Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan besar yang dialami deaerah di Kabupaten Pasuruan
adalah masalah persampahan. Sampah dapat diartikan sebagai resiko adanya
aktivitas kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri, sampah akan selalu ada
selama aktivitas kehidupan masih terus berjalan. Setiap tahunnya, dapat
dipastikan volume sampah akan selalu bertambah seiring dengan pola konsumsi
masyarakat yang semakin meningkat. Perlu adanya perubahan paradigma yang
mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul– angkut–
buang, menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan
pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dapat menganggap sampah sebagai
sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan, misalnya,
untuk energi, kompos, pupuk, dan bahan baku industri.1
Salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi di masyarakat adalah pada
sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga merupakan salah satu ancaman
untuk lingkungan. Hal ini mencakup limbah manusia dan timbunan sampah.
Adanya kualitas air yang kurang bersih, pengelolaan sampah yang kurang
memadai menimbulkan penumpukan sampah tak terkendali yang membuat
aktivitas manusia untuk membakar dan membuang sampah ke sungai dan lahan
atau tanah kosong. Kondisi harus menyadarkan masyarakat untuk lebih
1 Wuri, Sumartono, Bambang, 2015, Peran Bank Sampah Dalam Rangka Pemberdayaan
Masyarakat di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang, Jorn Reformasi, Vol 5 No 1.
2
mengoptimalkan sampah dengan cara melakukan pengelolaan sampah
berwawasan lingkungan.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang berwenang dalam pengelolaan
sampah, memilik tanggung jawab besar dalam menyelesaikan persoalan
pengelolaan sampah di daerahnya masing-masing baik dalam hal strategi
pengelolaan, izin pengelolaan, dan permasalahan volume sampah. Pengelolaan
sampah ditekankan bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara terpadu agar memberikan manfaat secara
ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah
perilaku masyarakat.2
Kabupaten Pasuruan mengalami ancaman meningkatnya produksi sampah
oleh masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk serta pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Pasuruan setiap harinya sebanyak 4.700 meter kubik atau setara 940
ton sampah rumah tangga yang dihasilkan di Kabupaten Pasuruan. Sedangkan
kapasitas sampah yang bisa masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya
mampu menampung 1.200 meter kubik atau setara 240 ton sampah. Dari TPA
yang ada di Kabupaten Pasuruan belum dapat untuk memaksimalkan masalah
sampah. Sedangkan masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai
maupun ke lahan kosong untuk di bakar yang mana akan menimbulkan rawan
banjir dan polusi udara, jika sampah dibiarkan hingga menumpuk dan
menggunung maka akan timbul penyakit.
2 Tasdir, Muhammad Marwan, 2016, Analisis Implementasi Kebijakan Bank Sampah di Kota
Makassar, Universitas Negeri Semarang, FISIP.
3
Dalam menjaga dan meletarikan lingkungan maka hal ini mengacu pada
Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 2 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi linkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.3
Berdasarkan isu permasalahan lingkungan mengenai sampah maka
Pemerintah Kabupaten Pasuruan mempunyai kebijakan adanya pengelolaan
sampah melalui program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB). Tujuan program
ini adalah untuk menjadikan lingkungan yang lebih bersih, serta memberdayakan
masyarakat untuk lebih peduli dengan adanya sampah untuk dikelola menjadi hal
yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis sehingga mengurangi
pencemaran lingkungan dan tumpukan sampah. Dimana kebijakan tersebut sesuai
amanat Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No 3 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Pasuruan4, yang ditindak lanjuti dengan surat
himbauan nomor 660/816/121.078/2015 perihal pembentukan Satu Desa Satu
Bank Sampah.5 Program ini mendapat respon yang baik dari masyarakat desa di
Kabupaten Pasuruan. Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) ini merupakan
kebijakan Pemerintah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Lingkungan Hidup
3 Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 ayat 2 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 4 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan No 3 Tahun 2010 tentang pengelolaan sampah Kabupaten
Pasuruan 5 Surat Himbauan Dinas Lingkungan Hidup nomor 660/816/424.078/2015 tentang pembentukan
bank sampah
4
(DLH) bekerja sama dengan masyarakat serta pihak swasta (pengepul sampah)
dalam pelaksanaannya.
Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) sistem pengelolaan sampah
sesuai pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle
Melalui Bank Sampah, yang mana sebagai trobosan dalam meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yang bersifat berkelanjutan dan
implementatif.6
Mekanisme bank sampah dimulai dari pemilahan sampah rumah tangga,
penyetoran, penimbangan, pencatatan hingga hasil sampah dilaporkan lalu
dimasukkan dalam pembukuan atau tabungan. Pelaksanaan bank sampah
diharapkan memberikan nilai tambah serta nilai ekonomis terhadap sampah dan
lingkungan. Keberadaan bank sampah juga akan menjadikan realisasi konsep
ekonomi rakyat yang dapat diimplementasikan dengan mudah melalui
pemberdayaan masyarakat desa. Operasional bank sampah tentunya tidak dapat
berjalan secara baik apabila sepenuhuhnya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
saja sehubungan dengan keterbatasan personel, sarana prasarana, dukungan
anggaran dan lain sebagainya. Dengan itu perlunya kerjasama dari masyarakat
untuk mengelola bank sampah melalui pemberdayaan masyarakat.
Manfaat dan kegunaan bank sampah sendiri sebagai tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang yang memiliki nilai ekonomis.
Bank sampah tumbuh karena ide dan dukungan yang keras dari masyarakat
6 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Recycle Melalui Bank Sampah
5
seiring dengan kebutuhan masyarakat akan lingkungan yang bersih dan sehat.
Sistem bank sampah yaitu sistem yang mana seperti halnya perbankan yang
berlaku. Bank sampah sebagai tempat nilai tukar, transaksi, penarikan uang,
penyimpanan, pinjaman dan pembagian hasil dari sebuah sampah yang nanti
dikelola.7
Kabupaten Pasuruan terdari dari 24 Kecamatan, 24 Kelurahan, dan 341
Desa. Dari beberapa desa, bank sampah yang sudah teralisasi sejumlah 134 bank
sampah pada tahun 2015-2017, di tahun 2018-2019 ditargetkan akan terlaksana 84
Desa dimungkinkan adanya bank sampah. Program Satu Desa Satu Bank (SDSB)
dilakukan dimulai dengan adanya sosialisasi, pembentukan pengurus, pembuatan
SK dan pelatihan bagi pengurus. Harapan yang dimungkinkan adalah lebih
adanya pelestiran dan kebersihan lingkungan dengan adanya swadaya masyarakat
untuk hidup sehat dan peduli lingkungan.
Salah satu contoh bank sampah di Kabupaten Pasuruan yaitu bank sampah
Kampoeng Limo di Desa Pleret Kecamatan Pohjentrek merupakan salah satu desa
yang mempunyai keberhasilan melaksanakan Program SDSB, masyarakat sangat
antusias dengan adanya sosialisasi yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Pasuruan. Masyarakat mengerti bagaimana pentingnya hidup bersih
dan sehat. Dengan adanya sosialisasi yang sudah digalang, antusias masyarakat
Pleret hingga membangun gedung bank sampah dari dana desa yang mana
melalaui pembinaan pemerintah Kabupaten Pasuruan dan DLH Kabupaten
Pasuruan. Keberadaan Bank Sampah mampu menciptakan pemberdayaan dan
7 Puspita Dwi Apriliyanti, dkk, 2015, Evaluasi Kinerja Bank Smapah Kartini Mandiri Desa
Pesanggrahan Kota Batu, J-Pal, Vol. 6 No.2.
6
kesejahteraan di masyarakat melalui bimbingan oleh pihak-pihak terkait. Disini
penulis memberikan batasan masalah untuk melakukan observasi di tiga tempat
yaitu Bank Sampah Kampoeng Limo di Desa Pleret Pohjentrek, Bank sampah
Rajawali Peduli Lingkungan di Kelurahan Jogosari Pandaan, dan Bank Sampah
Flamboyan di Desa Kedungringin Beji. Hal ini agar supaya fokus pembahasan
terarah dan memberikan gambaran yang signifikan yang mana tiga bank sampah
tersebut merupakan salah satu percontohan di Kabupaten Pasuruan.
Pengelolaan bank sampah itu sendiri dapat berjalan dengan baik harus
diawali terlebih dahulu dengan adanya suatu perencanaan yang baik sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan. Perencanaan tersebut merupakan suatu kegiatan
penyusunan dokumen rencana yang melipuiti perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang menyeluruh dan terus-menerus. Hal ini
bertujuan agar pengelolaan bank sampah dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, yang menentukan keberlanjutan pengelolaan bank sampah oleh
masyarakat.8
Beberapa tahun yang sudah berjalan dari adanya Program SDSB ini,
dampak yang dirasakan oleh masyarakat sendiri yaitu adanya inovasi yang mana
sampah dapat dikelola dan tidak dibuang disembarang tempat. Dari adanya
sampah yang ditukarkan mendapatkan nilai ekonomis dan dan menciptakan ramah
lingkungan untuk masing-masing lingkungan desa di Kabupaten Pasuruan.
Berjalannya program SDSB semakin tahun dapat membawa masyarakat lebih
baik dengan memberdayakan adanya bank sampah. Tetapi masih juga ada
permasalahan yang timbul dari beberapa masyakat yang masih sulit untuk
8 Bintoro Tjokroamidjojo, 1990, Perencanaan Pembangunan, Jakarta, Haji Masagung.
7
diingatkan akan pentingnya kebersihan lingkungan sekitarnya sendiri. Dari
beberapa bank sampah yang ada tidak semuanya juga berjalan sesuai aturan.
Dalam hal ini perlunya evaluasi pemerintah dalam menjalankan program SDSB
untuk memberdayakan masyarakat di Kabupaten Pasuruan.
Dengan itu dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat
pula membantu penyermpurnaan pelaksanaan program serta perkembangannya.
Hal tersebut merupakan suatu upaya untuk mengukur hasil dan dampak suatu
aktivitas dengan cara membandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
bagaimana cara pencapaiannya. 9 Disinilah peran pemerintah daerah untuk
memberikan dorongan dalam membentuk, mendampingi hingga mengawasi
sampai akhirnya kelompok-kelompok bank sampah disetiap desa dapat berjalan
dan dikelola dengan baik oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
Fokus penelitian ini adalah tentang “Evaluasi Kebijakan Program Satu
Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di
Kabupaten Pasuruan” yang berisi tentang apa yang melatar belakangi
perencanaan program, proses pelaksanaanya, faktor penghambat hingga manfaat
dan keberhasilan yang dirasakan oleh masyarakat maupun pemerintah daerah.
9 Jhones, Charles O, 1990, Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy) dalam Terjemahan Ricky
Ismanto. Jakarta, Raja Grafindo Persada.
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan diatas, maka
peneliti membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Evaluasi Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank Sampah
(SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten
Pasuruan ?
2. Apa faktor penghambat Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank
Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten
Pasuruan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Evaluasi Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank
Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten
Pasuruan.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat Kebijakan Program Satu
Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Di Kabupaten Pasuruan .
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat baik secara akademis maupun
secara praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai Evaluasi Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank Sampah
9
(SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Pasuruan
sehingga dapat menjadikan sampah sebagai manfaat yang lebih ekonomis
dan solusi mengurangi sampah yang menjadi masalah lingkungan. Serta
referensi dan wawasan kepada akademis hasil dari ilmu yang diperoleh pada
mata kuliah Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan disiplin
Ilmu Pemerintahan. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana strata satu Studi Ilmu Pemerintahan di
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan acuan
kepada Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam pengelolaan sampah melalui
pemberdayaan desa yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat,
serta mengoptimalkan sumber daya yang ada menjadi hal yang memiliki
nilai tepat guna melalui pengelolaan Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
di Kabupaten Pasuruan.
E. DEFINISI KONSEPTUAL
Definisi Konseptual adalah sebagai difinisi yang menggambarkan konsep
dengan penggunaan konsep-konsep lainnya atau mendefinidikan suatu konstruk
dengan konstruk lainnya 10 Suatu definisi harus mampu menggambarkan
karakteristik konsep yang didefinisikan secara ensensial dan objektif. Definisi
konseptual memberikan penjelasan yang singkat dan jelas mengenai konsep yang
akan digunakan sebagai perspektif dalam suatu penelitian. Dengan demikian perlu
10 Silalahi, Ulber, 2012, Metode Penelitian Sosial., Bandung, Refika Aditaman, Hal 19.
10
peneliti definisikan beberapa konsep yang berkaitan dengan tema dalam penelitian
ini diantaranya adalah :
1. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi mengenai
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Sedangkan
Kebijakan diartikan serangkaian dari rencana program, keputusan, aksi,
sikap untuk bertindak maupun tidak dilakukan oleh aktor-aktor sebagai
tahapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Adanya kebijakan
adalah hal penting bagi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan.11 Teori
kebijakan Helmut Wollman evaluasi kebijakan didefinisikan sebagai alat
dan prosedur untuk melakukan dua hal yaitu pertama penelitian evaluasi
sebagai analisis melibatkan program kebijakan untuk mendapatkan semua
informasi berkaitan dengan penilaian kinerja baik dari proses dan hasilnya.
Yang kedua evaluasi sebagai fase kebijakan yang lebih umum mengacu
pada pelaporan informasi kembali ke proses kebijakan. 12 Wollman
menjadikan evaluasi kebijakan menjadi tiga model yang halnya bisa
dijadikan acuan sebagai evaluasi kebijakan yaitu Ex-Ante, On-Going, dan
Ex-Post.
11 Mifta, Thoha, 2013, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Implikasinya, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada 12 Lintjewas, O., Tulusan, F., & Egetan, M, 2016, Evaluasi Kebijakan Pemberian
BantuanPengembangan Usaha Mina Pedesaan di Kabupaten Minahasa Selatan, Society : Jurnal
Ilmu Sosial dan Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, hlm 82-85.
11
2. Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
Bank sampah lahir dari program Jakarta Green and Clean yaitu salah
satu cara pengelolaan sampah skala rumah tangga, yang menitik beratkan
pada pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga.
Bank sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilih menurut
jenis sampah, sampah yang ditabung pada bank sampah adalah sampah yang
mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir
sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan
manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang biasa kita kenal yang
disetorkan nasabah adalah uang akan tetapi dalam bank sampah yang
disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan
pengelola bank sampah harus orang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa
kewirausahaan agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem
kerja bank sampah pengelolaan sampahnya berbasis rumah tangga, dengan
memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan
sejumlah sampah.13
Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) salah satu program
yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Upaya Pemkab
Pasuruan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah
di tiap desa-desa, terus dilakukan. Salah satunya melalui pendirian Bank
Sampah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus menggalakkan program
tersebut agar bisa berkembang di tiap-tiap desa yang belum tersentuh
sosialisasi secara inten.
13 Unilever, GC, 2010, Unilever Green and Clean , Bumi Kita.
12
Program Bank Sampah yang dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan
sudah rintis sejak tahun 2015 silam, berdasarkan Surat Edaran No
660/816/424/178/2015 tanggal 21 Mei berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Pasuruan No 3 Tahun 2010. Permasalahan sampah memang
tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah saja. Namun, harus
melibatkan semua masyarakat, pegiat lingkungan, serta forum komunitas
peduli sampah. Pada tahun 2015-2017 bank sampah di Kabupaten Pasuruan
sudah berjalan dengan baik dalam penanganan sampah rumah tangga. Bank
Sampah sudah tersebar di 20 kecamatan di 78 desa/kelurahan. Dari total
jumlah desa, untuk jumlah bank sampah yang sudah terbentuk 134 bank
sampah. Pada tahun 2019, DLH menargetkan perkembangan bank sampah
sebanyak 84 desa. Sasarannya adalah desa yang belum ada sarana bank
sampah. Untuk mendukung tercapainya program, DLH akan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat dengan dibantu oleh TFL (Tim Fasilitator
Lapangan). Tim ini akan memberikan pengarahan nilai manfaat dengan
adanya bank sampah.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Empowerment atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti pemberdayaan merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian
dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat utamaya
Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara tepat dan jernih
memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang
melahirkannya. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemerkuasaan
(empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
13
Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka.14
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mempersiapkan masyarakat
seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan masyarakat agar mereka
mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam
suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. 15 Selain itu pemberdayaan
masyarakat menurut Sumaryadi sebagai berikut:
Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari
masyarakat lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang
terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita
yang didiskriminasikan atau dikesampingkan. Memberdayakan kelompok-
kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis sehingga mereka
dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka,
namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Dari
pendapat tersebut maka pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan.
14 Suharto, Edi , 2009, Membangun Masyarakat memberdayakan Masyarakat, Bandung, PT
Refika Aditama, Hal 5. 15 Sumaryadi, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat,
Jakarta, Cv Citra Utama.
14
F. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi oprasional adalah kondisi, bahan, dan prosedur yang
diperlukan untuk mengidentifikasi atau menghasilkan kembali satu atau
lebih acuan konsep yang didefinisikan. 16 Dengan demikian definisi
operasional merupakan penetapan dari indikator-indikator yang akan di
pelajari dan di analisa, sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang
jelas. Adapun variabel-variabel yang akan didefinisikan secara operasional
dalam penelitian ini adalah:
1. Evaluasi Kebijakan Program Sata Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam
Rangka Pemberdayaan Masyrakat di Kabupaten Pasuruan :
a. Perencanaan Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
b. Pelaksanaan Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
c. Evaluasi Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB)
2. Faktor penghambat Kebijakan Program Sata Desa Satu Bank
Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyrakat di Kabupaten
Pasuruan :
a. Kurangnya komitmen dalam proses pengelolaan SDSB
b. Kurangnya koordinasi DLH dengan masyarakat
16 Op.cit. Silalahi, Uber. Hal 119
15
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan demikian
untuk mendapatkan data dan menjawab rumusan masalah. Metode
penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
dimana metode kualitatif itu sendiri adalah ilmiah yang bertujuan untuk
memahami suatu kejadian atau pun fenomena dalam kontek sosial secara
alamiah dengan mengedepankan proses interaksi antara peneliti dengan
objek atau fenomena yang di teliti. Peneliti menggunakan serangkaian
metode penelitian sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Dalam deskriptif kualitatif ini data akan di ambil dengan sebenar-
benarnya, dimana penulis akan mendeskripsikan Evaluasi Kebijakan
Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Pasuruan.
2. Sumber Data
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu
menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data Primer,
merupakan data yang di dapatkan atau diperoleh langsung dari narasumber.
Sumber data primer berasal dari Dinas Lingkungan Hidup, dimana data
yang di dapat berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi,
sedangkan Data Sekunder, merupakan data tambahan yang dapat dari studi
kepustakaan,atau sumber lainnya seperti jurnal,buku, internet, peraturan
16
perundang-undangan serta sumber bacaan lainnya yang berkaitan dalam
penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan akhir ini penulis mengadakan penelitian
untuk memperoleh data yang diperlukan dengan beberapa cara diantaranya
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi di artikan sebagai
metode pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan
melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan
diselidiki17. Peneliti akan melakukan observasi lapangan, dimana maksud
dari observasi lapang ini adalah melakukan turun lapang ke tempat
penelitian untuk melihat secara langsung bagaimana keadaan lapangan dan
memahami hal-hal yang di dapat dari subyek penelitian terkait Evaluasi
Kebijakan Program Satu Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka
Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Pasuruan.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu18. Tenik ini di gunakan untuk mendapatkan informasi
yang sebanyak- banyaknya dan mendalam agar terpenuhinya data yang di
butuhkan oleh peneliti. Wawancara pada penelitian ini dilakukan di
lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan. Peniliti akan
menentukan focus daftar pertanyaan atau biasa di sebut interview guide.
17 Arikunto.S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Jakarta, Rineka Ciota, hal
124. 18 Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, CV Alfabeta,
Hal 231.
17
Dengan demikian peneliti dapat terarah dalam mewawancara subyek
penelitian.
Setelah melakukan observasi dan wawancara maka peniliti melakukan
dokumentasi, dimana teknik dokumentasi berupa informasi yang berasal
dari catatan penting baik dari lembaga ataupun organisasi maupun dari
perorangan. 19 Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, karya-karya
monumental dari seseorang.20 Dokumentasi merupakan salah satu metode
terpenting dalam teknik pengumpulan data karna dokumentasi dapat
menunjukkan sebuah fakta atau kebenaran yang terjadi di lapangan. Dari
teknik pengumpulan data ini peneliti akan mencari data pendukung seperti
foto, tabel, grafik, dsb, yang berhubungan dengan yang di teliti dimana
dokumentasi ini adalah data penguat dalam pendeskripsian hasil penelitian.
4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan
sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan
memfokuskan penelitiannya terhadap Evaluasi Kebijakan Program Satu
Desa Satu Bank Sampah (SDSB) Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Di Kabupaten Pasuruan. Dengan demikian untuk mendapatkan infomasi
yang relevan, maka subyek penelitian dalam penelitian ini adalah :
a. Kepala Bagian bidang II Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan
b. Tim Fasilitator Lapangan Kecamatan Pandaan, Kecamatan Beji, dan
Kecamatan Pohjentrek
19 Ibid ,hal 72
20 Ibid, hal 240
18
c. Pengurus Bank Sampah Kampoeng Limo, Rajawali Peduli Lingkungan
Flamboyan
d. Masyarakat yang berpertisipasi terhadap Program Satu Desa Satu Bank
Sampah (SDSB).
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat bagi penulis untuk mendapatkan
data dari suatu penelitian yang sedang diteliti sehingga data yang di
dapatkan lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabankan. Dalam
penelitian ini penulis melakukan penelitian di Dinas Lingkungan Hidup.
Selain di DLH yang beralamatkan di Area Perkantoran Pemerintah, Raci
Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Penilitian ini juga melakukan penelitian di Kampung limo Desa Pleret
Kabupaten Pasuruan. Dengan mengambil Desa Pleret diharapkan dapat
mengatahui bagaimana pelaksanaan Program SDSB di desa tersebut mulai
dari perencanaan sampai dengan keberlanjutan. Kemudian diharapkan dapat
melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program
SDSB di desa tersebut. Terlebih lagi, Kampung limo Desa Pleret salah satu
Desa yang mempunyai Gedung Bank Sampah yang mana dari swadaya dan
dana desa , sehingga sangat menarik untuk menjadikan Kampung Limo
Desa Pleret sebagai lokasi penelitian. Ada juga Desa Jogosari Kecamatan
pandaan Bank Sampah Rajawali Peduli Lingkungan dan Desa Kedungringin
Kecamatan Beji Bank Sampah Flamboyan.
19
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan urian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalan analisis data
kualitatif. Karena jenis penelitian ini deskriptif kualitatif maka peneliti
menggunakan analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
dimana dalam model ini empat jenis kegiatan analisis dan pengumpulan
data itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak
diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data. Kemudian
bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, penarikan
kesimpulan selama sisa waktu penelitiannya sebagi berikut :
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. 21 Proses pengumpulan
data dilakukan saat pra penelitian dan pada saat penelitian. Pada kegiatan ini
tidak ada waktu secara spesifik untuk menentukan batas akhir dari
pengumpulan data di lapangan, karena sepanjang penelitian masih
berlangsung selama itulah pengumpulan data-data yang dibutuhkan oleh
peneliti akan dilakukan. Sebagaimana yang telah peniliti sampaikan di sub-
bab sebelumnya bahwa pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi
21 Bungin, Burhan, 2003, Analisis DataPenelitian Kualitatif, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
Hal 70
20
langsung, melakukan wawancara dengan informan, membuat dokumentasi
dan membuat catatan dilapangan.
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. 22 Pada
proses ini, peneliti lakukan setelah mendapatkan data-data dari kegiatan
wawancara, hasil observasi dan hasil studi dokumentasi yang kemudian
diubah menjadi bentuk tulisan dan dikategorisasikan sesuai fokus bahasan
masing-masing. Setelah itu dilakukan reduksi atau memilah data-data yang
telah dikumpulkan lalu menggabungkan atau menghubungkan antar data
yang telah dipilah. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menemui data-data yang sesuai
dengan pokok bahasan. Selain daripada itu dapat mempermudah proses
pengumpulan data selanjutnya.
b. Display Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 23Penyajian data
di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersusun dalam pola
22 Op.cit. Sugiyono. Hal 247
23 Ibid, Hal 341.
21
hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar katagori serta diagram
alur.
c. Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan Data adalah tahap terakir dalam rangkaian analisis data
kualitatif dalam model interaktif. Kesimpulan data adalah proses verifikasi
dari data-data yang telah dipilah pada tahap sebelumnya yang kemudian
disimpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. 24 Jadi pada tahap
kesimpulan data menjurus pada jawaban pada fokus bahasan dan
mengungkap fakta dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya.
24 Ibid.Hal. 342.