalini.
Manajemensudahmerupakanbagiandalamkehidupanseorangmuslim. Salah
satupilarpentingdalam proses
manajemenrisikoIslamiadalahkonsepketidakpastian.10
Secara natural, dalamkegiatanusaha, di duniainitidakadaseorangpun yang
menginginkanusahaatauinvestasinyamengalamikerugiantermasukdalamjualbeli
(kredit). Bahkandalamtingkatmakro, sebuahnegara
jugamengharapkanneracaperdagangannya yang positif.
Kaidahsyariahtentangimbalhasildanrisikoadalah Al ghunmubilghurmi.11
Dengan demikian jelaslah, Islam memberi isyarat untuk mengatur posisi
risiko dengan sebaik-baiknya, sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan
kita untuk melakukan aktivitas dengan perhitungan yang sangat matang dalam
menghadapi risiko. Seperti yang tertuang dalam Firman Allah swt:
ًّ� َ��ْآ�َ... ُ�ُ%ْ�ُ$َ�# َأ�َُّ"� ا�َِّ!ْ�َ� َُ�ْ�ا ِإَذا َ�َ�اَ�ْ�ُ�ْ� ِ�َ�ْ�ِ� ِإَ�� َأَ�ٍ� ُ Artinya:
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai
waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".(Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)
10
Fatkhur Rohman, Manajemen Risiko dalam Islam, http://manajemen-risiko-dalam-
islambbff.htm.
11
Artinya risiko akan selalu menyertai setiap ekspektasi return atau imbal hasil.
5
Dari ayat tersebut tergambar salah satu bentuk manajemen risiko, yaitu
menuliskan setiap transaksi mu’amalah yang dilakukan tidak secara tunai, yang
mana hal tersebut sangat bermanfaat untuk menghindari kesalahpahaman (risiko)
dikemudian hari.
Melihatpentingnyamanajemenrisikodalam Islam,
penulistertarikuntukmenelitikualitasmanajemenrisiko di PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin yang berpotensi menimbulkan
kerugiandankemudianmelihatkesesuaianpenerapannyadenganmanajemenrisiko di
dalam Islam.Dalamkonteksini,
makapenelitianinidiberijudul,AnalisisManajemenRisikoKredit Mobil pada
Perusahaan Multifinance (StudiKasuspada PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin).
B. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Mobil
pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin?
2. Bagaimana pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit
Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin?
3. Bagaimanapandangan Islam tentangpengelolaan dan pengendalian
(program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin ?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.
2. Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit
Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.
3. Mengetahuipandangan Islam terhadappengelolaan dan pengendalian
(program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin.
D. Signifikansi Penelitian
Peneliti mengharapkanbaiksekarangmaupun di masa yang
akandatanghasilpenelitianinibergunabaiksecarateoritismaupunsecarapraktis.
Secarateoritispenelitianinidiharapkandapatdigunakanuntuk:
1. Bahanreferensibagipeneliti lain yang
inginmelakukanpenelitianlebihkritisdanmendalammengenaipermasalahan
yang diteliti, ditinjaudariaspekdansudutpandang yang berbeda.
2. Bahanuntukmenambahkhazanah literatur PerpustakaanFakultasSyariah&
Ekonomi Islam padakhususnya, serta Perpustakaan IAIN Antasari
Banjarmasin padaumumnya.
7
3. Memberikanpengetahuandanberkontribusidalammemajukanpendidikan di
Indonesia terutamakalanganakademisidanmasyarakat Indonesia
padaumumnya.
Adapunsecarapraktis, penelitianinidiharapkanbergunauntuk:
1. Mengembangkankemampuan analisispenulis, dimana penulis
diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuanyang
didapatnya dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan.
2. Input alternatif dalammelaksanakan strategi-strategi di
Perusahaan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin terhadap
berbagaikemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang
dihadapi sehinggadapatmeminimalisir kerugian dan
meningkatkan kinerja perusahaan.
E. DefinisiOperasional
Untukmenghindarikesalahpahamandalampenafsiranjuduldanpermasalahan
yang akan penulis teliti,
makapenulismengemukakandefinisioperasionalsebagaiberikut:
1. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif
penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.12
2. Risiko kredit adalah suatu kerugian yang berpotensi menimbulkan penolakan
atau ketidakmampuan konsumen kredit untuk membayar hutangnya secara
12
DR. Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko (Yogyakarta: UPP YKPN, 2006) h.17.
8
penuh dan tepat waktu.13
Risiko kredit yang
dibahasdalampenelitianinitidaktermasukdidalamnya risiko operasional dan
risiko pasar. Penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang perusahaan.
Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konsumen
gagal bayar. Perhitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak
memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan tidak memperhitungkan
aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin.
Jadi yang dimaksud judul dalam penelitian ini adalah proses
dalammemonitordanmengendalikanpenangananrisikokredit di PT. BCAFinance
Cabang Banjarmasin. Analisis penelitianterfokus pada identifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko kredit,analisis risiko kredit mobil dan pengelolaannya,
sertapandangan Islam terhadappengelolaanrisikoredit yang dilakukanolehPT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang
penulis lakukan, sampai saat ini telah ada riset atau kajian yang dilakukan
mengenai produk leasing, namun substansinya berbeda dengan persoalan yang
akan penulis teliti. Penelitiantersebutadalahsebagaiberikut:
13
Coyle, B.,Framework For Credit Risk Management (United Kingdom: CIB Publishing,
2000), h.29.
9
Abu Bakar NIM 9501140163 menulis skripsi dengan judul “Hukum
Perjanjian Ijarah dan Leasing (Studi Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum
Positif)” dimana penelitian merupakanstudiliteratur. Penelitian ini memberikan
rumusan mengenai ketentuanleasing dalamhukum Islam
danhukumpositifsertapersamaandanperbedaannya. Dari
hasilperbandinganpenelitiannya, disebutkanbahwa ijarah
berkembangdenganadanyaistilahijarah wa iktina’ yang
ketentuanbakunyabelumdidapatkan,
makaketentuanumumnyamengambildariketentuanumum ijarah
denganmengakomodasiketentuan lain sepertirahndanwakalah berdasarkan “semua
orang bertanggungjawabatassyarat yang dibuat”. Sedangkandalam leasing
ketentuanumumnyatelahtetap, yaitukeppres, kepmen, pengumumandirjen,
danketentuanilmuumumlainnya.
Untukpersamaanijarahdan leasing,
hasilpenelitiannyamenyebutkanbahwakesamaanterdapatdalamhalberkontrak,
pemanfaatanbarang modal imbalanjasadalamwaktutertentu, objek yang jelas,
sesuatu yang tidakdilarang, adanyamasasewaguna,
terpnuhinyasyaratsahperjanjian, isiperjanjian yang mengikat, adanyajaminan,
berakhirnyaperjanjiankarena wan prestasi,
adanyapengajuanpermohonanfasilitassewaguna, bersamaandalamperawatan,
dandikembalikannyabarangsewaguna.
Sedanguntukperbedaannyaterdapatpadaparadigmapengertian, istilah para
pihak, sifatperjanjiannya, objekperjanjian yang disewagunakan, subjekperjanjian,
10
maksimaljangkawaktu, pemilikanbarang modal, tebusanuangsewaguna,
pengadaanbarangsewaguna, syaratpihakpenyewa,
disewakankembalibarangsewaguna, macam-macamsewagunausaha,
mekanismenya, perhitungansewagunausaha, kewajibanpajak,
adanyajaminanbarang, pelunasanhutangsewaguna, alasanberakhirnyasewaguna,
opsi, istilahkeuntungan, tanggunganresiko, danadanyanilaisisa.
Dari hasil kajian pustaka di atas dapat disimpulkanbahwapenelitian yang
ingin penulis lakukan ini
berbedadenganpenelitiansebelumnyakarenamenitikberatkan pada
aplikasimanajemenrisikokredit yang berlakudalam leasing, dalamhalini PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin,bukanpadamekanismehukum leasing.
G. Kerangka Pemikiran
Perkembangan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir
memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan, tidak terkecuali PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin. Pada tahun 2001 sampai tahun 2011 terjadi
peningkatan unit pembiayaan Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
dengan rata-rata 55,34 persen.14
Perkembangan positif yang diraih PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Dalam
menjalankan usahanya, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dihadapkan pada
potensi risiko yang mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi oleh PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin berasal dari internal dan eksternal perusahaan.
14
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012.
11
Sebagai perusahaan pembiayaan Mobil, PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin dihadapkan pada risiko kredit. Peningkatan persentase penyisihan
penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total aset PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin yaitu dari 2,91 persen (tahun 2010) menjadi 6,49 persen (tahun
2011) mengindikasikan peningkatan kerugian yang diakibatkan meningkatnya risiko
kredit. Persentase tersebut mengindikasikan peningkatan penghapusan piutang ragu-
ragu PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan jumlah konsumen pembiayaan Mobil yang dapat menimbulkan potensi
risiko kredit macet apabila tidak dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit
macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk
meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin.
Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan
berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko
kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko
exposure dan risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko
kredit yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit. Ukuran risiko gagal
bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Risiko
exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi
risiko gagal bayar. Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari
konsumen. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin kecil
recovery rates. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan
recovery dari kredit macet.
12
Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang
timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih
besar. Pada proses identifikasi diharapkan akan teridentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Analisis rasio
dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan terhadap risiko dari suatu kegiatan
usaha, sehingga pada akhirnya dapat diketahui sejumlah modal yang efisien untuk
apat menutupi dan meminimalisir kerugian dari risiko kredit sebagai input alternatif
bagi PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dalam rangka peningkatan kinerja
perusahaan dan menurunkan tingkat kerugian perusahaan.
Secara sederhana kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Memunculkan
Identifikasi dan Analisis
Manajemen Risiko Kredit
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Strategi Tata Kelola Risiko Kredit Input Alternatif
meminimalisir Kerugian
Risiko Kredit
Peningkatan Kinerja Perusahaan
(PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin)
Peningkatan Unit
Pembiayaan Mobil Potensi Risiko Kredit Macet (
Eksternal& Internal Perusahaan)
13
Skripsi ini ditulis dengan lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah
yang menguraikan alasan untuk memilih judul dan gambaran umum dari
permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang sudah tergambar dirumuskan
dalam rumusan masalah yang selanjutnya melahirkan tujuan penelitian. Setelah
itu dibuat signifikansi penelitian untuk mengetahui manfaat dari dibuatnya
penelitian. Batasan istilah dirumuskan untuk membatasi istilah yang bermakna
luas. Kajian pustaka ditampilkan sebagai informasi adanya penelitian atau tulisan
yang dari aspek lain memililki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Kerangka penelitian ditampilkan utuk mengetahui dasar pemikiran dibuatnya
penelitian. Adapun sistematika penulisan yaitu susunan skripsi secara
keseluruhan.
Bab keduaberisi landasan teori yang dibagi ke dalamdua sub bab. Sub bab
pertama membahas tentang manajemen risiko kredit, yang terdiri dari definisi dan
jenis-jenis kredit, definisi dan klasifikasi resiko, dimensi risiko kredit, pengertian
manajemen risiko, siklus manajemen risiko, dan analisis risiko kredit. Sub bab
kedua berisi tentang manajemen risiko dalam Islam.
Bab ketigaberisi metode penelitian, yang terdiri dari jenis dan pendekatan
penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, langkah-langkah
penelitian, dan teknik analisis data.
Bab keempat adalah penyajian data dan analisis, dibagi kedalam dua sub
bab. Sub bab pertama adalah penyajian data, yang terdiri dari gambaran umum
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan faktor-faktor yang mempengaruhi
14
risiko kredit mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Sub bab kedua
berisi analisis data, yang terdiri dari analisis pengendalian manajemen risiko
kredit mobil di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan manajemen risiko
kredit di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin menurut hukum Islam.
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko Kredit
1. Definisi dan Jenis-jenis Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, artinya kepercayaan dan
kebenaran. Dalam pelaksanaan perkreditan, unsur kepercayaan menyangkut
karakter dari pemohon kredit. Oleh karena itu, karakter pemohon kredit
merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi kredit dalam
pengambilan keputusan kredit.15
Menurut J.F Johnson, kredit adalahkemampuan untuk memperoleh barang
atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa
15
DjinartoB.,Banking Asset Liability Management(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000), h.17.
15
yang akan datang.16
Menurut Kasmir, kredit berarti memperoleh barang
dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan
cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang
atau uang. Kredit dalam bentuk uang disebut pinjaman.17
Menurut Kasmir, jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi yaitu:18
a. Segi Kegunaan
Berdasarkan segi kegunaan, kredit terbagi atas:
1. Kredit Investasi
Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan
usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa
pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan
digunakan untuk kegiatan utama perusahaan.
2. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki jangka waktu yang
lebih pendek dibandingkan kredit investasi.
b. Segi Tujuan
16
Ibid
17
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 28.
18
Ibid. h.30.
16
Dilihat dari segi tujuan, kredit dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Kedit Produktif, yaitu digunakan untuk peningkatan usaha, produksi
atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.
2. Kredit Konsumtif, digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan.
3. Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan
tersebut. Kredit ini diberikan kepada pemasok atau agen-agen
perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.
c. Segi Jangka Waktu
Dari segi jangka waktu, kredit terdiri dari:
1. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Kredit ini dapat
digunakan untuk keperluan modal kerja.
2. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka
waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.
3. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
di atas tiga tahun atau lima tahun.
d. Segi Jaminan
17
Maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit
harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal
senilai dengan nilai kredit yang diberikan.Jenis kredit dilihat dari segi
jaminan yaitu:
1. Kredit dengan jaminan
Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang berwujud atau
tidak berwujud. Hal ini berarti setiap kredit yang dikeluarkan akan
dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.
2. Kredit tanpa jaminan
Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit
ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas
calon debitur selama berhubungan dengan kreditur (bank)
bersangkutan.
e. Segi Sektor Usaha
Berdasarkan segi sektor usaha, kredit dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Kredit Pertanian
2. Kredit Peternakan
3. Kredit Industri
4. Kredit Pertambangan
5. Kredit Pendidikan
6. Kredit Profesi
18
7. Kredit Perumahan
8. Kredit Sektor Usaha Lainnya
2. Definisi dan Klasifikasi Risiko
Menurut Djohanputro, risiko adalah ketidakpastian hasil sebagai akibat
keputusan atau situasi saat ini. Risiko merupakan ukuran kuantitas atau ukuran
empiris yang dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian dengan
fluktuasinya.19
Risiko memiliki data pendukung (pengetahuan) mengenai
kemungkinan kejadian. Tampubolon mendefinisikan risiko sebagai suatu
rentang (continuum) yang dapat bergerak ke arah ancaman dengan dampak
negatif, yaitu tidak tercapainya tujuan.20
Risiko juga dapat bergerak ke arah
ancaman dengan dampak positif yaitu tercapainya tujuan yang ditetapkan
disertai dengan berbagai tingkat kemungkinan terjadinya ancaman maupun
peluang tersebut.
Risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara kemungkinan suatu
kejadian dengan konsekuensinya. Risiko berarti suatu potensial kejadian-
kejadian dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat berupa kesempatan
untuk memperoleh manfaat atau keuntungan atau ancaman untuk sukses.21
Vaughanmengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:22
19
Djohanputro B.,Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Jakarta: Penerbit PPM, 2010),
h.10
20
Tampubolon R.,Risk and System Based Internal Auditing(Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2011), h. 43.
21
www.irm.com diakses pada 24 Februari 2007.
22
Darmawi, H., Manajemen Risiko (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.25.
19
1. Risiko adalah peluang kerugian (risk is the chance of loss). Chance of
loss dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat
suatu keterbukaan terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian.
2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada
di antara nol dan satu. Pengertian risiko ini tidak cocok dipakai dalam
analisis secara kuantitatif.
3. Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty), yaitu adanya risiko
karena adanya ketidakpastian. Oleh karena itu, risiko sama artinya
dengan ketidakpastian.
Menurut Djohanputro, risiko perusahaan atau risiko korporat adalah
fluktuasi dari exposure korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat
ini. Besaran risiko korporat terkait dengan ketidakpastian dari nilai
perusahaan dan kekayaan pemegang saham.23
Risiko korporat dapat
dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yaitu risiko keuangan, risiko
operasional, risiko strategis, dan risiko eksternalitas. Masing-masing kategori
risiko tersebut terdiri dari beberapa jenis risiko.
1. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter
perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan
dapat berupa arus kas, laba perusahaan, Economic Value Added
(EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan terdiri atas
23
Djohanputro, op. cit., h. 18.
20
empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko
permodalan, dan risiko pasar (risiko suku bunga, risiko nilai tukar,
risiko komoditas, dan risiko ekuitas).
2. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia,
teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, serta struktur organisasi.
Risiko operasional dibagi menjadi lima kategori risiko, yaitu risiko
produktivitas, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko
proses.
3. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi exposure
korporat dan exposure strategis (terutama exposure keuangan) sebagai
akibat keputusan yang tidak strategis yang tidak sesuai dengan
lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko strategis kemudian
dibagi menjadi tiga jenis risiko, yaitu risiko usaha, risiko transaksi
strategis, dan risiko hubungan investor.
4. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada exposure
korporat dan strategis, dan dapat memberikan dampak pada potensi
penutupan usaha. Risiko eksternalitas dapat dibagi menjadi empat jenis
21
risiko yaitu risiko reputasi, risiko lingkungan, risiko sosial, dan risiko
hukum.
Menurut Kountur, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:24
1. Sudut pandang manajer perusahaan
a. Risiko Spekulatif, adalah risiko yang dihadapi perusahaan yang
dapat memberikan dua kemungkinan, yakni kemungkinan
merugikan dan kemungkinan menguntungkan.
b. Risiko Murni, adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang
menguntungkan dan hanya kemungkinan yang merugikan.
2. Sumber penyebab risiko
a. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga dan
mata uang.
b. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak masuk pada
kelompok risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor
manusia, alam, dan teknologi.
3. Dimensi Risiko Kredit
Menurut Coyle, risiko kredit adalah suatu kerugian yang berpotensi
menimbulkan penolakan atau ketidakmampuan konsumen kredit untuk
membayar hutangnya secara penuh dan tepat waktu.25
Djohanputro
mendefinisikan risiko kredit sebagai risiko dimana debitur atau pembeli
24
Kountur, R.,Manajemen Risiko Operasional (Jakarta: Penerbit PPM, 2010), h. 21.
25
Coyle, B.,Framework For Credit Risk Management (United Kingdom: CIB Publishing,
2000), h.23.
22
secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban
seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau
pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin
tinggi.26
Tampubolon, mendefinisikan risiko kredit sebagai exposure yang
ada atau yang potensial mengancam penghasilan dan modal perusahaan,
yang timbul karena kegagalan debitur (obligor) untuk memenuhi syarat
yang tertuang dalam kontrak dengan perusahaan sebagaimana yang telah
diperjanjikan.27
Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas
exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure kredit
tercermin dalam besarnya pinjaman. Semakin besar pinjaman maka
semakin besar juga tingkat exposure kredit. Kualitas exposure kredit
tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara
kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli
kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka semakin rendah kualitas
kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi.28
Penyebab gagal bayar pada risiko kredit yaitu kebangkrutan
nasabah dan kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Apabila nasabah
berada pada ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi maka
26
Djohanputro, op. cit., h. 23.
27
Tampubolon, op. cit., h. 47.
28
Djohanputro, op. cit., h. 31.
23
memiliki potensi gagal bayar dan menurunkan peringkat nasabah.
Penurunan peringkat nasabah disebabkan penurunan kinerja nasabah.
Kelemahan kontrak kredit menyebabkan pelanggaran kontrak kredit dan
berpotensi dalam meningkatkan risiko kredit.
Menurut Djohanputro, ada tiga jenis risiko dalam risiko kredit
yaitu:29
a. Risiko Gagal Bayar
Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal
bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probabilitas gagal bayar,
perusahaan dapat melakukan pemeringkatan (rating).
b. Risiko Exposure
Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya
kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit
merupakan komitmen dalam bentuk line of credit yang termasuk bagian
dari exposure. Bagi perusahaan perdagangan, besarnya transaksi secara
kredit merupakan besarnya eksposur. Jenis-jenis status kredit yang
berimplikasi terhadap besarnya exposure, yaitu :
• Kesepakatan transaksi yang dapat dikembalikan (revocable),
perusahaan dapat membatalkan transaksi tanpa menunggu
kesepakatan dari konsumen. Perusahaan dalam hal ini
mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari konsumen maka
dilakukan pembatalan.
29
Ibid
24
• Kesepakatan bersifat irrevocable, perusahaan tidak dapat
membatalkan kesepakatan secara sepihak kecuali berdasarkan
kesepakatan kedua pihak.
• Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini
terjadi apabila konsumen sudah mentransfer pembayaran
sedangkan perusahaan belum menerima pembayaran tersebut.
• Status terselesaikan (settled). Hal ini terjadi apabila uang
pembayaran telah masuk ke dalam rekening perusahaan.
• Status gagal (failed). Hal ini terjadi pada saat ditetapkan,
konsumen dinyatakan gagal bayar.
c. Risiko Recovery
Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari
konsumen. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap
mengupayakan agar nilai kredit dengan status gagal bayar tersebut dapat
diupayakan berapapun nilai nominal yang dapat diperoleh. Semakin kecil
kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery.
Semakin kecil risiko yang terkait dengan jaminan dan eksekusinya,
semakin kecil risiko recovery dan semakin besar tingkat recovery. Risiko
recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari
kredit macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery
yaitu :
a. Risiko jaminan. Risiko ini terkait dengan kejelasan status hukum
jaminan, fluktuasi nilai likuidasi jaminan dan kemudahan eksekusi.
25
b. Risiko jaminan pihak ketiga. Selain jaminan dalam bentuk asset,
ada jaminan berupa kepercayaan. Jaminan ini memiliki kegagalan
eksekusi yang sangat tinggi.
c. Risiko hukum. Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan-
kemungkinan mengubah kontrak dan status pinjaman untuk
mengakomodasikan kepentingan dan kemampuan perusahaan dan
debitur. Perubahan kontrak berupa reschedule pinjaman,
pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman menjadi setoran
modal (debt to equity swap). Kegagalan untuk melakukan
renegosiasi menyebabkan tindakan hukum harus ditempuh.
Menurut Djohanputro, model pemeringkatan yang umum
digunakan yaitu 5C yang meliputi :30
1. Character
Karakter (character) berkaitan dengan perilaku calon debitur
atau pembeli secara kredit mengenai keinginan untuk membayar
dan memenuhi kewajiban. Perusahaan menggunakan data masa
lalu mengenai track record calon debitur. Karakter dapat dikaitkan
dengan pelanggaran moral (moral hazard), yaitu kecenderungan
seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan
kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan
kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau
kekayaan orang lain.
30
Ibid, h.35.
26
2. Capacity
Kapasitas (capacity) menunjukkan kemampuan calon debitur
atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam
meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat
dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa proforma arus
kas, neraca dan laba rugi. Rasio lancar, rasio kas dan rasio efisiensi
dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.
3. Capital
Modal (capital) ditunjukkan oleh perbandingan antara
pinjaman dan modal sendiri (ekuitas).
4. Collateral
Jaminan (collateral) merupakan piranti pengaman pinjaman
yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau
pembeli secara kredit menyatakan tidak dapat membayar dan
pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur
perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan
kredit karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap
kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.
5. Condition
Kondisi (condition) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan
yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan
berupa kondisi makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan
lingkungan) dan intervensi pihak berkepentingan (stakeholders).
27
Menurut Coyle, pendekatan pemberian pinjaman yang digunakan
yaitu CAMPARI ICE yang meliputi :31
a. Character
Karakter peminjam selalu menjadi faktor utama dalam setiap keputusan
pemberian pinjaman. Integritas dan kejujuran bukan merupakan satu-
satunya aspek karakter yang harus dipertimbangkan. Karakter peminjam
dapat dianalisis melalui latar belakang atau catatan masa lalu peminjam
dan wawancara pribadi.
b. Ability
Ability mengacu pada konteks apakah debitur memiliki kemampuan
untuk membayar dan berkaitan pada apakah debitur memiliki kelayakan
untuk memperoleh kredit.
c. Means
Means berarti kapasitas dimana debitur memiliki kemampuan teknis,
manajerial dan kemampuan keuangan yang baik.
d. Purpose
Tujuan debitur dalam permohonan kredit harus jelas dan dapat diterima.
Perusahaan atau lembaga pembiayaan sebaiknya tidak memberikan
pinjaman jika tidak mengetahui tujuan penggunaan kredit.
e. Amount of loans
Jumlah kredit (amount of loans) sebaiknya konsisten terhadap tujuan
penggunaan kredit.
31
Coyle, Op Cit, h.40
28
f. Repayment
Sumber pembayaran kembali harus dapat diketahui sebelum
permohonan kredit disetujui. Kemampuan untuk membayar kembali
penting dan membuktikan kemampuan keuangan yang baik dari debitur.
g. Insurance
Insurance bagi debitur merupakan sarana pengaman kredit, yaitu dalam
hal ini dapat berupa jaminan kredit. Jaminan merupakan suatu hal yang
penting dalam keputusan pemberian pinjaman.
h. Interest, Commission dan Extras
Kebijakan pemberian kredit pada bank atau lembaga pembiayaan
memperlakukan tingkat bunga untuk setiap jenis debitur dan kredit.
Tingkat suku bunga ini digunakan untuk menjamin risiko kredit. Komisi
ditujukan untuk biaya-biaya yang mungkin dikumpulkan sebagai hasil
dari transaksi kredit. Extras berarti biaya-biaya lain yang digunakan
dalam transaksi kredit. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen
risiko kredit merupakan jumlah kerugian pada saat terjadinya gagal
bayar dikurangi dengan jaminan yang ada. Kerugian yang diharapkan
dan kerugian yang tidak diharapkan oleh perusahaan diukur berdasarkan
deviasi normal dan konsep Value at Risk.32
4. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Kountur, manajemen risiko adalah cara-cara yang
digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang
29
disebabkan oleh adanya risiko.33
Proses manajemen risiko dimulai dengan
mengidentifikasi, mengukur dan menangani risiko-risiko yang dihadapi
perusahaan. Tampubolon mendefinisikan manajemen risiko sebagai
paradigma baru berupa tata kelola organisasi yang tidak bersifat statis
(lentur) agar mampu menanggapi risiko usaha yang terus berkembang
sejalan dengan perubahan yang terjadi.34
Djohanputromendefinisikan
manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur dan
sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,
mengembangkan alternatif penanganan risiko dan dalam memonitor serta
mengendalikan penanganan risiko.35
Secara lebih spesifik, Lam mendefinisikan manajemen risiko kredit
sebagai proses yang berkenaan dengan identifikasi, mengkuantifikasi,
mengawasi, dan mengendalikan risiko kredit, transaksi kredit dan tingkat
portofolio kredit.36
5. Siklus Manajemen Risiko
33
Kountur, Op.Cit. h.27.
34
Tampubulon, Op.Cit. h.45.
35
Djohanputro, Op.Cit. h.39.
36
Lam, J. Enterprise Risk Management From Incentives to Controls(New Jersey: Wiley
Finance, 2003).
30
Menurut Djohanputro siklus manajemen risiko terdiri dari lima
tahap.37
Tahap 1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan
melakukan analisis pihak berkepentigan (stakeholders).
Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared value,
strategy, structure, staff, skills, system dan style.
Tahap 2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan
kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau
eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan
kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko
terjadi, semakin tinggi pula risikonya.
Tahap 3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas disebabkan karena
keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Pemetaan
bertujuan untuk memilah-milah risiko yang mampu memberi kontribusi
positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola.
Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko
37
Djohanputro, Op.Cit. h.41.
31
Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa
pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur
organisasi pengelolaan.
Tahap 5. Monitor dan Pengendalian
Monitor dan pengendalian penting dilaksanakan karena :
1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana.
2. Manajemen perlu memastikan model pengelolaan risiko cukup efektif,
artinya model yang diterapkan sesuai dan mencapai tujuan pengelolaan
risiko.
3. Risiko itu sendiri berkembang. Monitor dan pengendalian bertujuan
untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan
berubahnya profil risiko.
Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis
pada perubahan prioritas risiko. Menurut Tampubolon, proses manajemen
risiko yang menjadi tanggung jawab manajer risiko sebagai berikut :38
1. Mengidentifikasi risiko dengan menggunakan alat seperti risk
workshop, scenario, dan risk assesment.
2. Mengelompokkan risiko berdasarkan kategorinya.
3. Mengukur risiko.
4. Menilai dan mengukur pengendalian.
38
Tampubulon, Op.Cit. h.47.
32
5. Mitigasi risiko berupa program pengarah untuk menghilangkan,
mengurangi, menetapkan atau justru meningkatkan risiko yang ada.
6. Memantau risiko dengan menetapkan frekuensi pemantauan
berdasarkan tinggi rendahnya risiko yang ada.
6. Analisis Risiko Kredit
Menurut Lam, analisis internal risiko kredit atau model portofolio
kredit digunakan untuk mengukur risiko kredit dari exposure individual
dan menghitung besarnya kerugian yang dihadapi. Analisis internal risiko
kredit terdiri dari beberapa model, antara lain :39
1. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s
2. Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur
modal. Analisis pada model ini berdasarkan pada kemungkinan
tingkat kegagalan debitur (peminjam) yang ditinjau dari nilai asset.
Model ini digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency
swaps dan option pricing .
3. Econometric Model, yaitu McKinsey and Company’s.
4. CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan (default
rate) untuk debitur individu atau kelompok dengan
memperhitungkan perilaku variabel makroekonomi.
5. Actuarial Model, yaituCreditRisk+ Model. CreditRisk+ Model
didasarioleh pendekatan portofolio untuk membentuk pola risiko
kegagalan kredit dari informasi jumlah exposure dan kualitas kredit.
39
Lam. Op.Cit. h.27.
33
Pengukuran CreditRisk+ Model menggunakan recovery rates,
tingkat gagal bayar (default rates), dan volatilitas gagal bayar
(default rates volatilities). Metode CreditRisk+ adalah model credit
default risk yang berarti tidak mengasumsikan penyebab terjadinya
gagal bayar (default). Metode CreditRisk+ bersifat default model
yang berarti semua portofolio exposure menunjukkan risiko gagal
bayar kredit konsumen. Metode CreditRisk+ diperkenalkan oleh
Credit Suisse Group Boston pada Desember 1996. Model ini bisa
diterapkan untuk menghitung risiko kredit, dimana distribusi
kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari
default kredit (frequency of event) dan nilai dari kredit yang gagal
(severity of loan losses).
B. Manajemen Risiko dalam Islam
Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu perusahaan dapat dikaji
dari kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah
mimpi sang raja termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf:43 sebagai berikut:
َوَس%َۡ+ ُس�A�َ : Bٍٰ5َ%ُُۢۡآ5ُُ"�@ َس%ٌۡ+ ِ
34
kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir
lainnya yang kering.’Hai orang-orang yang terkemuka:
’Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu
dapat mena’birkan mimpi.’(QS. Yusuf: 43).
Sedangkan kisah Yusuf mentakwilkan mimpi sang raja dijelaskan dalam
al-Qur’an Surat Yusuf:46-49 sebagai berikut:
َوَس%ِۡ+ : A�َُۡآ5ُُ"�@ َس%ٌۡ+ ِ
35
gandum lambang pangan yang tersedia. Setiap bulir sama dengan setahun.
Demikian juga sebaliknya.40
Dari kisah tersebut, bisa dikatakan bahwa pada tujuh tahun kedua akan
timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu risiko yang menimpa negeri
Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi sang raja yang kemudian
ditakwilkan oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran dan
pengendalian atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal ini
dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat seluruh negeri untuk
menyimpan sebagian hasil panennya pada panenan tujuh tahun pertama demi
menghadapi paceklik pada tujuh tahun berikutnya. Dengan demikian maka
terhindarlah bahaya kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh
suatu pengelolaan risiko yang sempurna. Proses manajemen risiko diterapkan
Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan pengukuran, dan
pengelolaan risiko.41
Pada dasarnya Allah swt mengingatkan manusia atau suatu masyarakat,
dimana ada kalanya dalam situasi tertentu mempunyai aset dan modal yang kuat,
namun suatu saat akan mengalami kesulitan. Hanya saja bagaimana mengatasinya
dalam menghadapi kesulitan maka kita harus menyiapkan untuk perhitungan dan
pandangan yang luas.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet.
Ke-V, h. 471-472.
41
Fatkhur Rokhman, “Manajemen Risiko dalam Islam”.
http:// xa.yimg.com/kq/groups/24017033/470117059/name/Manajemen.diakses pada
10 Agustus 2014.
36
Secara filsafati, demi melihat kisah Yusuf atas negerinya itu maka
sejatinya manusia itu akan selalu menginginkan suatu kepastian, bukan suatu
kemungkinan. Manusia akan selalu menginginkan kestabilan, bukan fluktuatif.
Dan hanya ada satu dzat yang maha pasti dan maha stabil, yaitu Allah swr. Ketika
manusia berusaha untuk memperoleh kepastian sejatinya dia sedang menuju Allah
swt. Ketika manusia berusaha untuk menjaga kestabilan, sesungguhnya dia sedang
menuju Allah swt.. Hanya Allah swt. yang stabil, tetap, abadi dan pasti, mutlak.
Oleh karena itu, ketika manusia berusaha memenuhi segala hal dalam manajemen
risiko, mengatur semua hal yang terkait dengan risiko, sejatinya manusia itu
sedang memenuhi panggilan Allah swt..
Pada ayat lain yang berkenaan dengan penempatkan investasi serta
manajemen risiko dalam pertimbangan yang penting, ialah surat Lukman:34
ۡbِۡري َن��َ �
� 1�ِ ٱ�Aَۡر�Xَِۡمۖ َوََ �ُ5َۡF�ََو cَۡTَ̀ :fِإن@ ٱ�Wَ@5 ِ
37
investasi sebagai bekal dunia dan akhirat.42
Serta diwajibkan berusaha agar
kejadian yang tidak diharapkan, tidak berdampak pada kehancuran fatal
terhadapnya (memitigasi risiko).
Dalam Hadits juga dikisahkan, seseorang berkata kepada Nabi saw, “Aku
lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?” Nabi bersabda, “Ikatlah kemudian
bertawakkallah kepada Allah.”43
. Dalam riwayat Imam Al-Qudha’i disebutkan
bahwa Amr bin Umayah ra. berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rosululloh!! Apakah
aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah
aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?’, Beliau menjawab, ‘Ikatlah
untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.”44
. Dari hadits tersebut, ringkasnya
tergambar bahwa tawakkal tanpa usaha lebih dahulu adalah salah dan keliru
menurut pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh
agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berupaya dan berusaha
serta bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah,
setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu
masih juga hilang misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan agama orang itu
sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang.
Makna tawakal ini yang diartikan sebagai manajemen risiko.45
42
M. Quraish Shihab,Op.Cit. , h.166-167.
43
HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami’ush Shoghir.
44
Diposting oleh http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/tawakkal.html dari Musnad Asy-
Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368.
38
Segala kekayaan yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah semata.
Allah‐lah penguasa segala apa yang ada di langit dan di bumi. Kekayaan yang
kemudian diakui manusia sebagai milik manusia sejatinya adalah milik Tuhan.
Bahkan diri manusia itu sendiri adalah juga milik Tuhan. Kepemilikan yang ada
pada manusia bersifat relatif dan tidak abadi, sedangkan kepemilikan yang ada
pada Tuhan bersifat mutlak dan abadi. Oleh karena itu, ketika manajemen risiko
dilakukan oleh manusia dengan penuh tanggungjawab, maka sesungguhnya
manusia telah berusaha untuk menjaga amanah yang dibebankan Tuhan kepada
manusia untuk menjaga kekayaan milikNya.
Dengan menjaga amanah inilah kemudian manusia bisa dikatakan sebagai
menyembah kepada Tuhan. Dan tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia
kecuali hanya untuk menyembah Allah saja46
, tidak yang lainnya. Dengan
menyembah Allah inilah kemudian dikatakan bahwa inilah jalan yang lurus yang
disediakan Tuhan bagi manusia dalam upayanya mencapai Tuhan.
Manusia yang memegang amanah dan kemudian menyampaikannya
kepada yang berhak menerimanya sesungguhnya telah memenuhi perintah Allah.
Dengan demikian, ketika manusia melaksanakan pengelolaan risiko dengan baik
dan sempurna, berarti manusia telah berusaha menjaga harta kekayaan Tuhan
45
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin Jilid 1 , Penerjemah Achmad Sunarto,
(Jakarta: Pustaka Imani, 1999) Cet. IV. 46
Q.S.Az-Zariyat Ayat 56.
39
yang dibebankan kepada manusia. Dengan mendasarkan diri pada prinsip inilah
kemudian dalam tataran lahiriah aplikasi dilaksanakan dengan mengelola risiko
baik risiko murni maupun risiko spekulatif. Dan sejatinya ketika manusia telah
melakukan pengelolaan risiko ini dengan baik maka dia telah memperoleh
hidayah jalan yang lurus dengan adanya pemahaman dalam jiwanya mengenai arti
penting pengelolaan risiko dengan baik.
Manusia ini tentunya akan mempertimbangkan bahwa di masa kehidupan
setelah mati nantinya akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah
diperbuatnya terhadap harta kekayaan yang telah Allah berikan kepada mereka.
Meskipun ketika seorang manusia gagal mengelola risiko kemudian menemui
kerugian, tidak dengan sendirinya mengurangi harta kekayaan Allah. Kerugian itu
kemudian hanya akan menimpa orang yang gagal mengelola risiko saja. Tidak
berdampak apapun terhadap kekayaan Tuhan. Yang terjadi kemudian hanyalah
perpindahan kekayaan dari orang satu kepada orang lainnya saja. Kegagalan
mengelola risiko ataupun keberhasilannya tidak berdampak apapun terhadap
kekayaan Tuhan. Kegagalan dan keberhasilan hanya berdampak langsung kepada
manusia itu sendiri.
Kegagalan mengelola risiko juga hanyalah akibat kesalahan manusia
sendiri. Bukan kemudian menjadi kesalahan Tuhan, meski Tuhan mempunyai
kehendak atas apapun yang terjadi pada diri manusia.
Manajemen risiko bagi umat Islam adalah suatu hal yang penting untuk
dilaksanakan. Manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa manusia
berusaha menjaga amanah Tuhan atas harta kekayaan. Kegagalan mengelola
40
risiko tidak kemudian membawa kerugian bagi Allah, tetapi hanya akan
berdampak kepada manusia yang telah gagal dalam mengelola risiko tersebut.
Kerugian yang dialami manusia akibat kegagalan mengelola risiko tidak
berdampak apapun terhadap jumlah kekayaan Tuhan atas langit dan bumi ini.
Kerugian yang diderita manusia yang gagal mengelola risiko hanya akan
memindahkan amanat kekayaan kepada orang lain yang lebih baik dalam
mengelola risiko. Dengan pemahaman atas pengelolaan risiko yang baik, akan
berdampak pada kemampuan manusia menemukan Tuhan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
dengan meneliti langsung ke PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin untuk
memperoleh data maupun informasi yang berakaitan dengan penelitian. Penelitian
ini bersifat kualitatif, yaitu dengan menganalisis data pengelolaan dan
pengendalian (program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin dan manajemen resiko dalam Islam.
B. Subjek dan Objek Penelitian
41
Subjek penelitian ini adalah PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.
Objek Penelitian ini adalah manajemen risiko kredit mobil pada PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin dan manajemen risiko dalam Islam.
C. Data dan Sumber Data
Data yang ingin digali dalam penelitian ini,terbagi atas:
a. Data primer, yaitu data yang berkaitan langsung dengan manajemen
risiko kredit mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan
manajemen risiko dalam Islam.
b. Data Sekunder, yaitu data yang tidak membahas langsung mengenai
objek penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri atas:
a. Responden, yaitu orang yang terlibat langsung dalam penelitian ini yakni
pegawai di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, terutama mereka
yang bertugas sebagai pelaksana kredit.antara lain :
1) Head colletion, yaitu kepala cabang divisi kolektor
2) PAO, yaitu Problem Account Officeryaitu penanganan kredit bermasalah
(overdue 30 hari ke atas)
3) Field Collection, yaitu kolektor lapangan yang melakukan penanganan
kredit overdue 8-30 hari
42
b. Informan, ialah pihak-pihak yang dianggap penulis dapat memberikan
keterangan dan tambahan informasi,dalm hal ini adalah pihak ketiga atau
External collection. yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Teknik Penggumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini antara lain observasi, wawancara langsung, dan dokumentasi.
Observasi yaitu peneliti melakukan penelitian langsung ke PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin guna memperoleh data yang berkaitan dengan objek
penelitian, Kemudian dilakukan juga wawancara langsung dengan responden yang
memiliki job description yang berkaitan dengan objek penelitian, dokumentasi
juga dikumpulkan berupa data-data baik dari sumber primer maupun sekunder
untuk melengkapi hasil penelitian.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan data
Dalam hal ini penulis mempunyai teknik dan pengolahan data
sebagaimana berikut:
1. Editing, yaitu menyeleksi dan mempelajari kembali semua data yang
telah terkumpul dan diperoleh untuk mengetahui kelengkapannya agar
menjadi sempurna sehingga dapat disiapkan untuk diproses lebih
lanjut.
43
2. Kategorisasi, yaitu pengelompokan dengan kualitas.47
Data-data yang
telah diperoleh dikelompokkan sesuai jenisnya masing-masing
sehingga mudah dipahami.
3. Interpretasi, yaitu memberi penafsiran atau pemahaman seperlunya
terhadap data yang susah dipahami dan dimengerti, agar tidak
membingungkan.
b. Analisis data
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka analisis data
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu analisis
mendalam berkaitan dengan manajemen risiko kredit di PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin yang hasilnya akan diuraikan dengan kalimat-kalimat
bukan angka dengan mengacu pada kerangka teori dan sebagian data
menggunakan analisis komparatif.
F. Tahapan Penelitian
Adapun beberapa tahapan penelitian yang ditempuh penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah
yang siap dimunaqasyahkan, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap Pendahuluan
47
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi (Bandung: Angkasa,
t.th.), h. 151.
44
Pada tahap ini penulis menetapkan masalah penelitian yang diperoleh
dari literatur dan observasi awal ke perpustakaan mempelajari bahan literatur
yang akan dijadikan objek penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing, dan kemudian dituangkan dalam sebuah desain
operasional penelitian yang diajukan kepada Biro Skripsi Fakultas Syariah
untuk mendapat persetujuan. Setelah diterima atau disetujui barulah penulis
mendapat surat penetapan judul dan pembimbing untuk kemudian
berkonsultasi dalam rangka mengadakan seminar desain operasional.
b. Tahap Pengumpulan Data
Setelah diseminarkan dan diadakan konsultasi, penulis meminta
dibuatkan surat riset untuk kemudian melakukan kunjungan ke PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin, sehingga diperoleh data-data dan informasi
terkait permasalahan yang akan diteliti.
c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data yang diperlukan selama riset telah dirasakan sudah
mencukupi, kemudian data tersebut diolah dengan teknik pengolahan secara
editing kategorisasi, dan diinterprestasi. Setelah diolah, kemudian dianalisis.
d. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan dengan sistematika
penulisan untuk menjadi sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan cara berkonsultasi kepada dosen pembimbing dan asisten pembimbing
sehingga menjadi karya tulis dalam bentuk skripsi yang siap
dimunaqasyahkan.
45
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
46
A. Penyajian Data
1. Gambaran Umum PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran atau berkala. PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memperoleh ijin
usaha sebagai perusahaan pembiayaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 1151/KMK.013/1989 tanggal 17 Oktober 1989 dan No.
1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus 1990. PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin memulai operasi komersial pada tahun 2007. PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin didirikan pada tanggal 1 Mei 2007 memperoleh ijin dalam
bidang Sewa Guna Usaha, Anjak piutang dan Pembiayaan Konsumen.48
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki visi untuk menawarkan
solusi keuangan yang terbaik bagi pelanggan secara individual dan untuk
mencapainya misi yang dilakukan antara lain:49
1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek kehati-
hatian. Hal ini berarti menjalankan bisnis dengan prosedur dan aturan
main yang sederhana, efisien dan cepat tetapi tetap menjalankan fungsi
pengendalian untuk meminimalisir risiko bisnis.
2. Memberikan produk berupa keuntungan finansial atau jasa keuangan
48
http://www.bcafinance.co.id/profile/
49
Ibid.
47
kepada segmen konsumen kelas bawah.
3. PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memperkuat dan melebarkan
infrastruktur (fasilitas) untuk mendukung kredit mikro (kredit untuk
kebutuhan yang bersifat konsumtif) dan kredit tanpa jaminan.
4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi mobil.
5. Mencapai harapan para konsumen, karyawan, pemegang saham,
kreditur dan pemerintah.
Struktur Organisasi PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
PT. BCA Finance memiliki kantor pusat yang berlokasi di Jakarta
dan 104 kantor cabang yang berada di seluruh Indonesia. Kantor pusat PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki peran do the right things
yang berarti melakukan sesuatu yang benar atau efektif sedangkan kantor
cabang memiliki peran do the things right yang berarti melakukan sesuatu
secara benar atau efisien. Struktur organisasi kantor pusat PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin, terdiri dari:50
1. Dewan Komisaris yang dipimpin oleh Presiden Komisaris Dewan
komisaris yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham
dalam mengawasi berjalannya suatu perusahaan.
2. Dewan Direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur
a. Marketing Director
Marketing Director membawahi Marketing Division dan Remedial
and Legal Division.Marketing division berperan untuk meningkatkan
50
Ibid.
48
volume konsumen baru dan meningkatkan hubungan antara
perusahaan dengan penjual mobil seperti dealer mobil. Remedial and
Legal Division berperan untuk meningkatkan tingkat recovery
terhadap konsumen gagal bayar.
b. Operational Director
OperationalDirector membawahi Operational Division dan
Finance Cabang Banjarmasin Division. Operational Division
berperan dalam manajemen pengumpulan transaksi kredit terhadap
konsumennya (collection management). Finance Division
berperan untuk meminimalkan biaya usaha (cost of fund).
c. Business Support Director
Business Support Director membawahi Information and Technology
(IT) Division, Corporate Development Division dan Corporate
Community. IT Division berperan untuk mengelola sistem secara
keseluruhan dan sistem informasi manajemen. Corporate
Development Division berperan dalam sumber daya manusia di
lingkungan perusahaan seperti Human Research Development
(HRD). Corporate Community berperan sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap stakeholders (karyawan perusahaan,
masyarakat, pemerintah, konsumen).
3. Tim Audit
4. Risk Portofolio Division
Risk Portofolio Division merupakan divisi lintas divisi (divisi
49
operasional, pemasaran, keuangan serta Remedial and Legal) yang
menangani kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko. Struktur
organisasi departemen wilayah kantor cabang terdiri dari struktur
organisasi kantor cabang itu sendiri dan Marketing Field. Kantor
cabang memiliki enam departemen yaitu Departemen Kredit, Account
Receivables (AR), Remedial, Finance Cabang Banjarmasin,
Personal and Business Support (PBS) dan Used Car (UC). Kantor
cabang berperan dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional,
memiliki produktivitas yang telah ditetapkan, kecepatan dan akurasi
pelayanan terhadap konsumen.
Skema Kredit dan Business Partner PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin
Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam lingkup bisnis PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin yaitu dealer dan konsumen. Sebagai
perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
memiliki kerjasama bisnis dengan dealer yang menjual mobil dengan
mencairkan dana tunai kepada dealer tersebut apabila konsumen telah
memenuhi persyaratan kreditnya.Konsumen yang telah memenuhi
persyaratan tertentu memiliki kewajiban membayar kepada PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin berdasarkan syarat-syarat yang telah
disepakati. Dealer mengirimkan mobil kepada konsumen setelah
memenuhi persyaratan kredit pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
50
Pencairan Angsuran
Mobil
Gambar 2. Skema kredit dan business partner PT. BCA Finance
Perkembangan Aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
Sejak didirikan pada tahun 2006, PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat
dengan pertumbuhan aktiva perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu
tahun 2011 sampai tahun 2012 terjadi peningkatan total aktiva dari Rp
8,73 milyar menjadi Rp 15,33 milyar. Persaingan antar perusahaan
pembiayaan dan perekonomian yang kurang baik dibandingkan tahun
2010 menyebabkan total aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
menurun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 10,48 milyar. Penurunan
total aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengindikasikan
terjadi penurunan kinerja perusahaan tersebut. Perkembangan total aktiva
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun waktu tahun 2010
sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.
PT BCA FINANCE
DEALER KONSUMEN
51
Gambar 3. Perkembangan total aktiva PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin tahun 2010-2012
(PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012)(diolah)
Perkembangan Kinerja Keuangan PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin
Perkembangan usaha PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
selama tiga tahun terakhir menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) selama tahun 2010 hingga tahun 2011 (PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012). Persaingan usaha antar
perusahaan pembiayaan semakin ketat. Hal ini menyebabkan perusahaan-
perusahaan pembiayaan yang tidak memiliki keuangan yang kuat kurang
bisa bertahan dalam industri ini. Sebagai perusahaan pembiayaan dengan
keuangan yang cukup kuat, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin masih
52
tetap terkena dampak dari persaingan usaha dalam industri pembiayaan ini.
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengalami peningkatan total kredit
kotor dari tahun 2010 sebesar Rp 7,89 milyar, tahun 2011 sebesar Rp 14,05
milyar hingga tahun 2012 sebesar Rp 9,30 milyar.
Peningkatan total kredit tersebut tidak disertai dengan
perkembangan kinerja keuangan yang baik. Perkembangan usaha yang
kurang baik ini mengindikasikan peningkatan risiko usaha suatu perusahaan.
Kinerja keuangan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun
waktu tahun 2010 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin tahun 2010-2012
Sumber : PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012 (diolah)
Tabel 1 menunjukkan tingkat profitabilitas usaha (Gross ROA, Net
ROA, dan ROE) PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengalami
penurunan dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Gross Return On Total
Assets (ROA) menunjukkan penurunan kinerja dengan rata-rata 15,08
53
persen dari tahun 2010 (6,95%) hingga tahun 2012 (4,55%). Hal ini
berarti terjadi penurunan kemampuan manajemen dalam menghasilkan
pendapatan dari pengelolaan harta yang ada.
Net ROA menunjukkan penurunan kinerja dengan rata rata 11,90
persen dari tahun 2010 (4,57%) hingga tahun 2012 (3,25%). Net ROA
pada Tabel 1 menunjukkan penurunan kemampuanmanajemen dalam
memperoleh laba bersih dan efisiensipengelolaan harta secara
keseluruhan. Penurunan Return On Equity (ROE) PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 33,27 persen dari tahun 2010
(46,26%) hingga tahun 2012 (20,43%) menunjukkan penurunan
kemampuan manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola modal
yang tersedia untuk mendapatkan pendapatanbersih.
Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini
terlihat dari peningkatan net profit margin dan rate of return on loans
dari tahun 2010 hingga tahun 2012 seperti pada Tabel 1. Net profit
margin PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun waktu
tahun 2010 (65,76%) hingga tahun 2012 (71,43%) mengalami
peningkatan dengan rata-rata 4,23 persen. Hal ini menunjukkan
peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan
bersih dari kegiatan operasi perusahaan tersebut. Begitu pula dengan rate
of return on loans yang mengalami peningkatan dengan rata-rata 60,83
persen dari tahun 2010 (0,76%) hingga tahun 2012 (1,72%). Peningkatan
54
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga
terhadap jumlah kredit yang dicairkan.
Tabel 1 menunjukkan peningkatan tingkat solvabilitas PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin dari tahun 2010 hingga tahun 2012.
Peningkatan tingkat solvabilitas pada Tabel 1 terlihat pada peningkatan
primaryratio dan capital ratio . Hal ini menunjukkan peningkatan
kemampuan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dalam mencari
sumber dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Tingkat
solvabilitas juga dapat menjadi alat ukur untuk melihat kekayaan dan
efisiensi bagi manajemen perusahaan. Primary ratio mengalami
peningkatan dengan rata-rata 36,66 persen dari tahun 2010 (9,88%)
hingga tahun 2012 (15,91%). Peningkatan primary ratio menunjukkan
peningkatan ketersediaan modal perusahaan untuk menutupi apabila
terjadi penurunan total assets. Peningkatan capital ratio PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun
2010 (14,17%) hingga tahun 2012 (25,26%) menunjukkan peningkatan
permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan
terutama risiko gagal bayar konsumen. Peningkatan credit risk ratio PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 60,07 persen dari
tahun 2010 (0,20%) hingga tahun 2012 (0,50%) menunjukkan
peningkatan risiko kredit macet dapatmerugikan perusahaan terhadap
kredit yang disalurkan. Interest margin PT. BCA Finance Cabang
55
Banjarmasin pada Tabel 1 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga bersih
dibandingkan total kredit yang dicairkan mengalami penurunan dengan
rata-rata 22,94 persen dari tahun 2010 (-11,19%) sampai dengan tahun
2012 (-14,93%). Persentase negatif berarti kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pendapatan ditinjau dari pendapatan bunga masih rendah
dibandingkan dengan beban yang telah dikeluarkan oleh PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin.
Karakteristik Portofolio Kredit Mobil PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin
Pada tahun 2011, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki
2.426 konsumen di seluruh Kalimantan Selatan dengan total kredit sebesar
Rp 15,54 Milyar (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012). Dalam
menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin memiliki segmentasi konsumen berdasarkan kriteria tertentu
yaitu berdasarkan jumlah kredit yang diberikan kepada konsumen, harga
mobil, dana awal pembayaran konsumen (down payment), usia konsumen,
jangka waktu kredit, pendapatan konsumen dan wilayah penyebaran kredit.
Gambar 4 menunjukkan portofolio segmentasi total kredit mobil PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin pada tahun 2011 berdasarkan jumlah kredit
terhadap konsumennya.
56
Gambar 4. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria jumlah kredit Tahun
2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)
Gambar 4 menunjukkan bahwa sebesar 50,01 persen dari total
kredit PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin berada pada jumlah kredit
konsumen antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin mempunyai jumlah kredit konsumen antara Rp 5 ribu sampai
Rp 10 ribu sebesar 46,67 persen dari total kredit dan jumlah kredit
konsumen kurang dari Rp 5 ribu sebesar 2,53 persen dari total kredit serta
jumlah kredit konsumen lebih dari 15 ribu sebesar kurang dari satu persen
dari total kreditnya. Gambar 5 menunjukkan portofolio segmentasi kredit
mobil PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin berdasarkan harga mobil
yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
57
Keterangan : x = harga mobil
Gambar 5. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria harga mobil
tahun 2012 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
(PT.BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012) (diolah)
Gambar 5 menunjukkan bahwa sebesar 74,59 persen dari total
kredit yang ditujukan pada konsumen yang melakukan transaksi kredit
dengan harga mobil antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. Sebesar 19,89
persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen dengan harga mobil
Rp 100 juta. Sebesar 5,08 persen dari total kredit ditujukan kepada
konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan harga mobil antara Rp
150 juta sampai Rp 200 juta. Sebesar 0,44 persen dari total kredit untuk
kredit konsumen dengan harga mobil lebih dari Rp 200 juta. Berdasarkan
data di atas, maka potensi peningkatanrisiko kredit di PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin dapat terjadi untuk konsumen dengan kredit pada
harga mobil antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta.
Berdasarkan dana awal penyetoran konsumen (down payment),
58
total kredit yang ditujukan untuk konsumen dapat dilihat pada Gambar 6.
Keterangan = x = down payment
Gambar 6. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria down payment
tahun 2012 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)
Gambar 6 menunjukkan bahwa sebesar 77,37 persen total kredit
ditujukan pada konsumen dengan down payment kurang dari 20 persen.
Sedangkan kurang dari delapan persen total kredit tahun 2012 ditujukan
konsumen dengan down payment diatas 20 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat risiko kredit PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin terjadi sebagian besar disebabkan pemberian kredit yang
ditujukan kepada konsumen dengan down payment yang rendah (kurang
dari 20 persen). Pemberian kredit berdasarkan kriteria usia konsumen,
dapat dilihat pada Gambar 7.
59
Keterangan : x = usia konsumen
Gambar 7. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria usia konsumen
tahun 2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2007) (diolah)
Gambar 7 menunjukkan bahwa sekitar 36,38 persen dari total kredit ditujukan
kepada konsumen dengan usia antara 30 tahun sampai 40 tahun. Total pemberian
kredit untuk usia antara 20 – 30 tahun dan 40 – 50 tahun sejumlah 27,85 persen
dan 26,76 persen. Sekitar 9,01 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen
antara usia 50 tahun sampai 60 tahun. Portofolio kredit mobil berdasarkan jangka
waktu kredit konsumen PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dapat dilihat pada
Gambar 8.
60
Keterangan : x = jangka waktu kredit
Gambar 8. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria jangka waktu
kredit tahun 2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin
(PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)
Gambar 8 menunjukkan bahwa sekitar 67,38 persen dari total kredit
tahun 2010 ditujukan kepada konsumen dengan jangka waktu kreditnya
antara 24 bulan sampai 36 bulan (2 – 3 tahun). Hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian besar potensi peningkatan risiko kredit pada PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin terjadi untuk konsumen yang melakukan
transaksi kredit dalam jangka waktu yang menengah (2 – 3 tahun). Sekitar
20,15 persen dari totalkredit ditujukan pada konsumen dengan jangka
waktu kredit antara 12 bulan sampai 24 bulan. Sekitar 8,41 persen dari total
kredit ditujukan untuk konsumen dengan jangka waktu diatas 36 bulan (3
tahun) dan 2,89 persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan
jangka waktu kredit kurang dari satu tahun. Portofolio kredit mobil
berdasarkan kriteria pendapatan konsumen PT. BCA Finance Cabang
61
Banjarmasin dapat dilihat pada Gambar 9.
Keterangan : x = pendapatan konsumen
Gambar 9. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria pendapatan
konsumen tahun 2010 di PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2011)
(diolah)
Gambar 9 menunjukkan bahwa sekitar 64,94 persen dari total kredit
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin tahun 2011 ditujukan untuk
konsumen dengan pendapatankurang dari Rp 8.000.000,00. Hal ini sesuai
dengan misi dari perusahaan tersebut untuk memberikan fasilitas jasa
keuangan bagi segmen kelas menengah ke bawah. Kebijakan mengenai
segmentasi konsumen ini tidakterlepas dari terjadinya risiko kredit. Sekitar
32,23 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen dengan
pendapatan antara Rp 8.000.000,00 sampai Rp 15.000.000,00 sedangkan
kurang dari tiga persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan
pendapatan diatas Rp 15.000.000,00
62
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Mobil PT. BCA
Finance Cabang Banjarmasin
PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin telah menempatkan posisinya
sebagai perusahaan pembiayaan mobil terbesar di Kalimantan. Sebagai
perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin tidak
terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko kredit terjadi ketika perusahaan
pembiayaan menghadapi kemungkinan ketidakmampuan konsumennya untuk
membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin berkaitan dengan persetujuan suatu kredit
atas mobil dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi
konsumennya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan
syarat-syarat yang telah disepakati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin
63
Sumber : Data primer dan data sekunder pada PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin , 2010(diolah)
Berdasarkan Tabel 2, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit
dapat diklasifikasikan menjadi tiga sumber faktor yaitu faktor internal
perusahaan,konsumen dan lingkungan.
1. Faktor internal perusahaan
Meskipun telah menjadi salah satu perusahaan pembiayaan
terbesar di Kalimantan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin harus
mampu meningkatkan kualitas internal perusahaannya agar mampu
meningkatkan kinerjanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit
yang berasal dari internal PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin yaitu
berasal dari kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM),
Teknologi dan Informasi (TI), kebijakan perusahaan dan keuangan.
a. Kualitas dan kuantitas SDM
Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin harus memiliki kualitas SDM yang baik dan kuantitas
SDM yang memadai baik di kantor pusat maupun kantor cabangnya.
SDM yang berkualitas dapat memimimalisir kemungkinan terjadinya
risiko kredit. Dalam kaitannya dengan operasional perusahaan yang
berhubungan dengan kredit mobil yang dijalankan PT. BCA Finance
Cabang Banjarmasin maka faktor SDM sangat penting untuk
departemen-departemen yang berperan dalam transaksi kredit seperti
Departemen Kredit, Departemen Account Officer (AO), dan
64
Departemen Remedial. Kerugian risiko kredit yang terkait dengan
faktor SDM internal perusahaan berkenaan dengan moral hazard
danmoralehazard (Lampiran 1). Moral hazard terjadi apabila
karyawan internal perusahaan dengan sengaja melakukan tindakan
demi menguntungkan diri sendiri terutama dalam menjalankan
tugasnya sehingga menimbulkan kerugian risiko kredit bagi
perusahaan. Morale hazard dapat terjadi karena kekuranghati-hatian
karyawan dalam melakukan transaksi kredit dengan konsumen.
Bagi Departemen Kredit, SDM merupakan aspek vital dalam kegiatan
usaha perusahaan ini. Dalam departemen kredit, kualitas surveyor
harus baik karena memiliki tanggung jawab atas kemungkinan
persetujuan kredit mobil terhadap calon konsumennya. Apabila
kualitas surveyor rendah maka akan meningkatkan risiko kredit
perusahaan ini seperti kesalahan dalam memberikan laporan
kelayakan calon konsumen. Ketidakmampuan konsumen dalam
membayar angsuran kredit dapat disebabkan karena kesalahan
surveyor dalam mensurvei calon konsumen kredit sebelum kredit
diberikan.
Bagi Departemen Account Officer (AO), kolektor memiliki peran
yang sangat penting. Kualitas kolektor yang baik dapat meminimalisir
kemungkinan keterlambatan pembayaran angsuran kredit konsumen.
Kolektor bertugas untuk mengumpulkan angsuran konsumen untuk
angsuran kredit yang jatuh tempo maupun untuk angsuran kredit yang
65
telah melebihi jatuh tempo (overdue) sampai 60 hari. Bagi
Departemen Remedial, kualitas eksekutor yang baik dalam menindak
konsumen yang tidak mampu membayar sisa angsuran kredit dapat
meminimalkan kerugian yang diterima perusahaan. Eksekutor
berperan untuk mengumpulkan semaksimal mungkin pendapatan dari
angsuran kredit bermasalah yang telah melebihi 60 hari dari jatuh
tempo dan melakukan tindakan berdasarkan prosedur yang telah
ditetapkan terhadap konsumen tersebut.
b. Teknologi dan Informasi (TI)
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat
memungkinkan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam dunia
usaha, tidak terkecuali PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin .Oleh
karena itu, teknologi dan informasi berperan sangat penting terutama
dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan transaksi
bisnis perusahaan tersebut (kebijakan mengenai kredit) yang berasal
dari kantor pusat kepada kantor cabangnya. PT. BCA Finance Cabang
Banjarmasin memiliki sistem terintegrasi untuk menganalisis kelayakan
calon konsumen atau pemeringkatan kredit (credit scoring) secara
terkomputerisasi berdasarkan variabel-variabel yang ditetapkan PT.
BCA Finance Cabang Banjarmasin. Sistem ini memungkinkan
efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai kelayakan calon
konsumen secara tepat. Ketepatan penilaian kelayakan calon konsumen
dapat meminimalisir kerugian risiko kredit. Sistem yang diterapkan PT.