Upload
vuongnhu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keinginan perempuan untuk mempercantik diri seringkali mendominasi isi
kepala perempuan. Mereka yang terlalu mengagungkan sisi kecantikan lahiriah
perempuan menyebabkan perempuan menjadi sangat terobsesi pada penampilan
yang cantik, sehingga banyak sekali upaya yang mereka lakukan untuk
mempercantik diri. Berbagai macam jasa dan produk yang menawarkan
perawatan kecantikan semakin menjamur di daerah perkotaan. Di era himpitan
ekonomi seperti sekarang ini urusan untuk tampil cantik secara fisik tidak kunjung
surut, bahkan nampaknya semakin meningkat meskipun harus mengeluarkan
biaya lebih.
Masyarakat modern cenderung di tuntut untuk bersolek diri. Untuk tampil
dalam kehidupan sehari-hari seperti pergi ke kampus, pusat-pusat perbelanjaan,
tempat makan, dan tempat-tempat bersosialisasi lainnya, masyarakat perlu
memperhatikan penampilan. Dalam istilah Chaney, hal seperti itu disebut
„masyarakat pesolek‟ (Chaney, 2004: 16). Wanita cantik perlu didukung oleh fisik
yang menarik seperti bertubuh ramping dan berkulit putih. Implikasinya, para
perempuan terus berusaha memperbaiki penampilannya agar semakin cantik.
Kebudayaan modern cenderung melihat kecantikan fisik sebagai simbol
untuk membangun citra diri di dalam ruang publik. Jika merujuk pada stigma
2
cantik yang berkembang sekarang ini, dapat dikatakan bahwa ada standar atau
ukuran kecantikan yang menjadi patokan bagi perempuan untuk mendapatkan
penghargaan melalui penilaian dari orang-orang di sekitarnya. Adanya wacana
tentang bagaimana perempuan cantik menyebabkan banyak perempuan berusaha
untuk membuat dirinya cantik menurut standar yang berlaku di masyarakat.
Konsep perawatan tubuh untuk perempuan bukanlah hal yang baru, namun
konsep ini semakin kompleks ketika memasuki era modern. Untuk membujuk
masyarakat industri kecantikan menggunakan perempuan-perempuan cantik
sebagai model promosinya. Salah satu contohnya adalah dengan
caramenampilkan baliho produk kecantikan di jalan yang mampu menarik
perhatian setiap orang yang melintasi jalan tersebut. Hal seperti itu lama-kelamaan
menjadi suatu bentuk konstruksi sosial yang menumbuhkan kesadaran pentingnya
merawat kecantikan menggunakan produk tersebut.
Keinginan untuk selalu tampil cantik juga terjadi pada mahasiswi
Yogyakarta. Disela-sela kegiatan menuntut ilmu dan memikirkan hal-hal yang
berkaitan dengan perkuliahan, para mahasiswi masih sempat memikirkan
penampilan agar terlihat menarik didepan orang lain. Salah satu usaha yang
dilakukan oleh mahasiswi dalam mempercantik wajah adalah dengan
menggunakan perawatan dari klinik kecantikan. Klinik kecantikan adalah pusat
perawatan kecantikan yang menggunakan sistem medis modern di mana
perempuan bisa mempercayakan perawatan kulit agar lebih terawat, segar, dan
menjadikan perempuan terlihat lebih cantik.
3
Salah satu klinik kecantikan yang ada di Yogyakarta adalah klinik
kecantikan NaavaGreen. Di tengah-tengah maraknya bombardir industri
kecantikan terhadap konsep cantik yang homogen, Naavagreen menawarkan
konsep yang berbeda dengan klinik-klinik kecantikan lain. Konsep kecantikan
yang ditawarkan oleh NaavaGreen adalah kecantikan yang alami karena klinik
kecantikan Naavagreen menggunakan bahan-bahan botanical alami pada setiap
produknya. Perawatan diawasi oleh dokter dan harga yang diberikan oleh
Naavagreen terjangkau. Naavagreen juga ditunjang tempat yang nyaman dan
fasilitas yang maksimal. Konsep cantik yang berbeda dari klinik kecantikan
lainnya membuat klinik kecantikan NaavaGreen menjadi pilihan mahasiswi
sebagai media untuk mempercantik wajah. Dalam pelayanan, Navaagreen secara
profesional mampu mengatasi masalah wajah seperti komedo, jerawat, kusam,
flek, kulit sensitif, keriput, penuaan dini, dan lain-lain.1
Mempercantik wajah dengan menggunakan produk dan perawatan dari
klinik kecantikan merupakan fenomena yang sekarang ini sedang digandrungi
oleh mahasiswi. Kecantikan fisik menjadi salah satu bagian penting yang harus
dimiliki oleh seorang perempuan. Berbagai usaha dilakukan untuk menutupi dan
memperbaiki kekurangan yang nampak dari fisik. Salah satunya adalah dengan
melakukan perawatan kecantikan di klinik kecantikan NaavaGreen agar kulit
wajah tampak cantik alami dengan kondisi wajah yang lebih bersih dan lebih
cerah.
1 Anonim, Naavagreen Natural Skincare, http://www.naavagreen.com/, 14/10/2013
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui:
1. Bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi.
2. Bagaimana alasan mahasiswi dalam menentukan klinik kecantikan
NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami makna cantik di kalangan mahasiswi yang
menggunakan perawatan di klinik kecantikan Naavagreen
2. Mengetahui dan mendeskripsikan alasan mahasiswi memilih klinik
kecantikan NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah.
D. Manfaat
Bagi kepentingan akademis, diharapkan melalui penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pada kajian-kajian kecantikan dan implikasinya secara
sosiologis sehingga bisa memberikan wawasan untuk penelitian-penelitian
berikutnya. Selain itu, secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan bisa
bermanfaat bagi para perempuan dalam memanfaatkan kecantikan sendiri ke arah
yang positif.
5
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang mengangkat tema perempuan dan kecantikan telah banyak
dilakukan. Dari beberapa penelitian terdahulu, salah satunya adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Indriana. Dalam skripsinya, Indriana meneliti
tentang perempuan dan perilaku konsumtif terhadap produk kecantikan di London
Beauty Centre (LBC).
Dari hasil penelitiannya, Indriana mengemukakan bahwa klinik kecantikan
merupakan sarana perawatan kecantikan kulit yang memiliki keunggulan dalam
penggunaan alat-alat modern. Selain itu, penanganan juga didasarkan atas
rekomendasi dari dokter spesialis kulit sehingga hal tersebut membuat mahasiswi
merasa aman dan percaya menggunakan perawatan kecantikan di klinik
kecantikan LBC.Kehadiran klinik kecantikan dipandang positif oleh mahasiswi
karena klinik kecantikan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan kecantikan kulit. Indriana mengatakan bahwa mahasiswi telah tertipu daya
untuk mengkonsumsi terus menerus, mereka tidak menyadari jika atas
pengkonsumsiannya terhadap produk kecantikan menjadikan mereka telah
berperilaku konsumtif.2
Selain Indriana, Veranantika juga melakukan penelitian yang mengatakan
bahwa kecantikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan perempuan. Veranantika
meneliti tindakan perempuan yang mengkonsumsi produk-produk pemutih kulit.
2 Indriana T.A., Perempuan dan Perilaku Konsumtif: Studi Mengenai Perilaku Konsumtif
Mahasiswi Terhadap Strategi Pemasaran Klinik Kecantikan di London Beauty Centre, Skripsi, 2010, hlm 114.
6
Hasil dari penelitiannya adalah bahwa kecantikan merupakan simbol dari perilaku
manusia yang diidealkan, dimana masyarakat ikut menanamkan nilai kecantikan
di masyarakat. Perempuan dituntut untuk selalu terlihat ideal sesuai standar yang
berlaku di masyarakat. Standar itulah yang kemudian menyebabkan perempuan
modern banyak mengkonsumsi krim pemutih.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, penelitian ini lebih
berfokus pada makna kecantikan di kalangan mahasiswi serta mendeskripsikan
alasan, tujuan, dan faktor-faktor pendorong mahasiswi melakukan perawatan
kecantikan wajah di klinik kecantikan NaavaGreen. Memiliki wajah yang cantik
adalah impian perempuan karena wajah adalah hal yang diperhatikan oleh orang
lain ketika berinteraksi. Wajah yang cantik akan terlihat lebih menarik sehingga
hall ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berbagai aspek dalam
kehidupan perempuan. Salah satu cara untuk mendapatkan kecantikan tersebut
adalah merawat wajah menggunakan produk-produk perawatan kecantikan
modern. Industri kecantikan berkembang pesat di kota-kota besar seperti
Yogyakarta. Klinik kecantikan Naavagreen menawarkan produk dan paket
perawatan yang menjanjikan dapat mengatasi keluhan perempuan berkaitan
dengan kecantikan wajah. Kecenderungan estetasi mahasiswi terhadap usaha
mempercantik wajah yang dilakukan melalui klinik kecantikan NaavaGreen inilah
yang membuat peneliti ingin mengetahuinya secara lebih mendalam.
7
F. Kerangka Konseptual
1. Teori Jaringan
Teori jaringan menjelaskan bahwa interaksi yang dilakukan dalam suatu
kelompok sosial membentuk suatu identitas bersama pada suatu kelompok sosial
dalam sebuah struktur sosial. Setiap aktor mempunyai tujuan tertentu, namun
struktur sosial dengan nilai dan normanya memberikan batasan mengenai apa
yang boleh dan tidak boleh untuk menentukan keinginan individu. Manusia
adalah makhluk kreatif, mereka memiliki kekuatan untuk melawan struktur sosial
tersebut yang akan berpengaruh terhadap perubahan struktur tersebut untuk
mengakomodir keinginan yang dulu tidak diizinkan oleh struktur sosial.
Teori jaringan berfokus pada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi
membentuk norma dan nilai dalam suatu kelompok sosial. Menurut teori ini,
orang memusatkan perhatian pada pola ikatan objektif yang menghubungkan
anggota masyarakat. Menurut Wellman, analisis jaringan lebih ingin mempelajari
keteraturan individu atau kolektivitas berperilaku ketimbang keteraturan
keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Karena itu pakar
analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif dari perilau sosial.
Mereka menolak setiap penjelasan nonstruktural yang memperlakukan proses
sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma yang
tertanam (Ritzer, 2010: 382)
Sasaran perhatian utama pada teori jaringan adalah pola objektif ikatan
yang menggabungkan anggota masyarakat. Sama seperti teori pilihan rasional,
8
teori ini juga memusatkan perhatian pada struktur mikro hingga makro.
Granoveter melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan yang
“melekat dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan) hubungan
itu” (Ritzer, 2010: 383). Lebih lanjut lagi, Ritzer juga mengungkapkan bahwa
hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau
kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai
(kekayaan, kekuasaan, informasi) (Ritzer, 2010: 383). Akibatnya adalah bahwa
sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung
pada komponen lain (Ritzer, 2010: 383).
Interaksi yang terjalin antara individu dengan yang lainnya dipengaruhi
oleh kuat atau lemahnya suatu relasi sosial antar individu satu dengan individu
lainnya. Ikatan yang kuat misalnya, hubungan antara seseorang dan teman
karibnya. Pada kasus ini, ikatan yang kuat bisa dilihat dari interaksi antara
mahasiswi dengan keluarga dan antara mahasiswi dengan teman. Ikatan yang
lemah misalnya antara seseorang dengan kenalannya. Sosiolog cenderung
memusatkan perhatian pada orang yang mempunyai ikatan yang kuat atau
kelompok sosial (Ritzer, 2010: 383). Orang yang mempunyai ikatan kuat
memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling
memberikan bantuan (Ritzer, 2010: 384).
Interaksi akan lebih sering dilakukan oleh seseorang dengan orang lain
karena danya kesamaan nilai dan norma dibandingkan dengan individu yang
berbeda nilai dan norma. Dengan demikian, munculah kohesi diantara sesama
9
kelompok sosial tertentu yang memiliki kesamaan nilai dan norma. Dalam kasus
ini, ikatan yang kuat terjalin antara mahasiswi dengan keluarga dan antara
mahasiswi dengan teman sepermainan. Mereka memiliki kesamaan nilai dan
norma yang membuat hubungan diantara mereka semakin intens.
Teori jaringan bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis di
mana ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya (Ritzer, 2010: 384). Pada penelitian ini, hubungan antara mahasiswi
dengan keluarga dan mahasiswi dengan teman berada pada garis yang tidak
asimetris. Mahasiswi dengan teman saling berbagi informasi yang membuat
intensitas diantara mereka semakin besar.
2. Pilihan Rasional
Penelitian yang telah dilakukan ini berusaha untuk memahami dan
mendeskripsikan tentang perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah melalui
klinik kecantikan NaavaGreen dan mengetahui bagaimana mahasiswi memaknai
kecantikan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan
teori pilihan rasional sebagai alat analisis. Peneliti mencari tahu alasan dan tujuan
di balik tindakan tersebut. Model pilihan rasional merupakan mekanisme yang
membutuhkan fakta-fakta tertentu yang eksternal seperti tujuan dan makna dari
tindakan. Perilaku mempercantik wajah dengan menggunakan wadah teknologi
modern tidak semata-mata perilaku yang tanpa tujuan.
10
Teori pilihan rasional sangat penting untuk menjelaskan pertukaran sosial,
dalam arti tindakan situasi interaktf yang sangat dipengaruhi oleh upaya
pemaksimalan menurut tujuan. Di dalam kasus ini, kecantikan adalah hal yang
dikejar oleh perempuan. Kecantikan seperti dijadikan sebagai alat pertukaran, di
mana cantik seolah-olah menjadi barang yang bisa diperjual-belikan. Perempuan
yang menginginkannya tinggal datang, membeli, kemudian mendapatkan
hasilnya.
Pendekatan teori ini berfokus dari dasar metodologi individualism, di
mana teori ini lebih memusatkan perhatian pada level individu. Teori ini
digunakan sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan fenomena tingkat
makro.3 Gagasan dasar dari teori ini adalah bahwa tindakan seseorang menuju
kepada tujuan, dan tujuan tersebut ditentukan oleh nilai dan pilihan.4 Pilihan
rasional adalah model penjelasan dari tindakan-tindakan manusia, dimaksudkan
untuk memberikan analisa formal dari pengambilan keputusan rasional
berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan.
Coleman mengadopsi teori ekonomi, yaitu setiap aktor memiliih tindakan
yang dapat memaksimalkan kegunaan yang memuaskan keinginan dan kebutuhan
mereka.5Dalam proses konsumsi, keputusan melakukan tindakan konsumsi yang
dilakukan seseorang dipengaruhi dan disesuaikan dengan beberapa hal, seperti;
disesuaikan dengan apa yang ia butuhkan, sesuai dengan penghasilan yang
3 Ritzer, G., Goodman, D.J,. Teori Sosiologi Modern, Edisi keenam, Kencana, Jakarta, 2007, hlm
391 4 Ibid, hlm 394.
5 ibid., 394
11
diperoleh, fungsi dari barang itu sendiri, dan waktu penggunaan barang. Coleman
juga mengungkapan adanya elemen utama dalam pilihan rasional, yaitu aktor dan
benda (sumber daya).6 Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan
dapat di kontrol oleh aktor. Pelaku menjalankan kekuasaannya dengan cara yang
dapat memenuhi kepentingannya.
Masyarakat saat ini diatur oleh berbagai macam hal yang berisfat kekinian
untuk ditiru. Selain kebutuhan pokok, sekarang ada semakin banyak kebutuhan
lain yang perlu dipenuhi. Menurut Baudrillard, perempuan banyak diajak untuk
membiasakan diri menyenangkan dirinya sendiri (Baudrillard, 2011: 113). Salah
satu bentuknya adalah dengan melakukan perawatan kecantikan menggunakan
produk-produk perwatan moder. Perilaku ini berkaitan dengan kepuasan dan
perhatian yang besar terhadap dirinya sendiri.
Konsep pilihan rasional Coleman berpijak pada gagasan tentang berbagai
macam tindakan (atau bermacam barang) yang memiliki kegunaan tertentu bagi si
pelaku dan disertai dengan sebuah prinsip tindakan yang bisa diungkapkan dengan
mengatakan bahwa si pelaku memilih tindakan yang akan memaksimalkan
kegunaan itu (Coleman, 2008: 15). Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
membawanya pada objek yang memberinya kepuasan (Coleman, 2008: 73).
Pada kasus ini, mahasiswi beramai-ramai mendatangi klinik kecantikan
untuk memenuhi kebutuhannya sebagai perempuan dalam hal mempercantik diri.
Terdapat simbol atau image yang melekat pada produk dan perwatan dari klinik
6 Ibid, hlm 32.
12
kecantikan. Dengan melakukan perawatan kecantikan wajah tersebut, psikologis
mahasiswi menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih karena merasa bahwa
dirinya semakin cantik dari sebelumnya.
Perawatan kecantikan wajah tidak dianggap sebagai paksaan atau tuntutan,
melainkan memang bagian dari kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan ini
berhubungan erat dengan pemenuhan kepuasaan mahasiswi terhadap diri sendiri
untuk tampil menarik. Perawatan kecantikan wajah di klinik kecantikan adalah
cara yang dilakukan oleh mahasiswi sebagai bentuk kehadirannya di tengah-
tengah lingkungan.
3. Pencitraan Diri
Tubuh perempuan telah menjadi arena praktik dan pengujian kekuasaan,
padahal tubuh sebagai milik individu seharusnya menjadi wilayah yang sangat
“pribadi” di mana seseorang memiliki hak penuh dalam pengelolaannya. Pada
saat kontrol sosial mulai menyentuh tubuh yang merupakan “dunia privat” maka
sesungguhnya perempuan tidak memiliki kebebasan lagi (Abdullah, 2006: 18)
Di dalam kehidupan sosial dapat dilihat dengan jelas bagaimana
pengelolaan tubuh telah menjadi suatu gejala yang sangat penting dewasa ini
(Abdullah, 2006: 18). Sebagai contohnya adalah banyaknya pusat-pusat
kebugaran yang menawarkan bagaimana cara untuk membentuk ukuran tubuh
agar proposional, banyaknya salon-salon yang menawarkan treatmen perawatan
13
mulai dari ujung ramput sampai ujung kaki, juga tidak ketinggalan dengan
kemunculan klinik-klinik kecantikan dengan konstruksi wajah cantik idealnya.
Bentuk tubuh telah menjadi syarat atau faktor dominan di dalam berbagai
pertukaran sosial (Abdullah, 2006: 18).
Di zaman sekarang ini, masyarakat selalu terdorong untuk dapat
berpenampilan semenarik mungkin. Selain dengan mengenakan pakaian dan
aksesoris yang menarik dan sedang trend, cara lain yang dapat ditempuh untuk
memperindah penampilan adalah dengan merawat wajah dan tubuh dengan
menggunakan produk-produk dan perawatan kecantikan di klinik kecantikan.
Menurut David Chaney, pada akhir modernitas, semua yang kita miliki
akan menjadi suatu budaya tontonan (a culture of spectacle) (Chaney, 2004: 167).
Semua orang ingin menjadi penonton sekaligus ingin ditonton. Ingin melihat
sekaligus juga ingin dilihat (Chaney, 2004: 167). Disinilah gaya mulai menjadi
modus manuisia modern: kamu bergaya maka kamu ada! Kalau kamu tidak
bergaya, siap-siaplah dianggap tidak ada, diremehkan, diabaikan, atau mungkin
dilecehkan. Itulah sebabnya maka orang sekarang perlu bersolek atau merias diri
(Chaney, 2004: 44).
Penerimaan sosial dan batas-batas hubungan sosialdipengaruhi oleh bentuk
tubuh seseorang, yang itu menjadi stamdar ukuran menarik tidaknya seseorang
(Abdullah, 2006: 19). Usaha-usaha mengendalikan, mengatur, dan menertibkan
tubuh menjadi bagian dari gejala sosial yang dikuatkan keberadaannya dengan
institusi-institusi pendukung (Abdullah, 2006: 19).
14
Menurut Abdullah, perempuan sesungguhnya menjadi korban (Abdullah,
2006: 20). Mereka menjadi alat di dalam proses distribusi produk dan gaya hidup.
Perempuan dieksploitasi sedemikian rupa dengan cata membentuk dan
menonjolkan bagian tertentu dari bagian tubuh perempuanuntuk membangun citra
yang sesuai dengan produk yang dipasarkan, namun di isisi lain, perempuan
menjadi objek pasar dari produk kapitalisme (Abdullah, 2006: 20).
Media masa adalah agen sosialisasi memiliki pengaruh besar dalam
membeangun konstruksi cantik. Konsep-konsep ideal disebarkan dengan
menggunakan bentuk tubuh perempuan untuk menawarkan produk perawatan
kesehatan dan kecantikan perempuan. Jika melihat kenyataan tersebut, maka tidak
mengherankan jika para perempuan termasuk para mahasiswi menjadi tertarik
untuk menjadikan dirinya seperti yang dikonstruksikan itu. Berbagai upaya
pembentukan citra ideal ini tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan manusia yang
terus menerus diciptakan tanpa ada habisnya.
Benda-benda dan praktik-praktik perawatan kesehatan dikonsumsi oleh
perempuan sebagai bagian dari proses estetisasi kehidupan, suatu mode konsumsi
yang didasari oleh nilai simbolis suatu produk. Hal yang terjadi pada mahasiswi
adalah gaya hidup yang cenderung konsumtif terhadap produk-produk perawatan
kecantikan. Produk-produk tersebut merupakan bagian dari pembentukan estetika
wajah yang sesuai dengan apa yang dikonstruksikan oleh media. Mahasiswi pun
berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya cantik seperti yang di idealkan dengan
15
mendatangi klinik kecantikan. Di dalam produk yang digunakan terkandung
simbol cantik yang menjadi daya tarik dari produk perawatan itu sendiri.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Keberadaan metode mutlak diperlukan karena fakta-fakta sosial harus
dibuka dari “kulit pembungkus” kenyataan yang sepintas tampak, harus diamati
dalam suatu kerangka acuan yang spesifik, harus diukur dengan tepat, dan harus
diamati pula pada suatu fakta yang dapat dikaitkan dengan fakta-fakta lain yang
relevan. Metode penelitian digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yaitu bagaimana pemaknaan cantik
di kalangan mahasiswi dan bagaimana alasan mahasiswi dalam menentukan klinik
kecantikan NaavaGreen sebagai media untuk mempercantik wajah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif
mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang diamati dari
orang-orang yang diteliti.7 Metode penelitian kualitatif deskriptif dipilih karena
digunakan untuk menjelaskan permasalahan diatas secara terperinci. Metode
penelitian kualitatif cocok dengan penelitian ini karena dengan menggunakan
metode ini peneliti dapat menganalisa perilaku mahasiswi dalam mempercantik
7 Taylor dan Bogdan, dalam (Bagong Suyanto dan Sutinah), Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan, Edisi Revisi, Jakarta:Kencana, 2011 , hlm 166.
16
wajah di klinik kecantikan NaavaGreen secara lebih mendalam. Metode ini dapat
digunakan untuk menelaah suatu latar belakang seperti motivasi, peranan, nilai,
sikap, dan persepsi.
Untuk mendapatkan gambaran terkait dengan objek yang diteliti maka
pada penelitian ini telah dilakukan penelitian secara menyeluruh dan mendalam.
Peneliti berusaha menggambarkan bagaimana proses dialektika antara mahasiswi
dengan lingkungan / sosio-kultural dalam melakukan perawatan kecantikan di
klinik kecantikan naavagreen.
2. Unit Analisis
Dalam riset ilmu sosial, hal yang penting adalah menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan apa atau siapa yang ditelaah.8 Dari tingkat analisis yang
ditetapkan maka data diperoleh. Pengumpulan data pada penelitian ini terarah
kepada mahasiswi Yogyakarta yang dipengaruhi faktor-faktor pendorong
mahasiswi menggunakan produk dan perawatan kecantikan melalui klinik
kecantikan Navaagreen. Lokasi Penelitian ini berada di klinik kecantikan
NaavaGreen, Jalan Cendrawasih No.5 Demangan, Yogyakarta, dan di sekitar
lingkungan mahasiswi.
Peneliti memilih klinik kecantikan Naavagreen karena klinik kecantikan
NaavaGreen cukup ramai didatangi oleh mahasiswi Yogyakarta. Klinik
8 Ridzal Tdjoer, Metode Bricolage Dalam Penelitian Sosial,Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed:
Burhan Bungin, Jakarta; PT Rahagrafindo Persada, 2001, hlm 126.
17
kecantikan NaavaGreen memberikan pelayanan perawatan kecantikan kulit dan
wajah secara alami, berkualitas dan murah, juga terpercaya. Selain itu, lokasi
klinik kecantikan NaavaGreen cukup strategis dengan kampus dan tempat tinggal
peneliti.
Dalam penelitian ini diambil delapan narasumber yang dianggap bisa
memberikan informasi terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. Peneliti
menggunakan pupossive sampling. Purpposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, di mana orang
yang menjadi narasumber adalah orang yang dianggap paling tahu tentang apa
yang diharapkan sehingga memudahkan peneliti dalam menjelajahi situasi yang
sedang diteliti.
Dalam menentukan informan, Sudikan mengatakan dalam penentuan
mengenai siapa yang harus menjadi informan harus melalui pertimbangan, yaitu
orang yang bersangkutan memiliki pengalaan pribadi sesuai dengan permasalahan
yang diteliti, usia oang yang bersangkutan sudah deawasa, orang yang
bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk
menjelekan orang lain, orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan luas
tentang permasalahan yang akan diteliti.9
Pengambilan informan dilakukan peneliti dengan cara pergi ke klinik
kecantikan NaavaGreen. Peneliti mencoba berbincang-bincang dengan beberapa
9Sudikan Setya Yuawana, Ragam Metode Pengumpulan Data, Mengulas Kembali; Pengamatan,
Wawancara, Analisis Life History, Analisis Folklore., Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed: Burhan Bungin, Jakarta; PT Rahagrafindo Persada, 2001, hlm 101.
18
pelanggan di klinik kecantikan NaavaGreen, dengan demikian peneliti dapat
menentukan pelanggan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan narasumber.
Kriteria pemilihan informan diantaranya adalah informan merupakan mahasiswi
aktif universitas di Yogyakarta, informan adalah pelanggan/konsumen di klinik
kecantikan NaavaGreen, serta sudah menggunakan perawatan lebih dari tiga
bulan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap kegiatan penelitian dibutuhkan objek atau sasaran penelitian
yang objek atau sasaran tersebut umumnya eksis dalam jumlah yang besar atau
banyak. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan (April – Juni 2014) tiga bulan
pertama digunakan untuk pengumpulan data, dan tiga bulan berikutnya untuk
menganalisis dan penyusunan skripsi. Pengumpulan data dilakukan melalui
penggabungan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3.1.Observasi
Observasi atau pengamatan dipergunakan untuk mendapatkan data.
Dengan demikian dapat diperoleh data yang sebenar-benarnya terkait
penelitian. Pada tahap ini, peneliti melakukan deskripsi terhadap apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan. Peneliti berpartisipasi secara fungsional di
19
dalam penelitian ini. Ketika di lapangan, peneliti ikut berpartisipasi
dengan subjek yang diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat.
Observasi dilakukan di sekitar klinik kecantikan NaavaGreen. Pada
tahapan ini, peneliti memulai pengamatan dengan memasuki lokasi
penelitian, yaitu di klinik kecantikan NaavaGreen yang terletak di
Demangan, Yogyakarta. Peneliti mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di
klinik kecantikan NaavaGreen. Hasil pengamatan mendapati bahwa klinik
kecantikan NaavaGreen memiliki pengunjung yang ramai. Klinik
kecantikan NaavaGreen di setting dengan tempat cukup nyaman bagi
pengunjung yang menunggu untuk mendapatkan pelayanan perawatan
kecantikan.
Observasi atau pengamatan dipergunakan untuk mengetahui
bagaimana perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah di klinik
kecantikan NaavaGreen. Pada teknik observasi, peneliti juga telah
berpartisipasi menjadi konsumen di klinik kecantikan tersebut. Hal ini
dilakukan agar peneliti memperoleh gambaran terkait dengan
permasalahan yang diteliti.
Observasi juga dilakukan untuk memahami kode-kode/tingkah laku
untuk membedakan tingkah laku satu dengan lainnya. Contohnya, peneliti
melakukan observasi terhadap informan dan beberapa pengunjung di
klinik kecantikan NaavaGreen. Hal-hal yang menjadi bagian observasi
20
adalah seperti penampilan fisik, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas
yang dilakukan.
3.2.Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta
pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode
observasi. Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, peneliti juga
menggunakan metode wawancara mendalam.
Wawancara mendalam bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu
penyamaran dan terbuka (Bungin, 2001: 109). Penyamaran adalah
pewawancara menyamar sebagai anggota masyarakat pada umumnya dan
hidup dan beraktivitas dengan wajar dengan orang yang diwawancarai.
Wawancara terbuka dilakukan dengan informan secara terbuka di mana
informan mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang
bertugas melakukan wawancara di lokasi penelitian (Bungin, 2001: 109)
Pada penelitian ini, wawancara mendalam bersifat terbuka dan
dilakukan kepada delapan mahasiswi Yogyakarta yang menjadi pelanggan
di klinik kecantikan NaavaGreen. Wawancara dilakukan di sekitar klinik
kecantikan NaavaGreen dan di sekitar lingkungan kampus mahasiswi.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan
21
perilaku mahasiswi dalam mempercantik wajah, yaitu untuk mengetahui
bagaimana pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan apa saja yang
menjadi alasan mahasiswi melakukan perawatan kecantikan wajah di
klinik kecantikan NaavaGreen.
3.3.Dokumentasi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dengan mempergunakan
rekaman suara, foto/gambar, dan bahan-bahan tertulis sebagai dokumen
pada saat penelian. Teknik dokumentasi ini dilakukan sebagai pelengkap
teknik observasi dan wawancara pada saat penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analaisa data diantaranya ada tiga tahap, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi data. Ketiga tahapan tersebut berlangsung secara
simultan. Analisis data dalam penelitian berlangsung dengan proses pengumpulan
data dan setelah pengumpulan data selesai. Proses pengumpulan data dilakukan
dengan cara menyusun semua hasil observasi dan wawancara dengan informan.
Pada saat proses wawancara, analisisis terhadap jawaban dari informan telah
berlangsung.
Peneliti kemudian memilih dan memusatkan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstarakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan di lapangan. Proses reduksi data berjalan terus menerus selama
22
penelitian ini berlangsung. Pada tahapan ini peneliti memilih hal-hal yang pokok
dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan pola sehingga
data yang telah direduksi memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Langkah berikutnya adalah penyajian data, yang disusun dari sekumpulan
informasi yang telah didapat selama penelitian berlangsung. Penyajian data
diakukan dalam bentuk deskripsi yang didapat dari hasil yang telah direduksi.
Sekumpulan informasi tersebut memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Terakhir adalah penarikkan kesimpulan, di
mana tujuan utama dari penelitian ini adalah adanya temuan. Pada penelitian ini
peneliti mendapatkan pemaknaan cantik di kalangan mahasiswi dan alasan di
balik perilaku mahasiswi dalam melakukan perawatan kecantikan di klinik
kecantikan NaavaGreen.