19
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari implementasi prinsip- prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam manajemen pemerintahan yang mencakup kegiatan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan adalah kualitas perencanaan. Dalam UU Nomor 3 Tahun 2014 diamanatkan bahwa pembangunan industri dilaksanakan melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan berdaya saing, dengan : - Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien, - Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perencanaan pembangunan industri dalam jangka panjang diarahkan untuk : 1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat; 2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa; 3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;

BAB I PENDAHULUANikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/RENCANA...PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari implementasi

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari implementasi prinsip-

    prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu transparansi,

    akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam manajemen

    pemerintahan yang mencakup kegiatan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, dan

    evaluasi. Salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

    pembangunan adalah kualitas perencanaan.

    Dalam UU Nomor 3 Tahun 2014 diamanatkan bahwa pembangunan industri

    dilaksanakan melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan berdaya

    saing, dengan :

    - Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien,

    - Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan menjaga

    keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada

    kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan mengutamakan

    kepentingan nasional

    Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

    Nasional, perencanaan pembangunan industri dalam jangka panjang diarahkan untuk :

    1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan

    masyarakat;

    2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses

    industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang

    kepada nilai-nilai luhur bangsa;

    3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di

    bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan

    daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi

    dunia;

  • 2

    4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri

    dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang

    penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

    Direktorat Jenderal Industri kimia, tekstil dan aneka (Ditjen IKTA) adalah salah satu

    unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang bertanggung jawab terhadap

    pengembangan Industri kimia, tekstil dan aneka yang meliputi subsektor Industri Kimia

    Hulu, industri kimia hilir, industri material dasar logam, industri tekstil dan produk tekstil,

    dan industri aneka. Subsektor Industri Kimia Hulu berkontribusi cukup signifikan pada

    perindustrian yang menunjang industri antara dan industri hilir nasional. Hal inilah yang

    menjadikan industri Kimia Hulu menjadi salah satu industri andalan masa depan

    Indonesia sebagaimana ditetapkan di dalam Rencana Induk Pembangunan Industri

    Nasional (RIPIN). RIPIN merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri

    dalam perencanaan dan pembangunan Industri yang diatur dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015.

    Industri Kimia Hulu merupakan industri kimia penghasil bahan baku untuk untuk

    industri kimia antara dan hilirnya yang padat modal dan berteknologi tinggi.

    Pengembangan Industri Kimia Hulu mempunyai peranan penting dalam mengemban

    misi pembangunan ekonomi mulai dari penyediaan bahan baku sampai ke hilir,

    penciptaan nilai tambah dan penyediaan lapangan kerja. Industri Kimia Hulu

    mempunyai keterkaitan yang sangat luas dengan sektor ekonomi lainnya, karena

    produknya terkait dengan kebutuhan hajat hidup orang banyak seperti industri plastik,

    tekstil, karet, kulit, pupuk, pestisida, cat, pembersih, bahan peledak, bahan baku

    farmasi dan lain-lain. Fokus pengembangan Industri Kimia Hulu ke depan adalah

    penguatan Klaster Industri Petrokimia dan Industri Kimia Hulu lainnya.

    Beberapa permasalahan yang dihadapi industri kimia antara lain :

    a. Kurangnya kapasitas industri petrokimia, hal ini menyebabkan masih tingginya impor

    produk petrokimia.

    b. Bahan baku industri petrokimia, terutama nafta dan kondensat, masih diimpor,

    sementara industri migas nasional mengekspor nafta dan kondensat-nya;

    c. Kurang terintegrasi antara industri migas dan industri Kimia Hulu, industri kimia

    antara, dan industri kimia hilir;

    d. Penelitian dan pengembangan teknologi industri polimer (baik produk maupun

    proses produksi) masih terbatas;

  • 3

    e. Tidak efektifnya fasilitas fiskal (tax holiday and tax allowance) untuk investasi baru

    atau peningkatan kapasitas dan tidak ada subsidi bunga terhadap pinjaman untuk

    revitalisasi mesin produksi.

    Oleh karena diperlukan Rencana Kinerja yang diharapkan dapat mengatasi

    permasalahan tersebut di atas sehingga industri Kimia Hulu mampu meningkatkan

    nilai tambah sumber daya alam dengan nilai ekonomi lebih tinggi.

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman

    Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan

    Kementerian Perindustrian mengamanatkan agar setiap Unit Eselon I dan II menyusun

    dokumen Rencana Kinerja, yaitu suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu

    berdasarkan sumber daya yang dimiliki instansi. Sedangkan perencanaan kinerja

    merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan

    program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh

    instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Oleh karena itu, dalam rangka

    meningkatkan implementasi program pengembangan IKTA tahun 2018 melalui

    penumbuhan dan pengembangan industri Kimia Hulu nasional yang lebih berdaya

    guna, berhasil guna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja.

    Direktorat Industri Kimia Hulu perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Direktorat

    Industri Kimia Hulu Tahun 2018. Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran

    yang ingin dicapai, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja

    yang diharapkan dapat mengarahkan perumusan program kegiatan Penumbuhan dan

    Pengembangan Industri Kimia Hulu Tahun 2018 dan pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu sehingga kinerja yang dihasilkan pada tahun 2018

    memenuhi kualitas akuntabel dan berkelanjutan.

  • 4

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

    Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjelaskan

    bahwa dokumen Rencana Kinerja merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam

    penyusunan dokumen Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen pernyataan

    kinerja/kontrak kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk

    mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sumberdaya tertentu pada suatu

    instansi. Demikian pula dijelaskan dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga

    Administrasi Negara Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan bahwa dokumen

    Rencana Kinerja disusun seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran,

    serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu.

    Sedangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang

    Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan

    Kementerian Perindustrian, dijelaskan bahwa Rencana Kinerja adalah suatu dokumen

    perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh instansi.

    Oleh karena itu, berdasarkan amanat tersebut, maka maksud dan tujuan penyusunan

    penyusunan dokumen Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016

    adalah untuk menjabarkan sasaran dan program jangka menengah yang termuat

    dalam Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016 – 2019 menjadi

    indikator kinerja yang dapat dioperasionalkan untuk pencapaian sasaran kegiatan

    Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016.

    C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Peraturan Menteri Perindustrian

    No.107/M-IND/PER/11/2015 tanggal 4 Oktober 2015 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Kementerian Perindustrian, maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai

    tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,

    standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian Bimbingan teknis dan evalusai di

    bidang Industri Kimia Hulu.

  • 5

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu

    menyelenggarakan fungsi :

    a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang Industri Kimia Hulu

    b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusuanan peta panduan

    pengembangan klaster industri petrokimia dan pengembangan klaster Industri

    Kimia Hululainnya

    c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster industri

    petrokimia dan pengembangan klaster Industri Kimia Hululainnya

    d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedure dan kriteria di bidang Industri

    Kimia Hulu

    e. Penyiapan pemberian Bimbingan teknis di bidang Industri Kimia Huludan

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat

    Untuk melaksanakan tugas dan fungsi diatas, maka Direktorat Industri Kimia

    Hulu terdiri dari 4 unit Eselon III yaitu Sub Direktorat Program Pengembangan

    Industri Kimia Hulu, Subdirektorat Industri Kimia Anorganik, Subdirektorat Industri

    Kimia Organik, Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya dan Sub bagian Tata

    Usaha. Pada tiap-tiap Eselon III didukung oleh 2 (dua) seksi yaitu Seksi Sumber

    Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri dan Seksi Pemberdayaan Industri,

    sedangkan untuk Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan didukung oleh

    Seksi Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Adapun tugas masing-masing

    Subdirektorat sebagai berikut :

    1. Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas

    melaksanakan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri

    Kimia Hulu.

    2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik mempunyai tugas melaksanakan

    penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

    standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha,

    standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta

    pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia anorganik

    dasar.

  • 6

    3. Subdirektorat Industri Kimia Organik mempunyai tugas melaksanakan

    penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

    standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha,

    standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta

    pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia organik

    dasar.

    4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya mempunyai tugas melaksanakan

    penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

    standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha,

    standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta

    pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri Kimia Hulu

    lainnya.

    5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,

    keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dan

    dokumentasi serta menajemen kinerja Direktorat.

    D. RUANG LINGKUP

    Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016 merupakan bagian dari

    perencanaan jangka menengah pengembangan Industri kimia, tekstil dan aneka memiliki

    ruang lingkup yang meliputi pencapaian hasil pengembangan Industri kimia, tekstil dan

    aneka tahun 2015 – 2019, penetapan sasaran dan indikator kinerja, serta perumusan

    program kegiatan dan anggaran pengembangan Industri kimia, tekstil dan aneka tahun

    2016.

  • 7

    BAB II

    PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

    A. HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

    Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 Direktorat Industri Kimia Hulu

    telah mencapai progress sebagai berikut :

    a) Prioritas Nasional

    1. Revitalisasi Industri Pupuk

    Program revitalisasi industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti

    pabrik pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih

    hemat tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah

    lingkungan. Guna mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil

    diantaranya dengan melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 6

    pabrik pupuk. Program revitalisasi meliputi penggantian 5 pabrik urea

    berusia tua (3 pabrik PUSRI yaitu pabrik PUSRI II, III dan IV, satu pabrik

    pupuk Kaltim yaitu pabrik Kaltim 1 dan satu pabrik pupuk Kujang yaitu

    Kujang IA), serta pembangunan satu pabrik urea baru PT. Petrokimia

    Gresik.

    Pelaksanaan program revitalisasi/pengembangan industri pupuk

    sangat tergantung pada beberapa aspek, antara lain yang berkaitan

    dengan hal-hal sebagai berikut:

    Pengamanan ketersediaan pasokan bahan baku untuk industri

    pupuk

    Ketersediaan sumber-sumber pendanaan dan dukungan perbankan

    untuk pembiayaan program revitalisasi/pengembangan industri

    pupuk,

    Sinergi antar BUMN dalam rangka mendukung program revitalisasi

    industri pupuk,

    Serta pemilihan teknologi industri pupuk yang hemat bahan baku,

    energi dan ramah lingkungan

  • 8

    Beberapa hal yang telah dihasilkan pada Tahun 2011-2016

    dalam pencapaian sasaran ini, antara lain :

    Fasilitasi beberapa perusahaan agar mendapat akses ke sumber bahan

    baku. Adapun perusahaan yang mendapat fasilitasi tahun ini adalah

    industri pupuk baik industri pupuk baru maupun industri pupuk eksisting

    (perpanjangan kotrak pasokan gas). Untuk perpanjangan pasokan gas

    pabrik pupuk urea eksisting yang akan berakhir kontraknya antara lain

    a. PT. PUSRI Palembang (PUSRI III, IV dan 1B) Telah dilakukan

    penandatanganan Kesepakatan Bersama dengan PT. Pertamina EP

    pada 8 Mei 2012 untuk perpanjangan kontrak gas pabrik Pusri III, IV,

    dan IB sebesar 166 mmscfd (2013-2018) dan tambahan pasokan gas

    Pusri IIB sebesar 17 mmscfd (2018-2025). PJBG tambahan pasokan

    gas untuk pabrik Pusri IIB sebesar 17 mmscfd dari PT. Pertamina EP

    telah ditandatangani pada tanggal 20 Desember 2015. Untuk

    penyediaan kebutuhan gas bumi

    b. PT. Petrokimia Gresik Telah ditandatangani Letter of Agreement (LoA)

    antara PT. Petrokimia Gresik dengan Exxon Mobil Cepu Ltd dan

    Pertamina EP Cepu pada 26 April 2016 untuk perpanjangan MoA

    alokasi pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan

    Cepu yang berlaku s/d Desember 2013. Mengingat penyelesaian

    proses di Gas Cepu masih memerlukan waktu yang panjang

    sementara ada potensi dari lapangan Gas Husky Oil sehingga ada

    rencana alokasi gas dari Lapangan gas Husky Oil untuk kebutuhan

    PT. PKG. Akan tetapi pada tanggal 5 Desember 2016 antara SK

    MIGAS dengan PT. Pupuk Indonesia (Persero), SK MIGAS akan

    mengalihkan gas Husky ke Bali dan gas untuk PKG dan PKC akan

    dialokasikan dari Cepu yang akan onstream Q4 2016.

    c. Pupuk Kujang Telah dilakukan pembahasan dengan PT. Pertamina

    EP Cepu (PEPC) pada 8 Mei 2016 terkait kemungkinan alokasi

    pasokan gas sebesar 86 mmscfd pabrik Kujang IC dari lapangan gas

    Cepu.

    d. PT. Pupuk Iskandar Muda telah melakukan penandatanganan

    Amandemen ke-6 Perjanjian Pasokan Gas ke PIM Tahun 2011 dan

  • 9

    2012 antara BP Migas, PT. Pertamina (Persero), PT. PIM, East

    Kalimantan Kontraktor, dan Arun Kontraktor.Pasokan gas untuk PT.

    PIM periode Januari-Desember 2012 sudah terealisasi sebesar 8

    kargo LNG (1 kargo dari LNG Arun, 6 kargo dari swap gas LNG

    Bontang, dan 1 kargo dari LNG Tangguh).

    e. PT. Kaltim V Progres proyek Kaltim-5 s/d akhir tahun 2014 mencapai

    40 % sesuai target B12.

    b) Prioritas Bidang Perekonomian

    1. Pengembangan Klaster Industri Garam

    Indonesia sebagai daerah tropis dan memiliki ± 17 ribu pulau memiliki

    ribuan garis pantai/pesisir sehingga merupakan Negara yang

    berpotensi untuk pengembangan industri garam, meskipun tidak

    semua wilayah pesisir/pantai dapat dijadikan lahan garam

    mempertimbangkan porositas tanah, curah hujan, kecepatan angin,

    dll.

    Selain itu Indonesia dengan jumlah penduduk ±240 juta jiwa

    membutuhkan garam dalam jumlah besar baik sebagai garam

    konsumsi maupun garam industri. Dengan kondisi tersebut, maka

    Direktorat Industri Kimia Hulumelakukan program kegiatan

    Intensifikasi dan Ekstensifikasi lahan pegaraman yang dilakukan

    Tahun 2011-2016 dan direncanakan akan terus berlanjut sampai

    terwujudnya swasembada garam nasional.

    Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahun 2016 yaitu:

    a. Fasilitasi pengembangan garam bahan baku dan pengolahan

    garam beryodium melalui intensifikasi lahan pegaraman di Madura

    yang berlokasi di Kabupaten Sampang dan Pamekasan. Kegiatan

    ini meliputi perbaikan lahan, perbaikan saluran air dan

    pemasangan geomembran dan atau keramik pada petak

    kristalisasi.

    b. Fasilitasi pengembangan garam bahan baku dan pengolahan

    garam beryodium melalui ekstensifikasi lahan pegaraman di Teluk

  • 10

    Kupang NTT. Kegiatan ini meliputi pembukaan lahan garam baru

    dengan luas lahan 350 Ha.

    c. Pengadaan geomembran pada lahan pegaraman di Madura yang

    berlokasi di Kabupaten Sumenep. Kegiatan ini berupa

    pemasangan geomembran pada petak kristalisasi seluas 90 Ha.

    2. Pengembangan Klaster Industri Migas/Petrokimia

    Pengembangan industri petrokimia selama ini masih menghadapi

    beberapa kendala utama diantaranya tidak adanya jaminan pasokan

    bahan baku berupa condensate dan naphta. Selain itu kendala yang

    dihadapi antara lain pengembangan riset dan teknologi, kemampuan

    SDM, pengembangan data base industri petrokimia dll. Sampai tahun

    2012 telah dilakukan forum komunikasi antar stakeholder industri

    petrokimia dan penyusunan bisnis plan pengembangan industri

    petrokimia terpadu di Tangguh Papua Barat dalam rangka

    pemenuhan pasokan bahan baku migas maupun condensate. Selain

    itu pada tahun 2012-2016 dilakukan pembangunan Center of

    Excellence Industri Petrokimia yang berlokasi di Cilegon Banten yang

    bertujuan untuk pengembangan teknologi proses dan produk,

    standarisasi produk dan proses, strategi investasi, pemasaran, dan

    informasi, sistem logistik dan rantai nilai, forum lintas instansi untuk

    menyelesaikan permasalahan aktual, keselamatan kerja dan

    lingkungan, serta berbagai aspek industri petrokimia lainnya. Centre

    of Excellence juga menjadi etalase (showroom) atas kemajuan

    industri petrokimia nasional sehingga meningkatkan kepercayaan

    calon investor dalam menanamkan modal di industri petrokimia

    nasional.

    c) Prioritas Kementerian Perindustrian

    1. Penyusunan dan Penerapan SNI Produk Industri Kimia Hulu

    Dalam rangka penyusunan RSNI, Direktorat Industri Kimia Hulutelah

    melakukan penyusunan SNI sebanyak rancangan SNI baru dan revisi

    SNI produk Industri Kimia Hulu sebanyak 10 (sepuluh) SNI.

  • 11

    Penyusunan/Revisi SNI dilakukan terhadap Asam akrilat, n-buthyl

    akrilat, etil akrilat, 2-ethyl hexyl akrilat, pupuk fosfat kalium, pupuk

    kalium sulfat, asam sulfamat, asam formiat teknis, natrium meta

    bisulfit, dan poli aluminium klorida.

    2. Penyusunan RUU Bahan Kimia

    Tersusunnya draft Rancangan undang-undang Bahan Kimia yang

    telah melewati beberapa tahapan pembahasan antar instansi.

    Diharapkan akhir kegiatan ini menghasilkan suatu draft RUU Bahan

    Kimia yang siap untuk diajukan pada sidang pembahasan di DPR

    tahun depan

    3. Kebijakan Iklim Industri Kimia Hulu

    Dalam menstabilkan kondisi iklim usaha di sektor Industri Kimia Hulu,

    Direktorat Industri Kimia Hulutelah melakukan negosiasi dengan

    instansi terkait dan stakeholder. Diantaranya adalah tersusunnya

    insentif Bea Masuk Di Tanggung Pemerintah (BMDTP) Tahun 2016

    yang direalisasikan oleh PT. Petrokimia Gresik dan PT. Inawan

    Chemtex Sukses Abadi serta disetujuinya insentif Tax Holiday PT.

    Petrokimia Butadiene Indonesia.

    B. ARAH PEMBANGUNAN

    Dalam rangka mendukung kebijakan Direktorat Jenderal Industri kimia, tekstil

    dan aneka beserta sasaran strategis dan IKU-nya, maka Direktorat Industri

    Kimia Hulu berkewajiban menyukseskan pencapaian sasaran strategis dan

    Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri kimia, tekstil dan

    aneka.

    Berpedoman kepada Visi dan Misi Direktorat Jenderal Industri kimia, tekstil

    dan aneka, maka Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan visi yaitu:

    “Terwujudnya Industri Kimia Hulu Yang Berdaya Saing Tinggi, Berwawasan

    Lingkungan, Adil dan Mandiri Dengan Struktur Industri Yang Kuat Untuk

    Menopang Pembangunan Industri Nasional.”

  • 12

    Untuk mencapai visi tersebut maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai

    misi sebagai berikut :

    1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia Hulu untuk

    mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan

    berwawasan lingkungan Memperkuat struktur Industri Kimia Hulu melalui

    penyediaan bahan baku industri kimia yang bersumber dari dalam negeri

    dan impor;

    2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia Hulu di dalam negeri melalui

    pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan

    meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;

    3. Menciptakan iklim usaha yang kompetitif;

    4. Meningkatkan kualitas produkk-produk Industri Kimia Hulu melalui SNI;

    5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

    6. Mendukung pemerataan pembangunan Industri Kimia Hulu ke seluruh

    wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan

    nasional.

    Diharapkan dengan misi tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu dapat

    mencapai target yang diharapkan pada tahun 2016.

    Dalam rangka mendukung kebijakan Ditjen Industri kimia, tekstil dan aneka,

    sebagai unit kerja eselon II di lingkungan Ditjen Industri kimia, tekstil dan

    aneka maka Direktorat Industri Kimia Hulu berkewajiban menyukseskan

    pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen IKTA.

    Kebijakan Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia

    Hulu mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

    1. Pemantapan struktur Industri Kimia Hulu dengan seoptimal mungkin

    memanfaatkan SDA lokal guna peningkatan nilai tambah.

    2. Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penerapan teknologi baru

    dan penghematan maupun diversifikasi bahan baku/energi

    3. Pengaturan pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia

    seperti gasifikasi batubara maupun biomassa

  • 13

    4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk menghasilkan industri yang

    berdaya saing.

    5. Peningkatan produksi Industri Kimia Hulu dalam rangka mendorong

    pengembangan industri hilirnya untuk peningkatan ekspor dan substitusi

    impor.

    6. Pengembangan kemitraan dengan industri kecil menengah.

    7. Pengembangan SDM dan R&D termasuk dalam upaya pengembangan

    industri yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

    Arah Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu

    mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

    1. Pengembangan industri petrokimia dan Industri Kimia Hulu lainnya

    melalui pendekatan klaster.

    2. Industri yang bertumpu pada potensi SDA lokal yang yang tidak dapat

    diperbaharui (petrokimia dan bahan kimia berbasis batubara) maupun

    yang dapat diperbaharui.

    3. Industri yang berpeluang meningkatkan pasar ekspor industri hilirnya

    (bahan baku plastik, bahan baku tekstil, bahan baku pembersih dan

    Bahan baku serat).

    4. Industri yang kandungan lokalnya masih rendah (bahan kimia adi dan

    bahan kimia khusus).

    5. Industri yang berwawasan lingkungan (pupuk organik, pestisida alami).

    6. Pengembangan industri yang memanfaatkan bahan baku alternatif

    industri petrokimia seperti gasifikasi batubara maupun biomassa.

    7. Pengembangan industri yang memanfaatkan limbah/scrap/used-product

    petrokimia sebagai bahan baku

  • 14

    BAB III

    RENCANA KINERJA

    A. SASARAN

    Dalam rangka pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat Industri

    Kimia Hulu, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Kimia Hulu disusun ke

    dalam 8 (delapan) sasaran strategis yang akan dicapai dengan Indikator Kinerja

    Sasaran Strategis (IKSS), sebagaimana yang diuraikan berikut :

    Sasaran Strategis I (IKU) :

    Meningkatnya Populasi Industri, dengan indikator Kinerja Utama :

    1). Jumlah unit industri kimia hulu.

    2). Nilai investasi di sektor industri kimia hulu.

    Sasaran Strategis II (IKU) :

    Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri, dengan indikator Kinerja

    Utama :

    1). Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional.

    2). Produktivitas SDM industri kimia hulu.

    Sasaran Strategis III :

    Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif, dengan indikator Kinerja

    Utama :

    1). Jumlah Peraturan Perundangan

    Sasaran Strategis IV :

    Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya

    saing dan berkelanjutan, dengan indikator kinerja utama :

    1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

  • 15

    B. INDIKATOR KINERJA

    Berdasarkan sasaran strategis diatas, Direktorat Industri Kimia Hulu menyusun

    Rencana Kinerja Tahun 2018 yang disusun dalam rangka pencapaian target

    jangka menengah disertai beberapa penyesuaian. Hal ini dikarenakan pada

    perkembangannya Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu mengalami

    beberapa review yang dipengaruhi oleh kondisi iklim bisnis. Rencana Kinerja

    Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2018 memuat beberapa indikator kinerja

    yang ditetapkan berdasarkan perspektif pemangku kepentingan dan

    pelaksanaan Proses Internal.

    Rencana kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

    Tabel 3.2

    Rencana Kinerja Direktorat INDUSTRI KIMIA HULU Tahun 2018

    No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)

    1 Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri

    Unit Industri Kimia Hulu Besar Sedang Yang Tumbuh

    Unit 118

    Nilai Investasi di Sektor Industri Kimia Hulu

    Rp. Triliun 32,53

    2 Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Industri

    Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional

    Persen 3,12

    Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia Hulu

    Rp. Juta 1.320,7

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    1 Terselenggaranya urusan pemerintah di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

    Infrastruktur Kompetensi yang terbentuk

    RSKKNI 1

    Infrastruktur Standar Produk Yang Terbentuk

    Rregulasi SNI/SNI Wajib

    7

    2 Tersedianya Kebijakan pembangunan industri kimia, tekstil dan aneka yang efektif

    Peraturan Perundang Undangan yang diselesaikan oleh Ditjen IKTA

    PP/Perpres/Permen/Perdirjen

    4

  • 16

    C. RENCANA AKSI

    Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019 dilaksanakan

    dengan mengacu pada rencana aksi yang telah diamanatkan oleh Rencana

    Induk Pembangunan Industri Nasional. Rencana aksi pembangunan untuk

    industri prioritas dibawan binaan Direktorat Industri Kimia Hulu adalah sebagai

    berikut:

    Industri Prioritas Rencana Aksi

    INDUSTRI KIMIA HULU BERBASIS MIGAS

    DAN BATUBARA

    a. Industri PetroKimia Hulu: Etilena,

    Propilena, Butadiene, P-xylena,

    Metanol, Ammonia.

    b. Industri Kimia organik: Carbon black,

    Asam Tereftalat, Asam Asetat,

    Akrilonitril, Bis Fenol A.

    c. Industri Pupuk: Pupuk tunggal (basis

    nitrogen), pupuk majemuk.

    d. Industri Resin Sintetik dan Bahan

    Plastik: Low- density polyethylene

    (LDPE), High-density polyethylene

    (HDPE), Polypropylene (PP), Nilon,

    Polyethylene terephthalate (PET),

    Akrilik, Polyvinyl Chloride (PVC)

    e. Industri Karet Alam dan Sintetik:

    Butadiene Rubber (BR), Styrene

    Butadiene Rubber (SBR), Engineering

    natural rubber compound

    f. Industri Barang Kimia lainnya:

    Propelan

    1. Memfasilitasi pendirian pabrik

    petroKimia Hulu dengan bahan

    baku gas di Teluk Bintuni, bahan

    baku CBM di Sumatra Selatan

    dan Kalimantan Selatan, bahan

    baku shale gas di Sumatera

    Utara, dan bahan baku batubara

    di Kalimantan Timur dan

    Sumatera Selatan.

    2. Pengembangan produk aromatik

    di Tuban dan Cilacap

    3. Mendorong produsen

    petrokimia Dasar untuk

    melakukan efisiensi dan

    diversifikasi energi.

    4. Melakukan revitalisasi industri

    petrokimia eksisting yang

    mengalami permasalahan

    pasokan bahan baku dan/atau

    administrasi.

    5. Memfasilitasi calon investor

    dalam mendapatkan dukungan

    dari Pemerintah Daerah dan

    masyarakat dalam pendirian

    pabrik petroKimia Hulu

    (penyediaan lahan, jaminan

    bahan baku, perizinan,

    infrastruktur, Amdal, dll)

    6. Menyiapkan SDM lokal yang

    kompeten.

    7. Meningkatkan kemampuan

    penguasaan teknologi proses

    dan rekayasa produk industri

  • 17

    Industri Prioritas Rencana Aksi

    petrokimia melalui penelitian dan

    pengembangan yang terintegrasi

    8. Fasilitasi kerjasama teknologi

    untuk pengembangan bahan

    baku alternatif industri petrokimia

    (teknologi gasifikasi batubara,

    methanol to olefin)

    9. Optimalisasi penggunaan

    kondensat untuk bahan baku

    industri petrokimia nasional

    10. Mendorong hilirisasi industri

    petroKimia Hulu melalui

    kerjasama dengan industri

    petrokimia antara dan hilir dalam

    rangka penguatan dan

    pendalaman struktur industri

    petrokimia.

    11. Memfasilitasi pendirian pabrik

    industri kimia organik

    12. Memfasilitasi ketersediaan

    bahan baku dan pasar bagi

    pendirian pabrik industri kimia

    organik melalui kerjasama

    Dasar-hilir.

    13. Mendorong adanya revitalisasi

    pabrik pupuk urea untuk

    menurunkan konsumsi gas bumi

    sebagai bahan baku.

    14. Mendorong pengembangan

    industri intermediate untuk

    bahan baku industri pupuk

    (Asam Phosphate)

    15. Fasilitasi kerjasama teknologi

    untuk pengembangan bahan

    baku alternatif industri pupuk

    (teknologi gasifikasi batubara)

    16. Memfasilitasi pendirian

    industri resin sintetik dan

    bahan plastik

    17. Memfasilitasi terbukanya pasar

    industri resin sintetik dan bahan

    plastik melalui kerjasama Dasar-

    hilir (petroKimia Hulu dan

    industri barang plastik)

  • 18

    Industri Prioritas Rencana Aksi

    18. Memfasilitasi pendirian pabrik

    industri BR, SBR, IR, ABS, dan

    EPDM di Cilegon, Banten

    19. Memfasilitasi terbukanya pasar

    industri Karet Sintetik melalui

    kerjasama Dasar-hilir

    20. Memfasilitasi pembangunan

    industri propelan kapasitas 800

    ton/tahun di Energetic Material

    Centre, Subang, Jawa Barat.

    21. Memastikan terjadinya transfer

    teknologi dan adanya jaminan

    kesinambungan suplai bahan

    baku industri propelan

    22. Mendorong pemakaian

    teknologi dan produk dalam

    negeri dalam pembangunan dan

    pengembangan industri propelan

  • 19

    BAB IV

    PENUTUP

    Dalam rangka implementasi tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang

    salah satunya diwujudkan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi, maka Direktorat Industri

    Kimia Hulu melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

    sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

    Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan tersusunnya

    Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019 yang memuat visi, misi,

    peta strategi, dan sasaran strategis jangka menengah, maka SAKIP Direktorat Industri Kimia

    Hulu juga dilaksanakan dalam kerangka strategis jangka menengah melalui penyusunan

    dokumen-dokumen tahunan yang diharapkan dapat mengawal perumusan dan pelaksanaan

    program kegiatan dan anggaran. Dokumen tersebut adalah Rencana Kinerja, Penetapan

    Kinerja, Laporan Evaluasi Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan yang disusun secara

    triwulanan, dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).

    Dokumen Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2018 ini disusun

    sebagai pedoman dalam perumusan dan penganggaran program kegiatan Ditjen Industri

    kimia, tekstil dan aneka tahun 2018. Sasaran strategis dan target IKU yang termuat

    didalamnya diharapkan dapat mengarahkan dan mengawal pelaksanaan program kegiatan

    sehingga dapat mencapai kinerja sebagaimana ditargetkan. Untuk itu, Direktorat Industri

    Kimia Hulu mengharapkan dokumen Rencana Kinerja Tahun 2018 ini dapat berhasil guna

    bagi pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas pokok

    dan fungsi berorientasi kinerja menuju tercapainya sektor Industri kimia, tekstil dan aneka

    yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional.