18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang seringkali terjadi. Kejahatan tersebut bersumber di masyarakat, masyarakat yang memberi kesempatan untuk melakukan dan masyarakat yang akan menanggung akibatnya dari kejahatan itu walaupun tidak secara langsung. Kejahatan tersebut berkembang seiring zaman dan kemajuan teknologi. Berbagai macam kejahatan saat ini merajalela dalam masyarakat bahkan dalam hal-hal di luar pikiran. Bersamaan dengan berkembangnya kejahatan, masyarakat mulai memikirkan bagaimana upaya menanggulangi kejahatan tersebut yang apabila tidak memperoleh perhatian secara khusus oleh aparat penegak hukum yang berwenang akan berdampak buruk pada masyarakat itu sendiri. Masalah pemberian sistem pidana penjara mulai dikenal di Indonesia sejak berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (wet boek van strafrech), atau selanjutnya di dalam pasal 10 yang mengatakan, pidana terdiri atas: 1. Pidana pokok, terdiri dari : pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda, pidana tutupan. 2. Pidana tambahan, terdiri dari : pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman keputusan hakim.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang seringkali terjadi.

Kejahatan tersebut bersumber di masyarakat, masyarakat yang memberi

kesempatan untuk melakukan dan masyarakat yang akan menanggung

akibatnya dari kejahatan itu walaupun tidak secara langsung.

Kejahatan tersebut berkembang seiring zaman dan kemajuan

teknologi. Berbagai macam kejahatan saat ini merajalela dalam masyarakat

bahkan dalam hal-hal di luar pikiran. Bersamaan dengan berkembangnya

kejahatan, masyarakat mulai memikirkan bagaimana upaya menanggulangi

kejahatan tersebut yang apabila tidak memperoleh perhatian secara khusus

oleh aparat penegak hukum yang berwenang akan berdampak buruk pada

masyarakat itu sendiri.

Masalah pemberian sistem pidana penjara mulai dikenal di Indonesia

sejak berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (wet boek

van strafrech), atau selanjutnya di dalam pasal 10 yang mengatakan, pidana

terdiri atas:

1. Pidana pokok, terdiri dari : pidana mati, pidana penjara, pidana

kurungan, pidana denda, pidana tutupan.

2. Pidana tambahan, terdiri dari : pencabutan hak-hak tertentu,

perampasan barang-barang tertentu, pengumuman keputusan hakim.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

2

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan pemberian

sanksi pidana yang terkandung dalam pasal 10 KUHP, semata-mata sebagai

reaksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Ini berarti

pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia si pelaku kejahatan belumlah

menjadi prioritas.

Sedangkan tujuan pemidanaan adalah resosialisasi, yang dimaksud

dengan ini adalah usaha dengan tujuan bahwa terpidana akan kembali

ke dalam masyarakat dengan daya tahan, dalam arti bahwa dia dapat

hidup dalam masyarakat tanpa melakukan lagi kejahatan-kejahatan.

Dalam hukum pidana Indonesia, tujuan pemberian sanksi pidana atau

kurungan penjara haruslah berfungsi untuk membina, membuat yang

melanggar hokum menjadi sadar dan bukan berfungsi sebagai

pembalasan.1

Pada hakikatnya warga binaan pemasyarakatan sebagai insan dan

sumber daya manusia harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam

satu sistem pembinaan yang terpadu, lepas dari kejahatan yang

dilakukannya, mereka mempunyai hak untuk melakukan sesuatu bagi

dirinya.

Pelaksanaan pembinaan warga binaan pemasyarakatan haruslah

sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Pembinaan terhadap warga

binaan pemasyarakatan ini tidak lepas dari hak-hak narapidana sebagai

manusia yang memiliki hak asasi manusia yang sama dengan yang bukan

narapidana. Pentingnya hak narapidana ini diakui dan dilindungi oleh

hukum dan penegak hukum khususnya para staf Lembaga Pemasyarakatan.

1Roeslan Saleh, 1987. Stelsel Pidana Indonesia. Jakarta. Penerbit Aksara Baru. Hal. 3.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

3

Hal tersebut merupakan suatu bagian penting dari Negara hukum yang

menghargai hak-hak asasi narapidana sebagai warga masyarakat yang

dilindungi, walaupun telah melanggar hukum. Pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan melaksanakan hak dan kewajiban untuk memenuhi hak-hak

narapidana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan.

Pembinaan merupakan kegiatan yang bersifat terus-menerus dan

intensif. Melalui pembinaan, narapidana diarahkan agar menyadari

kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak melakukan tindak pidana lagi.

Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan pembinaan adalah

pembinaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan, dan terpidana tetap

diakui hak-hak asasinya sebagai manusia. Dengan kata lain, terpidana harus

tetap memperoleh keadilan yang sesuai dengan kedudukannya sebagai

seorang yang dinyatakan bersalah menurut hukum. Peraturan perundang-

undangan telah memberikan sejumlah hak kepada terpidana, yang

merupakan jaminan bahwa dia akan tetap diperlakukan sebagai manusia

yang memiliki harkat dan martabat.

Pembinaan terhadap narapidana tidak hanya ditujukan dalam hal

pembinaan spiritual saja, tetapi juga dalam bidang ketrampilan. Sebab itu

pembinaan narapidana juga dikaitkan dengan pemberian pekerjaan selama

menjalani pidana. Pembinaan yang diberikan kepada narapidana, merupakan

program-program yang sudah ditetapkan dan narapidana harus ikut serta

dalam program tersebut. Jadi sebagai obyek, eksistensi narapidana untuk

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

4

ikut serta membangun dirinya atau membangun kelompoknya kurang

diperhatikan.

Dalam sistem pemasyarakatan, orientasi ini masih tetap

dipertahankan. Maka narapidana tidak dapat menentukan sendiri

pekerjaan atau jenis pembinaan yang dipilihnya, yang dianggap

sangat dibutuhkannya. Sehingga banyak terjadi ketidaksesuaian antara

kebutuhan belajar narapidana dengan sarana pendidikan yang

tersedia. Akibatnya upaya pembinaan menjadi hal yang mubadzir

saja. Padahal dari segi pembiayaan pembinaan, cukup mahal untuk

membina seorang narapidana. Hasilnya tidak sesuai dengan biaya,

tenaga dan waktu yang telah dikeluarkan. Orientasi pembinaan harus

semacam ditinjau kembali, agar pembinaan yang diberikan kepada

narapidana berdaya guna dan berhasil guna, seperti yang diharapkan

Lembaga Pemasyarakatan.2

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

menyebutkan dalam hal pertimbangannya bahwa pada hakikatnya Warga

Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan sumber daya manusia harus

diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang

terpadu. Sistem pemasyarakatan merupakan rangkaian penegakan hukum

yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari

kesalahannya, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

yang baik dan bertanggung jawab.

Selain melakukan pembinaan terhadap warga binaanya, Lembaga

Pemasyarakatan pun turut menjamin terselenggaranya tertib

kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan.Agar terlaksananya

pembinaan narapidana dan pelayanan tahanan perlu adanya tata tertib

2 Harsono Hs, 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta. Hal. 20

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

5

baik hal tersebut mengenai kewajiban maupun larangan yang wajib

dipatuhi oleh setiap narapidana sebagai warga binaan beserta dengan

penjatuhan hukumam disiplin apabila melanggar tata tertib bagi para

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.3

Adapun peraturan tata tertib di Lembaga Pemasyarakatan yang

tercantum dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara yaitu:

Setiap Narapidana atau Tahanan dilarang:

a. Mempunyai hubungan keuangan dengan Narapidana atau Tahanan

lain maupun dengan Petugas Pemasyarakatan;

b. Melakukan perbuatan asusila dan/atau penyimpangan seksual;

c. Melakukan upaya melarikan diri atau membantu pelarian;

d. Memasuki Steril Area atau tempat tertentu yang ditetapkan Kepala

Lapas atau Rutan tanpa izin dari Petugas pemasyarakatan yang

berwenang;

e. Melawan atau menghalangi Petugas Pemasyarakatandalam

menjalankan tugas;

f. Membawa dan/atau menyimpan uang secara tidak sah dan barang

berharga lainnya;

3Soedarto, 1987.Hukum dan Hukum Pidana. Hlm 7 Volume 2, No.1, Tahun 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

6

g. Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau

mengkonsumsi narkotika dan/atau prekursor narkotika serta obat-

obatan lain yang berbahaya;

h. Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/atau

mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol;

i. Melengkapi kamar hunian dengan alat pendingin, kipas angin,

televisi, dan/atau alat elektronik lainnya;

j. Memiliki, membawa dan/atau menggunakan alat elektronik, seperti

laptop atau komputer, kamera, alat perekam, telepon genggam,

pager, dan sejenisnya;

k. Melakukan pemasangan instalasi listrik di dalam kamar hunian;

l. Membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam, atau

sejenisnya;

m. Membawa dan/atau menyimpan barang-barang yang dapat

menimbulkan ledakan dan/atau kebakaran;

n. Melakukan tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun

psikis, terhadap sesama Narapidana, Tahanan, Petugas

Pemasyarakatan, atau tamu/pengunjung;

o. Mengeluarkan perkataan yang bersifat provokatif yang dapat

menimbulkan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban;

p. Membuat tato, memanjangkan rambut bagi Narapidana atau

Tahanan Laki-laki, membuat tindik, mengenakan anting, atau

lainnya yang sejenis;

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

7

q. Memasuki blok dan/atau kamar hunian lain tanpa izin Petugas

Pemasyarakatan;

r. Melakukan aktifitas yang dapat mengganggu atau membahayakan

keselamatan pribadi atau Narapidana, Tahanan,

PetugasPemasyarakatan,pengunjung, atau tamu;

s. Melakukan perusakan terhadap fasilitas Lapas atau Rutan;

t. Melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan;

u. menyebarkan ajaran sesat; dan

v. Melakukan aktifitas lain yang dapat menimbulkan gangguan

keamanan dan ketertiban Lapas atau Rutan.

Namun pada praktiknya, ada saja narapidana yang melanggar

peraturan yang sudah dijelaskan pada Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata

Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Hasil studi

pendahuluan penulis melalui wawancara terhadap petugas Balai

Pemasyarakatan mendapatkan hasil bahwa kurangnya tindak lanjut dari

Lembaga Pemasyarakatan terhadap kasus ini. Sanksi belum dilaksanakan

secara maksimal sesuai dengan Pasal 10 Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata

Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.

Isi dari pasal 10 mengenai jenis hukuman disiplin dan pelanggaran

disiplin yaitu:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

8

(1)Penjatuhan hukuman disiplin tingkat ringan bagi Narapidana dan

Tahanan yang melakukan pelanggaran:

a. tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan;

b. meninggalkan blok hunian tanpa izin kepada petugas blok;

c. tidak mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan;

d. tidak mengikuti apel pada waktu yang telah ditentukan;

e. mengenakan anting, kalung, cincin, dan ikat pinggang;

f. melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak

pantas dan melanggar norma kesopanan atau kesusilaan; dan

g. melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang tim

pengamat pemasyarakatan termasuk dalam perbuatan yang dapat

dikenakan Hukuman Disiplin tingkat ringan.

(2)Narapidana dan Tahanan yang dijatuhi Hukuman Disiplin tingkat

sedang jika melakukan pelanggaran:

a. memasuki Steril Area tanpa ijin petugas;

b. membuat tato dan/atau peralatannya, tindik, atau sejenisnya;

c. melakukan aktifitas yang dapat membahayakan keselamatan diri

sendiri atau orang lain;

d. melakukan perbuatan atau mengeluarkan perkataan yang tidak

pantas yang melanggar norma keagamaan;

e. melakukan aktifitas jual beli atau utang piutang;

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

9

f. melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori yang

mendapatkan Hukuman Disiplin tingkat ringan secara berulang

lebih dari 1 (satu) kali; dan

g. melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang tim

pengamat pemasyarakatan termasuk dalam perbuatan yang dapat

dikenakan Hukuman Disiplin tingkat sedang.

(3)Narapidana dan Tahanan yang dijatuhi Hukuman Disiplin tingkat berat

jika melakukan pelanggaran:

a. tidak mengikuti program pembinaan yang telah ditetapkan;

b. mengancam, melawan, atau melakukan penyerangan terhadap

Petugas;

c. membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam, atau

sejenisnya;

d. merusak fasilitas Lapas atau Rutan;

e. mengancam, memprovokasi, atau perbuatan lain yang

menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban;

f. memiliki, membawa, atau menggunakan alat komunikasi atau alat

elektronik;

g. membuat, membawa, menyimpan, mengedarkan atau

mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol;

h. membuat, membawa, menyimpan, mengedarkan, atau

mengkonsumsi narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif

lainnya;

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

10

i. melakukan upaya melarikan diri atau membantu Narapidana atau

Tahanan lain untuk melarikan diri;

j. melakukan tindakan kekerasan terhadap sesama penghuni maupun

petugas;

k. melakukan pemasangan atau menyuruh orang lain melakukan

pemasangan instalasi listrik di dalam kamar hunian;

l. melengkapi untuk kepentingan pribadi di luar ketentuan yang

berlaku dengan alat pendingin, kipas angin, kompor, televisi, slot

pintu, dan/atau alat elektronik lainnya di kamar hunian;

m. melakukan perbuatan asusila atau penyimpangan seksual;

n. melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan;

o. menyebarkan ajaran sesat;

p. melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori yang

mendapatkan hukuman disiplin tingkat sedang secara berulang

lebih dari 1 (satu) kali atau perbuatan yang dapat menimbulkan

gangguan keamanan dan ketertiban berdasarkan penilaian sidang

TPP; dan

q. melakukan tindakan yang berdasarkan pertimbangan sidang TPP

termasuk dalam perbuatan yang dapat dikenakan Hukuman

Disiplin tingkat berat.

Apabila sudah jelas bahwa narapidana diketahui membawa barang-

barang yang dilarang, bagaimana tindakan pihak Lembaga Pemasyarakatan

menanggapi hal tersebut. Selain itu, pihak Lembaga Pemasyarakatan juga

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

11

harus memikirkan bagaimana hal tersebut agar tidak terulang secara terus

menerus. Apabila hal tersebut tidak memperoleh perhatian dari petugas

Lembaga Pemasyarakatan, maka para narapidana akan semakin bebas untuk

melanggar peraturan yang berlaku dan melakukan berbagai macam upaya

untuk bisa melanggar peraturan tersebut karena minimnya pengawasan.

Berdasarkan uraian serta permasalahan yang telah penulis uraikan di

atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kasus

yang menyangkut tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan

Negara dengan melakukan studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Kota

Malang, Jawa Timur. Yang akan penulis kaji dalam bentuk kajian ilmiah

dengan judul “IMPLEMENTASI PASAL 4 PERATURAN MENTERI

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 6 TAHUN 2013

TENTANG TATA TERTIB LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN

RUMAH TAHANAN NEGARA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan

Klas 1 Malang)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di bagian latar belakang, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pasal 4 huruf (e), (f), (i), (j), (l) dan (n) pada

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

12

2013 Tentang Peraturan Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan

Rumah Tahanan Negara di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Malang?

2. Bagaimana bentuk dan pola pengawasan oleh petugas Lembaga

Pemasyarakatan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan terkait

dengan pelanggaran tata tertib pasal 4 Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Peraturan Tata

Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, maka

tujuan dari penelitian hukum ini ialah:

1. Untuk mengetahui implementasi pasal 4 huruf (e), (f), (i), (j), (l) dan

(n) pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6

Tahun 2013 Tentang Peraturan Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan

dan Rumah Tahanan Negara apakah sudah sesuai atau ada kendala

yang terjadi di lapangan.

2. Untuk mengetahui bentuk dan pola pengawasan oleh petugas

Lembaga Pemasyarakatan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan

apakah sudah sesuai dengan tujuan sistem pembinaan atau bahkan ada

ketidaksesuaian pada pelaksanaannya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

13

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian hukum ini dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan dilakukanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran mengenai implementasi pelaksanaan tata-tertib Lembaga

Pemasyarakatan sesuai dengan amanat Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, dan diharapkan dapat

memberikan informasi kepada masyarakat luas dan dunia pendidikan

sebagai pengemban ilmu pengetahuan khususnya tercapainya tujuan Sistem

Pemidanaan Bagi Narapidana.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan kajian, referensi, pedoman, sumber informasi, dan

sosialisasi bagi civitas akademik Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang, masyarakat, serta pihak-pihak yang terkait dalam

pelaksanaan tujuan sistem pemidanaan bagi narapidana.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru untuk penulis

terkait tujuan Sistem Pemidanaan Bagi Narapidana dan implementasi

peraturan perundang-undangan yang penulis teliti.

2. Bagi Mahasiswa

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

14

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai tujuan Sistem

Pemidanaan Bagi Narapidana selama berada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan serta mengetahui implementasi tata-tertib oleh Lembaga

Pemasyarakatan sebagai pemegang wewenang di Lembaga Pemasyarakatan.

3. Bagi Petugas Lembaga Pemasyarakatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengertian dan

meningkatkan kinerja Petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam

mewujudkan tujuan Sistem Pemidanaan bagi Narapidana.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk

memperoleh informasi mengenai tujuan Sistem Pemidanaan bagi

Narapidana sehingga masyarakat juga memahami bagaimana pelaksanaan

Pembinaan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

F. Metode Penulisan

1. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian :

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian yuridis

sosiologis. Dalam penulisan ini, penulis ingin menemukan jawaban atas

permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam Lembaga Pemasyarakatan

Klas 1 Malang mengenai implementasi Pasal 4 Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Tata Tertib Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Dengan berlakunya peraturan

tata tertib tersebut apakah sistem pembinaan akan berhasil atau bahkan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

15

membuat semakin tidak terciptanya sistem pembinaan yang baik di

Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Malang.

2. Lokasi Penelitian :

Lokasi penelitian yang akan dituju oleh penulis adalah Lembaga

Pemasyarakatan Klas 1 Malang. Penulis melakukan penelitian di Lembaga

Pemasyarakatan Klas 1 Malang karena ingin mengetahui fakta di lapangan

mengenai bagaimana sistem pembinaan yang dilakukan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan. Karena banyak informasi menyatakan kurang baiknya

sistem pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan yang mana informasi ini

tidak diketahui kebenarannya.

3. Sumber Data :

a. Sumber Data Primer :

Sumber data primer dalam penulisan ini adalah seluruh data yang

akan didapatkan dari wawancara dengan petugas Lembaga Pemasyarakatan

dalam pelaksanaan tata tertib di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Malang

dan dari beberapa Warga Binaan Pemasyarakatan yang melakukan

pelanggaran tata tertib.

b. Sumber Data Sekunder :

Sumber data sekunder dari penulisan ini berasal dari buku-buku yang

berkaitan dengan masalah yang diangkat serta bahan-bahan lain yang berasal

dari jurnal ilmiah, penelitian terdahulu dan perundang-undangan yang dapat

menunjang atau dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penulis.

4. Teknik Pengumpulan Data :

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

16

Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh

penulis antara lain :

a. Wawancara

Dalam melaksanakan teknik penelitian ini, penulis akan menetapkan

populasi dan sampel dari narapidana secara random yang melakukan

pelanggaran tata tertib dan petugas Lembaga Pemasyarakatan dalam

pelaksanaan penegakan tata tertib di Lembaga Pemasyarakatan Klas

1 Malang.

b. Dokumentasi

Dalam melaksanakan teknik penelitian ini, penulis akan

mengumpulkan data yang diperoleh dari observasi dengan melihat

langsung fakta di lapangan bagaimana yang sebenarnya terjadi di

Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Malang.

Penulis juga akan mencari data mengenai Struktur Organisasi

Lembaga Pemasyarakatan dan juga tabel jumlah Warga Binaan

Pemasyarakatan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Malang. Kemudian diurutkan berdasarkan jenis tindak pidana yang

dilakukan Warga Binaan Pemasyarakatan dan lamanya pemidanaan.

5. Analisa Data

Penganalisaan data yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan

metode analisis kualitatif dimana penulis akan menganalisa data-data yang

telah didapatkan baik data yang berasal dari studi pustaka maupun yang

berasal dari wawancara yang kemudian akan diolah menjadi suatu data

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

17

utama. Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong, analisis data kualitatif

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.4

G. Rencana Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, penulis akan menyajikan empat bab yang terdiri

dari sub-sub bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai

berikut:

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik

dari penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum dalam

memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini penulis akan menguraikan landasan teori atau

kajian teori yang mendukung hasil penelitian dalam membahas

4Bogdan dalam Lexy J. Moleong.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

Penerbit PT. Remaja Rosdakarya. Hal.248.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahaneprints.umm.ac.id/38649/2/BAB I.pdf · 2018. 10. 27. · A. Latar Belakang Permasalahan Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang

18

permasalahan yang dipaparkan oleh penulis.

3. BAB III : PEMBAHASAN

Dalam Bab III ini akan diuraikan mengenai jawaban terhadap

permasalahan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Dalam

pembahasan akan dikaitkan dengan kajian teori serta landasan yuridis

yang tepat.

4. BAB IV PENUTUP

Bab IV merupakan bab terakhir atau penutup yang didalamnya

berisikan suatu kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian hukum

serta saran-saran yang akan diberikan oleh penulis.