37
Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Yang disebut “bronjong” ialah suatu hasil anyaman kawat atau bilah -bilah bambu dibentuk balok, prisma atau silinder kemudian diisi dengan batu. Bronjong sudah dipakai sudah lama, tercatat dalam sejarah bahwa bronjong sudah dipakai bangsa Mesir untuk memperkuat tanggul di S Nil pada tahun 5000 SM, dan orang Cina membuat tanggul di S Yang Tze pada tahun 1000 SM, Orang Romawi sudah membuat Coffer Dam pata tahun 200 SM. Pada zaman Yulius Caesar juga telah membuat kubu militer dengan menggunakan bronjong. Karena konstruksinya yang sederhana dan murah dengan bahan baku sebagian besar ada dilokasi maka sering dipakai petani didaerah pedesaan untuk membuat bendung irigasi sederhana. Konstruksi Bronjong paling banyak dipergunakan untuk bangunan semi permanent, karena sifatnya yang tidak kaku, maka sering digunakan dilokasi yang tanahnya belum satabil seperti bendung irigasi, check dam, bangunan terjun, pelindung tebing sungai maupun saluran irigasi, Krib Dinding penahan tanah, tembok jembatan darurat, drainasi kaki tanggul, pondasi jalan. Setelah melewati waktu yang cukup lama, sampai kondisi tanahnya benar- benar sudah stabil, bangunan bronjong dapat ditingkatkan mejadi bangunan permanen setelah melalui kajian teknis yang lebih mendalam. Untuk memperoleh kwalitas bronjong yang baik, diperlukan pengawasan yang tinggi terhadap factor-faktor yang mempengaruhinya seperti : pengadaan kawat bronjong dan kawat pengikat, kwalitas anyaman, cara pengsian dan kwalitas dan kwantitas batu isian serta ketrampilan pelaksana (tukang). Untuk bronjong kawat buatan pabrik kwalitas bronjong biasanya sudah dibuat standarisasi berdasarkan sertifikat SNI yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian sehingga yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengisi dan menyusun bronjong dalam suatu ikatan yang kuat sesuai spesifikasi yang ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN - bpsdm.pu.go.id · Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong 6 BAB III BAHAN DAN CARA MEMBUAT BRONJONG 3.1 Bronjong bambu 3.1.1 Bahan a. Bambu yang belah menjadi 2,3 atau

  • Upload
    lamnga

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Yang disebut “bronjong” ialah suatu hasil anyaman kawat atau bilah -bilah

bambu dibentuk balok, prisma atau silinder kemudian diisi dengan batu.

Bronjong sudah dipakai sudah lama, tercatat dalam sejarah bahwa bronjong

sudah dipakai bangsa Mesir untuk memperkuat tanggul di S Nil pada tahun

5000 SM, dan orang Cina membuat tanggul di S Yang Tze pada tahun 1000

SM, Orang Romawi sudah membuat Coffer Dam pata tahun 200 SM. Pada

zaman Yulius Caesar juga telah membuat kubu militer dengan menggunakan

bronjong.

Karena konstruksinya yang sederhana dan murah dengan bahan baku

sebagian besar ada dilokasi maka sering dipakai petani didaerah pedesaan

untuk membuat bendung irigasi sederhana. Konstruksi Bronjong paling banyak

dipergunakan untuk bangunan semi permanent, karena sifatnya yang tidak

kaku, maka sering digunakan dilokasi yang tanahnya belum satabil seperti

bendung irigasi, check dam, bangunan terjun, pelindung tebing sungai

maupun saluran irigasi, Krib Dinding penahan tanah, tembok jembatan

darurat, drainasi kaki tanggul, pondasi jalan.

Setelah melewati waktu yang cukup lama, sampai kondisi tanahnya benar-

benar sudah stabil, bangunan bronjong dapat ditingkatkan mejadi bangunan

permanen setelah melalui kajian teknis yang lebih mendalam.

Untuk memperoleh kwalitas bronjong yang baik, diperlukan pengawasan yang

tinggi terhadap factor-faktor yang mempengaruhinya seperti : pengadaan

kawat bronjong dan kawat pengikat, kwalitas anyaman, cara pengsian dan

kwalitas dan kwantitas batu isian serta ketrampilan pelaksana (tukang).

Untuk bronjong kawat buatan pabrik kwalitas bronjong biasanya sudah dibuat

standarisasi berdasarkan sertifikat SNI yang dikeluarkan oleh Departemen

Perindustrian sehingga yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengisi dan

menyusun bronjong dalam suatu ikatan yang kuat sesuai spesifikasi yang

ditentukan.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

2

2. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )

Peserta pelatihan pengawas lapangan diharapkan mampu memahami

pelaksanaan pekerjaan Bronjong.

3. Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK )

Peserta pelatihan pengawas lapangan diharapkan mampu menjelaskan perihal

pemanfaatan sumber daya air, tahapan perencanaan pengelolaan sumber

daya air, pengumpulan dan pengolahan data ,komponen jaringan irigasi, tata

cara penggambaran dan spesifikasi tehnik

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

3

BAB II

JENIS, BENTUK DAN SIFAT BRONJONG

2.1 Jenis bronjong berdasarkan bahan dan cara mebuatnyanya

Sesuai dengan bahan anyaman yang digunakan, pada umumnya hanya

terdapat 2 (dua) macam jenis bronjong yaitu :

- Bronjong bambu, yang dibuat dengan tenaga manusia dari bahan

bambu belah

- Bronjong kawat, yang dibuat dengan tenaga manusia atau mesin

dengan menggunakan bahan kawat.

2.2 Bentuk dan ukuran bronjong

2.2.1 Bronjong bambu berbetuk silinder

Ukuran bronjong banbu diameter 0.50 meter, panjang tergantung

ketersediaan bambu yang dipergunakan (antara 4 – 6 m).

2.2.2 Bronjong kawat biasanya berbentuk “silinder” dan kotak /balok

empat persegi atau berbentuk prismatis.

Ukuran yang lazim digunakan di Indonesia adalah sbb.:

o Bentuk silinder/guling

- Panjang maximum = 3.00 meter

- Garis tengah = 0.50 meter

Ukuran bronjong kawat yang berbentuk silinder dibuat dengan

maksud untuk memudahkan pengangkutan serta

meletakkannya pada kedudukan yang telah ditetapkan, dan

setelah diisi batu tidak akan banyak mengalami perubahan dari

bentuk semula.

Umumnya bronjong jenis ini dipasang dengan posisi berdiri.

o Bentuk prismatis/matras/kasur

Ukuran-ukuran yang lazim digunakan ialah :

- Panjang = 3.00 meter

- Lebar = 1.00 meter

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

4

- Tebal = 0.50 meter

Ada kalanya dibuat dengan ukuran-ukuran khusus yang

disesuaikan dengan keperluannya. Karena sisinya berbentuk

datar maka sebelum diisi batu beronjong tersebut dapat dilipat

agar memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutannya.

2.3 Sifat-sifat bronjong

Bronjong yang merupakan suatu anyaman bambu atau kawat dan diisi batu,

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

2.3.1 Tidak kaku

Bentuk bangunan bronjong mengikuti tanah dibawahnya sehingga

apabila terjadi penurunan atau penggeseran tanah dibawahnya,

konstruksi bronjong mudah menyesuaikan diri dengan perubahan

bentuk kedudukannya atau “fleksibel”.

2.3.2 Lolos air

Karena isi bronjong dibuat padat dan rapat diantara isian batu masih

terdapat rongga sehingga air masih bisa lolas.

2.3.3 Daya tahan terhadap gesekan kurang kuat

Tidak dapat menahan benturan-benturan atau gesekan-gesekan

benda-benda keras.

2.3.4 Diperlukan lapisan pelindung apabila dipergunakan didaerah pantai

atau yang kerkadar asam tinggi

Bronjong kawat yang tidak dilapisi dengan lapisan pelindung tidak

cocok untuk digunakan bagi pekerjaan-pekerjaan yang terletak di

daerah pantai yang mengandung garam karena akan cepat berkarat

dan anyamannya cepat rusak.

Untuk pekerjaan-pekerjaan di tepi laut, kawat bronjong harus diberi

“lapisan pelindung” berupa campuran aspal cair dengan pasir, atau

diberi isolasi plastic atau dari bahan galvanis tahan karat.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

5

Dengan adanya sifat-sifat bronjong tersebut diatas, maka suatu konstruksi

yang terbuat dari bronjong mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

a. Tidak boleh kedap air

b. Konstruksi akan mudah berubah bentuk

c. Memerlukan pemeliharaan yang terus-menerus

d. Pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

6

BAB III

BAHAN DAN CARA MEMBUAT BRONJONG

3.1 Bronjong bambu

3.1.1 Bahan

a. Bambu yang belah menjadi 2,3 atau 4 menjadi bilahan bambu

yang mudah untuk dianyam

b. Sebaiknya dipilih bambu yang serat-seratnya padat dan liat

agar tidak mudah patah jika dibuat anyaman, yaitu disebut

sebagai “bambu tali”.

c. Jangan menggunakan bambu yang terlalu tua, karena akan

mudah patah; tetapi juga yang tidak terlalu muda; karena

bronjong akan cepat rusak.

3.1.2 Cara membuat

a. Supaya kuat dan mudah membuatnya, bronjong dari bambu

dibuat berbentuk silinder dengan ukuran garis tengah ± 50

sentimeter dan panjangnya tergantung dari panjang bilah-

bilah bambu yang akan digunakan yang penting hasil

anyaman tersebut mudah untuk diangkat ke tempat

kedudukan yang telah ditetapkan.

b. Cara anyamannya dilakukan sama seperti menganyam

“keranjang”, tetapi lubang anyaman harus dapat digeser-geser

karena pengisian batu ke dalam bronjong dilakukan melalui

lubang-lubang anyaman tersebut. (Gambar 1 a)

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

7

3.2 Bronjong kawat

3.2.1 Bahan

o Kawat Bronjong,

o Kawat yang dilapisi galvanis untuk menghindari karat

o Kawat yang diberi lapisan plastic

Gb 1 a (atas) bronjong guling dari banmbu

Gb 1 b (bawah) bronjong guling dari kawat

3.2.2 Cara membuat bronjong kawat

a. Kawat bronjong dianyam berbentuk segi enam sama sisi

masing masing sisi berukuran 7,5 cm, jarak antara kedua

sisi yang berlawanan 13 Cm (lihat gambar 2), Biasanya

untuk bronjong yang dianyam dengan tenaga orang, untuk

membuat lubang dengan ukuran yang sama sukar dipenuhi

sehingga pengawas harus ketat pada saat mengawasi

penganyaman. Pangawasan juga perlu diperhatikan akan

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

8

ukuran dan kwalitas kawat yang dipakai. Untuk bronjong

buatan pabrik, karena dibuat dengan mesin maka akan

dihasilkan bronjong dengan ukuran dan kwalitas seragam.

b. Setiap dua sisi yang sejajar harus saling berlilitan dengan

sisi lubang bronjong yang letaknya bersebelahan, dengan

jumlah lilitan antara 3 atau 4 (tergantung kekuatan yang

diharapkan) Jumlah atau banyaknya lilitan kawat pada tiap-

tiap lubang anyaman mempunyai pengaruh pula terhadap

kekuatan bronjong maupun terhadap biaya pekerjaan.

Gb 2

Anyaman bronjong (dg tenaga manusia)

Lubang berbentuk segi 6 sama sisi dengan 4 lilitan pada kedua sisi yangsejajar

c Membuat pola berbentuk bronjong

Untuk membuat bentuk dan ukuran bronjong yang

dikehendaki dibuat pola bronjong dengan bentuk yang sesuai:

prismatic, balok atau silindris

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

9

Gambar 3 berikut adalah contoh pola bronjong ukuran 3 x 1

x 0,5 m3 terbuat dari kawat.

Kebutuhan rata-rata bahan kawat diameter 4 mm dengan

ukuran bronjong 3 x 1 X 0,50 adallah 27 Kg

Gb 3

Pola Bronjong Prismatik

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

10

1) Pola bronjong berbentuk silinder

Ukuran panjang = 3.00 meter, garis tengah = 0.50 meter

(gambar 1 b)

Pada setiap jarak 1.00 meter panjang bronjong harus

diperkuat dengan “rusuk-rusuk” yang dibuat dari lilitan

kawat bronjong yang digunakan untuk membuat

anyaman.

Rusuk-rusuk tersebut dilingkarkan pada badan bronjong.

Lubang-lubang bronjong harus ditutup dengan lembaran

anyaman kawat yang sama, yang bentuk dan ukurannya

sama dengan lubang-lubang bronjong yang bersangkutan.

2) Pola Bronjong kawat berbentuk prisma

Untuk keperluan pekerjaan konstruksi, terdapat 2 (dua)

macam bronjong kawat yang berbentuk prisma yaitu:

a). Yang mempunyai ukuran-ukuran 3 x 1 x 0,50

Bronjong kawat yang mempunyai ukuran tersebut

diatas, adalah yang banyak dipakai dan digunakan

dalam pekerjaan konstruksi di Indonesia.

Untuk membuat sebuah bronjong kawat dengan

ukuran 3.00 meter x 1.00 meter x 0.50 meter,

diperlukan 27 (dua puluh tujuh) kg kawat bronjong

yang berdiameter 4 milimeter.

Dengan demikian maka untuk satu meter kubik

bronjong yang berbentuk prisma, diperlukan ± 18

(delapan belas) kg kawat bronjong yang

berdiameter 4 milimeter.

Dianjurkan untuk tidak membuat bronjong kawat

yang tebalnya kurang dari 0.50 meter, karena akan

kurang efisien.

Apabila hal ini harus dilakukan, maka disarankan

untuk menggunakan “pasangan batu kosong” yang

hasilnya akan lebih kuat dan lebih baik, jika

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

11

dibandingkan dengan menggunakan lapisan

bronjong.

Digunakannya ukuran panjang bronjong = 3.00

meter dan lebar = 1.00 meter, maksudnya antara

lain ialah untuk memudahkan pengangkutannya.

Anyaman bronjong tersebut dapat dilipat sebelum

digunakan bagi suatu pelaksanaan pekerjaan.

b) Bronjong kawat berbentuk prisma dengan ukuran-

ukuran khusus

Untuk suatu pekerjaan tertentu adakalanya

diperlukan bronjong-bronjong yang telah ditetapkan

ukurannya.

Dalam hal ini untuk bronjong yang mempunyai

ukuran-ukuran lebar = 1.00 meter; tinggi = 1.00

meter; dan panjang = 3.00 meter; pada setiap jarak

1.00 meter. Panjang bronjong harus diberi sekat

pemisah yang dibuat dari anyaman kawat yang

sama seperti yang digunakan untuk membuat

bronjong.

Bingkai dari sekat-sekat pemisah tersebut berupa 2

(dua) batang kawat yang dirangkap. Bingkai-bingkai

tersebut juga akan berfungsi sebagai rusuk-rusuk

untuk memperkuat bronjong .

Cara-cara membuat anyaman bronjong dengan

ukuran-ukuran khusus tersebut dilakukan sama

seperti untuk membuat bronjong matras; hanya

ukuran-ukuran yang berbeda.

3.2.3 Bronjong kawat buatan pabrik

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang letaknya tidak terlalu terpencil

serta dapat dicapai dengan kendaraan besar, dan jumlah

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

12

bronjong yang diperlukan cukup banyak, pengadaannya

bronjong akan lebih mudah apabila memesan bronjong siap

pakai kepabrik pembuat kawat bronjong.

Jika dibandingkan dengan bronjong kawat yang dibuat sendiri,

maka bronjong kawat yang dibuat di pabrik akan lebih kuat,

lebih rapi, baik bentuk maupun cara menganyam karena dibuat

dengan mesin.

Terutama apabila bronjong yang diperlukan harus diberi lapisan

pelindung karet, hasil anyaman yang dilakukan di pabrik akan

lebih sempurna pembuatannya karena kawat dan bronjong

akan diberi lapisan yang dibuat dari plastik.

Bronjong buatan pabrik pada umumnya berbentuk prismatis,

dan mempunyai standar ukuran sendiri sendiri.

Untuk pekerjaan konstruksi yang akan menggunakan bronjong

buatan pabrik, bentuk dan ukurannya harus disesuaikan

dengan standar ukuran pabrik pembuatannya. Biasanya

harganya akan lebih mahal dibanding bronjong dengan ukuran

standard

Jika dibandingkan dengan bronjong yang dibuat sendiri, maka

harga bronjong buatan pabrik akan sedikit lebih mahal.

3.4 Cara Pengisian Bronjong

3.4.1 Isi Bronjong

a Batu yang diperbolehkan.

o Untuk mengisi bronjong digunakan batu kali, baru belah

atau batu gunung yang terdiri atas bermacam-macam

ukuran dan ukuran yang paling besar ialah ± 30 cm.

o Digunakannya batu-batu yang berukuran ± 30 cm tersebut

dimaksudkan untuk memudahkan mengangkatnya,

terutama jika pelaksanaannya akan dilakukan oleh tenaga-

tenaga manusia.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

13

o Batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil digunakan untuk

mengisi rongga-rongga yang terdapat diantara sela-sela

timbunan batu.

o Didaerah-daerah yang sulit memperoleh batu, maka tidak

dibenarkan “sengaja” membuat isi bronjong dengan

membuat briket-briket beton, batu bata dan sebagainya,

karena harga pekerjaan bronjong akan menjadi terlalu

mahal.

b Batu yang tidak boleh dipergunakan

o Tidak dibenarkan menggunakan batu-batu karang yang

diambil dari laut untuk mengisi bronjong-bronjong; karena

disamping mudah menimbulkan terjadinya karat pada

kawat-kawat bronjong juga akan merusak kelestarian

lingkungan.

o Untuk mengisi bronjong hendaknya tidak menggunakan

batu-batu yang berisi tajam, karena batu yang berisi

tajam akan dapat merusak anyaman kawat bronjong.

3.4.2 Batu pengisi pada sisi – sisi bronjong

a Pada bagian-bagian sisi bronjong agar digunakan batu-batu

pengisi yang mempunyai bidang datar, dan ukurannya

harus lebih besar dari pada ukuran lubang-lubang anyaman.

b Dengan menggunakan batu-batu yang berbidang datar,

disamping untuk menutup lubang-lubang anyaman juga

dimaksudkan sisi-sisi bronjong mempunyai permukaan yang

rata.

3.4.3 Cara mengisi

a Alat yang digunakan

Pengisian batu kedalam bronjong dapat dilakukan dengan

menggunakan alat atau dengan tenaga manusia

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

14

b Hal yang perlu diperhatikan

Anyaman bronjong tidak rusak pada waktu dilakukan

pengisian bronjong.

Isi bronjong harus padat sehingga bentuk bronjong

tidak cepat berubah.

Pengisian dilakukan secara berlapis, terdiri atas

bermacam-macam ukuran batu.

Pengisian batu untuk sisi-sisi bronjong sebaiknya

dilakukan oleh tenaga manusia, karena batu-batunya

harus dipilih yang mempunyai permukaan rata agar

anyaman bronjong dapat menempel pada permukaan

batu dan harus dapat menutup lubang-lubang anyaman.

Supaya sisi-sisi bronjong nampak rapi dan rata,

sebaiknya pengisian batu untuk bagian-bagian sisi

bronjong dilakukan oleh tukang batu, terutama pada

bagian-bagian yang akan selalu terlihat dari luar.

Bronjong harus padat, tetapi harus dapat mengalirkan

resapan air melalui sela-sela batu pengisi bronjong,

karena adanya aliran air yang melalui tubuh bronjong

akan ikut membantu stabilitas bangunan yang dibuat

dari bronjong.

Gb 4

Isian bronjong yang padat dan rapat

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

15

Gb 5

Cara Pengisian bronjong

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

16

BAB IV

PENGGUNAAN BRONJONG

4.1 Alasan Menggunakan Bronjong

4.1.1 Untuk penanggulangan keadaan darurat

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang harus dapat dilaksanakan dalam

waktu yang sesingkat mungkin, antara lain sebagai usaha darurat

untuk mengatasi keadaan yang perlu ditanggulangi dengan segera.

4.1.2 Sifat bronjong yang fleksibel

Karena konstruksi bronjong bersifat fleksibel dan mudah

menyesuaikan diri apabila terjadi perubahan keadaan kedudukan

bangunan.

4.1.3 Cocok untk daerah terpencil

Dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha pembangunan di daerah-

daerah yang letaknya terpencil, meskipun masih bersifat darurat.

4.1.4 Bahan baku dan tenaga kerja tersedia didaerah

Bahan bronjong seperti batu mudah diperoleh didaerah, tenaga kerja

penganyam dan pemasangan bronjong relatip gampang diperoleh

dilokasi.

4.2 Keuntungan menggunakan bronjong

4.2.1 Pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang

tidak perlu mempunyai keterampilan khusus (un-skilled labour).

4.2.2 Hanya memerlukan “pengawasan” yang cermat dan terus menerus

selama pelaksanaan pekerjaan.

4.2.3 Penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif

singkat, terutama untuk mengatasi darurat.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

17

4.3 Kegunaan bronjong dibidang pengairan

4.3.1 Bendung irigasi

a. Bendung bronjong bambu

Bendung bronjong dapat berbentuk “bendung bronjong

sederhana atau “bendung sementara”.

Bendung bronjong sederhana, umumnya dibuat dari timbunan

bronjong bambu dan dibangun sendiri oleh para petani, untuk

keperluan Irigasi Desa yang luasnya hanya meliputi beberapa

hektar.

Karena dibuat secara sederhana, bendung-bendung bronjong

bambu tersebut akan rusak atau hanyut setiap kali datang

banjir,sehingga setiap tahun harus diperbaiki atau dibangun

kembali. Membangun bendung-bendung bronjong dari bambu

tersebut dilakukan oleh para petani yang telah menyadari

mengenai manfaat air Irigasi.

Gb 6

Bendung sederhana bronjong bambu

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

18

b. Bendung bronjong matras

Untuk meningkatkan penghasilan para petani dan meringankan

beban mereka agar setiap tahun tidak harus memperbaiki atau

membangun bendung bronjong bambu baru, sambil menunggu

dapat dibangunnya bendung yang permanen, usaha yang

mudah dilakukan dan dapat segera berfungsi ialah dengan

membangun bendung semi permanent yang terbuat dari

bronjong kawat.

Walaupun merupakan suatu bangunan yang bersifat semi

permanen tetapi karena perencanaan dan pelaksanaan

bendung dilakukan secara teknis, maka air yang dapat disadap

oleh bendung tersebut akan dapat menjangkau daerah irigasi

yang lebih luas.

Sesuai dengan sifat-sifat bronjong yang tidak kedap air, maka

bendung-bendung bronjong hanya dapat menjamin air Irigasi

untuk tanaman di musim hujan, khususnya padi.

4.3.2 Checkdam (Dam penahan)

Bronjong juga digunakan untuk membuat checkdam yang berfungsi

untuk mempertahankan kedudukan lereng permukaan tanah

terhadap erosi permukaan (sheed erosion) dan menahan material

akibat letusan gunung.

4.3.3 Bangunan-bangunan penerjun

Untuk mengurangi kecepatan air disaluran irigasi pada tanah yang

kemiringannya tinggi (curam), dipakai bangunan terjun yang dapat

bersifat permanent (dengan pasangan batu) dan ada yang memakai

semi permanent dengan bronjong. Fungsi dari bangunan-bangunan

penerjun adalah mempertahankan kedudukan dasar saluran supaya

tidak tergerus oleh aliran air yang melewatinya.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

19

Gb 7Bangunan Terjun

(untuk saluran drainasi)

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

20

4.3.4 Pelindung tebing dan dasar saluran irigasi.

Untuk melindungi tebing saluran irigasi yang melintasi daerah-daerah

yang sifat tanahnya kurang stabil, dengan menggunakan lapisan

pelindung yang dibuat dari bronjong akan lebih menguntungkan

karena bronjong memiliki sifat-sifat yang fleksibel.

Gb 8

Pelindung dasar dan tebing saluran irigasi

4.3.5 Pelindung tebing sungai

Pengamanan tebing-tebing sungai terhadap pengikisan air, dapat

dilakukan dengan menggunakan bronjong guling atau bronjong

matras.

Bronjong guling dari bambu dengan cara “ditidurkan” digunakan

apabila air sungai tidak dalam (dangkal); bronjong guling dari kawat

dengan kedudukan berdiri akan digunakan jika dasar sungai agak

dalam dan airnya tidak pernah surut. Cara tersebut akan

memudahkan pelaksanaan pekerjaan.

Pengamanan tebing pada sungai-sungai besar seyogyanya digunakan

bronjong-bronjong matras. Meskipun hanya akan menggunakan

konstruksi bronjong, tetapi perencanaannya harus dilakukan secara

teknis.

Untuk menempatkan bronjong-bronjong matras di dasar sungai yang

cukup dalam dilakukan secara berhati-hati dengan bantuan alat

pengerek (katrol), agar dapat diletakkan pada kedudukan yang tepat.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

21

4.3.6 Krib dari bronjong

Gb 9 Krib Bronjong

Fungsi krib antara lain ialah untuk mengarahkan aliran arus air sesuai

dengan sifat-sifat bronjong yang fleksibel, meskipun akan terjadi

perubahan bentuk pada kedudukan krib. Bangunan tersebut masih

akan dapat tetap berfungsi.

Bronjong-bronjong kawat yang akan digunakan untuk membuat krib

untuk pengamanan pantai, harus diberi lapisan pelindung terhadap

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

22

karat dengan cara melumurinya (coating) dengan aspal cair campur

pasir atau dibalut plastik (bronjong kawat buatan pabrik).

4.3.7 Dinding penahan tanah

Dinding penahan tanah yang dibuat dari bronjong tidak mudah retak

karena adanya tekanan di belakangnya. Terutama apabila tanah

yang harus ditahan cukup tinggi, dinding penahan tanah yang dibuat

dari konstruksi bronjong akan lebih menguntungkan.

4.3.8 Tembok pangkal jembatan darurat

Tembok pangkal jembatan yang dibuat dari bronjong tidak hanya

digunakan untuk mengatasi keadaan darurat, tetapi juga untuk

mengatasi masalah perhubungan di daerah-daerah yang terpencil

(pedalaman).

4.3.9 Tanggul kantong lahar

Dengan membuat tanggul dari timbunan bronjong, pengamanan

terhadap bahaya lahar untuk sementara akan dapat diatasi. Tanggul-

tanggul yang dibuat dari timbunan bronjong tersebut di kemudian

hari masih perlu diperkuat dan disempurnakan.

4.3.10 Toe drain / drainasi kaki tanggul atau bendungan

Dengan memasang bronjong-bronjong di ujung kaki bagian luar

tanggul atau bendungan, aliran resapan air yang terjadi di dalam

tubuh tanggul atau bendungan diarahkan melewati kaki tanggul yang

dipasanng bronjong sehingga tidak menyebabkan longsornya

bangunan.

4.3.11 Pasangan bronjong untuk pondasi jalan

Untuk mengatasi masalah pondasi jalan yang harus melintasi daerah

yang tanahnya lunak, salah satu cara yang dapat dilakukan ialah

dengan menempatkan lapisan bronjong sebagai pondasi jalan

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

23

BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Hal-hal yang perlu diperhatikan pelaksana

Karena baik atau buruknya hasil pelaksanaan pekerjaan bronjong akan banyak

ditentukan oleh kecermatan para pengawas dalam melaksanakan tugasnyan,

maka agar diperhatikan hal-hal berikut ini .

o Sebelum menetapkan bahwa bangunan yang direncanakan akan

menggunakan konstruksi bronjong, lebih dahulu perlu diketahui bahwa

batu untuk pengisi bronjong mudah diperoleh di sekitar lokasi pekerjaan.

o Gambar-gambar desain telah sesuai dengan keadaan lapangan.

o Bahan-bahan yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan telah cukup

tersedia terutama batu dan bronjong-bronjong agar tidak menghambat

pelaksanaan pekerjaan.

o Selama pelaksanaan pekerjaan, para pengawas harus selalu berada di

tempat pekerjaan untuk melakukan kewajibannya dan telah memahami

ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan bronjong.

5.2 Cara Pelaksanaan

5.2.1 Bendung bronjong dari bambu

Untuk dapat mendapatkan air irigasi, untuk tanaman padi di

sawahnya, para petani membuat sendiri bendung-bendung bronjong

dari anyaman bambu.

Cara membuat bendung dilakukan berdasarkan kebiasaan petami

setempat; dan tinggi bendung tidak lebih dari 1,50 meter, atau 3

(tiga) lapis bronjong.

Agar bronjong-bronjong tersebut tidak terlepas, maka bronjong-

bronjong tersebut saling diikat antara satu dengan lainnya.

Pengisian batu kedalam bronjong dilakukan melalui lubang-lubang

anyaman dengan cara menggeser anyaman bronjong dan

dikembalikan kepada keadaan semula setelah bronjong terisi penuh.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

24

Agar isi bronjong dapat benar-benar padat, maka batu yang

digunakan untuk pengisi bronjong harus terdiri atas bermacam-

macam ukuran.

Dan untuk menambah banyaknya air yang dapat disadap, adakalanya

dibagian hulu bendung diberi timbunan baru.

5.2.2 Bendung “matras”

Bendung matras dibuat dari bronjong-bronjong yang berbentuk

prismatis yang disusun secara berlapis-lapis.

Yang perlu diperhatikan pada waktu membuat bendung matras

adalah sebagai berikut :

1) Tinggi bendung tidak boleh lebih dari 5 (lima) lapis, bendung

tersebut tidak ekonomis dan kurang efisien.

2) Untuk menghemat pemakaian bronjong, inti bendung cukup

diisi dengan batu-batu kosong yang terdiri atas bermacam-

macam ukuran .

3) Bronjong harus saling diikat agar tidak mudah lepas dan

pengisian batu ke dalam bronjong dilakukan lapis demi lapis.

4). Isi bronjong harus benar-benar padat, dan batu-batu yang

digunakan untuk mengisi bronjong harus terdiri atas

bermacam-macam ukuran agar tidak terdapat rongga-rongga

diantara sela-sela timbunan batu.

5). Tidak dibenarkan untuk memasukkan batu kedalam bronjong

melalui lubang-lubang anyaman, karena akan dapat merusak

anyaman sehingga akan mengurangi kekuatan bronjong.

6). Untuk menutup lubang-lubang anyaman harus

digunakan/dipilih batu-batu yang permukaannya rata (atau

sengaja diratakan), agar kawat-kawat anyaman bronjong dapat

menempel pada permukaan batu tersebut; dan ukuran batu

harus lebih besar dari pada ukuran lubang-lubang anyaman.

7). Bendung bronjong tidak boleh kedap air, tetapi untuk

mengurangi resapan air kedalam tubuh bendung dapat

disisipkan lapisan ijuk diantara sela-sela sambungan bronjong

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

25

untuk menambah banyaknya air yang dapat disadap kedalam

saluran.

8). Pada sambungan bronjong untuk lantai olahan bendung harus

diberi ikatan yang berfungsi sebagai “engsel” .

Dengan adanya ikatan engsel tersebut, dimaksudkan apabila

terjadi pengikisan tanah dibawah lantai olahan, akibat dari

anyaman bronjong pada lantai olahan tidak akan berpengaruh

terhadap tubuh bendung.

9). Suatu bendung yang direncanakan dengan konstruksi bronjong,

hendaknya seluruh bangunan bendung juga dibuat dari

bronjong-bronjong kecuali untuk lubang intake yang harus

dilaksanakan dengan pasangan batu.

10). Tidak dibenarkan menggunakan tiang-tiang atau patok-patok

yang dipancangkan didalam bronjong dengan maksud agar

bronjong-bronjong tersebut tidak bergeser dari tempat

kedudukannya semula, karena :

Tiang-tiang atau patok-patok tersebut akan dapat merusak

kawat-kawat anyaman bronjong.

Apabila terjadi pergeseran tubuh bendung, berarti bahwa

bangunan tersebut belum memperoleh stabilitas yang

diperlukan.

Terjadinya pelapukan tiang-tiang atau patok-patok kayu yang

dipancangkan didalam bronjong, akan mengurangi isi bronjong

dan kepadatannya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan

bendung.

11). Kedudukan bendung harus horisontal, dan dimusim kemarau

mercu bendung harus terletak diatas muka air agar mudah

diperhatikan apabila terdapat kerusakan-kerusakan pada

anyaman-anyaman bronjong.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

26

5.2.3 Checkdam dari bronjong

Untuk mempertahankan kedudukan lereng tanah atau kemiringan

dasar lembah sungai, juga dapat digunakan checkdam yang dibuat

dengan konstruksi bronjong.

Jika perlu dapat dibuat beberapa checkdam pada beberapa tempat.

Apabila checkdam cukup panjang, dapat diperkuat dengan pilar-pilar

disepanjang checkdam. Untu memperkuat check dam sering

diperkuat dengan memasang beberapa pilar.

5.2.4 Bangunan terjun pada saluran drainasi

Bangunan terjun atau penerjun dari bronjong tidak dapat digunakan

didaerah yang tanahnya banyak mengandung pasir (tanah berpasir).

Bangunan tersebut hanya akan digunakan pada saluran-saluran

pembuang (drainase) induk atau sekunder (Gambar 7).

5.2.5 Pelapis tebing dan dasar saluran

Konstruksi bronjong juga digunakan untuk melindungi tebing-tebing

dan dasar saluran yang tanahnya mudah terkikis air (Lihat gambar

8).

Supaya tidak terdapat rongga pada sambungan lapisan bronjong

tebing saluran dan dasar saluran, maka bagian yang kosong tersebut

harus diisi batu.

Untuk memperkuat kedudukan pasangan bronjong pada tebing

saluran, jika perlu pada kaki lapisan bronjong tersebut digunakan dua

lapis bronjong sebagai pondasi.

5.2.6 Pelindungan tebing sungai

Untuk melindungi tebing-tebing sungai terhadap pengikisan air dapat

digunakan bronjong guling (silindris), atau bronjong matras.

Pemilihan terhadap dua jenis bronjong tersebut ditentukan oleh

keadaan air sungai dan kedalaman dasar sungai.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

27

a Sungai yang dimusim kemarau tidak ada airnya.

1) Pemasangan bronjong pada tebing-tebing sungai yang

dimusim kemarau tidak ada airnya, pelaksanaannya akan

sangat mudah dan hasilnya akan nampak rapi

2) Untuk mencegah terjadinya pasangan bronjong yang

diakibatkan oleh terkikisnya dasar sungai, pada kaki

pasangan perlu ditambahkan satu lapis bronjong sebagai

pelindung.

3) Antara bronjong pelindung dengan kaki pasangan

bronjong di tebing sungai harus diberi ikatan engsel;

dengan maksud apabila terjadi pengikisan didasar sungai,

turunnya bronjong pelindung tidak akan berpengaruh

pada pasangan bronjong tebing.

4) Dan untuk mencegah masuknya butir-butir tanah tebing

kedalam pasangan bronjong. Diantara bronjong dengan

galian tanah harus diberi lapisan ijuk.

b Tebing sungai yang dalam dan airnya tidak pernah surut

Untuk mengatasi pengikisan terhadap tebing-tebing sungai

yang airnya tidak pernah surut, dapat dilakukan dengan 2 (dua)

cara:

1) Menggunakan bronjong guling

Untuk sungai yang kedalaman airnya kurang dari 3,00

meter, cara yang mudah dilakukan ialah dengan

menggunakan bronjong-bronjong guling yang dijejerkan

disepanjang tebing sungai

Hasil pekerjaan yang dilakukan dengan cara ini, biasanya

agak kurang rapi karena kedudukan bronjong didalam

sungai dimana bronjong-bronjong tersebut disandarkan.

Bronjong-bronjong tersebut harus saling terikat antara

satu dengan lainnya; dan pengisian batu dilakukan melalui

kepala bronjong

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

28

Gb 10

Bronjong guling dipasang tegak untuk lokasi

pemasangan yang tidak pernah surut.

2) Menggunakan bronjong matras

Untuk pengaman tebing sungai yuang airnya cukup dalam

dan tidak dapat dijangkau oleh bronjong guling, dapat

digunakan bronjong matras yang diletakkan di atas rakit.

Penempatan bronjong-bronjong pada kedudukan yang

diinginkan dilakukan dengan menggunakan katrol atau

derek.

Pelaksanaan pekerjaan secara sederhana dapat dilihat

pada gambar 11 berikut

Bagian-bagian yang kosong dibelakang bronjong harus

diisi batu, yang juga akan menjadi tempat kedudukan

bronjong diatasnya

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

29

Gb. 11

Pemasangan bronjong pada lokasi yang airnya

tidak pernah surut / selalu tergenang air

Gb 12

Bronjong matras dapat dipasang dengan mudah

apabila kondisi air rendah.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

30

5.2.7 Krib

Cara-cara pembuatan krib dari bronjong untuk mengarahkan arus

aliran air, dapat dilihat didalam.

Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan krib dari

bronjong tersebut ialah pada sambungan perpanjangan bronjong

diujung kaki krib harus digunakan ikatan engsel dan puncak bronjong

harus terletak diatas muka air banjir. Gambar-gambar 13

menunjukkan salah satu cara menetapkan letak dan arah krib.

Bagian hulu krib harus masuk kedalam tebing sungai.

Gb 13

Menentukan arak Krib.

Gb 14Arah aliran berubah setelah dipasang Krib

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

31

5.2.8 Dinding penahan tanah

a Konstruksi bronjong juga digunakan untuk membuat dinding

atau tembok penahan terhadap longsoran tanah .

b Tembok penahan tanah yang dibuat dari bronjong tidak mudah

patah, dan dapat berfungsi sebagai drain.

c Lapisan ijuk yang disisipkan dibelakang tembok, dimaksudkan

agar butir-butir tanah tidak masuk kedalam lapisan bronjong.

d Untuk menetapkan ukuran tembok penahan tanah yang dibuat

dari bronjong, digunakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

e Jika tinggi tembok penahan tanah = 2/3 H, dan bagian bawah

yang tegak adalah 1/3 H.

Gb 15 Dinding penahan tanah

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

32

5.2.9 Tembok pangkal jembatan dari konstruksi bronjong

Dalam keadaan darurat, konstruksi bronjong dapat dimanfaatkan

untuk membuat tembok-tembok pangkal jembatan-jembatan darurat

(lihat Gambar

Gb 16

Bronjong sebagai tembok pangkal jembatan

Susunan balok-balok kayu dibawah tembok pangkal yang harus

selalu terletak dibawah permukaan air adalah merupakan tempat

kedudukan tembok pangkal, sekaligus juga agar permukaan tembok-

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

33

tembok pangkal jembatan tersebut mempunyai kedudukan yang

sama tingginya.

5.2.10 Konstruksi bronjong sebagai pondasi jalan

a Dalam merencanakan suatu lintasan (alignment) jalan, pada

umumnya dipilih medan yang sifat-sifat tanahnya cukup stabil

dan sesuai bagi suatu konstruksi jalan.

b Namun adakalanya bahwa pada beberapa bagian atau bagian-

bagian yang harus dilintasi harus melalui daerah-daerah yang

sifat-sifat tanahnya kurang sesuai bagi suatu konstruksi jalan,

dan tidak ada pilihan lain untuk menghindarkannya.

c Dalam keadaan demikian, terutama untuk mengatasi masalah

pondasi jalan; berdasarkan pertimbangan praktis dan ekonomis

tetapi secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan maka

salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan cara

membuat pondasi jalan dari lapisan bronjong.

d Apabila tindakan tersebut harus dilakukan, maka pada waktu

melaksanakan pekerjaan bronjong diperlukan pengawasan-

pengawasan khusus dan lebih teliti.

Gb 17

Konstruksi bronjong sebagai pondasi jalan

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

34

BAB VI.

PEMELIHARAAN BANGUNAN BRONJONG

6.1 Pemeliharaan Bangunan

Sebagai suatu bangunan semi permanen, kekuatan bangunan yang dibuat dari

bronjong terletak pada kwalitas bronjong yaitu kwalitas kawat, anyaman dan

isi bronjong.

Bangunan bronjong akan tahan lama dan selalu berfungsi dengan baik,

apabila pada waktu pembangunannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

spesifikasi yang telah ditetapkan, dan selalu dilakukan pengamatan,

pemeliharaan dan perawatan yang berkesinambungan terhadap bangunan

tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan dan

pemeliharaan bangunan-bangunan yang dibuat dari konstruksi bronjong

adalah sebagai berikut:

a. Pemeliharaan anyaman

Anyaman bronjong harus selalu diperiksa, dan apabila terdapat anyaman

yang putus atau rusak harus segera diperbaiki atau disulam dengan

anyaman baru.

Tindakan-tindakan tersebut terutama harus dilakukan terhadap

bangunan-bangunan bronjong yang terletak di sungai yang pada waktu

musim banjir membawa batang-batang kayu, rumpun-rumpun / batang-

batang bambu atau benda-benda lain yang dapat merusak anyaman-

anyaman bronjong.

Pemeriksaan dan perbaikan terhadap anyaman-anyaman bronjong

dilakukan pada setiap kali selesai datang banjir.

b. Isi bronjong

Isi bronjong yang berkurang harus segera ditambah agar bronjong dapat

tetap padat ;

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

35

Gb 18

Contoh bronjong dengan isi batu tetap padat

Pemeriksaan dan perbaikan secara keseluruhan dilakukan pada saat

musim kemarau

c. Bangunan yang turun

Apabila terdapat pelendutan atau penurunan (settlement) bronjong pada

bagian-bagian tersebut, harus ditambahkan lapisan bronjong “baru” agar

kedudukan bangunan semakin mantap.

d. Tidak boleh memancang kayu kedalam bronjong.

Tidak dibenarkan memancang tonggak-tonggak kayu atau tonggak-

tonggak besi dan sebagainya, kedalam bronjong, dengan maksud agar

kedudukan bangunan bronjong tidak bergeser, karena tindakan tersebut

akan dapat merusak anyaman bronjong, disamping akan mengurangi

kepadatan bronjong apabila tonggak-tonggak dari kayu tersebut telah

lapuk ;

Untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaanya, puncak atau mercu

bendung bronjong harus terletak diatas muka air rendah.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

36

e. Sebelum mendapatkan kedudukan yang mantap (stabilished), tidak

dibenarkan untuk melakukan usaha-usaha agar bendung bronjong

menjadi kedap air dengan maksud agar bendung tersebut dapat

mengempang air sebanyaknya.

f. Untuk keperluan perawatan dan perbaikan-perbaikan bangunan yang

dibuat dari bronjong-bronjong kawat, pada lokasi-lokasi bangunan yang

bersangkutan perlu tersedia kawat-kawat bronjong.

6.2 Peningkatan bangunan bronjong setelah kondisi stabil

Setelah menjalani kurun waktu yang agak lama dan memperoleh kedudukan

yang mantap, bangunan-bangunan yang semula dibuat dari bronjong dapat

ditingkatkan menjadi bangunan-bangunan permanen antara lain untuk :

- Tanggul-tanggul pengaman pantai

- Pengamanan tebing kolam waduk atau danau

- Bendung

Dan untuk mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan anyaman kawat pada

permukaan bronjong, bangunan-bangunan bronjong tersebut, harus diberi

lapisan pelindung yang dibuat dari beton atau lapisan aspal.

Membuat lapisan pelindung pada bendung-bendung bronjong yang telah

dapat menggunakan pasangan batu.

Dengan adanya lapisan pelindung yang “menyelimuti” permukaan bangunan-

bangunan bronjong tersebut, bangunan yang dibuat dari konstruksi bronjong

akan menjadi bangunan yang kedap air.

Usaha-usaha untuk meningkatkan bangunan-bangunan yang dibuat dari

bronjong menjadi suatu bangunan permanent hanya dapat dilakukan dengan

melakukan pemeliharaan dan perawatan yang terus-menerus terhadap

bangunan-bangunan tersebut.

Pelaksanaan Pekerjaan Bronjong

37

GB 19

Peningkatan bangunan bronjong

menjadi bangunan permanen