Upload
dinhdan
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan pusat dari berjalannya roda pemerintahan negara Indonesia dan
juga pusat dari segala aktivitas di sektor – sektor utama bidang kehidupan yang ada di negara ini.
Tercatat pula pada sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Pulau Jawa mencapai
136.610.598 jiwa yang terdiri dari 6 provinsi di dalamnya. Jumlah tersebut ebih dari 50% dari
total seluruh jumlah penduduk yang ada di Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa
(www.bps.go.id, diakses pada tanggal 10 Januari 2013). Jumlah penduduk ini juga dapat
dikatakan terpadat di Indonesia, mengingat Pulau Jawa merupakan pulau terkecil dari gugusan
pulau – pulau besar yang ada di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau
Sulawesi serta Pulau Maluku dan Pulau Irian Jaya.
Seiring dengan makin besarnya pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu yang
menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk di Indonesia serta pengaruh perkembangan
zaman dan teknologi, jumlah kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang lalu lalang di
jalan – jalan Indonesia juga makin bertambah banyak saja. Kendaraan - kendaraan yang lalu
lalang di jalan - jalan tersebut, baik itu kendaraan bermotor pribadi maupun kendaraan umum
merupakan sarana transportasi yang dipergunakan manusia untuk mempermudah manusia
berhubungan dan melakukan proses interaksi serta mobilisasi dari suatu tempat satu ke suatu
tempat yang lainnya. Permasalahan kepadatan penduduk yang tinggi dan makin bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor seperti telah disebutkan di atas terjadi di hampir seluruh wilayah
negara Indonesia, terutama di provinsi dan kota besar yang ada di Pulau Jawa.
Salah satu provinsi sekaligus kota besar yang ada di Pulau Jawa ialah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri terdapat jumlah penduduk yang cukup banyak dengan
kepadatan penduduk yang cukup tinggi serta kepemilikan kendaraan bermotor, khususnya
kendaraan bermotor pribadi yang cukup banyak jumlahnya. Pada tahun 2011 silam saja jumlah
kendaraan bermotor di Yogyakarta dengan plat nomor AB berjumlah sekitar 1.210.250
kendaraan (www.ntmc-korlantaspolri.com, Jumlah Kendaraan Bermotor di Yogyakarta
Meningkat, diakses pada tanggal 10 Januari 2013) dari keseluruhan jumlah penduduk yang
berkisar 3.457.491 jiwa (www.bps.go.id, diakses pada tanggal 10 Januari 2013). Hal itu dapat
dilihat dari banyaknya kendaraan - kendaraan yang lalu-lalang di berbagai sudut kota dan ruas
jalanan yang ada di Yogyakarta, baik itu di pusat kotamadya maupun kabupaten – kabupaten
yang berada disekelilingnya. Hampir sering terjadi penumpukan jumlah pengguna kendaraan
bermotor pribadi yang memadati tiap sudut kota dan ruas jalanan yang ada, terutama pada saat
akhir pekan, hari besar/libur nasional serta pada saat masa liburan sekolah dan kuliah. Apalagi
Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata dengan berbagai ci
khas budaya dan peninggalan bersejarahnya yang cukup tersohor bagi wisatawan yang
berkunjung, baik itu lokal maupun mancanegara.
Salah satu wilayah dan jalanan yang paling padat dilalui oleh pengguna kendaraan
bermotor ialah Malioboro, karena wilayah tersebut bisa dikatakan sebagai ikon dari Daerah
Istimewa Yogyakarta. Selain Malioboro yang merupakan ikon Yogyakarta, masih terdapat
sekitar 21 titik rawan macet yang berada di Yogyakarta, yang terdiri dari 9 titik di Sleman (Jalan
Solo depan Ambarukmo Plaza, Perempatan Kentungan Ringroad Utara, Perempatan Condong
Catur Ringroad Utara, Perempatan Monumen Yogya Kembali Ringroad Utara, Candi Prambanan
Jalan Solo, Pasar Prambanan Jalan Solo, Pasar Tumpah Gamping, dan Jalan Kaliurang), 7 titik di
Kota Yogyakarta (Jalan Malioboro, Jalan P. Mangkubumi, Jalan P. Senopati, Jalan Kebon Raya,
Jalan Laksda Adisucipto Km. 1, Jalan AM. Sangaji Km. 1, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan
Magelang Km. 1), 3 titik di Bantul (Perempatan Gondowulung, Srandakan, dan Jalan
Parangtritis), 1 titik di Kulonprogo (Simpang lima Karang Nongko), dan 1 titik di Gunungkidul
(Pertigaan Pantai Baron) (http://.jogja.okezone.com, 21 Titik Rawan Macet Jogja, diakses pada
10 januari 2013).
Akan tetapi selain sejumlah titik yang disebutkan di atas, lokasi yang belakangan ini yang
tidak kalah ramai dan padat dikunjungi adalah kawasan Seturan, yang juga merupakan pusat
aktivitas masyarakat Yogyakarta yang tinggal di Kabupaten Sleman. Kawasan Seturan
merupakan salah satu kawasan strategis yang menjadi tujuan menghabiskan waktu luang yang
cukup terkenal bagi masyarakat Yogyakarta, maupun masyarakat dari daerah lain di sekitar
Yogyakarta, khususnya Kabupaten Sleman itu sendiri. Banyak pengunjung yang singgah di
kawasan ini karena kawasan Seturan sendiri belakangan ini mulai dikenal cukup pesat dan
memang pembangunannya ditata sebagai pusat belanja dan hiburan masyarakat Sleman serta
dapat pula dikatakan sebagai ikon dari Kabupaten Sleman di sisi selatan-timur yang memang
letaknya cukup berdekatan dengan jalur lintas provinsi.
Selain banyak pengunjung dari masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sleman, banyak
pula masyarakat yang berasal dari luar Kabupaten Sleman memanfaatkan kawasan Seturan
untuk sekedar berkumpul, berbelanja serta bersantai maupun berolahraga bersama keluarga dan
kerabat. Bukan hanya remaja saja, namun banyak pula orang tua beserta anak – anaknya
menghabiskan waktu di kawasan Seturan yang memang sudah cukup terkenal belakangan ini.
Hal itu sekiranya sangatlah wajar bila melihat perubahan yang ada dari waktu ke waktu di
kawasan ini, dimana sampai pada saat ini terdapat berbagai macam fasilitas penunjang seperti
hotel dan apartemen, rumah makan dan warung tenda serta kafe maupun restoran, lokasi hiburan
karaoke dan hiburan malam, pusat perbelanjaan dan pertokoan hingga pusat olahraga dan
kebugaran ada di kawasan ini (www.tribunjogja.com, Kawasan Seturan dan Babarsari Makin
Ruwet, diakses pada tanggal 10 Januari 2013). Maka tak jarang kawasan yang memang
dibangun dan dikembangkan sebagai pusat roda kegiatan dan aktivitas ekonomi terpadu ini
dijuluki sebagai kawasan “One Stop Shopping”, atau kawasan belanja dan hiburan ini bagi
sebagian besar orang yang pernah mengunjunginya.
Apabila ditinjau lebih mendalam, sebagian besar pengunjung yang datang mengunjungi
kawasan Seturan tersebut biasanya menggunakan kendaraan bermotor pribadi untuk sampai ke
lokasi tersebut baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, pertambahan penduduk yang semakin banyak juga menuntut adanya
perubahan dan perkembangan bidang transportasi ke arah lebih baik yang menyebabkan mulai
bermunculannya banyak kendaraan bermotor pada saat ini. Dengan adanya banyak pengguna
kendaraan bermotor pribadi di kawasan tersebut, tentulah diperlukan petugas untuk mengatur
ketertiban dan keamanan kendaraan bermotor yang digunakan oleh para pengunjung kawasan
Seturan demi terciptanya kenyamanan bersama. Tidak dapat dipungkiri, kawasan tersebut selain
padat pengunjung, juga banyak pengguna jalan yang berlalu-lalang menggunakan kendaraan
bermotor pribadinya di beberapa titik – titik tertentu di kawasan Seturan yang menambah
padatnya kawasan tersebut. Ironisnya, perkembangan dan kelengkapan fasilitas yang ada di
kawasan pusat belanja dan hiburan ini belum diimbangi dengan ketersediaan rambu lalu lintas
yang memadai, baik itu berupa traffic light, zebra cross, cermin cembung maupun rambu batas
kecepatan (www.tribunjogja.com, Kawasan Seturan dan Babarsari Makin Ruwet, diakses pada
tanggal 10 Januari 2013) pada waktu serta jam tertentu pula, yang sebagian besar adalah ketika
memasuki malam hari, terutama pada akhir pekan dan hari libur nasional.
Dengan adanya berbagai fakta yang telah dijelaskan di atas, maka di sinilah peran dan
jasa dari juru parkir yang tersedia serta bentuk pola pelayanan perparkiran terpadu yang
melibatkan juru parkir itu sendiri beserta pemilik lahan usaha serta penguasa lokal di bawah
naungan dinas pemertintah terkait yang di kawasan tersebut dapat dilihat dalam memberikan
pelayanan maksimal pada pengunjung yang datang. Peran dan jasa juru parkir yang ada di
kawasan belanja dan hiburan Seturan sangatlah diperlukan guna memberikan rasa aman dan
nyaman kepada para pengunjung ketika meninggalkan kendaraan bermotornya di lahan parkir
yang telah disediakan maupun di sekitaran bahu jalan. Selain itu peran dan jasa juru parkir dapat
dilihat dalam tugasnya menciptakan ketertiban dengan menata kendaraan secara rapi sedemikian
rupa di lahan parkir serta bahu jalan yang ada, sehingga kendaraan – kendaraan yang ada tidak
terkesan berantakan dan mengganggu pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut.
Akan tetapi tidak selamanya peran yang seharusnya dilakukan oleh juru parkir
berbanding lurus dengan kenyataan yang terjadi di lapangan dan seringkali menimbulkan
sejumlah permasalahan Permasalahan yang paling kerap muncul adalah masalah tanggungjawab
juru parkir terhadap pengunjung sebagai pengguna layanan parkir. Tidak jarang ditemui juru
parkir yang hanya menerima uang retribusi parkir namun tidak memberikan pelayanan secara
maksimal dengan tidak membantu pengguna layanan parkir menata kendaraan dengan rapi serta
tidak membantu pengguna layanan parkir mengeluarkan kendaraan dari lahan parkir. Tentu saja
pelayanan yang tidak maksimal ini juga akan berimbas kepada tersendatnya arus lalu lintas yang
bisa menimbulkan kemacetan, karena seperti telah dijelaskan kawasan Seturan merupakan
kawasan padat penduduk dan padat lalu lintas. Bahkan terkait pelayanan juru parkir yang tidak
maksimal, sempat ditemui beberapa kasus pencurian helm dan kendaraan bermotor yang tentu
saja menimbulkan kekhawatiran pengunjung ketika meninggalkan kendaraan bermotornya dalam
waktu tertentu.
Seiring waktu pula, jumlah juru parkir yang ada di kawasan Seturan terus bertambah
menjadi semakin banyak. Keberadaan juru parkir resmi mulai mendapatkan saingan dari juru
parkir yang dikatakan tidak resmi di kawasan tersebut. Di sinilah mulai muncul sejumlah
persoalan yang biasanya melibatkan juru parkir itu sendiri serta pemilik lahan usaha secara tidak
langsung. Permasalahan yang kerap kali muncul seiring dengan hal tersebut adalah terjadinya
ketidakmerataan pembagian wilayah kerja juru parkir dengan lahan yang tersedia. Ada lahan luas
dengan banyak jumlah kendaraan bermotor yang parkir di lahan tersebut, namun justru tidak
satupun di temui juru parkir yang bertugas. Sebaliknya ada lahan sempit dan sedikit jumlah
kendaraan bermotor yang parkir di lahan tersebut, justru ditemui banyak juru parkir yang
bertugas. Lahan kosong yang tidak dimanfaatkan oleh juru parkir sebagai lokasi lahan parkir
juga menimbulkan masalah berupa makin banyaknya juru parkir tidak resmi yang
memanfaatkannya sebagai lahan usaha. Tanpa adanya pengawasan yang ketat dari pihak yang
terkait, tentu saja juru parkir tidak resmi ini dapat bebas beroperasi dan dapat menimbulkan
kekhawatiran bagi para pengunjung, karena juru parkir liar identik dengan pelayanan yang
seadanya dan hanya mementingkan keuntungan semata tanpa mempedulikan kenyamanan dan
keamanan kendaraan bermotor yang di parkir di lahan kosong tersebut.
Bukan hanya permasalahan ketidakmerataan pembagian wilayah kerja dan lahan kosong
seperti di atas, penempatan juru parkir juga dirasa tidak sesuai dengan tingkat keamanan dan
kenyamanan pengunjung. Biasanya juru parkir ini berada di lokasi seperti apotek, ATM, maupun
pertokoan kecil dimana pengunjung masih bisa mengawasi kendaraannya sendiri dan masih bisa
mengatur kendaraannya sendiri, tanpa bantuan juru parkir. Sehingga tak jarang terjadi sedikit
keributan kecil yang melibatkan pengunjung dengan juru parkir yang ada tersebut, karena juru
parkir dianggap hanya ingin seenaknya saja melakukan tugas tanpa melihat tingkat keramaian
yang ada di suatu lokasi tertentu. Hal ini tentu semestinya mendapat sorotan lebih dari dinas
terkait maupun dari pemerintah desa terkait yang selama ini masih terkesan seperti masih kurang
peduli dengan adanya sejumlah permasalahan parkir yang terjadi di kawasan Seturan. Selain itu
pula jaringan juru parkir dan pemilik lahan usaha yang berada di kawasan Seturan semestinya
saling bahu – membahu dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi ini jika ingin
keseluruhan roda kegiatan dan aktivitas yang ada di kawasan tersebut dapat selalu berjalan
dengan lancar.
Keberadaan juru parkir beserta pola pelayanan parkir yang ada sekiranya cukup menarik
untuk dikaji dan diteliti lebih dalam, karena terdapat berbagai macam pola hubungan antar aktor
yang terlibat dalam menjalankan pengelolaan di setiap sudut kawasan Seturan. Ditambah lagi
keberadaan juru parkir di kawasan tersebut yang menuai berbagai macam pandangan yang
berkembang dalam masyarakat sekitar terkait dengan jasa pelayanan yang diberikan dalam
tanggungjawabnya menciptakan keamanan dan kenyamanan bersama juga merupakan suatu
kajian yang menarik diperbincangkan, tatkala semakin pesatnya perkembangan yang terjadi
dalam setiap aspek di kawasan tersebut yang memerlukan suatu kesiapsediaan untuk
menjalankannya. Bagaimana pembagian lahan yang telah ditentukan oleh tiap – tiap jutu parkir,
bagaimana pembagian keuntungan parkir antara juru parkir dan pemilik lahan, bagaimana alur
tarif parkir yang terjadi di tingkatan dinas terkait serta pemerintah desa beserta campur tangan
penguasa lokal dan bagaimana upaya juru parkir memberikan pelayanan terbaik pada
pengunjung akan dibahas secara lebih mendalam pada penelitian yang dilakukan. Maka dari itu
untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan tersebut dan berbagai macam hal yang
terkait dengan pola perparkiran, saya mengambil judul berupa “Relasi Antar Aktor dalam
Pengelolaan Jasa Pelayanan Parkir di Kawasan Belanja dan Hiburan Seturan” sebagai fokus
kajian penelitian yang utama dalam tulisan yang akan disusun ini.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan penjabaran latar belakang permasalahan yang telah diulas di
bagian sebelumnya, maka saya menyusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana bentuk dan pola interaksi yang terjadi antara juru parkir dengan pemilik dan
pengelola usaha di kawasan belanja dan hiburan Seturan terkait jasa pelayanan parkir
kepada para pengunjung di kawasan tersebut?
Bagaimana upaya yang dilakukan oleh juru parkir serta pemilik dan pengelola usaha
ketika dihadapkan dengan semakin ramai dikunjunginya kawasan belanja dan hiburan
Seturan dalam memberikan jasa pelayanan parkir kepada para pengunjung di kawasan
tersebut?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan jelas
dan sistematis. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Mengetahui bentuk dan pola interaksi serta relasi sosial yang terjadi antara juru parkir
yang ada di kawasan belanja dan hiburan Seturan dengan pemilik dan pengelola usaha
seiring dengan makin ramai dikunjunginya kawasan tersebut yang justru terkadang
menimbulkan adanya sejumlah permasalahan bagi jasa pelayanan parkir yang ada.
Mengetahui upaya dan tindakan yang dilakukan oleh juru parkir yang ada di kawasan
belanja dan hiburan Seturan dengan pemilik dan pengelola usaha guna menyelesaikan
berbagai permasalahan perparkiran yang ada dalam rangka memberikan pelayanan yang
terbaik di kawasan tersebut.
D. Manfaat Penelitian Selain tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penjabaran di atas, ada pula manfaat dari
penelitian yang dilakukan di kawasan belanja dan hiburan Seturan, yakni sebagai berikut :
Memberikan analisis serta gambaran yang mendalam tentang kondisi sebenarnya di
kawasan belanja dan hiburan Seturan terkait dengan relasi antar aktor dalam menciptakan
pola dan sistem pelayanan perparkiran yang terpadu.
Memberikan referensi secara akademis guna penelitian selanjutnya yang akan
mengungkap relasi dan jaringan antar aktor dalam mengelola perparkiran yang ada di
kawasan tersebut.
Memberikan masukan serta gambaran mendalam pada dinas terkait untuk melakukan
penyesuaian kebijakan - kebijakan yang akan diterapkan selanjutnya, khususnya yang
menyangkut pola dan sistem pelayanan perparkiran yang ada ini dengan pertimbangan-
pertimbangan dari hasil penelitian.
E. Tinjauan Literatur Relasi beserta segala macam bentuk interaksi yang ada pastilah selalu terjadi dan tidak
pernah terlepas dari kehidupan sosial antar tiap individu dalam bermasyarakat. Dimanapun dan
kapanpun selalu akan ditemui berbagai macam interaksi dan relasi sosial yang terjadi, karena
dengan begitu setiap individu maupun kelompok yang saling berkaitan dapat mencapai suatu
tujuan yang diinginkan bersama serta mewujudkan suatu kehidupan bermasyarakat yang serasi,
selaras dan seimbang serta saling bersinergi satu sama lain dalam setiap aspek yang ada. Bentuk
serta pola interaksi dan relasi sosial yang terjadi dalam setiap kehidupan bermasyarakat ini
merupakan suatu kajian yang menarik untuk dikaji dan dilihat secara lebih mendalam lagi. Oleh
karenanya penelitian yang akan dilakukan secara tema besar akan membahas mengenai Jasa
Pelayanan Parkir di kawasan Seturan, dimana secara lebih spesifik lagi akan membahas
mengenai “Relasi Antar Aktor dalam Pengelolaan Jasa Pelayanan Parkir di Kawasan Belanja dan
Hiburan Seturan”.
Secara garis besar, penelitian yang akan saya lakukan ini membahas mengenai bentuk
dan pola interaksi serta relasi sosial yang terjadi antara para juru parkir di Kawasan Seturan
dengan pemilik lahan usaha yang memberikan lahan parkir dalam memaksimalkan
tanggungjawab masing – masing dalam memberikan pelayanan parkir yang terbaik kepada para
pengunjung di kawasan tersebut. Hal yang menarik yang ingin saya soroti lebih jauh adalah
permasalahan yang terkait dengan jasa layanan parkir yang ada, yang melibatkan juru parkir
yang bersangkutan dengan pemilik lahan usaha. Terkadang terdapat sejumlah titik strategis yang
seharusnya dapat dimaksimalkan dengan adanya kehadiran juru parkir, namun senyatanya masih
ada saja sejumlah titik yang tidak terdapat juru parkir yang bertugas. Dan tentu saja banyaknya
keluhan dari pengunjung terkait buruknya pelayanan parkir yang ada juga mengharuskan juru
parkir dan pemilik lahan usaha secara bersama – sama saling berupaya menyelesaikan segala
keluhan yang ada. Oleh karenanya, bentuk dan pola interaksi serta relasi sosial yang terjadi
antara juru parkir dengan pemilik lahan usaha menarik untuk dikaji secara lebih mendalam, agar
dapat diketahui pola interaksi yang ada antar keduanya dalam menciptakan keamanan dan
kenyamanan bersama di kawasan tersebut.
Selain penelitian yang hendak saya lakukan tersebut, ada pula beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan yang terkait dengan bentuk dan pola interaksi serta relasi sosial
yang terjadi antar tiap pihak dan aktor yang saling berkaitan dalam menjalankan suatu roda
kegiatan di suatu wilayah tertentu. Penelitian yang pertama berupa skripsi tentang Relasi Tiga
Aktor dalam Pengelolaan Malioboro (Chandra Puspitasari, 2007) dan yang kedua berupa tesis
tentang Pola Interaksi Antara Pengelola Dengan Masyarakat di Lokasi Perjudian Harco Mangga
Dua (Agus Sulistiyono).
Penelitian yang pertama berupa skripsi karya Chandra Puspitasari berisikan tentang
segala macam bentuk dan relasi yang terjadi antar tiga aktor (pemerintah, swasta dan masyarakat
umum) dalam hal pengelolaan perparkiran salah satu kawasan yang merupakan ikon dan pusat
tujuan wisata yang multifungsi dari Daerah Istimewa di Yogyakarta, yakni kawasan Malioboro.
Dalam penelitian tersebut, relasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat dilihat secara
mendalam untuk mengetahui akar permasalahan dan penyelesaian dari masalah perparkiran yang
ada. Fokus dari penelitian ini adalah peran pemerintah dalam mengatur segala macam perijinan
berbagai pelayanan umum yang ada di kawasan Malioboro, khususnya perparkiran yang ada,
dimana pemerintah itu sendiri justru mendapat stigma kurang baik dan kurang mendapat
kepercayaan dari masyarakat dalam mengelola perparkiran di kawasan Malioboro.
Penelitian yang kedua berupa tesis karya Agus Sulistiyono berisikan tentang interaksi
yang terjadi antara pengelola lokasi perjudian di Harco Mangga Dua dengan masyarakat sekitar
yang juga merupakan pelanggan lokasi perjudian. Krisis ekonomi yang berdampak kepada
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi telah memaksa pelaku bisnis gulung tikar
dan beralih menjalankan usaha di lokasi perjudian Harco Mangga Dua. Pola interaksi yang
terjadi di antara orang - orang yang ada dalam organisasi perjudian Harco Mangga Dua
merupakan interaksi yang bersifat informal, serta interaksi sosial yang terjadi dalam organisasi
perjudian Harco Mangga Dua berupa hubungan yang menguntungkan antar kedua belah pihak,
baik pengelola maupun masyarakat yang merupakan pelanggan lokasi perjudian tersebut.
Penerapan sistem manajemen yang profesional dengan dukungan komitmen dari pihak direksi,
manajer, dan pekerja pelaksana dalam meyanani pengunjung untuk dapat terus melanggengkan
usaha ini agar tidak mati di tengah jalan.
Secara keseluruhan dari dua hasil penelitian terdahulu di atas, dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa kedua penelitian tersebut menjabarkan tentang bentuk dan pola interaksi serta
relasi sosial yang terjadi antara masing – masing aktor di dalam roda kegiatan dan usaha yang
dilakukan di suatu lokasi tertentu. Interaksi dan relasi sosial yang dijabarkan dari kedua
penelitian tersebut lebih menunjukkan adanya suatu hubungan timbal balik yang terjadi antara
masing – masing aktor dalam mencapai tujuan bersama yang saling menguntungkan dalam
mempertahankan kelangsungan roda kegiatan yang dilakukan bersama. Dari kedua penelitian
tersebut itu pula juga dapat dilihat bahwa peran aktor yang mengelola suatu jasa pelayanan lebih
dominan disoroti dibandingkan aktor lain yang saling terlibat interaksi agar lebih baik ke depan.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, dapat dilihat beberapa persamaan maupun
perbedaan aspek dan fokus kajian dengan penelitian yang akan saya lakukan. Persamaan yang
tampak berupa adanya kemiripan aspek penelitian yang dilakukan, yakni sama – sama meneliti
tentang bentuk dan pola interaksi serta relasi sosial yang terjadi antar aktor yang terlibat dalam
suatu roda kegiatan tertentu yang dilakukan. Sedangkan perbedaannya lebih mengarah kepada
peranan aktor yang terlibat dalam suatu interaksi dan relasi sosial. Apabila kedua penelitian
tersebut lebih memperlihatkan peran dominan dari aktor pengelola jasa pelayanan tertentu dalam
menjaga kelangsungan hidup roda kegiatan yang dilakukan, maka penelitian yang akan saya
lakukan ingin lebih memperlihatkan peran dari aktor yang menggunakan jasa pelayanan tertentu
serta tindak penyelesaian masalah yang dilakukan oleh penyedia jasa pelayanan dalam setiap
relasi sosial yang terjadi antar masing – masing aktor di dalamnya. Atau dengan kata lain, fokus
kajian penelitian yang akan saya lakukan berbeda dari kedua penelitian yang telah dijabarkan di
atas sebelumnya.
F. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, analisis permasalahan yang akan saya gunakan ialah paradigma
definisi sosial. Paradigma ini merumuskan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang berusaha
untuk menghadirkan dan memahami tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai
kepada penjelasan kausal. Konsep yang terkandung dalam paradigma ini adalah tindakan sosial
serta penafsiran (George Ritzer, 2010).
Untuk mengetahui segala bentuk relasi dan interaksi sosial antara juru parkir dengan
pemilik lahan usaha beserta aktor – aktor lain yang terlibat dalam roda kegiatan dan juga
pandangan serta tanggapan pengunjung dan aktor lain terkait penyelesaian masalah yang
melanda jasa pelayanan parkir yang ada dapat dianalisis dengan salah satu teori yang ada dalam
paradigma definisi sosial ini, yaitu Teori Interaksionisme Simbolik, sebagaimana dikemukakan
Arnold Rose sebagai berikut :
“Manusia hidup dalam suatu lingkungan simbol – simbol. Manusia memberikan
tanggapan terhadap simbol – simbol itu dan melalui simbol – simbol itu
manusia berkemampuan menstimulir orang lain dengan cara – cara yang
berbeda dari stimulir yang diterimanya dari orang lain itu.”
Pandangan para pengunjung sekaligus pengguna jasa layanan parkir dan pemilik
kendaraan bermotor pribadi terhadap pelayanan juru parkir yang berada di kawasan belanja dan
hiburan Seturan dipengaruhi oleh perilaku (simbol - simbol) juru parkir dalam menjalankan
tanggungjawabnya guna menciptakan keamanan dan kenyamanan bersama. Terkadang tiap
pengguna jasa layanan parkir mengalami perlakuan yang berbeda dari juru parkir yang ada,
sehingga timbullah pandangan yang berbeda pula dari tiap pengguna jasa layanan parkir terhadap
pelayanan juru parkir yang dilakukan di kawasan tersebut.
Dengan adanya berbagai macam pandangan yang timbul tersebut, tentu saja pihak juru
parkir dan pemilik lahan usaha yang merupakan pihak penyedia jasa pelayanan parkir akan turut
berbenah diri memberikan pelayanan yang diberikan secara lebih maksimal dalam rangka
mengatasi berbagai pandangan buruk yang tercipta serta turut memberikan tanggapan dari segala
sesuatu terkait dengan perparkiran yang saling berhubungan satu sama lain dan saling
berinteraksi antar aktor di dalamnya. Pola interekasi yang terjadi antara aktor tersebutlah yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan pola pelayanan jasa layanan parkir yang akan
ditetapkan di kawasan tersebut. Semakin baik pola interaksi yang dilakukan antara tiap aktor
yang ada, maka akan semakin terpadu pula pola pelayanan jasa parkir yang pada akhirnya dapat
menciptakan keamanan dan kenyamanan bersama bagi siapa pun yang terlibat dalam segala roda
kegiatan dan aktivitas di kawasan belanja dan hiburan Seturan.
Pentingnya melihat bentuk dan pola interaksi yang terjadi antar tiap aktor di kawasan
belanja dan hiburan Seturan juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempermudah
melihat adanya keterkaitan antara masing – masing pihak yang bersangkutan di kawasan
tersebut. Apabila relasi antara tiap aktor telah tergambarkan dengan jelas, maka pemetaan
interaksi dan segala permasalahan yang terjadi di kawasan tersebut yang terkait dengan jasa
pelayanan parkir akan dapat memberikan semacam solusi bagi terciptanya suatu ketertiban,
keamanan dan kenyamanan bersama bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Aktor yang Terlibat dalam Jasa Pelayanan Parkir di Kawasan Seturan : Juru
Parkir, Pemilik dan Pengelola Usaha serta Pemerintah Setempat dan Dinas Terkait
Setiap lokasi strategis yang ada di setiap daerah selain menyajikan ciri khas dari
lokasi tersebut, tentu saja harus memikirkan sejumlah aspek – aspek lain yang memadai
yang menyangkut keamanan dan kenyamanan bersama, seperti memiliki sejumlah lahan
parkir beserta juru parkirnya untuk mengatur kendaraan bermotor pengunjung yang datang
dalam rangka memberikan pelayanan terbaik agar para pengunjungnya merasa aman dan
nyaman ketika meninggalkan kendaraan bermotornya untuk menghabiskan waktunya di
suatu lokasi tertentu.
Seperti halnya di kawasan wisata maupun kawasan pusat perbelanjaan lainnya yang
ada di daerah lain, baik di dalam maupun di luar Yogyakarta, kawasan belanja dan hiburan
Seturan yang juga merupakan salah satu ikon pusat perbelanjaan dan hiburan di Daerah
Kabupaten Sleman tentu saja juga memiliki sejumlah lahan beserta jasa pelayanan parkir
yang ada dan juru parkir telah disediakan. Lahan parkir yang tersedia di kawasan Seturan
dikelola oleh sejumlah juru parkir yang tampaknya merupakan perkumpulan juru parkir di
yang beroperasi di kawasan tersebut yang membentuk suatu jaringan serta paguyuban juru
parkir. Sedangkan untuk pembagian tugas masing – masing juru parkir tersebut ditentukan
berdasarkan lokasi lahan parkir yang berbeda – beda di setiap penjuru lokasi tertentu yang
ada di kawasan belanja dan hiburan Seturan.
Akan tetapi seiring waktu, juru parkir yang berada di kawasan Seturan yang semula
hanya terdiri dari juru parkir resmi mulai mendapatkan tambahan sejumlah rekan atau
bahkan saingan dari juru parkir tidak resmi yang memanfaatkan lahan serta pinggiran jalan
yang tersedia di sekitaran jalanan Kawasan Seturan maupun lahan kosong yang tidak
digunakan oleh juru parkir resmi sebagai wilayah kerja. Perbedaan yang paling terlihat
antara juru parkir resmi dengan juru parkir tidak resmi adalah dari segi penampilan masing –
masing juru parkir tersebut dan atribut beserta perlengkapan parkir yang digunakan. Selain
itu juru parkir resmi memiliki perizinandari dinas terkait dalam melakukan pekerjaannya,
sedangkan juru parkir tidak resmi kemungkinan besar tidak memiliki perizinan resmi.
Namun antara juru parkir resmi dan juru parkir tidak resmi di kawasan tersebut, biaya yang
diberikan kepada pengguna jasa layanan parkir tidak dibedakan antar juru parkir yang satu
dengan yang lain, yakni Rp 1.000,00 untuk kendaraan roda dua dan Rp 2.000,00 untuk
kendaraan roda empat.
Dan yang tak kalah penting memegang peranan dalam hal jasa pelayanan parkir
adalah dinas terkait yang mengatur perparkiran di suatu kawasan tertentu, yakni Dinas
Perhubungan. Dinas Perhubungan inilah yang biasanya mengeluarkan perizinan dan
pemberian atribut serta perlengkapan parkir kepada para juru parkir yang bertugas dan juga
penentuan tarif parkir di suatu kawasan tertentu, termasuk di kawasan belanja dan hiburan
Seturan. Dinas Perhubungan inilah yang juga memiliki data – data kelompok jaringan juru
parkir yang ada di tiap – tiap kawasan tertentu, termasuk di kawasan Seturan.
Walaupun demikian, keberadaan juru parkir beserta relasi dan hubungan serta segala
interaksinya dengan pemilik lahan usaha serta penguasa lokal setempat atau yang biasa
disebut preman yang ada di kawasan belanja dan hiburan Seturan tetaplah dalam rangka
menciptakan suatu pola pelayanan parkir yang bagus. Karena tidak dapat dipungkiri, juru
parkir memerlukan adanya hubungan yang sinergis antar tiap aktor dalam mengatur dan
menata, serta bertanggungjawab terhadap kendaraan bermotor pribadi milik pengunjung
Seturan yang memanfaatkan lahan parkir dan jasa pelayangan parkir yang ada di kawasan
tersebut.
Bentuk Interaksi antara Juru Parkir dengan Pemilik dan Pengelola Usaha serta
Pandangan Pengunjung terhadap Jasa Pelayanan Parkir di Kawasan Seturan
Keberadaan juru parkir yang bertugas di kawasan belanja dan hiburan Seturan
memiliki tugas dan pekerjaan yang sesungguhnya tidaklah ringan, yakni harus memastikan
bahwa kendaraan yang di parkir dapat tertata dengan rapi dan teratur, serta memastikan
bahwa kendaraan tersebut selalu aman tanpa ada kekurangan satupun ketika ditinggalkan.
Selain itu tanggung jawab yang dimiliki juru parkir dapat dibilang cukup berat, karena
biasanya yang menggunakan jasa parkir tidak hanya satu ataupun dua kendaraan saja,
melainkan banyak kendaraan yang menggunakan jasa layanan parkir yang ada dan telah
disediakan dalam satu waktu yang terkadang bersamaan.
Pengunjung yang datang ke kawasan belanja dan hiburan Seturan tidak akan terlepas
dari interaksinya dengan juru parkir yang ada. Demi menciptakan keamanan dan
kenyamanan bersama, pengunjung wajib meninggalkan kendaraan bermotornya di lahan
parkir yang sudah disediakan sesuai dengan lokasi tujuan yang ingin didatangi. Pengunjung
diwajibkan membayar uang sesuai dengan tarif parkir yang ditetapkan pada saat akan
meninggalkan lahan parkir sebagai retribusi atas jasa pelayanan yang telah diberikan.
Terkadang tidak dapat dipungkiri juru parkir yang ada bahwa akan lepas dari suatu
kekurangan dalam menjalankan tugasnya tersebut.
Terkait dengan pelayanan yang diberikan, ada juru parkir yang memberikan
pelayanan secara maksimal dan penuh tanggungjawab kepada pengunjung yang datang. Juru
parkir tidak hanya sekedar menerima uang bayaran parkir sesuai tarif yang dikenakan,
namun juga turut mengawasi dengan benar kendaraan yang sedang diparkir dan turut
membantu pengunjung mengeluarkan kendaraan atau memberikan aba – aba agar
pengunjung dapat dengan lancar meninggalkan lokasi parkir tanpa terganggu oleh oleh arus
lalu lintas yang cukup ramai di kawasan Seturan. Akan tetapi selain ada juru parkir yang
menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, ada pula juru parkir yang hanya
menjalankan tugas dengan seenaknya sendiri. Juru parkir seperti ini biasanya hanya ingin
menerima uang bayaran tarif parkir lalu kemudian pergi begitu saja tanpa membantu
pengunjung dengan sebagaimana mestinya tanpa mempedulikan kondisi sekitar yang ada
dan biasanya juru parkir ini juga kurang teliti dalam mengawasi setiap kendaraan yang di
parkir di lokasi tempatnya bertugas. Bahkan tidak jarang sering dijumpai kasus hilangnya
helm atau rusaknya aksesoris pelengkap yang terpasang di kendaraan bermotor milik
pengunjung itu sendiri yang tentunya cukup merugikan.
Selain terkait dengan masalah pelayanan parkir yang diberikan oleh juru parkir,
permasalahan yang seringkali terjadi adalah ketidakmerataan pembagian lahan parkir di
sejumlah titik di kawasan Seturan. Ada lahan yang luas dengan banyak kendaraan yang
terparkir hanya sedikit bahkan tidak ada juru parkir yang bertugas, namun ada pula lahan
tidak begitu luas dengan sedikit kendaraan yang terparkir justru terdapat lumayan banyak
juru parkir yang bertugas. Permasalahan terkait pembagian lahan parkir ini tentu saja tidak
hanya berkaitan dengan masing – masing juru parkir, namun juga langsung berkaitan dengan
pemilik lahan usaha yang memberikan perizinan terhadap segala aktivitas pelayanan parkir
di lahan – lahan sekitar lokasi usahanya yang tersedia. Guna menyikapi adanya
ketidakmerataan pembagian lahan beserta juru parkir yang bertugas, selain pihak dari juru
parkir yang berupaya melakukan pemerataan dan pembagian tugas parkir, juga harus ada
upaya dari pemilik lahan usaha untuk memberikan kemudahan berupa perizinan beserta
segala hal yang terkait pula dengan kesepakatan lainnya yang saling menguntungkan kepada
juru parkir agar lahan – lahan kosong dapat dimanfaatkan sebagai lahan parkir demi
keamanan dan kenyamanan bersama.
Selain menyikapi hal berupa permasalahan pemerataan dan pembagian lahan parkir,
juru parkir dan pemilik lahan usaha juga harus senantiasa turut menanggapi berbagai
keluhan yang muncul sebagai akibat dari pelayanan yang kurang maksimal dari jasa
pelayanan parkir yang ada. Juru parkir tentu saja ingin pengunjung yang datang merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan dan juga tentu saja pemilik lahan usaha tidak ingin
kehilangan pengunjung yang datang akibat berbagai keluhan yang ada. Oleh karenanya,
segala aspek yang terkait dengan pembenahan dan perbaikan jasa pelayanan parkir yang
telah tersedia harus dilaksanaka secara bersama demi terciptanya sistem pelayanan parkir
yang terpadu di kawasan belanja dan hiburan Seturan.
Bagan Pemetaan Interaksi Sosial Antar Aktor di Kawasan Seturan
Berikut ini adalah bagan pemetaan dari interaksi yang terjadi antar aktor di kawasan
belanja dan hiburan Setura, baik itu interaksi yang terjadi antara juru parkir dengan
pengunjung pengguna jasa layanan parkir berikut fasilitas penunjang yang ada, penguasa
lokal setempat yang biasa disebut preman, dinas pemerintah terkait serta interaksi yang
terpenting dengan pemilik lahan usaha yang menyediakan lahan parkir di sejumlah titik
tertentu di kawasan Seturan demi keamanan dan kenyamanan bersama dalam mewujudkan
sistem pelayanan parkir terpadu di kawasan belanja dan hiburan tersebut. Bentuk bagan
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Tabel I.1
: Aktor yang terlibat dalam pengelolaan parkir
: Hubungan yang terjalin antar aktor Bagan I.1
Pemetaan Interaksi Sosial Antar Aktor
Berdasarkan bagan pemetaan interaksi di atas, dapat dilihat bahwa juru parkir berada
sentral di tengah – tengah seluruh aktor yang terlibat dalam segala roda kegiatan dan
aktivitas di kawasan Seturan, serta saling berhubungan secara keseluruhan. Dengan adanya
bagan pemetaan ini, maka dapat diketahui pula secara lebih jelas bentuk serta pola interaksi
dan saling keterkaitan tiap aktor satu sama lain, dimana akan sangat membantu dalam
memetakan segala permasalahan yang berkaitan langsung dengan jasa pelayanan parkir yang
ada. Aapabila telah dilakukan, maka dapat terselesaikan segala permasalahan yang menjadi
Pengunjung dan Pengguna
Parkir
Juru Parkir yang Bertugas
Pemerintah Setempat dan Dinas Terkait
Pemilik dan Pengelola
Usaha
Fasilitas yang
Tersedia
kendala dan kerap kali dikeluhkan oleh masing – masing aktor, terutama bagi pengunjung
yang memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia di kawasan tersebut, termasuk jasa
pelayanan parkir yang telah disediakan.
Meskipun di bagan tersebut terlihat interaksi yang masing – masing saling
melibatkan juru parkir secara keseluruhan, fokus dari penelitian yang dilakukan tetaplah
akan membahas mengenai interaksi yang terjadi antara juru parkir dengan pemilik lahan
usaha saja secara lebih mendalam sebagaimana fokus yang telah dipilih sebelumnya.
Dengan melihat bentuk interaksi yang terjadi antara juru parkir dengan pemilik lahan usaha,
maka dapat dilihat pula bagaimana pengaruh yang ditimbulkan antara jasa pelayanan parkir
dengan kelengkapan berbagai macam fasilitas penunjang yang menempatkan kawasan
Seturan sebagai kawasan belanja dan hiburan dalam menarik pengunjung yang berdatangan.
G. Metode Penelitian Untuk mendekati permasalahan yang diteliti dan menemukan jawabannya diperlukan
suatu metode penelitian yang memadai. Metode penelitian juga turut akan menentukan tahapan –
tahapan dalam penelitian. Dalam penelitian ini saya menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif itu sendiri merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati. a) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah jenis penelitian deskriptif.
Jenis penelitian deskriptif merupakan menuturkan dan menggambarkan suatu fenomena
tertentu yang terjadi. Jenis penelitian ini memusatkan pada pemecahan masalah - masalah
aktual, dimana data yang dikumpulkan mula - mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisa. Sebuah deskripsi merupakan representasi obyektif terhadap fenomena yang
ditangkap. Pendekatan penelitian ini juga ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena -
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia (Lexy
Moleong, 1999). Dengan pendekatan ini saya dapat menelaah realitas dan interaksi serta
relasi antar aktor di kawasan Seturan sejauh mungkin sesuai data yang saya kumpulkan di
lapangan, sehingga relasi antar aktor yang bersifat dinamis di kawasan tersebut dapat
dijelaskan secara detail dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.
b) Satuan Kajian Penelitian Satuan kajian dalam penelitian ini meliputi beberapa objek dan aktor yang masing –
masing saling berkaitan di dalam menjalankan roda kegiatan serta aktivitas yang terjadi
sehari – hari di kawasan Seturan. Satuan kajian penelitian yang utama dalam penelitian kali
ini adalah juru parkir sebanyak 6 orang dengan pemilik dan pengelola usaha sebanyak 2
orang yang menjalankan aktivitasnya di kawasan Seturan. Selain itu pula pemerintah desa
serta tokoh masyarakat setempat yang diwakili oleh seorang kepala dusun setempat dan
pengunjung sebanyak 4 orang yang juga berada di kawasan tersebut turut dipilih sebagai
satuan kajian penelitian tambahan untuk melengkapi data yang diperoleh dari satuan kajian
yang utama telah ditentukan.
c) Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, saya memilih lokasi di kawasan Seturan yang
berada di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan
Seturan belakangan ini dapat dikatakan sebagai kawasan pusat dari segala macam jenis
kegiatan yang berada di Kabupaten Sleman. Di kawasan ini dapat dijumpai berbagai macam
fasilitas penunjang kehidupan masyarakat, baik itu dari aspek pendidikan, aspek kesehatan
dan kebugaran, aspek perdagangan serta aspek hiburan dan masih banyak lagi. Tidak jarang
kawasan ini disebut sebagai kawasan “One Stop Shopping” atau kawasan pusat belanja dan
hiburan, dimana kawasan ini menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara mudah, lengkap dan terjangkau oleh seluruh kalangan.
d) Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, saya menggunakan tiga metode pengumpulan data untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi, yakni metode observasi, metode wawancara dan metode
pengumpulan data sekunder Alasan menggunakan metode – metode ini adalah untuk
mengungkapkan berbagai fakta yang ada di lapangan yang tetentunya akan berpengaruh
terhadap validitas data yang diperoleh, Penjabaran ketiga metode pengumpulan data tersebut
adalah sebagai berikut :
Observasi
Menurut Kartono (1980) pengertian observasi diberi batasan sebagai berikut:
“studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala - gejala psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi
adalah: “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen
tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil
tertentu”.
Metode observasi ini saya gunakan karena saya ingin melihat sebuah fenomena
langsung sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di kawasan Seturan. Apabila hanya
dengan melihat di studi pustaka saja saya akan kesulitan dalam memperoleh data yang
akurat dan detail tentang kebiasaan - kebiasaan objek di lapangan. Selain itu dengan
metode ini, dapat dilihat beragamnya relasi dan hubungan antar tiap pihak yang ada serta
pihak yang mungkin secara samar terlibat dalam segala macam bentuk roda kegiatan serta
aktivitas yang saling berinteraksi di kawasan tersebut. Maka dari itu saya perlu
menggunakan metode ini guna memahami sebuah situasi dari realitas masyarakat yang
sebenarnya terjadi.
Melihat kemungkinan bahwa objek yang diteliti memiliki rasa tidak percaya serta
tidak memungkinkannya bentuk komunikasi lain, dimana penulis berada di luar dari
bagian suatu komunitas yang ada, teknik pengamatan ini dapat membantu penulis guna
memahami hal - hal yang tidak diungkapkan sebelumnya. Selain itu dengan berpikir
adanya kemungkinan tidak mau begitu terbukanya jaringan juru parkir dan pemilik lahan
usaha serta pengunjung dan juga tokoh beserta elemen masyarakat yang ada di kawasan
Seturan tersebut, saya memutuskan untuk menggunakan “observasi partisipan” seperti
yang telah dijelaskan di atas. yakni peneliti ikut terlibat sebagai objek dalam penelitian
yang dilakukan agar perasaan canggung untuk mengungkapkan data dapat berkurang
seiring semakin akrabnya peneliti dengan objek sehingga validitas data yang diperoleh
dapat meningkat.
Dalam penelitian ini saya bermaksud mengamati upaya dari para juru parkir dan
pemilik lahan usaha di kawasan Seturan dalam menyikapi adanya permasalahan
ketidakmerataan pembagian lahan kosong dengan juru parkir yang tersedia di sejumlah
titik tertentu. Selain itu bagaimana reaksi spontan dan upaya alternatif dari pengunjung,
melihat adanya sikap kurang bertanggungjawab dari juru parkir dalam memberikan
pelayanan parkir serta bagaimana peran juru parkir untuk dapat memperlancar kepadatan
arus lalu lintas di kawasan tersebut juga turut akan diamati. Oleh karenanya dapat dilihat
apakah terdapat kesamaan serta tambahan data dari metode wawancara yang juga
dilakukan.
Wawancara
Metode wawancara merupakan cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (Bagong
Suyanto, 2006). Melalui metode wawancara dapat diperoleh informasi – informasi secara
lebih detail dan mendalam dari informan/responden. Dalam metode wawancara istilah
informan lebih sering digunakan, sedangkan istilah responden lebih digunakan pada
proses penelitian kuantitatif. Dengan memperoleh informasi – informasi yang lebih detail
tersebut maka akan dapat mendukung proses dari suatu penelitian, dengan demikian
proses penelitian dapat berjalan dengan baik sesuai yang telah direncanakan.
Metode wawancara ini saya lakukan dengan tujuan mengetahui realitas kehidupan
serta relasi antar aktor yang terlibat dalam segala roda kegiatan serta aktivitas di kawasan
Seturan agar dapat terdokumentasi dengan baik. Wawancara merupakan suatu metode
yang saya anggap sangat tepat untuk menyesuaikan data yang diperoleh dari proses
observasi dengan apa yang sebenarnya ada di lapangan, dimana dengan melakukan
wawancara saya dapat memperoleh deskripsi dari sebuah fenomena, dimana
memungkinkan untuk dapat menangkap kilasan kehidupan sosial sebagaimana adanya.
Selain itu wawancara juga bersifat eksploratif, yaitu memberikan gambaran dari apa yang
belum tergali dari suatu topik dalam sebuah penelitian, sehingga dapat diketahui hal - hal
yang belum terungkap dari observasi yang telah dilakukan.
Guna menjaga arah pembicaraan, saya menggunakan “wawancara berstruktur”,
yaitu sebuah proses wawancara yang dilakukan menggunakan interview guide sesuai
dengan data yang ingin diperoleh, sehingga pertanyaan yang saya ajukan telah sesuai
dengan topik yang diangkat. Sedangkan dalam wawancara ini, teknik pemilihan informan
dalam penelitian ini didasarkan pada “teknik sampel purposif”, yakni penarikan sampel
informan dengan sengaja (non-random) agar sampel yang didapatkan sesuai dengan
sasaran informan yang ingin dicapai, sehingga sampel yang ada dapat mewakili sebuah
bagian dari masyarakat dengan tepat.
Dalam wawancara ini sasaran saya adalah juru parkir yang ada, pemilik dan
pengeloa usaha, pemerintah desa serta tokoh masyarakat setempat dan juga pengunjung
yang berada di kawasan Seturan yang di pilih secara acak seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya, sehingga validitas data akan semakin tinggi. Selain itu perbedaan persepsi
yang ada membuat sebuah dinamika yang kompleks, yang kemudian semakin menambah
tingkat ke dinamisan pemetaan data yang diperoleh.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder adalah proses untuk melakukan pembandingan data
antara observasi dan wawancara dengan data yang diperoleh dari sumber - sumber
terpercaya, seperti buku, artikel dan jurnal ilmiah. Pengumpulan data ini merupakan suatu
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori - teori yang mendasari
masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi
kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-
penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya dan penelitian -
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan,
peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran - pemikiran yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukannya.
e) Analisis Data Tahap yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah tahap analisis data. Model
analisis yang sekiranya cocok digunakan dalam penelitian ini adalah model interaktif. Model
interaktif ini terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Proses analisis interaktif ini merupakan proses siklus dan interaktif. Miles dan Huberman
(1992) menyatakan bahwa penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersususn
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Selanjutnya akan dilakukan verifikasi data, yaitu penarikan arti terhadap data yang telah
ditampilkan. Miles dan Huberman (1992) menyatakan bahwa dari permulaan pengumpulan
data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda - benda, mencatat keteraturan,
pola - pola penjelasan, konfigurasi - konfigurasi yang mungkin ada, alur sebab akibat dan
proposisi.
Ketiga tahapan tersebut saling berkaitan dan berlangsung terus menerus mulai
sebelum, ketika dan sesudah pengumpulan data. Dengan model interaktif ini, serta melihat
kondisi yang ada di lapangan, saya rasa model analisis data ini cukup tepat untuk diterapkan