27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi di masyarakat modern. Dewasa ini, pemasaran dengan menggunakan strategi promosi sudah berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa, tetapi juga bagi para konsumennya. Kemampuan dan metode promosi dalam menyampaikan informasi kepada konsumen menjadikan hal tersebut sebagai hal yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran dan pembentukan brand suatu perusahaan. Beberapa perusahaan sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa promosi yang paling efektif hanya dapat dilakukan dengan beriklan di media massa saja, anggapan tersebut menyebabkan fungsi promosi perusahaan-perusahaan itu umumnya hanya didominasi dengan beriklan di media massa. Padahal iklan bukanlah satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Selain iklan, ada unsur- unsur lain yang turut dikendalikan secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yakni harga, distribusi, pengemasan, penampilan produk, mutu, brand (merek), ataupun selera pasar. 1 Bentuk-bentuk komunikasi pemasaran lain, seperti promosi penjualan dan pemasaran langsung masih dianggap sebagai tambahan dan hanya digunakan pada kasus- kasus tertentu saja. Sedangkan bagian public relations hanya digunakan untuk mengelola kegiatan publisitas, mengelola corporate image dan juga mengatasi urusan yang berkaitan dengan publiknya. Public relations belum dianggap sebagai bagian integral dari kegiatan pemasaran perusahaan. Hal itu mengindikasikan kegagalan pemahaman perusahaan terhadap pentingnya mengkoordinasikan segala kegiatan pemasaran dan promosi agar dapat menjalankan fungsi komunikasinya dengan efektif dan dapat memberikan citra yang konsisten kepada khalayak. Saat ini telah berkembang pendekatan dalam komunikasi pemasaran yang mulai diimplementasikan oleh banyak perusahaan di Indonesia. Pendekatan tersebut ialah Integrated Marketing Communication (IMC) atau komunikasi pemasaran terpadu, yang 1 Kasali, Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasi di Indonesia. Jakarta: IKAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

  • Upload
    dokien

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi di

masyarakat modern. Dewasa ini, pemasaran dengan menggunakan strategi promosi sudah

berkembang menjadi sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen

barang dan jasa, tetapi juga bagi para konsumennya. Kemampuan dan metode promosi

dalam menyampaikan informasi kepada konsumen menjadikan hal tersebut sebagai hal

yang penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran dan pembentukan brand

suatu perusahaan.

Beberapa perusahaan sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa promosi

yang paling efektif hanya dapat dilakukan dengan beriklan di media massa saja, anggapan

tersebut menyebabkan fungsi promosi perusahaan-perusahaan itu umumnya hanya

didominasi dengan beriklan di media massa. Padahal iklan bukanlah satu-satunya alat

yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Selain iklan, ada unsur-

unsur lain yang turut dikendalikan secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan

tertentu, yakni harga, distribusi, pengemasan, penampilan produk, mutu, brand (merek),

ataupun selera pasar.1

Bentuk-bentuk komunikasi pemasaran lain, seperti promosi penjualan dan

pemasaran langsung masih dianggap sebagai tambahan dan hanya digunakan pada kasus-

kasus tertentu saja. Sedangkan bagian public relations hanya digunakan untuk mengelola

kegiatan publisitas, mengelola corporate image dan juga mengatasi urusan yang berkaitan

dengan publiknya. Public relations belum dianggap sebagai bagian integral dari kegiatan

pemasaran perusahaan. Hal itu mengindikasikan kegagalan pemahaman perusahaan

terhadap pentingnya mengkoordinasikan segala kegiatan pemasaran dan promosi agar

dapat menjalankan fungsi komunikasinya dengan efektif dan dapat memberikan citra

yang konsisten kepada khalayak.

Saat ini telah berkembang pendekatan dalam komunikasi pemasaran yang mulai

diimplementasikan oleh banyak perusahaan di Indonesia. Pendekatan tersebut ialah

Integrated Marketing Communication (IMC) atau komunikasi pemasaran terpadu, yang

1 Kasali, Rhenald. 2007. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasi di Indonesia. Jakarta: IKAPI

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

2

mengkoordinasikan berbagai elemen promosi dan kegiatan pemasaran lainnya, seperti

periklanan (advertising), pemasaran langsung (direct marketing), promosi penjualan

(sales promotion), penjualan personal (personal selling), pemasaran interaktif (interactive

marketing) dan hubungan masyarakat (public relations). Penggabungan seluruh kegiatan

pemasaran tersebut merupakan langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk

mewujudkan komunikasi pemasaran efektif untuk berbagai tujuan, seperti membangun

dan meningkatkan brand image dan brand awareness.

Dari berbagai macam jenis produk dan jasa yang ditawarkan di pasaran, produk

kosmetika merupakan produk yang lekat pada kehidupan perempuan. Produk kosmetika

dapat dikatakan sebagai produk yang dikhususkan bagi kaum perempuan, karena dalam

kesehariannya, mereka membutuhkan produk ini sebagai penunjang penampilan fisik.

Salah satu perusahaan produsen kosmetika dan produk kesehatan yang concern terhadap

dunia perempuan Indonesia ialah PT Mustika Ratu Tbk.. Perusahaan ini telah berdiri

secara resmi dari tahun 1975 dan sejak saat itu selalu berusaha untuk mengembangkan

strategi pemasaran yang efektif agar bisa menjadi unggul dalam kompetisi bisnis.

PT Mustika Ratu Tbk. sebagai inovator perusahaan produk kosmetika dan

kesehatan, berusaha mengangkat citra perusahaan sebagai penghasil produk berbahan

dasar alami asli Indonesia yang berkualitas dan dikemas secara modern, serta peduli akan

kemajuan bangsa dalam bidang ekonomi, pariwisata, pendidikan, serta mendukung

kemajuan wanita dalam bidang. Selama ini PT Mustika Ratu Tbk. melakukan publisitas

dengan cara-cara yang kreatif dan menarik untuk mendapatkan atensi masyarakat,

khususnya kaum perempuan terhadap produk-produk yang ditawarkan dan juga

perusahaannya. Dan hal yang dapat menjadi pertimbangan utama yang dapat

mempengaruhi keputusan pembelian dan bisa mempertahankan loyalitas konsumen ialah

adanya brand image yang positif dan brand awareness yang tinggi dari perusahaan

kosmetika tersebut.

PT Mustika Ratu Tbk. menyadari pentingnya melakukan komunikasi pemasaran

terpadu, dengan mendesain strategi komunikasi pemasaran yang baik. Salah satu

penerapan strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dijalankannya ialah kegiatan

sponsorship dalam event Puteri Indonesia. Mengacu pada lima bagian dari Komunikasi

Pemasaran Terpadu, yakni: pemasaran langsung, promosi penjualan, hubungan

masyarakat, penjualan personal, dan periklanan, sponsorship merupakan bagian dari

strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola humas dalam suatu

perusahaan. Penerapan strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan oleh

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

3

bagian humas, merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan dan

pemeliharaan brand image dan brand awareness perusahaan.

Sponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang atau

aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas brand dan suatu hubungan. Sponsorship

dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai dari brand perusahaan yang berperan

sebagai pihak sponsor. Beberapa pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan

dalam memilih sponsorship adalah: target khalayak, penguatan brand image produk dan

perusahaannya, dapat diperpanjang, keterlibatan brand produk, biaya yang efektif dan

sponsor lainnya.

Faktor utama dari pelaksanaan program sponsorship yang dijalankan oleh

perusahaan adalah hasil yang bisa diberikan oleh kegiatan sponsorship itu sendiri kepada

image perusahaan. Sponsorship juga dapat memperbaiki image perusahaan dengan

mempengaruhi kesan para konsumen mengenai sebuah perusahaan atau produk yang

spesifik. Selain itu pelaksanaan sponsorship juga dapat meningkatkan brand awareness

secara alamiah kepada konsumen yang terlibat atau menjadi audiens dalam kegiatan yang

disponsori. Dan hal itu dapat meningkatkan gambaran brand perusahaan yang selanjutnya

akan meningkatkan nilai dari brand itu sendiri, juga dapat menstimulasi jumlah

pembelian konsumen akan produk atau jasa yang ditawarkan. Lebih lanjut lagi, reputasi

merupakan sebuah nilai yang sifatnya intagible dan sering menjadi fokus dari sebuah

perusahaan. Dan sponsorship adalah suatu cara yang sangat baik untuk meningkatkan

reputasi dengan memberikan timbal balik kepada masyarakat di mana perusahaan tersebut

berada. Sebuah perusahaan yang diasosiasikan dengan objek sponsor tertentu dapat

menjadi cara bagi perusahaan untuk memberi tanda dalam persepsi masyarakat.

Selanjutnya sponsorship juga dapat membangun hubungan antara perusahaan dan

konsumennya. Pembuatan tujuan yang baik dan peningkatan motivasi para pekerja juga

merupakan fokus tujuan dari kegiatan sponsorship.2

Sponsorship dalam kontes kecantikan sebenarnya merupakan hal yang lumrah

dilakukan oleh sebuah perusahaan, seperti yang dikatakan oleh Kathy Peiss dan Joselit.

Menurutnya; “kontes kecantikan sebenarnya merupakan arena untuk mempromosikan

kepentingan-kepentingan ekonomis karena sebuah produk yang dikemas dengan baik dan

2 Dolphin, Richard R. 2003. Sponsorship: Perspectives on its Strategic Role, An International Journal Vol. 8 No.3 Hal.173.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

4

glamor seringkali dipamerkan dalam kompetisi tersebut”.3 Lebih jauh lagi, sponsorship

yang dilakukan oleh PT Mustika Ratu Tbk. dalam Pemilihan Puteri Indonesia dapat

dikatakan memiliki asosiasi yang sangat kuat antara pihak sponsor yakni sebuah

perusahaan kosmetika dan jamu tradisional dan event yang disponsorinya yakni sebuah

kontes kecantikan. Untuk memperkuat upayanya dalam membangun brand image dan

brand awareness Mustika Ratu, PT Mustika Ratu Tbk. selalu berusaha untuk

melaksanakan kegiatan sponsorship dalam ajang Puteri Indonesia setiap tahunnya, di

mulai dari tahun 1992 sampai dengan sekarang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

yang dikemukakan Morissan; “Suatu program komunikasi pemasaran yang ditujukan

untuk pembentukan brand image (citra) atas suatu produk atau perusahaan, memerlukan

intensitas kemunculan yang konsisten daripada komunikasi pemasaran yang hanya

bertujuan untuk sekedar meningkatkan penjualan produk”.4

Berbagai usaha dilakukan PT Mustika Ratu Tbk. untuk menguatkan asosiasi antar

perusahaan dengan event Puteri Indonesia. Usaha tersebut bukan hanya dilakukan pada

saat penyelenggaraan event, namun dilakukan juga pasca penyelenggaraan yang mana

nantinya pemenang Puteri Indonesia akan dilibatkan pada kegiatan promosional berbagai

varian brand Mustika Ratu, khususnya dalam kegiatan promosi dan iklan Trend Warna

Mustika Ratu dan Moor’s Professional Make-Up. Perekatan asosiasi ini dianggap penting

mengingat dari asosiasilah sebuah image akan dihasilkan. Penggunaan pemenang Puteri

Indonesia sebagai icon promosi atau brand personafikasi pun dianggap sebagai langkah

strategis jangka panjang yang baik dalam menghasilkan atensi atau brand awareness

dalam aktivitas pemasaran yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

“Sponsorship pada event Puteri Indonesia sebagai usaha membangun brand image dan

brand awareness Mustika Ratu oleh PT Mustika Ratu Tbk.” sebagai bagian dari program

Integrated Marketing Communication.

3 Peiss, Kathy and Jenna Weissman Joselit. 2001. Beauty and The History of Business: Commerce, Gender, and Culture in Modern America, edited by Philip Scranton. New York-London: Routledge. Hal. 7. 4 Morrisan. 2012. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hal. 203

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini akan

difokuskan pada: Bagaimana sponsorship pada event Puteri Indonesia sebagai usaha

untuk membangun brand image dan meningkatkan brand awareness Mustika Ratu oleh

PT Mustika Ratu Tbk.?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sponsorship digunakan untuk

membangun brand image dan meningkatkan brand awareness.

D. Kerangka Teori

1. Integrated Marketing Communications (IMC)

Komunikasi pemasaran adalah proses manajemen suatu perusahaan untuk

melakukan dialog kepada berbagai audiens perusahaan, dengan mengembangkan,

menyampaikan, dan mengevaluasi serangkaian pesan kepada kelompok stakeholder

yang teridentifikasi.5 Komunikasi pemasaran merupakan proses yang dilakukan oleh

perusahaan dalam mengkoordinasikan beberapa elemen promosi dan kegiatan

pemasaran lainnya sehingga terjalin komunikasi dengan konsumen perusahaan.6

Dengan menggunakan marketing communication tools yang tepat,

perusahaan selaku komunikator dapat memperkenalkan serta memasarkan barang

atau jasanya kepada konsumen selaku target marketnya. Oleh karena itu,

perencanaan dan pemilihan marketing communication tools menjadi penting sebab

tools tersebut merupakan perantara komunikasi perusahaan dalam memasarkan dan

mengenalkan barang atau jasa mereka. Marketing communication tools yang biasa

digunakan oleh pemasaran di antaranya adalah advertising, sales promotion, public

relations, personal selling, interactive marketing, dan direct marketing. Untuk

mendukung masing-masing instrumen mencapai tujuan komunikasi pemasaran,

pengelola pemasaran harus benar-benar memikirkan pesan komunikasi dan media

komunikasi pemasaran untuk menyampaikan pesan tersebut.

5 Fill, C. 1999. Marketing Communications: Contexts, Contents, and Strategies. Herthfordshire: Prentice Hall. Hal. 12 6 Belch, G.E. & Belch, M.A. 2004. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. Boston: McGraw Hill-Irwin. Hal. 16

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

6

Perencanaan yang matang dalam perumusan bentuk-bentuk komunikasi

pemasaran yang akan digunakan sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih

memaksimalkan informasi yang akan disampaikan pada khalayak.

“A similar process takes place for the ot her elements of the IMC program as objectives are set, an overall strategy is developed, message and media strategies are determined, and steps are taken to implement them”7

Selama bertahun-tahun, bentuk komunikasi pemasaran yang diterapkan di

banyak perusahaan lebih didominasi oleh mass-media advertising. Bentuk-bentuk

komunikasi pemasaran lainnya seperti sales promotion, direct marketing, dan public

relations hanya dilihat sebagai bentuk komunikasi pemasaran bantuan, dimana

bentuk-bentuk komunikasi pemasaran tersebut tidak terlihat sebagai satu kesatuan

yang seharusnya saling terkoordinasi guna menghasilkan komunikasi yang efektif.

Namun pada perkembangannya, perusahaan-perusahaan mulai melihat kebutuhan

akan suatu kesatuan bentuk komunikasi pemasaran yang disebut dengan integrated

marketing communication (IMC) atau komunikasi pemasaran terpadu dimana

terdapat koordinasi antara elemen-elemen komunikasi pemasaran dan aktivitas

pemasaran lainnya yang akan dikomunikasikan pada konsumen. IMC dilihat sebagai

suatu cara untuk mengkoordinasi dan mengatur program komunikasi pemasaran,

yang memastikan perusahaan-perusahaan yang menggunakan konsep ini dapat

memberikan pesan yang konsisten tentang perusahaan mereka kepada konsumen.

a. Kerangka Umum dan Instrumen (tools) IMC

Menerapkan pemasaran berbasis misi untuk mendongkrak nilai tambah. Misi

perusahaan diwujudkan dengan program pemasaran dan kehumasan simpatik. Ada

empat cara: aktivitas terfokus, program yang relevan dengan bidang usaha

perusahaan, dirancang untuk jangka panjang dan bersifat persuasif.

Seorang praktisi periklanan dari Amerika, Tom Brannan menyatakan ukuran

untuk dapat dikatakan memiliki komunikasi terpadu (integrated) secara penuh

apabila kita sudah mengidentifikasi satu per satu pesan inti yang mengarahkan pada

suatu ide kreatif besar dan dapat pula diimplementasikan pada segala bidang yang

kita tekuni. Integrasi dapat dikatakan berhasil apabila model komunikasi dengan

7 Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

7

membangun citra melalui pesan inti yang sama pada berbagai media komunikasi

dapat dengan mudah dimengerti kapanpun kita melihat dan mendengarnya.8

Dalam kerangka umum IMC terdapat beberapa elemen yang dijadikan

perangkat (tools), yakni: periklanan, promosi penjualan, penjualan personal,

pemasaran langsung, humas. Elemen-elemen tersebut dipadukan dalam suatu

tahapan strategi kreatif yang ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan yang sama

sehingga pesan yang disampaikan kepada konsumen dapat dilakukan dengan baik

dan efektif.

Adapun elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut:

Iklan (Advertising)

Tujuan utama periklanan pada umumnya untuk berkomunikasi.

Periklanan adalah suatu bentuk komunikasi massa dan harus dibayar untuk

menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap atau

mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan.9

Seperti yang dikemukakan oleh Kottler, secara garis besar iklan dapat

dikategorikan menjadi empat kategori sesuai dengan tujuan spesifik iklan

tersebut dikomunikasikan, yaitu:

1. Iklan Informatif

Merupakan iklan yang dianggap penting dalam peluncuran kategori produk

baru. Tujuan dari jenis iklan ini adalah merangsang permintaan produk dan

meningkatkan awareness khalayak.

2. Iklan Persuasif

Iklan jenis ini merupakan iklan yang penting jika adanya persaingan dari

penjualan produk yang dipasarkan. Beberapa iklan persuasif juga dapat

membangun referensi pada brand tertentu. Beberapa iklan persuasif pun bisa

mendorong adanya comparative advertising yang membanding-bandingkan

dua produk atau lebih secara eksplisit, contohnya ialah iklan Pepsi

dibandingkan dengan Coca-cola.

3. Iklan yang Mengingatkan (reminder advertising)

Iklan jenis ini biasanya dibuat untuk produk yang memiliki tahap kedewasaa

dan telah mendapatkan tempat di tengah-tengah khalayak.

4. Iklan yang Menguatkan (reinforcement advertising) 8 Brannan, Tom. 2004. Integrated Marketing Communication. Jakarta : Penerbit PPM. Hlm. 1 9 Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti Hlm. 51

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

8

Iklan yang bertujuan untuk menguatkan ini dibuat untuk meyakinkan

konsumen yang telah menggunakan produk tersebut, bahwa mereka telah

mengambil keputusan yang tepat.

Sasaran atau tujuan iklan adalah tujuan komunikasi spesifik dan tingkat

prestasi yang harus dicapai pada audiens spesifik dalam periode waktu tertentu.

Tujuan iklan semestinya merupakan kelanjutan atau turunan dari keputusan

perusahaan sebelumnya tentang target market, positioning dan integrated

marketing. Selain itu tujuan iklan harus didasarkan pada analisa mendalam atas

situasi pasar terkini.10

Promosi Penjualan

Berbeda dengan iklan yang menawarkan alasan untuk membeli merek

tertentu, promosi penjualan mendorong konsumen untuk membeli dengan imbalan

bonus atau tambahan yang menguntungkan pembeli. Promosi penjualan atau yang

sering disebut dengan promo, merupakan salah satu elemen penting dalam

kampanye pemasaran produk.

Secara luas, promosi penjualan dapagt didefinisikan sebagai bentuk

persuasi langsung dengan penggunaan berbagai insentif, umumnya berjangka

pendek, yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau

meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen atau pedagang.11

Cakupan promosi penjualan begitu lebar, termasuk promosi bagi konsumen

(sample, kupon, cash refund, potongan harga/diskon, hadiah, produk gratis,

garansi, tie-in promotion, promosi silang, poinyt-of-purchase display, dan

demonstrasi produk). Promosi bagi pedagang (potongan harga/diskon, subsidi iklan

dan display, juga barang gratis), serta promosi bisnis dan pramuniaga (pameran

dagang dan konvensi, kontes untuk pramuniaga, dan speciality advertising).

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari promosi penjualan12:

1. Promosi penjualan menghasilkan respon yang lebih cepat dan terukur pada

penjualan daripada iklan.

10 Kotler, Philip. 2003. Marketing Management. Singapore : Pretince Hall Inc. Hlm. 591 11 Sulaksana, Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hlm. 109 12 Ibid. hlm. 116

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

9

2. Promosi cenderung tidak menciptakan pembeli baru yang loyal di pasar yang

sudah mencapai kedewasaan karena hanya mampu memikat konsumen yang

berganti-ganti merek hanya karena ada promosi.

3. Pelanggan loyal cenderung tak mengubah pola pembeliannya sebagai dampak

dari adanya promosi.

4. Iklan nampaknya lebih mampu memperdalam loyalitas merek.

5. Promosi harga semata tak akan mampu mengingatkan secara permanen total

volume pasar atas kategori produk tertentu.

Penjualan Personal

Penjualan personal atau presonal selling adalah bentuk komunikasi

langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya (person to person

communication). Dalam hal ini, penjual berupaya untuk membantu atau membujuk

calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan. Tidak seperti bentuk

pemasaran lainnya, penjualan personal melibatkan kontak langsung antara penjual

dan pembeli, baik secara tatap muka ataupun melalui alat telekomunikasi lain

seperti telepon. Melalui interaksi secara langsung ini, maka pihak pihak penjual

dapat melihat atau mendengar tanggapan atau respons langsung dari pembeli.

Dalam hal tersebut, penjual dapat memodifikasi informasi yang disampaikan

setelah menerima tanggapan dari calon pembeli.

Komunikasi yang bersifat individual dan personal dalam penjualan personal

ini memungkinkan pihak penjual menyesuaikan pesan berdasarkaan kebutuhan

khusus atau situasi khusus calon pembeli. Penjualan personal memungkinkan

terjadinya umpan balik secara langsung dan lebih tepat karena dampak dari

presentasi penjualan yang dilakukan dapat dilihat dari reaksi calon pembeli. Jika

umpan balik dinilai kurang baik, maka penjual dapat memodifikasi pesan-

pesannya. Penjualan personal juga dapat ditujukan kepada calon pembeli yang

dinilai paling potensial dan paling prosfektif untuk menjadi pelanggan kedepannya.

Public Relations

Publik bagi perusahaan merupakan seluruh kelompok yang secara langsung

dan potensial memiliki kepentingan atau berdampak atas kemampuan perusahaan

untuk mencapai tujuannya. Secara luas public relations dapat diartikan sebagai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

10

perencanaan rancangan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi publik-publik

tertentu.13

Public Relations yang biasa disebut Hubungan Masyarakat (Humas)

bertanggung jawab atas berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan

atau melindungi citra perusahaan atau produk-produknya.14 Public Relations juga

merupakan suatu kegiatan yang luas dan mencakup segala macam kegiatan yang

bertujuan untuk membentuk, mempertahankan, bahkan meningkatkan awareness

bagi perusahaan, termasuk ruang lingkup hubungan kemasyarakatan, cakupan

lingkungan, keuangan, suara konsumen dan manajemen personalia.15

Brannan juga menjelaskan bahwa keunggulan public relations bila

dibandingkan dengan iklan adalah public relations jauh lebih fleksibel. Public

relations dapat langsung menyesuaikan dengan kejadian-kejadian yang terjadi dan

langsung memberikan respons untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu

yang relatif singkat dan dapat diterapkan bagi keuntungan pembentukan brand

awareness. Kekuatan utama public relations adalah pada kemampuan praktisinya

dalam membangun kepercayaan dan kredibilitas. Namun public relations juga

mempunyai kekurangan pada pengendaliannya. Public relations tidak dapat

menetapkan waktu kapan pesan akan terkirim.

Saat ini peranan public relations sudah mulai dianggap sebagai hal yang

penting, terutama untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mengelola

hubungan perusahaan dengan unsur-unsur penting dalam masyarakat dikarenakan

keterbatasan media komunikasi korporat dan masyarakat.

Adapun fungsi-fungsi utama public relations adalah sebagai berikut:

1) Menjaga hubungan dengan media masa dan pers dengan menyajikan berita

dan informasi tentang perusahaan melalui news letter, press release, media

gathering, press conference dan lain sebagainya.

2) Mendesain publisitas produk dengan menjadi sponsor dalam berbagai

program, mengadakan dan berpartisipasi dalam suatu event yang dapat

mempublikasikan produk yang dipasarkan oleh perusahaan.

13 Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti Hal. 190 14 Sulaksana, Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hlm.123 15 Brannan, Tom. 2005. Integrated Marketing Communication, Jakarta: Penerbit PPM. Hal. 54

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

11

3) Menunjang komunikasi korporat dengan meningkatkan kesepahaman publik

melalui komunikasi internal dan eksternal yang baik dan efektif.

4) Melakukan lobbying yakni dengan menjalin dan menjaga hubungan erat,

positif dan baik dengan para penentu kebijakan dan kalangan legislatif untuk

mendukung atau justru menggagalkan peraturan atau undang-undang tertentu

yang datap menjadi janggalan bagi aktivitas perusahaan.

5) Bertindak sebagai pemberi saran atau second opinion kepada jajaran

manajemen sehubungan dengan isu-isu publik dan bagaimana perusahaan

harus menyikapinya, serta menangani hal yang berhubungan dengan image

perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tentang public relations di atas, marketing public

relations (MPR) merupakan fungsi public relations yang mendukung berjalannya

promosi dan penjualan produk. MPR bertanggung jawab untuk menjembatani

perbedaan pendapat di antara manajer pemasaran yang berorientasi laba dan

praktisi public relations yang fungsi utamanya adalah menyiapkan dan

menyebarkan komunikasi. MPR secara langsung mencoba untuk mendukung

promosi perusahaan akan produk serta pembentukan brand image.

Sulaksana dalam bukunya Integrated Marketing Communications

berpendapat bahwa MPR memiliki fungsi yang lebih penting dari sekedar

publisitas, serta memiliki tanggung jawab dalam beberapa aspek, seperti:

mendukung peluncuran produk, membantu repositioning produk, mempopulerkan

kategori produk tertentu, mempengaruhi kelompok sasaran tertentu, membela

produk yang mengalami suatu permasalahan atau kontroversi, serta membangun

citra perusahaan yang berpartisipasi dalam mendongkrak citra produk.16

Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran Langsung adalah upaya perusahaan untuk berkomunikasi secara

langsung dengan calon pelanggan yang ditargetkan dengan maksud untuk

menimbulkan tanggapan dan transaksi penjualan. Aktivitas dari pemasaran

langsung tidak hanya meliputi kegiatan mengirim direct mail dan katalog

perusahaan kepada konsumen, tetapi juga melakukan pengelolaan database,

16 Sulaksana, Uyung. 2003. Integrated Marketing Communications. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Hlm.126

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

12

penjualan langsung, telemarketing, dan juga iklan interaktif yang memanfaatkan

berbagai saluran komunikasi seperti, internet, media cetak dan saluran penyiaran.

Perkembangan teknologi saat ini turut berkontribusi dalam

mengembangkan teknik penjualan langsung. Adanya kemudahan yang ditarwarkan

oleh media serperti internet, saluran telepon dan kartu kredit menjadi suatu bentuk

kemudahan yang dapat dinikmati konsumen dalam melakukan transaksi dalam

pemasaran langsung. Kenyamanan yang dirasakan konsumen saat berbelanja

melalui katalog, website dan melakukan pemesanan melalui surat, telepon, atau

internet menjadi pendorong pertumbuhan pemasaran langsung ini secara

signifikan.17

Teknik pemasaran langsung pun digunakan oleh perusahaan yang

mendistribusikan produknya melalui saluran distribusi tradisional atau perusahaan

yang memiliki tenaga penjualan sendiri. Pemasaran langsung memainkan peran

penting dalam program komunikasi pemasaran terpadu bagi perusahaan-

perusahaan yang menghasilkan produk untuk konsumen ataupun produk untuk

suatu industri. Perusahaan biasanya dituntut untuk menganggarkan dana yang

cukup besar untuk mengembangkan database yang berisikan alamat dan nomor

telepon pelanggan ataupul calon konsumen yang ditargetkan. Mereka

menggunakan telemarketing untuk menelpon pelanggan dan berusaha untuk

menjual produk yang dipasarkannya. Banyak pengelola yang mempersuasi

konsumennya dengan mengirimkan surat sederhana, lembar promosi, flyers,

brosur, katalog dan bahkan videotape sebagai usaha untuk menginformasikan

produk dan jasa yang ditawarkan. Teknik pemasaran langsung juga digunakan

untuk mendistribusikan contoh produk/sampel, khususnya kepada konsumen yang

telah menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan kompetitor.

Penjualan Interaktif

Sama seperti instrumen dalam promotion mix sebelumnya, perkembangan

penjualan interaktif pun dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Perkembangan

tersebut dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi yang memungkinkan

dilakukannya komunikasi interaktif melalui berbagai media massa khususnya

17 Morrisan. 2012. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.23

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

13

internet. Media interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik

yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan

isi informasi pada saat itu juga (real time). Media interaktif pun memungkinkan

pengguna dalam melakukan berbagai fungsi seperti menerima dan mengubah

informasi dan gambar, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan tentu

saja melakukan transaksi pembelian.

Kehadiran media interaktif sepeti internet tidak hanya mengubah cara-cara

perusahaan dalam merancang dan melaksanakan strategi bisnis dan pemasaran,

namun juga memengaruhi program komunikasi pemasaran yang dilakukannya.

Banyak perusahaan pada saat ini telah mengembangkan website untuk

mempromosikan produk barang dan jasa yang ditawarkannya. Hal tersebut tidak

saja memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan informasi dan menawarkan

kemudahan transaksi, tetapi juga memberikan hiburan melalui fasilitas yang ada di

website mereka kepada konsumen.

2. Brand Management

Menurut American Marketing Communication (AMA), brand adalah nama,

istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa pesaing. Namun

brand bukanlah sekedar nama, istilah, tanda ataupun simbol saja, lebih dari itu

brand merupakan sebuah ‘janji’ perusahaan yang secara konsisten memberikan

gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen. The American Marketing

Associations mendifinisikan brand sebagai “a name, sign or symbol used to identify

items orservices of the seller and to differentiate them from goods of competitors.”.18

Sebuah brand juga merupakan bentuk visualisasi simbolik dari seluruh informasi

yang berhubungan dengan produk dan jasa serta inovasi dan ekspektasi yang

menyertainya. Namun definisi brand yang lebih lugas dari sisi konsumen ialah, “A

brand is a collection of perceiptions in the mind of consumer.” Di sinilah dibutuhkan

manajemen brand yang tidak sederhana, tantangan besar yang menghadang adalah

banyak dan cepatnya perubahan yang terjadi pada lingkungan pemasaran. Misalnya

perubahan dari perilaku konsumen, strategi-strategi kompetitif, aturan-aturan

pemerintah dan aspek lain dari lingkungan pemasaran yang dapat mempengaruhi 18 Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller. 2006. Management Pemasaran. Jilid 1, Edisi Kedua Belas. Jakarta: Penerbit Indeks Hal. 6

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

14

keberhasilan suatu brand. Di samping kekuatan-kekuatan eksternal, pengaruh

internal juga tak bisa diabaikan, beragamnya aktivitas dan perubahan dalam fokus

strategik terhadap brand yang dipasarkan.

Menurut Aaker & Joachimsthaler dalam Retnawati, pada paradigma lama

manajer brand hanya menghadapi struktur brand yang sederhana dengan sedikit

pengembangan, membuat subbrand, ataupun endorser brand, karena mereka berada

pada lingkungan yang relatif sederhana dan strategi bisnis yang sederhana pula.

Sedangkan pada paradigma baru, manajer brand menghadapi pasar yang

terfragmentasi, channel yang dinamis, realitas global, dan lingkungan bisnis yang

secara fundamental telah mengubah tugas-tugas mereka. Konsekuensinya,

manajemen brand yang efektif mensyaratkan strategi-strategi yang proaktif dengan

tujuan meningkatkan kekuatan brand atau paling tidak mempertahankan tingkat

brand yang sudah ada dengan mengelola brand equity atau ekuitas merek dalam

berbagai pengaruh dari kekuatan eksternal maupun internal perusahaan. Keller

dalam Retnawati (2003) mengatakan manajemen brand membutuhkan perspektif

jangka panjang, dan dikelola secara aktif setiap waktu dengan penguatan brand atau

jika dibutuhkan dengan revitalisasi brand.19

Brand yang kuat ialah brand yang memiliki brand equity yang tinggi. Aaker

(1996) mendefinisikan brand equity sebagai sekumpulan aset dan liabilitas yang

terkait dengan nama dan simbol suatu brand, sehingga dapat menambah nilai yang

ada dalam produk atau jasa tersebut. Brand equity berasal dari cara pandang

konsumen terhadap sebuah brand dan bagaimana penilaian konsumen terhadap

suatu brand sehingga diharapkan nantinya konsumen akan selalu mengenal,

mengetahui, merasakan keunikan, dan mendapatkan keterikatan yang kuat terhadap

brand tersebut.20

19 Retnawati, Berta B. 2003. Strategi Penguatan dan Revitalisasi Merek Menuju Pengelolaan Merek Jangka Panjang. Usahawan No. 7th XXXII, Juli: 6 20 Aaker, A., David. 1996. Building Strong Brands. New York: Free Press. Hlm. 61

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

15

Keller dalam Retnawati (2003) menyatakan strategi manajemen brand untuk

menguatkan brand oleh perusahaan ialah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Strategi Penguatan Merek

Brand Awareness Brand Image

• Produk apa yang akan ditawarkan?

• Keuntungan apa dari penawaran produk tersebut?

• Kebutuhan apa yang akan dipuaskan produk tersebut?

• Bagaimana brand dapat membuat produk menjadi superior?

• Kekuatan, keuntungan dan keunikan apa yang ada dalam pikiran konsumen dari brand tersebut?

Inovasi dalam desain produk,

manufaktur dan marchendising

Keterkaitan (hubungan) pengguna

dan perbandingan dalam

penggunaan pemakaian

Konsistensi dalam jumlah dan aktivitas dari dukungan pemasaran

Kontinuitas dalam pengartian brand; perubahan dalam taktik pemasaran.

Menjaga sumber dari brand equity

Perbandingan aktivitas pemasaran dalam membangun brand dengan leverage brand equity.

Sumber: Retnawati (2003)

a. Menjaga konsistensi brand

Langkah ini menjadi hal terpenting dalam pengelolaan brand,

konsistensi brand menjadi penting dalam menjaga kekuatan dan keunggulan

brand association bagi konsumen. Jika yang terjadi sebaliknya, kurangnya

dukungan pemasaran terhadap brand, maka akan terjadi biaya yang tidak efisien

dalam pengembangan dan komunikasi pemasaran yang berakibat perusahaan

akan kehilangan banyak peluang dalam mempertahankan konsumen yang

tentunya menjadi target pontensial bagi para kompetitor.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

16

b. Kesinambungan dalam pengartian brand dan perubahan dalam taktik

pemasaran

Kunci dalam mempertahankan brand equity dalam waktu lama adalah

adanya dukungan aktivitas pemasaran yang secara konsisten menjaga menjaga

brand tersebut. Arti konsisten menurut Kotler (2000) tidak berarti statis namun

lebih cenderung bersifat fleksibel mengikuti perubahan yang terjadi sepanjang

waktu, hal ini untuk meningkatkan brand awareness, brand acceptability

sampai pada level brand loyalty. Brand yang sudah mapan biasanya memiliki

suatu elemen kreatif kunci dalam memasarkan program-program komunikasinya

sepanjang waktu, sebagai hasilnya secara efektif telah tercipta ekuitas

periklanan (advertising equity). Plummer dalam Retnawati (2003) menegaskan

pentingnya personalitas brand yang memanfaatkan karakteristik manusia ke

dalam produknya agar memudahkan konsumen mengingat brand tersebut, serta

memberi hubungan yang lebih emosional, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan preferensi mereka dalam memilih suatu produk.

c. Melindungi Sumber Brand Equity

Konsistensi terhadap brand akan dilihat dalam bentuk arah strategik dan

tidak memerlukan taktik khusus dengan dukungan program-program pemasaran,

kecuali kalau ada perubahan-perubahan dari konsumen lain, kompetisi, atau

perusahaan pesaing yang bagaimanapun juga membuat posisi strategik brand

tertentu menjadi menurun. Meski brand akan selalu mencari kekuatan sumber-

sumber baru yang potensial dari brand equity, namun prioritas utama tetaplah

melindungi dan mempertahankan sumber-sumber brand equity yang telah ada.

Secara ideal, sumber-sumber kunci dari brand equity akan menjadi nilai yang

berkelanjutan dan abadi. Namun hal tersebut tidaklah mudah, oleh karena nilai-

nilai tersebut dapat dengan mudah dilupakan selama pemasar mencoba untuk

memperluas arti dari brand mereka dan menambah produk baru yang berkaitan

maupun yang sama sekali tidak berkaitan dengan asosiasi brand tersebut.

d. Membangun Brand

Dalam mengelola brand equity, penting untuk memahami trade off

diantara aktivitas-aktivitas pemasaran, yakni antara aktivitas pemasaran yang

ditujukan untuk membangun dan meningkatkan brand equity dengan aktivitas

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

17

pemasaaran yang digunakan untuk mendanai brand equity yang sudah ada

dalam mendapatkan keuntung-keuntungan finansial. Keller dalam Retnawati

(2003) mengatakan bahwa manfaat dari penguatan brand dengan mendapatkan

tingkat awareness yang tinggi dan brand image yang positif adalah

diperolehnya cost saving dan revenue opportunities.

Program-program komunikasi pemasaran dapat dirancang dengan

mencoba mencari peluang yang ada ataupun mengharapkan keuntungan-

keuntungan maksimal seperti: pengurangan biaya untuk periklanan, menetapkan

harga premium yang lebih tinggi, ataupun mengenalkan berbagai macam

perluasan brand dengan aktivitas-aktivitas komunikasi pemasaran lainnya.

Namun perlu diingat bahwa kekuatan brand dan sumber brand equity bisa

berkurang dalam proses tersebut. Kegagalan dalam membangun brand akan

mengurangi brand awareness dan melemahkan brand image. Dan tanpa

sumber-sumber brand equity, suatu brand tertentu tidak bisa memiliki manfaat-

manfaat tinggi seperti yang diharapkan oleh perusahaan.

1) Ketepatan Pemilihan Supporting Marketing Program IMC

Membangun nilai dan citra dari suatu brand bisa bergantung pada

keterlibatan brand association dari supporting marketing program yang akan

dilaksanakan. Dalam hal ini ada dua bentuk umum dalam penguatan nilai dan

citra brand yang bisa dibedakan dari asoasiasi yang berkaitan dengan produk

dan non produk.

• Assosiasi yang berkaitan dengan produk

Ada beberapa hal penting di sini, yakni inovasi dalam desain produk,

manufacturing, dan merchandising. Oleh karena kegagalan inovasi

berdampak luas, perlu dipahami pentingnya penyesuaian terhadap

preferensi konsumen dan secara cermat memperhatikan aktivitas

pesaing. Inovasi produk memegang peranan kunci dalam

mengembangkan brand berdasarkan kinerja yang menjadi sumber utama

brand equity dalam hal asosiasi yang berkaitan dengan produk.

• Asosiasi yang berkaitan dengan non-produk

Startegi ini sangat tepat jika dipakai oleh brand yang memiliki asoasiasi

tinggi pada atribut, simbol, dan keuntungan experiental yang tidak

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

18

berkaitan dengan produk, dalam hal ini keterkaitan perbandingan

pemakai dan penggunaan menjadi penting. Oleh karena aspek intangible

yang dilihat, asoasisi yang berhubungan dengan non produk lebih mudah

berubah. Dalam hal ini kampanye atau advertising baru yang

mengkomunikasikan suatu tipe perbedaan dari situasi penggunaan /

pemakaian bisa dilakukan. Satu hal yang perlu diicermati adalah

repositioning yang terlalu sering justru akan mengaburkan image suatu

brand dan akhirnya justru membingungkan konsumen.

3. Sponsorship Sebagai Tools IMC

Sponsorship sebagai salah satu tool dalam IMC telah banyak digunakan oleh

perusahaan dalam kegiatan pemasarannya. Sponsorship merupakan bentuk

penanggungan suatu event atau suatu kegiatan yang mendukung tujuan perusahaan

dalam meningkatkan image serta mencapai kesadaran konsumen terhadap suatu

brand. Sponsorship dapat dilakukan secara individu atau gabungan terhadap suatu

kegiatan yang berlangsung lama atau hanya pada waktu tertentu.

Sponsorship merupakan salah satu sarana dalam strategi komunikasi

pemasaran yang menjadi tanggung jawab dari bagian public relations atau marketing

public relations. Tom Duncan mengartikan sponsorship sebagai: Sponsorship is a

financial support of an organization, person, or activity in exchange for brand

publicity and association (Sponsorship adalah suatu bentuk dukungan secara

finansial dari suatu organisasi, individu maupun aktivitas dalam pertukarannya untuk

mempublisitaskan merek dari perusahaan). Jadi sponsorship adalah suatu bentuk

dari promosi sebuah brand dengan cara memberikan bantuan keuangan dari sebuah

organisasi, perorangan, atau kegiatan yang menghubungkan suatu merek dengan

kegiatan olah raga, hiburan, budaya, sosial (public activity) yang menimbulkan

ketertarikan daya tinggi, dengan memberikan timbal balik untuk mengiklankan

perusahaan.21

Sponsorship saat ini telah menjadi aspek penting dari kegiatan pemasaran

dan public relations dari banyak perusahaan. Pangsa pasar sponsorship menjadi

semakin luas dan lebih kompleks dengan datangnya kesempatan-kesempatan baru

21 Duncan, Tom, 2005, Principle Of Advertising and IMC, International Edition, Edisi Kedua, New York: McGraw-Hill. Hal. 57

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

19

dan dengan kebutuhan untuk berpikir dan merencanakan sponsorship yang tepat dan

efisien.

Dengan secara langsung terlibat ataupun tidak, setiap orang pada bagian

pemasaran atau public relations harus menghargai kesempatan yang diberikan oleh

aktivitas sponsorship ini, pitfall yang harus dihindari, dan langkah yang penting

untuk menggapai kesuksesan. Untuk mendapatkan kesuksesan, dibutuhkan negosiasi

secara efektif yang dilakukan perusahaan dengan pihak yang akan disponsori.

Ada banyak studi yang mencatat kegagalan dan kesuksesan menjadi suatu

sponsor. Faktor kegagalan biasanya dikarenakan tiga hal berikut:

a) Program sponsorship dilakukan bukan hasil perencanaan strategi pemasaran

yang matang. Akibatnya, sponsorship yang dipilih cenderung yang murah saja.

Justru, sponsorship yang sekadar murah, biasanya tidak memiliki benefit yang

berarti. Pada akhirnya, biaya yang dikeluarkan menjadi mahal karena tidak ada

dampaknya.

b) Program sponsorship yang dilakukan tidak didukung dengan media lain.

Sponsorship tidak akan pernah efektif bila tidak digabungkan dengan iklan dan

media promosi lain.

c) Program sponsorship dilakukan secara snapshot dan tidak berkelanjutan.

Padahal, dampak dari suatu sponsorship baru dapat dirasakan satu sampai tiga

tahun setelahnya, kecuali untuk event dengan skala besar sponsorship yang

dilakukan sekali saja, seringkali tidak memberikan dampak yang maksimal.

Faktor kegagalan tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan bagi setiap

perusahaan yang ingin mengalokasikan dana untuk sponsorship. Selain itu, untuk

memaksimalkan keuntungan dari aktivitas sponsorship ini, terdapat tiga hal yang

harus diperhatikan:

1) Sponsorship yang dipilih haruslah memberikan strategic direction dalam

mengembangkan brand di masa mendatang. Karena itu, sponsorship yang

dipilih haruslah sesuai dengan strategi positioning dari produk tersebut.

2) Program sponsorship harus melibatkan pengalaman total dari para audiens

terhadap produk atau pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan yang

bersangkutan. Karena itu, mereka perlu dilibatkan dalam event tersebut.

Dengan demikian, setiap audiens akan merasakan interaksi dengan pihak yang

menjadi sponsor.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

20

3) Brand atau perusahaan yang menjadi sponsor harus mempunyai kaitan yang

kuat dengan acara yang disponsori. Dengan demikian, asosiasi yang positif

dari acara tersebut akan dapat ditransformasikan kepada brand yang menjadi

sponsor. Salah satu cara yang efektif adalah menjadikan brand tersebut

melekat pada acara yang disponsori. Tidak mengherankan, sponsor utama,

walau membayar mahal, tetapi lebih efektif dibandingkan dengan sponsor

pendamping karena mereknya melekat kuat dengan acara yang disponsorinya

itu.

Event sponsorship memiliki kemampuan dalam menciptakan sebuah

hubungan yang langsung dengan konsumennya. Dampak dari aktivitas komunikasi

pemasaran seperti ini akan menimbulkan sebuah ingatan jangka panjang dalam

benak konsumen terhadap sebuah produk. ketika membidik konsumen sasaran, event

sponsorship sebaiknya diarahkan secara hati-hati karna secara strategis ataupun

taktis, event sponsorship dapat dimanfaatkan sebagaimana pemasaran memanfaatkan

iklan.

Sponsorship memiliki banyak tujuan dalam pelaksanaannya, namun menurut

Shanklin dan Kuzma tujuan utama dari sponsorship adalah membangun kesadaran

konsumen terhadap brand produk atau perusahaan dan membangun gambaran

konsumen terhadap suatu brand.22 Gwinner menyebutkan beberapa penelitian

memiliki teori bahwa ketika efektivitas nilai, keunikan dan prestise dalam sebuah

sponsorship dapat dikomunikasikan maka akan menghasilkan dampak yang positif

antara event dengan brand tersebut.23

Menurut Kotler dan Keller, ada beberapa tujuan perusahaan melakukan

aktivitas komunikasi pemasaran berupa event sponsorship, yaitu:

1. Untuk mengidentifikasi sebuah pasar sasaran khusus atau gaya hidup,

2. Untuk meningkatkan kesadaran nama perusahaan atau produk,

3. Untuk menciptakan atau mengukuhkan persepsi konsumen tentang asosiasi

brand image,

4. Untuk meningkatkan dimensi citra perusahaan,

5. Untuk menciptakan pengalaman,

6. Untuk mengungkapkan komitmen pada komunitas atau pada isu sosial, 22 W.L. Shaklin & J.R. Kuzma, 1992. Buying that Sporting Image: Marketing Management. :Spring. Hal. 59 23 Gwinner, Kevin P. 1994. Event Sponsorship as a Promotional Tool: The Impact on Brand Awareness and Brand Image. Chicago: American Marketing Association. Hal. 133

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

21

7. Untuk menghibur konsumen,

8. Untuk memungkinkan peluang perdagangan dan promosi.

Dari uraian tersebut, penting untuk merancang event sponsorship yang sesuai

dengan konsumen sasaran yang akan dibidik oleh perusahaan. Pengembangan event

sponsorship yang berhasil biasanya mencangkup pemilihan event yang tepat serta

merancang program pemasaran yang optimal.

Perusahaan yang bijak dapat melakukan kegiatan sponsorship untuk mencapai

tujuan pemasaran tertentu. Seluruh perusahaan harus bersikap realistis sehubungan

dengan tujuan sponsorship yang akan dijalankannya, karena sponsorship tidak selalu

bertujuan untuk meningkatkan penjualan saja, tetapi untuk mengasosiasikan

perusahaan dengan kegiatan yang disponsorinya, yang nantinya akan menghasilkan

brand image perusahaan secara berkepanjangan.24

4. IMC (sponsorship) untuk Membangun Brand Image dan Brand Awareness

Harga yang kompetitif tidak cukup untuk membangun suatu brand yang

kuat. Karena itu produsen perlu untuk merancang suatu strategi untuk membuat

suatu brand equity yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang untuk

membedakan perusahaan dan produk yang dihasilkannya denga para kompetitornya.

IMC merupakan salah satu sarana dari strategi komunikasi pemasaran untuk

membentuk suatu ekuitas tersendiri di benak target konsumen.

Duriato mengatakan bahwa fungsi komunikasi dan promosi sebuah brand

tidak dapat dihindarkan oleh seorang pelaku pemasaran.25 Keller menyatakan dari

sekian banyak tujuan dalam membangun suatu IMC, salah satu tujuan utamanya

ialah memberikan kontribusi dalam membangun sebuah brand equity di benak

konsumen.26

Berdasarkan kepada model Costumer Brand Based Equity (CBBE), IMC

dapat memberikan kontribusi dalam meciptakan brand awareness yang dihubungkan

dengan point of parity dan point of difference dari brand association sebuah brand

dalam benak konsumen. IMC juga dapat menciptakan sebuah penilaian yang positif

24 Wragg, David. 1994. The Effective Use of Sponsorship. London: Kogan Page. Hlm. 24. 25 Durianto, Darmadi. 2001. Strategi Menaklukan Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 56 26 Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall Inc. Hlm. 288

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

22

dalam membangun sebuah pengetahuan tentang struktur brand. Sifat dari IMC yang

fleksibel dapat memberikan alternatif pandangan pilihan media promosi dalam

membangun brand equity, hal ini beriringan dengan faktor bagaimana merancang

sebuah IMC yang efektif dan efisien.

Keller menyebutkan ada enam kriteria yang relevan untuk membuat suatu

program IMC yang efektif dan efisien dalam membangun sebuah brand equity,

yaitu:

a. Jangkauan (Coverage)

Jangkauan proporsi dari target kelompok audiens yang dituju dalam melakukan

suatu program IMC. Pemasar harus memahami target tujuan prioritas dari

program yang dilakukan kepada kelompok audiensnya.

b. Kontribusi (Contribution)

Suatu IMC yang dapat memberikan kontribusi yang maksimal dari pilihan

media promosi yang ada. Hal ini untuk merancang suatu IMC yang efisien

karena dengan menempatkan pada media yang tepat dengan memberikan

kontribusi yang besar.

c. Commonality

Setiap program IMC yang dilaksanakan melalui pilihan media yang berbeda-

beda harus dilakukan dengan konsisten dan seragam. Hal ini sangat penting

karena respons dari konsumen terhadap suatu program IMC menghasilkan

asosiasi dan image terhadap suatu brand yang seragam dan konsisten setelah

menyaksikan satu media dengan media lainnya.

d. Complementary

Dari berbagai pilihan media komunikasi yang digunakan agar sebaiknya saling

melengkapi satu dengan lainnya. Hal ini untuk menghasilkan dampak yang

lebih besar dan terasa oleh target pemirsa.

e. Versatility

Kecermatan dalam menempatkan satu program IMC kedalam suatu media. Ada

dua tipe dalam versatility, komunikasi dan konsumen. Sebuah komunikasi harus

bekerja secara efektif terhadap konsumen yang sudah terkontaminasi oleh

komunikasi kompetitor sebelumnya, ataupun yang belum. Ada dua pendekatan

yang memungkinkan untuk mencapai hal ini:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

23

1. Memberikan perbedaan dalam menyampaikan pesan untuk menghindari

konsumen dari berbagai kebingungan terhadap banyaknya informasi yang

masuk.

2. Memberikan informasi yang kaya akan pengetahuan dari konsumen yang

membutuhkan informasi tersebut.

f. Cost

Biaya yang digunakan dalam membuat IMC harus seefisien mungkin dan sesuai

dengan kemampuan dan korporasi sebuah brand.27

Menurut Brannan, tujuan dari aktivitas event sponsorship adalah untuk

mengimplementasikan suatu aktivitas komunikasi pemasaran berupa teknik

komunikasi dalam menyampaikan brand, pemahamaan produk, dan preferensi

pembeliaan. Melakukan event sponsorship dapat menawarkan peluang yang sangat

baik bagi konsumen. Memberikan dukungan kepada masyarakat luas merupakan

langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan brand image perusahaan.28

Menurut Belch, banyak perusahaan yang tertarik untuk melakukan

sponsorship karena program Integrated Marketing Communication yang efektif

dapat dibangun untuk perusahaan dan promosi-promosi dapat dibuat untuk pasar

lokal, regional, nasional dan bahkan internasional.29 Keberhasilan kegiatan

sponsorship terletak pada kekuatannya dalam mendukung teknik komunikasi lain

ketika menyampaikan kesadaran akan suatu brand, pemahaman produk dan referensi

pembelian harus dilihat dari kemampuannya mempengaruhi sasaran yang

merupakan bagian dari teknik komunikasi. Jika digunakan dengan tepat, sponsorship

dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan atau brand suatu produk dan

sekaligus bermanfaat untuk masyarakat.

Sponsorship pada dasarnya merupakan suatu bentuk investasi untuk

memperoleh hasil timbal balik positif yang diinginkan oleh perusahaan, seperti:

mengiklankan produk yang tidak boleh diiklankan di media tertentu,

mempromosikan produk secara spesifik, memperkenalkan produk baru, membangun

image perusahaan, identitas perusahaan, memposisikan sebuah produk, dan

mendukung para distributor untuk meningkatkan penjualan produk.

27 Ibid. Hlm. 293 28 Brannan, Tom. 2005. Integrated Marketing Communication, Jakarta: Penerbit PPM. Hlm.59 29 Belch, G.E. & Belch, M.A. 2004. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective. Boston: McGraw Hill-Irwin. Hlm.588

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

24

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain ialah:

1. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat mengembangkan kajian mengenai variasi

penelitian dalam ranah ilmu komunikasi pemasaran. dan sebagai tambahan koleksi

penelitian komunikasi pemasaran di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada. Sekaligus dapat menjadi bukti

bahwa penelitian dengan tema seperti ini memiliki signifikasi dalam hal teori dan

metodologi sebagai sebuah fenomena komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain

yang akan melakukan penelitian dengan kajian yang sama. Lebih jauh lagi,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara praktis bagi PT

Mustika Ratu Tbk., khususnya bagi Departmen Public Relations & Marketing

dalam mencapai kinerja yang lebih baik terutama dalam melaksanakan strategi

komunikasi pemasaran terpadu dan kegiatan sponsorship kedepannya.

F. Metodologi Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, dengan pendekatan riset kualitatif. Pertimbangan peneliti memilih metode

kualitatif karena peneliti akan membahas secara deskiptif dan mendalam mengenai

sponsorship PT Mustika Ratu Tbk. dalam event Puteri Indonesia sebagai

implementasi dari strategi IMC yang ditujukan untuk membangun brand Mustika

Ratu. Peneliti berusaha menggali informasi mengenai pembangunan brand image dan

brand awareness melalui event sponsorship yang dilakukan perusahaan tanpa

mempengaruhi narasumber. Metode ini juga lebih bersifat subjektif dan tidak melalui

perhitungan statistik.

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berbentuk kalimat, pernyataan,

konsep dan gambar. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara terperinci dan

relatif akurat mengenai topik yang diangkat dalam penelitian ini. Segala kegiatan

pengumpulan data diperoleh dari narasumber terkait yang kredibel dari pihak PT

Mustika Ratu Tbk.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

25

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Deskriptif-

kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi,

fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan

berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model,

tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu.

Tujuan peneliti dalam menggunakan deskriptif-kualitatif dikarenakan

penelitian ini menggambarkan karakteristik dari sebuah hubungan sponsorship

sebagai usaha membangun brand image dan brand awareness, memaparkan proses,

situasi dan kondisinya, tetapi tidak mencari atau menjelaskan hubungan, juga bukan

mengkaji hipotesis atau membuat prediksi. Pencarian data dilakukan melalui metode

wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen serta data pendukung lainnya.

G. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber yang dianggap paling

kredibel dengan masalah pokok penelitian karena pemahamannya akan informasi

atau data mengenai hal-hal yang diteliti. Narasumber pada penelitian ini adalah

bapak Ahmad R. Subing selaku Corporate Public Relations Manager PT Mustika

Ratu. Tbk. dan Ibu Lia Aggraini selaku Public Relations Yayasan Puteri

Indonesia.

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini ialah aktivitas komunikasi pemasaran terpadu PT

Mustika Ratu Tbk. yang diimplementasikan dengan melakukan kegiatan

sponsorship dalam event Puteri Indonesia sebagai usaha untuk membangun brand

Mustika Ratu. Bagaimana hal tersebut dilaksanakan dan apa yang didapatkan

perusahaan dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

primer dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Metode wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah,

wawancara mendalam atau depth interview di mana peneliti mengumpulkan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

26

data dan informasi yang lengkap secara langsung bertatap muka dengan

narasumber.30

b. Dokumentasi

Demi menunjang penelitian ini, metode pengumpulan data lain yang akan

digunakan adalah dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan dokumentasi

perusahaan baik yang bersifat publik ataupun konfidensial yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut dapat

mengungkapkan bagaimana subjek penelitian mendefinisikan dirinya,

lingkungan dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat.31 Dalam penelitian

ini, peneliti akan menggunakan dokumentasi berupa video ajang Puteri

Indonesia 2014, Laporan Media Monitoring PT Mustika Ratu Tbk dan

Yayasan Puteri Indonesia, serta Buku Laporan Tahunan PT Mustika Ratu Tbk

dan data-data lain yang berkaitan dengan penelitian.

I. Metode Analisis Data

Setelah data yang memadai terkumpul, maka tahap selanjutnya dari sebuah

penelitian adalah mengolah dan menganalisis data. Karena penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif maka data akan diolah menjadi data kualitatif

dengan proses interpretasi data. Teknik yang akan digunakan untuk menganalisis

data penelitian ini adalah teknik perjodohan pola atau pattern matching. Di mana

peneliti akan membandingkan suatu pola yang didasarkan atas data empiris dengan

pola yang diprediksikan.32

Peneliti akan mencocokan data-data empiris yang diperoleh dalam penelitian

dengan teori-teori yang peneliti gunakan untuk mendukung penelitian ini. Jika kedua

pola tersebut memiliki kesamaan, hasilnya dapat menguatkan validitas internal dari

penelitian bersangkutan. 33

30 Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disetai Contoh Praktis Riset Media, Public

Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. Hal. 98 31 Mulyana, Deddy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Hal. 195 32 Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo. Hal. 140 33 Ibid

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70338/potongan/S1-2014... · A. Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

27

J. Metode Keabsahan Data

Untuk mengukur kesahihan dari data-data yang diperoleh, maka diperlukan

adanya keabsahan data. Keabsahan data penelitian kualitatif terletak pada proses

sewaktu peneliti turun ke lapangan untuk mengumpulkan data dan kemudian

menganalisis dan menginterpretasikannya. Dalam Penelitian ini, metode validitas data

yang digunakan adalah kompetensi subjek riset, di mana subjek riset harus kredibel

dalam menjawab pertanyaan peneliti. Artinya penelitian hanya dilakukan pada orang-

orang yang berkaitan dan memiliki pengalaman terhadap permasalahan penelitian.34

Selain itu juga akan digunakan analisis triangulasi. Yaitu proses menganalisis

jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya melalui cross-check dengan data-data

lain yang diperoleh.35

34 Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disetai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. Hal. 70 35 Ibid. Hal. 71