14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian nasional yang diarahkan untuk mendukung tumbuhnya dunia usaha, diharapkan mampu menghasilkan beraneka barang dan jasa 1 , sehingga pada akhirnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus dapat memberikan kepastian hukum atas barang dan/ jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan adanya kerugian terhadap konsumen. Perdagangan adalah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau waktu dan menjual kembali dengan maksud memperoleh keuntungan. 2 Kegiatan membeli barang atau jual beli dalam perdagangan di dalamnya tidak lepas dari bantuan peran masyarakat, baik masyarakat yang menjadi pelaku usaha atau peran masyarakat sebagai konsumen. Pedagang sebagai produsen atau pelaku usaha dalam teransaksi jual beli sangat membutuhkan dukungan dari konsumen sebaliknya juga konsumen sangat membutuhkan produsen untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3 Konsumen menurut asal kata berasal dari kata consumer atau consument, yang secara arti adalah setiap orang yang menggunakan barang atau jasa. 4 Kedudukan nya sebagai pihak yang menggunakan barang atau jasa semestinya mendapatkan perlindungan hukum. Memberikan perlindungan hukum berarti 1 Zaeni Asyhadi. 2012. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. hlm 191. 2 Rahayu Hartini. 2014. Aspek Hukum Bisnis. Malang : Citra Mentari. hlm 42 3 Celina Tri Siwi. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika.hlm 9 4 Gunawan Widjaja Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan perekonomian nasional yang diarahkan untuk mendukung

tumbuhnya dunia usaha, diharapkan mampu menghasilkan beraneka barang

dan jasa1, sehingga pada akhirnya mampu untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sekaligus dapat memberikan kepastian hukum atas barang dan/

jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan adanya kerugian

terhadap konsumen. Perdagangan adalah pekerjaan membeli barang dari suatu

tempat atau waktu dan menjual kembali dengan maksud memperoleh

keuntungan.2 Kegiatan membeli barang atau jual beli dalam perdagangan di

dalamnya tidak lepas dari bantuan peran masyarakat, baik masyarakat yang

menjadi pelaku usaha atau peran masyarakat sebagai konsumen.

Pedagang sebagai produsen atau pelaku usaha dalam teransaksi jual beli

sangat membutuhkan dukungan dari konsumen sebaliknya juga konsumen

sangat membutuhkan produsen untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.3

Konsumen menurut asal kata berasal dari kata consumer atau consument, yang

secara arti adalah setiap orang yang menggunakan barang atau jasa.4

Kedudukan nya sebagai pihak yang menggunakan barang atau jasa semestinya

mendapatkan perlindungan hukum. Memberikan perlindungan hukum berarti

1 Zaeni Asyhadi. 2012. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers. hlm 191. 2 Rahayu Hartini. 2014. Aspek Hukum Bisnis. Malang : Citra Mentari. hlm 42

3 Celina Tri Siwi. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika.hlm 9

4 Gunawan Widjaja Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama. hlm 8

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

2

memberikan jaminan adanya kepastian hukum bagi konsumen dalam

bertransaksi. Peran Pemerintah dalam hal ini sangat diharapkan, karena

mengingat Pemerintah berperan mengatur, mengawasi dan mengontrol untuk

tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain, dengan

tujuan agar mensejahterakan masyarakat secara luas dapat tercapai.

Penyelenggaraan perlindungan konsumen yang dilakukan oleh pemerintah

maupun masyarakat atau organisasi-organisasi konsumen haruslah bersifat

positif.5

Pedagang dalam transaksi jual beli terkadang menggunakan alat yang

untuk penentuan isi, volume, dan berat terhadap suatu barang yang menjadi

obyek jual beli dan alat tersebut ialah alat takar dan timbangan.6 Penggunaan

alat timbang oleh pelaku usaha tanpa disadari kerap melakukan suatu

pelanggaran yang tidak disadari oleh konsumen. Pelanggaran penggunaan alat

timbang tersebut secara tidak langsung melanggar beberapa aturan perundang –

undangan yang terkait, diantaranya ketentuan ayat 1 pasal 8 Undang – Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang:

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau

etiket barang tersebut;

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

5 Az. Nasution. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit

Media. hlm. 145. 6 Muslimin Boroallo. 2016. Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Alat Takar Dan

Timbang Pada Pasar Tradisional Di Kota Palu. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/. hlm 1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

3

Kemudian ketentuan point a Pasal 12 Undang - Undang Nomor 2 tahun

1981 tentang Metrologi Legal “Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan

tentang alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang wajib ditera

dan ditera ulang”. Alat UTTP harus ditera ulang sebagai alat kontrol secara

periodik untuk mengetahui apakah alat tersebut masih layak pakai. Alat UTTP

yang tidak ditera mengakibatkan tidak adanya jaminan kebenaran hasil

pengukuran. Kesalahan hasil pengukuran atau penimbangan tidak hanya akan

merugikan konsumen melainkan juga akan merugikan pelaku usaha.

Permasalahan mengenai segala sesuatu dalam hal ukur-mengukur, takar-

menakar dan timbang-menimbang secara luas yang lazim disebut permasalahan

metrologi.7

Pengaturan tentang metrologi menjadi semakin penting karena tertib ukur,

di segala bidang akan berkaitan dengan individu masyarakat sendiri sebagai

konsumen. Pentingnya pengaturan tentang metrologi secara tidak langsung

menciptakan lembaga bernama Metrologi Legal yang berperan dalam

melaksanakan tugas pokok pelayanan tera dan/atau tera ulang alat ukur, takar,

timbang dan perlengkapannya.

Pada pelaksanaan tera dan tera ulang oleh lembaga Metrologi milik

Kementrian Perdagangan ditemukan banyak permasalahan seperti terhadap

7.510 UTTP (ukut, takar, timbang, dan perlengkapannya) dan BDKT (barang

dalam keadaan terbungkus) yang masih belum sesuai dengan aturan tera, tera

7 Penjelasan Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

4

ulang, pelabelan, dan kebenaran kuantitas.8 Selain itu kasus lainnya juga

terdapat di daerah khususnya Kota Malang ialah

Ditemukannya penyalahgunaan timbangan dari hasil sidang tera ulang

yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur selama bulan Januari

2013 di wilayah Kecamatan Lowokwaru yang dalam hal ini ini dilakukan

di Pasar Merjosari. Untuk jenis Alat UTTP takaran basah hanya 3 buah,

anak timbangan biasa sebesar 192 buah, timbangan sentisimal 12 buah,

timbangan meja sebesar 41 buah, serta timbangan elektronik sejumlah 2

buah.9

Kemudian Sebagaimana dikutip dari Website Media Center Milik

Pemerintah Kota Malang

Terkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar

inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu, dari sidak tersebut,

tak kurang dari 35 timbangan milik pedagang terpaksa diamankan

petugas karena tidak sesuai keakuratannya dan tidak sesuai aturan dalam

melakukan penimbangan, dan hal ini sangat merugikan para konsumen.

Menurut Koordinator Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Kemetrologian

Malang, Maftuh Suyudi, bahwa dalam sidak di Pasar Tawangmangu ini

tidak mencapai target yang dinginkan. Maksudnya, tidak semua

pedagang yang ada di pasar tersebut yang mempunyai alat timbang tidak

mendatangi petugas untuk melakukan tera timbangan miliknya.10

Dua kutipan kasus diatas menjelskan bahwa permasalahn tera dan tera

ulang di daerah – daerah masih banyak di temukan, salah satunya di Kota

Malang Setelah adanya peraturan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, keberadaan Metrologi Legal mulai dihadirkan di masing

– masing daerah, untuk di Kota Malang kehadiran UPT Metrologi Legal

8 Nanda Narendra Putra, Kemendag dan Polri sepakat awasi pelaku kartel dan e-

Commerce, http://www.hukumonline.com/berita/baca/, acces Tanggal 11 Januari 2018, pukul

11:58WIB 9 Ardan Eyawan Mahega.2013. Efektivitas Pelaksanaan Pelayanan Tera Dan Tera Ulang

Alat Ukur Takar Timbang Dan Perlengkapannya Milik Pelaku Usaha Di Pasar Merjosari Oleh

Upt Kemetrologian Malang .hlm 81 10

Achmad, timbangan pedagang disita petugas, http://mediacenter.malangkota.go.id/,

acces tanggal 11 Januari 2018. Pukul 11:58WIB

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

5

didasarkan dengan Peraturan Walikota Malang Nomor 80 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Metrologi

Legal Pada Dinas Perindustrian Dan Perdagangan. Kehadiran UPT Metrologi

Legal di masing – masing daerah diharapkan agar lebih terjaminnya kepastian

hukum bagi masyarakat dan lebih terjaminnya perlindungan hukum terhadap

konsumen. Namun berdasarkan penelitian pendahuluan penulis di temukan

kendal – kendala yang menghambat pelaksanaan tera dan tera ulan di UPT.

Metrologi Legal Kota Malang untuk menjamin adanya kepastian hukum

tehadap penggunaan alat timbang salah satu kendalanya yaitu kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan Metrologi Legal.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas “ANALISIS

YURIDIS SOSIOLOGIS KENDALA YANG TIMBUL DALAM

PELAKSANAAN TERA ULANG PENGGUNAAN PERALATAN UTTP

KHUSUSNYA ALAT TIMBANG OLEH PELAKU USAHA (Studi di Pasar

Kota Malang dan UPT Metrologi Legal Kota Malang)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba merumuskan

permasalahan yaitu :

1. Problem apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan tera ulang

penggunaan alat UTTP oleh pelaku usaha di wilayah hukum Kota

Malang?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

6

2. Upaya apa yang dilakukan oleh UPT. Metrologi Legal Kota Malang dalam

meminimalisir Problem yang menjadi kendala pada pelaksanaan Tera

Ulang penggunaan Alat Ukur, Takar, Timbang Dan Perlengkapannya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pencapaian akhir yang ingin di capai oleh

penulis, adapun tujuan penelitian ini yaitu

1. Untuk mengetahui problem yang menjadi penghambat dalam

pelaksanaan tera ulang penggunaan alat UTTP oleh pelaku usaha di

wilayah hukum Kota Malang.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilaksanakan oleh UPT Metrologi Legal

Kota Malang dalam meminimalisir kendala dalam pelaksanaan tera

ulang penggunaan alat UTTP oleh pelaku usaha di wilayah hukum Kota

Malang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dengan adanya penelitian ini yaitu :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teorotis

baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan atau menambah wawasan

terutama dalam hal Metrologi yang berkaitan dengan upaya perlindungan

konsumen

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

7

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbanagn bacaan bagi

masyarakat terhadap perlaksnaaan Metrologi, dan selanjutnya dapat

dijadikan sebagai acuan guna penelitian selanjutnya

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini bagi penulis dapat berguna sebagai penambah pengetahuan

dalam hal permasalahan yang diteliti dan sebagai syarat untuk penulisan

tugas akhir dan menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan maupun refrensi

bagi kalangan akademisi dalam hal Metrologi yang berkaitan dengan upaya

perlindungan konsumen.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi masyarakat tentang

Metrologi di Indonesia Khususnya di Kota Malang.

4. Bagi Pemerintah

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan sebagai saran bagi

pemerintah khususnya UPT Kemetrologian Malang dalam pelaksanaan tera

ulang di Kota Malang.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

8

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang teratur dan terfikir secara runtut dan

baik dengan menggunakan metode ilmiah yang bertujuan untuk menemukan,

mengembangkan maupun guna menguji kebenaran maupun ketidak benaran

dari suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa agar suatu penelitian ilmiah dapat

berjalan dengan baik maka perlu menggunakan suatu metode penelitian yang

baik dan tepat. Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di

dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.11

Metodologi pada

hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara – cara seorang ilmuwan

mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan – lingkungan yang

dihadapinya.12

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah

pendekatan yuridis sosiologis, karena yang diteliti pada awalnya adalah data

sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data

primer di lapangan, atau terhadap masyarakat.13

Pendekatan penelitian

disebut yuridis sosiologis apabila jawaban permasalahannya dicari melalui

studi kepustakaan dan melalui studi lapangan.14

Pendekatan masalah

merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap –

11

Soejono Soekanto. 2006. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:Rajawali Pers. hlm.7. 12

Ibid. hlm 6 13

Soejono Soekanto. Loc.cit. 14

Muslan Abdurrahman. 2009. Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum. Malang:UMM

Press. hlm 103

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

9

tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian atau

penulisan.15

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan digunakan oleh penulis

dalam meneliti permasalahan terkait, adapun lokasi penelitian dalam

penulisan ini ialah pasar yang ada di Kota Malang dan UPT Metrologi Legal

Kota Malang

3. Jenis Data

Sumber data yang digunakaan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang berupa keterangan dari pihak

yang terkait dengan obyek penelitian. Data ini diperoleh dari informan

yaitu seseorang yang dianggap mengetahui permasalahan yang sedang

dikaji dalam penelitian dan bersedia memberikan informasi pada

peneliti dan dari pihak – pihak yang terlibat dengan objek yang

diteliti.16

Data ini dapat di peroleh dari proses wawancara dengan

narasumber yaitu pedagang dan petugas UPT Metrologi Legal maupun

pihak lain yang bersangkutan, serta data-data atau dokumen yang di

peroleh dari UPT Metrologi Legal Kota Malang.

15

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya

Bakti. hlm 112 16

Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya

Offset. hlm 112

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

10

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan penulis yaitu data yang berasal dari

buku – buku, artikel ilmiah, jurnal ilmiah, doktrin – doktrin, Undang –

Undang dan literatur lainnya yang relevan dengan pembahasan dalam

menjawab permasalahan. Adapun peraturan yang digunakan, seperti:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 tentang MetrologiLegal;

3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

4. Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 Tentang Wajib

Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat

bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/10/2009

tentang Penilaian Terhadap Unit Pelaksanaan Teknis Daerah

Metrologi Legal.

7. Peraturan Menteri Perdagangan RI No.08/M-DAG/PER/3/2010

Tentang Alat-alat ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya

(UTTP) yang Wajib diTera dan diTera Ulang.

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48/M-DAG/PER/12/2010

Tentang Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kemetrologian

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

11

9. Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

61/MPP/Kep/2/1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian

sebagaimana telah diubah dengna Keputusan Mentri

Perindustrian dan Perdagangan Nomor 251/MPP/kep/6/1999

10. Keputusan Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan

Konsumen Nomor : 903/SPK/KEP/12/2011 tentang Syarat Teknis

Timbanagn Pengecekan dan Penyortir

11. Peraturan Walikota Malang Nomor 80 Tahun 2016 Tentang

Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal Pada Dinas

Perdagangan

c. Data tersier,

Data Tersier yang digunakan oleh penulis adalah bahan hukum

yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder, berupa kamus yang digunakan untuk membantu

penulis dalam menterjemahkan berbagai istilah yang digunakan dalam

penulisan ini, serta browsing internet yang membantu penulis17

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Langsung ialah keadaaan situasi berhadapan antara pencari

data atau pewawancara dengan narasumber atau responden untuk

memperoleh jawaban yang dibutuhkan.18

17

Ibid, hlm 57 18

Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, hlm. 82

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

12

Populasi dan sampel

Sebelum melakukan wawancara penulis menetapkan populasi responden

dalam penelitian ini ialah petugas UPT Metrologi Legal Kota Malang

dan pelaku usaha yang ada di 6 pasar dari 22 pasar di Kota Malang.

Kemudian penulis dalam penelitian ini mengambil sampel dengan

menggunakan teknis purpossive sampling untuk UPT Metrologi Legal

dan random sampling untuk pelaku usaha.

1. Pada teknik purpossive sampling dalam instansi UPT Metrologi

Legal diambil 2 orang petugas terkait antara lain :

a. Bapak I Putu Rianadi selaku Penera Muda Unit Pelaksana Teknis

Metrologi Legal Kota Malang.

b. Ibu Fifi selaku staf Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal Kota

Malang

2. Pada teknik random sampling. Penulis mengambil sampling dari 6

pasar diantaranya Pasar Blimbing, Pasar Kasin, Pasar Sukun, Pasar

Besar, Pasar Sawojajar, dan Pasar Tawangmangu. Data yang

diperoleh dari 6 pasar tersebut telah mewakili 27% data Pasar yang

ada di Kota Malang Kemudian di perinci dengan nama dan jumlah

responden yang dijadikan sampel sebagai berikut :

Tabel 1

Daftar Responden Pedagang di Kota Malang

No Nama Lokasi Jenis dagangan

1. Heri Pasar Blimbing Warung

2. Ngatiman Pasar Blimbing Ayam potong

3. Tri Pasar Blimbing Ayam potong

4. Sulikah Pasar Kasin Ayam potong

5. Endang Pasar Kasin Ayam potong

6. Purwanti Pasar Sukun Warung

7. Yah Pasar Sukun Warung

8. Muslimin Pasar Sukun Beras

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

13

b. Studi Kepustakaan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, dan

menganalisis data yang berkaitan dengan Metrologi Legal.

5. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan oleh penulis ialah analisa secara deskriptif

Kualitatif. Deskriptif Kualitatif yaitu metode analisa data yang

mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian

lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan

dengan teori – teori, asas – asas, dan kaidah – kaidah hukum yang diperoleh

dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang

di rumuskan.

G. Rencana sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan hukum ini terdiri dari 4 bab dengan

pembahasan permasalahan yang berurutan, adapun garis besarnya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi

Penelitian, Jadwal Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

9. Dasri Pasar Besar Buah

10. Iwan Pasar Besar Emas

11. Lisa Pasar Besar Emas

12. Achmad Pasar Sawojajar Buah

13. Paini Pasar Tawangmangu Ikan

14. Nanang Pasar Tawangmangu Ikan

15. Fitri Pasar Sawojajar Buah

Sumber : Data responden menggunakan sampel

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/39947/2/BAB I.pdfTerkait hal tersebut petugas dari Balai Kemetrologian Malang menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Tawangmangu,

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori-teori hukum sebagai pisau analisis dari permaslahan

yang dibahas oleh penulis tentang Analisis Yuridis Sosiologis kendala yang

timbul dalam pelaksanaan Tera Ulang Penggunaan Peralatan UTTP oleh

Pelaku Usaha di wilayah Hukum Kota Malang (Studi di UPT Metrologi Legal

Kota Malang).

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan dan penjabaran atau penyajian data-data

dari penelitian dari permasalahan yang ada dalam penulisan penelitian hukum

ini, melalui pengkajian dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan

permasalahan dalam penulisan ini dan dikaitkan dengan data yang di peroleh

dilapangan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan bab

sebelumnya dan berisi saran tentang permasalahan yang diteliti.