98
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterpurukan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan kurang berkembangnya berbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor industri keuangan, akan tetapi pada perkembangannya, pertumbuhan lembaga keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institutions) selama periode tahun 2000 hingga periode Maret 2012 mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data statistik Bank Indonesiatahun 2012 persentase kontribusi lembaga keuangan bukan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada harga berlaku mengalami peningkatandari rata-rata 0,60 persen di tahun 2000 menjadi 0,79 persen padaMaret 2012. Peningkatan ini menunjukkan adanya kemajuan perusahaan pembiayaan, dimana dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2011, pembiayaan konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per tahun yang juga menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2011. 1 Di Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktifmelakukan kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yangmemperoleh ijin dari Departemen Keuangan. Menurut Shinduwinata,jumlah lembaga pembiayaan 1 Bank Indonesia. 2011. Kondisi Perusahaan Pembiayaan Tahun 2011 dalam Economic ReviewJournal. http://www.google.com. [24 Februari 2007].

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangidr.uin-antasari.ac.id/947/1/ISI (BAB I-IV).pdfmengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Keterpurukan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan kurang

    berkembangnya berbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor industri

    keuangan, akan tetapi pada perkembangannya, pertumbuhan lembaga keuangan

    bukan bank (Non Bank Financial Institutions) selama periode tahun 2000 hingga

    periode Maret 2012 mengindikasikan semakin membaiknya perekonomian di

    Indonesia. Berdasarkan data statistik Bank Indonesiatahun 2012 persentase

    kontribusi lembaga keuangan bukan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada

    harga berlaku mengalami peningkatandari rata-rata 0,60 persen di tahun 2000

    menjadi 0,79 persen padaMaret 2012. Peningkatan ini menunjukkan adanya

    kemajuan perusahaan pembiayaan, dimana dalam kurun waktu tahun 1999 hingga

    September 2011, pembiayaan konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per tahun

    yang juga menunjukkan besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan

    dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2011.1

    Di Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktifmelakukan

    kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yangmemperoleh ijin dari

    Departemen Keuangan. Menurut Shinduwinata,jumlah lembaga pembiayaan

    1Bank Indonesia. 2011. Kondisi Perusahaan Pembiayaan Tahun 2011 dalam Economic

    ReviewJournal. http://www.google.com. [24 Februari 2007].

  • 2

    nonbank untuk kredit kendaraaan bermotormencapai 72 perusahaan.2 Berdasarkan

    data InfoBank, dari segi asetterdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan

    keuangan yang menguasai 62persen aset dibandingkan dengan 132 perusahaan

    pembiayaan lainnya.3 Halini menunjukkan ketatnya persaingan dalam industri

    pembiayaan. Salah satuperusahaan pembiayaan mobil yang memiliki total aset

    terbesaryaitu PT. Bank Central AsiaFinance Cabang Banjarmasin atau yang biasa

    disingkat dengan PT. BCA Finance. Pada tahun 2011, PT. BCAFinance Cabang

    Banjarmasin memiliki total aset lima persen dari total aset perusahaan

    pembiayaan sebesar Rp 78,876triliun dan menempatkannya dalam lima besar

    perusahaan pembiayaandengan total aset terbesar.4

    PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin merupakan perusahaan pembiayaan

    yangberorientasi pada pembiayaan mobil. Dalam kurun waktutahun 2010 sampai

    tahun 2011, terjadi peningkatan jumlah pendapatanpembiayaan konsumen sebesar

    9,82 persen. Sedangkan, dalam kurun waktu 2011 sampai tahun 2012 terjadi

    penurunan yang signifikan sebesar 22,24persen.5

    Penurunan pendapatan

    pembiayaankonsumen ini disebabkan persaingan dalam industri pembiayaan

    2Dewi,Tren Industri Pembiayaan di Indonesia dalam Economic ReviewJournal No.201,

    September 2011. http://www.bni.co.id/document, diakses pada23 November 2011.

    3www.infobanknews.com. Diakses pada 28 Desember 2011.

    4Berbagai penghargaan sebagai salah satu dari 5 besar perusahaan pembiayaan diperoleh

    oleh PT. BCA Finance sejak tahun 2007, salah satunya dari Investor Awards – Majalah Investor

    sebagai Multifinance Terbaik 2008 kategori “Aset di Atas Rp. 1 Triliun – Rp. 2

    Triliun(http://www.bcafinance.co.id/profile/Penghargaan.html).

    5________.Financial Report PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin 31 Desember 2011 –

    2012 (2007).

  • 3

    yangsemakin ketat dan menimbulkan potensi risiko bagi PT. BCAFinance Cabang

    Banjarmasin.6

    Kemudahan dalam memperoleh pembiayaan untuk pembelian mobildari

    perusahaan pembiayaan menjadi salah satu penyebabpeningkatan penjualan mobil

    di Indonesia yang dapat menimbulkanpotensi risiko bagi perusahaan.7

    Pada tahun 2002 sampai tahun 2011 terjadi peningkatan unitpembiayaan

    mobil pada PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata

    33,87persen.8

    Dengan terjadinya peningkatan unitpembiayaan ini, maka PT.

    BCAFinance Cabang Banjarmasin dihadapkan pada tingkat risikokredit yang

    cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan baik. Risiko kreditterjadi ketika

    pemilik mobil tidak mampu lagi membayar angsurankreditnya. Pada saat kredit

    macet, maka perusahaan akan menarik kembali mobil yang telah dibiayai dari

    konsumen dan kemudian akan dijualkembali kepada dealer dengan harga yang

    lebih rendah dari harga awal.9

    Peningkatan persentase tersebut menunjukkan peningkatan tingkat

    risikokredit macet yang dihadapi PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin dalam

    kegiatan operasinya.Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh

    6Hasil wawancara awal dengan collection head di BCA Finance Cabang Banjarmasin Bulan

    Agustus 2014.

    7Hasil wawancara awal dengan staf marketing BCA Finance Cabang Banjarmasin pada

    bulan Oktober Tahun 2014.

    8BCA Finance Cabang Banjarmasin.

    9Hasil wawancara awal dengan collection head di BCA Finance Cabang Banjarmasin pada

    bulan Oktober Tahun 2014.

  • 4

    kualitasmanajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi

    kerugianyang dihadapi oleh PT. BCAFinance Cabang Banjarmasin. Identifikasi

    dan analisis manajemenrisiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu

    input alternatifdalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit.

    Manajemenrisikobukanhanyapentingbagilembagakeuangankonvensional,

    tetapibahkan Islam mengaturtentanghalini.

    Manajemensudahmerupakanbagiandalamkehidupanseorangmuslim. Salah

    satupilarpentingdalam proses

    manajemenrisikoIslamiadalahkonsepketidakpastian.10

    Secara natural, dalamkegiatanusaha, di duniainitidakadaseorangpun yang

    menginginkanusahaatauinvestasinyamengalamikerugiantermasukdalamjualbeli

    (kredit). Bahkandalamtingkatmakro, sebuahnegara

    jugamengharapkanneracaperdagangannya yang positif.

    Kaidahsyariahtentangimbalhasildanrisikoadalah Al ghunmubilghurmi.11

    Dengan demikian jelaslah, Islam memberi isyarat untuk mengatur posisi

    risiko dengan sebaik-baiknya, sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan

    kita untuk melakukan aktivitas dengan perhitungan yang sangat matang dalam

    menghadapi risiko. Seperti yang tertuang dalam Firman Allah swt:

    ًّ� َ��ْآ�َ... ُ�ُ%ْ�ُ$َ�# َأ�َُّ"� ا�َِّ!ْ�َ� َُ�ْ�ا ِإَذا َ�َ�اَ�ْ�ُ�ْ� ِ�َ�ْ�ِ� ِإَ�� َأَ�ٍ� ُ Artinya:

    "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai

    waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".(Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)

    10

    Fatkhur Rohman, Manajemen Risiko dalam Islam, http://manajemen-risiko-dalam-

    islambbff.htm.

    11

    Artinya risiko akan selalu menyertai setiap ekspektasi return atau imbal hasil.

  • 5

    Dari ayat tersebut tergambar salah satu bentuk manajemen risiko, yaitu

    menuliskan setiap transaksi mu’amalah yang dilakukan tidak secara tunai, yang

    mana hal tersebut sangat bermanfaat untuk menghindari kesalahpahaman (risiko)

    dikemudian hari.

    Melihatpentingnyamanajemenrisikodalam Islam,

    penulistertarikuntukmenelitikualitasmanajemenrisiko di PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin yang berpotensi menimbulkan

    kerugiandankemudianmelihatkesesuaianpenerapannyadenganmanajemenrisiko di

    dalam Islam.Dalamkonteksini,

    makapenelitianinidiberijudul,AnalisisManajemenRisikoKredit Mobil pada

    Perusahaan Multifinance (StudiKasuspada PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin).

    B. Rumusan Masalah

    1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Mobil

    pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin?

    2. Bagaimana pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit

    Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin?

    3. Bagaimanapandangan Islam tentangpengelolaan dan pengendalian

    (program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin ?

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya

    risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.

    2. Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko kredit

    Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.

    3. Mengetahuipandangan Islam terhadappengelolaan dan pengendalian

    (program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin.

    D. Signifikansi Penelitian

    Peneliti mengharapkanbaiksekarangmaupun di masa yang

    akandatanghasilpenelitianinibergunabaiksecarateoritismaupunsecarapraktis.

    Secarateoritispenelitianinidiharapkandapatdigunakanuntuk:

    1. Bahanreferensibagipeneliti lain yang

    inginmelakukanpenelitianlebihkritisdanmendalammengenaipermasalahan

    yang diteliti, ditinjaudariaspekdansudutpandang yang berbeda.

    2. Bahanuntukmenambahkhazanah literatur PerpustakaanFakultasSyariah&

    Ekonomi Islam padakhususnya, serta Perpustakaan IAIN Antasari

    Banjarmasin padaumumnya.

  • 7

    3. Memberikanpengetahuandanberkontribusidalammemajukanpendidikan di

    Indonesia terutamakalanganakademisidanmasyarakat Indonesia

    padaumumnya.

    Adapunsecarapraktis, penelitianinidiharapkanbergunauntuk:

    1. Mengembangkankemampuan analisispenulis, dimana penulis

    diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuanyang

    didapatnya dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan.

    2. Input alternatif dalammelaksanakan strategi-strategi di

    Perusahaan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin terhadap

    berbagaikemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang

    dihadapi sehinggadapatmeminimalisir kerugian dan

    meningkatkan kinerja perusahaan.

    E. DefinisiOperasional

    Untukmenghindarikesalahpahamandalampenafsiranjuduldanpermasalahan

    yang akan penulis teliti,

    makapenulismengemukakandefinisioperasionalsebagaiberikut:

    1. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam

    mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif

    penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan resiko.12

    2. Risiko kredit adalah suatu kerugian yang berpotensi menimbulkan penolakan

    atau ketidakmampuan konsumen kredit untuk membayar hutangnya secara

    12

    DR. Mamduh M. Hanafi, Manajemen Risiko (Yogyakarta: UPP YKPN, 2006) h.17.

  • 8

    penuh dan tepat waktu.13

    Risiko kredit yang

    dibahasdalampenelitianinitidaktermasukdidalamnya risiko operasional dan

    risiko pasar. Penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang perusahaan.

    Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan konsumen

    gagal bayar. Perhitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak

    memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan tidak memperhitungkan

    aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin.

    Jadi yang dimaksud judul dalam penelitian ini adalah proses

    dalammemonitordanmengendalikanpenangananrisikokredit di PT. BCAFinance

    Cabang Banjarmasin. Analisis penelitianterfokus pada identifikasi faktor-faktor

    yang mempengaruhi risiko kredit,analisis risiko kredit mobil dan pengelolaannya,

    sertapandangan Islam terhadappengelolaanrisikoredit yang dilakukanolehPT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin.

    F. Kajian Pustaka

    Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang

    penulis lakukan, sampai saat ini telah ada riset atau kajian yang dilakukan

    mengenai produk leasing, namun substansinya berbeda dengan persoalan yang

    akan penulis teliti. Penelitiantersebutadalahsebagaiberikut:

    13

    Coyle, B.,Framework For Credit Risk Management (United Kingdom: CIB Publishing,

    2000), h.29.

  • 9

    Abu Bakar NIM 9501140163 menulis skripsi dengan judul “Hukum

    Perjanjian Ijarah dan Leasing (Studi Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum

    Positif)” dimana penelitian merupakanstudiliteratur. Penelitian ini memberikan

    rumusan mengenai ketentuanleasing dalamhukum Islam

    danhukumpositifsertapersamaandanperbedaannya. Dari

    hasilperbandinganpenelitiannya, disebutkanbahwa ijarah

    berkembangdenganadanyaistilahijarah wa iktina’ yang

    ketentuanbakunyabelumdidapatkan,

    makaketentuanumumnyamengambildariketentuanumum ijarah

    denganmengakomodasiketentuan lain sepertirahndanwakalah berdasarkan “semua

    orang bertanggungjawabatassyarat yang dibuat”. Sedangkandalam leasing

    ketentuanumumnyatelahtetap, yaitukeppres, kepmen, pengumumandirjen,

    danketentuanilmuumumlainnya.

    Untukpersamaanijarahdan leasing,

    hasilpenelitiannyamenyebutkanbahwakesamaanterdapatdalamhalberkontrak,

    pemanfaatanbarang modal imbalanjasadalamwaktutertentu, objek yang jelas,

    sesuatu yang tidakdilarang, adanyamasasewaguna,

    terpnuhinyasyaratsahperjanjian, isiperjanjian yang mengikat, adanyajaminan,

    berakhirnyaperjanjiankarena wan prestasi,

    adanyapengajuanpermohonanfasilitassewaguna, bersamaandalamperawatan,

    dandikembalikannyabarangsewaguna.

    Sedanguntukperbedaannyaterdapatpadaparadigmapengertian, istilah para

    pihak, sifatperjanjiannya, objekperjanjian yang disewagunakan, subjekperjanjian,

  • 10

    maksimaljangkawaktu, pemilikanbarang modal, tebusanuangsewaguna,

    pengadaanbarangsewaguna, syaratpihakpenyewa,

    disewakankembalibarangsewaguna, macam-macamsewagunausaha,

    mekanismenya, perhitungansewagunausaha, kewajibanpajak,

    adanyajaminanbarang, pelunasanhutangsewaguna, alasanberakhirnyasewaguna,

    opsi, istilahkeuntungan, tanggunganresiko, danadanyanilaisisa.

    Dari hasil kajian pustaka di atas dapat disimpulkanbahwapenelitian yang

    ingin penulis lakukan ini

    berbedadenganpenelitiansebelumnyakarenamenitikberatkan pada

    aplikasimanajemenrisikokredit yang berlakudalam leasing, dalamhalini PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin,bukanpadamekanismehukum leasing.

    G. Kerangka Pemikiran

    Perkembangan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir

    memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan, tidak terkecuali PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin. Pada tahun 2001 sampai tahun 2011 terjadi

    peningkatan unit pembiayaan Mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    dengan rata-rata 55,34 persen.14

    Perkembangan positif yang diraih PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Dalam

    menjalankan usahanya, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dihadapkan pada

    potensi risiko yang mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi oleh PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin berasal dari internal dan eksternal perusahaan.

    14

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012.

  • 11

    Sebagai perusahaan pembiayaan Mobil, PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin dihadapkan pada risiko kredit. Peningkatan persentase penyisihan

    penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total aset PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin yaitu dari 2,91 persen (tahun 2010) menjadi 6,49 persen (tahun

    2011) mengindikasikan peningkatan kerugian yang diakibatkan meningkatnya risiko

    kredit. Persentase tersebut mengindikasikan peningkatan penghapusan piutang ragu-

    ragu PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Hal tersebut disertai dengan

    peningkatan jumlah konsumen pembiayaan Mobil yang dapat menimbulkan potensi

    risiko kredit macet apabila tidak dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit

    macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk

    meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin.

    Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan

    berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko

    kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko

    exposure dan risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam dimensi risiko

    kredit yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit. Ukuran risiko gagal

    bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu. Risiko

    exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi

    risiko gagal bayar. Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari

    konsumen. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin kecil

    recovery rates. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan

    recovery dari kredit macet.

  • 12

    Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis

    dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang

    timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih

    besar. Pada proses identifikasi diharapkan akan teridentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Analisis rasio

    dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan terhadap risiko dari suatu kegiatan

    usaha, sehingga pada akhirnya dapat diketahui sejumlah modal yang efisien untuk

    apat menutupi dan meminimalisir kerugian dari risiko kredit sebagai input alternatif

    bagi PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dalam rangka peningkatan kinerja

    perusahaan dan menurunkan tingkat kerugian perusahaan.

    Secara sederhana kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Memunculkan

    Identifikasi dan Analisis

    Manajemen Risiko Kredit

    Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian.

    H. Sistematika Penulisan

    Strategi Tata Kelola Risiko Kredit Input Alternatif

    meminimalisir Kerugian

    Risiko Kredit

    Peningkatan Kinerja Perusahaan

    (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin)

    Peningkatan Unit

    Pembiayaan Mobil Potensi Risiko Kredit Macet (

    Eksternal& Internal Perusahaan)

  • 13

    Skripsi ini ditulis dengan lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

    Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah

    yang menguraikan alasan untuk memilih judul dan gambaran umum dari

    permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang sudah tergambar dirumuskan

    dalam rumusan masalah yang selanjutnya melahirkan tujuan penelitian. Setelah

    itu dibuat signifikansi penelitian untuk mengetahui manfaat dari dibuatnya

    penelitian. Batasan istilah dirumuskan untuk membatasi istilah yang bermakna

    luas. Kajian pustaka ditampilkan sebagai informasi adanya penelitian atau tulisan

    yang dari aspek lain memililki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan.

    Kerangka penelitian ditampilkan utuk mengetahui dasar pemikiran dibuatnya

    penelitian. Adapun sistematika penulisan yaitu susunan skripsi secara

    keseluruhan.

    Bab keduaberisi landasan teori yang dibagi ke dalamdua sub bab. Sub bab

    pertama membahas tentang manajemen risiko kredit, yang terdiri dari definisi dan

    jenis-jenis kredit, definisi dan klasifikasi resiko, dimensi risiko kredit, pengertian

    manajemen risiko, siklus manajemen risiko, dan analisis risiko kredit. Sub bab

    kedua berisi tentang manajemen risiko dalam Islam.

    Bab ketigaberisi metode penelitian, yang terdiri dari jenis dan pendekatan

    penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, langkah-langkah

    penelitian, dan teknik analisis data.

    Bab keempat adalah penyajian data dan analisis, dibagi kedalam dua sub

    bab. Sub bab pertama adalah penyajian data, yang terdiri dari gambaran umum

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan faktor-faktor yang mempengaruhi

  • 14

    risiko kredit mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin. Sub bab kedua

    berisi analisis data, yang terdiri dari analisis pengendalian manajemen risiko

    kredit mobil di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan manajemen risiko

    kredit di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin menurut hukum Islam.

    Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Manajemen Risiko Kredit

    1. Definisi dan Jenis-jenis Kredit

    Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, artinya kepercayaan dan

    kebenaran. Dalam pelaksanaan perkreditan, unsur kepercayaan menyangkut

    karakter dari pemohon kredit. Oleh karena itu, karakter pemohon kredit

    merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh pemberi kredit dalam

    pengambilan keputusan kredit.15

    Menurut J.F Johnson, kredit adalahkemampuan untuk memperoleh barang

    atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa

    15

    DjinartoB.,Banking Asset Liability Management(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

    2000), h.17.

  • 15

    yang akan datang.16

    Menurut Kasmir, kredit berarti memperoleh barang

    dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh

    pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan

    cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang

    atau uang. Kredit dalam bentuk uang disebut pinjaman.17

    Menurut Kasmir, jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai segi yaitu:18

    a. Segi Kegunaan

    Berdasarkan segi kegunaan, kredit terbagi atas:

    1. Kredit Investasi

    Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perluasan

    usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa

    pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan

    digunakan untuk kegiatan utama perusahaan.

    2. Kredit Modal Kerja

    Kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi

    dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki jangka waktu yang

    lebih pendek dibandingkan kredit investasi.

    b. Segi Tujuan

    16

    Ibid

    17

    Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 28.

    18

    Ibid. h.30.

  • 16

    Dilihat dari segi tujuan, kredit dibagi menjadi 3, yaitu:

    1. Kedit Produktif, yaitu digunakan untuk peningkatan usaha, produksi

    atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau

    jasa.

    2. Kredit Konsumtif, digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara

    pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang

    dihasilkan.

    3. Kredit Perdagangan, merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan

    perdagangan dan untuk membeli barang dagangan yang

    pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan

    tersebut. Kredit ini diberikan kepada pemasok atau agen-agen

    perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

    c. Segi Jangka Waktu

    Dari segi jangka waktu, kredit terdiri dari:

    1. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu

    kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Kredit ini dapat

    digunakan untuk keperluan modal kerja.

    2. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka

    waktu antara satu tahun sampai tiga tahun.

    3. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu

    di atas tiga tahun atau lima tahun.

    d. Segi Jaminan

  • 17

    Maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit

    harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal

    senilai dengan nilai kredit yang diberikan.Jenis kredit dilihat dari segi

    jaminan yaitu:

    1. Kredit dengan jaminan

    Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang berwujud atau

    tidak berwujud. Hal ini berarti setiap kredit yang dikeluarkan akan

    dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

    2. Kredit tanpa jaminan

    Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit

    ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas

    calon debitur selama berhubungan dengan kreditur (bank)

    bersangkutan.

    e. Segi Sektor Usaha

    Berdasarkan segi sektor usaha, kredit dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

    1. Kredit Pertanian

    2. Kredit Peternakan

    3. Kredit Industri

    4. Kredit Pertambangan

    5. Kredit Pendidikan

    6. Kredit Profesi

  • 18

    7. Kredit Perumahan

    8. Kredit Sektor Usaha Lainnya

    2. Definisi dan Klasifikasi Risiko

    Menurut Djohanputro, risiko adalah ketidakpastian hasil sebagai akibat

    keputusan atau situasi saat ini. Risiko merupakan ukuran kuantitas atau ukuran

    empiris yang dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian dengan

    fluktuasinya.19

    Risiko memiliki data pendukung (pengetahuan) mengenai

    kemungkinan kejadian. Tampubolon mendefinisikan risiko sebagai suatu

    rentang (continuum) yang dapat bergerak ke arah ancaman dengan dampak

    negatif, yaitu tidak tercapainya tujuan.20

    Risiko juga dapat bergerak ke arah

    ancaman dengan dampak positif yaitu tercapainya tujuan yang ditetapkan

    disertai dengan berbagai tingkat kemungkinan terjadinya ancaman maupun

    peluang tersebut.

    Risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara kemungkinan suatu

    kejadian dengan konsekuensinya. Risiko berarti suatu potensial kejadian-

    kejadian dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat berupa kesempatan

    untuk memperoleh manfaat atau keuntungan atau ancaman untuk sukses.21

    Vaughanmengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:22

    19

    Djohanputro B.,Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi (Jakarta: Penerbit PPM, 2010),

    h.10

    20

    Tampubolon R.,Risk and System Based Internal Auditing(Jakarta: PT. Elex Media

    Komputindo, 2011), h. 43.

    21

    www.irm.com diakses pada 24 Februari 2007.

    22

    Darmawi, H., Manajemen Risiko (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.25.

  • 19

    1. Risiko adalah peluang kerugian (risk is the chance of loss). Chance of

    loss dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat

    suatu keterbukaan terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian.

    2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss).

    Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada

    di antara nol dan satu. Pengertian risiko ini tidak cocok dipakai dalam

    analisis secara kuantitatif.

    3. Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty), yaitu adanya risiko

    karena adanya ketidakpastian. Oleh karena itu, risiko sama artinya

    dengan ketidakpastian.

    Menurut Djohanputro, risiko perusahaan atau risiko korporat adalah

    fluktuasi dari exposure korporat sebagai akibat keputusan atau kondisi saat

    ini. Besaran risiko korporat terkait dengan ketidakpastian dari nilai

    perusahaan dan kekayaan pemegang saham.23

    Risiko korporat dapat

    dikategorikan ke dalam empat jenis risiko, yaitu risiko keuangan, risiko

    operasional, risiko strategis, dan risiko eksternalitas. Masing-masing kategori

    risiko tersebut terdiri dari beberapa jenis risiko.

    1. Risiko Keuangan

    Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter

    perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro. Ukuran keuangan

    dapat berupa arus kas, laba perusahaan, Economic Value Added

    (EVA), dan pertumbuhan penjualan. Risiko keuangan terdiri atas

    23

    Djohanputro, op. cit., h. 18.

  • 20

    empat jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko

    permodalan, dan risiko pasar (risiko suku bunga, risiko nilai tukar,

    risiko komoditas, dan risiko ekuitas).

    2. Risiko Operasional

    Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang

    diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko operasional

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia,

    teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, serta struktur organisasi.

    Risiko operasional dibagi menjadi lima kategori risiko, yaitu risiko

    produktivitas, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko

    proses.

    3. Risiko Strategis

    Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi exposure

    korporat dan exposure strategis (terutama exposure keuangan) sebagai

    akibat keputusan yang tidak strategis yang tidak sesuai dengan

    lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko strategis kemudian

    dibagi menjadi tiga jenis risiko, yaitu risiko usaha, risiko transaksi

    strategis, dan risiko hubungan investor.

    4. Risiko Eksternalitas

    Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada exposure

    korporat dan strategis, dan dapat memberikan dampak pada potensi

    penutupan usaha. Risiko eksternalitas dapat dibagi menjadi empat jenis

  • 21

    risiko yaitu risiko reputasi, risiko lingkungan, risiko sosial, dan risiko

    hukum.

    Menurut Kountur, risiko dapat dibedakan sebagai berikut:24

    1. Sudut pandang manajer perusahaan

    a. Risiko Spekulatif, adalah risiko yang dihadapi perusahaan yang

    dapat memberikan dua kemungkinan, yakni kemungkinan

    merugikan dan kemungkinan menguntungkan.

    b. Risiko Murni, adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan yang

    menguntungkan dan hanya kemungkinan yang merugikan.

    2. Sumber penyebab risiko

    a. Risiko Keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor

    ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga dan

    mata uang.

    b. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak masuk pada

    kelompok risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor

    manusia, alam, dan teknologi.

    3. Dimensi Risiko Kredit

    Menurut Coyle, risiko kredit adalah suatu kerugian yang berpotensi

    menimbulkan penolakan atau ketidakmampuan konsumen kredit untuk

    membayar hutangnya secara penuh dan tepat waktu.25

    Djohanputro

    mendefinisikan risiko kredit sebagai risiko dimana debitur atau pembeli

    24

    Kountur, R.,Manajemen Risiko Operasional (Jakarta: Penerbit PPM, 2010), h. 21.

    25

    Coyle, B.,Framework For Credit Risk Management (United Kingdom: CIB Publishing,

    2000), h.23.

  • 22

    secara kredit tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban

    seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur atau

    pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin

    tinggi.26

    Tampubolon, mendefinisikan risiko kredit sebagai exposure yang

    ada atau yang potensial mengancam penghasilan dan modal perusahaan,

    yang timbul karena kegagalan debitur (obligor) untuk memenuhi syarat

    yang tertuang dalam kontrak dengan perusahaan sebagaimana yang telah

    diperjanjikan.27

    Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas

    exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure kredit

    tercermin dalam besarnya pinjaman. Semakin besar pinjaman maka

    semakin besar juga tingkat exposure kredit. Kualitas exposure kredit

    tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara

    kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur atau pembeli

    kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka semakin rendah kualitas

    kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi.28

    Penyebab gagal bayar pada risiko kredit yaitu kebangkrutan

    nasabah dan kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Apabila nasabah

    berada pada ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi maka

    26

    Djohanputro, op. cit., h. 23.

    27

    Tampubolon, op. cit., h. 47.

    28

    Djohanputro, op. cit., h. 31.

  • 23

    memiliki potensi gagal bayar dan menurunkan peringkat nasabah.

    Penurunan peringkat nasabah disebabkan penurunan kinerja nasabah.

    Kelemahan kontrak kredit menyebabkan pelanggaran kontrak kredit dan

    berpotensi dalam meningkatkan risiko kredit.

    Menurut Djohanputro, ada tiga jenis risiko dalam risiko kredit

    yaitu:29

    a. Risiko Gagal Bayar

    Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal

    bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probabilitas gagal bayar,

    perusahaan dapat melakukan pemeringkatan (rating).

    b. Risiko Exposure

    Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya

    kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit

    merupakan komitmen dalam bentuk line of credit yang termasuk bagian

    dari exposure. Bagi perusahaan perdagangan, besarnya transaksi secara

    kredit merupakan besarnya eksposur. Jenis-jenis status kredit yang

    berimplikasi terhadap besarnya exposure, yaitu :

    • Kesepakatan transaksi yang dapat dikembalikan (revocable),

    perusahaan dapat membatalkan transaksi tanpa menunggu

    kesepakatan dari konsumen. Perusahaan dalam hal ini

    mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari konsumen maka

    dilakukan pembatalan.

    29

    Ibid

  • 24

    • Kesepakatan bersifat irrevocable, perusahaan tidak dapat

    membatalkan kesepakatan secara sepihak kecuali berdasarkan

    kesepakatan kedua pihak.

    • Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini

    terjadi apabila konsumen sudah mentransfer pembayaran

    sedangkan perusahaan belum menerima pembayaran tersebut.

    • Status terselesaikan (settled). Hal ini terjadi apabila uang

    pembayaran telah masuk ke dalam rekening perusahaan.

    • Status gagal (failed). Hal ini terjadi pada saat ditetapkan,

    konsumen dinyatakan gagal bayar.

    c. Risiko Recovery

    Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari

    konsumen. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap

    mengupayakan agar nilai kredit dengan status gagal bayar tersebut dapat

    diupayakan berapapun nilai nominal yang dapat diperoleh. Semakin kecil

    kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery.

    Semakin kecil risiko yang terkait dengan jaminan dan eksekusinya,

    semakin kecil risiko recovery dan semakin besar tingkat recovery. Risiko

    recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari

    kredit macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery

    yaitu :

    a. Risiko jaminan. Risiko ini terkait dengan kejelasan status hukum

    jaminan, fluktuasi nilai likuidasi jaminan dan kemudahan eksekusi.

  • 25

    b. Risiko jaminan pihak ketiga. Selain jaminan dalam bentuk asset,

    ada jaminan berupa kepercayaan. Jaminan ini memiliki kegagalan

    eksekusi yang sangat tinggi.

    c. Risiko hukum. Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan-

    kemungkinan mengubah kontrak dan status pinjaman untuk

    mengakomodasikan kepentingan dan kemampuan perusahaan dan

    debitur. Perubahan kontrak berupa reschedule pinjaman,

    pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman menjadi setoran

    modal (debt to equity swap). Kegagalan untuk melakukan

    renegosiasi menyebabkan tindakan hukum harus ditempuh.

    Menurut Djohanputro, model pemeringkatan yang umum

    digunakan yaitu 5C yang meliputi :30

    1. Character

    Karakter (character) berkaitan dengan perilaku calon debitur

    atau pembeli secara kredit mengenai keinginan untuk membayar

    dan memenuhi kewajiban. Perusahaan menggunakan data masa

    lalu mengenai track record calon debitur. Karakter dapat dikaitkan

    dengan pelanggaran moral (moral hazard), yaitu kecenderungan

    seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan

    kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan

    kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau

    kekayaan orang lain.

    30

    Ibid, h.35.

  • 26

    2. Capacity

    Kapasitas (capacity) menunjukkan kemampuan calon debitur

    atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam

    meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat

    dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa proforma arus

    kas, neraca dan laba rugi. Rasio lancar, rasio kas dan rasio efisiensi

    dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.

    3. Capital

    Modal (capital) ditunjukkan oleh perbandingan antara

    pinjaman dan modal sendiri (ekuitas).

    4. Collateral

    Jaminan (collateral) merupakan piranti pengaman pinjaman

    yang terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau

    pembeli secara kredit menyatakan tidak dapat membayar dan

    pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur

    perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan

    kredit karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap

    kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.

    5. Condition

    Kondisi (condition) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan

    yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan

    berupa kondisi makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan

    lingkungan) dan intervensi pihak berkepentingan (stakeholders).

  • 27

    Menurut Coyle, pendekatan pemberian pinjaman yang digunakan

    yaitu CAMPARI ICE yang meliputi :31

    a. Character

    Karakter peminjam selalu menjadi faktor utama dalam setiap keputusan

    pemberian pinjaman. Integritas dan kejujuran bukan merupakan satu-

    satunya aspek karakter yang harus dipertimbangkan. Karakter peminjam

    dapat dianalisis melalui latar belakang atau catatan masa lalu peminjam

    dan wawancara pribadi.

    b. Ability

    Ability mengacu pada konteks apakah debitur memiliki kemampuan

    untuk membayar dan berkaitan pada apakah debitur memiliki kelayakan

    untuk memperoleh kredit.

    c. Means

    Means berarti kapasitas dimana debitur memiliki kemampuan teknis,

    manajerial dan kemampuan keuangan yang baik.

    d. Purpose

    Tujuan debitur dalam permohonan kredit harus jelas dan dapat diterima.

    Perusahaan atau lembaga pembiayaan sebaiknya tidak memberikan

    pinjaman jika tidak mengetahui tujuan penggunaan kredit.

    e. Amount of loans

    Jumlah kredit (amount of loans) sebaiknya konsisten terhadap tujuan

    penggunaan kredit.

    31

    Coyle, Op Cit, h.40

  • 28

    f. Repayment

    Sumber pembayaran kembali harus dapat diketahui sebelum

    permohonan kredit disetujui. Kemampuan untuk membayar kembali

    penting dan membuktikan kemampuan keuangan yang baik dari debitur.

    g. Insurance

    Insurance bagi debitur merupakan sarana pengaman kredit, yaitu dalam

    hal ini dapat berupa jaminan kredit. Jaminan merupakan suatu hal yang

    penting dalam keputusan pemberian pinjaman.

    h. Interest, Commission dan Extras

    Kebijakan pemberian kredit pada bank atau lembaga pembiayaan

    memperlakukan tingkat bunga untuk setiap jenis debitur dan kredit.

    Tingkat suku bunga ini digunakan untuk menjamin risiko kredit. Komisi

    ditujukan untuk biaya-biaya yang mungkin dikumpulkan sebagai hasil

    dari transaksi kredit. Extras berarti biaya-biaya lain yang digunakan

    dalam transaksi kredit. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen

    risiko kredit merupakan jumlah kerugian pada saat terjadinya gagal

    bayar dikurangi dengan jaminan yang ada. Kerugian yang diharapkan

    dan kerugian yang tidak diharapkan oleh perusahaan diukur berdasarkan

    deviasi normal dan konsep Value at Risk.32

    4. Pengertian Manajemen Risiko

    Menurut Kountur, manajemen risiko adalah cara-cara yang

    digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang

  • 29

    disebabkan oleh adanya risiko.33

    Proses manajemen risiko dimulai dengan

    mengidentifikasi, mengukur dan menangani risiko-risiko yang dihadapi

    perusahaan. Tampubolon mendefinisikan manajemen risiko sebagai

    paradigma baru berupa tata kelola organisasi yang tidak bersifat statis

    (lentur) agar mampu menanggapi risiko usaha yang terus berkembang

    sejalan dengan perubahan yang terjadi.34

    Djohanputromendefinisikan

    manajemen risiko korporat terintegrasi merupakan proses terstruktur dan

    sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,

    mengembangkan alternatif penanganan risiko dan dalam memonitor serta

    mengendalikan penanganan risiko.35

    Secara lebih spesifik, Lam mendefinisikan manajemen risiko kredit

    sebagai proses yang berkenaan dengan identifikasi, mengkuantifikasi,

    mengawasi, dan mengendalikan risiko kredit, transaksi kredit dan tingkat

    portofolio kredit.36

    5. Siklus Manajemen Risiko

    33

    Kountur, Op.Cit. h.27.

    34

    Tampubulon, Op.Cit. h.45.

    35

    Djohanputro, Op.Cit. h.39.

    36

    Lam, J. Enterprise Risk Management From Incentives to Controls(New Jersey: Wiley

    Finance, 2003).

  • 30

    Menurut Djohanputro siklus manajemen risiko terdiri dari lima

    tahap.37

    Tahap 1. Identifikasi Risiko

    Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh

    perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan

    melakukan analisis pihak berkepentigan (stakeholders).

    Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared value,

    strategy, structure, staff, skills, system dan style.

    Tahap 2. Pengukuran Risiko

    Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan

    kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai atau

    eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan

    kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko

    terjadi, semakin tinggi pula risikonya.

    Tahap 3. Pemetaan Risiko

    Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan

    kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas disebabkan karena

    keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Pemetaan

    bertujuan untuk memilah-milah risiko yang mampu memberi kontribusi

    positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola.

    Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko

    37

    Djohanputro, Op.Cit. h.41.

  • 31

    Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa

    pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur

    organisasi pengelolaan.

    Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

    Monitor dan pengendalian penting dilaksanakan karena :

    1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko

    berjalan sesuai dengan rencana.

    2. Manajemen perlu memastikan model pengelolaan risiko cukup efektif,

    artinya model yang diterapkan sesuai dan mencapai tujuan pengelolaan

    risiko.

    3. Risiko itu sendiri berkembang. Monitor dan pengendalian bertujuan

    untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan

    berubahnya profil risiko.

    Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis

    pada perubahan prioritas risiko. Menurut Tampubolon, proses manajemen

    risiko yang menjadi tanggung jawab manajer risiko sebagai berikut :38

    1. Mengidentifikasi risiko dengan menggunakan alat seperti risk

    workshop, scenario, dan risk assesment.

    2. Mengelompokkan risiko berdasarkan kategorinya.

    3. Mengukur risiko.

    4. Menilai dan mengukur pengendalian.

    38

    Tampubulon, Op.Cit. h.47.

  • 32

    5. Mitigasi risiko berupa program pengarah untuk menghilangkan,

    mengurangi, menetapkan atau justru meningkatkan risiko yang ada.

    6. Memantau risiko dengan menetapkan frekuensi pemantauan

    berdasarkan tinggi rendahnya risiko yang ada.

    6. Analisis Risiko Kredit

    Menurut Lam, analisis internal risiko kredit atau model portofolio

    kredit digunakan untuk mengukur risiko kredit dari exposure individual

    dan menghitung besarnya kerugian yang dihadapi. Analisis internal risiko

    kredit terdiri dari beberapa model, antara lain :39

    1. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s

    2. Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur

    modal. Analisis pada model ini berdasarkan pada kemungkinan

    tingkat kegagalan debitur (peminjam) yang ditinjau dari nilai asset.

    Model ini digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency

    swaps dan option pricing .

    3. Econometric Model, yaitu McKinsey and Company’s.

    4. CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan (default

    rate) untuk debitur individu atau kelompok dengan

    memperhitungkan perilaku variabel makroekonomi.

    5. Actuarial Model, yaituCreditRisk+ Model. CreditRisk+ Model

    didasarioleh pendekatan portofolio untuk membentuk pola risiko

    kegagalan kredit dari informasi jumlah exposure dan kualitas kredit.

    39

    Lam. Op.Cit. h.27.

  • 33

    Pengukuran CreditRisk+ Model menggunakan recovery rates,

    tingkat gagal bayar (default rates), dan volatilitas gagal bayar

    (default rates volatilities). Metode CreditRisk+ adalah model credit

    default risk yang berarti tidak mengasumsikan penyebab terjadinya

    gagal bayar (default). Metode CreditRisk+ bersifat default model

    yang berarti semua portofolio exposure menunjukkan risiko gagal

    bayar kredit konsumen. Metode CreditRisk+ diperkenalkan oleh

    Credit Suisse Group Boston pada Desember 1996. Model ini bisa

    diterapkan untuk menghitung risiko kredit, dimana distribusi

    kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari

    default kredit (frequency of event) dan nilai dari kredit yang gagal

    (severity of loan losses).

    B. Manajemen Risiko dalam Islam

    Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu perusahaan dapat dikaji

    dari kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah

    mimpi sang raja termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf:43 sebagai berikut:

    َوَس%َۡ+ ُس�A�َ : Bٍٰ5َ%ُُۢۡآ5ُُ"�@ َس%ٌۡ+ ِ

  • 34

    kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir

    lainnya yang kering.’Hai orang-orang yang terkemuka:

    ’Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu

    dapat mena’birkan mimpi.’(QS. Yusuf: 43).

    Sedangkan kisah Yusuf mentakwilkan mimpi sang raja dijelaskan dalam

    al-Qur’an Surat Yusuf:46-49 sebagai berikut:

    َوَس%ِۡ+ : A�َُۡآ5ُُ"�@ َس%ٌۡ+ ِ

  • 35

    gandum lambang pangan yang tersedia. Setiap bulir sama dengan setahun.

    Demikian juga sebaliknya.40

    Dari kisah tersebut, bisa dikatakan bahwa pada tujuh tahun kedua akan

    timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu risiko yang menimpa negeri

    Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi sang raja yang kemudian

    ditakwilkan oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran dan

    pengendalian atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal ini

    dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat seluruh negeri untuk

    menyimpan sebagian hasil panennya pada panenan tujuh tahun pertama demi

    menghadapi paceklik pada tujuh tahun berikutnya. Dengan demikian maka

    terhindarlah bahaya kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh

    suatu pengelolaan risiko yang sempurna. Proses manajemen risiko diterapkan

    Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan pengukuran, dan

    pengelolaan risiko.41

    Pada dasarnya Allah swt mengingatkan manusia atau suatu masyarakat,

    dimana ada kalanya dalam situasi tertentu mempunyai aset dan modal yang kuat,

    namun suatu saat akan mengalami kesulitan. Hanya saja bagaimana mengatasinya

    dalam menghadapi kesulitan maka kita harus menyiapkan untuk perhitungan dan

    pandangan yang luas.

    40

    M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet.

    Ke-V, h. 471-472.

    41

    Fatkhur Rokhman, “Manajemen Risiko dalam Islam”.

    http:// xa.yimg.com/kq/groups/24017033/470117059/name/Manajemen.diakses pada

    10 Agustus 2014.

  • 36

    Secara filsafati, demi melihat kisah Yusuf atas negerinya itu maka

    sejatinya manusia itu akan selalu menginginkan suatu kepastian, bukan suatu

    kemungkinan. Manusia akan selalu menginginkan kestabilan, bukan fluktuatif.

    Dan hanya ada satu dzat yang maha pasti dan maha stabil, yaitu Allah swr. Ketika

    manusia berusaha untuk memperoleh kepastian sejatinya dia sedang menuju Allah

    swt. Ketika manusia berusaha untuk menjaga kestabilan, sesungguhnya dia sedang

    menuju Allah swt.. Hanya Allah swt. yang stabil, tetap, abadi dan pasti, mutlak.

    Oleh karena itu, ketika manusia berusaha memenuhi segala hal dalam manajemen

    risiko, mengatur semua hal yang terkait dengan risiko, sejatinya manusia itu

    sedang memenuhi panggilan Allah swt..

    Pada ayat lain yang berkenaan dengan penempatkan investasi serta

    manajemen risiko dalam pertimbangan yang penting, ialah surat Lukman:34

    ۡbِۡري َن��َ �

    � 1�ِ ٱ�Aَۡر�Xَِۡمۖ َوََ �ُ5َۡF�ََو cَۡTَ̀ :fِإن@ ٱ�Wَ@5 ِ

  • 37

    investasi sebagai bekal dunia dan akhirat.42

    Serta diwajibkan berusaha agar

    kejadian yang tidak diharapkan, tidak berdampak pada kehancuran fatal

    terhadapnya (memitigasi risiko).

    Dalam Hadits juga dikisahkan, seseorang berkata kepada Nabi saw, “Aku

    lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?” Nabi bersabda, “Ikatlah kemudian

    bertawakkallah kepada Allah.”43

    . Dalam riwayat Imam Al-Qudha’i disebutkan

    bahwa Amr bin Umayah ra. berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rosululloh!! Apakah

    aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah

    aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?’, Beliau menjawab, ‘Ikatlah

    untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.”44

    . Dari hadits tersebut, ringkasnya

    tergambar bahwa tawakkal tanpa usaha lebih dahulu adalah salah dan keliru

    menurut pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang diperintahkan oleh

    agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berupaya dan berusaha

    serta bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah,

    setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu

    masih juga hilang misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan agama orang itu

    sudah tidak bersalah, sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang.

    Makna tawakal ini yang diartikan sebagai manajemen risiko.45

    42

    M. Quraish Shihab,Op.Cit. , h.166-167.

    43

    HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami’ush Shoghir.

    44

    Diposting oleh http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/tawakkal.html dari Musnad Asy-

    Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368.

  • 38

    Segala kekayaan yang ada di muka bumi ini adalah milik Allah semata.

    Allah‐lah penguasa segala apa yang ada di langit dan di bumi. Kekayaan yang

    kemudian diakui manusia sebagai milik manusia sejatinya adalah milik Tuhan.

    Bahkan diri manusia itu sendiri adalah juga milik Tuhan. Kepemilikan yang ada

    pada manusia bersifat relatif dan tidak abadi, sedangkan kepemilikan yang ada

    pada Tuhan bersifat mutlak dan abadi. Oleh karena itu, ketika manajemen risiko

    dilakukan oleh manusia dengan penuh tanggungjawab, maka sesungguhnya

    manusia telah berusaha untuk menjaga amanah yang dibebankan Tuhan kepada

    manusia untuk menjaga kekayaan milikNya.

    Dengan menjaga amanah inilah kemudian manusia bisa dikatakan sebagai

    menyembah kepada Tuhan. Dan tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia

    kecuali hanya untuk menyembah Allah saja46

    , tidak yang lainnya. Dengan

    menyembah Allah inilah kemudian dikatakan bahwa inilah jalan yang lurus yang

    disediakan Tuhan bagi manusia dalam upayanya mencapai Tuhan.

    Manusia yang memegang amanah dan kemudian menyampaikannya

    kepada yang berhak menerimanya sesungguhnya telah memenuhi perintah Allah.

    Dengan demikian, ketika manusia melaksanakan pengelolaan risiko dengan baik

    dan sempurna, berarti manusia telah berusaha menjaga harta kekayaan Tuhan

    45

    Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin Jilid 1 , Penerjemah Achmad Sunarto,

    (Jakarta: Pustaka Imani, 1999) Cet. IV. 46

    Q.S.Az-Zariyat Ayat 56.

  • 39

    yang dibebankan kepada manusia. Dengan mendasarkan diri pada prinsip inilah

    kemudian dalam tataran lahiriah aplikasi dilaksanakan dengan mengelola risiko

    baik risiko murni maupun risiko spekulatif. Dan sejatinya ketika manusia telah

    melakukan pengelolaan risiko ini dengan baik maka dia telah memperoleh

    hidayah jalan yang lurus dengan adanya pemahaman dalam jiwanya mengenai arti

    penting pengelolaan risiko dengan baik.

    Manusia ini tentunya akan mempertimbangkan bahwa di masa kehidupan

    setelah mati nantinya akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah

    diperbuatnya terhadap harta kekayaan yang telah Allah berikan kepada mereka.

    Meskipun ketika seorang manusia gagal mengelola risiko kemudian menemui

    kerugian, tidak dengan sendirinya mengurangi harta kekayaan Allah. Kerugian itu

    kemudian hanya akan menimpa orang yang gagal mengelola risiko saja. Tidak

    berdampak apapun terhadap kekayaan Tuhan. Yang terjadi kemudian hanyalah

    perpindahan kekayaan dari orang satu kepada orang lainnya saja. Kegagalan

    mengelola risiko ataupun keberhasilannya tidak berdampak apapun terhadap

    kekayaan Tuhan. Kegagalan dan keberhasilan hanya berdampak langsung kepada

    manusia itu sendiri.

    Kegagalan mengelola risiko juga hanyalah akibat kesalahan manusia

    sendiri. Bukan kemudian menjadi kesalahan Tuhan, meski Tuhan mempunyai

    kehendak atas apapun yang terjadi pada diri manusia.

    Manajemen risiko bagi umat Islam adalah suatu hal yang penting untuk

    dilaksanakan. Manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa manusia

    berusaha menjaga amanah Tuhan atas harta kekayaan. Kegagalan mengelola

  • 40

    risiko tidak kemudian membawa kerugian bagi Allah, tetapi hanya akan

    berdampak kepada manusia yang telah gagal dalam mengelola risiko tersebut.

    Kerugian yang dialami manusia akibat kegagalan mengelola risiko tidak

    berdampak apapun terhadap jumlah kekayaan Tuhan atas langit dan bumi ini.

    Kerugian yang diderita manusia yang gagal mengelola risiko hanya akan

    memindahkan amanat kekayaan kepada orang lain yang lebih baik dalam

    mengelola risiko. Dengan pemahaman atas pengelolaan risiko yang baik, akan

    berdampak pada kemampuan manusia menemukan Tuhan.

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Sifat Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

    dengan meneliti langsung ke PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin untuk

    memperoleh data maupun informasi yang berakaitan dengan penelitian. Penelitian

    ini bersifat kualitatif, yaitu dengan menganalisis data pengelolaan dan

    pengendalian (program mitigasi) risiko kredit Mobil pada PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin dan manajemen resiko dalam Islam.

    B. Subjek dan Objek Penelitian

  • 41

    Subjek penelitian ini adalah PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin.

    Objek Penelitian ini adalah manajemen risiko kredit mobil pada PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin dan manajemen risiko dalam Islam.

    C. Data dan Sumber Data

    Data yang ingin digali dalam penelitian ini,terbagi atas:

    a. Data primer, yaitu data yang berkaitan langsung dengan manajemen

    risiko kredit mobil pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dan

    manajemen risiko dalam Islam.

    b. Data Sekunder, yaitu data yang tidak membahas langsung mengenai

    objek penelitian.

    Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah terdiri atas:

    a. Responden, yaitu orang yang terlibat langsung dalam penelitian ini yakni

    pegawai di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, terutama mereka

    yang bertugas sebagai pelaksana kredit.antara lain :

    1) Head colletion, yaitu kepala cabang divisi kolektor

    2) PAO, yaitu Problem Account Officeryaitu penanganan kredit bermasalah

    (overdue 30 hari ke atas)

    3) Field Collection, yaitu kolektor lapangan yang melakukan penanganan

    kredit overdue 8-30 hari

  • 42

    b. Informan, ialah pihak-pihak yang dianggap penulis dapat memberikan

    keterangan dan tambahan informasi,dalm hal ini adalah pihak ketiga atau

    External collection. yang berkaitan dengan penelitian ini.

    D. Teknik Penggumpulan Data

    Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

    penelitian ini antara lain observasi, wawancara langsung, dan dokumentasi.

    Observasi yaitu peneliti melakukan penelitian langsung ke PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin guna memperoleh data yang berkaitan dengan objek

    penelitian, Kemudian dilakukan juga wawancara langsung dengan responden yang

    memiliki job description yang berkaitan dengan objek penelitian, dokumentasi

    juga dikumpulkan berupa data-data baik dari sumber primer maupun sekunder

    untuk melengkapi hasil penelitian.

    E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    a. Teknik Pengolahan data

    Dalam hal ini penulis mempunyai teknik dan pengolahan data

    sebagaimana berikut:

    1. Editing, yaitu menyeleksi dan mempelajari kembali semua data yang

    telah terkumpul dan diperoleh untuk mengetahui kelengkapannya agar

    menjadi sempurna sehingga dapat disiapkan untuk diproses lebih

    lanjut.

  • 43

    2. Kategorisasi, yaitu pengelompokan dengan kualitas.47

    Data-data yang

    telah diperoleh dikelompokkan sesuai jenisnya masing-masing

    sehingga mudah dipahami.

    3. Interpretasi, yaitu memberi penafsiran atau pemahaman seperlunya

    terhadap data yang susah dipahami dan dimengerti, agar tidak

    membingungkan.

    b. Analisis data

    Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka analisis data

    dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu analisis

    mendalam berkaitan dengan manajemen risiko kredit di PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin yang hasilnya akan diuraikan dengan kalimat-kalimat

    bukan angka dengan mengacu pada kerangka teori dan sebagian data

    menggunakan analisis komparatif.

    F. Tahapan Penelitian

    Adapun beberapa tahapan penelitian yang ditempuh penulis dalam

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah

    yang siap dimunaqasyahkan, yaitu sebagai berikut:

    a. Tahap Pendahuluan

    47

    Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi (Bandung: Angkasa,

    t.th.), h. 151.

  • 44

    Pada tahap ini penulis menetapkan masalah penelitian yang diperoleh

    dari literatur dan observasi awal ke perpustakaan mempelajari bahan literatur

    yang akan dijadikan objek penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan dengan

    dosen pembimbing, dan kemudian dituangkan dalam sebuah desain

    operasional penelitian yang diajukan kepada Biro Skripsi Fakultas Syariah

    untuk mendapat persetujuan. Setelah diterima atau disetujui barulah penulis

    mendapat surat penetapan judul dan pembimbing untuk kemudian

    berkonsultasi dalam rangka mengadakan seminar desain operasional.

    b. Tahap Pengumpulan Data

    Setelah diseminarkan dan diadakan konsultasi, penulis meminta

    dibuatkan surat riset untuk kemudian melakukan kunjungan ke PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin, sehingga diperoleh data-data dan informasi

    terkait permasalahan yang akan diteliti.

    c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

    Setelah data yang diperlukan selama riset telah dirasakan sudah

    mencukupi, kemudian data tersebut diolah dengan teknik pengolahan secara

    editing kategorisasi, dan diinterprestasi. Setelah diolah, kemudian dianalisis.

    d. Tahap Penyusunan Laporan

    Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan dengan sistematika

    penulisan untuk menjadi sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi

    dengan cara berkonsultasi kepada dosen pembimbing dan asisten pembimbing

    sehingga menjadi karya tulis dalam bentuk skripsi yang siap

    dimunaqasyahkan.

  • 45

    BAB IV

    PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

  • 46

    A. Penyajian Data

    1. Gambaran Umum PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin merupakan perusahaan yang

    bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk

    pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran

    angsuran atau berkala. PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memperoleh ijin

    usaha sebagai perusahaan pembiayaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri

    Keuangan No. 1151/KMK.013/1989 tanggal 17 Oktober 1989 dan No.

    1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus 1990. PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin memulai operasi komersial pada tahun 2007. PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin didirikan pada tanggal 1 Mei 2007 memperoleh ijin dalam

    bidang Sewa Guna Usaha, Anjak piutang dan Pembiayaan Konsumen.48

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki visi untuk menawarkan

    solusi keuangan yang terbaik bagi pelanggan secara individual dan untuk

    mencapainya misi yang dilakukan antara lain:49

    1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek kehati-

    hatian. Hal ini berarti menjalankan bisnis dengan prosedur dan aturan

    main yang sederhana, efisien dan cepat tetapi tetap menjalankan fungsi

    pengendalian untuk meminimalisir risiko bisnis.

    2. Memberikan produk berupa keuntungan finansial atau jasa keuangan

    48

    http://www.bcafinance.co.id/profile/

    49

    Ibid.

  • 47

    kepada segmen konsumen kelas bawah.

    3. PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memperkuat dan melebarkan

    infrastruktur (fasilitas) untuk mendukung kredit mikro (kredit untuk

    kebutuhan yang bersifat konsumtif) dan kredit tanpa jaminan.

    4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi mobil.

    5. Mencapai harapan para konsumen, karyawan, pemegang saham,

    kreditur dan pemerintah.

    Struktur Organisasi PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    PT. BCA Finance memiliki kantor pusat yang berlokasi di Jakarta

    dan 104 kantor cabang yang berada di seluruh Indonesia. Kantor pusat PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki peran do the right things

    yang berarti melakukan sesuatu yang benar atau efektif sedangkan kantor

    cabang memiliki peran do the things right yang berarti melakukan sesuatu

    secara benar atau efisien. Struktur organisasi kantor pusat PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin, terdiri dari:50

    1. Dewan Komisaris yang dipimpin oleh Presiden Komisaris Dewan

    komisaris yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham

    dalam mengawasi berjalannya suatu perusahaan.

    2. Dewan Direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur

    a. Marketing Director

    Marketing Director membawahi Marketing Division dan Remedial

    and Legal Division.Marketing division berperan untuk meningkatkan

    50

    Ibid.

  • 48

    volume konsumen baru dan meningkatkan hubungan antara

    perusahaan dengan penjual mobil seperti dealer mobil. Remedial and

    Legal Division berperan untuk meningkatkan tingkat recovery

    terhadap konsumen gagal bayar.

    b. Operational Director

    OperationalDirector membawahi Operational Division dan

    Finance Cabang Banjarmasin Division. Operational Division

    berperan dalam manajemen pengumpulan transaksi kredit terhadap

    konsumennya (collection management). Finance Division

    berperan untuk meminimalkan biaya usaha (cost of fund).

    c. Business Support Director

    Business Support Director membawahi Information and Technology

    (IT) Division, Corporate Development Division dan Corporate

    Community. IT Division berperan untuk mengelola sistem secara

    keseluruhan dan sistem informasi manajemen. Corporate

    Development Division berperan dalam sumber daya manusia di

    lingkungan perusahaan seperti Human Research Development

    (HRD). Corporate Community berperan sebagai tanggung jawab

    sosial perusahaan terhadap stakeholders (karyawan perusahaan,

    masyarakat, pemerintah, konsumen).

    3. Tim Audit

    4. Risk Portofolio Division

    Risk Portofolio Division merupakan divisi lintas divisi (divisi

  • 49

    operasional, pemasaran, keuangan serta Remedial and Legal) yang

    menangani kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko. Struktur

    organisasi departemen wilayah kantor cabang terdiri dari struktur

    organisasi kantor cabang itu sendiri dan Marketing Field. Kantor

    cabang memiliki enam departemen yaitu Departemen Kredit, Account

    Receivables (AR), Remedial, Finance Cabang Banjarmasin,

    Personal and Business Support (PBS) dan Used Car (UC). Kantor

    cabang berperan dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional,

    memiliki produktivitas yang telah ditetapkan, kecepatan dan akurasi

    pelayanan terhadap konsumen.

    Skema Kredit dan Business Partner PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin

    Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam lingkup bisnis PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin yaitu dealer dan konsumen. Sebagai

    perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    memiliki kerjasama bisnis dengan dealer yang menjual mobil dengan

    mencairkan dana tunai kepada dealer tersebut apabila konsumen telah

    memenuhi persyaratan kreditnya.Konsumen yang telah memenuhi

    persyaratan tertentu memiliki kewajiban membayar kepada PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin berdasarkan syarat-syarat yang telah

    disepakati. Dealer mengirimkan mobil kepada konsumen setelah

    memenuhi persyaratan kredit pada PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

  • 50

    Pencairan Angsuran

    Mobil

    Gambar 2. Skema kredit dan business partner PT. BCA Finance

    Perkembangan Aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    Sejak didirikan pada tahun 2006, PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat

    dengan pertumbuhan aktiva perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu

    tahun 2011 sampai tahun 2012 terjadi peningkatan total aktiva dari Rp

    8,73 milyar menjadi Rp 15,33 milyar. Persaingan antar perusahaan

    pembiayaan dan perekonomian yang kurang baik dibandingkan tahun

    2010 menyebabkan total aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    menurun pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 10,48 milyar. Penurunan

    total aktiva PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengindikasikan

    terjadi penurunan kinerja perusahaan tersebut. Perkembangan total aktiva

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun waktu tahun 2010

    sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 3.

    PT BCA FINANCE

    DEALER KONSUMEN

  • 51

    Gambar 3. Perkembangan total aktiva PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin tahun 2010-2012

    (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012)(diolah)

    Perkembangan Kinerja Keuangan PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin

    Perkembangan usaha PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    selama tiga tahun terakhir menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini

    tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan

    Bakar Minyak (BBM) selama tahun 2010 hingga tahun 2011 (PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012). Persaingan usaha antar

    perusahaan pembiayaan semakin ketat. Hal ini menyebabkan perusahaan-

    perusahaan pembiayaan yang tidak memiliki keuangan yang kuat kurang

    bisa bertahan dalam industri ini. Sebagai perusahaan pembiayaan dengan

    keuangan yang cukup kuat, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin masih

  • 52

    tetap terkena dampak dari persaingan usaha dalam industri pembiayaan ini.

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengalami peningkatan total kredit

    kotor dari tahun 2010 sebesar Rp 7,89 milyar, tahun 2011 sebesar Rp 14,05

    milyar hingga tahun 2012 sebesar Rp 9,30 milyar.

    Peningkatan total kredit tersebut tidak disertai dengan

    perkembangan kinerja keuangan yang baik. Perkembangan usaha yang

    kurang baik ini mengindikasikan peningkatan risiko usaha suatu perusahaan.

    Kinerja keuangan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun

    waktu tahun 2010 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin tahun 2010-2012

    Sumber : PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012 (diolah)

    Tabel 1 menunjukkan tingkat profitabilitas usaha (Gross ROA, Net

    ROA, dan ROE) PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin mengalami

    penurunan dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Gross Return On Total

    Assets (ROA) menunjukkan penurunan kinerja dengan rata-rata 15,08

  • 53

    persen dari tahun 2010 (6,95%) hingga tahun 2012 (4,55%). Hal ini

    berarti terjadi penurunan kemampuan manajemen dalam menghasilkan

    pendapatan dari pengelolaan harta yang ada.

    Net ROA menunjukkan penurunan kinerja dengan rata rata 11,90

    persen dari tahun 2010 (4,57%) hingga tahun 2012 (3,25%). Net ROA

    pada Tabel 1 menunjukkan penurunan kemampuanmanajemen dalam

    memperoleh laba bersih dan efisiensipengelolaan harta secara

    keseluruhan. Penurunan Return On Equity (ROE) PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 33,27 persen dari tahun 2010

    (46,26%) hingga tahun 2012 (20,43%) menunjukkan penurunan

    kemampuan manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola modal

    yang tersedia untuk mendapatkan pendapatanbersih.

    Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini

    terlihat dari peningkatan net profit margin dan rate of return on loans

    dari tahun 2010 hingga tahun 2012 seperti pada Tabel 1. Net profit

    margin PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin selama kurun waktu

    tahun 2010 (65,76%) hingga tahun 2012 (71,43%) mengalami

    peningkatan dengan rata-rata 4,23 persen. Hal ini menunjukkan

    peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan

    bersih dari kegiatan operasi perusahaan tersebut. Begitu pula dengan rate

    of return on loans yang mengalami peningkatan dengan rata-rata 60,83

    persen dari tahun 2010 (0,76%) hingga tahun 2012 (1,72%). Peningkatan

  • 54

    ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan perusahaan

    untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga

    terhadap jumlah kredit yang dicairkan.

    Tabel 1 menunjukkan peningkatan tingkat solvabilitas PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin dari tahun 2010 hingga tahun 2012.

    Peningkatan tingkat solvabilitas pada Tabel 1 terlihat pada peningkatan

    primaryratio dan capital ratio . Hal ini menunjukkan peningkatan

    kemampuan PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dalam mencari

    sumber dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya. Tingkat

    solvabilitas juga dapat menjadi alat ukur untuk melihat kekayaan dan

    efisiensi bagi manajemen perusahaan. Primary ratio mengalami

    peningkatan dengan rata-rata 36,66 persen dari tahun 2010 (9,88%)

    hingga tahun 2012 (15,91%). Peningkatan primary ratio menunjukkan

    peningkatan ketersediaan modal perusahaan untuk menutupi apabila

    terjadi penurunan total assets. Peningkatan capital ratio PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun

    2010 (14,17%) hingga tahun 2012 (25,26%) menunjukkan peningkatan

    permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan

    terutama risiko gagal bayar konsumen. Peningkatan credit risk ratio PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin dengan rata-rata 60,07 persen dari

    tahun 2010 (0,20%) hingga tahun 2012 (0,50%) menunjukkan

    peningkatan risiko kredit macet dapatmerugikan perusahaan terhadap

    kredit yang disalurkan. Interest margin PT. BCA Finance Cabang

  • 55

    Banjarmasin pada Tabel 1 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

    memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga bersih

    dibandingkan total kredit yang dicairkan mengalami penurunan dengan

    rata-rata 22,94 persen dari tahun 2010 (-11,19%) sampai dengan tahun

    2012 (-14,93%). Persentase negatif berarti kemampuan perusahaan untuk

    memperoleh pendapatan ditinjau dari pendapatan bunga masih rendah

    dibandingkan dengan beban yang telah dikeluarkan oleh PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin.

    Karakteristik Portofolio Kredit Mobil PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin

    Pada tahun 2011, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin memiliki

    2.426 konsumen di seluruh Kalimantan Selatan dengan total kredit sebesar

    Rp 15,54 Milyar (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012). Dalam

    menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin memiliki segmentasi konsumen berdasarkan kriteria tertentu

    yaitu berdasarkan jumlah kredit yang diberikan kepada konsumen, harga

    mobil, dana awal pembayaran konsumen (down payment), usia konsumen,

    jangka waktu kredit, pendapatan konsumen dan wilayah penyebaran kredit.

    Gambar 4 menunjukkan portofolio segmentasi total kredit mobil PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin pada tahun 2011 berdasarkan jumlah kredit

    terhadap konsumennya.

  • 56

    Gambar 4. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria jumlah kredit Tahun

    2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)

    Gambar 4 menunjukkan bahwa sebesar 50,01 persen dari total

    kredit PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin berada pada jumlah kredit

    konsumen antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu. PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin mempunyai jumlah kredit konsumen antara Rp 5 ribu sampai

    Rp 10 ribu sebesar 46,67 persen dari total kredit dan jumlah kredit

    konsumen kurang dari Rp 5 ribu sebesar 2,53 persen dari total kredit serta

    jumlah kredit konsumen lebih dari 15 ribu sebesar kurang dari satu persen

    dari total kreditnya. Gambar 5 menunjukkan portofolio segmentasi kredit

    mobil PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin berdasarkan harga mobil

    yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

  • 57

    Keterangan : x = harga mobil

    Gambar 5. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria harga mobil

    tahun 2012 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    (PT.BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2012) (diolah)

    Gambar 5 menunjukkan bahwa sebesar 74,59 persen dari total

    kredit yang ditujukan pada konsumen yang melakukan transaksi kredit

    dengan harga mobil antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. Sebesar 19,89

    persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen dengan harga mobil

    Rp 100 juta. Sebesar 5,08 persen dari total kredit ditujukan kepada

    konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan harga mobil antara Rp

    150 juta sampai Rp 200 juta. Sebesar 0,44 persen dari total kredit untuk

    kredit konsumen dengan harga mobil lebih dari Rp 200 juta. Berdasarkan

    data di atas, maka potensi peningkatanrisiko kredit di PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin dapat terjadi untuk konsumen dengan kredit pada

    harga mobil antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta.

    Berdasarkan dana awal penyetoran konsumen (down payment),

  • 58

    total kredit yang ditujukan untuk konsumen dapat dilihat pada Gambar 6.

    Keterangan = x = down payment

    Gambar 6. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria down payment

    tahun 2012 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)

    Gambar 6 menunjukkan bahwa sebesar 77,37 persen total kredit

    ditujukan pada konsumen dengan down payment kurang dari 20 persen.

    Sedangkan kurang dari delapan persen total kredit tahun 2012 ditujukan

    konsumen dengan down payment diatas 20 persen. Hal ini

    mengindikasikan bahwa tingkat risiko kredit PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin terjadi sebagian besar disebabkan pemberian kredit yang

    ditujukan kepada konsumen dengan down payment yang rendah (kurang

    dari 20 persen). Pemberian kredit berdasarkan kriteria usia konsumen,

    dapat dilihat pada Gambar 7.

  • 59

    Keterangan : x = usia konsumen

    Gambar 7. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria usia konsumen

    tahun 2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin (PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2007) (diolah)

    Gambar 7 menunjukkan bahwa sekitar 36,38 persen dari total kredit ditujukan

    kepada konsumen dengan usia antara 30 tahun sampai 40 tahun. Total pemberian

    kredit untuk usia antara 20 – 30 tahun dan 40 – 50 tahun sejumlah 27,85 persen

    dan 26,76 persen. Sekitar 9,01 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen

    antara usia 50 tahun sampai 60 tahun. Portofolio kredit mobil berdasarkan jangka

    waktu kredit konsumen PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin dapat dilihat pada

    Gambar 8.

  • 60

    Keterangan : x = jangka waktu kredit

    Gambar 8. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria jangka waktu

    kredit tahun 2011 di PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin

    (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin , 2012) (diolah)

    Gambar 8 menunjukkan bahwa sekitar 67,38 persen dari total kredit

    tahun 2010 ditujukan kepada konsumen dengan jangka waktu kreditnya

    antara 24 bulan sampai 36 bulan (2 – 3 tahun). Hal ini mengindikasikan

    bahwa sebagian besar potensi peningkatan risiko kredit pada PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin terjadi untuk konsumen yang melakukan

    transaksi kredit dalam jangka waktu yang menengah (2 – 3 tahun). Sekitar

    20,15 persen dari totalkredit ditujukan pada konsumen dengan jangka

    waktu kredit antara 12 bulan sampai 24 bulan. Sekitar 8,41 persen dari total

    kredit ditujukan untuk konsumen dengan jangka waktu diatas 36 bulan (3

    tahun) dan 2,89 persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan

    jangka waktu kredit kurang dari satu tahun. Portofolio kredit mobil

    berdasarkan kriteria pendapatan konsumen PT. BCA Finance Cabang

  • 61

    Banjarmasin dapat dilihat pada Gambar 9.

    Keterangan : x = pendapatan konsumen

    Gambar 9. Portofolio kredit mobil berdasarkan kriteria pendapatan

    konsumen tahun 2010 di PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin (PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin, 2011)

    (diolah)

    Gambar 9 menunjukkan bahwa sekitar 64,94 persen dari total kredit

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin tahun 2011 ditujukan untuk

    konsumen dengan pendapatankurang dari Rp 8.000.000,00. Hal ini sesuai

    dengan misi dari perusahaan tersebut untuk memberikan fasilitas jasa

    keuangan bagi segmen kelas menengah ke bawah. Kebijakan mengenai

    segmentasi konsumen ini tidakterlepas dari terjadinya risiko kredit. Sekitar

    32,23 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen dengan

    pendapatan antara Rp 8.000.000,00 sampai Rp 15.000.000,00 sedangkan

    kurang dari tiga persen total kredit ditujukan untuk konsumen dengan

    pendapatan diatas Rp 15.000.000,00

  • 62

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Mobil PT. BCA

    Finance Cabang Banjarmasin

    PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin telah menempatkan posisinya

    sebagai perusahaan pembiayaan mobil terbesar di Kalimantan. Sebagai

    perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin tidak

    terlepas dari keberadaan risiko kredit. Risiko kredit terjadi ketika perusahaan

    pembiayaan menghadapi kemungkinan ketidakmampuan konsumennya untuk

    membayar kredit secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin berkaitan dengan persetujuan suatu kredit

    atas mobil dengan perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi

    konsumennya untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan

    syarat-syarat yang telah disepakati.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

    Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin

  • 63

    Sumber : Data primer dan data sekunder pada PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin , 2010(diolah)

    Berdasarkan Tabel 2, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit

    dapat diklasifikasikan menjadi tiga sumber faktor yaitu faktor internal

    perusahaan,konsumen dan lingkungan.

    1. Faktor internal perusahaan

    Meskipun telah menjadi salah satu perusahaan pembiayaan

    terbesar di Kalimantan, PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin harus

    mampu meningkatkan kualitas internal perusahaannya agar mampu

    meningkatkan kinerjanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit

    yang berasal dari internal PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin yaitu

    berasal dari kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM),

    Teknologi dan Informasi (TI), kebijakan perusahaan dan keuangan.

    a. Kualitas dan kuantitas SDM

    Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin harus memiliki kualitas SDM yang baik dan kuantitas

    SDM yang memadai baik di kantor pusat maupun kantor cabangnya.

    SDM yang berkualitas dapat memimimalisir kemungkinan terjadinya

    risiko kredit. Dalam kaitannya dengan operasional perusahaan yang

    berhubungan dengan kredit mobil yang dijalankan PT. BCA Finance

    Cabang Banjarmasin maka faktor SDM sangat penting untuk

    departemen-departemen yang berperan dalam transaksi kredit seperti

    Departemen Kredit, Departemen Account Officer (AO), dan

  • 64

    Departemen Remedial. Kerugian risiko kredit yang terkait dengan

    faktor SDM internal perusahaan berkenaan dengan moral hazard

    danmoralehazard (Lampiran 1). Moral hazard terjadi apabila

    karyawan internal perusahaan dengan sengaja melakukan tindakan

    demi menguntungkan diri sendiri terutama dalam menjalankan

    tugasnya sehingga menimbulkan kerugian risiko kredit bagi

    perusahaan. Morale hazard dapat terjadi karena kekuranghati-hatian

    karyawan dalam melakukan transaksi kredit dengan konsumen.

    Bagi Departemen Kredit, SDM merupakan aspek vital dalam kegiatan

    usaha perusahaan ini. Dalam departemen kredit, kualitas surveyor

    harus baik karena memiliki tanggung jawab atas kemungkinan

    persetujuan kredit mobil terhadap calon konsumennya. Apabila

    kualitas surveyor rendah maka akan meningkatkan risiko kredit

    perusahaan ini seperti kesalahan dalam memberikan laporan

    kelayakan calon konsumen. Ketidakmampuan konsumen dalam

    membayar angsuran kredit dapat disebabkan karena kesalahan

    surveyor dalam mensurvei calon konsumen kredit sebelum kredit

    diberikan.

    Bagi Departemen Account Officer (AO), kolektor memiliki peran

    yang sangat penting. Kualitas kolektor yang baik dapat meminimalisir

    kemungkinan keterlambatan pembayaran angsuran kredit konsumen.

    Kolektor bertugas untuk mengumpulkan angsuran konsumen untuk

    angsuran kredit yang jatuh tempo maupun untuk angsuran kredit yang

  • 65

    telah melebihi jatuh tempo (overdue) sampai 60 hari. Bagi

    Departemen Remedial, kualitas eksekutor yang baik dalam menindak

    konsumen yang tidak mampu membayar sisa angsuran kredit dapat

    meminimalkan kerugian yang diterima perusahaan. Eksekutor

    berperan untuk mengumpulkan semaksimal mungkin pendapatan dari

    angsuran kredit bermasalah yang telah melebihi 60 hari dari jatuh

    tempo dan melakukan tindakan berdasarkan prosedur yang telah

    ditetapkan terhadap konsumen tersebut.

    b. Teknologi dan Informasi (TI)

    Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat

    memungkinkan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam dunia

    usaha, tidak terkecuali PT. BCA Finance Cabang Banjarmasin .Oleh

    karena itu, teknologi dan informasi berperan sangat penting terutama

    dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan transaksi

    bisnis perusahaan tersebut (kebijakan mengenai kredit) yang berasal

    dari kantor pusat kepada kantor cabangnya. PT. BCA Finance Cabang

    Banjarmasin memiliki sistem terintegrasi untuk menganalisis kelayakan

    calon konsumen atau pemeringkatan kredit (credit scoring) secara

    terkomputerisasi berdasarkan variabel-variabel yang ditetapkan PT.

    BCA Finance Cabang Banjarmasin. Sistem ini memungkinkan

    efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai kelayakan calon

    konsumen secara tepat. Ketepatan penilaian kelayakan calon konsumen

    dapat meminimalisir kerugian risiko kredit. Sistem yang diterapkan PT.