Upload
hoanganh
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dapat diperoleh dari dua sektor, yaitu sektor migas dan sektor
non migas. Salah satu sumber penerimaan negara yang berasaldari sektor non
migas adalah penerimaan pajak. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat balas jasa secara langsung dan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Bila kita lihat APBN di negara ini, penerimaan non migas saat dikuasai
oleh penerimaan dari pajak. Terbukti dari tahun ke tahunsejak dimulainya
Orde Baru, pajak menempati posisi yang tertinggi dalam komposisi
penerimaan, baik dalam rencana maupun dalam realisasi APBN. Saat ini,
peranan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara meningkat.
Hampir seluruh jenis penerimaan pajak realisasinya melampaui target.
Sepanjang tahun 2010, pajak memberikan kontribusi bagi pembiayaan APBN
sebesar 78,21%.
Dalam penggolongannya, pajak dibedakan beberapa jenis. Berdasarkan
sifatnya, pajak dibagi menjadi pajak subyektif dan pajak obyektif. Pajak
subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi keaadaan wajib pajak.
1
2
Dalam hal ini, penentuan besarnya pajak harus ada alasan-alasan obyektif
yang berhubungan erat dengan kemampuan membayar wajib pajak, contohnya
pajak penghasilan atau PPh. Sedangkan pajak obyektif adalah pajak yang
berdasarkan pada obyeknya tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak,
misalnya Pajak Pertambahan Nilai atau PPN, Pajak Bumi dan Bangunan atau
PBB, dan pajak penjualan barang mewah atau PPnBM.
Untuk penggolongannya, pajak dibedakan dibagi dua, yaitu pajak
langsung dan pajak tak langsung. Pajak langsung merupakan pajak yang
penyebarannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dialihkan ke pihak lain. Contoh pajak langsung adalah PPh dan PBB. Pajak
tak langsung adlah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan ke pihak lain,
misalnya pajak pertambahan nilai, PPnBM dan Bea Materai atau cukai.
Sedangkan berdasarkan pihak yang memungut, pajak dibagi menjadi dua
yaitu pajak pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat dan merupakan salah
satu sumber penerimaan negara. Misalnyapajak pertambahan nilai, PPh, dan
Bea Materai serta pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah. Contohnya
adalah pajak tontonan, pajak reklame, pajak kendaraan bermotor, PBB,
retribusi parkir, dan retribusi terminal.
Dalam APBN, salah satu jenis penerimaan pajak berasal dari pajak
pertambahan nilai. Kontribusi pajak pertambahan nilai terhadap APBN
sebesar 48,47% dari total penerimaan pajak. Realisasi penerimaan pajak
pertambahan nilai dan PPnBM mencapai Rp. 251,9 Triliun atau 95,8% dar
sasaran APBN 2010 sebesar Rp. 263 Triliun. Sehingga dapat dikatakan
3
realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai dan PPnBM tidak mencapai
target. Tetapi, jika dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2009
sebesar Rp. 193,1 Triliun, penerimaan pajak pertambahan nilai dan PPnBM di
tahun 2010 masih lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 58,8 Triliun (30,5%). Tidak
tercapainya target penerimaan pajak tersebut dalam tahun 2010, berkaitan
dengan besarnya restitusi yang masing-masing mencapai Rp. 26,6 Triliun.
Restitusi pajak pertambahan nilai merupakan pengembalian kelebihan
bayaran pajak perrtambahan nilai dan PPnBM yang dilakukan oleh wajib
pajak. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas obyeknya. Dalam perhitungan
Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak
(PKP), dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran
adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut ketika Pengusaha Kena Pajak
menjual produknya, sedangkan Pajak masukan adalah Pajak Pertambahan
Nilai yang dibayar ketika Pengusaha Kena Pajak membeli, memperoleh atau
membuat produknya. Bila pada satu masa pajak, pajak masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada pajak keluaran selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Selain itu,
Pengusaha Kena Pajak juga dapat mengajukan permohonan pengembalian atas
kelebihan pajak (restitusi).
Dengan karakteristiknya yang bersifat obyektif, maka semua transaksi atas
penjualan dan pembelian Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak
(JKP) oleh Penghasilan Kena Pajak Pertambahan Nilai. Sehingga Pajak
Pertambahan Nilai memberikan kontribusi cukup besar terhadap APBN.
4
Karena kontribusinya itu, maka dibuatlah undang-undang nomor 42 tahun
2009 yang merupakan perubahan ketiga atas undang-undang nomor 8 Tahun
1983. Sebelumnya,aturan pajak mengacu pada undang-undang nomor 18
Tahun 2000. Perubahan dalam undang-undang tersebut adalah:
1. Saat pembuatan Faktur Pajak (FP)
a. Bila sebelumnya paling lama akhir bulan berikutnya atau pada saat
pembayaran (bila pembayaran telah diterima sebelum akhir bulan
berikutnya).
b. Perubahannya, pembuatan Faktur Pajak saat penyerahan atau pada saat
pembayaran (dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan).
2. Jenis faktur pajak
a. Bila sebelumnya dikenal dua jenis Faktur Pajak, yaitu Faktur Pajak
standard dan Faktur Pajak sederhana.
b. Perubahannya, saat ini hanya dikenal istilah faktur pajak.
3. Saksi atas pelanggaran syarat formal faktur pajak
a. Bila sebelumnya Penghasilan Kena Pajak akan dikenai sanksi bila
menerbitkan Faktur Pajak yang tidak memenuhi syarat, misalnya tidak
ada nama pembeli dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli.
b. Perubahanya, Pengusaha Kena Pajak tidak akan dikenai sanksi, tetapi
faktur tersebut tidak dikategorikan sebagai Faktur Pajak cacat. Namun
Faktur Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan oleh pembelinya.
4. Saat penyetoran dan pelaporan
5
a. Bila sebelumnya penyetoran dilakukan paling lambat 15 setelah
berakhirnya masa pajak dan pelaporannya dilakukan paling lama tanggal
20 setelah berakhirnya masa pajak.
b. Perubahannya, penyetoran dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan dan pelaporannya dilakukan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
CV. Arjuna Securitas Abadi merupakan perusahan yang bergerak dalam
bidang Packing Kemasan Kayu. Dalam melakukan kewajiban perpajakannya,
CV. Arjuna Securitas Abadi telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
dan atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai dan perubahannya, tidak termasuk pengusaha kecil
yang batasnya ditetapkan oleh keputusan Menteri Keuangan, kecuali
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Karena sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka dalam
melakukan pembelian dan penjualannya, CV. Arjuna Securitas Abadi harus
memungut Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
perusahaan sebesar 10% dengan sistem pembayaran dalam bentuk kredit atau
tunai. Jangka waktu kredit dalam dua bulan. Dalam melakukan
pembayarannya CV. Arjuna Securitas Abadi pernah melakukan keterlambatan
pembayaran Pajak Pertambahan Nilai sehingga dikenakan denda sebesar 2%
dan bila terlambat lapor akan dikenai denda.
6
Dengan adanya perubahan undang-undang Pajak Pertambahan Nilai, maka
untuk tahun 2011 perusahaan tidak diperbolehkan menggunakan Faktur Pajak
Standard dan Faktur Pajak Sederhana dan sudah dihapus dan diganti dengan
Faktur Pajak saja. Selain itu, bila melakukan penjualan kepada pembeli yang
bukan Pengusaha Kena Pajak, maka NPWP di Faktur Pajak diisi dengan
angka 00.000.000.0.000.000 dan nama wajib pajak cukup diisi dengan no
name.
Kebijakan perlakuan akuntansi atas transaksi yang mengharuskan
Pengusaha Kena Pajak memungut Pajak Pertambahan Nilai harus diterapkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk membantu perusahaan dalam
menyajikan laporan keuangan yang bersifat wajar kepada para pengguna
laporan keuangan. Karena masih banyak pengusaha yang belum paham
perlakuan sebenarnya atas Pajak Pertambahan Nilai, seperti mengabaikan PPN
masukan dari transaksi pembelian yang dilakukan, tidak mengetahui PPN
Masukan yang tidak dapat dikreditkan atau bagaimana memperlakukan PPN
Masukan yang tidak bisa dikreditkan dan sebagainya. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan, yang diawali dengan
kesalahan penentuan laba, selanjutnya berdampak pada kesalahan penyajian
Laporan Laba-Rugi dan akhirnya berdampak pada kesalahan interprestasi para
pemakai laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menjadikan Pajak Pertambahan
Nilai sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul “Implementasi Pajak
7
Pertambahan Nilai dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Pada CV.
Arjuna Securitas Abadi di Surabaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana implementasi PPN pada perusahaan CV. Arjuna Securitas Abadi
ditinjau dari undang-undang PPN?
2. Apakah perlakuan Pajak Pertambahan Nilai berpengaruh terhadap laporan
keuangan CV. Arjuna Securitas Abadi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi Pajak Pertambahan Nilai sudah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku (Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai
Nomor 42 Tahun 2009)
2. Untuk mengetahui pengaruh Pajak Pertambahan Nilai terhadap laporan
keuangan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat Bagi Pengembangan Ilmu dan Pengetahuan.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
implementasi perlakuan PPN dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan
pada sebuah perusahaan.
8
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan mengenai implementasi Pajak Pertambahan Nilai
dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada CV. Arjuna Securitas
Abadi.
b. Manfaat Bagi Perusahaan
Untuk memberikan masukan kepada perusahaan dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
c. Manfaat Bagi Almamater dan Pembaca Lainnya
Untuk membantu memberi masukan bagi pembaca dan diharapkan dpat
berguna untuk menambah pengetahuan dan sebagai sarana untuk bahan
penelitian selanjutnya dibidang perpajakan, khususnya Pajak Pertambahan
Nilai.
9
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Pajak
Pajak merupakan unsur yang sangat penting bagi negara, dengan adanya pajak
maka pembangunan negara berjalan lancar, karena dari pajaklah kegiatan
pemerintahan dibiayai. Melihat betapa pentingnya pajak bagi pembangunan,
banyak ahli berusaha memberikan definisi yang berbeda, meskipun begitu, unsur
– unsur yang terkandung dalam definisi tersebut hampir sama.
Definisi Pajak menurut pasal 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
KUP:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
Berikut ini definisi pajak menurut beberapa ahli:
1. Menurut Rochmat Soemitro:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa timbal balik (kontra prestasi)
yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
2. Menurut P.J.A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo
dijelaskan bahwa:
Pajak ialah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib
pajak yang membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat
9
10
prestasi langsung – kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Dengan beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat disimpulkan ciri – ciri yang
melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:
1) Pajak dipungut berdasarakan undang – undang serta aturan pelaksanaanya.
2) Sifatnya dapat dipaksakan, hal ini berarti apabila utang pajak tidak dibayar,
maka utang tersebut dapat ditagih dengan kekerasan, seperti surat teguran,
surat paksa, surat sita, dan sandra.
3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara
langsung oleh pemerintah.
4) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemungutan pajak tidak boleh dilakukan pihak swasta yang orientasinya
adalah keuntungan.
5) Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
2.1.1.1. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas, fungsi pajak menurut Muqodium, (2010)
yaitu :
11
1) Fungsi penerimaan (budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sunber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan.
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang social, ekonomi, maupun bidang politik dengan tujuan tertentu sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Dalam fungsi mengatur, pajak sebagi salah satu alat
untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu yang letaknya diluar tujuan
fiskal/budgetair, pajak harus pula membantu usaha pemerintah untuk campur
tangan dalam mengatur dan bila perlu mengubah susunan pendapatan dan
kekayaan sektor swasta. Tetapi negara harus juga menyelenggarakan
kesejahteraan masyarakat serta meratakan pendapatn nasional. Beberapa
penerapan fungsi mengatur antara lain :
a. Pemberlakuan tarif progresif. Jika tarif ini diterapkan pada PPh maka
tinggi penghasilan semakin tinggi tarif pajaknya. Sehingga kebijaksanaan
ini berpengaruh besar terhadap usaha pemerataan pendapatan nasional.
Dalam hal ini, pajak juga dikenal dalam berperan sebagai alat redistrisbusi
pendapatan nasional.
b. Pemberlakuan bea masuk tinggi bagi barang – barang impor dengan tujuan
untuk melindungi terhadap produsen dalam negeri sehinggamendorong
perkembangan industri dalam negeri.
12
c. Pemberian fasilitas tax holiday atau pembebasan pajak untuk beberapa
jenis industri tertentu dengan maksud mendorong atau memotivasi para
investor atau calon investor untuk meningkatkan investasinya.
d. Pengenan pajak untuk jenis barang tertentu dengan makud agar
menghambat konsumsi barang – barang tersebut atau jika pajak tersebut
diterapkan pada barang mewah sebagaimana PPnBM mempunyai maksud
antara lain menghambat perkembangan gaya hidup mewah.
2.1.1.2. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo, (2010) : agar pemungutan pajak tidak menimbulkan
hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Adil dalam mengenakan pajak secara umum dan merata sesuai dengan
kemampuan masing – masing dan adil dalam pemberian hak bagi wajib pajak
untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan
banding.
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Pelaksanaan pemungutan pajak di suatu negara atau daerah berdasarkan
undang – undang. Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.
Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
13
Yaitu pungutan pajak harus menjaga keseimbangan kehidupan ekonomi dan
jangan mengganggu kehidupan ekonomis dari si wajib pajak. Selain itu,
pemungutan pajak tidak boleh mengganggu atau menghalangi kelancaran
produksi maupun perdagangan / perindustrian. Sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai dengan fungsi penerimaan (budgetair), biaya pemungutan pajak harus
dapat ditekan, sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5) System pemungutan harus sederhana.
Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan warga
masyarakat untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya, maka harus
diterapkan system pajak yang sederhana dan mudah dilaksanakan sehingga
masyarakat tidak terganggu dengan permasalahan pajak yang sulit. Karena hal
ini akan membantu masyarakat dalam membayar pajak.
2.1.1.3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam melakukan pemungutan pajak di Indonesia, terdapat beberapa macam
cara atau sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo, (2010), yaitu :
1. Official Assesment System
Adalah suatu sistem yang member wewenang kepada pemerintah (fiskus)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri –
cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif
14
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentuka sendiri besarnya pajak terutang. Ciri – cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri – cirinya,
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan wajib pajak.
2.1.1.4. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah angka atau presentase yang digunakan untuk menghitung
jumlah pajak terutang. Disamping tarif pajak, pada umumnya untuk menentukan
jumlah pajak perlu diketahui dasar pengenaan pajaknya. Misalnya PPh dasar
pengenaan pajaknya adalah penghasilan, sedangkan Pajak Pertambahan Nilai
dasar pengenaan pajaknya adalah harga jual dan nilai impor, sedang bea materai
dasar pengenaan pajaknya adalah jenis dokumen (Muqodim, 2010). Secara
struktural , menurut Mardiasmo (2010), tarif pajak dibagi dalam empat jenis
15
yaitu :
1. Tarif sebanding / proposional
Tarif berupa prosentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya
nilai yang dikenai pajak. Contohnya, untuk penyerahan Barang Kena Pajak
dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap. Contohnya, besarnya
tarif bea materai. Untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun
adalah Rp. 1000.
3. Tarif Progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
semakin besar. Menurut kenaikan presentase tarif progresif di bagi menjadi :
a. Tarif progresif progresif : kenaikan presentase semakin besar
b. Tarif progresif tetap : kenaikan presentase tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan presentase semakin kecil
Tarif pajak menurut pasal 17 Undang – undang pajak penghasilan tersebut
diatas termasuk tarif progresif – progresif.
4. Tarif Degresif
Presntase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak
semakin besar.
16
2.1.2. Pajak Pertambahan Nilai
Berbeda dengan PPh yang dikenakan terhadap penghasilan, pajak
pertambahan nilai dikenakan terhadap konsumsi. Penggunaan istilah pertambahan
nilai merujuk pada pengenaan pajak yang diletakkan pada nilai tambah yang
muncul disepanjang jalur produksi dan distribusi barang dan jasa. Nilai tambah
tersebut berasal dari pemanfaatan aneka faktor produksi oleh pengusaha yang
menimbulkan pertambahan nilai suatu barang atau jasa. Pajak Pertambahan Nilai
adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa didalam negeri
(Daerah Pabean).
Dalam penggolongannya, Pajak Pertambahan Nilai termasuk pajak tak
langsung karena pembayaran pajaknya dapat dialihkan kepada pihak lain. Tetapi
dalam implementasinya, meskipun beban pajak ada di pundak konsumen,
pemungutan Pajak Pertambahan Nilai menjadi Pengusaha Kena Pajak, yaitu
Wajib Pajak yang dalam kegiatan usahanya melakukan penyerahan barang atau
jasa kena pajak. Dengan demikian, secara Yuridis Pengusaha Kena Pajak
bertangungjawab memungut pajak pertambahan nilai dan secara ekonomis,
konsumen yang menanggung beban Pajak Pertambahan Nilai (Faisal, 2010).
Undang – undang yang mengatur tentang pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
yaitu undang – undang No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah menjadi
undang – undang No. 42 Tahun 2009 yang sebelumnya mengacu pada undang –
undang No. 18 Tahun 2000.
17
Pengertian tentang PPN Masukan adalah pajak petambahan nilai akibat terjadinya
pembelian, sedangan pengertian tentang PPN keluaran adalah Pajak Pertambahan
Nilai akibat terjadinya penjualan.
2.1.2.1 Barang dan Jasa Kena Pajak
Barang Kena pajak merupakan barang yang berwujud yang menurut sifat dan
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang
yang tidak berwujud dikenakan pajak berdasarkan undang – undang pajak
pertambahan nilai. Pada dasarnya, semua barang adalah barang kena pajak,
kecuali undang – undang menetapkan sebaliknya (Mardiasmo, 2010).
2.1.2.2 Barang Tidak Kena pajak dan Jasa Tidak Kena Pajak
Jenis barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2002 berdasarkan atas empat kelompok
barang, yaitu :
1. Barang hasil pertambangan, penggalian, dan pengeboran yang diambil dari
sumbernya meliputi :
a. Minyak Mentah ( Crude Oil)
b. Gas bumi, kecuali gas bumi yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat seperti elpiji,
c. Panas bumi,
d. Pasir dan kerikil,
e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan
f. Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel dan bijih
perak serta bijih bauksit
18
2. Barang kebutuhan yang sangat dibutuhkan rakyat banyak, jenisnya :
a. Beras,
b. Gabah,
c. Jagung,
d. Sagu,
e. Kedelai, dan
f. Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usahajasa boga atau catering
4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
Sedangkan kelompok jasa yang tidak kena pajak terdiri dari jasa di bidang
(UUD. No. 42 tahun 2009) :
a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik, meliputi :
Jasa dokter umum, jasa dokter spesialis, jasa dokter gigi;
Jasa dokter hewan;
Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gizi,fisioterapi, ahli gigi;
Jasa kebidanan, dan dukun bayi;
Jasa paramedis, dan perawat; dan
Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.
b. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi :
19
Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;
Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
Jasa lembaga rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial;
Jasa pemakaman termasuk krematorium;
Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.
Jasa pelayanan sosial lainnya kecuali yang bersifat komersial.
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko yang dilakukan oleh PT.
Pos Indonesia.
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi,
meliputi:
Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No 10 Tahun 1998 kecuali jasa
penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan surat kontrak
(perjanjian), serta anjak piutang.
Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan
Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.
e. Jasa di bidang keagamaan, meliputi:
Jasa pelayanan rumah ibadah;
Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan
Jasa lainnya di bidang keagamaan.
20
f. Jasa di bidang pendidikan, meliputi:
Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik dan pendidikan profesional;
Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.
g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan
termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti
pementasan kesenian Tradisional yang diselenggarakan cuma-Cuma.
h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan seperti jasa penyiaran
radio atau televisi baik yang dilakukan oleh instansi Pemerintah maupun
swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.
i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air
j. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi
Jasa tenaga kerja;
Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga
kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja
tersebut; dan
Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
k. Jasa di bidang perhotelan, meliputi:
21
Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumahpenginapan,
motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengankegiatan
perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,
rumah penginapan, motel, losmen dan hostel.
Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), pemberian Ijin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok
Wajib Pajak dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
2.1.2.3 Subyek Pajak Pertambahan Nilai
1. Subyek PKP
Pengusaha adalah OP atau badan yg dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
perdagangan, memanfaatkan barang tak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang
dikenakan pajak menurut UU ini, tidak termasuk pengusaha kecil yang ditetapkan
KMK.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan republik Indonesia Nomor
197PMK.03/2013 bahwa Batasan Pengusaha Kecil adalah jika pengusaha tersebut
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto
22
dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
Pengusaha kecil boleh memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. PKP wajib
dikukuhkan dan memiliki NPPKP (Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak) yang
bentuknya sama dengan NPWP. Kewajiban PKP adalah mengenakan, memungut,
menyetor dan melaporkan PPN dan PPnBM.
2. Subyek Non PKP
Non-PKP dapat menjadi subjek PPN jika:
a. Mengimpor BKP.
b. Memanfaatkan BKP tidak berwujud/JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean.
c. Melakukan kegiatan membangun sendiri tidak dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya.
2.1.2.4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai
Setelah melalui proses pengukuhan dan memperoleh status sebagai Pengusaha
Kena Pajak, kewajiban berikutnya adalah memungut Pajak Pertambahan Nilai.
Secara umum, obyek pajak Pertambahan Nilai terdiri dari (UU PPN ps. 4, ps. 16C,
ps. 16D):
1. Penyerahn BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP (PPN = 10% x Nilai Impor)
3. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
23
6. Ekspor BKP yang dilakukan PKP PPN 0%
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP
8. Ekspor JKP oleh PKP
Selain itu, khusus untuk penyerahan barang, Pengusaha Kena Pajak juga harus
memahami bahwa tidak semua penyerahn barang dikenakan pajak. Ada tujuh
macam penyerahan Barang Kena Pajak yang merupakan penyerhan kena pajak
menurut UU No. 42 tahun 2009 pasal 1A (1) dan (2), yaitu :
1. Penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian.
2. Pengalihan Barang Kena Pajak kerna suatu perjanjian sewa jual beli dan atau
perjanjian sewa guna usaha (leasing)
3. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru
lelang.
4. Pemakaian sendiri dan atau pemberian cuma – cuma atas Barang Kena Pajak.
5. Persediaan Barang Kena Pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada pembubaran perusahaan,
sepanjang Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan aktiva tesebut menurut
ketentuan dapat dikreditkan.
6. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dari
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang.
7. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi.
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerhan Barang Kena Pajak adalah :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam
kitab undang – undang hukum dagang.
24
2. Penyerahan Barang Kena Pajak unutk jaminan utang piutang.
3. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang dalam hal pengusaha kena pajak
memperoleh izin pemusatan tempat pajak terutang.
2.1.2.5 Saat Terutang Pajak Pertambahan Nilai
Menurut UU No. 42 tahun 2009 pasal 11 (1) dan (2), terutangnya pajak terjadi
pada saat :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean
6. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud
7. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud
8. Ekspor Jasa Kena Pajak
Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau
sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan
sebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa
Kena Pajak dari luar daerah pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat
pembayaran.
25
2.1.2.6 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo, (2011) Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku saat
ini adalah 10% (sepuluh persen). Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan
atas :
a. Ekspor BKP berwujud
b. Ekspor BKP tidak berwujud; dan
c. Ekspor JKP
Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti pembebasan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar
untuk perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat
dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau peningkatan
kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah
tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling
tinggi 15% (limabelas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
Sedangkan untuk tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah berdasarkan
Mardiasmo, (2011) bahwa tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat
dibedakan menjadi beberapa tarif yaitu tarif paling rendah 10% (sepuluh persen)
dan yang paling tinggi 200% (dua ratus persen) . Ketentuan mengenai tarif
kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dikenai Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan
ketentuan mengenai jenis Barang yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang
Mewah diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
26
Atas ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan
tarif 0% (nol persen). PPnBM yang telah dibayar atas perolehan BKP yang
tergolong mewah yang diekspor dapat diminta kembali (restitusi).
Selain itu, tarif PPN khusus juga diterapkan pada :
1. Jasa Kurir
Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-147/PJ.532/2000
menyebutkan bahwa untuk perusahaan Joint Venture yang bergerak dibidang jasa
kurir internasional untuk 2 kegiatan yaitu :
a. Untuk ekspor :
- Untuk jasa kurir ekspor yang biayanya dibayarkan di Negara Indonesia
(oleh si pengirim) yang disebut PrePaid Shipment yang pihaknya selalu
mengeluarkan invoice beserta PPN 1%
- Untuk jasa kurir ekspor yang bianyanya dibayarkan di Negara tujuan (oleh
si Penerima) disebut Freight Collect Shipment, pihaknya tidak
mengeluarkan invoice maupun PPN 1% melainkan hanya menerima
kompensasi yang sudah diperhitungkan bersama biaya-biaya internasional
freight (telah di net kan dengan hutang piutang).
b. Untuk impor :
- Menerima kompensasi yang sudah diperhitungkan dengan hutang piutang
yang disebut Destination Compensation.
- Untuk biaya-biaya Bea Cukai pihaknya membebankan kepada customer
sesuai dengan data dari bea cukai yang diurus / dilakukan oleh pihak
27
ketiga dan pihaknya menambahkan biaya disbursement fee sebesar 5%
dari bea masuk.
2. Penyerahan Emas Perhiasan
Berdasarkan Pasal 3 Peratutan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
30/PMK.03/2014 bahwa penyerahan emas perhiasan dan/atau jasa terkait
dengan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Emas Perhiasan terutang Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan Dasar Pengenaan
Pajak. Dasar pengenaan pajak tersebut adalah nilai lain yang ditetapkan
sebesar 20% (dua puluh perse) dari harga jual Emas atau nilai penggantian.
2.1.2.7 Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak
yang terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai
Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dasar Pengenaan Pajak terdiri dari :
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP),
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UndangUndang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
28
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea
Masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
dengan Keputusan Menteri Keuangan yaitu :
a. harga jual / penggantian dikurangi laba kotor, yaitu untuk pemakaian sendiri,
pemberian cuma-cuma dan penyerahan antar pusat cabang atau antar
cabang.
b. harga jual rata-rata / perkiraan hasil rat-rata, yaitu untuk penyerahan media
rekaman suara atau gambar dan penyerahan film cerita.
c. harga pasar wajar, yaitu persediaan tersisa saat pembubaran perusahaan, dan
penyerahan aktiva bekas.
d. Sepuluh persen dari harga jual atau jumlah tagihan, yaitu penyerahan
kendaraan bermotor bekas, jas biro perjalanan atau pariwisata, dan jasa
pengiriman paket.
e. Lima persen dari jasa imbalan untuk jasa anjak piutang.
29
2.1.2.8 Klasifikasi Pajak Pertambahan Nilai
1. Pajak Masukan
Menurut Mardiasmo, (2011) Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai
yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan
Barng KenaPajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan
Barng Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah pabean dan/atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak.
2. Pajak Keluaran
Menurut Mardiasmo, (2011) Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, ekspor Barng Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau ekspor
Jasa Kena Pajak.
2.1.2.9 Faktur Pajak
Menurut Mardiasmo, (2011), Faktur Pajak adalah bukti pemungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak, atau bukti pungutan Pajak karena impor Barang Kena Pajak yang
digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Faktur pajak dapat berupa :
1. Faktur pajak standar
yaitu faktur pajak yang bentuk dan isinya telah ditetapkan oleh peraturan Pasal 13
ayat (5) UU PPN. Isi faktur harus mencantukan minimal:
– Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP.
30
– Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP.
– Jenis barang, jumlah harga jual/penggantian dan potongan harga.
– PPN/PPnBM yang dipungut.
– Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak.
– Nama, jabatan dan tanda tangan yg berhak menandatangani Faktur Pajak
(penjelasan Pasal 13 ayat 5 UU PPN) .
2. Faktur Pajak Sederhana dibuat oleh PKP yang melakukan:
Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda
bukti pembayaran sebagai Faktur Pajak Sederhana yang paling sedikit memuat
yang terdapat di Pasal 13 ayat 7 UU PPN:
a. Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak
b. Jenis dan kuantum
c. Jumlah Harga Jual atau Penggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya
pajak dicantumkan secara terpisah.
d. Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana
Pasal 9 ayat 8 UU PPN, Pajak Masukan yang tercantum dalam Faktur Pajak
Sederhana tidak dapat dikreditkan.
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan :
a. Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan secara
langsung kepada konsumen akhir, atau
b. Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada pembeli
Barang Kena Pajak dan atau penerima Jasa Kena Pajak yang nama, alamat,
31
atau Nomor Pokok Wajib Pajaknya tidak diketahui, Dapat membuat Faktur
Pajak Sederhana (Kep DJP No 128/PJ/2004)
3. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak yang dibuat meliputi semua penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama satu bulan kepada pembeli yang
sama atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama (Pasal 13 ayat 2 UU PPN).
Faktur Pajak Gabungan pada dasarnya adalah Faktur Pajak Standar sehingga
tidak digolongkan sebagai bentuk tersendiri terpisah dari Faktur Pajak
Standar.
Menurut Pasal 13 ayat 1 dan 3 UU PPN, Faktur Pajak pada umumnya dibuat:
Pada saat penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak apabila
sebelumnya tidak ada pembayaran.
Pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.
Faktur Pajak Standar sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sekurang-
kurangnya harus mencantumkan :
1. Nomor Seri Faktur Pajak,
2. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Nomor dan Tanggal
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak,
3. Nama, alamat, dan Nomor Poko Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak,
32
4. Macam, jenis, kuantum, harga satuan, jumlah harga jual atau penggantian dan
potongan harga,
5. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut, 6. Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang dipungut,
7. Tanggal penyerahan atau tanggal pembayaran,,
8. Nomor dan tanggal pembuatan Faktur Pajak,
9. Nama, jabatan dan Tanda Tangan yang berhak menanda tangani Faktur Pajak.
2.1.2.10 Saat Pembuatan Faktur Pajak
Dengan demikian, saat pembuatan faktur pajak sesuai dengan Pasal 13 ayat (1a)
Undang-undang PPN dapat dibaca secara utuh dengan memperhatikan Surat
Edaran Nomor SE-50/PJ/2011, yaitu :
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak,
di mana pengertian saat penyerahan sesuai dengan penjelasan dalam SE-
50/PJ/2011 yang diuraikan di atas;
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak;
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan seperti untuk penyerahan jasa pemborong bangunan; atau
4. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan, yaitu saat Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah
33
menyampaikan tagihan, sehubungan dengan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut PPN.
2.1.3. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
1. Saat terutang adalah saat pembayaran
2. Faktur dan SPP dibuat pada saat PKP mengajukan tagihan
3. Faktur dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran
4. Pemungut pajak wajib memungut PPN terutang pada saat pembayaran
(bukan pada saat penyerahan) Bendahara wajib setor paling lambat 7
hari setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan
5. PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPT Masa PPN bagi
pemungut PPN 20 hari setelah dilakukan pembayaran tagihan
Yang ditunjuk pemungutan PPN (KMK 563/KMK.03/2003)
1. Bendaharawan Pemerintah
2. Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara
2.1.4. Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai
Prosedur pembukuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terdiri dari :
1. Pembelian barang yang PPN-nya dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
2. Penjualan dan PPN terutang
3. PPN yang masih harus dibayar atau lebih
34
4. Dan lain-lain.
Dilihat dari pengenaan PPN, barang yang dibeli oleh perusahaan dapat
digolongkan ke dalam dua jenis barang, yaitu barang yang PPN-nya dapat
dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan. Pembelian kedua jenis barang
tersebut perlu dipertimbangkan dalam arangka pembukuan, karena PPN yang
tidak dapat dikreditkan tersebut dapat dikreditkan tersebut dapat dimasukkan ke
dalam biaya dalam perhitungan pajak penghasilan nantinya.
Pembelian barang yang PPN-nya dapat dikreditkan masih dapat dikelompokkan
ke dalam dua jenis yaitu :
1. Pembelian barang unutk diolah (persediaan) dan
2. Pembelian barang modal yang ada hubungannya dengan proses produksi.
2.1.5. Pengakuan PPN Terutang
Pada prinsipnya PPN dipungut berdasarkan 2 prinsip yaitu;
1) Prinsip Akrual : Sesuai pasal 11 ayat (1) UU PPN, artinya terutangnya pajak
terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum
sepenuhnya diterima atau pada saat impor Barang Kena Pajak.
2) Prinsip Kas : Sesuai pasal 11 ayat (2) UU PPN, dalam hal pembayaran diterima
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena
Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan
35
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
Atas dasar hal tersebut di atas, Faktur Pajak harus dibuat pada saat:
1) Penyerahan barang.
2) Pembayaran diterima, sebelum penyerahan barang/jasa dilakukan.
Dalam hal pembayaran diterima setelah penyerahan barang, Faktur Pajak dibuat
pada akhir bulan berikutnya setelah penyerahan barang.
2.1.6. Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010), laporan keuangan merupakan alat yang sangat
penting untuk merperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dalam
hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan
keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk
memenuhi kebutuhan sejumlah pengguna. Laporan keuangan terdiri dari :
a. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
b. Laporan Perubahan Ekuitas (Capital Statement)
c. Neraca (Balance Sheet)
d. Laporan Arus kas (Cash Flow Statement)
Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Untuk
mencapai tujuannya tersebut, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakuai saat kejadian dan dicatat
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
yang bersangkutan. Laporan keuangan disusun atas dasar akrual memberikan
36
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas di masa depan.
2.1.7 Penyajian Pajak Pertambahan Nilai Pada Laporan Keuangan
Dalam laporan posisi keuangan, terdapat aset, kewajiban, dan ekuitas. Nama –
nama akun pada laporan keuangan yang berkaitan dengan transaksi – transaksi
diatas adalah :
a. Sisi aset, terdapat nama-nama akun sebagai berikut :
1. Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar yang disajikan pada pos piutang
(masuk pos piutang karena atas kelebihan pajak ini dpat dikompensasikan
pada masa pajak berikutnya atau direstitusi sehingga kita memiliki piutang
terhadap pemerintah)
2. Kas
3. Persediaan
4. Perlengkapan Kantor
5. Piutang Usaha
b. Kewajiban Lancar
1. Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar yang disajikan pada pos hutang
(masuk pos hutang karenajika terjadi kurang bayar, maka kita harus
membayar kepada kepada pemerintah paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya mas pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan).
2. Hutang Usaha
37
3. Pendapatan diterima dimuka (masuk pasiva karena kita masih harus
memenuhi kewajiban kita kepada pembeli tetapi pendapatan sudah diterima
terlebih dahulu).
Sedangkan yang termasuk dalm laporan rugi laba komprehensif adalah :
1. Penjualan
2. Potongan Penjualan
3. Retur Penjualan
4. Harga Pokok Penjualan
5. Sanksi bunga akibat terlambat membayar pajak masuk dalam pos rugi lain-lain
(dalam fiskal, dikoreksi positif. Dikoreksi positif karena mengurangi biaya dan
menambah laba)
6. Pajak Pertambahan Nilai yang tidak dapat dikreditkan disajikan pada pos beban
(dalam laporan keuangan fiskal dikoreksi positif. Dikoreksi positif karena
mengurangi biaya dan penambahan laba).
7. Pajak Pertambahan Nilai masukan yang tidak dapat dikreditkan, masuk dalam
cost of inventory (dalam laporan keuangan fiskal, dapat diakui sebagai biaya)
2.1.8 Pengakuan Pendapatan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) timbul akibat adanaya transaksi pembelian
dan penjualan terhadap Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak. Apabila Pengusaha
Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian BKP maka akan dikenakan Pajak
Masukan. Selanjutnya bila PKP tersebut melakukan penjualan atas BKP tersebut
maka mereka berhak unutk melakukan pemungutan PPN yang telah mereka setor
38
sebelumnya dan hal ini merrupakan Pajak Keluaran. Seperti halnya pendapatan,
PPN juga harus diketahui dan bagaimana cara pengukurannya.
Menurut Kerangka Dasar Penyusutan dan Penyajian lapoaran Keuangan dalam
SAK (2007 ; 22 : par.92), dijelaskan bahwa :
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi
di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penuruanan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan
penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aktiva atau
penurunan penghasilan tetrjadi bersamaan dengan kenaikan aktiva atau
penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aktiva atau penurunan
kewajiban yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan
kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar.
Menurut UU Perpajakan No. 18 Tahun 2000 Pasal 4 ayat 1, dijelaskan bahwa :
Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonimis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.
Pendapatan umumnya diakui jika :
a. Telah direalisasi atau dapat direalisasi
b. Telah dihasilkan
Misal, PT. X melakukan penjualan barang dengan jumlah penyerahan Rp.
15.000.00,- terdiri dari :
- Penyerahan yang telah diterima pembayarannya Rp. 10.000.000,-
- Penyerahan yang belum diterima pembayarannya Rp. 5.000.000,-
Prinsip akrual : Pendapatan (Penjualan) adalah Rp. 15.000.000,-
Prinsip kas : Pendapatan (penjualan) adalah Rp. 10.000.000,- sisa yangbelum
dibayar sebesar Rp. 5.000.000 ditetapkan sebagai penghasilan pada periode
berikutnya apabila telah dilakukan pembayaran berikutnya.
39
Pengakuan pendapatan dari penjualan barang dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 menyebutkan bahwa pendapatan dari
penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut terpenuhi :
a. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepda pembeli
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melkukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Pengukuran pendapatan dalam PSAK No. 23 dijelaskan bahwa “Pendapatan
harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.”
Dalam UU Perpajakan No. 18 Tahun 2000 Pasal ( ayat 1, dijelaskan bahwa “Pejak
Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak”.
Dalam akuntansi, saat penyerahan barang merupakan salah satu saat
pengakuan beban atau perolehan aktiva (PSAK NO. 23 par 38). Begitu juga
dengan pajak, pengakuan beban atau perolehan aktiva diakui pada saat
penyerahan barang kena pajak, tetapi karena pembuatan faktur pajak dapat
diserahkan bulan berikutnya maka pendapatan tersebut tidak dapat dilaporkan
pada bulan saat penyerahan BKP.
40
Terutangnya PPN menurut akuntansi yaitu pada saat penyerahan BKP
walaupun faktur pajak belum dibuat dan belum diterima pembayarannya. Menurut
UU perpajakan terutangnya PPN sama dengan akuntansi yaitu pada saat
penyerahan BKP atau sudah terjadi penjualan (UU Perpajakan No. 18 Tahun 2000
Pasal 11 ayat 1), tetapi apabila diterima uang muka dari penjualan tersebut maka
terutangnya PPN secara administrative adalah pada saat pembayaran uang muka
(UU Perpajakan No. 18 Tahun 2000 Pasal 11 ayat 2) dan diterbitkan faktur
pajaknya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1.1
Hasil Penelitian Terdahulu :
Nama Judul Hasil Penelitian
Hastari (2009) Evaluasi Atas Perhitungan,
Pelaporan dan Pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai pada PT X
Pencatatan dan perhitungan
terhadap akuntansi PPN telah
dilakukan dengan baik sesuai
dengan standard UU PPN
yang berlaku.
Israelka (2008) Analisis penerapan pajak
pertambahan nilai pada PT.
Kaltimex Lestari Makmur
Prosedur penerapan PPN telah
berjalan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 18
Tahun 2008
41
Tabel 1.2
Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu
Perbedaan
Objek Penelitian Lokasi Penelitian
1. Hastari (2009) melakukan
penelitian dengsn judul
“Evaluasi Atas Perhitungan,
Pelaporan dan Pembayaran
Pajak Pertambahan Nilai pada
PT X”
2. Israelka (2008) melakukan
penelitian dengan judul
“analisis penerapan pajak
pertambahan nilai pada PT.
Kaltimex Lestari Makmur”
1. Palembang
2. Jakarta Utara
1. PT. X
2. PT. Kaltimex Lestari
Makmur
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah
menggunakan metode analisis deskripsi, yaitu suatu metode pembahasan masalah
yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan suatu data atau
keadaan serta melukiskan dan menerangkan suatu keadaan sedemikian rupa
sehingga dapatlah ditarik suatu kesimpulan.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
CV. ARJUNA SECURITAS ABADI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
SAK UU PPN
PENGAKUAN BEBAN DAN HUTANG
LAPORAN KEUANGAN
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang terbatas pada usaha
untuk mengungkapakna suatu masalah, keadaan, dan peristiwa yang terjadi
sebagaimana adanya. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi
apakah perlakuan akuntansinya sudah sesuai denagn peraturan yang berlaku.
3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1 Deskripsi Populasi
Menurut pendapat Nur dan Bambang (2010), populasi adalah sekelompok
orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu.
Sehingga, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Sistem Informasi
Akuntansi di perusahaan CV. Arjuna Securitas Abadi.
3.2.2 Penentuan Sampel
Sampel penelitian adalah merupakan bagian dari populasi yang diambil
sebagai wakil dari penelitian.
Hal ini sesuai pendapat Nur dan Bambang (2010) bahwa sampel adalah
sebagian dari elemen-elemen populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
Akuntansi pembelian dan laporan keuangan.
42
43
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Klasifikasi Variabel
Variabel dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pajak penelitian dan apa yang merupakan variabel
dalam suatu penelitian ditentukan oleh landasan teori.
Adapun variabel yang menjadi obyek penelitian antara lain, yaitu :
a. Variabel Bebas : Implementasi Akuntansi
b. Variabel Terikat : Laporan Akuntansi
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Setelah variabel diklasisfikasikan, maka variabel tersebut perlu
diidentifikasikan secara operasional agar variabel tersebut jelas tujuan yang
dimaksud. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel tersebut antara lain :
1. Pajak Pertambahan Nilai (X)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan
barang dan jasa kena pajak karena mengalami proses produksi dan distribusi.
2. Laporan Keuangan (Y)
Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan suatu proses pencatatan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Komponen laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persentase penurunan nilai laba kotor yang terjadi akibat adanya PPN Masukan
yang tidak bisa dikreditkan.
3.4 Teknik pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik yaitu :
44
a. Teknik Observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
maupun tidak langsung terhadap aktivitas yang berhubungan dengan
implementasi pajak pertambahan nilai pada CV. Arjuna Securitas Abadi cabang
Surabaya.
b. Teknik Wawancara
Yaitu mengadakan Tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pihak
perusahanna, khususnya dengan bagian yang berhubungan dengan objek
penelitian.
3.5 Teknik Keabsahan Data
Instrumen penelitian yang digunakan adalah peraturan perpajakan, PSAK No. 46,
ketetapan Pajak Pertambahan Nilai, antara lain :
1. Validitas adalah suatu ukuran yang adalah pengukuran atau pengamatan
yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data.
Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi
validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
2. Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati
sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
45
3.6 Teknik Analis Data
Teknik analisis data dilakukan metode Deskriptif. Dalam metode ini dibagi
menjadi dua yaitu meneliti aktivitas Pajak Pertambahan Nilai dan
implementasinya yang akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Teknik yang digunakan untuk meneliti aktivitas perlakuan Pajak Pertamabahn
Nilai pada CV. Arjuna Securitas Abadi adalah :
1. Mengumpulkan data perusahaan sehubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis.
2. Mencocokan saat pembuatan faktur pajak keluaran dan saat pengkreditan
faktur pajak masukan. Saat pembuatan faktur pajak adalah saat
penyerahan atau saat pembayarana bila pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena
Pajak. Bila perusahaan tidak mau terlambat membuat faktur pajak, amak
perusahaan akan dikenakan sanksi administrasi 2% dari Dasar Pengenaan
Pajak. Dan bilapajak Masukan dikreditkan melewati masa yang
diperkenankan, maka terdapat ketidaksesuaian dalam hal pengkreditan
Pajak Masukan.
3. Mencocokan perlakuan Pajak Keluaran pada bulan Januari sampai
Desember 2012 yang tertera pada Faktur Pajak keluaran dengan data
penjualan yang ada. Jika terdapat transaksi maupun perhitungan yang
tidak sesuai antara Faktur Pajak keluaran dengan data penjualan, maka
kesimpulannya adalah perhitungan dan pelaporan Pajak Keluaran tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku.
46
4. Mencocokan perlakuan pajak masukan pada bulan Januari sampai
Desember 2012 yang tertera pada Faktur Pajak masukan dengan data
pembelian yang ada. Jika terdapat transaksi maupun perhitungan yang
tidak sesuai antara transaksi maupun perhitungan yang tidak sesuai antara
Faktur Pajak masukan dengan dat pembelian, maka kesimpulannya adalah
perhitungan dan pelaporan Pajak Masukan tidak sesuai dengan aturan
yang berlaku.
5. Mengevaluasi ketetapan pengisisna Surat Setoran Pajak Pertambahan
Nilai. Bila terdapat informasi yang berbeda dengan apa yang seharusnya
dilaporkan, maka pengisian Surat Setoran Pajak Pertambahan Nilai
dianggap tidak sesuai dengan peraturan perundang-uandangan yang
berlaku.
6. Mengevaluasi ketetapan saat penyetoran Surat Setoran Pajak Pertambahan
Nilai dengan melihat tanggal penyetoran yang tertera pada Surat Setoran
Pajak Pertambahan Nilai. Batas akhir Penyetoran Surat Setoran Pajak
Pertambahan Nilai adalah paling lamabat akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan. Bila seurat Setoran Pajak Pertambahan
Nilai dilaporkan melewati batas akhir penyetoran Surat Setoran pajak
Pertambahan Nilai dianggap tidak tepat waktu.
7. Mengevaluasi ketepatan pengisian Surat Pemebritahuam mas pajak
pertambahan Nilai. Bila terdapat informasi yang berbeda dengan apa yang
seharusnya dilaporkan, maka pengisisan Surat Pemberithauan masa Pajak
47
Pertambahan Nilai dianggap tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Mengevaluasi ketetapan saat pelaporan Surat Pemberitahuan masa Pajak
Pertambahan Nilai. Batas akhir pelaporan Surat Pemberitahuan masa
Pajak Pertambahan Nilai adalah paling lambat akhir bulan berikutnya.
Bila Surat Pemberitahuan masa Pajak Pertambahan Nilai dilaporkan
melewati batas akhir pelaporan, maka Surat Pemberitahuan masa Pajak
Pertambahan Nilai dianggap tidak tepat waktu
b. Teknik yang digunakan untuk meneliti aktivitas perlakuan akuntansi pada
CV. Arjuna Seuritas Abadi, adalah :
1. Pengumpulan data yang berupa buku penjualan dan buku pembelian.
2. Mengevaluasi buku penjualan dan buku pembelian. Jika terdapat Pajak
Pertambahan Nilai yang teruatang atau yang dapat dikreditkan, maka akan
diperhitungan sebagai Pajak Keluaran atau Pajak Masukan.
3. Mengumpulkan data yang berupa laporan keuangan yang berhubungan
dengan Pajak Pertambahan Nilai yaitu laba rugi komprehensif CV. Arjuna
Securitas Abadi.
4. Mengevaluasi laporan laba rugi komprehensif. Apakah Pajak masukannya
tidak dapat dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif diakuai
sebagia beban atau masuk dalam harga pokok penjualan.
5. Mengumpulkan data yang berupa laporan keuanagan yang berhubungan
dengan Pajak Pertambahan Nilai yaitu laporan posisi keuangan CV.
Arjuna Securitas Abadi.
48
6. Mengevaluasi laporan posisi keuangan, apakah CV. Arjuna Securitas
Abadi telah menghitung Pajak Pertambahan Nilai nya dan mendapatkan
pajak kurang bayar atau pajak lebih bayar. Dimana pajak kurang bayar
akan disajikan dalam pos hitung yang dalam laporan posisi keuangan
diakui sebagai passiva, sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai lebih
bayar akan disajikan dalam pos hitung dan dalam laporan posisi keuangan
akan diakui sebagai aktiva.
3.7 Jadwal Penelitian
Tahap
Penelitian
Mar ‘14 April ‘14 Mei’14 Juni ‘14
III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pengajuan
Judul
Penyelesaian
Proposal
Pengumpulan
Data
Pengolahan
Data
49
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Penyajian Data
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
CV. Arjuna Securitas Abadi adalah perusahan yang bergerak dalam bidang
Packing Kemasan Kayu yang berdiri tanggal 12 Oktober 2004 berdasarkan Akte
Notaris Mustari Sawirin SH., dengan direktur utama Bapak Son Warsono .
Awal mula berdiri CV. Arjuna Securitas Abadi berkantor di Perum.
Semarang Indah Blok D-XI No. 17, Semarang dengan area kerja propinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengembangan dan perluasan telah
dilakukan CV. Arjuna Securitas Abadi sehingga dapat membuka cabang
perusahaan diantaranya Solo, Purwokerto, Surabaya dan Denpasar. Saat ini
jumlah karyawan telah mencapai 150 orang yang tersebar mulai dari kantor pusat
dan kantor cabang. Berikut kami sajikan prosentase tingkat pendidikan karyawan
di CV. Arjuna Securitas Abadi.
Tabel 4.1
Prosentase Tingkat Pendidikan
No. Pedidikan Jumlah Karyawan Prosentase
1 SLTA 60 40 %
2 D3 53 35 %
3 S1 37 25 %
150 100 %
Sumber : CV. Arjuna Securitas Abadi
CV. Arjuna Securitas Abadi cabang Surabaya beralamatkan di Jalan Damo
Permai III, Ruko Plasa Segi Delapan Blok D-879 Surabaya. Mempuyai SIUP
49
50
dengan No. 503/2436.A/436.6.11/2012 Tgl. 14-03-2012 dan TDP No.
503/2831.D/436.6.11/2012 Tgl. 02-04-2012.
Merujuk kepada peraturan baru dari Badan Karantina Tumbuhan bahwa
setiap kantor cabang harus memilih nomor ID (Registrasi) sendiri dan terpisah
dari kantor pusat maka setelah melakukan verifikasi kantor cabang Surabaya per
tanggal 21 Februari 2008 telah mendapat ID baru dengan nomor 088 (ID – 088).
Selain jasa packing kemasan kayu, CV. Arjuna Securitas Abadi, juga
merupakan salah satu provider ISPM #15 di Surabaya. ISPM #15 yang merupakan
singkatan dari International Standard for Phytosanitary Measures Publication
No. 15 adalah aturan kemasan kayu m perdagangan Internasional sebagai jawaban
atas adanya penyebaran hama kayu pada kemasan kayu seperti pallet, peti, crate,
box, serta dunnage (penyangga). ISPM #15 dikeluarkan oleh Sekretariat
International Plant Protection Convention (IPPC) yang merupakan bagian dari
United Nations Food and Agriculture Organisation’s (FAO) pada maret 2002.
Kayu sebagai material pengepakan, penyangga, pelindung dan
pembungkus barang sering digunakan dalam perdagangan internasional, baik
ekspor maupun impor yang dilalulintaskan antar area. Penggunaan material kayu
sering kali didaur ulang dan dirakit kembali bahkan bercampur dengan material
lokal karenanya sering menjadi media tertularnya hama kayu baik melalui ekspor
maupun impor barang disamping itu untuk menghindari tidak diketahuinya histori
dari mana kemasan kayu tersebut berasal.
Standard ISPM #15 tentang maetrial kayu yang digunakan sebagai
pembungkus (wood packaging material) dalam perdagangan inetrnasional
51
bertujuan untuk mengurangi resiko terinfestasinya organisme penggangu
tumbuhan (OPT) yang berasosiasi dengan materi kemasan kayu seperti kayu
penyangga (dunnage), peti kayu (crate) dan pallet.
Karena penerimaan bruto CV. Arjuna Securitas Abadi dalam tahun
berjalan telah mencapai Rp. 4.800.000.000,- maka CV. Arjuna Securitas Abadi
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan nomor NPWP 02.405.140.1-
604.001 Tgl. 07-02-2007. Dengan dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak
maka perusahaan ini harus memungut Pajak Pertambahan Nilai apabila
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak. Dalam menjalankan usahanya
perusahaan berpegang pada visi dan misi perusahaan. Visinya adalah
Mewujudkan perusahaan kemasan kayu yang tangguh, professional, dan
terpercaya dalam mengawal pelaksanaan ISPM # 15 di Jawa Timur Sedangkan
misinya antara lain :
1. Ikut ambil bagian dalam melindungi kelestarian tumbuhan dari serangan
hama dan penyakit tumbuhan (OPT)
2. Meningkatkan layanan pelanggan / perusahaan ekspor dan impor yang
menggunakan kemasan kayu.
Perusahaan beroperasi selama enam hari dalam seminggu dan hanya
memiliki satu shift kerja dalam sehari dengan jam operasi sebagai berikut :
a. Hari Senin sampai Jum’at mulai pukul 08.00 WIB – 16.30 WIB dengan
waktu istirahat antara pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB.
b. Hari Sabtu mulai pukul 08.00 WIB – 12.30 WIB.
52
CV. Arjuna Securitas Abadi juga memberikan jaminan sosial kepada
karyawan antara lain :
1. Memperoleh ijin bila sakit.
2. Tunjangan Pernikahan.
3. Tunjangan Kelahiran.
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi mempunyai peranan penting dalam suatu perusahaan
karena memungkinkan adanya koordinasi usaha antara semua jenjang untuk
mengambil keputusan yang dapat mencapai tujuan umum perusahaan dan struktur
organisasi juga merupakan bagian penting dan memegang peranan penting dalam
mewujudkan pemerataan wewenang serta pencapaian tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan.
Dalam setiap bagian dalam struktur organisasi harus mengerti
tanggungjawab, wewenang dan fungsinya dalam organisasi tersebut agar segala
aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan perusahaan dapat
tercapai.
53
Gambar 4.1
Struktur Organisasi pada CV. Arjuna Securitas Abadi
Sumber : CV. Arjuna Securitas Abadi
Tugas dan Wewenang Pekerjaan :
a. Direktur
1. Bertanggungjawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan
perusahaan dalam mencapai maksud dan tujuannya.
2. Berhak mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan tentang segala
hal dan dalam segala kejadian.
3. Berhak untuk melakukan perbuatan hukum yaitu mengalihkan, melepaskan
hak atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar harta
kekayaan perusahaan dalam satu tahun buku baik dalam satu transaksi ata
Direktur Utama
Kepala Cabang
KABAG.
KEUANGAN
MANAJER MUTU
HRD
MANAJER TEKNIS
MARKETING
SPV. ADM
STAFF
STAFF
STAFF
KA.
PRODUKSI
Tenaga Produksi
OPS. LAP.
OPS. DOC.
QC
54
beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun berkaitan satu sama lain
dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.
4. Berhak pula mengangkat wakil atau kuasanya dengan memberikan
kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa.
b. Kepala Cabang
1. Berhak mengawasi dan mengkoordinasikan segala usaha pencapaian sasaran
usaha yang telah ditentukan oleh manajemen.
2. Memberikan pengarahan dan pengendalaian perusahaan di cabang
3. Jalur pelaporan langsung ke manajemen pusat.
4. Memimpin rapat koordinator cabang perusahaan dan rapat staf yang
diadakan secara berkala maupun sewaktu-waktu.
5. Merencanakan arah kebijakan perusahaa sebagi upaya pencapaian sasaran
perusahaan.
c. HRD (Kepala Personalia)
1. Membuat keputusan-keputusan dalam perekrutan karyawan yang akan
dipekerjakan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Mengatur pengalokasian sumber daya manusia yang telah dimiliki sesuai
dengan kemampuan yang ada.
3. Sebagai negosiator dengan pihak karyawan jika terjadi masalah mengenai
pembatalan kontrak serta keluhan karyawan.
4. Mengevaluasi kinerja karyawan perusahaan.
55
d. Manager Mutu
1. Menerapkan sistem mutu dalam perusahaan kemasan kayu sehingga kondisi
sanitasi dan spesifikasi teknis kemasan kayu dapat tercapai.
2. Membuat komitmen perusahaan dalam melaksanakan sistem mutu.
3. Membuat sistem manajemen mutu yang bertujuan untuk memberi acuan
kuat yang berpedoman pada dokumen sistem mutu.
4. Mengkomunikasikan persyaratan pelanggan serta peraturan dan
perundangan yang berlaku.
e. Manager Teknis
1. Bertanggungjawab kepada Wakil Manajemen untuk mengendalikan seluruh
aktifitas, produksi dan sertifikasi kemasan kayu.
2. Bertanggungjawab dalam memenuhi permintaan pelanggan serta menjaga
komunikasi sebelum dan selama proses pekerjaan dilakukan.
3. Mendampingi, membantu dan member masukan kepada wakil manajemen
dalam penyusunan, penerapan, pengendalian, dan pengawasan mutu secara
keseluruhan dengan mengkoordinasi supervisor produksi mulai dari proses
produksi, pelabelan, penyimpanan, pengiriman hingga pengapalan.
f. Kabag. Keuangan
1. Mengawasi dan mengevaluasi laporan keuangan yang telah dihasilkan oleh
staf keuangan.
2. Membuat kebijakan-kebijakan dalam maslah keuangan perusahaan misalnya
jika terjadi pembengkakan biaya operasional.
56
3. Mengatur perusahaan jika ada pertemuan yang berhubungan dengan
keuangan misalnya adanya seminar dalam peraturan perpajakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
g. Kabag. Pemasaran
1. Bertanggungjawab untuk meningkatkan hubungan baik antara perusahaan
dengan semua pelanggan.
2. Mencari pelanggan dan peluang baru guna mencapai target perusahaan.
3. Bertanggungjawab terhadap pencapaian target perusahaan.
h. Kabag. Produksi.
1. Menjamin mutu produk kemasan kayu dan ispeksi kemasan yang akan
disertifikasi,
2. Mengawasi proses seleksi bahan baku, perlakuan marking, pengiriman
produk, pemakaian kemasan kayu oleh pelanggan hingga pengapalan
(shipment)
3. Bertanggungjawab melaksanakan kegiatan yang terkait dengan pelabelan
dan keamanan kondisi pengemasan pelanggan dan menjaga kemungkinan
terjadi ketidaksesuaian kemasan dengan standart.
i. Kabag. Quality Kontrol
1. Bertanggungjawab terhadap kualitas dan pemantauan ketentuan ISPM #15
2. Meminta laporan kegiatan harian dari supervisor
3. Memperhatikan absensi, rolling petugas dan posting pelaksanaan lapangan.
4. Memastikan implementasi sistem dan Standart Operating Prosedur di
lapangan.
57
j. Staff Accounting
1. Membuat laporan keuangan yang akan dilaporkan kepada kepala bagian
keuangan.
2. Memeriksa transaksi-transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh
perusahaan.
3. Melakukan koreksi dalam laporan keuangan jikaterjadi salah jurnal terhadap
transaksi-transaksi yang telah dilakukan atas seijin kepala bagian keuangan.
k. Kasir
1. Membuat laporan harian kas dan bank.
2. Melakukan penagihan terhadap pelanggan yang mempunyai piutang.
3. Menerima pembayaran dari pelanggan.
4. Membayar hutang kepada supplier.
l. Supervisor Administrasi
1. Bertanggungjawab dalam mengelola secretariat administrasi dan SDM
perusahaan.
2. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas administrasi termasuk
pengarsipan dan pemeliharaan dokumen sisitem mutu.
3. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan sub kontrak serta peningkatan
Sumber Daya Manusia.
m. Administrasi dan Umum
1. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan pengumpulan, penyimpanan
dan pemeliharaan dokumen yang berkaitan dengan proses kemasan kayu
yang berlogo.
58
2. Menyiapkan dan menyusun rencana kebutuhan dokumen yang diperlukan.
3. Menyusun rekapitulasi penerimaan kayu, bahan baku kemasan, volume
produksi dan pemakaian kemasan kayu berlogo.
n. Operasional
1. Melakukan pengecekan kemasan kayu secara menyeluruh, melakukan
perbaikan dan selanjutnya melksanakan Marking dan Labeling.
2. Melakukan pengawasan terhadap fumigasi yang dilakukan.
3. Melakukan pengawasan pemuatan ke container
4. Membuat rekaman kegiatan yang dilakukan.
4.1.3 Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah tingkat terakhir yang hendak dicapai
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Tujuan umum perusahaan
itu sendiri dalam pelaksanaannya terdapat dua kategori yaitu tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek.
Adapun tujuan jangka pendek perusahaan antara lain :
1. Meningkatkan omset penjualan kemasan kayu.
2. Mencapai keuntungan.
3. Meningkatkan kinerja karyawan.
4. Meminimalkan biaya operasional.
Untuk tujuan jangka panjang perusahaan diharapkan teralisasi apabila tujuan
jangka pendek tersebut sudah tercapai. Adapun tujuan jangka panjang perusahaan
antara lain :
59
1. Mencapai profit yang optimal.
Setiap perusahaan akan dapat dilihat keberhasilannya yanitu dengan meliahat
tercapainya profit atau keuntungan yang seoptimal mungkin.
2. Meningkatkan citra perusahaan.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang dapat dipercaya dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan dan dapat mengerjakan order pelanggan
dengan tepat waktu, sehingga tidak ada pelanggan yang kecewa dengan
kinerja perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan citra perusahaan di luar
lingkungan.
3. Melakukan ekspansi usaha.
Apabila perusahaan sudah berhasil dalam meningkatkan usahanya, maka
yang akan dilakukannya adalah ekspansi (perluasan) usaha. Dimana hal
tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaan itu sendiri.
4. Memperhatikan kelangsungan perusahan.
Dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, selain dengan
meningkatkan omset penjualan juga tergantung perusahaan dalam mengolah
dana yang ada dengan baik.
4.1.4 Konsumen
Didalam memasarkan produknya dibutuhkan konsumen-konsumen yang
menggunakan jasa maupun membeli produk perusahaan. Beberapa konsumen dari
CV. Arjuna Securitas Abadi diantaranya sebagai berikut :
60
Tabel 4.2
Daftar Konsumen Cv. Arjuna Securitas Abadi
No. Nama Konsumen Alamat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Pt. Sura Indah Wood Industries
PT. Agung Kharisma
P.D. Wooagung Sejahtera
PT. Kayan Patria Pratama
CV. Kayu Multi Guna
PT. Alas Petala Makmur
CV. Almenta
PT. Panverta Cakra Kencana
PT. Sorini Towa Berlian
PT. Langgeng Karya Makmur
PT. Supranusa Indogita
PT. Sky Indonesia
Desa Tanjungan Driyorejo, Gresik 61177
Jl. Margomulyo Idah I No. 10 Kav. 19, Surabaya
Jl. Mayjed Sungkono XIV No. 99, Gresik
Desa Cangkringmalang, Beji – Pasuruan
Jl. Veteran Segoromadu, Gresik
JL. Tambak Langon No. 18, Surabaya
Jl. Mayjen Sungkono XIV No. 118, Gresik
Desa Sumberejo KM. 45, Pandaan
Desa Cangkringmalang, Beji – Pasuruan
Jl. Semeru 124 Bambe Driyorejo, Gresik
Jl. Surabaya Mojokerto KM. 25, Krian
Ngoro Industri Persada Blok U 1, Ngoro – Mojokerto
Sumber : CV. Arjuna Securitas Abadi
4.2 Analisis Data
Pada bagian ini akan ditampilkan data-data yang penulis peroleh dari
perusahaan, yaitu data penjualan, data pembelian, faktur pajak masukan, faktur
pajak keluaran, surat pemberitahuan mas pajak pertambahan nilai, surat setoran
pajak, neraca, dan laporan laba rugi.
61
4.2.1 Mekanisme Pencatatan Akuntansi dan PPN Perusahaan.
CV. Arjuna Securitas Abadi adalah perusahaan swasta yang bergerak
dalam bidang jasa Packing kayu. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, CV.
Arjuna Securitas Abadi membeli barang-barang memalui supplier yang sudah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sehingga dalam melakukan
pembelian, perusahaan akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
Mekanisme pembelian yang dilakukan CV. Arjuna Securitas Abadi adalah dengan
melihat jumlah stok terlebih dahulu. Dalam perusahaan terdapat jumlah minimum
yang harus ada dan jumlah maksimal barang yang dapat dipesan. Kemudian bila
jumlah stok tidak mencukupi, maka bagian pembelian bertugas memesan barang
dengan Purchase Order (PO) dan disahkan oleh kepala bagian pembelian.
Kemudian PO tersebut dikirimkan kepada supplier.
Dalam melakukan pembelian barang dagangan, CV. Arjuna Securitas
Abadi membeli secara kredit maupun tunai. Untuk pembelian kredit, faktur pajak
akan diperoleh CV. Arjuna Securitas Abadi pada saat barang diterima. Selama ini
pajak masukan CV. Arjuna Securitas Abadi dikreditkan pada masa pajak yang
sama namun kadang pula pembelian yang pajak masukannya dikreditkan pada
masa yang akan datang. Hal ini tidak melanggar aturan yang ada selama faktur
pajak tersebut dikreditkan paling lama tiga bulan sebelum dibiayakan atau
dilakukan pemeriksaan.
Sedangkan untuk mekanisme penjualan, diawali dengan adanya pesanan
dari pelanggan. Langkah berikutnya adalah memastikan apakah tersedianya cukup
persediaan untuk memenuhi pesanan agar pelanggan dapat diinformasikan
62
mengenai perkiraan tanggal pengiriman. Bila sudah dapat dipastikan ketersediaan
barang maka akan dibuatkan kartu pengambilan barang yang dipesan pelanggan.
Kemudian barang dikirim kepada pelanggan pada jadwal yang telah dijadwalkan.
Faktur penjualan dibuat saat barang dikeluarkan dari gudang. Transaksi penjualan
dilakukan baik dengan pembelian yang non Pengusaha Kena Pajak maupun yang
telah tercatat sebagai Pengusaha Kena Pajak.
4.4.2 Laporan Laba Rugi Perusahaan tahun 2012
Dibawah ini akan disajikan laporan laba rugi CV. Arjuna Securitas Abadi
pada tahun 2012.
63
Tabel 4.3
Laporan Laba Rugi CV. Arjuna Securitas Abadi
LAPORAN LABA RUGI PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
Penjualan.
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 8.546.095.704,41
Pembelian 48.610.621.824,31
Persediaan Akhir (29.232.698.644,92)
Laba Kotor
Biaya Usaha
Gaji, Upah, Lembur 2.386.255.000,00
Makan dan minum 116.982.000,00
Kesejahteraan Karyawan 996.000,00
Ongkos Angkut 37.245.800,00
Air, Listrik, Telepon 246.406.700,00
Iuran dan Sumbangan 400.000,00
Alat Kantor 38.894.700,00
Administrasi Bank 1.546.000,00
Bunga Pinjaman 24.423.6000,00
Asuransi 4.217.550,00
Transportasi 2.307.400,00
Biaya Sparepart 35.750.700,00
Biaya Overhead lain-lain 17.372.500,00
Pemeliharaan Aktiva 4.373.500,00
BiayaPenyusutan 45.106.187,42
Pajak 247.556.820,00
Biaya Denda 24.699.000,00
Biaya Lain-lain 593.057,85
Biaya Sewa 114.000.000,00
Total Biaya Usaha
Pendapatan Non Operasi
Pendapatan Jasa Giro 231.126,07
Pendapatan lain-lain 67,12
Total Pendapatan Non Operasi
Laba (Rugi) Komersial sebelum Pajak
Pajak Penghasilan
Laba(Rugi) Komersial Setelah Pajak
41.979.790.835,45
39.924.018.883,80
4.055.771.951,65
3.574.096.115,27
481.675.836,38
223.193,19
481.899.029,57
184.400.270,00
297.498.759,57
Sumber : Data Diolah
Keterangan yang terkait dengan pos-pos dalam laporan laba rugi diatas
adalah sebagai berikut :
1. Nilai yang tertera dalam penjualan, merupakan penjualan barang dagangan
dan belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
64
2. Biaya kesejahteraan karyawan digunakan untuk membeli obat-obatan
karyawan dan tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
3. Ongkos angkut digunakan untuk membayar ongkos angkut barang kepada
pembeli dan tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
4. Air, listrik, dan telepon digunakan untuk membayar air, listrik dan telepon
kantor dan gudang. Untuk pembayaran air, termasuk dalam Pajak
Pertambahan Nilai yang dibebaskan. Sedangkan pembayaran listrik tidak
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan untuk tagihan telepon dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai.
5. Iuran dan sumbangan merupakan sumbangan pertisipasi lebaran pada bulan
September 2012 sebesar Rp. 200.000,- dan partisipasi HUT-RI pada bulan
Agustus 2012 dan tidak termasuk objek Pajak Pertambahan Nilai.
6. Alat kantor digunakan untuk membeli alat tulis kantor dan sudah termasuk
dalam Pajak Pertambahan Nilai.
7. Transportasi berasal dari biaya bahan bakar, biaya parkir, biaya kendaraan,
dan biaya entertaint. Untuk biaya kendaraan, tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai, sedangkan biaya parkir, biaya bahan bakar, dan biaya
entertaint tidak termasuk objek Pajak Pertambahan Nilai.
8. Biaya Sparepart merupakan biaya untuk membeli lem, paku, palu, gerinda,
dll dan tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai karena bertransaksi dengan
pihak non PKP.
65
9. Biaya Overhead lain-lain digunakan untuk membeli barang-barang untuk
pemeliharaan kantor dan gudang dan tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai karena bertransaksi dengan pihak non PKP.
10. Biaya perbaikan dan pemeliharaan aktiva digunakan untuk ganti ban, tambal
ban, pompa ban, dan servis tungku pemanas dan tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai karena bertransaksi dengan pihak non PKP.
11. Biaya lain-lain merupakan pajak masukan yang sudah tidak dapat dikreditkan
(melebihi batas waktu yang ditentukan)
12. Biaya sewa digunakan untuk menyewa forklift dan tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai karena bertransaksi dengan pihak non PKP.
13. Biaya pajak digunakan untuk mencatat PPh 21 yang terutang pada bulan
Desember 2012.
14. Biaya denda merupakan biaya yang dibayarkan untuk membayar surat
tagihan pajak PPh Pasal 25/29, pembayaran Surat Tagihan Pajak
Pertambahan Nilai, pembayaran dendan Surat Tagihan Pajak Pertambahan
Nilai, dan pembayaran denda Surat Tagihan Pajak PPh Pasal 21 yang terdiri
dari :
66
Tabel 4.4
Biaya Denda
Bulan Keterangan Jumlah (Rp)
Mei 2012
01/05/2012 Pembayaran STP PPh Pasal 25/29 22.459.500,-
Juni 2012
14/06/2012
14/06/2012
14/06/2012
27/06/2012
27/06/2012
27/06/2012
Pembayaran STP PPN Masa Juli 2011
Pembayaran STP PPN Masa Agustus 2011
Pembayaran STP PPN Masa September 2011
Pembayaran denda STP PPN Masa Okt. 2011
Pembayaran denda STP PPh Masa Agt. 2011
Pembayaran denda STP PPN Masa Sept. 2011
714.000,-
655.000,-
566.300,-
104.000,-
100.000,-
100.000,-
Total 2.239.500,-
Total Biaya Denda 24.699.000,-
4.2.3 Neraca Perusahaan tahun 2012
Berikut akan disajikan neraca CV. Arjuna Securitas Abadi untuk tahun
2012 yang didalamnya terdapat posisi aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan.
67
Tabel 4.5
CV. Arjuna Securitas Abadi
Neraca
Per 31 Desember 2012
AKTIVA KEWAJIBAN DAN MODAL
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Sewa Dibayar Dimuka
PPN Masukan
UM Pembelian
Bunga Ditangguhkan
TOTAL AKTIVA LANCAR
AKTIVATETAP
Mesin & Peralatan
Inventaris Kantor
Inventaris Gudang
Kendaraan
Akm. Penyusutan
NILAI BUKU AKTIVA TETAP
300,269,327.54
4,308,971,508.00
29,231,696,644.00
85,500,000.00
938,991,394.40
10,000,000.00
-
34,876,430,874.86
427,885,500.00
34,600,000.00
3,775,000.00
1,155,310,181,00
1,621,570,661.00
(1,150,699,468.83)
470,871,212.17
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang Usaha
Hutang Pajak PPN
Hutang Biaya
Hutang PPh Ps. 21
Hutang PPh Ps. 25
Hutang PPh Ps. 29
TOTAL
KEWAJIBAN LANCAR
KEWAJIBAN JK, PANJANG
TOTAL KEWAJIBAN
MODAL
Modal yang disetor
Laba Ditahan
Laba Tahun Berjalan
Total Modal
30,279,772,062.56
6,522,931.00
7,852,400.00
53,605,320.00
13,851,000.00
11,369,375.66
30,372,973,089.00
0.00
30,372,973,089.00
1,500,000.000.00
3.176,830,238.24
297,498,759.57
4,974,328,997.81
TOTAL AKTIVA 35,347,302,087.03 TOTAL KEWAJIBAN &
MODAL
35,347,302,087.03
Sumber : Data Diolah
Hal-hal yang terkait dengan pos-pos dalam neraca diatas adalah :
1. Piutang Dagang, yaitu piutang dagang pada bulan Desember 2012 dan
sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
2. Biaya sewa dibayar dimuka merupakan pembayara sewa untuk kantor dan
gudang dan tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai karena melakukan
transaksi dengan Pengusaha Kena Pajak.
68
3. Pajak Pertambahan Nilai Masukan pada neraca merupakan Pajak
Pertambahan Nilai Masukan yang belum dikreditkan dan akan dikreditkan
pada masa pajak berikutnya.
4. Uang muka pembelian berasal dari uang muka untuk pembelian kendaraan
dan tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai karena bertransaksi dengan
Pihak non Pengusaha Kena Pajak.
5. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.
6. Hutang usaha yaitu hutang dagang pada bulan Desember 2012 dan sudah
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
7. Hutang biaya merupakan biaya listrik untuk bulan desember yang belum
dibayarkan.
8. Hutang pajak Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak kurang bayar pada
bulan desember 2012 yang belum dibayar oleh perusahaan dan akan
dibayarkan pada bulan Januari 2013.
4.2.4 Rekapitulasi Data Penjualan selama tahun 2012
Rekapitulasi data penjualan diperoleh dari data penjualan perusahaan pada
tahun 2012. Dibawah ini akan disajikan rekapitulasi data penjualan atas semua
penjualan yang terjadi pada tahun 2012 dan akan digunakan untuk menghitung
Pajak Keluaran.
69
Tabel 4.6
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Data Penjualan selama Tahun 2012
Bulan Jumlah Penjualan (Rp)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
3.007.323.545,45
2.326.630.772,73
3.813.048.081,82
3.979.624.681,82
3.541.629.477,27
6,329,839.045,45
3.462.301.332,73
2.919.068.935,45
3.127.798.863,64
3.281.408.076,36
2.584.600.613,64
3.606.517.409,09
Total 41.979.790.835,45
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan data penjualan diatas dapat diketahui bahwa total penjualan
CV. Arjuna Securitas Abadi adalah sebesar Rp. 41.979.790.835,45. Data
penjualan tersebut merupakan data penjualan kepada pembeli non Pengusaha
Kena Pajak maupun pembeli dengan Pengusaha Kena Pajak.
4.2.5 Rekapitulasi Data Pembelian selama tahun 2012
Rekapitulasi data pembelian diperoleh dari data pembelian perusahaan
tahun 2012. Dibawah ini akan ditampilkan rekapitulasi data pembelian atas semua
pembelian yang terjadi di tahun 2012 dan akan digunakan untuk menghitung
Pajak Masukan .
70
Tabel 4.7
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Data Pembelian selama Tahun 2012
Bulan Jumlah Pembelian (Rp)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
4.523.934.765,73
960.382.535,00
4419480.800,91
3.665.489.183,18
7.163.301.514,53
3.874.361,714,43
3.640.045.027,36
4.208.677.332,73
4.296.256.356,42
3.367.193.696,82
4.912.807.115,73
3.578.691.781,47
Total Pembelian 48.610.621.824,31
Sumber : Data Diolah
Pembelian yang dilakukan merupakan pembelian barang dagangan CV. Arjuna
Securitas Abadi yang totalnya selama tahun 2012 adalah sebesar Rp.
48.610.621.824,31.
4.2.6. Rekapitulasi Faktur Pajak Keluaran untuk Masa Pajak Januari 2012
Hingga Desember 2012
Rekapitulasi Faktur Pajak Keluaran selama tahun 2012 diperoleh Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tahun 2012.
71
Tabel 4.8
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Faktur Pajak Keluaran Tahun 2012
Masa Pajak
2012
Omset Penjualan Penjualan
DPP (Rp.) PPN (Rp.)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
3.007.323.545,45
2.326.630.772,73
3.813.048.081,82
3.979.624.681,82
3.541.629.477,27
6,329,839.045,45
3.462.301.332,73
2.919.068.935,45
3.127.798.863,64
3.281.408.076,36
2.584.600.613,64
3.606.517.409,09
3.007.323.545,45
2.326.630.772,73
3.813.048.081,82
3.979.624.681,82
3.541.629.477,27
6,329,839.045,45
3.462.301.332,73
2.919.068.935,45
3.127.798.863,64
3.281.408.076,36
2.584.600.613,64
3.606.517.409,09
300.732.354,55
232.663.077,27
381.304.808,18
397.962.468,18
354.162.947,73
632.983.904,55
346.230.133,27
291.906.893,55
312.779.886,36
328.140.807,64
258.460.061,36
360.651.740,91
41.979.790.835,45 41.979.790.835,45 4.197.979.083,55
Sumber : Data Diolah
Pada tabel diatas disajikan seluruh penjualan terhadap Pengusaha Kena
Pajak yang terjadi pada tahun 2012. Selain penjualan dengan Pengusaha Kena
Pajak, perusahaan juga melakukan transaksi dengan pembeli non Pengusaha Kena
Pajak. Sehingga total penjualan selama tahun 2012 adalah sebesar Rp.
41.979.790.835,45 dengan total Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.
4.197.979.083,55.
72
4.2.7 Rekapitulasi Faktur Pajak Masukan untuk Masa Pajak Januari 2012
hingga Desember 2012.
Rekapitulasi Faktur Pajak Masukan selama tahun 2012 diperoleh dari Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai tahun 2012.
Tabel 4.9
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Faktur Pajak Masukan Tahun 2012
Masa Pajak
2012
Jumlah Pembelian Pembelian
DPP (Rp.) PPN (Rp.)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
4.523.934.765,73
960.382.535,00
4.419.480.800,91
3.665.489.183,18
7.163.301.514,53
3.874.361,714,43
3.640.045.027,36
4.208.677.332,73
4.296.256.356,42
3.367.193.696,82
4.912.807.115,73
3.578.691.781,47
4.523.934.765,73
960.382.535,00
4.419.480.800,91
3.665.489.183,18
7.163.301.514,53
3.874.361,714,43
3.640.045.027,36
4.208.677.332,73
4.296.256.356,42
3.367.193.696,82
4.912.807.115,73
3.578.691.781,47
452.393.476,57
96.038.253,50
441.948.080,09
366.548.918,32
716.330.151,45
387.436.171,44
364.004.502,74
420.867.733,27
429.625.635,64
336.719.369,68
491.280.711,57
357.869.178,15
48.610.621.824,31 48.610.621.824,31 4.861.062.182,43
Sumber : Data Diolah
Total faktur Pajak Masukan selama tahun 2012 sebesar Rp.
4.861.062.182,43 yang berasal dari total pembelian sebesar Rp.
48.610.621.824,31. Untuk pengkreditan pajak keluaran tersebut, dikreditkan pada
masa pajak yang sama tetapi ada pula yang sama tetapi ada pula yang dikreditkan
pada masa pajak yang tidak sama.
73
4.2.8 Rekapitulasi Perhitungan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
untuk tahun 2012.
Rekapitulasi perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai selama
tahun 2012 diperoleh dengan melihat jumlah kurang bayar atau lebih bayar yang
terdapat dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada tiap
bulannya.
Tabel 4.10
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Masa
Pajak
Pajak Keluaran
(Rp.)
Pajak Masukan
(Rp.)
Kompensasi Kurang/Lebih
Bayar (Rp.)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
300.732.354,55
232.663.077,27
381.304.808,18
397.962.468,18
354.162.947,73
632.983.904,55
346.230.133,27
291.906.893,55
312.779.886,36
328.140.807,64
258.460.061,36
360.651.740,91
452.393.476,57
96.038.253,50
441.948.080,09
366.548.918,32
716.330.151,45
387.436.171,44
364.004.502,74
420.867.733,27
429.625.635,64
336.719.369,68
491.280.711,57
357.869.178,15
-
151.661.122,03
-
60.643.271,91
-
362.167.203,73
-
17.774.369,46
128.960.839,73
116.845.749,28
8.578.562,05
232.820.650,21
(151.661.122,03)
136.624.823,77
(60.643.271,91)
31.413.549,86
(362.167.203,73)
245.547.733,10
(17.774.369,46)
(128.960.839,73)
(116.845.749,28)
(8.578.562,05)
(232.820.650,21)
2.782.562,76
Total 4.197.979.083,55 4.861.062.182,43
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Keluaran CV.
Arjuna Securitas Abadi pada tahun 2012 sebesar Rp. 4.197.979.083,91 dan Pajak
Masukan pada tahun 2012 sebesar Rp. 4.861.062.182,43, dimana dapat
74
disimpulkan bahwa pada tahun 2012 CV. Arjuna Securitas Abadi dalam
perhitungan Pajak Pertambahan Nilai terdapat adanya kompensasi di bulan
Februari atas Lebih Bayar di bulan Januari sebesar Rp. 151.661.122,03, pada
bulan Maret perusahaan mengalami kondisi lebih bayar yang akan
dikompensasikan pada bulan April, lalu pada bulan Mei terdapat lebih bayar yang
akan dikompensasikan pada bulan Juni, lalu Juli terdapat lebih bayar sebesar
17.774.369,46 yang akan dikompensasikan pada bula Agustus, lalu pada bulan
Agustus terdapat lebih bayar sebesar Rp. 128.960.839,73 yang akan
dikompensasikan pada bulan September, kemudian pada bulan September
terdapat lebih bayar sebesar Rp. 116.845.749,28 yang akan dikompensasikan pada
bulan Oktober. Pada bulan oktober terdapat lebih bayar yang kan
dikompensasikan pada bulan November yaitu sebesar Rp. 8.578.562,05. Dan pada
bulan November juga terdapat lebih bayar yang akan dikompensasikan pada bulan
Desember sebesar Rp. 232.820.650,21. Sehingga dapat disimpulkan CV. Arjuna
Securitas Abadi pada tahun 2012 terdapat Lebih Bayar sebesar Rp.
1.079.451.768,39.
75
Tabel 4.11
CV. Arjuna Securitas Abadi
Rekapitulasi Tanggal Lapor SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai tahun 2012
Masa Pajak Tanggal Lapor
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
22 Februari 2012
22 Maret 2012
30 April 2012
26 Mei 2012
29 Juni 2012
29 Juli 2012
27 Agustus 2012
30 September 2012
29 Oktober 2012
30 November 2012
28 Desember 2012
20 Januari 2012
Sumber : Data Diolah
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa CV. Arjuna Securitas Abadi dalam
melaporkan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai tidak pernah melewati akhir
bulan berikutnya.
4.2.9 Rekapitulasi Bukti Setoran Pajak
Dibawah ini akan disajikan ringkasan Surat Setoran Pajak untuk tahun 2012 :
76
Tabel 4.12
CV. Arjuna Securitas Abadi
Ringkasan SSP tahun 2012
Periode Tanggal Setor Jumlah Setoran Pajak (Rp.)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
15 Februari 2012
15 Maret 2012
15 April 2012
14 Mei 2012
15 Juni 2012
15 Juli 2012
23 Agustus 2012
29 September 2012
14 Oktober 2012
25 November 2012
14 Desember 2012
14 Januari 2012
4.167.613,00
4.428.003,00
5.850.814,00
5.284.038,00
4.832.508,00
5.465.814,00
4.856.676,00
5.019.812,00
4.774.060,00
5.486.752,00
5.833.920,00
6.522.931,00
Sumber : Data Diolah
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh CV. Arjuna Securitas Abadi di
tahun 2012, sampai dengan Maret dilakukan sebelum tanggal 15 bulan berikutnya,
dan mulai April 2012 penyetoran pajak dilakukan pada akhir bulan berikutnya
sebelum berakhirnya masa pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dilaporkan.
4.3 Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan data penelitian menegnai perhitungan Pajak Pertambahan
Nilai yang telah dilakukan oleh CV. Arjuna Securitas Abadi, maka penulis perlu
77
membuat analisa dan pembahasan lebih lanjut sehingga rumusan masalah yang
telah disusun dapat dijawab.
4.3.1 Pencatatan pada saat Penyerahan Barang Kena Pajak
CV. Arjuna Securitas Abadi dalam melakukan transaksi Penjualan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kepada konsumen melakukan sistem atau
menerapkan sistem pembayaran Cash, Giro dan Transfer. Pada saat CV. Arjuna
Securitas Abadi dalam melakukan Penjualan akan mengeluarkan atau membuat
Invoice atas transaksi penjualan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
yang dilakukan setiap hari nya. Invoice tersebut yang nantinya akan digunakan
sebagai Dasar Penagihan perusahaan atas konsumen yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai atau Non-Pajak Pertambahan Nilai.
Dalam setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan terutama dalam
trasaksi Pajak Keluaran CV Arjuna Securitas Abadi membuat beberapa jurnal atas
Pajak Keluaran yang dipungut oleh perusahaan sebagai berikut :
- Jurnal pada saat transaksi Penjualan Tunai :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Kas XXX
Penjualan XXX
Pajak Keluaran XXX
Berikut Jurnal Pajak Keluaran pada CV. Arjuna Securitas Abadi yaitu
sebagai berikut :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Kas 46.177.769.919,00
Penjualan 41.979.790.835,45
Pajak Keluaran 4.197.979.083,55
78
- Jurnal pada saat transaksi Penjualan Kredit :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Piutang Dagang XXX
Penjualan XXX
Pajak Keluaran XXX
Berikut Jurnal Pajak Keluaran pada CV. Arjuna Securitas Abadi yaitu
sebagai berikut :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Piutang Dagang 46.177.769.919,00
Penjualan 41.979.790.835,45
Pajak Keluaran 4.197.979.083,55
Pada saat terjadiya Pelunasan Pembayaran :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Kas 46.177.769.919,00
Piutang Dagang 46.177.769.919,00
4.3.2 Pencatatan Perolehan atas Barang Kena Pajak
Dalam transaksi perolehan Barang KenaPajak kepada Supplier, perusahan
yang melakukan transaksi tersebut menerima sebuah Invoice beserta Faktur Pajak
yang akan dijadikan pihak Supplier sebagi tanda terima bahwasanya Barang Kena
Pajak tersebut telah berlangsung dan dijadikan Dasar Penagihan pihak Supplier
kepada perusahaan atas Pajak Masukan yang terutang. Setiap transaksi CV.
Arjuna Securitas Abadi membuat jurnal atas transaksi tersebut, berikut Jurnal
Pajak Masukan pada tahun 2012.
79
- Jurnal Transaksi Pembelian secara Tunai :
Berikut Jurnal Pajak Keluaran pada tahun 2012 CV. Arjuna Securitas Abadi :
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Pembelian 48.610.621.824,31
Pajak Masukan 4.861.062.182,43
Kas 53.471.684.006,74
- Jurnal Transaksi Pembelian secara Kredit :
4.3.3 Analisa Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.
4.3.3.1 Analisa Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai
Dalam setiap Masa Pajak Pajak Pertambahan Nilai, Wajib Pajak atau
Perusahaan mempunyai kewajiban dalam hal melakukan penyetoran. Besarnya
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang Kurang Bayar dan/atau Lebih Bayar yang
disetorkan ke Kas Negara, atau Lebih Bayar bisa dikompensasikan atau direstitusi
ke Masa Pajak berikutnya. CV. Arjuna Securitas Abadi wajib melakukan
penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar dengan menggunakan
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Pembelian xxx
Pajak Masukan xxx
Kas xxx
Debit (Rp.) Kredit (Rp.)
Pembelian 48.610.621.824,31
Pajak Masukan 4.861.062.182,43
Utang Dagang 53.471.684.006,74
80
Surat Setoran Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib Pajak
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Surat Setoran Pajak ini dibuat dalam rangkap 4 (Empat) yang terdiri dari :
- Lembar ke-1 : Untuk arsip CV. Arjuna Securitas Abadi.
- Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak Negara (KPPN).
- Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh CV. Arjuna Securitas Abadi
ke Kantor Pelayanan Pajak.
- Lembar ke-4 : Untuk arsip Bank Persepsi atau Kantor pos & Giro.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2000 penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai dilakukan selambat-lambatnya tgl 15 masa pajak berikutnya,
sedangkan Undang-Undang No.42 tahun 2009, penyetoran Pajak Pertambahan
Nilai paling lambat penyetoran dilakukan akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa disampaikan. Namun
apabila perusahaan tidak melakukan pembayaran ataupun penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka sesuai dengan
peraturan per-Undang-Undangan No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan dan Tata Cara Perpajakan Pasal 9 ayat 2a, Pengusaha Kena Pajak ada
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) per-bulan dari
jumlah pajak yang terutang dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran
sampai tanggal pembayaran.
Berikut penjabaran mengenai penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang
dilakukakn oleh CV. Arjuna Securitas Abadi apakah sudah sesuai atau tidak
81
dengan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009 yang
berlaku untuk Masa pajak periode 2012.
Tabel 4.13
CV. Arjuna Securitas Abadi
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2012
Masa Pajak
Kurang/Lebih Bayar
(Rp.)
Tanggal Setor
Keterangan sesuai/tidak dengan
Undang-Undang No.42 Tahun
2009
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
(151.661.122,03)
136.624.823,77
(60.643.271,91)
31.413.549,86
(362.167.203,73)
245.547.733,10
(17.774.369,46)
(128.960.839,73)
(116.845.749,28)
(8.578.562,05)
(232.820.650,21)
2.782.562,76
15 Februari 2012
15 Maret 2012
15 April 2012
14 Mei 2012
15 Juni 2012
15 Juli 2012
23 Agustus 2012
29 September 2012
14 Oktober 2012
25 November 2012
14 Desember 2012
14 Januari 2012
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun 2012, CV.
Arjuna Securitas Abadi pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli hingga November
mengalami lebih bayar sedangkan pada bulan Februari, April, Juni, dan bulan
Desember mengalami kurang bayar. Pada saat penyetoran Pajak Pertambahan
Nilai pun CV. Arjuna Securitas Abadi selalu tepat waktu dan sesuai dengan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009.
82
4.3.3.2 Analisa Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai
Dalam hal melakukan pelaporan atas seluruh kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal ini CV. Arjuna Securitas Abadi
melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa pajak Pertambahan Nilai yang
sesuai dengan system perpajakan di Indonesia yaitu Self Assesment dimana
perhitungan, penyetoran, pelaporan dan serta tanggungjawab dilakukan sendiri
oleh Wajib Pajak. CV. Arjuna Securitas Abadi melakukan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa lengkap
dengan lampirannya sebagai pertanggungjawaban atas Pengkreditan Pajak
Masukan atas Pajak Keluaran perusahaan. Dan Lebih atau Kurang Bayar.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2000, pelaporan SPT Masa Pajak
Pertambahan Nilai selambat-lambatnya tanggal 20 setelah masa pajak berikutnya
sedangkan menurut Undang-undang No.42 Tahun 2009, pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai paling lambat akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak yang mulai direalisasikan pada bulan April tahun 2010. Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan oleh CV. Arjuna
Securitas Abadi di kantor Pelayanan Pajak tempat dimana perusahaan dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dalam pelaksanaan Pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai perusahaan terlambat untuk
melaporkan maka akan dikenakan sanksi berupa denda Sebesar Rp. 500,000,-
(Lima Ratus Ribu Rupiah) sesuai yang telah ditetapkan Undang-Undang No.28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan pasal 7 ayat 1.
83
CV. Arjuna Securitas Abadi dalam melaporkan setiap kegiatan
Penyerahan dan Perolehan Barang Kena Pajak sesuai dengan Undang-Undang
yaitu akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan membuat Surat
Setoran Pajak (SSP) yang dibuat 4 (Empat) rangkap, yaitu:
- Lembar ke-1 : Untuk arsip CV. Arjuna Securitas Abadi.
- Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak Negara (KPPN).
- Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh CV. Arjuna Securitas Abadi
ke Kantor Pelayanan Pajak.
- Lembar ke-4 : Untuk arsip Bank Persepsi atau Kantor pos & Giro.
Dibawah ini berikut penulis jabarkan tanggal Pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai CV. Arjuna Securitas Abadi yang
sesuai dengan Undang-Undang atau tidak pada tahun 2012.
84
Tabel 4.14
CV. Arjuna Securitas Abadi
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai tahun 2012
Masa Pajak
Kurang/Lebih Bayar
(Rp.)
Tanggal Lapor
Keterangan sesuai/tidak dengan
Undang-Undang No.18 Tahun
2000
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
(151.661.122,03)
136.624.823,77
(60.643.271,91)
31.413.549,86
(362.167.203,73)
245.547.733,10
(17.774.369,46)
(128.960.839,73)
(116.845.749,28)
(8.578.562,05)
(232.820.650,21)
2.782.562,76
22 Februari 2012
22 Maret 2012
30 April 2012
26 Mei 2012
29 Juni 2012
29 Juli 2012
27 Agustus 2012
30 September 2012
29 Oktober 2012
30 November 2012
28 Desember 2012
20 Januari 2012
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan Data tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa selama tahun
2012, CV. Arjuna Securitas Abadi tidak pernah terlambat dalam melakukan
pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Namun apabila
ada keterlambatan di tahun-tahun berikut nya maka CV. Arjuna Securitas Abadi
akan dikenakan denda administrasi sebesar Rp. 500,000,-, per bulan.
4.3.4 Pengaruh PPN terhadap Laporan Keuangan pada CV. Arjuna
Securitas Abadi
Berdasarkan Harnanto (2003) bahwa PPN bukan merupakan unsur
pembentuk laba karena PPN Masukan merupakan uang muka PPN sehingga
85
bukan dianggap biaya dan PPN Keluaran merupakan hutang PPN, bukan
merupakan pendapatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.15
Uji Pengaruh PPN Terhadap Laba Kotor Tahun 2012
Deskripsi Menyertakan PPN
(Rp.)
Tanpa Menyertakan
PPN (Rp.)
PPN (Rp.)
Penjualan 41.979.790.835,45 38.163.446.214,05 3.816.344.621,40
HPP (39.924.018.883,80) (36.294.562.621,64) 3.629.456.262,16
PPN Terutang (186.888.359,24) - 186.888.359,24
Laba Kotor 1.868.883.592,41 1.868.883.592,41 -
Sumber : Data Diolah
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa besarnya laba kotor yang diperoleh
perusahaan adalah tetap sama. Hal ini membuktikan bahwa PPN tidak
mempengaruhi laba kotor perusahaan.
Namun tidak demikian adanya apabila terdapat PPN Masukan yang tidak
dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran. PPN Masukan yang tidak dapat
dikreditkan dengan PPN Keluaran dapat diperlakukan sebagai biaya perolehan
bahan. Sebagaimana dijelaskan dalam PSAK No. 14 :
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi netto, mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pemeblian,
biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi dan lokasi saat ini.
Dalam penjelasannya disebutkan :
Biaya pembelian meliputi harga beli, bea impor, pajak laiannya (kecuali yang
kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya
pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung
dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa.
86
Sebagaimana ditekankan dalam penjelasan di atas bahwa pajak yang tidak
dapat ditagih kembali oleh entitas dapat diakui sebagai biaya persediaan, maka
dengan dasar itu perusahaan dapat megkapitalisasi PPN Masukan yang tidak
dapat dikreditkan sebagai Biaya Persediaan. Atau sebagaimana oleh Harnanto
(2003) disebutkan salah satu alternatif dalam memperlakukan PPN Masukan yang
tidak bisa dikreditkan yaitu membebankannya sebagai harga pokok penjualan.
Namun pembebanan tersebut dapat memperbesar biaya produksi yang akhirnya
berakibat pada penuruanan nilai laba kotor.
Untuk mengantipasi hal tersebut, sebelumnya perusahaan seharusnya
melakukan penyesuaian terhadap harga jual produk, dengan menaikkan harga jual
produk agar laba kotor yang diperoleh tetap sesuai dengan yang ditargetkan.
Namun perusahaan dalam menaikkan harga jual haruslah mendasar, karena jika
harga yang dinaikkan terlalu tinggi akan menimbulkan kekecewaan dari para
pelanggan dan akhirnya perusahaan akan kehilangan pelanggannya. Dalam hal ini,
kenaikan harga sebaiknya cukuplah hanya untuk menutupi kerugian yang
diakibatkan oleh PPN Masukan tersebut. Adapun secara kronologis penyesuaian
yang dapat dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan nilai HPP setelah penyesuaian dengan perhitungan sebagai
berikut :
HPP Adjust = HPP Sebelum + PPN Masukan (tidak dapat dikreditkan)
b. Penyesuaian harga jual dengan perhitungan sebagai berikut :
Harga Jual Adjust = HPP Sebelum
Presentase HPP
87
Dengan menggunakan perhitungan diatas akan diperoleh nilai penjualan
sebagaimana contoh dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.16
Penyesuaian Harga Setelah Perlakukan Terhadap PPN Masukan
Tahun 2012
Deskripsi Sebelum Target Sesudah
HPP 99.070.000 73 % 99.070.000 73 % 100.770.000 73%
Harga Jual 136.000.000 100 % 136.000.000 100 % 138.333.703 100%
PPN
Masukan
(tidak dapat
dikreditkan)
1.700.000 1,25 % - 0% - 0%
Laba Kotor 35.230.000 25,90 % 36.930.000 27% 37.563.703 27%
Sumber : Data Diolah
Dengan perlakuan PPN Masukan yang tepat, perusahaan tidak akan
mengalami kerugian akibat adanya PPN. Keputusan untuk menaikkan harga jual
terkadang perlu dilakukan untuk mempertahankan tujuan perusahaan. Namun
perlu adanya pertimbangan agar tidak mengecewakan pelanggan. Dengan
demikian besarnya harga yang seharusnya ditetapkan oleh perusahaan terkait
dengan kondisi tersebut.
Dengan dilakukannya penyesuaian terhadap harga jual produk, tentunya
besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan sesuai dengan yang ditargetkan.
Sehingga tentunya akan memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang dapat
dilihat dari laporan keuangan.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
CV. Arjuna Securitas Abadi dalam menerapkan Pajak Pertambahan Nilai
adalah sebagai salah satu kewajiban perpajakan yang harus dijalankan oleh
perusahaan. CV. Arjuna Securitas Abadi merupakan Wajib Pajak Badan yang
telah dikukuhakan sebagai Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Sukomanunggal. Dari analisis yang penulis lakukan pada CV. Arjuna Securitas
Abadi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Implementasi Pajak Pertambahan Nilai pada CV. Arjuna Securitas Abadi
selama tahun 2012 secara garis besar telah sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku (UU No. 42 tahun 2009) yaitu dalam hal melakukan
Perhitungan, Pelaporan dan apabila terdapat Lebih Bayar dikompensasikan ke
Masa Pajak berikutnya.
2. Dalam penerapannya, Pajak Pertambahan Nilai tidak berpengaruh terhadap
Laporan Keuangan perusahaan. Karena PPN Masukan dapat dikreditkan
dengan PPN Keluaran. Hal tersebut dibuktikan dari hasil uji pengaruh PPN
menunjukkan bahwa PPN tidak mempengaruhi laba kotor perusahaan. Dan
hal ini memperkuat teori dari Harnanto bahwa PPN bukan merupakan unsur
pembentuk laba karena PPN Masukan bukan biaya dan PPN Keluaran bukan
merupakan pendapatan. Dalam kaitannya dengan PPN Masukan yang tidak
dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran, perusahaan membebankannya
kedalam HPP dengan menganggap PPN dari pembelian sebagai biaya
88
89
perolehan / pembelian bahan sesuai dengan PSAK No. 14. Pembebanan PPN
Masukan yang tidak bisa dikreditkan ke dalam HPP, perlakuan tersebut
berdampak pada penurunan nilai nilai laba kotor perusahaan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan CV. Arjuna Securitas Abadi, maka
penulis akan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan masukan bagi perusahaan, antara lain :
1. Untuk menghindari sanksi Administrasi sebaiknya CV. Arjuna Securitas
Abadi dalam pembuata Faktur Pajak, Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan
Pajak Pertambahan nilai harus sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku.
2. Untuk pelaksanaan penyetoran dan pelaporan agar sesuai dengan peraturan
yang berlaku sehingga meminimalisir terjadinya keterlambatan pada saat
penyetoran Pajak Pertamabahan Nilai.
3. Perusahaan sebaiknya selalu mengikuti perubahan yang terjadi terhadap
peraturan perpajakan mengingat undang-undang perpajakan selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
90
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, 2003, Akuntansi Perpajakan, BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2010, Standar Akuntasi Keuangan Edisi Revisi,
Salemba Empat, Jakarta.
Lalujan, Cindy R.E, Juni 2013, Analisa Penerapan Pajak Pertambahan Nilai
pada PT. Agung Utara Sakti Manado, Jurnal EMBA, Volume 1 No. 3,
http:// ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1652/1318.
10 Mei 2014.
Manarisip, Juiaty C. Juni 2013, Evaluasi Perhitungan, Pencatatan, Pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai PT. SWA Karya Muda Balikpapan, Jurnal
EMBA, Volume 1 No. 3, http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/
article/viewFile/1867/1476, 10 Mei 2014.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi, Yogyakarta.
Munawir, 2010, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Muqodim, 2010, Perpajakan, Edisi ke 7, UII Press dan Ekonisia, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan, 30/PMK.03/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 70/PMK.03/2010 tentang Batasan Kegiatan dan
Jenis Jas Kena Pajak Yang Atas Ekspornya Dikanai Pajak Pertambahan
Nilai.
Peraturan Menteri Keuangan, 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan
Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
Peraturan Menteri Keuangan, 30/PMK.03/2014 tentang Pertambahan Nilai Atas
Penyerahan Emas Perhiasan.
Peraturan Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia, S - 147/PJ.532/2000
tentang Penegasan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kurir
yang Dibayarkan Di Negara Tujuan.
Posumah, Priancka I.C. Juni 2013, Evaluasi Penerapan Pemungutan Pajak
Pertambahan Nilai pada PT. Telekomunikasi Indoesia TBK Manado,
Jurnal EMBA, Volume 1 No. 3, http:// ejournal.unsrat.ac.id/index.php/em
ba/article/download/1843/1454, 10 Mei 2014.
90
91
Undang-undang Republik Indonesia, UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang Republik Indonesia, UU Nomor 18 tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.
Waluyo. 2005, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.