28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri yang berbahan baku utama produk migas (naphta, kondensat yang merupakan produk samping eksploitasi gas bumi, gas alam), batubara, gas metana batubara, serta biomassa yang mengandung senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin, gas sintesa, asetilena dan menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut, untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya.” Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery (coke). Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi). B. Perumusan Masalah 1. Apa itu industri petrokimia? 2. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku industri petrokimia ? 3. Bagaimana proses penanganan produk industri petrokimia ? 4. Bagaimana cara pengolahan limbah industri petrokimia ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa itu industri petrokimia. 2. Untuk mengetahui cara mendapatkan bahan baku industri. 3. Untuk mengetahui proses penanganan produk industri petrokimia. 4. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah industri petrokimia. BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri yang berbahan

baku utama produk migas (naphta, kondensat yang merupakan produk samping eksploitasi

gas bumi, gas alam), batubara, gas metana batubara, serta biomassa yang mengandung

senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin, gas sintesa, asetilena dan menghasilkan

beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut,

untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan

bakunya.” Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan

mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti,

diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery (coke).

Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri

petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan

dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan

baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan

pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi).

B. Perumusan Masalah1. Apa itu industri petrokimia?2. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku industri petrokimia ?3. Bagaimana proses penanganan produk industri petrokimia ?4. Bagaimana cara pengolahan limbah industri petrokimia ?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui apa itu industri petrokimia.2. Untuk mengetahui cara mendapatkan bahan baku industri.3. Untuk mengetahui proses penanganan produk industri petrokimia.4. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah industri petrokimia.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

A. Sejarah Pabrik Petrokimia

Sampai dengan masa berakhirnya Perang Dunia I pada tahun 1918, sebahagian besar produk

kimia organik diperoleh melalui 3 jalur pengolahan, yaitu:

1. Fermentasi bahan-bahan organik2. Ekstraksi dari senyawa-senyawa yang terdapat di alam terutama batu-bara.3. Transformasi/konversi dari minyak dan lemak nabati

Sejak pada dasawarsa tahun 1920-an, yaitu sejak iso-propanol sebagai produk petrokimia

berhasil dibuat untuk pertama kalinya dari gas kilang/dari gas propelina, maka pembuatan

sebahagian besar produk kimia organik telah mampu disubstitusikan pembuatannya dengan

jalur proses petrokimia, sehingga industri petrokimia mulai berkembang. Dalam masa Perang

Dunia-II antara tahun 1939-1945, perkembangan industri petrokimia dipacu oleh kebutuhan-

kebutuhan material keperluan perang dalam jurnlah besar dan dalam waktu yang singkat,

sehingga pada waktu itu di U.S.A oleh "DuPont Company" dikembangkan teknologi

pembuatan karet sintetik, karena kawasan Asia Tenggara sebagai penghasil utama karet alam

sudah jatuh ke tangan Jepang. Faktor lain yang sangat menunjang peningkatan perkembangan

industri petrokimia adalah bahwa harga minyak bumi pada kurun waktu itu sampai sebelum

tahun 1970 relatif rendah./murah.

1. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1918

produk kimia organik melalui 3 jalur:

a. Fermentasi bahan organik

b. Ekstraksi dari senyawa yang terdapat di alam terutama batu bara

c. Tranformasi/konversi dari minyak bumi dan lemak nabati

2. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1920-an,

Iso propanol pertama kali dibuat dari kilang gas propilena. Jadi produk kimia organik

sudah mulai dibuat melalui jalur proses petrokimia.

3. Sejarah Pabrik Petrokimia Pada Tahun 1939 – 1945

Kebutuhan untuk perlengkapan perang dikembangkan karet sintetis (Du Pont

Company, USA), karena negara penghasil karet terbesar jatuh ke tangan Jepang Faktor lain

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

yang menunjang perkembangan industri petrokimia waktu itu – tahun 1970 karena harga

minyak bumi relatif rendah atau murah.

B. Pengertian Petrokimia

Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk-produk yang dihasilkan dari minyak dan

gas bumi. Indusrtri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu pola yang

mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia, dengan kebutuhan

masarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, perusahaan petrokimia lokal terbesar adalah Pertamina.Industri

petrokimia Pertamina yang berbahan baku minyak dan gas bumi antara lain Kilang Metanol

di Pulau Bunyu Kalimantan Timur, Kilang Purified Terephthalic Acid (PTA) dan Kilang

Polypropylene (Polytam) di Plaju, Sumatra Selatan, Kilang Paraxylene dan Benzene di

Cilacap, Jawa Tengah

Industri petrokimia merupakan industri yang memproduksi bahan-bahan kimia yang

berasal dari minyak bumi dan gas alam. Secara umum, industri petrokimia dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar yaitu industri hulu yang produknya masih berupa bahan dasar

dan setengah jadi dan industri hilir yang produknya berupa barang jadi. Industri petrokimia

menghasilkan berbagai macam jenis produk yang memiliki manfaat beragam.

Industri Petrokimia dapat Dibagi atas 2 Bagian Besar, yaitu:

1. Industri petrokimia hulu atau (upstream petrochemical industry)

Yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar

atau produk primer dan produk antara atau produk setengah jadi (masih merupakan bahan

baku untuk produk jadi).

Beberapa bahan baku yang dapat dipakai untuk industri petrokimia hulu. Semuanya

merupakan atau terdiri dari hidrokarbon yang merupakan produk-produk industri minyak dan

gas bumi. Dari atas sampai kebawah (gas oil) konsistensinya semakin berat d.p.l. dari gas

sampai kecairan.

Disebelah kanan diurutkan beberapa produk-produk industri petrokimia hulu yang

kadang-kadang disebut “first generation petrochemicals” atau juga “basic petrochemicals”

atau “petrochemical building blocks”. Perlu ditambahkan bahwa LPG dapat berasal dari alam

dari perut bumi dan dapat pula berasal dari operasi pengilangan. LPG juga mengandung

senyawa-senyawa tak jenuh dari C3 dan C4, yakni propylene dan butene atau butadiene.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

2. Industri petrokimia hilir atau (downstream petrochemical industry)

Yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah berupa produk akhir

dan/atau produk jadi.

C. Bahan Baku Petrokimia

Dengan kemajuan teknologi, maka bahan mutu petromia yang berasal dari minyak dan gas

bumi, sumbernya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Yang berasal dari kilang minyak2. Yang berasal dari lapangan gas bumi, baik yang langsung maupun yang dari

komponen-komponennya setelah diadakan pemisahan

Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:

a Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimiab Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, danc Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan.

Pada dasarnya hampir semua produk petrokimia umumnya berasal dari tiga jenis bahan baku

dasar, yaitu : olefin, aromatika, dan gas – sintesis(syn-gas).

1. Olefin (alkena – alkena)

Olefin merupakan bahan dasar petrokimia paling utama. Produksi olefin di seluruh

dunia mencapai miliaran kg per tahun. Di antara olefin yang terpenting (paling banyak

diproduksi) adalah etilena (etena), propilena (propena), butilena (butena), dan butadiena.

Olefin pada umumnya dibuat dari etena, propana, nafta, atau minyak gas ( gas- oil) melalui

proses perengkahan (cracking). Etana dan propana dapat berasal dari gas bumi atau dari

fraksi minyak bumi; nafta berasal dari fraksi minyak bumi dengan molekul C-6 hingga C-10 ;

sedangkan gas oil berasal dari fraksi minyak bumi dengan molekul dari C- 10 hingga C – 30

atau C-40.

CH2 = CH2 CH2 = CH - CH3 Etilena PropilenaCH3 - CH = CH - CH3 CH2 = CH - CH = CH2

Butilena Butadiena

Petrokimia dari Ofelin

Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar etilena :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

a) PolietilenaPolietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi. Plastik polietilena antara lain

digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus / sampul. Plastik polietilena

( maupun plastik lainya) yang kita kenal, selain mengandung polietilena juga menggandung

berbagai bahan tambahan, misalnya bahan pengisi, plasticer,dan pewarna.

b) PVC

PVC atau polivinilklorida juga merupakan plasik, yang antara lain digunakan untuk

membuat pipa (paralon) dan pelapis lantai.

c) EtanolEtanol adalah bahan yang sehari – hari biasa kita kenal sebagai alkohol. Etanol digunakan

untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk lain, misalnya asam asetat.Alkohol dibuat dari etilena:CH2 = CH2 + H2O → CH3 – CH2OH

d) Etilena glikol atau glikolGlikol digunakan sebagai bahan anti beku dalam radiator mobil di daerah beriklim dingin.

Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar propilena:

a) PolipropilenaPlastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan plastik polietilena. Polipropilena antara

lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.

b) GliserolZat ini antara lain digunakan sbagai bahn kosmetik ( pelembab ) industri makanan, dan bahn

peledak ( nitrogliserin).c) Isopropil alkohol

Zat ini digunakan sebagai bahan – antara untuk berbagai produk petrokimia lainya, misalnay

aseton( bahan pelarut, digunakan sebagai pelarut pelais kuku / kutek).

Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar butadiena:

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

a) Karet sintetis , seperti SBR ( styrene-butadiene-rubber) dan neoprenab) Nilon, yaitu nilon 6,6

2. Aromatika (benzena dan turunannya)

Aromatika adalah benzena dan turunanaya. Aroamatika dibuat dari nafta melalui

proses yang disebut reforming. Di antara aromatika yang terpenting adalah benzene (C6H6),

toluene (C6H6CH3), dan xilena (C6H4(CH3)2). Ketiga jenis senyawa ini secara kolektif disebut

BTX.

Petrokimia dari Aromatika

Pada industri petrokimia berbahan dasar benzena, umumnya benzena diubah menjadi

stirena,kumena,dan sikloheksena.

a) Stirena digunakan untuk membuat karet sintetis, seperti SBR dan polistirena.b) Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol digunakan untuk

membuat perekat dan resin.c) Sikloheksena digunakan terutama untuk membuat nilon, misalnya nilon-6,6 dan nilon-

6.

Selain itu, sebagian benzena digunakan sebagi bahan dasar untuk membuat detergen,

misalnya ABS dan LAS. Beberapa contoh produk petrokimia berbahan dasar totulen dan

xilena antara lain:

a) Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT)b) Asam tereftalat yang merupakn bahan dasar untuk membuat serat seperti

metiltereftalat.3. Gas Sintetis

Gas sintetis (syn-gas) adalah campuran dari karbon monoksida (CO) dan hidrogen

(H). Syn – gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang disebut steam

reforming atau oksidasi parsial. Steam reforming adalah campuran metana (gas bumi) dan

uap air dipanaskan pada suhu dan ekanan tinggi dengan bantuan katalis ( bahan pemercepat

reaksi). Sedangkan, oksidasi parsial yaitu metana direaksikan dengan sejumlah terbatas

oksigen pada suhu dan tekanan tinggi.

Reaksi stean reforming : CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g)

Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g)

Petrokimia dari Gas-Sintetis(Syn-Gas)

Seperti telah disebutkan, gas- sintetik (sn-gas) merupakn campuran dari karbon

monoksida (CO) dan hidrogen(H2). Berbagai contoh petrokimia dari syn-gas adalah :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

a) Amonia (NH3)N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)

Amonia dibuat dari nitrogen dan hidrogen. Pada industri petrokimia gas nitrogen diperoleh

dari udar, sedangkan gas hidrogen dari syn-gas. Sebagian besar produk amonia digunakan

untuk membuat pupuk seperti [CO(NH2)2] urea, [(NH4)2SO4]; pupuk ZA, dan (NH4NO3);

amonium nitrat. Sebagian lainya digunakan untuk membuat berbagai senyawa nitrogen lain,

seperti asam nitrat dan berbagai bahan untuk membuat resin dan plastik.b) Urea [CO(NH2)2]

CO2(g) + 2NH3(g) → NH2COH4(S)

NH2CONH4(S) → CO(NH2)2(S) + H2O(g)

Sebagian besar urea digunakan sebagai pupuk. Kegunaan yang lain yaitu untuk makanan

ternak,industri perekat, plastik, dan resin.c) Metanol (CH3OH)

CO(g) + 2H3(g) → CH3OH(g)

Metanol dibuat dari syngas melalaui perpanasan suhu dan tekanan tinggi dengan bantuan

katalis. Sebagian besar metanol diubah menjadi formaldehida. Sebagian yang lain digunakan

untuk membuat serat , dan campuran bahan bakar.d) Formaldehida (HCHO)

CH3OH(g) → HCHO(g) + H2(g)

Formaldehida dibuat melalui oksidasi metanol dengan bantuan katalis. Larutan Formaldehida

dalam air dikenal dengan nama formalin. Formalin digunakan untuk mengawetkan preparat

biologi (termasuk mayat). Akan tetapi, penggunaan utama dari Formaldehida adalah untuk

membuat resin urea- Formaldehida dan lem. Lem Formaldehida banyak digunakan untuk

industri kayu lapis.

Bahan baku perokimia dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Yang berasal dari kilang minyak:

Melalui proses pengolahan dalam kilang minyak berupa distilasi minyak bumi pada tekanan

atmosfer biasa (lihat Gambar I-l) akan didapat hasil-hasil pengilangan minyak yang disebut

"minyak intermediate". Produk ini sangat cocok untuk dipakai sebagai bahan baku

petrokimia, akan tetapi pemamfaatannya lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan bahan

bakar minyak, seperti:

a) "Fuel gas" (bahan bakar gas untuk kilang).

b) Gas propana dan Gas butana (dicampurkan sebagai gas penyusun utama bahan

bakar LPG).

c) "Mogas" (sebagai bahan bensin/premiun).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

d) Nafta (CoHr+-CrzHzo), bahan baku petrokimia ini baik untuk industri olefin dan

aromatik.

e) Kerosin atau minyak tanah, yang kalau diekstrasi akan menghasilkan n-parafin

yaitu bahan baku pembuatan sabun deterjen.

f) "Gas-oil" (untuk bahan bakar minyak solar).

g) "Fuel oil" (minyak bakar).

h) "Short-residueAilaxy-residue" (untuk bahan bakar minyak residu lain juga untuk

bahan baku industri petrokimia "Coke" dan "Carbon black" ataupun untuk industri

olefin).

Di Indonesia bahan baku petrokimia tersebut dapat dihasilkan dikilang-kilang minyak

Cilacap, Balongan, Dumai, Musi, Balikpapan, dll.

2.Yangberasal dari lapangan gas bumi:

Komponen-komponen gas bumi yang dapat dipergunakan sebagai bahan hak: petrokimia

yang berasal lapangan gas bumi adalah:

- Metana (CI{4) Gas ini sekitar 6O7o-80% volume gas bumi yang dihasilkan sesuatu

lapangan gas, dan dapat dipergunakan sebagai bahan baku gas sintetis CO dan Hz

yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan amonia./urea, metanol, 'tarbon

black", dll.- Etana (Czllr), dapat dijadikan bahan baku untuk industri olefin untuk menghasilkan

bahan-bahan sistetik seperti plastik, sabun deterjen, bahan kosmetik, dll.- Propana (C:Hs), yang dalam industri olefin dapat dijadikan bahan baku untuk mengl

asilkan polipropilen, suatu bahan plastik sintetik.- Butana (n-Cdlro), yang merupakan bahan baku untuk pernbuatan karet sintetik

butadiena.- Kondesat (CsHrz-CrrHz), yang disebut juga sebagai 'hatural gasoline" yang

mempunyai sifarsifat seperti minyak/nafta dan dapat dipergunakan untuk bahan baku

dalam industri olefin atau industri aromatik.

Di Indonesia, bahan baku petrokimia tersebut banyak dihasilkan lapangan - lapangan gas

bumi yang mempunyai cadangan gas yang cukup besar, sehingga pemanfaatannya dapat

dipusatkan didalam suatu area yang luas, seperti:

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

a) Lapangan gas Arun, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG (Liquefied

Natural Gas) dan untuk pupuk urea./amonia di Aceh.

b) Lapangan gas Badak/Bontang, yang memanfaatkan gas bumi untuk pembuatan LNG,

pupuk uera./amonia dan LPG (Liquefied Petroleum Gas) di Kalimantan Timur.

c) Lapangan-lapangan lainnya yang masih dalam rencana seperti lapangan gas Natuna di

Riaull-aut Cina Selatan.

D. Cara Mendapatkan Bahan Baku di Indonesia

Sepanjang perkembangan teknologi industri migas yang sudah terbukti keberhasilannya,

maka bahan baku petrokimia berupa minyak dan gas bumi, baik yang berbentuk gas-gas

ringan yang bersifat jenuh (seperti gas propana), maupun yang berbentuk cairan (seperti nafta

dan kondesat), dapat diperoleh dari kilang minyak/kilang BBM maupun dari lapangan gas

yang berproduksi secara besar-besaran

Gas alam merupakan campuran gas hidrokarbon jenuh (CnH2n+2) yang ditemukan dibawah

permukaan bumi. Gas alam dapat ditemukan bersama-sama dengan minyak bumi (non

associated gas).

Komponen-komponen gas alam yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku

petrokimia yang berasal lapangan gas bumi adalah:

a. Metana (CH4), Gas ini sekitar 60%-80% volume gas bumi yang dihasilkan sesuatu

lapangan gas, dan dapat dipergunakan sebagai bahan baku gas sintetis CO dan H2,

yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk pembuatan amonia/urea, metanol,

“carbon black”, dll.

b. Etana (C2H6), dapat dijadikan bahan baku untuk industri olefin untuk menghasilkan

bahan-bahan sintetik seperti plastik, sabun deterjen, bahan kosmetik, dll.

c. Propan (C3H8), yang dalam industri olefin dapat dijadikan bahan baku untuk

menghasilkan polipropilen, suatu bahan plastik sintetik.

d. Butan yang merupakan bahan baku untuk pembuatan karet sintetik butadiena.

e. Kondesat yang disebut juga sebagai “natural gasoline” yang mempunyai sifat-sifat

seperti minyak atau nafta dan dapat dipergunakan untuk bahan baku dalam industri

olefin atau industri aromatik.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Disamping gas hidrokarbon di gas alam, ditemukan juga senyawa-senyawa lain, yang

disebut impurities (kotoran) berupa :

a. Unsur-unsur kimia seperti mercury (Hg), Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2).

b. Acid seperti : CO2, H2S

c. Persenyawaan-persenyawaan sulphur disebut mercaptans.

d. Moisture (H2O)

Kotoran yang ada didalam gas ini umumnya tidak disenangi, oleh karena sifatnya

korosif (Hg, acid, mercaptans, air) atau dapat juga oleh karena kotoran tersebut tidak

memiliki nilai ekonomis, seperti gas CO2.

Oleh karena itu kotoran tersebut harus dipisahkan dari gas alam dengan mengunakan

bermacam-macam teknologi yang ada. Campuran gas hidrokarbon yang sudah bersih inin

kemudian dapat dipisahkankedalam tiga kelompok:

e. Campuran methane dan ethane

f. LPG (propane dan butane)

g. Condensate (pentane plus)

Kondensat ini kemudian dicampurkan kedalam minyak bumi untuk kemudia dijual sebagai

minyak bumi, sedangkan LPG dan campuran metane dan etane dapat dijual sebagai bahan

bakar atau dijual sebagai bahan baku industri petrokimia.

E. Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia

Berikut ini akan di uraikan ketersediaan bahan baku Industri Petrokimia yang ada di

Indonesia, diantaranya gas bumi, bahan baku kondesat, bahan baku nafta, dan bahan baku

residu.

1. Ketersediaan Cadangan Gas Bumi (C1-C4) Ketersediaan cadangan gas bumi 60%-80% kandungannya adalah gas metana.

Ketersediaan tersebut hampir merata dan menjangkau dareah padat penduduk dan

pusat industri.2. Ketersediaan Bahan Baku Kondensat (C5-C11)

Kondensat dalam negeri selama ini diekspor ke luar negeri. Jika kandungan Produk

paraffin dan olefinnya besar à jalur olefin center. Jika kandungan naftene dan

aromatic besar à jalur aromatic center 3. Ketersediaan Bahan Baku Nafta (C6-C12)

Diperoleh dari kilang Cilacap dan Balikpapan dan produksinya diekspor ke luar

negeri.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Ketersediaan Bahan Baku Residu / Low Sulfur Waxy Residu (LSWR) Berasal dari

Kilang Dumai, Sungai Pakning, dan Eksor I Balongan

F. Jalur-jalur pembuatan industri petrokimia

1. Jalur Gas Sintetik

Dengan pembentukan gas CO dan H2 dari bahan baku gas bumi (CH4) untuk

menghasilkan ammonia, methanol dan carbon black yang melalui 3 cara, yaitu:

a. Reaksi steam reforming untuk membentuk amonia yang berlangsung dengan bantuan

katalis Ni pada suhu 1.400 – 1.600oF, pada tekanan 400-500 psi.

b. Reaksi stream reforming pada pembentukan methanol yang menggunakan 2 macam

proses yaitu pada tekanan tinggi dan tekanan rendah.

c. Reaksi oksidasi parsial pada pembentukan gas sintetik yang dilanjutkan dengan reaksi

pirolisis pada suhu 1300-1500oC dan tekanan 100-150 atm.

2. Jalur Olefin

Jalur olefin yaitu untuk membentuk gas-olefin (gas etilena, propilena dan

butena/butadiena) adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mempunyai ikatan

rangkap terbuka yang sangat reaktif , sehingga dengan mudah dapat berpolimerisasi antara

satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk polimer. Gas olefin dapat dapat

diproduksi dengan 2 cara yaitu olefin dengan bahan baku nafta dan dengan bahan baku

etana.

Jalur Aromatik

Jalur aromatik yaitu dengan pembentukan fraksi-fraksi aromatik (benzena, toulena

dan xilena). Senyawa aromatik adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang

mempunyai rangkaian ikatan atom C secara siklis berupa ikatan atom antara C6-C8 yang

sangat reaktif sehingga akan mudah bereaksi atau berpolimerisasi antara satu dengan yang

lainnya sehingga membentuk produk polimer.

Penggunaan dan pemanfaatan industri petrokimia

a. Penggunaan Dalam Industri Pupuk Dan Pestisida

Contohnya : pupuk pertanian, dan adhesive urea formaldehida, senyawa carbamate,

thiocarbamate, surfaktan organik, organoklorida, alkohol

b. Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Contohnya : TPA (terepthalic acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified

terepthalic acid), dan kaprolaktam.

c. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik

Contohnya : PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS

(polistirena).

d. Penggunaan Dalam Industri Adhesive Resin

Contohnya : Urea formaldehida, melamin formaldehida dan fenol formaldehida.

e. Penggunaan dalam Industri Deterjen

Contohnya : Alkil benzena, alkil benzene sulfonat (ABS), dan selulosa karboksi metil

(CMC).

f. Penggunaan dalam Industri Elastomer

Contohnya : Karet sintetik yang digunakan untuk industri ban adalah SBR dan karet

butil sebesar 20%.

g. Penggunaan dalam industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna (Dyestuff Industry)

Contohnya : Phthalic anhydride (pewarna tekstil) dan carbon black

G. Bahan dan Produk Petrokimia dan Polimer

Bahan – Produk petrokimia adalah segala bahan atau produk kimia yang

dibuat/dihasilkan secara sistetik dari bahan baku migas atau komponen-komponennya/fraksi-

fraksi, seperti:

a. Pakaian, produk kosmetik dan parfum yang kita kenakan sehari-hari.

b. Kantong-kantong plastik, botol-botol plastik dan barang¬-barang plastik lainnya yang

sering kita gunakan sehari-hari.

c. Jendela pesawat terbang, payung penerjun, interior dan cat dinding, lapisan teflon

pada penggorengan, Sikat rambut, Sikat gigi, katup jantung untuk operasi, container,

fiber glass, clan loin-lain yang sering kita pakai sehari-hari.

Bahan – Produk Polimer adalah segala bahan atau produk kimia baik yang terbentuk

secara proses alamiah di alam (yaitu yang disebut polimer alamiah atau polimer buatan alam)

maupun yang terbentuk secara sintetik. Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang

disebut polimer sintetik atau polimer buatan manusia).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul raksasa (dengan berat

molekul berkisar antara 104-107) yang terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekul

raksasa ini disebut juga makromolekul. Maka berdasarkan proses pembenntukannya, bahan

atau produk polimer dapat dibagi alas 2 bagian, Yaitu:

a. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:

b. Polisakarida (pati dan bahan selulosa)

c. Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)

d. Karel alam dan asam-asam nukleat

e. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang mencakup semua

produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan proses polimerisasi dari

migas, misalnya:

a. Plastik-plastik sintetik

b. Serat-serat sintetik

c. Karet-karet sintetik, dll.

d. Manfaat Produk – Produk Petrokimia

Dalam industri kendaraan bermotor atau transportasi dimana bumper mobil yang

terbuat dari logam diganti dengan plastik poliuretan, propeller pesawat terbang diganti

dengan fiber glass. Dalam industri kemasan, bahan logam tinplate dan alumunium diganti

dengan plastik – plastik produk petrokimia.

Perlu ditambahkan bahwa LPG dapat berasal dari alam dari perut bumi dan dapat pula

berasal dari operasi pengilangan. LPG juga mengandung senyawa-senyawa tak jenuh dari C3

dan C4, yakni propylene dan butene/butadiene.

1. Industri Petrokimia Hilir (Downstream Petrochemical)

Industri petrokimia hilir yaitu industri yang menghasilkan produk petrokimia yang sudah

berupa produk akhir dan/atau produk jadi.

Oleh karena itu, maka produk petrokimia berdasarkan proses pembentukannya dan

pemanfaatannya dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu:

1. Produk dasar

Produk dasar terdiri dari gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene,

benzene. toluene, xilena, dan n-parafin.

2. Produk antaraProduk antara diantaranya adalah amonia, inetanol, carbon black, urea, etil

alkohol, etilklorida, Rumen (cumene), propilen-oksida, butil alkohol, isobutilena,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (purified terephthalic acid), TPA (terephthalic

acid), DMT (dimethyl terephthalate), kaprolaktam (caprolactain), LAB (liner alkyl

benzene).3. Produk akhir

Produk akhir antara lain adalah urea, carbon black, formaldehida, asetilena, poli

etilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro toluene), poli

ester, nilon, poli uretan, “LAB-sulfonate” (Surfactant).4. Produk jadi

Pada umumnya berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dalam kehidupan

kita sehari-hari banyak dipakai di rumah tangga seperti: plastik-plastik untuk

produk-produk elektronik dan telekomunikasi (radio, tv, film alat-lat komputer,

kabel-kabel telefon, kabel-kabel listrik), plastik-plastik untuk rumah tangga

(ember plastik, kantong/karung plastik, botol-botol kemasan plastik), peralatan

plastik untuk industri mobil dan pesawat terbang (bemper mobil, jok/busa mobil,

jok/busa kapal terbang, ban pesawat terbang). Baju dan kaus kaki yang kita pakai

dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan campuran karet dan

carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari “LAB-sulfonate” dan lain

sebagainya.

Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer sintetik atau

polimer buatan manusia). Pengertian polimer dalam arti sempit adalah suatu molekul

raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang terbentuk melalui proses

polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga makromolekul. Maka berdasarkan proses

pembentukannya, bahan/produk polimer dapat dibagi alas 2 bagian, yaitu:

1. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:a) Polisakarida (pati dan bahan selulosa)b) Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)c) Karel alam dan asam-asam nukleat

2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang mencakup

semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan proses

polimerisasi dari migas, misalnya:a) Plastik-plastik sintetikb) Serat-serat sintetikc) Karet-karet sintetik

H. Penggunaan dan Pemanfaatan Produk-produk Petrokimia

Kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi ini menunjukkan kecenderungan

pengurangan pemakaian bahan logam oleh industri dan di substitusikannya dengan bahan-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

bahan bukan logam berupa bahan-bahan plastik produk petrokimia, sehingga bahan-bahan

yang dari semula di buat dari logam secara berangsur-angsur diganti dengan bahan bukan

logam.

1. Dalam industri kenderaan bermotor dan industri transportasi, suku cadang tertentu seperti

bemper mobil yang semula dibuat dari logam, mulai dibuat dari bahan plastik poliuretan.

Begitu juga propeller pesawat terbang mulai dibuat dari bahan "fiber glass".

2. Dalam industri kemasan (packing), bahan logam "tinplate" (kaleng) dan aluminium mulai

tergeser oleh plastik-plastik produk petrokimia.

Tidak mengherankan bila pemakaian produk-produk petrokimia itu sudah merajai dan

menguasai peradaban/kehidupan manusia modern didunia pada saat sekarang ini. Dinegara

maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang yang berlombaJomba saling mengungguli kemajuan

teknologi dalam bidang industri ini, produk-produk petrokimia terutama dimanfaatkan oleh:

a) Industri super komputer dan penginderaan jarak jauh

b) Industri robotiks, dan

c) Industri bio-teknologi atau bio-engineering.

Penggunaan dan Pemanfaatan Menurut Sektor Industri :

1. Penggunaan dalam Industri Pupuk dan PestisidaProduk amoniak / urea dalam negeri sebagian besar digunakan sebagai pupuk

pertanian, dan adhesive urea formaldehida. Dalam industri pestisida, sebagaian bahan aktif pestisida, pelarut dan aditifnya

merupakan produk akhir petrokimia seperti senyawa carbamate, thiocarbamate,

surfaktan organik, organoklorida, alkohol, dsb.

2. Penggunaan dalam Industri Serat SintetikProduk petrokimia yang digunakan untuk serat sintetik adalah TPA (terepthalic

acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified terepthalic acid), dan

kaprolaktam.

3. Penggunaan dalam Industri Bahan PlastikPE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS (polistirena).

4. Penggunaan Dalam Industri Adhesive ResinUrea formaldehida, melamin formaldehida dan fenol formaldehida.

5. Penggunaan dalam Industri DeterjenAlkil benzena, alkil benzene sulfonat (ABS), dan selulosa karboksi metil (CMC).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

6. Penggunaan dalam Industri ElastomerKaret sintetik yang digunakan untuk industri ban adalah SBR dan karet butil sebesar

20%.

7. Penggunaan dalam industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna (Dyestuff Industry)Phthalic anhydride (pewarna tekstil) dan carbon blackPemanfaatan produk Industri Petrokimia lainnya :

1. Aspal

Kegunaan aspal digunakan untuk pelapis tanggul, pelapis tahan air, sebagai bahan

isolasi, pelapisa anti korosi pada logam dan juga sebagai bahan campuran pada

pembuatan briket batubara.2. Lilin

Kegunaan lilin sebagai cadangan bila lampu dari PLN padam. Lilin jenis ini oleh

pertamina diproduksi dengan nama Hard Semi White Wax dan Fully Refined White

Wax. Selain untuk penerangan, kedua jenis lilin tersebut dapat digunakan sebagai

kertas lilin pembungkus, bahan baku semir serta pengkilap lantai dan mebel.3. Polytam PP (Polipropilena Pertamina)

Kantong plastik, karung plastik, film, produk cetakan (moulding) dan tali

rafiaadalah produk yang sangat memasyarakat. Produk tersebut dibuat dengan

menggunakan bahan polytam pp.4. Methanol

Methanol dapat digunakan sebagai lem untuk industri plywood, bahan bakar pesawat,

bahan bakar jenis methylfuel, bahan pelarut jenis nitro cellulose,

insektisida,dehidrator gas alam, dan sebagai bahan baku untuk industri protein

sintesis dengan fermentasi berkesinambungan.5. Petrolium Cokes

Bila cokes diproduksi dengan bahan dasar tanaman cola, maka petrlium cokes tersiri

dari dua macam yakni; Green coke merupakan produk samping dari proses

pengolahan residu untuk bahan dasar minyak. Green coke bermanfaat sebagai bahan

baku Calcined coke,yang berfungsi sebagai reduktor dalam proses peleburan

timah,bahan bakar padat atau bahan penambahan kadar karbon pada industri

logam.Satunya lagi adalah Calcined coke berguna sebagai elektroda dalam proses

pengolahan aluminium pada industri Kalsium Karbida (CaC2), bahan baku industri

elektroda grafit, bahan bakar padat atau bahan penambah kadar karbon pada industri

modern, dan sebagai unsur pengisi pada industri baja (sebagai karbon).6. Solvent

Pertamina memproduksi lima macam solvent, yakni;

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

a) Low Aromatic White Spirit (LAWS) yang berguna sebagai pengencer cat dan

vernis, pelarut untuk warna cetakan, industri tekstil (printing), bahan pembersih

(dry cleaning solvent), bahan baku pestisida.b) Special Boiling Point (SBP-XX) yang berguna sebagai adhesive dan pelarut karet,

pelarut pada industri (cat dan tinner,tinta cetak,industri farmasi seperti perekat

pada salonpas), industri kosmetika.c) Special Gas Oil, digunakan pada industri farmasi, khususnya pembuatan pil kina,

sbagai solvent dalam proses ekstraksi kulit kina. d) Minasil-M, digunakan sebagai industri cat, thinner vernis, industry tinta cetak,

industri karet dan adhesive, dan industri farmasi.e) Pertasol CA dan CB, petasol CA banyak digunakan sebagai pengencer pada cat,

lacquers, venis, pelarut dan pengencer pada tinta cetak. 7. Processing Oil

Processing Oil terdiri dari dua macam yakni Minarex - B yang berguna, sebagai

processing oil pada industri telapak ban kendaraan bermotor, bantalan jembatan, sol

sepatu kanvas dan sol karet cetak. Paraffinic Oil 60 dan 95 bermanfaat sebagai

processing oil pada telapak ban, sepatu dan sol karet, karpet karet, pipa plastik,

pengganti dioktilptalat pada industri tinta cetak.8. Kimia Pertanian

Produk kimia pertanian terbagi menjadi dua macam, yakni; Tenac Stiker yang

bermanfaat sebagai bahan perekat dan perata pestisida. Sedangkan TB 192 berguna

untuk menutup luka tanaman / bidang sadap tanaman karet, mencegah pengeringan

bidang sadap.

I. Proses Penanganan Limbah Petrokimia

Seiring dengan kemajuan teknologi dalam sektor industri pada umumnya dan dalam industri

petrokimia pada khususnya, serta dengan cukup tersedianya sumber daya alam berupa

minyak dan gas bumi, maka pengembangan industri petrokimia di Indonesia perlu

ditingkatkan lagi. Manfaat yang dapat diharapkan dengan dikembangkannya suatu industri

petrokimia antara lain adalah:

1. Memberi kesempatan kerja yang lebih luas kepada para calon tenaga kerja,

sehinggadapat membantu pemerintah memecahkan masalah pengangguran.2. Dapatmenaikkan taraf hidup masyarakat di sekitar lokasi industri.3. Dapat menambah jumlah tenaga terampil yang berarti makin meningkatnyakemampuan tenaga berteknologi tinggi.4. Secara Nasional dapat menambah devisa untuk pembangunan negara.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Namun di samping manfaat-manfaat tersebut, ada kalanya kehadiran sesuatu industri dapat

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungannya. Dampak negatif tersebut akan terasa

lebih parah lagi apabila dari industri tersebut dikeluarkan bahan bahan buangan pencemar

atau limbah pencemar tanpa dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu. Industri

petrokimia di Indonesia yang kini telah mulai berkembang merupakan salah satu tulang

punggung dalam mengisi dan menunjang pertumbuhan industri-industri lainnya, juga perlu

memperhatikan masalah-masalah dampak negatif lingkungan yang ditimbulkannya.

a) LIMBAH PETROKIMIA DAN SUMBERNYA

1 Jenis Limbah Petrokimia

Pada umumnya industri petrokimia mempunyai 3 jenis limbah buangan yang dapat

menimbulkan pencem,uan terhadap lingkungannya. Ketiga jenis limbah pencemar akibat

industri petrokimia tersebut adalah:

1. Limbah pencemar gas atau limbah gas, yaitu gas-gas buangan proses, seperti gas CO2, CO,

HzS, SOx, NOx, dan jelaga/partikel-partikel.

2. Limbah pencemar cair atau limbah cair, yaitu air buangan atau air yang berbentuk larutan

buangan proses.

3. Limbah pencemar padat atau limbah padat, yaitu limbah padat buangan atau yang

berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan resin-resin buangan proses,

logamJogam berat dan katalis buangan proses (seperti: Pb, Hg, Cd, Fe, Cu, Ba, Se, Zn, dll.),

garam-garaman anorganik yang terbuang dan lumpur organik padat buangan proses.

2 Sifat-sifat dan Karakteristik Limbah Petrokimia

Ada beberapa sifat dan karakteristik atau ciri khas yang menjadi latar belakang pengendalian

dampak lingkungan hidup industri petrokimia antara lain:

1. Industri petrokimia (industri petrokimia hulu) di dalam operasinya menggunakan

hidrokarbon atau migas sebagai bahan bakunya, yang pada pengolahan selanjutnya (yang

disebut juga industri petrokimia hilir) akan menghasilkan produk-produk petrokimia berupa

produk dasar atau produk primer, produk antara atau produk setengah jadi atau produk

intermediate dan produk akhir atau produk jadi.

2. Di samping itu, industri petrokimia ini mempunyai sifat dan karakteristik yang lain lagi,

yaitu bahan bakunya yang berupa hidrokarbon beberapa kali mengalami perubahan bentuk

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

mulai dari produk dasar menjadi produk antara, yang akhirnya berubah menjadi produk

akhir/produk jadi. Pada saat setiap tahapan proses produksi diperlukan:

a) Proses dasar yang berlainan.

b) Bahan pelarut kimia serta bahan katalis yang berlainan.

c) Air dalam jumlah yang relatif besar dengan jumlah yang berbeda pada setiap tahapan

proses, sehingga "limbah buangan proses" atau "limbah petrokimia" berupa bahan-bahan

kimia pencemar yang dihasilkan, jumlah dan macamnya sangat banyak (lihat Tabel VI-l).

3. Besarnya pencemaran yang disebabkan suatu industri petrokimia sulit ditentukan

mengingat proses produksi, bahan baku dan cara pengoperasiannya sangat beragam. Namun

demikian, pengukuran BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen

demand) dapat menunjukkan besarnya zat pencemar organik dalam air limbah atau sungai

pembuang. (Lihat Tabel VI-2). Cara yang terbaik adalah mengukur semua junrlah

zatpencemar yang ada serta debit air limbah dan sungai pembuang.

b) ASPEK LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENGOPERASIAN DAN PEMAN.

FAATAN PRODUK.PRODUK PETROKIMIA1. Rona Lingkungan Industri Petrokima

Sama halnya seperti Rona Lingkungan lndustri, maka dengan Rona Lingkungan Petrokimia

dimaksudkan: "Bagaimana cara membangun proyek industri petrokimia yang berwawasan

lingkungan sejak awal". Gambaran ini meliputi aspek fisik, kimia, biologis, sosial ekonomi

dan sosial budaya manusia yang potensial berada di sekitar proyek dan dalam suatu wilayah

yang secara ekonomis relevan dengan kegiatan proyek. Materi yang dibahas terutama dititik-

beratkan pada parameter-parameter yang cukup penting dan diperkirakan memberikan

dampak lingkungan yang dominan.

1) Keadaan Lingkungan Fisika-Kimia

l.Iklim

Gambaran mengenai iklim dapat diperoleh dari data hasil pemantauan stasiun meteorologi

yang terdekat. Stasiun meteorologi ini mencatat dan mengumpulkan data antara lain

mengenai temperatur udara, temperatur tanah, kecepatan dan arah angin, kelembaban udara,

curah hujan, penguapan, penyinaran matahari serta keadaan udara.

2. Kwalitas Udara

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Penentuan kwalitas udara dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang batasan

konsentrasi dari limbah gas-gas di atas kawasan proyek dan sekitarnya sebagai akibat enrisi

kegiatan suatu proyek ataupun sumber-sumber yang lain. Hasil penentuan kwalitas udara ini

kemudian dibandingkan dengan Kep. Men. KLH Nomor KEP-02/kep/men/kel/1988 (Lihat

Tabel VI-3 dan Tabel VI-4).

3. Kebisingan

Kebisingan merupakan parameter yang harus diamati di lapangan. Penyebaran kebisingan

dipengaruhi oleh sejumlah faktor fisik yang mengakibatkan penerusan dan pengurangan

kebisingan. Faktor yang berpengaruh antara lain adalah meteorologi, suhu dan karakteristik

permukaan tanah yang bersama-sama akan mengabsorbsi atau meneruskan suara. Arah angin

yang dominan yang akan mempengaruhi pola penyebaran kebisingan pada jarak tertentu.

Suhu mempunyai pengaruh yang sama, apabila penurunan suhu berlangsung secara lambat,

maka gelombang suara akan ke atas.

4. Fisiografi

Gambaran mengenai fisiografi ini antara lain menampilkan topografi lokasi dan morfologi

proyek tersebut. Dari sini dapat diketahui apakah wilayah proyek tersebut merupakan daerah

dataran tinggi, rendah atau pantai, jarak wilayah dengan pantai, ketinggiannya dari

permukaan laut dan kemiringan tanahnya.

5. Geologi

Gambaran mengenai geologi daerah di mana proyek akan didirikan dan daerah sekitarnya,

secara umum meliputi jenis-jenis formasi bantuan, jenis jenis tanah dan gerakan-gerakan

tanah. Keadaan geologi ini dalam penampilannya dilengkapi dengan peta geologi untuk

memberikan gambaran formasi lateral yang ada di sekitar wilayah lokasi dan juga stratigrafi

kolom yang menggambarkan urutan-urutan vertikal kelompok batuan sebagai hasil evaluasi

pemboran sumur dan studi geologi permukaan.

6. Hidrologi

Uraian tentang hidrologi dapat ditekankan pada kelakuan fisik keadaan hidrologi setempat

(sungai, danau, laut dsb). Kelakuan fisik ini antara lain meliputi penyebaran air tanah, pola

aliran sungai, daerah resapan air permukaan dan air tanah, sifat aliran, fluktuasi pasang surut,

perkiraan debit drainase, sedimentasi dan erosi, sumber air bersih untuk mandi, cuci, dan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

keperluan lainnya serta karakteristik air tanah untuk mengetahui potensinya. Keadaan

hidrologi dapat diperjelas dengan menampilkan peta hidrologi, peta penyebaran air tanah atau

peta daerah aliran sungai.

7. Hidro-oceanografi

Pola hidrodinamika laut dapat ditampilkan melalui pengukuran parameter seperti pasang

surut, gelombang dan arus, interaksi pola hidrodinamika dengan cuaca, interaksi pola

hidrodinamika dengan sedimentasi dan erosi.

8. Kualitas air

a) Kualitas air permukaan

PP 20 tahun 1990 golongan B merupakan dasar untuk penilaian terhadap kualitas air

permukaan (sungai). Penggunaan baku mutu golongan B dalam analisis ini karena fungsi

sungai di daerah belum ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah

tersebut dinyatakan bahwa setiap sungai yang belum ditetapkan fungsinya oleh pemerintah,

secara otomatis diatur oleh PP tersebut. Kualitas air permukaan dianalisis berdasarkan sifat

fisik-kimia serta logam berat yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik air ini meliputi

temperatur, warna, kekeruhan daya hantar listrik, salinitas dan muatan padatan tersuspensi.

Parameter tersebut secara umum digunakan untuk menentukan status kualitas iir suatu

perairan. Semua sifat fisik ini merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi sifat fisik dan kimia perairan serta fungsi fisiologis dalam organisme perairan.

Sifat kimia air ini meliputi: pH, CO2 bebas, alkalinitas total, kesadahan - Ca - Mg - total, DO,

nitrat, amonia, ortofosfat, silikat, sulfat, sulfida, BOD-j, detergen, fenol, HC-total, pestisida.

Sifat kimia ini mencakup parameter-parameter yang mempengaruhi nilai daya guna air bagi

kehidupan organisme, rumah tangga, perikanan dan pertanian. Parameter-parameter ini dapat

berupa gas-gas yang terlarut, padatan tersuspensi, garam-garam organik atau anorganik.

LogamJogam berat yang dianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na, Fe, Cd, Cr, Mn, Zn,Pb, dan Hg.

b) Kualitas air laut

Penilaian terhadap kualitas air laut (pantai, muara sungai, perairan pantai) didasarkan pada

Baku Mutu Air Laut menurut Keputusan Menteri Negara KLH Nomor KEP-

02A4ENKLI{/F/1988 untuk biota laut. Kualitas air laut untuk biota laut dianalisis

berdasarkan sifat fisik kimia serta logam berat yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

meliputi temperatur, warna, kekeruhan, daya hantar listrik, salinitas dan muatan padatan

tersuspensi. Sifat kimia meliputi: pH, Co2 bebas, Do kesadahan total, nitrat, ortofosfat,

silikat, nitrit, amonia, sulfida, sulfat, BOD-5, COD, detergen, fenol, HC-total. Logam-logam

berat yang dianalisis meliputi Ca, Mg, K, Na, Fe, Cd, Mn, Ni, Zn, Cv, Pb dan Hg.

c). Kualitas air tanah

Penilaian terhadap kualitas air tanah didasarkan pada Baku Mutu Air menurut PP. 20 tahun

1990 golongan B. Parameter-parameter yang dianalisis baik untuk sifat fisik-kimia maupun

unsur logam berat adalah sama dengan parameter-parameter kualitas air permukaan.

d) Kualitas air limbah

Penilalan terhadap kualitas air limbah didasarkan pada Keputusan Menteri Negara KLH

Nomor KEP-2/IVIEN.KLIilI/1988 mengenai Baku Mutu Air Limbah (Lihat Tabel VI-5) dan

KEP-3/IvIEN.Kl-HllJ/lggl mengenai Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Proyek yang

Sudah Beroperasi (Lihat Lampiran 2).

2 Keadaan Lingkungan Biologi

1. Flora

Untuk setiap pembangunan proyek, pada awalnya harus diketahui keadaan daerah yang akan

dijadikan lokasi proyek dan peruntukan daerah tersebut. Bila daerah hutan, harus diketahui

dengan jelas, hutan tersebut hutan apa. Apakah hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka

alam atau taman nasional. Apabila hutan tersebut merupakan hutan primer, maka harus

diinventarisasi dulu jenis-jenis pohon dan tumbuhannya yang ada, apakah terdapat tumbuhan

khusus/langka yang sudah dilindungi, untuk dapat menyelamatkan tumbuhan tersebut.

Apabila daerah tepi pantai banyak tanaman bakau (mangrove), maka tanaman bakau ini harus

dilestarikan. Fungsi tanaman bakau ini merupakan komponen yang penting untuk biologi di

daerah pantai, antara lain memberikan kestabilan daratandaratan lumpur dan saluran-saluran

pasang surut, tempat cari makan dan bertelur bagi ikan/biota laut serta tempat perlindungan

terhadap organisme akuatik dan darat terutama perikanan.yang mempunyai nilai ekonomis

yang penting. Di samping itu, tanaman bakau ini juga merupakan pelindung pantai.

2. fauna

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

Di samping flora yang tersebut di atas, perlu diinventarisasi pula hewan-hewan yang ada di

lokasi dan sekitar wilayah proyek. Apakah pada lokasi yang akan dipakai proyek tersebut

merupakan tempat berkembang biak, tempat mencari makan, tempat perlindungan bagi

hewan-hewan tersebut. Hal ini sangat penting untuk mempersiapkan tempat perpindahan

lingkungan tersebut pada tempat/lokasil daerah yang dapat menjamin kelangsungan

generasinya. Selain hewan-hewan tersebut perlu diinventarisasi organisme yang ada di

perairan, antara lain mikro organisme (phyloplankton, zooplankton) dan makro benthos.

Dampak Lingkungan Hidup

Pengoperasian proyek industri petrokimia, yaitu pengolahan atau penggunaan bahan baku

hidrokarbon/"minyak dan gas bumi", dapat menimbulkan dampak negatif.

6.2.2.1 Dampak Negatif yang Timbul

Pemanfaatan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar dalam industri petrokimia akan

menimbulkan emisi bahan buangan limbah berupa co2, co, cI{. Nox, HzS, sox dan jelag :

(partikel) yang dapat mempengaruhi kualitas udara sekirarnya. Tetapi apabila kita perhatikan

spesifikasi atau karakteristiknya, maka minyak dan gas bumi Indonesia termasuk jenis yang

cukup rendah kandungan belerangnya, sehingga pencemaran oleh gas SOx dan HzS tidak

perlu dikhawatirkan.

Selain limbah gas pencemar tersebut, limbah cair pencemar seperti air buangan aiau cairan

berbentuk larutan buangan proses dan limbah pada pencemar sebagai akibat Luangan proses

seperti resin-resin/plastik-plastik, logam-logam berat, garam-garam organik dan sisa-sisa

katalis, baik yang dihasilkan dari Industri petrokimia hulu maupun dari industri petrokimia

hilir dapat mempengaruhilmencemari kualitas kehidupan di sekitamya. Begitu juga ceceran-

ceceran minyak dalam pabrik dapat menaikkan suhu perairan yang dijadikan tempat

pembuangan limbah cair tersebut. Ini semua akan mengakibatkan/mengganggu kehidupan

beberapa jenis flora dan fauna yang ada di sekitarnya.

6.2.2.2 Dampak Negatif Umum lang Timbul

1. Fisika - Kimia

a) Iklim Mikro

Perubahan iklim mikro dapat terjadi akibat perubahan habitat hutan-hutan primer/sekunder

yang menjadi lokasi proyek, lahan pemukiman pegawai./karyawan maupun untuk pertanian

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

akibat adanya migrasi, serta pembuangan bahan berbentuk gas lewat cerobong yang dibakar

sehingga memancarkan panas ke sekeliling tempat proyelc/ tapak proyek.

b) Kualitas Udara

Pencemaran udara adalah suatu keadaan udara yang mengandung senyawa kimia dalam

konsentrasi yang cukup .tinggi (di atas normal/ambient) sehingga berpengaruh terhadap

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Pencemaran udara dapat

merusak tanah, air, hasil pertanian, tanaman lain, hewan hewan maupun benda-benda yang

berada di sekitar kawasan sumber pencemar. Di samping itu, pencemaran udara dapat

mengurangi kenyamanan hidup. Serta mengganggu kesehatan manusia. Dengan

beroperasinya proyek industri petrokimia tersebut, maka akan terjadi emisi bahan buangan

limbah gas dan partikel dari proses tersebut. Emisi dari proses pembakaran adalah so2, co,

HC, HzS, coz dan jelaga partikel-partikel.

c) Kebisingan

Kebisingan ini timbul sebagai akibat bunyi mesin-mesin pembangkit listrik, pompa-pompa,

kompressor, dan sebagainya. Apalagi bila nilai ambang batas kebisingan telah terlewati, maka

kebisingan dapat menimbulkan gangguan kesehatan kepada pekerja/ pegawai./karyawan atau

penduduk setempat dan bahkan mengusik satwa-satwa yang hidup di sekitar proyek.

d) Kualitas Air Permukaan/Air Laut

Terjadinya pencemaran air permukaanlair laut sebagai akibat pembuangan limbah cair dan

panas yang dapat mencemari dan menaikkan suhu air permukaan dan air laut sehingga

mengganggu kehidupan beberapa jenis flora dan fauna perairan yang tidak tahan terhadap

suhu tinggi maupun polutan. Di samping limbah cair dari proyek industri petrokimia, air

permukaan atau air laut juga dapat tercemar oleh limbah domestik atau buangan penduduk

setempat, rumah-rumah pegawai/karyawan, juga oleh adanya ceceran minyak/oli bekas dari

proyek industri petrokimia tersebut.

e) Air Tanah

Apabila proyek menggunakan air tanah sebagai sumber air kebutuhan proyek, maka dalam

penggunaan air tanah harus diperhitungkan kemampuan alam dalam penyediaan air tanah

untuk proyek industri petrokimia tersebut.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

2. Biologis

a) Flora

Pembukaan lahan untuk proyek dapat menimbulkan hilangnya vegetasi langka atau hilangnya

fungsi hutan (sebagai hutan wisata, hutan produksi, suaka margasatwa./suaka alam, taman

nasional). Begitu juga dengan adanya polutan yang dihasilkan oleh proyek dapat mengurangi

vegetasi tertentu yang tidak tahan terhadap polutan.

b) Fauna

Pencemaran air dapat mengakibatkan kematian atau menurunnya populasi biota air.

Pembukaan daerah pantai yang kaya akan tanaman bakau (mangrove), dapat mengakibatkan

biota air maupun darat tertentu kehilangan tempat tinggal, tempat berlindung, tempat mencari

makan, tempat berkembang biak dan sebagainya

3. Sosial - Ekonomi - Budaya

Pembebasan lahan akan mengakibatkan perubahan tataguna dan kepemilikan lahan. Hal ini

sering menimbulkan konflik antar pernrakarsa proyek dan masyarakat.

a) Banyaknya pendatang baru yang mempunyai keahlian lebih dari pada masyarakat setempat

dan pada umulnnya memiliki tingkat kehidupannya lebih tinggi dapat menyebabkan terj

adinya perbedaan sosial.

b) Kecemburuan sosial dapat timbul apabila penduduk setempat tidak ikut

menggunakan/merasakan manfaat adanya proyek.

Dengan adanya pendatang baru yang mempunyai keanekaragaman sifat dan adat istiadat

dapat mengakibatkan kemungkinan timbulnya perkelahian, pencurian/kejahatan yang

menyebabkan keamanan penduduk terusik.

6.3 CARA PENGEI\DALIAN DAN PENANGGULANGAN PENCEMARAN

LINGKUNGAN LIMBAH PETROKIMIA

Ca-a yang paling baik melakukan pencegahan pencemaran limbah Industri petrokimia adalah

melakukan pencegahan pencemaran pada "sumber-sumber pencemar" di dalam area pabrik,

seperti:

1. Penyempurnaan metode proses serta peralatan yang dipakai.

2. Menlaga kebersihan dari tumpahan/ceceran bahan kimia sdrta ceceran lainnya.

3. Menambah unit pemanfaatan hasil samping.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

4 ' Penggunaan kembali air buangan proses (daur ulang) serta usaha-usaha lain yang tidak

menimbulkan gangguan terhadap peralatan, manusia./karyawan serta lingkungannya.

6.3.1 contoh cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah Gas

Pencemaran akibat buangan gas d6pat diatasi dengan cara absorbsi (lihat Gambar VI-l) yaitu

dengan menggunakan garam sitrat sebagai penyerap/absorber. Cara kerjanya adalah sebagai

berikut:

1. Steam/uap panas dipompakan ke dalam kolom stripper/kolom absorber, sehingga gas

pencemar (gas-gas SO2) akan terserap dan bereaksi dengan garam sitrat sehingga

terbentuk garam sulfat dan asam sitrat sebagai hasil samping (by product) yang tidak

menimbulkan masalah pencemaran lagi. Kedua hasil samping ini dapat dipergunakan

untuk keperluan lain.

6.3.2 contoh cara Penanggulangan.Pencemaran Akibat Limbah zat Cair

Ada beberapa cara penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah organik cair, yaitu

antara lain:

1. Secara fisika, seperti dengari sedimentasi, yaitu berupa pemisahan secara gravitasi (seperti

pemisahan air berminyak), flotasi, penguraian (stripping), absorbsi, ekstrasi dan lain-lain.

a) Absorbsi. Dalam cara ini digunakan karbon aktif yang sering dipakai untuk

menanggulangi limbah yang mengandung zat kimia organik, seperti pestisida,

benzena, fenol dan hidrokarbon yang telah mengalami klorinasi (chlorinated

hydrocarbon).

b) Ekstrasi. Dalam cara ini digunakan pelarut yang cocok untuk bahan pencemar yang

akan dipisahkan.

2. Secara kimia. Cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalam mengolah

air buangan industri, yaitu dengan cara netralisasi, koagulasi, presipitasi dan oksidasi.

a) Netralisasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi bahan-bahan pencemar akibat

pencucian bahan-bahan buangan asam atau basa dari proses-proses alkilasi, sulfonasi,

nitrasi dan pembuangan katalis yang bersifat asam.

b) Koagulasi. Cara ini dipakai untuk menanggulangi buangan bahan pencemar berupa

air bercampur minyak, emulsi atau logam berat dengan bantuan kapur dan ferosulfat

sebagai bahan koagulan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

c) Oksidasi. Oksigen (udara) atau bahan kimia pengoksidasi digunakan dengan atau

tanpa katalis untuk menanggulangi COD. Salah satu contoh proses oksidasi yang

banyak diketemukan adalah pengolahan buangan domestik secara "air stripping".

3. Secara biologis

a) Secara anerobik (tanpa udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktor di mana bakteri

anerobik akan mengubah bahan limbah cair organik menjadi gas metana (CH+) atau bio-gas.

Gas metana atau bio-gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas untuk

pembangkit listrik. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar VI-2.

b) Secara erobik (dengan adanya udara). Proses ini dilakukan di dalam suatu reaktor di mana

limbah organik cair akan teroksidasi oleh pertolongan bakteri erobik dan pemanasan dari luar,

sehingga diolah menjadi air (HrO) (dan CO/CO, dengan meirgalirkan udara ke dalam reaktor

(lihat Gambar YI-Z). Penanggulangan secara biologis dengan pertolongan bakteri telah

berkembang dengan pesat dan telah banyak digunakan untuk mengolah limbah buangan yang

mudah terurai secara biologis.

6.3.3 Contoh Cara Penanggulangan Pencemaran Akibat Limbah ZatPadat

Ada beberapa cara pengendalian/penanggulangan pencemaran akibat buangan limbah

pencemar zat padat (seperti bahan pencemar botol-botol minuman bekas plastik dan resin

resin/plastik-plastik lain) yaitu dengan proses recycling (daur ulang) dan proses pirolisa

(pembakaran).

1. Proses daur ulang dapat dilakukan terhadap bahan botol-botol plastik bekas seperti PVC

dan PET (Polietilen tereftalat) dan sekaligus memanfaatkan bahan bekas botol plastik tersebut

menjadi bahan berguna yaitu dengan proses penambahan bahan kimia/reduksi sehingga dapat

diolah menjadi produk-produk petrokimia dalam bentuk cair yaitu bahan baku botol plastik

(lihat Gambar VI-3) dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

2. Proses pirolisa dapat dilakukan terhadap limbah buangan plastik bekas atau limbah

polimer bekas dengan cara mengolah limbah polimer bekas tersebut menjadi "fueloil"/bahan

bakar minyak (lihat Gambar VI-4) dan sekaligus mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang.docshare02.docshare.tips/files/31391/313915594.pdfBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai

6.3.4 Kualitas Air Limbah (Lihat juga Tabel VI-2 dan Tabel VI-5)

Untuk mengetahui jumlah limbah pencemaran di dalam air atau di dalam sungai

penampungannya, dapat diukur dengan methoda/cara, sebagai berikut:

1. B.O.D = Biological Oxigen Demand (= mg/l) = Kebutuhan oxigen secara biologi

kehidupan.

2. C.O.D = Chemical Oxigen Demand (= mg/l= Kebutuhan oxigen secara kimia.

3. T.O.C = Total Organic Carbon (= Jumlah carbon organik, sebagai berikut:

Limbah dalam air dikeringkan, kemudian dibakar pada suhu tinggi. Kadar CO, yang

terbentuk dari hasil pembakaran tersebut dianalisa dengan sinar inframerah, didapat harga

T.O.C nya. .

Reaksi penguraian senyawa karbon dalam air dapat berlangsung dengan cara:

a) Aerob (= dgn 02) dan

b) Anaerob (= tanPa Oz).

Yaitu dengan pertolongan bakteri, sebagai berikut:

Penguraiafl secara Anaerob dapat menyebabkan/mengeluarkan bau busuk yang merangsang

(= bau busuk H2S, bau NH3), dan apabila air tercemar sampai bau busuk, maka didalam air

tersebuj kadar O2-nya sudah tidak adalagi/aimya sudah cukup tercemar (Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran-l Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990

tentang Pengendalian

Pencemaran Air).