24
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia saat ini banyak sekali terjadi persaingan usaha antar para pedagang. Mulai dari pedagang elektronik, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Terutama di wilayah Malang sendiri sudah banyak pedagang yang membuka warung di tempat strategis seperti halnya di daerah Terminal, Stasiun dan juga tempat wisata yang ada di Malang Raya. 1 Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara. Melalui perdagangan pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga sehingga secara tidak langsung perdagangan juga berhubungan erat dengan dunia politik. 2 Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan pemaksaan. 3 Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud untuk 1 Pemerintah Kota Malang. Sejarah Malang. http://malangkota.go.id. diakses tanggal 13 Februari 2017 2 Indah F. Pengertian dan Definisi Perdagangan. https://carapedia.com. diakses tanggal 27 Maret 2017 3 Maliki. Pengertian Perdagangan. https://id.wikipedia.org. diakses tanggal 27 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/37846/2/jiptummpp-gdl-maulidiana-48545-2-babi.pdf · Pengertian dan Definisi Perdagangan. . diakses tanggal 27 Maret 2017 3 Maliki

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia saat ini banyak sekali terjadi persaingan usaha antar para

pedagang. Mulai dari pedagang elektronik, makanan, minuman, dan lain

sebagainya. Terutama di wilayah Malang sendiri sudah banyak pedagang yang

membuka warung di tempat strategis seperti halnya di daerah Terminal,

Stasiun dan juga tempat wisata yang ada di Malang Raya.1

Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan

perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara

menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur

tingkat perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan

merupakan urat nadi perekonomian suatu negara. Melalui perdagangan pula

suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga

sehingga secara tidak langsung perdagangan juga berhubungan erat dengan

dunia politik.2 Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar

barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan

pemaksaan.3 Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan

membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang

itu ditempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud untuk

1 Pemerintah Kota Malang. Sejarah Malang. http://malangkota.go.id. diakses tanggal 13

Februari 2017

2 Indah F. Pengertian dan Definisi Perdagangan. https://carapedia.com. diakses tanggal 27

Maret 2017

3 Maliki. Pengertian Perdagangan. https://id.wikipedia.org. diakses tanggal 27 Maret 2017

2

memperoleh keuntungan. Dalam Buku I Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5

Kitab Undang Undang Hukum Dagang diatur tentang perdagang dan perbuatan

perdagangan. Perdagang adalah orang yang melakukan perbuatan perdagangan

sebagai pekerjaan sehari-hari (Pasal 2 Kitab Undang Undang Hukum Dagang).

Pengertian perdagangan atau perniagaan dalam Pasal 3 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah

banyak atau sedikit, masih berupa bahan atau sudah jadi, atau hanya untuk

disewakan pemakaiannya. Perbuatan perdagangan dalam pasal ini hanya

meliputi perbuatan membeli, tidak meliputi perbuatan menjual. Menjual adalah

tujuan dari perbuatan membeli, padahal menurut ketentuan Pasal 4 Kitab

Undang Undang Hukum Dagang perbuatan menjual termasuk juga dalam

perbuatan perdagangan.4 Perbuatan perdagangan dalam Pasal 4 Kitab Undang

Undang Hukum Dagang meliputi:

a) Kegiatan jasa komisi;

b) Jual beli surat berharga;

c) Perbuatan para pedagang, pemimpin bank, bendahara, makelar;

d) Pemborongan pekerjaan bangunan, makanan dan minuman keperluan kapal;

e) Ekspedisi dan pengangkutan barang dagangan;

f) Menyewakan dan mencarterkan kapal;

g) Perbuatan agen, muat bongkar kapal, pemegang buku, pelayan, pedagang,

urusan dagang para pedagang;

4 Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum perusahaan Indonesia. Cetakan ke-4. PT. Citra

Aditya Bakti. Bandung. Hal.13.

3

h) Semua asuransi.

Ketentuan Pasal 4 Kitab Undang Undang Hukum Dagang memperluas

pengertian perbuatan perdagangan yang dirumuskan dalam Pasal 3 Kitab

Undang Undang Hukum Dagang. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk

menyempurnakan ketentuan diatas maka perbuatan perdagangan juga

dirumuskan dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 1

butir 1 Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

(Kepmenperindag) Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga

Usaha Perdagangan, perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau

jasa yang dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan pengalihan hak atas

barang dan/atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. Kegiatan

perdagangan tentu saja mencakup juga kegiatan jual beli, karena pada dasarnya

jual beli merupakan bagian dari perdagangan.5

Perdagangan merupakan faktor yang penting untuk mencapai

kebahagiaan dalam kehidupan. Perdagangan merupakan “jembatan” antara

sesama individu yang saling membutuhkan antara satu sama lain dan tidak

dapat dipisahkan dan juga merupakan jembatan antara dunia penelitian dengan

praktek perdagangan yang dilaksanakan. Dalam zaman yang modern ini

perdagangan adalah pemberian perantara kepada produsen dan konsumen

untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan

memajukan pembelian dan penjualan itu.6 Pengertian perdagangan menurut

5 Gunawan Widjaja. 2003. Jual Beli. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal. 7.

6 C.S.T. Kansil. 1994. Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Cetakan ke II.

Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 1.

4

para ahli yaitu perdagangan menurut Marwati Djoened7 adalah kegiatan

ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai

kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan

pemyediaan barang melalui mekanisme pasar. Sedang menurut Eeng Ahman &

Epi Indriani8, perdagangan adalah kegiatan tukar - menukar atau transaksi jual

beli antara dua pihak atau lebih. Menurut Bambang Prishardoyo, Agus

Trimarwanto dan Shodiqin9, perdagangan merupakan salah satu jenis kegiatan

perusahaan karena menggunakan faktor-faktor produksi (sumber daya) untuk

menyediakan atau meningkatkan pelayanan umum.10

Perkembangan kuliner di Indonesia cukup tua. Memang tidak ada catatan

sejarah yang pasti. Tapi kita bisa membagi dalam beberapa fase yang biasanya

dipengaruhi oleh budaya yang sedang berkembang saat itu. Dalam garis

besarnya fase perkembangan dibedakan atas 3 fase, yaitu:

1) Fase pertama yang bisa jadi disebut original food adalah zaman kerajaan

besar di nusantara sebelum kedatangan penjajah. Jenis hidangan yang

populer diwarnai oleh ciri makanan yang dikukus, dibungkus daun pisang

serta bahan baku utamanya adalah beras dan umbi-umbian. Jajan pasar

dalam bentuk kukus adalah peninggalan masa lalu yang masih bisa dijumpai

sampai saat ini.

2) Fase kedua, multiculture food, dimana hidangan sudah dipengaruhi oleh seni

memasak para pendatang utamanya Belanda, China dan Arab. Di beberapa

7 Marwati Djoened dalam buku Indah F. Loc.cit.

8 Eeng Ahman & Epi Indriani. Ibid.

9 Bambang Prishardoyo, Agus Trimarwanto & Shodiqin. Ibid.

10 Indah F. Loc.cit.

5

pusat kota besar beredar jenis hidangan akulturasi yang merupakan

campuran hidangan lokal dengan Belanda semacam bistik, sosis solo,

bergedel atau rissole. Sementara di perpaduan antara budaya setempat

dengan China menghasilkan hidangan peranakan. Beberapa hidangan yang

masih populer semacam mie, siomay atau bakwan adalah makanan yang

dibawa oleh pendatang China. Sementara pengaruh Arab banyak terasa di

perkampungan muslim. Hidangan yang khas semacam biriyani atau gulai

merupakan contoh perpaduan tersebut. Tentu saja, proses tersebut

mengalami penyeuaian sehingga hasilnya tidak sama dengan negara

asalnya. Tentu saja mie di Indonesia berbeda dengan mie di China.

Begitupun steak di Belanda berbeda dengan bistik di Solo misalnya.

3) Fase ketiga adalah kuliner kontemporer yang banyak dipengaruhi oleh

industri makanan yang mengarah pada instan (fast food). Seni kuliner fase

ini dikuasai oleh industri besar yang menyuplai makanan berupa gaya hidup

yang instan, demikian juga dengan restoran besar multinasional

mempengaruhi cara hidang dan makan. Pada fase ini kuliner tradisional

kurang diinati karena propaganda barat yang mencoba menyeragamkan seni

masak, cara menghidangkan dan cara makan.

Perkembangan kuliner di Indonesia diwarnai oleh ketiga fase tersebut

yang sampai sekarang masih banyak peminatnya. Umurnya sudah puluhan

bahkan ratusan tahun. Ada yang masih asli namun seiring perkembangan,

masakan tradisional mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian baik dari

6

penampilan, komposisi, memasaknya, cara hidangan bahkan cara

menyantapnya.11

Seorang pakar kuliner Nusantara, William Wongso yang dihubungi via

pesan elektronik mengatakan, perkembangan kuliner lokal semakin

berkembang pesat. William mengatakan jika dibandingkan dengan 10 tahun

belakangan, kuliner Indonesia kini semakin jauh dikenal dan diapresiasi di

dalam negeri. “Kesadaran masyarakat Indonesia sekarang jauh lebih tinggi atas

apresiasi tradisi kuliner dibanding 10 tahun lalu,” kata pria ramah yang

mendedikasikan diri untuk kuliner lokal ini. Kabar baik jika kenyataannya di

dalam negeri, kuliner Nusantara semakin diakui dan dihargai. Karena sudah

seharusnya kuliner Indonesia menajdi tuan rumah di negeri sendiri, hal ini yang

tentu saja diharapkan sejak lama. Tapi lain ceritanya jika di luar negeri,

William yang bolak-balik mengikuti festival kuliner Nusantara di berbagai

negara ini mengatakan kuliner Indonesia masih kurang bergaung. “Untuk luar

negeri masih sangat minim, sejalan dengan minimnya rumah makan khas

Indonesia yang mapan,” pungkas William.12

Bintang.com, Jakarta. Sukses dengan bisnis oleh-oleh Malang yang

diberinama Malang Strudel, aktor Teuku Wisnu mulai mengembangkan sayap

bisnisnya. Belum lama ini ia membuka sebuah resto dengan nama Malang

Bistro. Lokasi resto tersebut, berada di lantai 2 outlet Malang Strudel, yang

berada di Jalan Ardimulyo nomor 18, Singosari-Malang. Tidak sendirian,

11 Yuyun Alamsyah. Bangkitnya Bisnis Kuliner Tradisional. PT. Gramedia. Jakarta. Hal. 5-6.

12 Devi Setya Lesatari. Perkembangan Kuliner Indonesia menurut Pakar Kuliner William

Wongso. http://lifestyle.okezone.com. diakses tanggal 27 Maret 2017

7

suami Shireen Sungkar ini menggandeng chef ternama Haryo Pramoe untuk

meramu seluruh menu menjadi nikmat. Menanggapi Wisnu, Chef Haryo

mengungkapkan, bahwa dirinya ingin menyajikan dan memberikan makanan

yang terbaik kepada masyarakat sekitar maupun wisatawan di Kota Malang.

Salah satunya adalah, dengan membuat makanan yang memiliki bahan dasar

organik dan yang terpenting tidak mengandung kimia. Sejak soft opening pada

Minggu (26/6/2016) lalu, Malang Bistro memberikan promo diskon 50%, bagi

siapa pun yang mengikuti akun instagram dan facebook Malang Bistro. Wisnu

dan Haryo juga memberikan konsep yang nyaman kepada para pelanggannya

dalam menikmati hidangannya. “Semoga kolaborasi saya dan Cheff Haryo di

Malang akan bisa menjadi the next Malang Strudel. Malang Bistro bisa

menjadi ikonik Malang Raya yang bisa mensupport pariwisata di Malang.”

Harap Wisnu yang kini memelihara jenggot ini.13

MERTOYUDAN – Ketika hendak merancang bisnis baru, para pebisnis

pemula biasanya melakukan studi dan kajian untuk mengetahui prospek usaha

terbaik dan paling menguntungkan. Tak jarang mereka memilih usaha kuliner

mengingat keuntungan cepat yang mungkin didapat. Manajer Oto Production,

Sriyono mengatakan, semua calon pengusaha menginginkan kegiatan usaha

yang ideal berdasarkan prinsip ekonomi. “Jawaban pertama yang akan muncul

dalam benak kita adalah bisnis kuliner. Ada banyak alasan mengapa kuliner

kian digemari,” kata Sriyono. Menurut Sriyono, hal ini didasari fakta bahwa

bisnis kuliner memberikan imbal balik keuntungan yang menggiurkan. Bisnis

kuliner jika dijalankan dengan benar dan strategi yang bagus akan berkembang

secara cepat. Ini bisa menjadi salah satu alasan mengapa memilih bisnis

kuliner. Disebutkan, meski peluang bisnis kuliner sangat lebar, tidak semua

orang sukses melakukannya. Hal ini karena model bisnis ini tak hanya butuh

kemampuan memanfaatkan kesempatan, namun juga kemauan, dan Kesiapan.

“Bisnis kuliner memang gurih tapi Anda harus tahu resepnya. Supaya Anda

13 Edi Suherli. Teuku Wisnu Mantab Berbisnis Kuliner di Malang. http://www.bintang.com.

diakses tanggal 27 Maret 2017

8

yakin dan mantap menjalani bisnis kuliner ikuti seminar gurihnya bisnis

kuliner,” kata Sriyono.

Gelar Seminar Ketua Panitia Penyelenggara Seminar Kuliner Yasin

Awan Wiratno menambahkan, Oto Production akan menggelar seminar dengan

tema “Gurihnya Bisnis Kuliner” dengan pembicara Cak Eko. Cak Eko

merupakan juara Wirausaha Mandiri, pemilik Oleh2 Jakarta Lapis Lenong,

Resto Steakologi, Bakso Malang Cak Eko 176 Cabang, serta mentor bisnis

kuliner nasional. Dijelaskan, Yasin Awan Wiratno seminar diselenggarakan di

Hotel Grand Artos Magelang Sabtu 16 Januari 2016 dengan HTM Rp 100 ribu.

Tiket bisa didapatkan di Resto Brambang Salam Tempuran, Toko Buku Jaya

Magelang dan RM Podhojoyo Muntilan. “Cak Eko akan membahas strategi

membuka bisnis kuliner agar bisa langsung ramai pembeli, sekaligus cara

mengelola bisnis kuliner yang baik dan benar serta cara mengembangkan bisnis

kuliner dengan berbagai strategi. Kita bisa memilih model kemitraan, francise,

BO, maupun cabang,” kata dia.14

Dalam hal ini, para pelaku usaha atau yang akrab biasa disebut sebagai

pedagang (seller) tersebut memiliki beragam trik yang digunakan untuk

memikat hati para pelanggannya atau konsumen. Sekarang ini, makanan tidak

lagi dipandang hanya sebagai sumber kalori, protein, vitamin dan mineral.

Lebih dari itu zat-zat yang terkandung dalam makanan yang bermutu tinggi

dapat berperan besar dalam meningkatkan ketajaman daya pikir dan

kecerdasan, serta penting artinya bagi kepekaan kita terhadap rasa seni,

budaya, keindahan serta religi. Pangan tidak hanya berpengaruh pada mutu

keadaan fisik tetapi juga mutu kehidupan dan keluhuran manusia.15

Menurut kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, makanan

didefinisikan sebagai segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam

tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberi tenaga atau

14 Eka P. Bisnis Kuliner Makin Diminati. http://berita.suaramerdeka.com. diakses tanggal 27

Maret 2017

15 Munif Arifin. Kriteria Sehat Warung Makan. http://helpingpeopleideas.com. diakses

tanggal 12 Februari 2017

9

mengatur semua proses dalam tubuh. Sedangkan definisi penyelenggaraan

adalah proses mengurus dan mengusahakan sesuatu sehingga penyelenggaraan

makanan dapat didefinisikan sebagai proses mengurus dan mengusahakan

makanan.16

Robert Ferber17

mengatakan bahwa sebagai ciri-ciri khas yang

menentukan seorang konsumen berkenaan dengan perilaku berbelanja adalah

pendapatan. Dengan melihat peluang di atas langkah awal yang ditempuh oleh

pengusaha adalah menentukan lokasi tempat usahanya. Faktor lokasi

merupakan hal yang penting bagi suatu usaha jasa. Sinubo Sinukarto18

mengemukakan bahwa ciri umum lokasi yang baik untuk usaha jasa makanan

misalnya bertempat dekat dengan konsumen, dan berikan pelayanan yang

sebaik-baiknya kepada konsumen agar konsumen tak lari ke orang lain dan

permintaan tetap tinggi. Namun perlu diketahui bahwa pelayanan saja tidak

cukup untuk menjaring konsumen tetapi perlu juga memperhatikan selera.

Sejak lahir masing-masing orang punya selera sendiri, selera itu dipelajari oleh

simbol-simbol budaya dan ketersediaan bahan baku disertai lingkungan hidup

kita. Dalam manajemen pemasaran kita mengenal doktrin consumer's taste

yang merupakan bagian dari perilaku konsumen yaitu buatlah apa yang

diinginkan konsumen bukan apa yang kamu ingin dan bisa membuatnya

16 Ibid.

17 Robert Ferber dalam buku Bambang Sugeng Dwiyanto. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Konsumen Warung Lesehan Di Kota Yogyakarta. Yogyakarta. Jurnal

Maksipreneur. Vol. 5 No. 1. Fakultas Ekonomi. UP45. Hal. 76-77.

18 Sinobu Sinukarto. Ibid. Hal. 77.

10

artinya ikutilah pasar. Parlin19

juga berpendapat jualah makanan yang

kebetulan saat itu sedang mengundang seleranya. Masalah kebersihan juga

menjadi faktor penting yang selahi diparhatikan dalam memulai bisnis

makanan. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Anni Iwasaki20

bahwa,

orang Jepang umumnya sangat bersih, mereka tidak bisa makan di restoran-

restoran yang apa adanya. Misalnya taplak meja tidak disetrika ataun mejanya

dekil, pelayanan tidak rapi, menyuguhkan makanan sambil berbicara atau

tertawa, piring dan sendok harus tampak baru dan bersih. Di lain pihak Ki

Mangun Atmojo21

berpendapat para pengunjung lesehan juga banyak yang

menaruh minat cukup besar terhadap rekreasi/hiburan, terbukti masih

seringnya para pengamen dicarter oleh salah satu pengunjung.

Berdasarkan pengamatan penulis, sekarang ini perkembangan bisnis

kuliner baik berupa Rumah Makan ataupun Restoran ditemukan beberapa

Rumah Makan ataupun Restoran yang tidak mencantumkan daftar harga pada

daftar menu.

TIMESINDONESIA, BATU: Pemerintah Kota Wisata Batu

mewajibkan semua tempat makan harus mencantumkan harga makanan yang

menjadi menu mereka. Hal ini untuk menambah kenyamanan bagi para

wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Wisata Batu,

Abdillah Alkaf mengatakan dengan mencantumkan harga makanan akan

membuat wisatawan tidak merasa tertipu.

"Kalau ada harga makanannya, wisatawan tahu kemampuannya untuk

beli makanan apa," ujarnya. Selasa (24/11/2015).

Sebelumnya, dalam rencana untuk meningkatkan kenyamanan kepada

wisatawan terkait makanan, diusulkan untuk menstandartkan harga makanan,

namun dari hasil kajian hal itu tidak memungkinkan.

19 Parlin. Ibid.

20 Anni Iwasaki. Ibid.

21 Ki Mangun Atmojo. Ibid.

11

"Misalnya, sama-sama soto, tapi yang satu dagingnya banyak, satunya

dagingnya sedikit. Hal ini tidak bisa disamakan," jelasnya.

Dengan pertimbangan tersebut, Pemerintah akan membuat aturan dengan

mengharuskan harga makanan tertera. "Dan aturan tersebut nantinya dalam

bentuk Peraturan Walikota (Perwali)," tandasnya.

Rencananya aturan tersebut akan mulai berlaku pada tahun 2016

mendatang.22

Selanjutnya faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu harga. Apabila

konsumen melakukan pembelian, faktor harga merupakan faktor yang cukup

mempengaruhi pertimbangan konsumen melakukan pembelian. Hal ini sejalan

dengan pendapat Chairul Hidayat23

bahwa restoran tidak semata berpegang

pada mutu produk, pelayanan dan kebersihan, tetapi juga memperhatikan

masalah harga. Akan tetapi saat ini banyak pelaku bisnis kuliner yang tidak

mencantumkan harga pada daftar menu di suatu pelaku bisnis kuliner

seringkali membuat masyarakat merasa dirugikan karenanya. Pada dasarnya,

konsumen harus mendapat informasi yang sejelas-jelasnya terkait dengan menu

yang diberikan mulai dari harga, kualitas dan lain sebagainya. Seperti yang

tertuang dalam pasal 4 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa Hak Konsumen adalah hak untuk

memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

ANYER BANTEN, bisniswisata.co: Adanya Seorang pengguna

Facebook yang mengunggah sebuah bon atau kuitansi pembayaran makanan

yang diakuinya berada di sebuah restoran di Anyer dengan nominal fantastis

ini menghebohkan jagad maya. Di kuitansi tersebut ada tujuh menu makanan

dan minuman yang dipesan. Namun, harga tiap makanan terbilang sangat

22 Wahyu Nurdiyanto. Rumah Makan di Batu Wajibkan Cantum Harga Makanan. 2015.

http://m.timesindonesia.co.id. diakses tanggal 10 Maret 2017

23 Chairul Hidayat. Op.Cit.

12

mahal. Yaitu dua ikan bakar dihargai Rp 400 ribu, 1 cumi saos tiram Rp 180

ribu, 3 cah kangkung Rp 200 ribu, 1 baso sapi Rp 20 ribu, 2 nasi putih Rp 90

ribu, 2 lalap + sambal Rp 30 ribu, dan 1 es teh manis Rp 80 ribu. Jumlah total

yang harus dibayar oleh pemesan adalah Rp 1 juta. Demikian tulis pemilik

akun Facebook bernama Dewi Kabisat Andriyani di bawah unggahan kuitansi

seperti dikutip merdeka.com, Jumat (5/9/2014).24

Kemudian dalam Pasal 7 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menuliskan bahwa Kewajiban Pelaku Usaha

adalah beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

SURYAMALANG.COM, BATU - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL)

nekat menerapkan harga lebih mahal pada wisatawan hanya untuk dapat

untung lebih banyak. Mereka beralasan, wisatawan yang datang berkunjung ke

Kota Wisata Batu tidak setiap hari datang.

"Jadi kan tidak apa-apa kali-kali dapat harga mahal mamin di sini. Kan

mereka lagi berwisata sehingga persiapan duitnya pasti banyak," kata Sumiati,

salah satu PKL penjual minuman di Kota Batu, Minggu (27/3/2016).

Oleh karena itu, dikatakan Sumiati, pihaknya tidak akan memasang info

harga minuman yang dijualnya. Apalagi sebagai PKL bermotor akan sulit

membawa papan info harga.25

Dapat dilihat dari kasus-kasus diatas bahwa para pelaku usaha yang

menjualkan barang dagangan tersebut sudah banyak merugikan konsumen atau

masyarakat dengan tidak mencantumkan daftar harga pada menu suatu pelaku

bisnis kuliner. Dengan adanya kasus tersebut sudah terlihat bahwa tidak adanya

iktikad baik dari para pelaku usaha atau pedagang tersebut. Dari pihak

pemerintah Kota Malang juga seharusnya melakukan pengawasan serta

penegasan terhadap pemilik pelaku bisnis kuliner (dalam hal ini adalah Rumah

Makan kelas Menengah) supaya mereka memiliki iktikad baik dalam

24 Yeffi Rahmawati. Hati-hati, Harga Makanan di Restoran Kawasan Wisata Anyer

Fantastis. http://bisniswisata.co.id. diakses tanggal 24 Oktober 2016

25 Ahmad Amru Muiz. Hati-hati Beli Makanan di Lokasi Wisata Kota Batu, Ada Permainan

Harga. http://suryamalang.tribunnews.com. diakses tanggal 24 Oktober 2016

13

menjalankan usahanya. Sehingga antara pelaku usaha dan juga konsumen

merasa adil dan nyaman.

Dituliskan dalam Pasal 7 huruf a Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen bahwa kewajiban pelaku usaha adalah

beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Sedang dalam Pasal 10

Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen huruf

a, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau

membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai harga atau

tarif suatu barang dan/atau jasa.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015 tentang

Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Indonesia Romawi II huruf

A SE BI mengatur bahwa, setiap pelaku usaha di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya

dalam Rupiah dan dilarang mencantumkan harga barang dan/atau jasa dalam

Rupiah dan mata uang asing secara bersamaan (dual quotation). Kemudian

dalam Romawi II huruf B angka 5 menerangkan bahwa, kewajiban dan

larangan sebagaimana dimaksud dalam huruf A antara lain berlaku untuk:

1. label harga, seperti label harga yyang tercantum pada barang

2. biaya jasa (fee), seperti fee agen dalam jual beli properti, jasa

kepariwisataan, jasa konsultan

3. biaya sewa menyewa, seperti sewa apartmen, rumah, kantor, gedung, tanah,

gudang, kendaraan

14

4. tarif, seperti bongkar muat peti kemas di pelabuhan atau tarif tiket pesawat

udara, kargo

5. daftar harga, seperti daftar harga menu restoran

6. kontrak, seperti klausul harga atau biaya yang tercantum dalam kontrak atau

perjanjian

7. dokumen penawaran, pemesanan, tagihan, seperti klausul harga yang

tercantum dalam faktur, delivery order, purchase order, dan/atau

8. bukti pembayaran, seperti harga yang tercantum dalam kuitansi.

Dan Pasal 11 PBI Nomor 17/3/PBI/2015 Bab V mengenai Pencantuman

Harga Barang dan/atau Jasa yaitu, dalam rangka mendukung pelaksanaan

kewajiban penggunaan Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1),

pelaku usaha wajib mencantumkan harga barang dan/atau jasa hanya dalam

Rupiah. Pengenaan sanksi tertuang dalam Pasal 19 PBI Nomor 17/3/PBI/2015,

pelanggaran atas kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam

Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan kewajiban penyampaian

laporan, keterangan, dan/atau jasa data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12

ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

tidak memuat definisi mengenai hukum perlindungan konsumen tetapi memuat

perumusan mengenai perlindungan konsumen yaitu sebagai “segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan

kepada konsumen”. Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum.

15

Di dalam Penjelasan Pasal 2 UUPK disebutkan bahwa perlindungan konsumen

diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas yang relevan

dalam pembangunan nasional.26

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Hukum Perlindungan

Konsumen, telah menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Sebelum

adanya Undang-Undang ini, banyak masyarakat yang memandang bahwa

kedudukan konsumen begitu lemah dan pelaku usaha kurang memperhatikan

hak-hak konsumen. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana, serta peraturan lain yang berkaitan dengan upaya

perlindungan konsumen dirasakan belum cukup. Dalam Pasal 1338

KUHPerdata menerangkan bahwa, semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu

perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak,

atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk

itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Maka dari itu,

untuk menghindari adanya kerugian yang dirasakan konsumen sebagai pelaku

bisnis kuliner memberikan pelayanan dengan baik dan dengan adanya iktikad

baik. Sehingga tidak ada pihak yang akan merasa dirugikan.

Di Indonesia khususnya di lingkungan pelaku ekonomi, keberadan etika

bisnis tampaknya masih merupakan suatu konsep. Naskah Kode Etik

Pengusaha Indonesia sejak tahun 1989 telah disetujui oleh rapim Kadin (Kamar

26 Celina Tri Kristiyanti. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Edisi l. Cetakan ke-1.

Jakarta. Sinar Grafika. Hal. 120.

16

Dagang dan Industri) untuk disosialisasikan dan ditegakkan di lingkungan

pengusaha, namun dalam tataran praktis masyarakat dengan mata telanjang

telah melihat kekotoran sepak terjang pengusaha-pengusaha Indonesia dalam

melakukan aktivitas bisnisnya. Menurut I.S. Susanto27

, dimensi etik di

kalangan bisnis sangat tipis bahkan terabaikan. Di dalam suatu negara yang

masyarakatnya beragama, mempunyai ideologi Pancasila dan masih

menjunjung nilai moral, kondisi tersebut tampak sangat memprihatinkan.28

Berbicara masalah bisnis seringkali dekspresikan sebagai suatu urusan

atau kegiatan dagang. Kata “bisnis” itu sendiri diambil dari bahasa Inggris

Business yang berarti kegiatan usaha. Secara luas, kata bisnis sering diartikan

sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan

secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-

barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-faslitas untuk diperjualbelikan,

dipertukarkan atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.29

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang dan beberapa

alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian

hukum yang berjudul: “Pelaksanaan Iktikad Baik Oleh Pelaku Bisnis

Kuliner Yang Tidak Mencantumkan Daftar Harga Ditinjau Dari Pasal 7

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(Studi kasus di Kota Malang)”

27 I.S. Susanto dalam buku Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamadji. 2009. Hukum

Ekonomi Sebagai Panglima, Cetakan ke-1. Sidoarjo. Masmedia Buana Pustaka. Hal. 111.

28 Ibid.

29 Richard Burton Simatupang. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Cetakan Ke-2. Jakarta.

PT. Rineka Cipta. Hal.1.

17

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun masalah yang akan dibahas

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan iktikad baik oleh pelaku bisnis kuliner yang tidak

mencantumkan daftar harga ditinjau oleh Pasal 7 UU Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen?

2. Bagaimana kendala dan solusi melaksanakan iktikad baik oleh pelaku bisnis

kuliner?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan iktikad baik yang tidak mencantumkan

daftar harga.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Perdagangan Kota Malang terhadap pelaku bisnis kuliner yang tidak

mencantumkan daftar harga.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, maka penulis berharap penelitian

ini bisa memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan

pengetahuan tambahan dibidang perlindungan konsumen, sehingga dapat

dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan hukum

18

dan diharapkan dapat dijadikan acuan untuk menciptakan regulasi baru

dibidang hukum terutama dalam perlindungan konsumen.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

supaya lebih berhati-hati dalam memilih pelaku bisnis kuliner. Terutama

terhadap pelaku bisnis kuliner yang tidak mencantumkan daftar harga pada

menu, guna terhindar dari tagihan (bill) yang tidak diinginkan yang dapat

merugikan konsumen itu sendiri.

3. Manfaat Akademik

Untuk mendapatkan gelar kesarjanaan Ilmu Hukum S-1 di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembanganan keilmuan Hukum Perdata atau Bisnis khususnya pada bidang

Perlindungan Konsumen di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Malang terkait dengan adanya iktikad baik oleh pelaku bisnis kuliner dalam

menjalankan usahanya.

F. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid terkait dengan permasalahan yang

diuraikan diatas, maka penulis memerlukan suatu metode penulisan hukum

yang meliputi:

19

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian

masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai

tujuan penelitian atau penulisan.30

Metode pendekatan yang digunakan

dalam menyusun penelitian hukum ini menggunakan yuridis sosiologis

yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat

atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan

fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-

identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah

(problem-solution).31

Pendekatan sosiologi hukum akan dapat memahami

persoalaan hukum dalam masyarakat lebih empirik dan komprehensif, tidak

tekstual, namun kontekstual mengimbangi kondisi sosio-kultural

masyarakatnya. Dalam kajian sosiologi hukum, pendekatan ini berusaha

memahami hukum secara senyatanya (quid facta), bukan seharusnya (quid

juri). Pendekatan sosiologi hukum merupakan kajian hukum dilihat dari

perspektif sosiologis.32

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

pelaku bisnis kuliner di Kota Malang, sedang yang menjadi objeknya ialah

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pelaku usaha atau pelaku bisnis

kuliner. Dinas Perdagangan menjadi objek hukum dari Undang-Undang,

30 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Penerbit Citra

Aditya Bakti. Hal. 112.

31 Soerjono Soekanto. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. Hal. 10.

32 Umar Sholahudin. 2011. Hukum dan Keadilan Masyarakat (Merombak pendekatan Hukum

Yuridis-Normatif, Membangun Pendekatan Yuridis-Sosiologis). Malang. Intrans-Publishing. Hal.

3.

20

karena Dinas Perdagangan yang melakukan pengawasan terhadap pelaku

bisnis kuliner.

2. Sumber Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa jenis data, yaitu

sebagai berikut:

a. Data Primer

Jenis data primer adalah jenis data primer yang langsung dari sumber

utama tanpa adanya perantara, yang didapat melalui proses interview

atau wawancara pada tempat yang diteliti.

1) Wawancara

Data yang didapatkan dari responden atau pihak-pihak yang terkait

permasalahan dalam penelitian ini. Data yang didapatkan yaitu ilmu

yang mana langsung diperoleh dalam pengamatan atas obyek

penelitian mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

2) Dokumen

Studi Dokumentasi melalui dokumen atau arsip-arsip dari pihak yang

terkait dengan cara mencatat atau meringkas dokumen-dokumen. Data

yang didapatkan dari penelitian ini seperti hasil rekaman selama

wawancara, foto, dll.

b. Data Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah publikasi tentang hukum seperti studi

kepustakaan, jurnal, skripsi terdahulu, internet, dan perundang-undangan

termasuk hasil penelitian-penelitian sebelumnya.

21

3. Teknik Pengumpulan Jenis Data

Teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan oleh

penulis adalah dengan pengamatan langsung yang berupa observasi ke

beberapa pelaku bisnis kuliner dan melakukan wawancara ke Dinas

Perdagangan dan juga ke beberapa pelaku bisnis kuliner yang tidak

mencantumkan daftar harga disertai dengan dokumentasi. Dan juga dengan

melakukan studi kepustakaan (study research) serta pencarian istilah-istilah

melalui kamus atau ensiklopedia yang terkait dengan penelitian tersebut.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Yaitu memperoleh dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab, dialog

atau diskusi dengan responden dari penelitian ini, yaitu:

1) Ibu Luh Putu Eka W, selaku staf bagian Perlindungan Konsumen di

Dinas Perdagangan Kota Malang.

2) Kepada 5 (lima) pelaku bisnis kuliner kelas menengah yang tidak

mencantumkan daftar harga pada daftar menunya. Kelas menengah

yang dimaksud oleh penulis adalah Rumah Makan yang memiliki

tempat permanen, memiliki lahan parkir yang cukup luas, transportasi

yang digunakan oleh konsumen, harga makanan dan minuman,

tingkat keramaian dan lain sebagainya.

22

b. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak terkait serta

ditambah dengan hasil dokumen baik dalam bentuk tulisan, foto, video

atau rekaman suara dalam hal berkenaan dengan proses penelitian ini.

c. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan melakukan penelusuran dan pencarian bahan-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur atau buku-buku, atau studi internet

ataupun jurnal.

4. Teknik Analisa Jenis Data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan,

menguaraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian

hukum. Penelitian-penelitian kualitatif yakni penelitian-penelitian tersebut

harus mampu menjelaskan secara cukup rinci tentang metode-metode dan

prosedur-prosedur untuk memungkinkan peniruan (replikasi) penelitian.33

Sedangkan, Penelitian Kualitatif adalah deskriptif. Data Deskriptif adalah

Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar

daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari

data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi.34

Dari

penjabaran pengertian mengenai metodologi penulisan yang akan dilakukan

dalam penelitian ini menjadikan peneliti mengaplikasikan metode-metode

33 Hartono. 2002. Bagaimana Menulis Tesis “Petunjuk Komprehensif tentang Isi dan

Proses”. Malang. UUM Press. Hal. 7.

34 Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada. Hal. 3.

23

yang ada dalam teori dengan hasil penelitian serta mengambil data dari hasil

penelitian yang dilakukan di beberapa pelaku bisnis kuliner yang tidak

mencantumkan daftar harga.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam IV Bab

dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah

pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat 8 sub bab yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, jadwal

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan lebih dalam mengenaik teori-teori yang melandasi penulisan

dan pembahasan yang berkaitan dengan judul. Teori ini diperleh dari studi

kepustakaan dan digunakan sebagai kerangka untuk memudahkan penulisan

penelitian.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan permasalahan yang diangkat oleh penulis.

Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan tinjauan yuridis sosiologis

i’tikad baik pelaku usaha yang tidak mencantumkan daftar harga pada menu.

BAB IV PENUTUP

24

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dan saran

terkait dengan permasalahan yang di angkat.