12
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dispensasi kawin adalah untuk perkawinan yang calon mempelai laki- laki ataupun perempuannya masih di bawah umur dan belum diperbolehkan untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1 Batasan umur dalam melakukan perkawinan yang diatur Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat pada pasal 7 ayat (1) yakni “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.” Kemudian dilanjut dengan pasal 7 ayat (2) yakni “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.” Dengan adanya batasan umur yang telah diatur dalam undang-undang tentu saja untuk membatasi terjadinya perkawinan dini, dimana kedua calon yang akan melakukan perkawinan masih di bawah umur yang telah ditentukan undang-undang. Tetapi apabila tejadi hal penyimpangan di dalam masyarakat maka pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan atau meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita. 1 www.pa-tasikmalaya.go.id/sop-dispensasi-kawin diakses Sabtu 24 September 2016 pukul 17.00.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.ums.ac.id/55061/3/BAB I.pdf · untuk mengajukan dispensasi kawin kepada Pengadilan Agama.Alasan-alasan inilah yang nanti akan mempengaruhi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dispensasi kawin adalah untuk perkawinan yang calon mempelai laki-

laki ataupun perempuannya masih di bawah umur dan belum diperbolehkan

untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.1

Batasan umur dalam melakukan perkawinan yang diatur Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan terdapat pada pasal 7 ayat (1) yakni

“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan

belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”

Kemudian dilanjut dengan pasal 7 ayat (2) yakni “Dalam hal penyimpangan

terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau

Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak

wanita.”

Dengan adanya batasan umur yang telah diatur dalam undang-undang

tentu saja untuk membatasi terjadinya perkawinan dini, dimana kedua calon

yang akan melakukan perkawinan masih di bawah umur yang telah ditentukan

undang-undang. Tetapi apabila tejadi hal penyimpangan di dalam masyarakat

maka pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan atau meminta

dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang

tua pihak pria maupun wanita.

1www.pa-tasikmalaya.go.id/sop-dispensasi-kawin diakses Sabtu 24 September 2016 pukul 17.00.

2

Didikan dan arahan yang baik dari kedua orang tua kepada sang anak

tentu akan mempengaruhi cara pandang sang anak dalam bergaul di dalam

masyarakat. Cara pandang anak dalam bergaul ini yang nantiakan

mempengaruhi sang anak dalam berperilaku. Pantauan dari kedua orang tua

sangat dibutuhkan agar anak-anak tidak terjerumus pada pergaulan yang

menyimpang atau pergaulan yang tidak baik.Lingkungan pun dapat

mempengaruhi pertumbuhan pada anak, pertumbuhan yang dimaksud ialah

caraanak-anak dalam bergaul di masyarakat. Dimana pada masa modern ini

berbagai tekhnologi yang canggih telah beredar dimasyarakat luas dan telah

digunakan oleh berbagai kalangan, dari yang tua hingga yang muda semua dapat

menggunakan tekhnologi.Dengan adanya tekhnologi yang canggih pada saat ini

tentunya memiliki dampak kepada pertumbuhan pada anak sebab semua hal-hal

apapun yang belum saatnya anak-anak mengetahuinya dapat mereka melihat dan

mencari sendiri secara langsung melalui tekhnologi. Tekhnologi memang

banyak kegunaannya tetapi saat tekhnologi itu tidak dapat dipantau secara terus

menerus maka itu akan membawa dampak yang buruk.

Anak-anak yang terlalu banyak melihat hal-hal yang belum saatnya

mereka ketahui yakni contohnya video porno, cara berpacaran seperti orang-

orang barat dan lain-lain maka itu akan mempengaruhi anak-anak untuk

melakukan hal-hal seperti itu. Hal-hal seperti inilah yang nantinya akan

menjerumuskan mereka kepada pergaulan bebas. Pergaulan bebas yang terjadi

dikalangan anak muda sekarang tentunya akan berdampak negatif. Dampak

3

negatif yang tejadi salah satunya ialah pernikahan dini disebabkan hamil dari

perzinaan.

Sesungguhnya Islam telah mengharamkan zina dan hal-hal yang

membangkitkannya, seperti pergaulan yang diharamkan dan pertemuan tertutup

(khalwat) yang berdampak negatif. Islam mengharamkan memasuki rumah

orang lain kecuali setelah meminta izin. Islam juga menuntut suami-istri agar

mengarjakn kepada anak-anak mereka, baik yang masih kecil maupun yang telah

dewasa akan pentingnya meminta izin sebelum masuk ke kamar ayah ibu

mereka, yaitu pada waktu-waktu tidur dan ketika melepas busana. Islam telah

mewajibkan hijab (menutup aurat) atas wanita dan mengikatnya dengan berbagai

etika, seperti tidak merendahkan ucapan kepada laki-laki dan lainnya.2

Untuk itu, ada banyak ayat al-Qur’an yang mendidik dan membimbing

masyarakat muslim kepada nilai-nilai yang luhur, diantaranya adalah firman

Allah swt:

والذين هم لفروجهم حافظىن .

“Dan orang-orang yang memelihara kehormatannya.” (QS. Al-

Mukminun [23] : 5).

Ayat itu memerintahkan agar memelihara furuj (kehormatan) dari

kotoran syahwat yang tidak halal, menjaga hati dari berpikir hal-hal yang tidak

halal, dan menjaga komunitas masyarakat dari mengikuti keinginan syahwat dan

2Yahya Abdurrahman Al-Khatib, 2003, Hukum-Hukum Wanita Hamil (Ibadah, Perdata, Pidana),

Jatim: Al-Izzah, hal. 81.

4

kesenangannya dengan tanpa batas.Juga menjaga masyarakat dari rusaknya

kehidupan rumah tangga dan tidak teraturnya nasab, sebab rusaknya kehidupan

rumah tangga dan tidak teraturnya nasab merupakan faktor kehancuran suatu

masyarakat, yang akhirnya menyebarkan penyakit-penyakit sosial, mengacaukan

dan meluluhlantakkan unsur-unsur masyarakat.3

Menurut data yang tercatat di Pengadilan Agama Salatiga, selama dalam

kurun waktu setahun yakni pada tahun 2015, telah terjadi sebanyak 68 perkara

dispensasi kawin dan pada tahun 2016 dari bulan januari hingga agustus telah

terjadi sebanyak 36 perkara dispensasi kawin (data diperoleh penulis dari

Pengadilan Agama Salatiga). Ini merupakan jumlah perkara yang terbilang

banyak.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi

ini tentang “DISPENSASI PERKAWINAN DITINJAU DARI ASPEK

YURIDIS DAN SOSIOLOGIS (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA

SALATIGA)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah menjadi hal yang sangat dasar di dalam menentukan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dan akan membantu dalam

mengidentifikasi persoalan yang akan diteliti dan membantu mengarahkan

penelitian yang akan dibahas nantinya. Berdasarkan latar belakang yang telah

penulis jabarkan, maka permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut :

3Ibid, hal. 82.

5

1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam

memberikan dispensasi kawin?

2. Apakah yang menjadi faktor penyebab sehingga banyak terjadi

permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Salatiga?

3. Apakah dampak dari adanya pemberian dispensasi kawin?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian mengurai keinginan peneliti untuk memperoleh

jawaban atas permasalahan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah

diajukan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim Pengadilan

Agama Salatiga dalam memberikan dispensasi kawin.

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab sehingga banyak

terjadi permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama Salatiga.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak dari adanya pemberian

dispensasi kawin terhadap Pengadilan Agama Salatiga, pemohon

dispensasi kawin dan pengaturan hukum Islam menurut ulama di

masyarakat.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kegunaan,

adapun manfaat dan kegunaan tersebut yakni sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pemikiran di

bidang ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum Islam pada khusunya

mengenai dasar-dasar pertimbangan majelis hakim dalam memberikan

dispensasi kawin.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab banyaknya

permohonan dispensasi kawin khususnya daerah Salatiga.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

mengenai dampak dari pemberian dispensasi kawin terhadap Pengadilan

Agama Salatiga, pemohon dispensasi kawin dan penggaturan hukum Islam.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Perkawinan adalah sesuatu yang sakral yang dilakukan oleh laki-laki dan

perempuan yang telah memenuhi syarat-syarat, dari syarat-syarat yang telah

diatur didalam agama Islam maupun syarat-syarat yang telah diatur didalam

undang-undang.Peraturan yang mengatur tentang perkawinan yakni meliputi

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975. Perkawinan yang diatur

dalam ajaran agama Islam tentu akan berbeda dengan yang diatur dalam undang-

undang, salah satu yang sangat berbeda ialah adanya batasan umur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bagi kedua calon pasangan suami isteri

yang akan melakukan perkawinan. Ini sangat berbeda dengan anjuran agama

Islam, apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah mampu kawin

7

maka hendaklah menyegerakan perkawinan.Mampu yang dianjurkan oleh Islam

tentunya ialah mampu secara lahir dan batin.

Dengan adanya batasan umur yang telah ditentukan oleh Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yakni tertera dalam pasal 7

ayat (1), maka tidak semua umur dapat melakukan perkawinan. Tetapi didalam

Kompilasi Hukum Islam terdapat beberapa ketentuan yang menjadikan alasan

untuk mengajukan dispensasi kawin kepada Pengadilan Agama.Alasan-alasan

inilah yang nanti akan mempengaruhi pertimbangan hakim dalam memutuskan

perijinan dispensasi kawin tesebut.

Dispensasi kawin adalah untuk perkawinan yang calon mempelai laki-

laki ataupun perempuannya masih dibawah umur dan belum diperbolehkan

untuk menikah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.4

F. METODE PENELITIAN

Adapun metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Penelitian hukum ini menggunakan metode pendekatan normatif-empiris

yakni penulis tidak saja berusaha mempelajari pasal-pasal perundangan,

pandangan pendapat para ahli dan menguraikan dalam skripsi atau karya

penelitian ilmiahnya, tetapi juga menggunakan bahan-bahan yang sifatnya

normatif itu dalam rangka mengolah dan menganalisis data-data dari

4www.pa-tasikmalaya.go.id/sop-dispensasi-kawin diakses Sabtu 24 September 2016 pukul 17.00.

8

lapangan yang disajikan sebagai pembahasan.5Metode pendekatan ini karena

permasalahan yang diangkat oleh penulis berkaitan dengan peraturan-

peraturan tertulis yang penerapannya dihubungkan langsung kepada

masyarakat yaitu dengan diperolehnya data dari lapangan mengenai

meningkatnya dispensasi kawin di Pengadilan Agama Salatiga.

2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara

tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau

untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada

tidaknya hubungan anatara suatu gejala dengan gejala lain dalam

masyarakat.6 Dimana penulis akan mendeskripsikan mengenai dispensasi

kawin yang banyak terjadi di Pengadilan Agama Salatiga.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan

yakni warga masyarakat.7Melalui proses wawancara terhadap narasumber

yang berkaitan dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan.

5 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandar Lampung:

Mandar Maju, hal. 63 6Amiruddin dan Zaenal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers,

hal. 25 7 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Pers, hal. 12

9

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data lain yang berhubungan dengan penelitian

ini, berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian

yang berwujud laporan, buku harian, ataupun bahan-bahan pustaka

lainnya.8Fungsi data sekunder adalah untuk mendukung data primer. Data

sekunder yang berkaitan dengan ini yaitu :

1) Penetapan Pengadilan Agama Salatiga (berkas perkara nomor :

0049/P.dt.P/2016/PA.Sal)

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975

Tentang Pelaksaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

3) Bahan-bahan pustaka berupa buku literatur, situs web yang dikutip

dari internat yang berkaitan dengan penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang

dilakukan dengan cara mencari, menginventarisasi, mencatat dan

mempelajari peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan

hukum yang berkaitan dengan obyek penelitian yang dikaji oleh penulis.

b. Wawancara

Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang

dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung terhadap

8Ibid, hal. 12

10

berbagai pihak yang berkaitan dengan obyek penelitian yang dikaji oleh

penulis.

5. Metode Analisis Data

Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode analisi kualitatif, yakni data-data yang ada disusun dalam kata-kata

atau kalimat-kalimat.Metode ini bertujuan untuk memberi gambaran secara

sistematis fakta dan karakteristik obyek dan subyek yang diteliti secara tepat.

6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9 Populasi yang diambil

dalam penelitian ini adalah Penetapan Dispensasi Kawin di Pengadilan

Agama Salatiga, yakni pada tahun 2015 berjumlah sebanyak 68 perkara dan

pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga Agustus berjumlah sebanyak 36

perkara dispensasi kawin.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan

aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data

yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi.10

Pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah sampel judgemental yaitu sampel dipilih

berdasarkan pendapat analisis dan hasil penelitian digunakan untuk menarik

kesimpulan tentang item-item di dalam sampel pada observasi sesungguhnya,

karena populasi bersifat homogen maka peneliti mengambil sampel pada

9Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 80

10Ibid, hal. 81

11

Penetapan Pengadian Agama Salatiga (berkas perkara nomor:

0049/Pdt.P/2016/PA.Sal).

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel, random sampling

dengan cara simple random sampling yaitu teknik untuk mendapatkan sampel

yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dikatakan simple (sederhana)

karena pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada pada populasi itu karena populasi seluruh Penetapan

Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Salatiga, yakni pada tahun 2015

berjumlah sebanyak 68 perkara dan pada tahun 2016 dari bulan Januari

hingga Agustus berjumlah sebanyak 36 perkara dispensasi kawin tersebut

homogen. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang

terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk

mewakili populasi.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam hasil penelitian skripsi ini, penulis membagi beberapa bagian atau

bab-bab yang disusun secara garis besar untuk mendapatkan gambaran secara

menyeluruh mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam penetian ini.

Adapun sistematika penulisan sebagi berikut :

Dalam pembahasan BAB I penulis akan menguraikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Dalam pembahasan BAB II penulis akan menguraikan tinjauan tentang

perkawinan, tinjauan batas umur melakukan perkawinan, tinjauan tentang

12

dipensasi dalam perkawinan dibawah umur, dan tinjauan tentang menikah dalam

keadaan hamil.

Dalam pembahasan BAB III penulis akan menguraikan pembahasaan

tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengulas rumusan

masalah yaitu pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi kawin, faktor

penyebab sehingga banyak terjadi permohonan dispensasi kawin di Pengadilan

Agama Salatiga, dampak dari adanya pemberian dispensasi.

Dalam pembahasan BAB IV berisi penutup yakni di dalamnya memuat

tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil penelitian ini.

Daftar Pustaka.