BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38657/4/Chapter I.pdf · asal-usul uang atau harta ... yang dilakukan oleh korporasi dapat dengan mudah

  • Upload
    ngolien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tindak pidana pencucian uang atau yang lebih dikenal dengan istilah

    money laundering merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media

    massa, oleh sebab itu banyak pengertian yang berkembang sehubungan dengan

    istilah pencucian uang. Sutan Remi Sjahdeini menggarisbawahi, dewasa ini istilah

    money laundering sudah lazim digunakan untuk menggambarkan usaha-usaha

    yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum untuk melegalisasi uang kotor,

    yang diperoleh dari hasil tindak pidana.1

    Term used to describe investment or other transfer of money flowing from racketeering, drug transaction, and other illegal sources into legal channels so that its original source cannot be traced.

    Dalam Blacks Law Dictionary karya

    Henry Campbell Black (1990), money laundering didefinisikan sebagai berikut:

    2

    Istilah ini menggambarkan bahwa pencucian uang (money laundering)

    adalah penyetoran atau penanaman uang atau bentuk lain dari pemindahan atau

    pengalihan uang yang berasal dari pemerasan, transaksi narkotika, dan sumber-

    sumber lain yang ilegal melalui saluran legal, sehingga sumber asal uang tersebut

    tidak dapat diketahui atau dilacak.3

    Istilah pencucian uang atau money laundering dikenal sejak tahun 1930 di

    Amerika Serikat, munculnya istilah tersebut erat kaitannya dengan perusahaan

    1 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 17. 2 Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia, (Bandung: BooksTerrace

    & Library Pusat Informasi Hukum Indonesia, 2008), hlm.17. 3 H. Juni Sjafrien Jahja, Melawan Money Laundering, (Jakarta : Visimedia, 2012), hlm. 4.

    Universitas Sumatera Utara

  • laundry. Hal ini dikarenakan pada masa itu kejahatan pencucian uang tersebut

    dilakukan oleh organisasi kejahatan mafia melalui pembelian perusahaan-

    perusahaan pencuci pakaian atau laundry sebagai tempat untuk melakukan

    pencucian uang hasil kejahatan, dari sanalah muncul istilah money laundering.4

    Menurut Aziz Syamsuddin, tindak pidana pencucian uang adalah tindakan

    memproses sejumlah besar uang ilegal hasil tindak pidana menjadi dana yang

    kelihatannya bersih atau sah menurut hukum, dengan menggunakan metode yang

    canggih, kreatif dan kompleks. Atau, tindak pidana pencucian uang sebagai suatu

    proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan atau menyamarkan

    asal-usul uang atau harta kekayaan, yang diperoleh dari hasil tindak pidana yang

    kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah berasal dari kegiatan

    yang sah.

    5

    Tindak pidana pencucian uang ini bukan hanya bisa dilakukan oleh

    perorangan saja tetapi juga dapat dilakukan oleh korporasi. Indonesia sebagai

    salah satu negara berkembang di dunia ini, sangat menitikberatkan perkembangan

    dan pembangunan ekonominya kepada sektor swasta yang didominasi oleh

    korporasi. Oleh karena itu hubungan antara tindak pidana pencucian uang dengan

    korporasi ini sangatlah erat. Perkembangan teknologi yang semakin maju pesat

    juga membawa pengaruh terhadap tindak pidana pencucian uang, salah satunya

    yang dilakukan oleh korporasi dapat dengan mudah terjadi dan menghasilkan

    kekayaan dalam jumlah yang sangat besar.

    4 Ibid., hlm. 19 5 Ibid., hlm. 19

    Universitas Sumatera Utara

  • Korporasi bagi orang awam dimengerti hanya sebagai perusahaan saja,

    tetapi sebetulnya dalam hukum, korporasi mempunyai pengertian yang lebih

    detail. Kata korporasi menurut Kamus Hukum Fockema Andreae : Corporatie:

    dengan istilah ini kadang-kadang dimaksudkan suatu badan hukum; sekumpulan

    manusia yang menurut hukum terikat mempunyai tujuan yang sama, atau

    berdasarkan sejarah menjadi bersatu, yang memerlihatkan sebagai subjek hukum

    tersendiri dan oleh hukum dianggap sebagai suatu kesatuan....6

    Secara umum ada dua alasan pokok yang menyebabkan praktik pencucian

    uang diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana, sebagai berikut:

    Korporasi ini

    dapat berupa bank, perusahaan efek (dalam hal terjadi tindak pidana pencucian

    uang di pasar modal), dan sebagainya.

    Pertama, Pengaruh pencucian uang pada sistem keuangan dan ekonomi

    diyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Misalnya, dampak negatif

    terhadap efektifitas penggunaan sumber daya dan dana yang banyak digunakan

    untuk kegiatan tidak sah dan menyebabkan pemanfaatan dana yang kurang

    optimal, sehingga merugikan masyarakat. 7

    Hal tersebut terjadi karena uang hasil tindak pidana diinvestasikan di

    negara-negara yang dirasakan aman untuk mencuci uangnya, walaupun hasilnya

    lebih rendah. Uang hasil tindak pidana ini dapat saja beralih dari suatu negara

    yang perekonomiannya kurang baik. Dampak negatifnya money laundering bukan

    hanya menghambat pertumbuhan ekonomi dunia saja, tetapi juga menyebabkan

    6 N.E Algra, H.W. Gokkel, Saleh Adiwinata, A. Teloeki, Boerhanoeddin St. Batoeah, Kamus Istilah Hukum Fockma Andreae Belanda Indonesia (Bandung : Binacipta, 1983), hal.83.

    7 H. Juni Sjafrien Jahja, Op.Cit., hlm.12.

    Universitas Sumatera Utara

  • kurangnya kepercayaan publik terhadap sistem keuangan internasional, fluktuasi

    yang tajam pada nilai tukar suku bunga dan dapat mengakibatkan ketidakstabilan

    pada perekonomian nasional dan internasional.8

    Kedua, dengan ditetapkannya pencucian uang sebagai tindak pidana akan

    memudahkan penegak hukum untuk melakukan penindakan terhadap pelaku

    kejahatan tersebut. Misalnya, menyita hasil tindak pidana yang susah dilacak atau

    sudah dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Dengan cara ini pelarian uang

    hasil tindak pidana dapat dicegah. Orientasi pemberantasan tindak pidana sudah

    beralih dari menindak pelakunya ke arah menyita hasil tindak pidana.

    Pernyataan pencucian uang sebagai tindak pidana juga merupakan dasar bagi

    penegak hukum untuk memidanakan pihak ketiga yang dianggap menghambat

    upaya penegakan hukum.

    9

    Adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi

    yang mencurigakan, memudahkan para penegak hukum untuk menyelidiki kasus

    pidana sampai kepada tokoh-tokoh dibelakang tindak pidana pencucian uang yang

    biasanya sulit dilacak dan ditangkap, karena pada umumnya mereka tidak terlihat

    dalam pelaksanaan tindak pidana, tetapi menikmati hasil tindak pidana tersebut.

    Oleh karena akibat dari pencucian uang dapat mengakibatkan

    ketidakstabilan pada perekonomian nasional dan internasional, maka pihak-pihak

    yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang

    harus melakukan tugasnya secara optimal. Pihak-pihak tersebut antara lain :10

    1. Bank Indonesia

    8 Ibid., hlm. 13 9 Ibid. 10 H. Juni Sjafrien Jahja, Op.Cit., hlm 15

    Universitas Sumatera Utara

  • Merupakan pengawas dan pembina industri perbankan, yaitu bank umum

    dan bank perkreditan rakyat, pedagang valuta asing dan kegiatan usaha

    pengiriman uang (KUPU). Beberapa ketentuan yang terdapat dalam peraturan

    Bank Indonesia yang mendukung pencegahan tindak pidana pencucian uang,

    misalnya peraturan tentang penerapan KYC (Know Your Customer) dan

    penugasan khusus Direktur Kepatuhan pada bank umum untuk dapat

    menerapkan ketentuan perbankan yang sehat.

    2. PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan)

    PPATK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas

    dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan

    bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam

    menjaga keindependenannya, ketentuan mengenai PPATK dalam

    hubungannya dengan tindak pidana pencucian uang diatur dalam UU RI No.

    8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

    Pencucian Uang yang melarang setiap orang untuk melakukan segala bentuk

    campur tangan terhadap pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK. Di sisi

    lain, PPATK diwajibkan menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk

    campur tangan dari pihak manapun.

    Fungsi PPATK dalam melaksanakan tugas mencegah dan memberantas

    tindak pidana pencucian uang, sebagai berikut :

    a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

    b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;

    c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor;

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan

    yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana

    lain.11

    3. Pihak Pelapor

    Pihak pelapor dalam tindak pidana pencucian uang, meliputi pihak-

    pihak sebagai berikut:12

    a. penyedia jasa keuangan:

    1) bank;

    2) perusahaan pembiayaan;

    3) perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi;

    4) dana pensiun lembaga keuangan;

    5) perusahaan efek;

    6) manajer investasi;

    7) kustodian;

    8) wali amanat;

    9) perposan sebagai penyedia jasa giro;

    10) pedagang valuta asing;

    11) penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu;

    12) penyelenggara e-money dan/atau e-wallet;

    13) koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;

    14) pegadaian;

    11 Pasal 40 UU RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

    12 Pasal 17 ayat (1) UU RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15) perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi;

    16) penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.

    b. penyedia barang dan/atau jasa lain:

    1) perusahaan properti/agen properti;

    2) pedagang kendaraan bermotor;

    3) pedagang permata dan perhiasan/logam mulia;

    4) pedagang barang seni dan antik; atau

    5) balai lelang.

    4. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK)

    Merupakan lembaga yang bertugas melakukan pembinaan, pengaturan,

    dan pengawasan di bidang pasar modal dan lembaga keuangan nonbank. Terkait

    dengan pelaksanaan rezim anti pencucian uang, sebagai tindakan pencegahan,

    Bapepam-LK mengekuarkan kebijakan sesuai dengan Keputusan Ketua

    BAPEPAM-LK No. Kep-476/BL/2009 tentang Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

    oleh Penyedia Jasa Keuangan di Bidang Pasar Modal. Penyedia Jasa Keuangan di

    Bidang Pasar Modal antara lain perusahaan efek, pengelola reksa dana, dan

    kustodian. Sementara itu, yang dimaksud dengan lembaga keuangan non-bank

    antara lain perasuransian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan.

    Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

    Modal, BAPEPAM-LK juga berwenang mengadakan pemeriksaan, penyidikan,

    bahkan menerapkan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan

    pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.

    5. Kementrian Komunikasi dan Informatika

    Universitas Sumatera Utara

  • Merupakan regulator / pengawas perposan sebagai salah satu pengelola

    jasa keuangan (PJK) berdasarkan UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan

    dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

    6. Kementrian Perdagangan

    Merupakan regulator / pengawas perdagangan.

    7. Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC)

    Merupakan salah satu unit di bawah Kementrian Keuangan yang juga

    bagian dari rezim anti-pencucian uang terkait dengan pelaporan Cross Border

    CashCarrying (CBBC), yaitu pembawaan uang fisik lintas negara.

    8. Penegak hukum

    Berikut ini adalah penegak hukum terkait dengan tindak pidana pencucian

    uang.

    a. Penyidik Tindak Pidana Asal

    Penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik

    tindak pidana asal sesuai dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan

    peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain menurut UU

    RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

    Pidana Pencucian Uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan

    penyidik tindak pidana asal adalah pejabat dari instansi yang oleh

    undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan

    sebagai berikut :

    1) Kepolisian Negara Republik Indonesia

    2) Kejaksaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

    4) Badan Narkotika Nasional (BNN)

    5) Direktorat Jenderal Pajak

    6) Direktorat Jenderal Bea Cukai

    Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak

    pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan yang

    cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan

    penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya.

    b. Pengadilan

    Melaksanakan pemeriksaan perkara tindak pidana pencucian uang

    pada sidang pengadilan. Khusus di pengadilan tindak pidana korupsi,

    perkara yang diproses selain pekara tindak pidana korupsi juga perkara

    tindak pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana korupsi.

    B. Perumusan Masalah

    Sesuai dengan topik pembahasan di atas penulis merumuskan beberapa

    hal yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu :

    1. Bagaimana pengaturan tentang tindak pidana pencucian uang?

    2. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak pidana pencucian uang oleh

    korporasi?

    3. Bagaimana pertanggungjawaban hukum dalam tindak pidana korporasi?

    Universitas Sumatera Utara

  • C. Tujuan dan Manfaat

    Secara umum tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk

    memenuhi kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum dari

    Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

    Secara khusus lagi, tujuan penulisan skripsi ini disesuaikan dengan

    permasalahan yang sudah dirumuskan. Adapun yang menjadi tujuan penulisan

    skripsi ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaturan tentang tindak pidana pencucian uang.

    2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana pencucian uang oleh

    korporasi.

    3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban hukum dalam tindak pidana

    korporasi sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

    Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

    Di samping tujuan di atas diharapkan juga skripsi ini memberi manfaat sebagai

    berikut :

    1. Secara teoritis, pembahasan ini bisa menjadi tambahan ilmu dalam hukum

    ekonomi. Dan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan dan

    pencegahan terhadap tindak pidana pencucian uang di Indonesia

    2. Secara praktis, pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi tambahan

    pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada

    khususnya untuk mengetahui terjadinya tindak pidana pencucian uang

    pada suatu korporasi beserta akibat-akibatnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • D. Keaslian Penulisan

    Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi

    Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan

    Tindak Pidana Pencucian Uang yang diangkat sebagai judul skripsi ini telah

    diperiksa dan diteliti secara administrasi dan judul tersebut belum pernah

    ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Jadi,

    penulisan dan pembahasan skripsi ini dengan mengangkat judul tersebutdi atas

    dapat dikatakan asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional

    dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi ciri dari proses

    menemukan kebenaran ilmiah, sehingga pengangkatan judul di atas dapat juga

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

    E. Tinjauan Kepustakaan

    Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul

    skripsi ini adalah :

    1. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dapat dipidana atau

    dihukum.13

    2. Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur

    tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

    14

    3. Korporasi adalah kumpulan orang dan / atau kekayaan yang terorganisasi,

    baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

    15

    13 Tb. Irman S., Hukum Pembuktian Pencucian Uang(Money Laundering), (Jakarta: MQS Publishing, 2006), hlm. 37.

    14 Pasal 1 (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Berdasarkan dapat disinonimkan dengan kata menurut atau sesuai

    5. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 adalah Undang-Undang Republik

    Indonesia tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

    Pencucian Uang yang disahkan pada tanggal 22 Oktober 2010

    ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122)

    F. Metode Penulisan

    1. Jenis dan Sifat Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

    dengan melakukan penelitian hukum yang mengacu kepada norma-norma

    hukum yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain,

    digunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian dengan hanya

    menggunakan data-data sekunder. Metode penelitian hukum normatif adalah

    suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

    logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.16

    15 Pasal 1 (10) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang

    Penelitian ini bersifat deskriptif.

    Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu,

    suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu, asas-asas atau suatu peraturan-

    peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanannya, serta

    menganalisa secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan

    yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang.

    16 Johnny Ibrahim, Teori Metode dan Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayumedia Publishing, 2005), hal. 47.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Data

    Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif

    maka data-data yang dipergunakan adalah data-data berupa bahan hukum yang

    berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang seperti :

    a) Bahan Hukum Primer yaitu : bahan-bahan hukum atau dokumen

    peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang

    khusus yang berkaitan dengan masalah merger atau penggabungan

    perusahaan yang ada dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

    yang dijadikan sasaran peraturan pelaksananya.

    b) Bahan hukum sekunder yaitu : bahan-bahan yang memberikan

    penjelasan tentang bahan hukum primer.

    c) Bahan hukum tertier yaitu : kamus, bahan dari internet dan lain-lain

    bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum

    primer dan bahan hukum sekunder.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penulisan skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data

    melalui Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian dengan

    mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan

    dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan

    sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang

    dihadapi. Teknik ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder.

    Penelitian yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan

    Universitas Sumatera Utara

  • perundang-undangan maupun karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar,

    internet maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi

    yang diajukan.

    4. Analisa Data

    Analisis data dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori,

    asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di dalam Undang-Undang

    yang relevan dengan permasalahan, membuat sistematika dari data-data

    tersebut sehingga akan menghasikan kuslifikasi tertentu yang sesuai dengan

    permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis

    secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sisteatis pula,

    selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif

    sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran tulisan ini maka

    penelitian ini akan dibagi menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai

    berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Dalam bab ini diuraikan secara ringkas latar belakang, pokok

    permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,

    tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika

    penulisan.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB II : PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaturan tindak pidana

    pencucian uang, mencakup sejarah dan pengaturan pencucian

    uang, serta pengaturan tentang korporasi secara umum.

    BAB III : BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

    OLEH KORPORASI

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaturan korporasi di

    Indonesia dan bentuk-bentuk tindak pidana pencucian uang yang

    dilakukan oleh korporasi.

    BAB IV : PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK

    PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai unsur-unsur penentuan

    kooporasi melakukan praktek money laundering, tanggung jawab

    korporasi dalam rezim anti-money laundering dan bentuk

    pertanggungjawaban korporasi yang melakukan praktek money

    laundering.

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

    Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran.

    Universitas Sumatera Utara