4
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil studi bank dunia dan survei Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa penyakit akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% dan merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan prosentasi penyakit lainnya (Pratiwi, 2004). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 10% dari populasi dunia mengalami gangguan jiwa (Pratiwi, 2004), prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,1% sampai 3% atau sekitar 2 juta jiwa (Arif 2006 cit. Wulansih 2008). Schizophrenia adalah kekacauan jiwa yang serius, ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psychose), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran abnormal yang dapat mengganggu pekerjaan dan proses sosialisasi di masyarakat (Yarussman 2007 cit. Wulansih 2008). Menurut Jubhari (2012), schizophrenia adalah gangguan jiwa berat yang dialami sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronik. Schizophrenia ditandai dengan gejala-gejala positif dan negatif. Gejala positif meliputi berbicara kacau, delusi, halusinasi dan gangguan kognitif. Gejala negatif meliputi avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan kosa kata dalam berbicara, afek datar dan terganggunya relasi personal (Arif 2006 cit. Wulansih 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kebede (2012) derajat oral hygiene penderita schizophrenia masih tergolong rendah. Oral hygiene adalah derajat kebersihan rongga mulut seseorang yang terbebas dari soft dan hard deposit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/39436/2/BAB I.pdf · kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan tenaga medis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/39436/2/BAB I.pdf · kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan tenaga medis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil studi bank dunia dan survei Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa

penyakit akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% dan merupakan angka

tertinggi dibandingkan dengan prosentasi penyakit lainnya (Pratiwi, 2004). World

Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 10% dari populasi dunia

mengalami gangguan jiwa (Pratiwi, 2004), prevalensi penderita schizophrenia di

Indonesia adalah 0,1% sampai 3% atau sekitar 2 juta jiwa (Arif 2006 cit.

Wulansih 2008).

Schizophrenia adalah kekacauan jiwa yang serius, ditandai dengan

kehilangan kontak pada kenyataan (psychose), halusinasi, khayalan (kepercayaan

yang salah), pikiran abnormal yang dapat mengganggu pekerjaan dan proses

sosialisasi di masyarakat (Yarussman 2007 cit. Wulansih 2008). Menurut Jubhari

(2012), schizophrenia adalah gangguan jiwa berat yang dialami sejak muda dan

dapat berlanjut menjadi kronik. Schizophrenia ditandai dengan gejala-gejala

positif dan negatif. Gejala positif meliputi berbicara kacau, delusi, halusinasi dan

gangguan kognitif. Gejala negatif meliputi avolition (menurunnya minat dan

dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan kosa kata dalam berbicara, afek

datar dan terganggunya relasi personal (Arif 2006 cit. Wulansih 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kebede (2012) derajat oral hygiene

penderita schizophrenia masih tergolong rendah. Oral hygiene adalah derajat

kebersihan rongga mulut seseorang yang terbebas dari soft dan hard deposit

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/39436/2/BAB I.pdf · kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan tenaga medis

2

(Darby, 2010). Derajat oral hygiene yang rendah ini disebabkan oleh keparahan

penderita schizophrenia, kurangnya pemahaman tentang oral hygiene, rendahnya

keadaan oral hygiene, phobia kepada sesuatu yang berhubungan dengan gigi,

kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan

tenaga medis gigi mengenai penderita schizophrenia dan efek dari obat-obatan

psychiatric antara lain antidepressant (amitriptyline, imipramine, fluoxetine),

antipsychotic (haloperidol, thioridazine, fluphenazine, decanoate,

chlorpromazine). Obat-obatan antidepressant dan antipsychotic dapat

menurunkan produksi saliva sehingga mulut menjadi kering (xerostomia) dan

mudah terkena karies (Kebede, 2012).

Salah satu cara menanggulangi masalah kesehatan dan kebersihan gigi

seseorang adalah dengan melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi.

Pendidikan kesehatan gigi adalah usaha terencana dan terarah agar seseorang atau

kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan

kesehatan dan kebersihan gigi menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan dan

kebersihan gigi (Budiharto, 2008). Perubahan perilaku dipengaruhi oleh berbagai

cara salah satunya adalah proses belajar. Efektifitas proses belajar dapat

dipengaruhi oleh ketepatan dan kesesuaian penggunaan metode dan media yang

digunakan (Maulana, 2007). Proses pembelajaran kepada masyarakat dapat

melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah pembentukan

lingkungan yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kontrol kesehatan pada

saat ini dan yang akan datang (Darby, 2010).

Penderita schizophrenia memiliki suatu delusi atau waham, halusinasi dan

gangguan emosional (Jubhari, 2012) sehingga perlu metode penyuluhan yang

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/39436/2/BAB I.pdf · kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan tenaga medis

3

khusus agar dapat meningkatkan oral hygiene. Oleh sebab itu penulis ingin

meneliti Pengaruh Metode Penyuluhan Melalui Media Audio, Visual Dan

Audiovisual Terhadap Oral hygiene Penderita Schizophrenia Kategori Tenang Di

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Surakarta.

B. Perumusasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah

apakah ada pengaruh metode penyuluhan melalui media audio, visual dan

audiovisual terhadap oral hygiene penderita schizophrenia kategori tenang di RSJ

Daerah Surakarta?

C. Keaslian Penelitian

Terdapat penelitian dengan judul Dental Conditions In Inpatients With

Schizophrenia oleh Tani et al (2012) didapatkan hasil bahwa oral hygiene

penderita schizophrenia dalam kategori buruk.

Penelitian dengan judul Oral Heatlh Status Of Patients With Mental

Disorder In Southwest Ethiopia oleh Kebede et al (2012) didapatkan hasil bahwa

oral hygiene penderita schizophrenia dalam kategori buruk.

Telah dilakukan penelitian pula dengan judul Advanced Dental Disease in

People With Severe Mental Illness oleh Kisely et al (2011) didapatkan hasil

bahwa penderita schizophrenia tidak mengerti bagaimana memperbaiki kesehatan

serta kebersihan rongga mulut mereka.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai

pengaruh metode penyuluhan melalui media audio, visual dan audiovisual

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/39436/2/BAB I.pdf · kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan gigi, kurangnya pengetahuan tenaga medis

4

terhadap oral hygiene penderita schizophrenia di RSJ Daerah Surakarta, memiliki

persamaan yaitu mengetahui oral hygien penderita schizophrenia dan perbedaan

yaitu alat ukur dan jenis penelitian. Alat ukur pada penelitian ini menggunakan

Debris Index Simplified (DI-S) dengan jenis penelitian Kuasi Eksperimental.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh metode penyuluhan

melalui media audio, visual, dan audiovisual terhadap oral hygiene penderita

schizophrenia kategori tenang di RSJ Daerah Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi seluruh

tenaga medis di RSJ Daerah Surakarta tentang pentingnya memperhatikan

oral hygiene penderita schizophrenia di RSJ Daerah Surakarta.

2. Dapat menjadi wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman pada

penulis dalam melakukan penelitian.

3. Sebagai acuan untuk dilakukan penelitian berikutnya.