57
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan dalam industri motor saat ini menandakan kebutuhan masyarakat akan sepeda motor sebagai alat transportasi sangat tinggi. Karena sepeda motor merupakan suatu sarana transportasi yang relatif efektif dan efisien dibandingkan dengan sarana transportasi lainnya, seperti mobil, bus, maupun sarana transportasi darat lainnya yang memiliki ukuran lebih besar daripada sepeda motor. Produk tersebut merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi untuk kelancaran aktivitas para penggunanya. Sepeda motor merupakan kebutuhan vital yang harus dimiliki untuk kelancaran dan kemudahan aktivitas sehari-hari pada setiap elemen keluarga. Fenomena ini direspon oleh perusahaan-perusahaan otomotif dengan memunculkan jenis kendaraan yang semakin inovatif dan variatif untuk mendorong pengguna bersedia melakukan pembelian ulang. Bagi dealer, upaya-upaya pemasaran telah dilakukan antara lain: brosur, kebijakan kredit, cashback dan perbedaan jangka waktu kredit, ataupun bentuk-bentuk promosi lainnya untuk menarik perhatian konsumen, namun dengan upaya-upaya promosi ini masih diperlukan pengujian terhadap keefektifan dan keefisienannya. Persaingan merek yang ketat mendorong dealer melakukan upaya-upaya pemasaran yang agresif untuk mendorong keinginan konsumen bersedia melakukan pembelian ulang. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin maraknya persaingan dalam industri motor saat ini

menandakan kebutuhan masyarakat akan sepeda motor sebagai alat

transportasi sangat tinggi. Karena sepeda motor merupakan suatu sarana

transportasi yang relatif efektif dan efisien dibandingkan dengan sarana

transportasi lainnya, seperti mobil, bus, maupun sarana transportasi darat

lainnya yang memiliki ukuran lebih besar daripada sepeda motor. Produk

tersebut merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi untuk kelancaran

aktivitas para penggunanya. Sepeda motor merupakan kebutuhan vital yang

harus dimiliki untuk kelancaran dan kemudahan aktivitas sehari-hari pada

setiap elemen keluarga. Fenomena ini direspon oleh perusahaan-perusahaan

otomotif dengan memunculkan jenis kendaraan yang semakin inovatif dan

variatif untuk mendorong pengguna bersedia melakukan pembelian ulang.

Bagi dealer, upaya-upaya pemasaran telah dilakukan antara lain:

brosur, kebijakan kredit, cashback dan perbedaan jangka waktu kredit,

ataupun bentuk-bentuk promosi lainnya untuk menarik perhatian konsumen,

namun dengan upaya-upaya promosi ini masih diperlukan pengujian terhadap

keefektifan dan keefisienannya. Persaingan merek yang ketat mendorong

dealer melakukan upaya-upaya pemasaran yang agresif untuk mendorong

keinginan konsumen bersedia melakukan pembelian ulang. Kondisi ini

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

2

menyebabkan PT. Ramayana Solo Mandiri yang berdomisili di jalan Gatot

Subroto 162 Surakarta yang merupakan dealer resmi kendaraan bermotor

merek Honda berusaha untuk mempelajari dan memahami faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelian ulang kendaraan bermotor merek Honda, khususnya

di dealer PT.Ramayana Solo Mandiri.

Berdasarkan permasalahannya, interpurchase (interval pembelian

ulang) berkaitan dengan upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan oleh pemasar

untuk menarik niat pembelian ulang, juga dapat digunakan untuk menjelaskan

perkiraan jangka waktu pembelian ulang. Hasil studi literatur mengindikasi

bahwa proses pembentukan interval pembelian ulang dapat juga dipengaruhi

oleh sifat produk yaitu produk bersifat publik dan produk bersifat mewah

(Lihat Mont dan Plepys, 2003; Grewal et al., 2004). Model yang

dikembangkan dalam studi ini bertumpu pada 3 variabel amatan, dengan

melakukan pengujian bahwa interval pembelian ulang dipengaruhi oleh

produk bersifat publik, produk bersifat mewah, dan sikap terhadap produk.

Oleh karena itu, didasarkan pada paparan diatas, penelitian ini

diarahkan menguji pengaruh sifat dasar produk tahan lama, yang diselidiki

melalui dimensi publik dan mewah (Bearden dan Etzel, 1982) pada konsumen

kendaraan bermotor merek Honda. Maka, dalam penelitian ini mengambil

judul “PENGARUH PRODUK BERSIFAT PUBLIK DAN PRODUK

BERSIFAT MEWAH TERHADAP INTERVAL PEMBELIAN ULANG

DENGAN SIKAP SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus

Pada Kendaraan Bermotor Merek Honda Di Surakarta)”.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

3

Berikut ini adalah permasalahan yang dirumuskan untuk menjelaskan

fenomena proses pembelian ulang terhadap produk bermotor merek Honda

yang menjadi obyek studi.

B. Rumusan Masalah

Produk yang bersifat publik. Variabel ini dikonseptualisasi sebagai

tingkatan sensitivitas atau tingkat perhatian penggunaan suatu produk terhadap

penilaian publik atau interpersonal tertentu. Hal ini terjadi karena

pengkonsumsiannya dapat dilihat dan diperhatikan oleh orang lain (Grewal et

al., 2004; Klaus-Wiedman, 2007). Produk yang bersifat publik diproposisikan

berhubungan negatif dengan interval pembelian ulang. Dalam studi ini,

fenomena yang dijelaskan adalah semakin tinggi produk yang bersifat publik

semakin rendah interval pembelian ulang. Dengan demikian permasalahan

pertama yang dirumuskan adalah:

Apakah produk yang bersifat publik mempengaruhi interval pembelian

ulang?

Produk yang bersifat mewah. Variabel ini didefinisi sebagai tingkatan

kemewahan dari suatu produk. Hal ini dikarenakan produk tersebut berkaitan

erat dengan tingginya nilai finansial, nilai fungsional, nilai individual, dan

nilai sosial yang melampaui kebutuhan utilitarian1, dan produk mewah ini

1 Nilai finansial dioperasionalisasi sebagai harga yang tinggi; nilai fungsional diopreasionalisasi tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis, dan nilai materialistik; nilai sosial dioperasionalisasi sebagai kehormatan dan status sosial (Lihat Wiedman et al., 2007)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

4

digunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu yang bukan merupakan kegiatan

rutin sehari-hari.

Produk yang bersifat mewah diproposisikan berhubungan negatif

dengan interval pembelian ulang. Dalam studi ini, yang dijelaskan adalah

semakin tinggi produk yang bersifat mewah semakin rendah interval

pembelian ulang. Dengan demikian, permasalahan kedua yang dirumuskan

adalah:

Apakah produk yang bersifat mewah mempengaruhi interval pembelian

ulang?

Sikap. Variabel ini didefinisikan sebagai keseluruhan evaluasi berapa

besar kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu obyek,

persoalan, seseorang, atau tindakan (Solomon, 2004), dengan mengisyaratkan

hubungan yang bersifat main effect dan interaction effect. Dalam konteks main

effect sikap diproposisikan berhubungan negatif dengan interval pembelian

ulang. Dalam studi ini yang dijelaskan adalah semakin tinggi sikap yang

ditunjukkan oleh konsumen semakin rendah interval pembelian ulang

(Mazurski dan Geva, 1989). Dengan demikian, permasalahan ketiga yang

dirumuskan adalah:

Apakah sikap mempengaruhi interval pembelian ulang?

Dalam konteks interaction effect sikap diproposisikan memoderasi

produk yang bersifat publik pada interval pembelian ulang. Dengan demikian,

permasalahan keempat yang dirumuskan adalah:

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

5

Apakah sikap memoderasi pengaruh produk yang bersifat publik pada

interval pembelian ulang?

Dalam konteks interaction effect sikap diproposisikan memoderasi

produk yang bersifat mewah pada interval pembelian ulang. Dengan demikian,

permasalahan kelima yang dirumuskan adalah:

Apakah sikap memoderasi pengaruh produk yang bersifat mewah pada

interval pembelian ulang?

C. Tujuan Penelitian

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan goodness-of-fit model dari

proses pembentukan interval pembelian ulang sehingga hasilnya diharapkan

dapat menjelaskan dengan baik proses pembentukan interval pembelian ulang

terhadap produk kendaraan bermotor. Secara spesifik, tujuan yang diharapkan

adalah:

1. Menjelaskan pengaruh produk yang bersifat publik pada interval

pembelian ulang.

2. Menjelaskan pengaruh produk yang bersifat mewah pada interval

pembelian ulang.

3. Menjelaskan pengaruh sikap pada interval pembelian ulang.

4. Menjelaskan pemoderasi dari sikap terhadap produk yang bersifat

publik pada interval pembelian ulang.

5. Menjelaskan pemoderasi dari sikap terhadap produk yang bersifat

mewah pada interval pembelian ulang.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

6

Berikut ini adalah beberapa manfaat penelitian yang diharapkan

berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.

D. Manfaat Penelitian

Kemanfaatan teoritis. Model interval pembelian ulang yang

dikonstruksi dalam studi ini direncanakan untuk diuji melalui prosedur rigid

untuk keakuratan prediksi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

sehingga studi ini dapat dikembangkan dan diuji lagi dengan menggunakan

pendekatan dan paradigma yang berbeda dalam konteks yang lebih luas.

Kemanfaatan untuk studi mendatang. Model ini dikembangkan

dengan metode riset yang terbatas ruang lingkupnya yang meliputi produk

kendaraan bermerek Honda dan berlatar belakang budaya masyarakat

Surakarta dan sekitarnya. Keterbatasan ini menunjukkan perlunya studi

lanjutan untuk menggeneralisasinya pada konteks yang lebih luas.

Kemanfaatan praktisi. Model yang dikembangkan dalam studi ini

bertujuan untuk mengungkap proses pembentukan interval pembelian ulang

terhadap kendaraan bermotor merek Honda. Hasilnya diharapkan dapat

memberikan pemahaman pada para pemasar tentang upaya-upaya yang

sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan interval pembelian ulang yang

semakin pendek dengan persaingan bisnis industri dealer yang semakin ketat.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

7

E. Justifikasi Penelitian

Justifikasi penelitian meliputi pemilihan isu, pendekatan, pemilihan

metode pengujian, prinsip pengujian hipotesis, dan prinsip generalisasi model.

Isu penelitian. Studi ini mengungkap isu pokok tentang kendaraan

bermotor merek Honda. Hal ini dikarenakan studi ini merupakan penelitian

terapan yang digunakan sebagai pertimbangan secara empiris berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi dealer dalam memasarkan produk sepeda

motor, secara spesifik terkait dengan upaya yang seharusnya dilakukan untuk

membentuk loyalitas pelanggan melalui interval pembelian ulang.

Pendekatan penelitian. Studi ini bertumpu pada pendekatan psikologi

kognitif yang bertumpu pada komponen kognitif-afektif-konatif sebagai dasar

untuk memahami proses pembentukan interval pembelian ulang. Melalui

pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan model yang mempunyai daya

prediksi yang tinggi terhadap interval pembelian ulang terhadap produk

kendaran bermotor merek Honda. Hal ini dapat terjadi karena interval

pembelian ulang merupakan variabel tujuan yang masih berbentuk niat

pembelian yang belum nampak dalam bentuk pembelian aktual dalam waktu

dekat.

Pemilihan metode pengujian. Regresi linier berganda merupakan

metode statistik yang diperkirakan mampu untuk menjawab permasalahan

penelitian yang dirumuskan berdasarkan pada pertimbangan bahwa pola

hubungan variabel yang dimodelkan mengisyaratkan hubungan yang bersifat

main effect dan interaction effect (Lihat Teo & Pok, 2003; Louho et al., 2006).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

8

Prinsip pengujian hipotesis. Dalam studi ini, proses pengujiannya

didasarkan pada prinsip deduktif hipotesis (hypothetical deductive). Hal ini

menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam studi ini, sebab prinsip

tersebut memberi kemudahan peneliti untuk melakukan penginterprestasian

hasil yang berlandaskan referensi. Berkaitan dengan hal ini, maka perumusan

permasalahan bertumpu pada konsep-konsep yang bersumber pada referensi

yang relevan.

Prinsip generalisasi model. Untuk menggeneralisasikan metode riset

yang terbatas ruang lingkupnya pada setting yang berbeda diperlukan kehati-

hatian untuk mencermati latar belakang pengujiannya. Apabila diabaikan, hal

ini berpotensi memunculkan pembiasan hasil-hasil pengujian yang berdampak

pada kekeliruan dalam memaknai teorinya sehingga berakibat pada kekeliruan

dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pemasaran yang disarankan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini bertujuan untuk menelusuri literatur-literatur untuk

menjelaskan fenomena tentang proses pembentukan interval pembelian ulang.

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka dasar konseptual yang

selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis dan pengembangan model

penelitian.

A. Pengertian dan Pengembangan Hipotesis

Interval pembelian ulang. Interval pembelian ulang didefinisi sebagai

jangka waktu pembelian ulang produk pada merek yang sama (Grewal et al.,

2004). Niat pembelian kembali suatu produk dari penyedia yang sama

(repurchase intention) adalah keputusan individu tentang pembelian kembali dari

perusahaan yang sama (Hellier et al., 2003). Semakin rendah interval pembelian

ulang mengindikasi semakin pendek jangka waktu pembelian kembali suatu

produk dengan merek yang sama, sebaliknya semakin tinggi interval pembelian

ulang mengindikasi semakin lama jangka waktu pembelian kembali produk

tersebut. Isu ini memberikan dasar pemahaman terhadap upaya-upaya pemasaran

yang harus dilakukan untuk melakukan prediksi terhadap variabel tersebut,

sehingga pemasar dapat mengetahui keinginan target pasarnya secara tepat

melalui perumusan program-program promosi yang efektif.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

10

Pembelian ulang ditentukan oleh loyalitas konsumen yang memberikan

keuntungan jangka panjang bagi perusahaan, sebab loyalitas konsumen

merupakan hal vital yang menentukan nilai dan pertumbuhan dari suatu

produk atau perusahaan. Menjaga interval pembelian ulang konsumen pada

produk maupun jasa merupakan pemeliharaan esensial bagi keuntungan

perusahaan dalam bisnis apapun.

Produk yang bersifat publik. Produk yang bersifat publik

dikonseptualisasi sebagai sifat penggunaan produk yang sensitif terhadap

penilaian publik atau kelompok referensi atau interpersonal tertentu. Hal ini

dapat terjadi karena pengkonsumsian produk tersebut dapat dilihat dan

diperhatikan oleh orang lain (Lihat Grewal et al., 2004; Klaus-Wiedman,

2007). Produk yang bersifat publik juga didefinisi sebagai produk yang

dikonsumsi dalam konteks publik yang terlihat orang lain sehingga orang lain

sadar dan tidak akan mengalami kesulitan jika ingin mengetahui merek atau

produk apa yang dipakai (Grewal et.al, 2004; Tine and Maggie, 2008). Produk

yang bersifat publik digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu

rutinitas dan orang lain dapat mengidentifikasi produk tersebut dari mereknya.

Dalam studi ini, produk yang bersifat publik dioperasionalisasi sebagai

sifat-sifat produk terkait dengan atribut-atribut yang diekspresikan dalam nilai

fisik dan psikologis sebagai berikut: (1) setiap orang mengetahui produk atau

merek yang dibeli, (2) hampir setiap orang mengetahui produk atau merek

yang digunakan, (3) mayoritas orang mengetahui produk atau merek yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

11

digunakan, (4) setiap orang menyadari produk atau merek sepeda motor yang

digunakan, (5) hampir setiap orang menyadari produk atau merek yang

digunakan, (6) mayoritas orang menyadari produk atau merek sepeda motor

yang digunakan.

Produk yang bersifat publik diproposisikan berhubungan negatif

dengan interval pembelian ulang. Fenomena yang dijelaskan adalah semakin

tinggi produk yang bersifat publik, semakin rendah interval pembelian ulang.

Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak orang memperhatikan

pengkonsumsian produk semakin tinggi nilai kebanggaan terhadap produk

tersebut yang pada gilirannya berdampak pada semakin rendah interval

pembelian ulang. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

H1: semakin tinggi produk yang bersifat publik semakin rendah

interval pembelian ulang.

Produk yang bersifat mewah. Variabel ini mengekpresikan

kemewahan yang diakibatkan dari pemakaian suatu produk. Produk yang

bersifat mewah didefinisi sebagai produk eksklusif yang tidak dibutuhkan

secara pokok untuk kehidupan sehari-hari (Grewal et.al, 2004; Wiedman et.al,

2007). Hal ini dikarenakan produk yang bersifat mewah berkaitan erat dengan

tingginya nilai finansial, nilai fungsional, nilai individual dan nilai sosial

sehingga melampaui kebutuhan utilitarian2 (Lihat Wiedman et al., 2007).

2 Nilai finansial dioperasionalisasi sebagai harga yang tinggi; nilai fungsional diopreasionalisasi tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis, dan nilai materialistik; nilai sosial dioperasionalisasi sebagai kehormatan dan status sosial (Lihat Wiedman et al., 2007)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

12

Produk yanng bersifat mewah tidak biasa digunakan dalam rutinitas sehari-

hari oleh penggunanya.

Kemewahan menggambarkan keindahan yang berlaku untuk item

fungsional. Kemewahan menawarkan lebih dari semata-mata obyek, tetapi

juga menyediakan referensi tentang selera yang bagus. Hal itu merupakan

alasan mengapa manajemen kemewahan tidak hanya tergantung pada harapan

pelanggan, tetapi merek kemewahan dihidupkan oleh program-program

internal perusahaan, visi global perusahaan, rasa spesifik yang perusahaan

promosikan sebagai standar. Item kemewahan menyediakan kesenangan

ekstra dan sekaligus mempengaruhi pikiran, kemewahan merupakan item

tambahan yang menyangkut golongan yang berkuasa ( Vigneron dan Johnson,

2004).

Pembelian produk yang bersifat mewah merupakan pembelian barang

bermerek untuk memenuhi kebutuhan psikologi dan kebutuhan fungsional

yang memainkan peran sekunder dalam keputusan pembelian (Arghavan and

Zaichkowsky 2000).

Produk yang bersifat mewah dioperasionalisasi berdasarkan nilai-nilai

yang berkaitan dengan: (1) aspek kemewahan produk bagi setiap orang, (2)

kemewahan produk untuk hampir setiap orang, (3) kemewahan produk untuk

mayoritas orang, (4) aspek kemewahan untuk kebutuhan sehari-hari produk

bagi mayoritas orang, (5) aspek kemewahan untuk kebutuhan sehari-hari

produk bagi hampir setiap orang, (6) aspek kemewahan untuk kebutuhan

sehari-hari produk bagi setiap orang.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

13

Produk yang bersifat mewah diproposisikan berhubungan negatif

dengan interval pembelian ulang. Fenomena yang dijelaskan adalah semakin

tinggi produk yang bersifat mewah, semakin rendah interval pembelian ulang.

Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

H2: semakin tinggi produk yang bersifat mewah, semakin rendah

interval pembelian ulang.

Sikap. Variabel ini mengemukakan keseluruhan evaluasi berapa besar

kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu obyek, persoalan,

seseorang, atau tindakan (Solomon, 2004). Secara luas sikap dilihat sebagai

organisasi motivasi, emosi, persepsi, dan pengolahan kognitif dengan

penghormatan terhadap beberapa aspek di lingkungan kita yang berlangsung

lama (Hawkins, Best, dan Coney, 2004), yang mengarah pada pengetahuan

dan perasaan positif atau negatif mengenai obyek atau aktivitas (Pride dan

Ferrel, 1991). Sikap dibentuk oleh tiga komponen utama (Hawkins, Best, dan

Coney, 2004): komponen kognitif, yang berhubungan dengan kepercayaan

seseorang terhadap suatu produk; komponen afektif yang berhubungan dengan

perasaan atau emosional yang dapat dievaluasi secara umum; komponen

perilaku yang menegaskan tanggapan dengan cara yang pasti terhadap suatu

obyek atau aktivitas.

Sikap dioperasionalisasi berdasarkan nilai-nilai yang berkaitan dengan:

(1) ide yang baik, (2) ide yang positif, (3) ide yang menyenangkan, (4) ide

yang berguna, (5) ide yang bermanfaat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

14

Selanjutnya dalam model, variabel ini diperkirakan mempunyai

pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi (interaction effect) dalam

proses pembentukan interval pembelian ulang (Lihat Teo & Pok, 2003; Louho

et al., 2006). Terdapat banyak kontroversi dalam hal bagaimana sikap yang

positif terhadap perusahaan atau merek dapat mempengaruhi perilaku

konsumen (Pride dan Ferrel, 1991). Dalam konteks main effect sikap

diproposisikan berhubungan negatif dengan interval pembelian ulang. Dalam

studi ini yang dijelaskan adalah semakin tinggi sikap yang ditunjukkan oleh

konsumen semakin rendah interval pembelian ulang. Dengan demikian

hipotesis yang dirumuskan adalah:

H3: semakin tinggi sikap semakin rendah interval pembelian ulang.

Dalam konteks interaction effect sikap diproposisikan memoderasi

produk yang bersifat publik pada interval pembelian ulang. Fenomena yang

dijelaskan adalah semakin tinggi interaksi sikap dan semakin tinggi produk

yang bersifat publik berpengaruh pada semakin rendah interval pembelian

ulang. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

H4: semakin tinggi sikap dan semakin tinggi produk bersifat publik

semakin rendah pengaruhnya pada interval pembelian ulang.

Dalam konteks interaction effect sikap diproposisikan memoderasi

produk yang bersifat mewah pada interval pembelian ulang. Fenomena yang

dijelaskan adalah semakin tinggi sikap dan semakin tinggi pengaruh produk

yang bersifat mewah berpengaruh pada semakin rendah pada interval

pembelian ulang Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

15

H5: semakin tinggi sikap dan semakin tinggi produk bersifat mewah

semakin rendah pengaruhnya pada interval pembelian ulang.

Gambar 2.1 adalah model penelitian yang merangkum hubungan antar-

variabel yang dihipotesiskan.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Model Penelitian

X1

Y X2

X3 Sumber: Hasil Konstruksian Peneliti

Sikap

Produk bersifat publik

Produk bersifat mewah

Interval Pembelian

ulang

H1

H2

H4

H5

H3

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

16

Keterangan:

Gambar 2.1 mendiskripsikan 5 hipotesis yaitu: (1) H1 menunjukkan

pengaruh produk yang bersifat publik pada interval pembelian ulang, (2) H2

menunjukkan pengaruh produk yang bersifat mewah pada interval pembelian

ulang, (3) H3 menunjukkan pengaruh sikap pada interval pembelian ulang, (4)

H4 menunjukkan pengaruh interaksi sikap terhadap produk yang bersifat

publik pada interval pembelian ulang, (5) H5 menunjukkan pengaruh interaksi

sikap terhadap produk yang bersifat mewah pada interval pembelian ulang.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

17

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini bertujuan untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel

untuk menghasilkan data yang dapat diyakini kebenarannnya, sehingga

informasi yang dihasilkan dapat dipercaya dari segi metode dan prosedur

pengujiannya.

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjenis kausal yaitu tipe penelitian yang bertujuan

menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu fenomena. Penelitian ini

berusaha memahami hubungan antar variabel yang dapat dibedakan menjadi

variabel independen yang merupakan penyebab dan variabel dependen akibat

dari suatu fenomena. Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan yang memberikan pemahaman, penjelasan dan prediksi.

Studi ini bersifat cross sectional yang pengujiannya bertumpu pada

data yang terjadi pada satu titik waktu (one point in time), sehingga model

yang dikonstruksi tidak didesain untuk menangkap perubahan yang terjadi

yang dikarenakan oleh pergeseran waktu. Fenomena ini kemungkinan

berdampak pada ketidakmampuan model untuk digunakan sebagai alat

prediksi jika asumsi dasar berubah seiring dengan pergesaran waktu yang

terjadi.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

18

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu

organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Data primer mengacu

pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang

berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2000).

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan survei yang dipandu dengan

kuesioner, sehingga data yang terkumpul merupakan informasi yang

bersumber pada fenomena riil yang diamati. Teknik ini dipandang relevan

untuk memberikan dukungan terhadap pengujian konsep yang bersifat

konfirmasi untuk memberikan dukungan atau penolakan terhadap hipotesis

yang dirumuskan.

B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel

Target populasi adalah individu yang berniat melakukan pembelian

ulang sepeda motor yang bermerek sama yaitu Honda di Surakarta. Dalam

studi ini, sampel yang diambil adalah 200 responden dengan menggunakan

teknik purposive sampling yaitu sampel non probabilitas dengan kriteria yang

ditentukan. Pengambilan sampel non-probabilitas merupakan satu-satunya

alternatif yang cocok (feasible) apabila populasi total tidak tersedia atau tidak

diketahui peneliti (Cooper dan Schindler, 2003). Penentuan jumlah sampel

diharapkan memenuhi kriteria minimal dalam pengujian hipotesis sesuai

dengan metode statistik yang dipilih yaitu regresi linier barganda. Teknik

purposive sampling yang dipilih bertujuan untuk menghindari bias persepsi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

19

dalam pengisian kuesioner jika pemilihannya tidak menggunakan kriteria

rigid. Kriteria yang ditentukan sebagai berikut:

1. Pernah membeli sepeda motor dengan merek yang sama yaitu

Honda,

2. Responden berkeinginan untuk membeli kembali kendaraan

bermotor dengan merek yang sama yaitu Honda,

3. Setiap responden mempunyai kesempatan sekali dalam pengisian

kuesioner,

4. Setiap responden bebas menerima atau menolak survei, dan tidak

ada ikatan kekerabatan, intimidasi, atau hadiah-hadiah dalam

bentuk apapun yang dapat menurunkan derajad keyakinan terhadap

kualitas data yang diperoleh.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei dengan cara

mewawancarai responden secara langsung yang dipandu dengan kuesioner

yang didesain. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat keseriusan

responden dalam pengisian kuesioner sehingga diharapkan data yang

terkumpul mempunyai tingkat akurasi yang tinggi.

C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Interval pembelian ulang. Interval pembelian ulang dikonseptualisasi

sebagai jarak pembelian produk baru dengan pembelian produk lama yang

mempunyai merek yang sama (Lihat Grewal et al., 2004). Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala rasio yaitu dalam bulan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

20

Produk yang bersifat publik. Variabel ini dikonseptualisasi sebagai

tingkatan persepsian orang lain terhadap kemudahan produk untuk dilihat dan

diperhatikan (Grewal et al,. 2004; Tine dan Maggie, 2008). Variabel ini

dioperasionalisasi dengan menggunakan 6 item pengukuran yang terkait

dengan aspek:

1. Setiap orang bisa mengetahui produk atau merek yang digunakan,

2. Hampir setiap orang bisa mengetahui produk atau merek yang

digunakan,

3. Mayoritas orang bisa mengetahui produk atau merek yang

digunakan,

4. Mayoritas orang menyadari produk atau merek sepeda motor yang

digunakan,

5. Hampir setiap orang menyadari produk atau merek yang

digunakan,

6. Setiap orang menyadari produk atau merek sepeda motor yang

digunakan.

Masing-masing item diukur dengan menggunakan 5 point skala Likert

(1= sangat tidak setuju sampai 5= sangat setuju).

Produk yang bersifat mewah. Variabel ini dikonseptualisai sebagai

tingkatan persepsian orang lain terhadap kemewahan produk (Grewal et al,.

2004). Produk yang bersifat mewah dioperasionalisasi menggunakan 6 item

terkait dengan aspek:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

21

1. Kemewahan bagi setiap orang,

2. Kemewahan bagi hampir setiap orang,

3. Kemewahan bagi mayoritas orang,

4. Kemewahan untuk kebutuhan sehari-hari bagi mayoritas orang,

5. Kemewahan untuk kebutuhan sehari-hari bagi hampir setiap orang,

6. Kemewahan untuk kebutuhan sehari-hari bagi setiap orang.

Masing-masing item diukur dengan menggunakan 5 point skala Likert

(1= sangat tidak setuju sampai 5= sangat setuju).

Sikap. Variabel ini mengemukakan keseluruhan evaluasi berapa besar

kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu obyek, persoalan,

seseorang, atau tindakan (Solomon, 2004). Sikap dioperasionalisasi

menggunakan 5 item terkait dengan aspek:

1. Ide yang baik,

2. Ide yang positif,

3. Ide yang menyenangkan,

4. Ide yang berguna,

5. Ide yang bermanfaat.

Masing-masing item diukur dengan menggunakan 5 point skala Likert

(1= sangat tidak setuju sampai 5= sangat setuju).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

22

D. Pengujian Statistik

Pengujian statistik diawali dengan pengujian validitas dan reliabilitas

data penelitian untuk memberikan jaminan bahwa data yang diperoleh telah

memenuhi kriteria kelayakan untuk diuji dengan menggunakan metode

statistik apapun jenisnya, sehingga hasil yang diperoleh mampu

menggambarkan fenomena yang diukur.

Uji validitas. Pengujian ini bertujuan mengetahui ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Jogiyanto,

2004). Suatu instrumen dianggap memiliki validitas tinggi jika dapat

memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan tujuannya. Dalam studi ini

teknik analsis yang digunakan adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA)

dengan menggunakan software SPSS 13.0 for Windows, setiap item

pertanyaan harus mempunyai factor loading > 0,40. Hal ini disebabkan karena

konstruk yang hendak diuji merupakan pengujian kembali dari penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya yang telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor

pembentuk konstruk. Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output

dari rotated component matrix yang harus terekstrak secara sempurna. Jika

masing-masing item pertanyaan belum terekstrak secara sempurna, maka

proses pengujian validitas dengan Factor Analysis harus diulang dengan cara

menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

23

Uji reliabilitas. Untuk menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha

dengan bantuan SPSS 13.0 for Windows. Hair et al., (1998) menjelaskan

bahwa nilai Cronbach Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,70.

Uji ini untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau konsistensi internal dari

suatu instrumen penelitian. Dengan demikian, prosedur pengujian ini dapat

memberikan jaminan bahwa datanya memenuhi kriteria kelayakan untuk

dianalisis dengan menggunakan metode statistik yang lain. Indikator

pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000) yang membagi tingkatan

reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut, jika alpha atau r hitung:

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

Berikut ini adalah pemilihan metode statistik yang digunakan untuk

pengujian hipotesis.

Uji regresi linier berganda. Pengujian ini bertujuan menjelaskan

hubungan antar-variabel independen dan dependen, di mana independennya

merupakan variabel yang jamak (Haryanto, Budhi dan Soemarjati, 2008).

Model statistika yang didesain adalah:

Yt = α + β1 pubt + β2 luxt + β3 attt + β4 pubt*attt + β5 luxt*attt + et

..........................(rumus 3.1)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

24

Keterangan:

Y = interval pembelian ulang

α = konstanta

β1.β5 = koefisien regresi

pub = produk yang bersifat publik

lux = produk yang bersifat mewah

att = sikap konsumen terhadap produk

e = error term

Kriteria goodness-of-fit model dapat dijelaskan melalui hasil sebagai

berikut: (1) R square yang menunjukkan kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen, (2) F test yang diharapkan mempunyai

signifikansi < 0,05 yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan model

untuk menjelaskan, memprediksi fenomena yang diuji, (3) model harus

memenuhi kriteria uji 3 asumsi klasik yaitu tidak terdapat multikolinieritas,

autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya, hubungan antar-variabel

dapat dijelaskan melalui uji parsial yang ditunjukkan oleh uji t yang

diharapkan < 0,05.

Melalui prosedur pengujian yang dilakukan secara rigid diharapkan

konsep-konsep yang dihasilkan dapat dipercaya keakuratannya dalam

memprediksi fenomena yang distudi.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

25

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh melalui

pengujian statistik yang dilakukan. Namun sebelum mengungkapnya, terlebih

dahulu dikemukakan hasil pengujian validitas dan reliabilitas data penelitian

yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas data penelitian, yang diikuti

dengan statistik deskriptif yang menunjukkan profil responden yang menjadi

sampel penelitian.

4.1. Pengujian kualitas data penelitian

Pengujian kualitas data penelitian meliputi pengujian validitas dan

reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan untuk memastikan bahwa indikan-

indikan yang didesain dapat mengukur konstruk dengan baik. Sedangkan

pengujian reliabilitas digunakan untuk menjelaskan tingkat kekonsistenan

dari masing-masing indikan dalam menjelaskan konstruknya. Berikut ini

adalah penjelasannya.

4.1.1. Pengujian validitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan indikan

untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya atau yang disebut dengan

validitas konvergen, dan ketidakmampuan indikan untuk menjelaskan

konstruk yang tidak diukurnya atau yang disebut dengan validitas

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

26

deskriminan. Kedua jenis validitas ini dapat dijelaskan melalui score

loading yang diperoleh melalui pengujian confirmatory factor analysis

yang diperoleh. Namun sebelum menjelaskannya terlebih dahulu

dijelaskan hasil pengujian KMO dan Bartlett’s Test yang diperoleh.

Pengujian ini merupakan pengujian goodness-of-fit model dari analisis

faktor yang digunakan untuk menjamin bahwa hasil reduksian yang

diperoleh dapat diyakini kebenarannya.

Tabel 4.1 mengindikasi bahwa model analisis faktor yang

digunakan memenuhi kriteria goodness-of-fit yang baik. Hal ini dapat

dilihat melalui skor KMO = 0,863 (>0,50) dan signifikansi Bartlett's Test

of Sphericity 0,00 (<0,05).

Tabel 4.1

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .863

Approx. Chi-Square

2445.735

df 136

Bartlett's Test of Sphericity

Sig. .000 Sumber: Hasil olahan data.

Pengujian berikutnya adalah mereduksi faktor melalui

confirmatory factor analysis. Untuk mempermudah penganalisisan

terhadap hasil-hasil reduksian teknik yang dilakukan adalah melalui

rotated factor matrix. Hal ini terjadi karena score loading yang terbesar

saja yang muncul pada tabel faktor sehingga penganalisisan dapat

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

27

dilakukan secara cepat. Tabel 4.2 menyajikan hasil pengujian Rotated

Component Matrix yang diperoleh untuk mempermudah

penginterpretasiannya.

Tabel 4.2

Rotated Component Matrix

Component

1 2 3 PP1 .632

PP2 .773

PP3 .797

PP4 .795

PP5 .767

PP6 .728

PW1 .823

PW2 .838

PW3 .861

PW4 .877

PW5 .878

PW6 .841

ATT1 .828

ATT2 .870

ATT3 .757

ATT4 .905

ATT5 .891

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a Rotation converged in 7 iterations. Sumber: Hasil olahan data.

Hasil rotasian faktor yang disajikan merupakan indikan-indikan

yang berkemampuan untuk menjelaskan konstruknya atau yang

mempunyai validitas konvergen dan diskriminan yang baik. Produk yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

28

bersifat publik dapat dijelaskan melalui PP1, PP2, PP3, PP4, PP5, dan

PP6. Hal ini dikarenakan indikan-indikan tersebut mempunyai validitas

konvergen yang tinggi (loading factor > 0,40), sehingga semua indikan

yang didesain berkemampuan untuk menjelaskan konstruk yang

diukurnya. Namun demikian, studi ini masih memerlukan penelitian

lanjutan untuk mengujinya pada konteks yang berbeda, sehingga di masa

mendatang diharapkan dapat meningkatkan validitas konvergen dari

instrumen-instrumen yang didesain dalam studi ini. Dengan demikian,

produk yang bersifat publik bercirikan bahwa semua orang dapat

mengetahui sepeda motor yang akan dibeli.

Produk yang bersifat mewah merupakan konstruk kedua yang diuji

validitasnya. Hasilnya mengindikasi bahwa konstruk tersebut dapat diukur

oleh PW1, PW2, PW3, PW4, PW5, dan PW6. Hal ini dikarenakan

indikan-indikan tersebut mempunyai validitas konvergen yang tinggi

(loading factor > 0,40), sehingga semua indikan yang didesain

berkemampuan untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya. Namun

demikian, studi ini masih memerlukan penelitian lanjutan untuk

mengujinya pada konteks yang berbeda, sehingga di masa mendatang

diharapkan dapat meningkatkan validitas konvergen dari instrumen-

instrumen yang didesain dalam studi ini. Dengan demikian, produk yang

bersifat mewah bercirikan bahwa semua orang mempersepsi mewah

kendaraan yang akan dibeli.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

29

Sikap merupakan konstruk terakhir yang diuji validitasnya.

Hasilnya mengindikasi bahwa konstruk tersebut dapat dijelaskan oleh

ATT1, ATT2, ATT3, ATT4, dan ATT5. Hal ini dikarenakan indikan-

indikan tersebut mempunyai validitas konvergen yang tinggi (loading

factor > 0,40), sehingga semua indikan yang didesain berkemampuan

untuk menjelaskan konstruk yang diukurnya. Namun demikian, studi ini

masih memerlukan penelitian lanjutan untuk mengujinya pada konteks

yang berbeda, sehingga di masa mendatang diharapkan dapat

meningkatkan validitas konvergen dari instrumen-instrumen yang didesain

dalam studi ini. Dengan demikian, sikap bercirikan bahwa semua orang

mempersepsi pembelian ulang merupakan ide yang positif.

4.1.2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian berikutnya adalah reliabilitas yang bertujuan untuk

menjelaskan konsistensi internal dari indikan-indikan yang mempunyai

validitas tinggi yang digunakan untuk mengukur konstruknya. Hasil

pengujiannya mengindikasi bahwa semua indikan mempunyai reliabilitas

yang baik (> 0,6) sehingga dapat dikatakan indikan-indikan yang

dikonstruksi dapat menjelaskan dengan baik fenomena yang distudi (lihat

Tabel 4.3).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

30

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Reliabilitas

Konstruk Indikan Cronbach's Alpha

Keterangan

Produk yang bersifat publik

6 0.866 Baik

Produk yang bersifat mewah

6 0.942 Baik

Sikap

5 0.907 Baik

Sumber: Hasil olahan data.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitasnya dapat

disimpulkan bahwa data yang diperoleh telah memenuhi kriteria

kelayakan, sehingga kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah. Dengan demikian, data tersebut dapat diproses lebih lanjut dengan

menggunakan metode statistik apapun jenisnya, dan hasilnya dapat

dijamin keakuratannya.

Pembahasan berikutnya adalah hasil statistik deskriptif yang

digunakan untuk menjelaskan profil responden yang melatarbelakangi

studi ini.

4.2. Hasil Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang disajikan menunjukkan profil responden

berdasarkan usia yang diukur dalam tahun, pendidikan formal yang

diperoleh yang diukur dalam skala ordinal (1: lulus SLA atau dibawahnya,

dan 2: lulus sarjana), tanggungan keluarga yang diukur dengan skala rasio

yaitu jumlah tanggungan, pekerjaan yang diukur dengan menggunakan skala

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

31

nominal (1: pegawai negeri, 2: pegawai swasta, 3: wirausaha, dan 4:

lainnya), penghasilan keluarga diukur dengan menggunakan skala rasio

yaitu jumlah penghasilan perbulan dalam bentuk rupiah), dan yang terakhir

pembelian ulang kendaraan bermotor diperuntukan diukur dengan skala

nominal (1: diri sendiri, 2: anak, 3: orang lain) (lihat Tabel 4.4).

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Usia

200 15 58 25,32

Pendidikan formal

200 1 2 1,11

Tanggungan keluarga

200 1 14 3,23

Pekerjaan

200 1 4 3,32

Penghasilan keluarga perbulan

200 300.000 8.000.000 2.245.750

Pembelian Ulang Diperuntukan 200 1 3 1,35

Valid N (listwise) 200 Sumber: Hasil olahan data

Hasil statistik deskripsif mengindikasi bahwa usia responden

berkisar antara 15 tahun sebagai usia terendah sampai dengan 58 tahun

sebagai usia tertinggi. Rerata usia responden adalah 25 tahun. Hal ini

menjelaskan bahwa rerata calon konsumen sepeda motor adalah termasuk

usia produktif walaupun ada sebagian yang termasuk remaja. Bagi remaja

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

32

proses pembelian ulang juga berhubungan dengan peran serta orang tua

dalam pengambilan keputusan.

Dari sisi pendidikan formal, hasil statistik deskripstif menunjukkan

bahwa responden berpendidikan SLA (Sekolah Lanjutan Atas) atau

dibawahnya hingga berpendidikan sarjana. Sedangkan hasil perhitungan

mean mengindikasi bahwa rerata pendidikan responden menunjukkan angka

1,11. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan formal calon responden

sebagaian besar lulus SLA atau dibawahnya. Kata dibawahnya yang

dimaksud untuk mengakomodasi pendidikan responden yang tidak tamat

SLA.

Jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1 orang hingga 14

orang. Statistik deskriptif menunjukkan bahwa rerata jumlah tanggungan

keluarga responden adalah 3 orang, yang ditunjukkan oleh nilai mean 3,23.

Penghasilan keluarga responden berkisar antara Rp 300.000,-

hingga Rp 8.000.000,- sedangkan reratanya adalah Rp 2.245.750,- Hal ini

mengindikasi bahwa calon konsumen termasuk dalam strata sosial

menengah ke bawah. Dengan demikian, pemasar dapat mengarahkan

program pemasarannya yang difokuskan pada strata tersebut.

Pembelian ulang kendaraan bermotor merek Honda oleh responden

rata-rata diperuntukkan diri sendiri yang ditunjukkan dengan nilai mean

1,35.

Berikutnya adalah pembahasan hasil pengujian hipotesis dengan

menggunakan metode regresi berganda yang dipilih. Metode statistik ini

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

33

dipilih untuk menjelaskan hubungan parsial antar-variabel seperti yang

dihipotesiskan. Dalam perhitungannya, variabel-variabel yang dianalisis

merupakan bentuk komposit3 dari indikan-indikan yang mengukurnya.

Berikut ini adalah pembahasannya.

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis

Untuk mempermudah perhitungan, semua variabel dinotasikan

sebagai berikut: interval pembelian ulang dinotasikan dengan Y, produk

yang bersifat publik dinotasikan dengan X1, produk yang bersifat mewah

dinotasikan dengan X2, dan sikap dinotasikan dengan X3. Metode regresi

yang digunakan adalah “enter” yaitu dengan cara mengeluarkan variabel

independen dari model yang mempunyai nilai t yang paling kecil untuk

menghasilkan goodness-of-fit model yang baik sehingga dapat menjelaskan

fenomena yang diuji.

Dengan melalui trial and error, metode regresi yang dipilih adalah

EGARCH (exponential generalized autoregressive conditional

heteroscedasticity)4. Hal ini dilakukan karena variansnya berpola

autoregresif yang saling mempengaruhi. Fenomena ini terjadi pada kasus

data cross-section seperti dalam penelitian ini kemungkinan dikarenakan

dalam pengisian kuesioner terjadi saling mempengaruhi di antara para

3 Nilai komposit merupakan penjumlahan dari hasil perkalian masing-masing indikan dengan masing-masing skor faktornya, yang dapat diketahui dari hasil analisis faktor yang dilakukan. 4 Model EGARCH merupakan spesifikasi dari model ARCH dan GARCH yang berasumsi bahwa varians kondisionalnya berbentuk eksponensial dan asimetris. Hal ini dapat dipelajari lebih lanjut pada Sqrensen (2001) dan Enders (2004). Model tersebut digunakan untuk mengakomodasi varians yang bersifat autoregresif (Gujarati, 1995).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

34

responden, sehingga error yang terjadi pada responden 1 mempengaruhi

error pada responden 2.

Dengan menggunakan cara ”enter” dalam melakukan proses

analisis regresinya, ada 4 variabel yang menghasilkan goodness-of-fit yang

baik yaitu X1, X2, X3, dan X1*X3. Metode ini digunakan untuk

mendapatkan nilai F yang tinggi, sehingga model yang dihasilkan adalah

model yang dapat menjelaskan fenomena dengan baik. Namun sebelum

membahas hasil pengujian regresi yang dilakukan, berikut ini adalah

bahasan terhadap hasil pengujian 3 asumsi klasik yang meliputi pengujian

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Berikut ini adalah

hasil-hasil pengujiannya.

4.3.1. Hasil Pengujian Multikolinearitas Sempurna

Multikolinearitas terjadi karena hubungan antar-variabel (share

influence) dari variabel independen terjadi secara sempurna, sehingga

hasilnya dapat membiaskan penginterpretasian. Tabel 4.5 menyajikan

korelasi antar-variabel independen yang diperoleh. Hasilnya mengindikasi

korelasi yang signifikan di antara variabel independen yang dianalisis.

Namun karena tingkat korelasinya < 0,80, maka dapat dikatakan bahwa

model yang diuji tidak mengindikasi terjadinya multikolinearitas yang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

35

sempurna (Lihat Gujarati, 2003)5, sehingga model prediksiannya adalah

BLUE.

Tabel 4.5

Hasil Korelasi Antar-Variabel Independen

Variabel mean Standar

deviation X1 X2 X3 X1*X3 X1

3.4980 .96394 Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed) .

N 200 X2

1.7650 .62694 Pearson Correlation

.470(**) 1

Sig. (2-tailed)

.000 .

N 200 200 X3

3.9152 1.04617 Pearson Correlation

.107 .138 1

Sig. (2-tailed)

.132 .052 .

N 200 200 200 X1*X3

13.8016 5.60664 Pearson Correlation

.751(**) .415(**) .710(**) 1

Sig. (2-tailed)

.000 .000 .000 .

N 200 200 200 200 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berikutnya adalah hasil pengujian autokorelasi yang ditujukan

untuk mendeteksi terjadi hubungan antar disturbance error dari masing-

masing space.

5 Kasus multikolinearitas sempurna terjadi jika nilai korelasinya mendekati angka 1. Sedangkan kasus yang terjadi dalam studi ini kemungkinan dikarenakan oleh sampling phenomenon yaitu keterbatasan jumlah sampel, sehingga jika jumlahnya diperbesar kemungkinan kasus yang terjadi dapat dihilangkan (Gujarati, 2003).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

36

4.3.2. Hasil Pengujian Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan melihat besarnya nilai

Durbin-Watson Test (uji D-W) yaitu sebesar 1,820079 yang selanjutnya nilai

tersebut diperbandingkan dengan Tabel D-W. Tabel 4.6 menyajikan

pengujian autokorelasi berdasarkan nilai-nilai yang dipersyaratkan dalam

tabel. Hasilnya mengindikasi bahwa model regresi yang diuji tidak

mengindikasi terjadinya autokorelasi sehingga dapat digunakan sebagai

model prediksian yang baik.

Tabel 4.6

Tabel Pengujian Autokorelasi

Pen jelasan

Cut-off Nilai Tabel

Autokorelasi positif

0 < d < dl 0 <d < 1,728

Tidak ada keputusan

dl < d < du 1,728 < d < 1,810

Tidak terdapat autokorelasi baik positif atau negatif

du < d < 4-du 1,810 < d* < 2,19

Tidak ada keputusan

4-du < d <4-dl 2,19 < d < 2,272

Autokorelasi negatif

4-dl < d < 4 2,272 < d < 4

Keterangan: * merupakan nilai uji D-W yaitu sebesar 1,820079. Sumber: Hasil olahan data dan Gujarati (2003).

Berikutnya adalah hasil pengujian heteroskedastisitas yang

bertujuan untuk mendeteksi terjadi hubungan disturbance error dengan

modelnya. Hal ini berdampak pada hasil prediksian yang tidak efisien yang

dikarenakan disturbance error yang seharusnya konstan tetapi ternyata

bervariasi yang mempengaruhi kestabilan model prediksiannya.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

37

4.3.3. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Melalui uji ARCH karena diduga varians kondisionalnya berbentuk

eksponensial dan asimetris, maka hasilnya mengindikasi tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai uji F yang tidak signifikan

(F-stat = 0,263204; Prob = 0,608502), demikian juga uji parsial yang

menunjukkan uji t yang tidak signifikan (t-stat = 0,513035; prob = 0,6085).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diuji tidak

mengindikasi terjadinya heteroskedastisitas.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

ARCH Test: F-statistic 0.263204 Probability 0.608502 Obs*R-squared 0.265522 Probability 0.606352

Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/17/09 Time: 21:05 Sample(adjusted): 2 200 Included observations: 199 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.950340 0.130799 7.265681 0.0000

STD_RESID^2(-1) 0.036561 0.071265 0.513035 0.6085 R-squared 0.001334 Mean dependent var 0.986558 Adjusted R-squared -0.003735 S.D. dependent var 1.550436 S.E. of regression 1.553329 Akaike info criterion 3.728677 Sum squared resid 475.3275 Schwarz criterion 3.761775 Log likelihood -369.0033 F-statistic 0.263204 Durbin-Watson stat 1.999857 Prob(F-statistic) 0.608502

Sumber: Hasil olahan data.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

38

Berikutnya adalah hasil pengujian regresi beserta pembahasannya.

4.3.4. Hasil Regresi Linier Berganda

Hasil pengujian regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 yang

menjelaskan hubungan secara parsial antara X1, X2, X3, X1*X3, dan Y.

Metode yang digunakan untuk menyeleksi variabel adalah dengan

menggunakan “enter” untuk mendapatkan nilai uji F yang baik. Metode ini

digunakan dengan cara mereduksi nilai t yang terendah hingga yang

tertinggi untuk menghasilkan nilai F yang paling baik. Hal ini dimungkinkan

untuk dilakukan dengan pertimbangan bahwa hubungan yang tidak

signifikan merupakan hubungan yang tidak bermakna yang dapat

menurunkan nilai varians, yang pada gilirannya berdampak pada

ketidakmampuan model untuk menjelaskan fenomena yang diuji.

Namun sebelum menjelaskan hasil analisisnya, terlebih dahulu

dijelaskan hasil uji goodness-of-fit model yang diperoleh. Hasil pengujian

goodness-of-fit model meliputi nilai R kuadrad (R-squared) dan nilai uji

varians (uji F). Hasil uji R kuadrad yang diperoleh adalah 0,150774. Hal ini

mengindikasi bahwa variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 15,07 %, sedangkan selebihnya dijelaskan oleh variabel

potensial yang tidak dimodelkan. Hasil pengujian ini mengisyaratkan

perlunya kehati-hatian dari pemasar untuk mencermati variabel-variabel

yang juga berpotensi meningkatkan interval pembelian ulang.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

39

Selanjutnya, hasil pengujian varians menunjukkan hasil yang

signifikan (F-stat = 4,238838; prob = 0,000106). Hal ini mengindikasi

bahwa secara simultan, modelnya mempunyai goodness-of-fit yang baik

yang berimplikasi pada kemampuannya untuk menjelaskan fenomena yang

diuji dengan baik.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: Y Method: ML - ARCH Date: 03/17/09 Time: 21:18 Sample: 1 200 Included observations: 200 Convergence achieved after 100 iterations

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. SQR(GARCH) 0.897126 0.163282 5.494324 0.0000

X1 5.946587 0.718249 8.279278 0.0000 X2 -1.012768 0.466923 -2.169024 0.0301 X3 -0.830772 0.688593 -1.206477 0.2276

X1*X3 -0.639448 0.194977 -3.279598 0.0010 Variance Equation

C 40.29219 9.086923 4.434085 0.0000 ARCH(1) -0.015699 0.030450 -0.515575 0.6062

(RESID<0)*ARCH(1) -0.647332 0.172512 -3.752394 0.0002 GARCH(1) 1.083349 0.042707 25.36708 0.0000

R-squared 0.150774 Mean dependent var 22.64000 Adjusted R-squared 0.115204 S.D. dependent var 19.60721 S.E. of regression 18.44324 Akaike info criterion 8.523647 Sum squared resid 64969.25 Schwarz criterion 8.672071 Log likelihood -843.3647 F-statistic 4.238838 Durbin-Watson stat 1.820079 Prob(F-statistic) 0.000106

Hasil pengujian goodness-of-fit mengindikasi bahwa model regresi

yang diuji berkemampuan menjelaskan dengan baik fenomena interval

pembelian ulang terhadap kendaraan bermotor merek Honda. Berikut ini

adalah pembahasan tentang hasil pengujian heteroregresif yang dilakukan.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

40

Hasil pengujian heteroregresif yang dilakukan menunjukkan bahwa

GARCH mempunyai hubungan yang signifikan dan positif (z-test =

5,494324; prob = 0,0000) yang berarti bahwa semakin tinggi variasi calon

konsumen, semakin tinggi interval pembelian ulang (lihat Sqrensen, 2001;

Enders, 2004). Variasi subyek yang dimaksud adalah keragaman konsumen

yang berdampak pada keragaman persepsian yang berpotensi menjadi

variabel pengganggu. Hal ini dapat terjadi karena eksistensi dari variabel

pengganggu yang tidak dimodelkan. Hasil pengujian ini memerlukan kehati-

hatian untuk mencermatinya, sebab semakin tinggi keragaman konsumen

berdampak pada semakin lama interval pembelian ulang terhadap kendaraan

bermotor merek Honda.

Berikutnya adalah pembahasan hasil-hasil pengujian terkait dengan

hipotesis yang dirumuskan.

4.3.4.1. Hubungan Antara Produk yang Bersifat Publik dan Interval

Pembelian Ulang (Hipotesis 1)

Hasil pengujian mengindikasi bahwa hubungan antara persepsian

produk yang bersifat publik dan interval pembelian ulang adalah

signifikan dan positif (β1 = 5.946587; z-stat = 8.279278; prob =

0.0000). Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi persepsian produk

yang bersifat publik semakin tinggi interval pembelian ulang. Fenomena

ini dapat terjadi karena produk yang bersifat publik sensitif terhadap

penilaian publik atau kelompok referensi atau interpersonal tertentu. Hal

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

41

ini dapat terjadi karena pengkonsumsian produk tersebut dapat dilihat

dan diperhatikan oleh orang lain (Lihat Grewal et al., 2004; Klaus-

Wiedman, 2007).

Namun hubungan yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

persepsian produk dapat dilihat orang lain semakin lama interval

pembelian ulang. Fenomena ini dapat terjadi kemungkinan dikarenakan

oleh faktor kebanggaan terhadap sepeda motor yang relatif tinggi yang

pada akhirnya berdampak pada semakin lama interval pembelian

terhadap kendaraan tersebut. Temuan ini tidak mendukung hipotesis 1

yang menjelaskan regularitas fenomena yang mengarah pada hubungan

yang signifikan dan negatif antara produk yang bersifat publik dan

interval pembelian ulang (Lihat Grewal et al., 2004; Klaus-Wiedman,

2007). Untuk menjelaskan fenomena ini diperlukan pengujian lanjutan

dalam konteks yang berbeda sehingga di masa mendatang dapat

menjelaskan fenomena seperti yang dihipotesiskan.

Temuan studi ini memerlukan kehati-hatian dari pemasar untuk

mendesain stimulus yang berkemampuan untuk membangun persepsian

produk yang bersifat publik Dalam konteks ini stimulus yang perlu

dipahami pemasar adalah sifat-sifat produk yang bersifat publik terkait

dengan atribut-atribut produk yang diekspresikan dalam nilai fisik dan

psikologis. Atribut-atribut sensitif terhadap persepsian konsumen karena

setiap orang mengetahui produk atau merek yang dibeli, hampir setiap

orang mengetahui dan menyadari kehadiran produk sepeda motor.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

42

4.3.4.2. Hubungan Antara Produk yang Bersifat mewah dan Interval

Pembelian Ulang (Hipotesis 2)

Hasil pengujian mengindikasi hubungan antara persepsian produk

yang bersifat mewah dan interval pembelian ulang adalah signifikan dan

negatif (β2 = -1.012768; z-stat = -2.169024; prob = 0.0301). Hal ini

menjelaskan bahwa semakin tinggi persepsian produk yang bersifat

mewah semakin rendah interval pembelian ulang. Fenomena ini dapat

terjadi karena produk yang bersifat mewah sensitif terhadap penilaian

publik atau kelompok referensi atau interpersonal tertentu karena

berkaitan erat dengan tingginya nilai finansial, nilai fungsional, nilai

individual dan nilai sosial yang melampaui kebutuhan utilitarian

sehingga semakin mempercepat interval pembelian ulang. Dengan

demikian hipotesis 2 yang dikonsepkan terdukung dalam studi ini

(Lihat Grewal et al., 2004; Klaus-Wiedman, 2007). Walaupun demikian,

temuan ini masih memerlukan studi lanjutan untuk meningkatkan

validitas eksternal dari instrumen-instrumen yang didesain.

Bagi pemasar, temuan ini memberikan pemahaman tentang

perlunya pendesainan stimulus terkait dengan upaya-upaya yang

sebaiknya dilakukan untuk membangun persepsian kemewahan dari

suatu produk yang dipasarkan. Stimulus-stimulus yang dimaksud adalah

sepeda motor yang mempunyai aspek kemewahan produk bagi setiap

orang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melalui upaya ini ini

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

43

diharapkan dapat mempercepat interval waktu pembelian ulang terhadap

sepeda motor.

4.3.4.3. Hubungan Antara Sikap dan Interval Pembelian Ulang (Hipotesis 3)

Hasil pengujian mengindikasi hubungan antara sikap dan interval

pembelian ulang adalah tidak signifikan dan negatif (β3 = -0.830772; z-

stat = -1.206477; prob = 0.2276). Hal ini menjelaskan bahwa sikap

bukan merupakan variabel yang dipertimbangkan penting untuk

membentuk interval pembelian ulang. Fenomena ini dapat terjadi

kemungkinan dikarenakan konsumen tidak menginginkan pembelian

ulang sepeda motor dalam jangka waktu karena sepeda motor yang lama

masih berfungsi dengan baik. Hal ini yang diperkirakan menyebabkan

variabel keputusan ini tidak dipertimbangkan penting oleh konsumen

untuk memutuskan pembelian ulang sepeda motor.

Pola hubungan yang tidak signifikan dan negatif ini tidak

memberikan dukungan pada hipotesis 3 yang menjelaskan bahwa

semakin tinggi sikap semakin rendah interval pembelian ulang. Hal ini

memerlukan studi lanjutan untuk meningkatkan validitas eksternal dari

konsep yang dihipotesiskan.

Bagi pemasar, temuan ini memberikan pemahaman tentang kehati-

hatian dalam mendesain stimulus yang membangun persepsian sikap

terhadap konsumen sebab dapat berdampak pada ketidaktertarikan

konsumen untuk melakukan pembelian ulang.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

44

4.3.4.4. Hubungan Antara Interaksi dari Produk yang Bersifat Publik

dengan Sikap dan Interval Pembelian Ulang (Hipotesis 4)

Hasil pengujian mengindikasi hubungan antara persepsian sikap

dengan produk yang bersifat publik dan interval pembelian ulang adalah

signifikan dan negatif (β4 = -0.639448; z-stat = -3.279598; prob =

0.0010). Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi interaksi dari sikap

dan semakin tinggi persepsian produk yang bersifat publik semakin

rendah interval pembelian ulang yang dilakukan. Fenomena ini dapat

terjadi kemungkinan dikarenakan konsumen mempunyai sikap yang

positif terhadap ide pembelian ulang produk yang dapat terlihat oleh

umum sehingga semakin mempercepat interval pembelian ulang.

Hasil pengujian yang diperoleh dalam studi ini memberikan

dukungan pada hipotesis 4 yang menjelaskan bahwa interaksi dari

sikap dengan produk yang bersifat publik berpengaruh negatif pada

interval pembelian ulang. Namun demikian, hal ini masih memerlukan

studi lanjutan untuk meningkatkan validitas eksternal dari konsep yang

dihipotesiskan.

Bagi pemasar, temuan ini memberikan pemahaman tentang

perlunya pendesainan stimulus yang mengkombinasi persepsian produk

yang bersifat publik dan persepsian sikap sehingga melalui stimulus ini

diharapkan dapat memperpendek waktu pembelian ulang. Stimulus-

stimulus pemasaran yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan

tampilan sepeda motor yang mampu menonjolkan kelebihan-kelebihan

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

45

atribut produk yang dapat dilihat orang sehingga konsumen memiliki

sikap yang positif terhadap produk sepeda motor tersebut.

4.3.4.5. Hubungan Antara Interaksi dari Produk yang Bersifat Mewah

dengan Sikap dan Interval Pembelian Ulang (Hipotesis 5)

Dalam pengujian, variabel interaksi dari sikap dengan produk yang

bersifat mewah dikeluarkan dari model sebab mempunyai hubungan

yang tidak signifikan dengan interval pembelian ulang. Hal ini

menyebabkan nilai F yang rendah yang berdampak pada goodness-of-fit

model yang rendah, sehingga model yang dihasilkan tidak mampu

menjelaskan fenomena yang distudi.

Temuan studi ini mengisyaratkan bahwa produk yang bersifat

mewah dan sikap bukan merupakan variabel yang dipertimbangkan

penting oleh calon konsumen untuk membeli ulang sepeda motor. Hal

ini berdampak pada hipotesis 5 yang tidak terdukung dan tidak

terjelaskan eksistensinya dalam model. Dengan demikian, secara teoritis

studi ini tidak memberikan dukungan terhadap regularitas teori yang

menjelaskan hubungan interaksi dari sikap dengan produk yang bersifat

mewah dan interval pembelian ulang. Terkait dengan hal ini, pemasar

tidak perlu mendesain stimulus-stimulus yang mengkombinasikan

persepsian produk yang bersifat mewah dan sikap untuk mempercepat

interval pembelian ulang sepeda motor sepeda motor Honda.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

46

BAB 5

PENUTUP

Bab ini bertujuan memberikan simpulan terhadap hasil-hasil yang

diperoleh yang diikuti dengan keterbatasan penelitian dan saran penelitian

baik bagi peneliti yang akan datang maupun bagi perusahaan. Berikut ini

adalah penjelasannya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dari analisis regresi berganda yang

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel-variabel keputusan yang dapat memperpendek interval

pembelian ulang adalah persepsian produk yang bersifat mewah,

dan interaksi antara persepsian produk yang bersifat publik dengan

persepsian sikap. Dengan demikian interval pembelian ulang dapat

dipersingkat dengan cara mendesain stimulus-stimulus pemasaran

yang dapat membangun persepsian persepsian produk yang bersifat

mewah, dan interaksi antara persepsian produk yang bersifat publik

dengan persepsian sikap.

2. Variabel-variabel keputusan yang memperlama interval pembelian

ulang adalah persepsian produk yang bersifat publik. Dengan

demikian, untuk mempersingkat interval pembelian ulang

diperlukan kehati-hatian untuk membangun stimulus-stimulus

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

47

pemasaran terkait dengan variabel keputusan tersebut. Pemasar

disarankan untuk tidak membangun stimulus yang berlebihan

sebab diperkirakan dapat berdampak pada interval pembelian yang

semakin lama.

3. Variabel-variabel keputusan yang tidak berpengaruh secara

signifikan adalah persepsian sikap dan interaksi persepsian produk

yang bersifat mewah dengan persepsian sikap. Hal ini menjadi

pertimbangan penting bagi pemasar untuk tidak mendesain

stimulus-stimulus yang berkaitan dengan variabel-variabel

tersebut, sebab hal ini diperkirakan tidak akan mempengaruhi

interval pembelian ulang.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Berikut ini adalah penjelasan terhadap keterbatasan penelitian yang

bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang ruang lingkup penelitian

yang berpotensi menurunkan derajat keyakinan terhadap keakuratan hasil

penelitian:

1. Dalam penelitian ini, variabel diukur berdasarkan persepsi

subyektif individu yang dapat memunculkan bias persepsi individu

dalam menanggapi instrumen-instrumen penelitian yang dapat

menyebabkan semakin rendahnya kualitas data penelitian. Untuk

mengeliminasinya, data penelitan yang diperoleh diuji kualitasnya

melalui prosedur yang rigid, sehingga kebenarannya dapat

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

48

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan data yang berasal dari

partisipan yang mengalami bias persepsi dapat terdeteksi lebih

awal sehingga dalam pemrosesan selanjutnya diberi perlakuan

tertentu yang berbeda.

2. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui survei

terhadap pelanggan kendaraan bermotor merek Honda, namun

teknik ini mempunyai kelemahan yang berkaitan dengan upaya

pencapaian model yang robust yang dikarenakan ketidakmampuan

peneliti untuk mengontrol variabel eksternal yang dapat

mempengaruhi persepsian responden dalam pengisian kuesioner.

Studi ini berusaha untuk mengatasi kelemahan ini melalui beberapa

cara, antara lain: kecermatan yang tinggi dalam pemilihan

partisipan dan proses pengisian kuesioner. Melalui prosedur ini

diharapkan dapat menghasilkan model yang mampu

menggambarkan fenomena yang dijelaskan (Lynch, 1982; 1999).

3. Produk Honda yang menjadi obyek amatan dapat dikategorikan

sebagai produk bersifat tangible yang mempunyai keterlibatan

tinggi (Assael, 1998). Dengan demikian, hasil studi ini mempunyai

keterbatasan dalam mengaplikasi model pada konteks produk yang

berbeda. Namun demikian, peneliti berusaha mengurangi

keterbatasan ini melalui pendesainan metode dan prosedur

pengujian yang rigid. Melalui cara ini diharapkan model yang

dihasilkan diharapkan dapat memberikan penjelasan yang baik

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

49

terhadap fenomena yang diteliti. Melalui pendesainan metode dan

prosedur pengujian rigid diharapkan tidak mengurangi derajat

keyakinan terhadap hasil yang diperoleh.

5.3. Saran Penelitian

Studi ini merupakan applied research yang permasalahannya

berawal dari permasalahan yang dihadapi oleh pemasar produk kendaraan

bermotor yang bermerek Honda. Dengan demikian, model yang dibangun

bertumpu pada permasalahan riil yang dihadapi pemasar yang selanjutnya

dikonfirmasi dengan beberapa studi terdahulu yang relevan, sehingga model

yang dibangun merupakan model terapan yang diharapkan dapat

menjelaskan fenomena yang distudi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan

adalah:

5.3.1. Bagi Peneliti yang akan datang

Dalam studi ini ada beberapa temuan yang memerlukan studi

lanjutan yaitu hubungan yang berbalikan antara hasil pengujian dan

konsep yang dihipotesiskan dan hubungan yang tidak signifikan. Hal ini

masih memerlukan studi lanjutan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

menjadi penyebabnya. Studi di masa mendatang disarankan untuk

mengkonfirmasi ulang instrumen-instrumen yang didesain dalam studi ini

berikut metode statistik yang dipergunakan untuk memecahkan

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

50

permasalahan yang dihipotesiskan. Dengan demikian, studi mendatang

diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap model

prediksian yang diuji.

5.3.2. Bagi Perusahaan

Untuk memperpendek interval pembelian ulang, disarankan

pemasar mendesain stimulus-stimulus pemasaran yang dapat membangun

persepsian produk yang bersifat mewah, dan interaksi antara persepsian

produk yang bersifat publik dengan persepsian sikap. Berikut ini adalah

penjelasannya:

1. Stimulus-stimulus yang dapat membangun nilai kemewahan.

Stimulus-stimulus yang dimaksud adalah yang terkait dengan

nilai kemewahan yang dapat dilihat oleh setiap orang. Dengan

demikian, pemasar disarankan untuk menanamkan suatu image

bahwa sepeda motor yang dipasarkan harus dapat memenuhi

kriteria kemewahan bagi pemiliknya.

2. Stimulus-stimulus yang dapat membangun persepsian produk

yang bersifat publik sekaligus persepsian sikap. Stimulus-

stimulus yang dimaksud adalah yang terkait dengan kemudahan

produk untuk dilihat dan diperhatikan orang lain. Dengan

demikian, pemasar disarankan untuk menanamkan suatu image

bahwa sepeda motor yang dipasarkan dapat memenuhi kriteria

kemudahannya dapat dilihat dan diperhatikan oleh orang lain.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

51

3. Terakhir, selain stimulus-stimulus yang telah diungkapkan,

pemasar juga disarankan untuk berhati-hati dalam mendesain

stimulus-stimulus yang terkait dengan variabel-variabel

keputusan yang dapat memperlama interval pembelian ulang.

Stimulus-stimulus yang dimaksud adalah yang terkait dengan

upaya untuk membangun persepsian produk yang bersifat

publik. Hal ini perlu dicermati sebab secara parsial pendesainan

stimulus tersebut secara berlebihan dapat berdampak pada

semakin lamanya interval pembelian ulang.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

52

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Reanisa Galih, F 0202100. 2006. Pengaruh Penilaian Konsumen Dan

Persepsi Konsumen Pada Image Toko Terhadap Keinginan Membeli

(Studi Kasus Pada Produk Honda Supra X 125 Cc Di Kota Surakarta).

Surakarta: Fakultas Ekonomi UNS.

Assael, Henry. 1998. Consumer Behavior And Marketing Action. South Western

College Publishing.

Atchariyachanvanich, Kanokwan, Hitoshi Okada And Noboru Sonehara. 2006.

What Keeps Online Customers Repurchasing Through The Internet?.

Journal of Marketing Research.

Aurier, Philippe., Yves Evrard and Giles N Goala. 2001. From Consumption To

Global Value: An Integrative Framework. The Lalonde Seminar 28

International Research Seminar In Marketing On Marketing

Communication And Consumer Behavior.

Brucks, Merry. 2001. The Effect Of Product Class Knowledge On Information

Search Behavior. Journal Of Consumer Research. Vol. 12.

Carvalho, Cesar Augusto.2007. Impact Of Consumer Attitude In Predicting

Purchasing Behaviour. Journal of Marketing Research.

Chandon, Piere., Brian Wansink and Gilles Laurent. 2000. A Benefit Congruency

Framework Of Sales Promotion Effectiveness. Journal Of Marketing.

Cowley, Elizabeth. and Andrew A. Mitchel. 2003. The Moderating Effect Of

Product Knowledge On The Learning An Organization Of Product

Information. Jounal Of Consumer Research, Inc. Vol. 30, pp. 443-454.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

53

Crawford, Gerry. and T.C. Melewar. 2003. The Importance Of Impulse

Purchasing Behavior In The International Airport Environment. Journal

Of Consumer Behavior. Vol. 3, 1, pp. 85-98.

Daughherty, Terry., Matthew S. Eastin and Laura Bright. 2008. Exploring

Consumer Motivations For Creating User-Generated Content.

DeBarnier, Virginie And Irina Rodina. 2007. Which Luxury Perceptions Affect

Most Consumer Purchase Behavior? A Cross Cultural Exploratory Study

In France, The United Kingdom And Russia. Journal of Marketing

Research.

Detris, T Honora. 2002. The Relationship Of Gender Ang Achievement To Future

Outlook Among African American Adolescent.

Enders, W. (2004). Applied Econometric Time Series. Second Edition, United

States of America: John Wiley & Sons. Inc.

Engel, James F. Roger D Blackwell and Paul W Miniard. 1994. Perilaku

Konsumen: Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Fahad, F0204044. 2008. Proses Pembentukan Interpurchase Interval (Studi

Replikasi Model Grewal Et.Al, 2004). Surakarta: Fakultas Ekonomi UNS.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Gorp, Jeremi Van. 2005. Youth, Identify, And Consumption. Departement Of

Sociology University Of Antwerp. pp. 1-20.

Grewal, Radjeep, Raj Mehta and Frank R. Kardes. 2004. The Timing of Repeat

Purchases of Consumer Durable Goods: The Role of Functional Bases of

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

54

Consumer Attitudes. Journal of Marketing Research Vol. XLI (February

2004), 101–115.

Gujarati, D.N. (2003). Basic Econometrics. International Edition, New York:

McGraw-Hill Companies, Inc.

Hair, J.F., Anderson, RE., Tatham, R.L., Black, W.C. 1998. Multivariate Data

Analysis: With Reading. Fourth Edition. Upper Saddle River. New jersey:

Prentice Hall International, inc.

Hartono, Jogiyanto. 2004. Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis. Yogyakarta:

Andi.

Haryanto, Budhi dan Soemarjati. 2008. Proses Pembentukan Interval Pembelian

Ulang: Studi Kasus Pada Kendaraan Bermotor Merek Honda. Universitas

Sebelas Maret: Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi.

Hausman, angela. 2000. A Multi Method Investigation Of Consumer Motivation In

Impulse Buying Behavior. Journal Of Consumer Marketing. Vol. 17. no. 5,

pp. 403-419.

Hellier, Phillip K, Gus M Geursen, Rodney A Carr, dan Jordan A Rickard.2003.

Customer Repurchase Intention, A General Structural Equation Model.

Europian Journal Of Marketing:AB/INFORM Global page 1762.

Inman, J. Jeffrey. and Marcel Zeelenberg. 2002. Regret In Repeat Purchase

Versus Switching Decisions: The Attenuating Role Of Decision

Justifiability. Journal Of Consumer Research. Vol. 29, pp. 116-128.

Jiuan, T.S., wirtz, J,. Jung K., & Keng, KA. 2001. Analysis Of Rusian Value.

Work, Percuniary Adherence, Materialsm, Feminism, Enviromental

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

55

Conciousness, And Media Credibility. Singapore Management Review.

Vol. 23, no. 1, pp. 59-86.

Klaus, Peter Wiedmann., Nadine Hennigs, Astrid Siebels. 2007. Measuring

Consumers Luxury Value Perception: A Cross-Cultural Framework.

Academy Of Marketing Science. Vol. 2007, no. 7.

Kotler, Philip dan A.B. Susanto. 1999. Manajemen Pemasaran Di Indonesia.

Jakarta: Salemba Empat.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management. The millenium edition. New jersey:

Prentice-Hall International, inc.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Lillrank, Paul. 2003. New Research The Quality Of Information. International

Journal Of Quality And Reliability Management. Vol. 20. no. 6, pp. 691-

703.

McEnally and De Chernatony. 1999. The Evolving Nature Of Branding:

Consumer And Managerial Considerations. Academic Of Marketing

Science. Vol. 1999. no.02.

Mont, Oksana and Andrius Plepys. 2003. Customer Satisfaction: Review Of

Literature And Application To The Product-Service System. The

International Institute For Industrial Enviromental Economics.

Mowen, John C. and Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. jakarta:

Erlangga.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

56

Pease, Wayne, Michael Rowe. 2005. Diffusion Of Innovation- The Adoption Of

Electronic Commerce By Small And Medium Enterprises (SMES)- A

Comparative Analysis. Ajis. Vol. 13. no. 01.

Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik Dan Rancangan

Percobaan Dengan SPSS 12. Gramedia: Jakarta.

Schiffman, Leong G. and Leslie Lazar Kanuk. 1990. Consumer Behavior. New

delhi: Prentice Hall of India.

Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business. A Skill Building Approach.

Third Edition. John wiley & sons inc.

Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Sqrensen, B.E. (2005). “Arch and Generalization”. Economics 7395. Spring, pp.

1-3

Srikumar, Krishnamoorthy, and Bharat Bhasker. 2004. Personailized Product

Selection In Internet Business. Journal Of Electronic Commerce Research.

Vol. 5. no. 4, pp. 216-227.

Stegemann Nicole. 2006. Unique Brand Extension Challenges For Luxury

Brands. Journal of Business & Economics Research – October 2006

Volume 4, Number 10.

Teas, R. Keneth., Sanjeef Agarwal. 2000. The Effect Of Extrinsic Product Cues

On Consumers Perceptions Of Quality, Sacrifice, And Value. Journal Of

The Academy Marketing Science. Vol. 28. no. 02, pp. 278-290.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah/Pengaruh...tingginya kualitas, keunikan produk, dan keunggulan pemakaian; nilai individual dioperasionalisasi sebagai self identity, hedonis,

57

Tine, Faseur., and Geuens Maggie. 2008. Using The Right Emotion To Promote

The Right Product To The Right Person. Departement Of Economics And

Business Administration.

Wells. D. William. and David Prensky. 1996. Customer Behavior. New york

USA. John Willey & sons. Inc.

Yi, Ting Yu., Alison Dean. 2001. The Contribution Of Emotional Satisfaction To

Consumer Loyalty. International Journal Of Service Industry

Management. Vol. 12. no. 03. pp. 234-250.