21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai bersumber dari kekuasaan yang melekat pada negara, sebagaimana yang tercermin di dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD NRI Tahun 1945) yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa secara konstitusional negara memiliki legitimasi yang kuat untuk dapat menguasai negara sebagai bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia. Indonesia terkenal sebagai sebuah negara yang sangat kaya dalam hal kekayaan alamnya, dan kekayaan alam tersebut dapat digunakan untuk membangun Indonesia menuju negara yang makmur dan sejahtera karena sumber daya alam merupakan suatu bentuk modal alam. Salah satu sumber daya alam yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah air. Menurut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disebut UU Sumber Daya Air) Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan air adalah semua air Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

  • Upload
    vothu

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak menguasai bersumber dari kekuasaan yang melekat pada negara,

sebagaimana yang tercermin di dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar

NRI Tahun 1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD NRI Tahun 1945) yang

menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat,

sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa secara konstitusional

negara memiliki legitimasi yang kuat untuk dapat menguasai negara sebagai

bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka untuk dapat

meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia.

Indonesia terkenal sebagai sebuah negara yang sangat kaya dalam hal

kekayaan alamnya, dan kekayaan alam tersebut dapat digunakan untuk membangun

Indonesia menuju negara yang makmur dan sejahtera karena sumber daya

alam merupakan suatu bentuk modal alam. Salah satu sumber daya alam yang

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah air. Menurut Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disebut UU

Sumber Daya Air) Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan air adalah semua air

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk di air

permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang dimanfaatkan di daratan.

Air adalah sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup dan

kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air adalah unsur utama.

Kebutuhan manusia akan air selalu mengalami peningkatan dari waktu ke waktu,

bukan saja karena meingkatnya jumlah manusia yang memerlukan air tersebut,

melainkan juga karena meningkatnya intensitas dan ragam dari kebutuhan akan

air.1 Sehingga kebutuhan akan air juga merupakan bagian dari hak azasi manusia

serta merupakan unsur strategis dalam pembangunan nasional. Oleh karenanya

negara harus hadir di dalam pengelolaan sumber daya air, karena sumber

kekayaan alam tersebut tidak boleh digunakan sembarangan. Sesuai dengan

ketentuan yang terdapat di dalam UUD NRI Tahun 1945 pada Pasal 33

menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.

Hak menguasai negara merupakan penugasan pelaksanaan tugas

kewenangan bangsa yang mengandung unsur publik. Melalui hak menguasai

negara, negara akan dapat mengendalikan atau mengarahkan fungsi bumi, air, dan

ruang angkasa sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sehingga secara tegas UUD

NRI Tahun 1945 melarang adanya penguasaan sumber daya alam oleh

sekelompok orang saja. Tetapi pada kenyatannya saat ini air dijadikan sebagai

suatu komoditas, dimana hak menguasai oleh negara didelegasikan ke sektor-sektor

swasta yang besar atau Badan Usaha Milik Negara buatan pemerintah sendiri,

dan karena pendelegasian ini peran swasta di dalam pengelolaan sumber daya air

1 M. Daud Silalahi, Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di

Indonesia (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

menjadi sedemikian besar dimana akumulasi modal dan kekayaan terjadi pada

perusahaan perusahaan swasta yang dapat mengelola sumber daya air.

Hal ini dapat dilihat pada fenomena perkembangan industri air dalam

kemasan, yang mulai didirikan pertama kalinya di Indonesia, tepatnya di daerah

Bekasi, sejak tahun 1973 dan mulai berproduksi pada tahun 1974. Berdasarkan

data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, sampai pada tahun 2003

jumlah industri mencapai 413 perusahaan dengan kapasitas produksi 10,13 miliar

liter per tahun.2 Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu komponen

yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dalam rangka mempercepat

pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi

Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi

ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri.

Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan

perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama

internasional dengan menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,

promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap

memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.3 Kegiatan penanaman modal

atau penanaman dana yang dilakukan pada saat sekarang dalam berbagai wujud

aktiva untuk memperoleh penghasilan di masa yang akan datang. Penanaman

modal asing di Indonesia mempunyai peranan yang besar terhadap pembangunan

2 http://oasezam.wordpress.com/2009/05/13/bisnis-amdk-air-minum-dalam-kemasan-

semakin-berkembang/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2016) 3 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

Penjelasan Bagian Umum.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

di Indonesia. Dalam rangka pembangunan Indonesia memerlukan modal dan

investasi guna mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Di sisi lain penanam modal

asing menunjukan motif yang berbeda, suatu perusahaan dalam menanamkan

modalnya di suatu negara adalah untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut

dipertimbangkan dalam beberapa hal diantaranya, sistem perizinan, fasilitas

pelayanan, dan jaminan kepastian hukum.

Undang-Undang Sumber Daya Air dianggap belum dapat menjamin

pembatasan pengelolaan air oleh pihak swasta, karena memuat adanya hak lain

selain hak pakai dalam pemanfaatan sumber daya air yaitu hak guna usaha air dan

menjadikan air sebagai komoditas ekonomi yang dikomersialkan dengan adanya

hak guna usaha air oleh pihak swasta. Sehingga UU Sumber Daya Air dianggap

bertentangan dengan asas hak menguasai negara yang terdapat di dalam UUD

NRI Tahun 1945 serta tidak menampakkan hak pengusahaan air oleh negara

seperti yang diamanatkan di dalam UUD NRI Tahun 1945. Selain itu terdapat

prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi berkenaan dengan

sumber daya air. Pertama, setiap pengusahaan air tidak boleh mengganggu,

mengesampingkan, dan menghilangkan hak rakyat Indonesia atas sumber daya

air. Kedua, negara harus memenuhi hak rakyat Indonesia atas air. Ketiga,

kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia. Keempat,

pengawasan dan pengendalian atas air sifatnya mutlak. Kelima, pengusahaan

sumber daya air diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah sebagai lanjutan dari hak menguasai negara yang diamanatkan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

Undang-Undang Dasar 1945 NRI Tahun 1945.4 Maka dari itu Mahkamah

Konstitusi melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013

menghapus keberadaan seluruh pasal yang terdapat di dalam UU Sumber Daya

Air serta enam peraturan pemerintah sebagai pelaksana undang-undang

tersebut,yaitu:

1. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum.

2. PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

3. PP No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

4. PP No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.

5. PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

6. PP No. 73 Tahun 2013 tentang Rawa.

7. PP No. 69 Tahun 2014 tentang Hak Guna Air.

Untuk mencengah kekosongan hukum maka Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1974 tentang Perairan (selanjutnya disebut sebagai UU Perairan)

diberlakukan kembali. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi penanam modal

bidang sumber daya air pasalnya pembatalan UU Sumber Daya Air berpotensi

mengancam semua perjanjian kerjasama dan perizinan pengembangan sistem

sumber daya air antara pemerintah dengan pelaku usaha yang dilakukan sebelum

adanya pembatalan UU Sumber Daya Air.

Hal inilah yang kemudian mendasari penulis untuk mengulas dan

membahas permasalahan ini lebih dalam. Dan menyimpulkan bahwa terdapat

4 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54e4bd8e5dc0a/mk-batalkan-uu-sumber-daya-air.

(diakses pada tanggal 4 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

asas hak menguasai negara dalam kegiatan penanaman modal pada bidang

sumber daya air dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“Hak Menguasai Negara dalam Kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber

Daya Air”.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep hak menguasai negara di dalam hukum Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaturan kegiatan penanaman modal di bidang sumber

daya air?

3. Bagaimanakah penerapan asas hak menguasai negara dalam kegiatan

penanaman modal di bidang sumber daya air?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep hak menguasai negara di dalam hukum

Indonesia

b. Untuk mengetahui pengaturan kegiatan penanaman modal di bidang

sumber daya air.

c. Untuk mengetahui penerapan asas hak menguasai negara dalam kegiatan

penanaman modal di bidang sumber daya air.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

rangka perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya, perkembangan hukum

ekonomi pada khususnya mengenai hak menguasai negara dalam kegiatan

penanaman modal bidang sumber daya air.

b. Secara Praktis

1) Bagi Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan

penanaman modal di bidang sumber daya air.

2) Bagi Masyarakat sebagai bahan referensi dan menambah wawasan

masyarakat mengenai kegiatan penanaman modal di bidang sumber

daya air.

3) Bagi Akademisi sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu

pengetahuan bagi penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni penulis

dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan informasi

dalam melakukan penelitian masa yang akan datang.

D. Keaslian Penulisan

Judul yang diangkat adalah murni dari hasil pemikiran yang didassarkan

dari ide, gagasan, dibantu dengan buku-buku, refrensi, dan masukan dari berbagai

pihak dalam membantu penulisan skripsi ini. Untuk mengetahui keaslian

penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelusuran yang

dilakukan, ditemukan salah satu penelitian thesis yang telah dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

alumni mahasiswa pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

terkait dengan Hak Menguasi Negara yang berjudul Hak Menguasai Tanah Oleh

Negara Terhadap Hak Ulayat oleh Hakim Janter Parluhutan Sitorus. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut mengkaji mengenai aspek hak

menguasai negara terhadap hak ulayat. Sedangkan penulisan skripsi ini mengkaji

mengenai hak menguasai negara terhadap pengelolaan sumber daya air dan

bagaimana kedudukan dari penanam modal bidang sumber daya air setelah

dicabutnya UU Sumber Daya Air.

Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli dari ide, gagasan dan pemikiran

dan usaha sendiri dengan bantuan buku-buku penunjang, peraturan perundang-

undangan dan artikel yang berhubungan dengan topik dan permasalahan yang

akan dibahas. Sekalipun di suatu kesempatan terdapat judul yang sama maka

penulisan penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Hak menguasai negara

Kata menguasai atau penguasaan oleh negara terletak didalam Pasal 33

UUD NRI Tahun 1945 dan tidak dapat ditafsirkan secara khusus di dalam

penjelasanya. Oleh karena itu, kata penguasaan jika di tafsirkan secara etimologis

adalah: “proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan”.5 Jadi

penguasaan adalah suatu tindakan yang mencakup dari segi proses sampai cara

menguasainya. Dengan kata lain bahwa penguasaan oleh negara adalah suatu

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), hlm. 533.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

proses yang dilakukan oleh negara untuk menguasai atau mengusahakan sesuatu

yang sesuai dengan kepentingan.6

Pada dasarnya hak merupakan suatu yang abstrak, jika melihat pendapat

dari Lawrance M. Friedman7 “sebuah hak adalah adalah sebuah klaim atas sebuah

barang yang, paling tidak dalam teorinya, atau secara etika, pasokannya tidak

terbatas jumlahnya”. Sedangkan, pengertian hak menurut Satjipto Rahardjo:

“hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentinganya tersebut.

Pengalokasikan kekuasaan ini dilakukan secara terstruktur, dalam arti, ditentukan

kekuasaan dan kedalamannya, kekuasaan yang demikian itulah yang disebut

hak.”8

Jika dilihat dari pengertian hak tersebut, maka dapat di katakan bahwa hak

menguasai negara adalah pengalokasian kekuasaan yang diberikan oleh hukum

kepada negara untuk bertindak dalam rangka menjalankan kepentingannya. Bagir

Manan merumuskan cakupan pengertian dikuasai oleh negara atau hak

penguasaan negara, sebagai berikut:

a. Penguasaan semacam pemilikan oleh negara, artinya negara melalui

Pemerintah adalah satu-satunya pemegang wewenang untuk menentukan

hak wewenang atasnya, termasuk di sini bumi, air, dan kekayaan yang

terkandung di dalamnya.

b. Mengatur dan mengawasi penggunaan dan pemanfaatan.

6 Abrar Seleng, Hukum Pertambangan diterjamahkan oleh Aca Sugandhy (Yogyakarta:

UII Press, 2004), hlm. 21. 7 Lawrance M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial (Bandung: Nusa Media,

2003), hlm. 299. 8 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 53.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

c. Penyertaan modal dan dalam bentuk perusahaan negara untuk usaha-usaha

tertentu.9

Hak menguasi negara dipandang mempunyai beberapa persoalan, dimana

konsep hak menguasai negara yang konon diangkat dari hukum adat yaitu hak

ulayat yang menggambarkan kehendak yang kuat dan berakar dari hukum asli

indonesia10

, dianggap mencerminkan dominasi dari negara atas hak individual

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi11

. Selain itu, persoalan-persoalan

lain yang timbul ialah, “Pertama hak menguasai negara ini, tidak diperintahkan

oleh UUD NRI Tahun 1945 untuk diatur dalam undang-undang, oleh sebab itu

tidak diketahui secara jelas bagaimana kedudukan, sifat, isi serta tempatnya dalam

tata hukum (pertanahan) Indonesia”.12

Sehingga dalam hubungannya dengan

kepentingan individu, mutlak dibatasi guna mengantisipasi keganasan hak

menguasai negara guna terhadap kepentingan dari individu13

. Persoalan yang

Kedua, adalah mengenai kedudukan hak masyarakat hukum dan hak tradisional

yang telah dijamin oleh Pasal 18B UUD NRI Tahun 1945 dengan hak menguasai

negara yang telah diatur dalam Pasal 33 ayat (3) dalam undang-undang yang

sama.14

9 Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstisi Suatu Negara (Bandung:

Mandar Maju, 1995), hlm. 12. 10

Achmad Sodiki dan Yanis Maladi, Politik Hukum Agraria (Bandung: Mahkota Kata,

2009), hlm. 66. 11

Ibid., hlm. 68. 12

Ibid., hlm. 4. 13

Ibid., hlm. 5. 14

Ibid., hlm.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

Mahkamah Konstitusi telah menafsirkan lebih tajam kembali makna dikuasai

negara untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat di dalam putusan Nomor

36/PUU-X/2012 bahwa penguasaan negara adalah peringkat pertama dan yang paling

penting adalah negara melakukan pengelolaan secara langsung atas suatu sumber daya

alam, sehingga negara akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada

pengelolaan sumber daya alam. Peringkat kedua adalah negara membuat kebijakan dan

pengurusan serta fungsi negara dalam peringkat ketiga adalah fungsi pengaturan dan

pengawasan. Sepanjang negara memiliki kemampuan baik modal, teknologi, dan

manajemen dalam mengelola sumber daya alam maka negara harus memilih untuk

melakukan pengelolaan secara langsung atas sumber daya alam. Karena dengan

pengelolaan secara langsung atas sumber daya alam dipastikan seluruh hasil dan

keuntungan yang diperoleh akan masuk menjadi keuntungan negara yang secara tidak

langsung akan membawa manfaat yang lebih besar bagi rakyat Indonesia dan

pengelolaan langsung yang dimaksud disini adalah baik dalam bentu pengelolaan

langsung oleh negara atau organ negara melalui Badan Usaha Milik Negara. Pada sisi

lain, jika negara menyerahkan pengelolaan swasta atau badan hukum lain diluar

negara,maka keuntungan bagi negara akan terbagi sehingga manfaat bai rakyatjuga

akan berkurang. Maka dari itu kedudukan hak menguasai negara juga tetap begitu

penting dan menduduki posisi sentral, kedudukannya sama sebagaimana

kedudukan hak milik dalam sistem hukum perdata, walaupun seperti yang telah

disebutkan bahwa tidak diatur lebih lanjut dengan undang-undang.15

15

Ibid., hlm. 177.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

2. Pengertian penanaman modal

Dalam usaha peningkatan perekonomian nasional, pemerintah melakukan

satu kegiatan usaha yang memerlukan modal dalam pengelolaan Sumber Daya

Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memperoleh hasil

yang maksimal. Modal tersebut di dapat dari para penanam modal yang

menanamkan modalnya. Pada perkembangan ekonomi dunia saat ini, penanaman

modal menjadi salah satu altenatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk

memecahkan kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional, sebab

salah satu fungsi penanaman modal, khususnya penanaman modal asing adalah

untuk memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh

penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi “(economic recourcess)”

yang sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang canggih, skill dan

kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu tertangani oleh

pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.16

Untuk lebih memahami arti dari penanaman modal, maka perlu

diberikan batasan yang jelas terhadap pengertian dari penanaman modal tersebut.

Penanaman modal pada suatu perusahaan dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan

investment, dimana dalam perkembangannya sering disebut dengan istilah

investasi. Pengertian dari penanaman modal sendiri adalah penyerahan sejumlah

uang yang akan digunakan sebagai modal dalam suatu perusahaan atau proyek

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba dalam bentuk investasi.17

Penanaman modal adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sarana-

16

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007),

hlm. 185. 17

Soetarno, Pengantar Penanaman Moda (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm. 197.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

sarana strategis tertentu di masa mendatang.18

Abdulkadir Muhammad

memberikan pengertian penanaman modal dalam arti luas, beliau mengatakan

bahwa modal yang diserahkan tersebut sebenarnya tidak hanya berupa uang saja

tetapi dapat berupa barang yang dapat digunakan menjalankan perusahaan,

maupun tenaga kerja yang dianggap sebagai bagian dari modal yang

diperhitungkan sebagai faktor produksi untuk memperoleh keuntungan serta jasa

yang juga memungkinkan untuk dilaksanakan dalam penanaman modal tersebut.19

Penanaman modal dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut sebagai UU

Pemanaman Modal) adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Untuk itu kegiatan penanaman

modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan

ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,

menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan,

meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong ekonomi

kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem

perekonomian yang berdaya saing.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila

faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara

lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,

menciptakan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman

18

Syahmin, AK, Hukum Dagang Internasional (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 17. 19

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002),

hlm. 311.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif

di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan adanya perbaikan

berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan

membaik secara signifikan. Seperti yang dijelaskan dalam penjelasan UU

Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa: “Undang-undang ini mencakupi

semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-undang ini

juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal.

Selain itu, undang-undang ini juga memerintahkan agar pemerintah dapat

meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah, antara instansi pemerintah

dengan Bank Indonesia, dan antara instansi pemerintah dengan pemerintah

daerah. Koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah daerah harus sejalan

dengan semangat otonomi daerah”.

Pasal 1 ayat (1) UU Penanaman Modal menyatakan bahwa pengertian

penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Sehingga penanaman modal secara

langsung ini karena dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari

pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Menurut Pasal 1 angka 2

bahwa penanaman modal dalam negeri juga sudah diartikan di dalam UU

Penanaman Modal, yaitu kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di

wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam

negeri dengan menggunakan modal dalam negeri, dan modal dalam negeri itu

sendiri merupakan modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia,

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

perseorangan warga Negara Republik Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk

badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Selain pembagian penanaman modal yang dikenal dalam UU Penanaman

Modal, yaitu yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing

dan penanaman modal dalam negri, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Penanaman modal langsung

Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal, pengertian

penanaman modal hanya mencangkup penanaman modal secara langsung.

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh

penanaman modal dalam negri maupun penanaman modal asing untuk melakukan

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman modal langsung ini

dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaaan patungan dengan mitra lokal,

melakukan kerja sama operasi tanpa membentuk perusahaaan baru ;

mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal,

memberikan bantuan teknis dan manajerial maupun dengan memberikan lisensi.20

2. Penanaman modal tidak langsung

Penanaman modal tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman

modal jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di

pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka

pendek karena pada umumnya, jual beli saham dan atau mata uang dalam jangka

20

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),

hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

waktu yang relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata

uang yang hendak mereka perjual-belikan.21

Perbedaan penanaman modal langsung dan tidak langsung adalah sebagai

berikut:

a. Pada penanaman modal tidak langsung, pemegang saham tidak memiliki

kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-hari.

b. Pada penanaman modal tidak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri

oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat

perusahaaan yang menjalankan kegiatannya

c. Kerugian pada penanaman modal tak langsung, pada umumnya tidak

dilindungi oleh hukum dan kebiasaan internasional.22

Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau

investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman

modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal

asing sepenuhnya maupun modal yang berpatungan dengan penanam modal

dalam negeri.

3. Pengertian sumber daya air

Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai

sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya lainnya. Air adalah sumber daya

yang terbaharui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alamiah

berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat (Kodoatie, 2002).

21

Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar

Negeri (Jakarta: Pradnya Paramita, 1972), hlm. 13. 22

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi

manusia.23

Sumber Daya Air (SDA) Indonesia adalah yang terbesar di kawasan

ASEAN. Namun kini pengelolaan sumber daya air di Indonesia menunjukan

gejala yang semakin mengkhawatirkan, hal ini ditengarai dengan adanya

berbagai masalah antara lain masalah banjir dan kekeringan yang semakin parah

dari tahun ketahun, ditambah lagi konflik penggunaan air dan sumber daya air

baik antar sektor dan antar wilayah yang semakin serius; kerancuan dan

ketidakjelasan pembagian wewenang dan tangungjawab pengelolaan sumber

daya air, kinerja prasarana sumber daya air yang ada cepat mengalami penurunan,

kurangnya perhatian kita terhadap aspek pengaturan, pengendalian dan

pengawasan, semakin terbatasnya data dan informasi sumber daya air baik

menyangkut kualitas dan kuantitasnya, serta kurangnya peran serta masyarakat.

Hal tersebut harus diperbaiki melalui berbagai upaya baik aspek ketatalaksanaan,

kelembagaan, maupun sumberdaya manusianya.

Hal ini telah dituangkan ke dalam UU Sumber Daya Air, dengan cakupan

pengelolaan sumber daya air yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan konstruksi,

operasi dan pemeliharan dalam rangka upaya konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air pada wilayah

sungai, serta pemberdayaan dan partisipasi masyarakat serta pemanfaatan sistem

informasi. Proses pengelolaan sumber daya air harus melibatkan semua

stakeholders, memperhatikan prinsip desentralisasi dan otonomi daerah, serta

23

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

menjamin terjalinnya keseimbangan antara fungsi-fungsi sosial, lingkungan hidup

dan ekonomi.24

F. Metode Penulisan

Skripsi ini untuk membahas masalah sangat membutuhkan adanya data

dan keterangan yang dapat dijadikan bahan analitis. Untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data dan keterangan tersebut penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah hukum normatif dengan

pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap hak menguasai negara

dalam penanaman modal asing bidang sumber daya air berdasarkan hukum di

Indonesia. Maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-

kaidah atau norma-norma dalam hukum positif mengenai hak menguasai negara

dalam kegiatan Penanaman Modal Bidang Sumber Daya Air. Hal ini ditempuh

dengan melakukan penelitian kepustakaan walaupun penelitian ini tidak lepas pula

dari sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap media

massa ataupun dari internet. Oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah

penelitian hukum normatif maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal

bidang Sumber Daya Air.

24

http://www.tpsda.itb.ac.id/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

2. Bahan penelitian

Materi dalam skripsi ini diambil dari data seperti dimaksud dibawah ini:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah berbagai bahan hukum yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Perairan,

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air, dan

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang berkaitan erat dengan

bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan

memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat

menjadi sumber informasi mengenai perlakuan dan pemberian fasilitas

kepada penanam modal, seperti hasil seminar atau makalah dari pakar

hukum, koran, majalah, kasus-kasus yang berhubungan dengan

pembahasan skripsi ini, dan juga sumber-sumber lain yakni internet yang

memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini

3. Teknik pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi

kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan

data yang terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,

majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait

dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara

menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu

metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang

diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan

teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban

atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa

sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang

dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak menguasai

Bab I, pendahuluan merupakan gambaran umum yang berisi tentang

latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II, mengenai konsep hak menguasai negara dalam hukum Indonesia.

Pada bab ini berisikan tentang pengertian hak menguasai negara, dasar hukum hak

menguasai negara, pembatasan hak menguasai negara dan hak menguasai negara

dalam putusan Mahkamah Konstitusi.

Bab III, tentang kegiatan penanaman modal bidang sumber daya air.

Pada bab ini berisikan tentang pengertian dan pengaturan penanaman modal di

Indonesia, bentuk bentuk penanaman modal bidang sumber daya air di Indonesia,

perlindungan hukum terhadap penanaman modal sumber daya air di Indonesia.

Bab IV, mengenai hak menguasai negara dalam kegiatan penanaman

modal bidang sumber daya air. Pada bab ini berisikan tentang aspek hukum

pengelolaan sumber daya air terkait penanaman modal, perkembangan hak

menguasai negara terhadap penanaman modal bidang sumber daya air di

Indonesia, dan bagaimana penerapan hak menguasai negara terhadap penanaman

modal di bidang sumber daya air setelah dikeluarkannya putusan Mahkamah

Konstitusi.

Bab V, kesimpulan dan saran merupakan bab penutup dari seluruh

rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berdasarkan kesimpulan yang dibuat

berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara