Upload
lamtruc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Perkembangan Sepak Bola di Indonesia
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Olahraga dibutuhkan untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas fisik manusia. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga
yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat di seluruh dunia
termasuk di Indonesia. Olahraga ini banyak diminati karena sifatnya yang
sangat universal sehingga dapat dimainkan oleh berbagai macam kalangan
masyarakat mulai dari beragam usia, gender, latar belakang sosial budaya,
ekonomi, dan pendidikan.
Gambar 1.1 Sepak Bola adalah Olahraga yang Universal
Sumber: kiri http://rizkizulfitri-kiena.blogspot.com dan kanan
http://www.bbc.co.uk (diakses tanggal 13/03/2014 jam 01:30:00)
Kepopuleran sepak bola dibuktikan melalui hasil survey FIFA (Federation
Internationale de Football Association) dalam suvei Big Count tahun 2006 yang
melibatkan 207 negara anggota FIFA. Hasil survey ini menyatakan bahwa 265
juta pemain pria dan wanita ditambah 5 juta wasit dan ofisial pertandingan terlibat
aktif dalam permainan sepak bola. Jumlah ini merupakan 4% dari total jumlah
penduduk di dunia. (FIFA, 2013)
2
Melihat antusiasme yang tinggi dari masyarakat dunia, tidak
mengherankan apabila sepak bola semakin berkembang dari masa ke masa. Kini
sepak bola tidak hanya sebagai kebutuhan fisik saja akan tetapi telah merasuk ke
dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang sosial dan budaya, politik,
ekonomi, IPTEK, dan hiburan. Sebakbola juga merupakan lambang nasionalisme
dan kebanggan bagi suatu negara. Prestasi suatu klub atau tim nasional menjadi
tolak ukur keberhasilan sepak bola di negara tersebut.
Tetapi antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat Indonesia
terhadap olahraga sepak bola tidak sebanding dengan pencapaian prestasi
Indonesia dalam bidang sepak bola. Tim nasional senior Indonesia sebagai
salah satu barometer sepak bola di Indonesia belum mampu mencapai prestasi
yang optimal baik dalam turnamen skala regional maupun internasional.
Sebaliknya junior mereka lah yang justru mampu menoreh prestasi sebagai juara
turnamen Piala AFF 2013 dan lolos ke putaran final Piala Asia 2014 U-19 di
Myanmar. Ini adalah prestasi terbaik yang pernah diraih tim nasional Indonesia.
Salah satu barometer yang digunakan untuk mengetahui prestasi sepak
bola suatu negara adalah melalui peringkat dunia yang dibuat oleh FIFA sebagai
organisasi resmi yang mengatur sepak bola di dunia. Peringkat FIFA untuk 209
negara anggotanya dirilis sebulan sekali berdasarkan hasil pertandingan dalam
bulan yang bersangkutan dan rata-rata perolehan poin selama 4 tahun terakhir.
Diagram di bawah ini menunjukkan peringkat FIFA negara Indonesia selama
tahun 2013 jika dibandingkan dengan prestasi negara-negara tetangga dalam
regional ASEAN. Terlihat peringkat Indonesia menurun pada awal tahun
kemudian naik lagi pada akhir tahun. Namun, rata-rata peringkat Indonesia masih
di bawah Filipina, Myanmar, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Peringkat Indonesia hanya lebih dibandingkan Laos, Kamboja, Brunei
Darussalam, dan Timor Leste. Tentu sangat disayangkan mengingat Indonesia
sebagai negara berpenduduk terbanyak di ASEAN harusnya mampu menemukan
talenta-talenta sepak bola yang tersebar di seluruh penjuru negeri.
3
Gambar 1.2 Fluktuasi Ranking FIFA Negara ASEAN Tahun 2013 (FIFA, 2013)
Lebih rinci lagi, pencapaian prestasi sepak bola Indonesia dilihat dari
rekor-rekor pencapaian tim nasional senior Indonesia dalam turnamen resmi skala
regional maupun internasional (turnamen terbesar di dunia yaitu Piala Dunia,
turnamen regional Piala Asia AFC, dan kejuaraan sepak bola ASEAN), akan
disampaikan pada tabel-tabel berikut.
Piala Dunia adalah turnamen sepak bola tertinggi dan paling bergengsi di
dunia yang diadakan empat tahun sekali. PSSI sendiri menargetkan timnas
Indonesia dapat menembus putaran final Piala Dunia 20261. Namun, apabila
melihat kiprah timnas Indonesia di pentas Piala Dunia, agaknya butuh usaha yang
sangat keras. Tabel berikut ini menunjukkan hasil partisipasi timnas Indonesia di
Piala Dunia.
1 PSSI menargetkan Timnas Indonesia bisa menembus Piala Dunia 2022 atau paling lambat 2026.
"Paling lambat 2026 kita bisa masuk Piala Dunia," kata Ketua PSSI Djohar Arifin Husin dalam
seminar "Soccer Management" di Jakarta, Selasa 31 Januari 2012. Dikutip dari Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/01/31/lyo8m4-target-djohar-arifin-
cs-timnas-tembus-piala-dunia-2022 (diakses tanggal 06/03/2014 jam 01:55:00)
120
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
PER
ING
KA
T FI
FAPeringkat FIFA Negara ASEAN Tahun 2013
Filipina
Myanmar
Vietnam
Thailand
Singapura
Laos
Malaysia
Indonesia
Kamboja
Brunei Darussalam
Timor Leste
4
Tabel 1.1 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Piala Dunia FIFA
No. Tuan Rumah / Tahun Hasil
1. Uruguay / 1930 Tidak Ikut
2. Italia / 1934 Tidak Ikut
3. Perancis / 1938 Babak 1 (sebagai Hindia Belanda)
4. Brasil / 1950 Mengundurkan diri
5. Swiss / 1954 Tidak Ikut
6. Swedia / 1958 Mengundurkan diri selama kualifikasi
7. Chili / 1962 Mengundurkan diri
8. Inggris / 1966 Tidak Ikut
9. Meksiko / 1970 Tidak Ikut
10. Jerman Barat / 1974 Tidak lolos kualifikasi Asia
11. Argentina / 1978 Tidak lolos kualifikasi Asia
12. Spanyol / 1982 Tidak lolos kualifikasi Asia
13. Meksiko / 1986 Tidak lolos kualifikasi Asia
14. Italia / 1990 Tidak lolos kualifikasi Asia
15. Amerika Serikat / 1994 Tidak lolos kualifikasi Asia
16. Perancis / 1998 Tidak lolos kualifikasi Asia
17. Korsel & Jepang 2002 Tidak lolos kualifikasi Asia
18. Jerman / 2006 Tidak lolos kualifikasi Asia
19. Afrika Selatan / 2010 Tidak lolos kualifikasi Asia
20. Brasil / 2014 Tidak lolos kualifikasi. Asia
Total 1/19
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia
(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)
Dari tabel di atas terlihat Timnas Indonesia belum mampu berkiprah di
ajang Piala Dunia. Prestasi terbaik Timnas Indonesia di Piala Dunia diraih ketika
Indonesia pada jaman penjajahan Belanda di bawah nama Hindia Belanda
menjadi satu-satunya wakil dari Asia di Piala Dunia 1938, walaupun dikalahkan
Hungaria 6-0 pada babak pertama.
5
Sementara dalam tingkat regional Asia, turnamen tertinggi adalah Piala
Asia AFC yang juga diadakan empat tahun sekali. Hasil partisipasi timnas
Indonesia di Piala Asia AFC dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Piala Asia AFC
No. Tuan Rumah / Tahun Hasil
1. Hong Kong / 1956 Tidak ikut
2. Korea Selatan / 1960 Tidak ikut
3. Israel / 1964 Tidak ikut
4. Iran / 1968 Tidak lolos kualifikasi
5. Kuwait / 1972 Tidak lolos kualifikasi
6. Singapura / 1976 Tidak lolos kualifikasi
7. Qatar / 1980 Tidak lolos kualifikasi
8. Uni Emirat Arab / 1984 Tidak lolos kualifikasi
9. Lebanon / 1988 Tidak lolos kualifikasi
10. Jepang / 1992 Tidak lolos kualifikasi
11. Uni Emirat Arab / 1996 Babak 1
12. Lebanon / 2000 Babak 1
13. RRC / 2004 Babak 1
14. Indonesia, Malaysia,
Thailand, Vietnam/ 2007
Babak 1
15. Qatar / 2011 Tidak lolos kualifikasi
Total Terbaik: Babak 1
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia
(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)
Dari tabel di atas terlihat bahwa Timnas Indonesia juga belum mampu
berbicara banyak di ajang Piala Asia AFC. Prestasi terbaik Timnas Indonesia di
Piala Asia AFC adalah lolos babak pertama sebanyak 4 kali.
Kompetisi tingkat regional terkecil berada di skala Aasia Tenggara yaitu
Kejuaraan Sepak bola ASEAN yang diadakan setiap dua tahun sekali. Hasil
partisipasi timnas Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.
6
Tabel 1.3 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN
No. Tuan Rumah / Tahun Hasil
1. Singapura / 1996 Juara keempat
2. Vietnam / 1998 Juara ketiga
3. Thailand / 2000 Runner-Up
4. Indonesia, Singapura / 2002 Runner-Up
5. Malaysia, Vietnam / 2004 Runner-Up
6. Singapura, Thailand / 2007 Babak grup
7. Indonesia, Thailand / 2008 Semi Final
8. Indonesia, Vietnam / 2010 Runner-Up
9. Thailand, Malaysia / 2012 Babak Grup
Total Terbaik: Runner-Up
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia
(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)
Dari tabel di atas terlihat bahwa Timnas Indonesia merupakan lawan yang
cukup dperhitungkan oleh 10 negara lainnya. Namun demikian, timnas Indonesia
belum mampu menjuarai turnamen ini. Prestasi terbaik timnas Indonesia dalam
Kejuaraan Sepak Bola ASEAN berada di posisi Runner-Up sebanyak 4 kali.
Dari data-data yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat kondisi
prestasi sepak bola Indonesia yang sangat memprihatinkan. Penyebabnya
sangat beragam, seperti sistem pembinaan sepak bola yang kurang terarah,
sarana dan prasana latihan yang kurang memadai, serta konflik yang kerap
terjadi dalam internal pengurus semakin menghambat perkembangan sepak bola
di Indonesia.
7
1.1.3 Pembinaan Sepak Bola Usia Muda di Indonesia
“Football nowadays is faster, harder, and tactical demanding” ujar
Philipe Redon, anggota Komite Teknik FIFA dalam sebuah seminar di Singapura.
Pernyataan Redon sebenarnya hendak menggambarkan tren sepak bola masa kini
yang makin cepat, makin keras, dan tentunya makin memeras otak. Untuk itu
permainan modern menuntut pemain untuk memiliki skill mumpuni (eksekusi
teknik sepakbola seperti dribbling, control, passing, shooting sempurna. Dapat
dilakukan dalam kecepatan tinggi dan sudut ruang yang sempit), kesadaran
taktikal (kemampuan kognitif yang dapat bereaksi dan beradaptasi terhadap taktik
sepakbola kompleks), dan fisik prima (gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya
tahan, da tentunya koordinasi). (Putera, 2010)
Pembinaan sepak bola usia muda adalah investasi masa kini untuk
mencetak pemain profesional berkelas dunia di masa depan. Membentuk
pemain profesional bukanlah hal yang dapat dilakukan secara instan, namun butuh
pembinaan yang terencana, terstruktur, dan sistematis. Negara-negara lain yang
terkenal akan kehebatan sepak bola nya ternyata juga melakukan hal yang sama,
yaitu membentuk pemain profesional melalui akademi sepak bola yang dimiliki
oleh klub-klub profesional. Tentunya hal tersebut membutuhkan proses.
Pada tahun 2002, DFB (PSSI-nya Jerman) menerbitkan cetak biru
pembinaan pemain muda secara nasional yang melibatkan seluruh pemangku
kepentingan, mulai dari federasi (DFB), Liga Sepak Bola Jerman (DFL) dan juga
Asosiasi Liga Jerman. Akademi didirikan guna mengasah bakat muda. Kompetisi
regional dan amatir, serta liga profesional, ditata. DFB juga mengajak serta
universitas untuk bersama-sama mengembangkan penelitian yang bermanfaat bagi
perkembangan sepak bola. DFB mendirikan 121 pusat sepak bola nasional
(dengan pelatih terbaik) di seluruh Jerman untuk “menggarap” anak usia 10-17
tahun. Dana yang dikeluarkan sangat besar, hingga mencapai $15,6 juta (Rp151
miliar) per akademi. DFB juga mewajibkan 36 klub yang bermain di Bundesliga 1
dan 2 untuk memiliki akademi mandiri. Jika tidak, mereka tak boleh mengikuti
Bundesliga. Setiap akademi harus memiliki setidaknya 12 pemain di setiap
kelompok umur atau jenjang yang memenuhi syarat membela seluruh tingkatan
8
tim nasional Jerman. DFB juga mampu mengajukan revisi UU Imigrasi Jerman,
yang memungkinkan anak muda imigran memperoleh kemudahan dalam
mendapatkan paspor Jerman. Setelah semua ini mulai berjalan, tim nasional
Jerman di semua kelompok umur tak lagi kesulitan memperoleh pemain
berkualitas. Tim junior Jerman mulai merajai Eropa, mulai dari tim U-19 yang
menjadi juara Euro 2008, U-17 di Euro 2009, hingga U-21 yang berhasil
memenangi Euro 2009.2 (Hasbi, 2013)
Masih di benua Eropa, Spanyol yang kini menjadi raksasa sepak bola
dunia juga menuai hasil dari pembinaan sepak bola usia muda melalui akademi
sepak bola klub-klub profesional. Sebut saja Akademi La Masia Barcelona yang
menghasilkan banyak pemain kelas dunia seperti Lionel Messi, Xavi, Andres
Iniesta atau Gerard Pique, juga Akademi Madrid Castilla yang tidak kalah
hebatnya. Belanda juga memiliki salah satu akademi sepak bola terbaik di dunia,
akademi Ajax Amsterdam yang sudah menghasilkan banyak nama pemain sepak
bola terkenal. Dari masa ke masa susunan skuad timnas Oranye juga selalu ada
nama-nama pemain lulusan akademi Ajax Amsterdam.
Melihat apa yang sudah dilakukan negara lain untuk mencapai prestasi
terbaiknya dalam sepak bola, seharusnya Indonesia juga mampu melakukan hal
serupa atau bahkan lebih baik lagi. Sayangnya, meskipun sudah banyak pihak
yang menyadari urgensi pembinaan sepak bola usia muda, namun belum
sepenuhnya diaplikasikan oleh seluruh penggiat sepak bola di Indonesia. Inilah
salah satu penyebab minimnya prestasi sepak bola Indonesia. Padahal, jika
pembinaan sepak bola usia muda digarap dengan serius, bukan tidak mungkin
target Piala Dunia 2026 akan tercapai.3
3 PSSI menargetkan Timnas Indonesia bisa menembus Piala Dunia 2022 atau paling
lambat 2026. "Paling lambat 2026 kita bisa masuk Piala Dunia," kata Ketua PSSI Djohar Arifin
Husin dalam seminar "Soccer Management" di Jakarta, Selasa 31 Januari 2012.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/01/31/lyo8m4-target-
djohar-arifin-cs-timnas-tembus-piala-dunia-2022 (diakses tanggal 06/03/2014 jam 01:55:00)
9
Untuk mengetahui secara signifikan pendapat praktisi sepak bola tentang
sistem pembinaan usia muda di indonesia, penulis telah melakukan survey
menggunakan metode wawancara dan kuisioner kepada 50 responden sebagai
sample penelitian. Responden dalam survey ini adalah pihak-pihak yang terlibat
dalam sistem pembinaan usia muda di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, antara
lain PSSI Pengprov DIY, staff dan pemain tim nasional Indonesia U-19, serta staff
pelatih 15 SSB di Yogyakarta (SSB Matra, SSB Tunas Wijaya, SSB Baturetno,
SSB AMS Seyegan, SSB Real Madrid UNY, SSB AMTRI, SSB Gama, SSB
CMB Berbah, SSB OCM, SSB Browidjoyo, SSB Garuda Jaya, SSB KKK, SSB
Mas, SSB BPM Mlati, SSB Gelora Muda). Berikut ini adalah hasil surveynya.:
1. Apakah pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia sudah berjalan dengan
baik?
Bagan 1.1 Hasil Survey Pertanyaan 1
Sumber: Analisis Penulis
Menurut responden, pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia belum
berjalan dengan baik karena beberapa alasan berikut ini: fasilitas latihan yang
dimiliki belum memadai, standar kurikulum belum dimiliki semua SSB,
metode latihan belum seragam, pembinaan antar kelompok umur belum
berkesinambungan, belum adanya kompetisi reguler usia muda yang terarah
ke jenjang tingkat nasional, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah, dan
fokus yang salah terhadap pembinaan usia muda (seharusnya fokus bukan
pada kemenangan melainkan pada peningkatan kemampuan siswa).
10
3. Apakah SSB/Akademi/Diklat di Indonesia sudah mampu memberikan
sumbangsih terhadap regenerasi klub profesional dan/atau timnas?
Bagan 1.2 Hasil Survey Pertanyaan 2
Sumber: Analisis Penulis
4. Secara umum, apakah fasilitas yang dimiliki SSB/Akademi/Diklat di
Indonesia sudah memenuhi standar kelayakan dan keamanan bagi
penggunanya?
Bagan 1.3 Hasil Survey Pertanyaan 3
Sumber: Analisis Penulis
Kesimpulan dari hasil survey ini menunjukkan bahwa sistem pembinaan
sepak bola di Indonesia dirasa belum cukup berjalan dengan baik disebabkan
karena beberapa alasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Meskipun demikian
dirasa sudah cukup mampu memberikan sumbangsih dalam regenerasi pemain
untuk klub profesional dan/atau tim nasional. Sementara menurut responden,
fasilitas latihan yang dimiliki SSB, akademi, atau diklat yang sudah ada di
Indonesia dinilai belum memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi
penggunanya. Dengan demikian perlu adanya wadah pembinaan usia muda
di Indonesia yang lebih representatif.
11
1.1.5 Sekolah Sepak Bola di Indonesia
Wadah pembinaan sepak bola usia muda dapat berupa Akademi Sepak
Bola, Sekolah Sepak Bola, dan Pusdiklat. Wadah pembinaan tersebut, terutama
Sekolah Sepak Bola, sudah banyak tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Namun
kuantitas yang melimpah ini tidak sebanding dengan kualitasnya. Masih banyak
Sekolah Sepak Bola di Indonesia yang sistem pembinaannya tidak standar,
serta tidak memiliki fasilitas yang layak dan memadai.
Idealnya Akademi dan Sekolah Sepak Bola sebagai pusat pembinaan
sepak bola usia muda harus memenuhi kualifikasi dan dijalankan sesuai dengan
standar kurikulum yang berjenjang sesuai kelompok umur. Sekolah Sepak Bola
juga harus dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
aktivitas pembinaan sepak bola usia muda.
Ini adalah wujud investasi untuk meningkatkan prestasi sepak bola
Indonesia. Apabila konsep ini dapat dijalankan secara seragam di setiap Akademi
Sepak Bola, Sekolah Sepak Bola, dan Pusdiklat di Indonesia, atau minimal ada
satu di setiap provinsi, maka harapan Indonesia menorehkan prestasi dalam skala
regional dan internaisonal bukanlah hal yang mustahil.
Sebagai langkah awal, di indonesia perlu ada wadah pembinaan
sepak bola usia muda, misalnya Sekolah Sepak Bola, yang memenuhi standar
baik dari segi pembinaannya maupun fasilitanya. Pemilihan lokasi untuk
tempat Sekolah Sepak Bola ini haruslah tepat. Kriteria pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan sasaran pengguna, kondisi fisik dan non fisik lokasi,
infrasturktur yang tersedia, luas lahan yang mencukupi, dan kedekatan dengan
fasilitas umum lainnya.
Salah satu alternatif pilihan lokasi yaitu di DIY (Daerah Istimewa
Yogayakarta). DIY dinilai sangat cocok untuk dijadikan lokasi Sekolah
Sepak Bola. Suasana kota pelajar yang kondusif ini sesuai bagi siswa karena
mereka dapat berlatih sepak bola dan tetap menomorsatukan pendidikan
formalnya. Faktor sosial, budaya, serta kondisi iklim dan geografis di Yogyakarta
juga mendukung kegiatan di Sekolah Sepak Bola. Selain itu ada keterikatan
sejarah dengan PSSI karena PSSI lahir di Yogyakarta pada tahun 1930.
12
Di DIY sebenarnya sudah terdapat banyak Sekolah Sepak Bola sebagai
upaya pembinaan sepak bola usia muda. Berikut ini adalah daftar SSB di DIY
yang terdaftar dalam IKA SSB DIY (Ikatan Keluarga SSB DIY) pada tahun 2013.
Tabel 1.0.4 Daftar Sekolah Sepak Bola Anggota IKA Yogyakarta
No. Nama SSB Pengcab No. Nama SSB Pengcab
1. PESAT Sleman 35. PERSIBA Bantul
2. AMTRI Sleman 36. PATRA Bantul
3. BMU Sleman 37. PUTRA TAMA Bantul
4. BPM Mlati Sleman 38. PORAK JAYA Bantul
5. OCM Sleman 39. PENDOWO Bantul
6. GELORA MUDA Sleman 40. MBK Bantul
7. PUTRA MATARAM Sleman 41. PERSOPI Bantul
8. MATRA Sleman 42. PANSEL Bantul
9. TMC Sleman 43. GARUDA Bantul
10. KALASAN Sleman 44. ASHABA Bantul
11. CMB BERBAH Sleman 45. MUNTUK UNITED Bantul
12. GARUDA TIMUR Sleman 46. TUNAS MUDA Bantul
13. BPJ Sleman 47. TUNAS MELATI Bantul
14. KKK Sleman 48. TORNADO Bantul
15. AMS Sleman 49. BERLIAN Bantul
16. AL HIKMAH Sleman 50. PORS Bantul
17. DUTA BANGSA Sleman 51. PATRA Bantul
18. PANJI PUTRA Sleman 52. STAR Bantul
19. PERSELO Sleman 53. NGLIPAR Gunungkidul
20. BADAI Sleman 54. MAJU LANCAR Gunungkidul
21. GAMATRI Sleman 55. PLAYEN Gunungkidul
22. GAMA Yogyakarta 56. HANDAYANI Gunungkidul
23. HW Yogyakarta 57. RAJAWALI Gunungkidul
24. MAS Yogyakarta 58. SAPTO ARGO Gunungkidul
25. BARATA Yogyakarta 59. GIRIJATI Gunungkidul
26. BROWIJOYO Yogyakarta 60. TUGU MUDA Kulon Progo
27. SINAR MATARAM Yogyakarta 61. HALILINTAR Kulon Progo
13
28. SINAR OETARA Yogyakarta 62. BONCES Kulon Progo
29. AFA Yogyakarta 63. HW KP Kulon Progo
30. ALKID Yogyakarta 64. IM Kulon Progo
31. SELABORA Yogyakarta 65. GARUDA Kulon Progo
32. TUNAS WIJAYA Yogyakarta 66. TUNAS MUDA TEMON Kulon Progo
33. BATURETNO Bantul 67. BINANGUN PUTRA Kulon Progo
34. COBRA KIDZ Bantul
Keterangan: SSB yang ditandai warna merah tercatat tidak aktif
Sumber : Biro Usia Muda Pengprov PSSI DIY
Dari data tersebut, diketahui ada sekitar 67 Sekolah Sepak Bola yang
terdapat di DIY (15 Sekolah Sepak Bola tercatat tidak aktif). Jumlah siswa
masing-masing Sekolah Sepak Bola bervariasi, mulai dari 70-an siswa hingga
300-an siswa. Lapangan yang digunakan hanya meminjam atau menyewa
lapangan milik daerah dan universitas. Pada beberapa Sekolah Sepak Bola jumlah
siswa yang sangat banyak tersebut tidak sebanding dengan luas lapangannya.
Lapangan yang digunakan pun kebanyakan belum memenuhi standar baik ukuran
maupun kualitasnya. Sementara itu dilihat dari segi bangunannya, belum ada
Sekolah Sepak Bola yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap seperti
asrama, ruang kelas, ruang ganti, ruang kebugaran, dan ruang medis. Sarana dan
prasarana latihan yang kurang memadai ini menyebabkan kegiatan pembinaan
sepak bola usia muda menjadi kurang optimal.
Gambar 1.3 SSB di Yogyakarta (SSB Tunas wijaya dan SSB Gama)
Sumber : Dokumentasi Pribadi
14
1.1.6 Peran Siswa Sekolah Sepak Bola Sebagai Pelajar, Atlet, dan Makhluk
Sosial dan Kaitannya Terhadap Tuntutan Ruang
Perancangan Sekolah Sepak Bola yang bagus tentunya harus memahami
bahwa pada hakikatnya siswa di Sekolah Sepak Bola merupakan individu yang
berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Siswa di Sekolah Sepak Bola dituntut
menjalani perannya sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan makhluk sosial.
Bukanlah hal yang mudah terutama bagi anak-anak dan remaja untuk menjalani
tiga peran individu sekaligus. Disinilah peran Sekolah Sepak Bola dibutuhkan
untuk membina mereka menjadi pelajar yang cerdas, atlet sepak bola yang
tangguh, dan makhluk sosial yang berkarakter. Karena ketiga hal tersebut sangat
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Aktivitas siswa yang beraneka ragam memerlukan fasilitas yang beragam
pula. Sehingga akan ada beberapa tipologi bangunan untuk mewadahi aktivitas
tersebut. Kegiatan pelatihan sepak bola memerlukan tipologi bangunan olahraga.
Aktivitas belajar memerlukan tipologi bangunan pendidikan. Aktivitas sosial
siswa sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial memerlukan tipologi bangunan
residensial. Selain itu, sebagai penunjang perlu ada fasilitas pengelola.
Dengan pertimbangan demikian, maka proyek Sekolah Sepak Bola ini
dirancang sebagai suatu Sekolah Sepak Bola yang mengorganisasikan tipologi
bangunan olahraga, pendidikan, dan residensial, serta bangunan penunjang
ke dalam suatu tatanan kompleks bangunan yang menyatu.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa arsitektur sangat
erat kaitannya dengan bidang kehidupan lainnya seperti bidang sosial, budaya,
dan ekonomi. Oleh karena itu, bangunan harus dapat “berkomunikasi” dengan
aspek lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya dengan menampilkan citra
bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi.
Diharapkan konsep perancangan Sekolah Sepak Bola ini dapat menjadi
inspirasi dan untuk wadah pembinaan sepak bola usia muda lainnya, agar
mampu mengoptimalkan kualitas pemain, sehingga Indonesia dapat berprestasi
dalam turnamen sepak bola regional dan internasional.
15
1.2 Pokok Permasalahan
1.2.1 Permasalahan Umum
1. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta sebagai wadah
pembinaan sepak bola usia muda di indonesia, yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kualitas pemain, sehingga Indonesia dapat berprestasi dalam
turnamen sepak bola regional dan internasional.
2. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang mampu
mengakomodasi kebutuhan siswa sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan
makhluk sosial.
1.2.2 Permasalahan Khusus
1. Bagaimana mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga, pendidikan, dan
residensial, serta bangunan penunjang dalam suatu tatanan kompleks Sekolah
Sepak Bola di Yogyakarta yang tertata, menyatu, dan harmonis.
2. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta dengan
menampilkan citra bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan
berprestasi.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
1. Mengumpulkan, mengolah, dan menyusun data yang berhubungan dengan
perancangan Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta.
2. Menganalisis data untuk menemukan dan merumuskan konsep Sekolah Sepak
Bola di Yogyakarta.
3. Merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta dengan mengorganisasikan
tipologi bangunan olahraga, tipologi bangunan pendidikan, tipologi bangunan
residensial, dan bangunan pengelola dalam suatu tatanan kompleks Sekolah
Sepak Bola di Yogyakarta dengan menampilkan citra bangunan yang
memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi.
16
1.3.2 Sasaran
Sasaran perancangan ini untuk wadah pembinaan sepak bola usia muda
di indonesia melalui Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang representatif
sehingga dapat mengoptimalkan potensi pemain.
1.4 Lingkup Pembahasan
1.4.1 Non Arsitektural
Pembahasan non arsitektural ditekakankan pada alasan pentingnya
Indonesia memiliki sistem pembinaan sepak bola usia muda yang terncana,
terstruktur, dan sistematis untuk mengoptimalkan kualitas pemain sehingga
Indonesia dapat menorehkan prestasi dalam turnamen skala regional dan
internasional.
Oleh karena itu perlu juga diketahui hal-hal teknis yang terkait dengan
Sekolah Sepak Bola seperti pondasi dan falsafah pembinaan, sistem kurikulum
berdasarkan tingkatan umur, serta standar dan fasilitas penunjang Sekolah Sepak
Bola yang diarahkan untuk diaplikasikan dalam desain arsitektural.
1.4.2 Arsitektural
Pembahasan arsitektural ditekankan pada analisis dan konsep pendekatan
dan perancangan kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang diaplikasikan
dalam penataan ruang luar (tata massa, sirkulasi ruang luar, dan lansekap),
penataan ruang dalam (fungsi, zonasi, sirkulasi), fisik bangunan, dan sistem
bangunan.
17
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan hal yang
penting sebagai dasar untuk mendukung sebuah konsep. Pengumpulan data dalam
penulisan ini menggunakan beberapa metode antara lain:
1. Studi literatur melalui buku, makalah penelitian, jurnal desain, dan internet
untuk memperoleh informasi perkembangan isu mengenai Sekolah Sepak
Bola serta tipologi bangunan olahraga, pendidikan, dan residensial sebagai
data penunjang dalam menentukan standar-standar, serta konsep perencanaan
dan perancangan.
2. Wawancara dan Kuisioner dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pembinaan sepak bola usia muda untuk memperoleh informasi mengenai
sistem pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia.
3. Observasi terhadap kondisi eksisting site serta potensi dan masalah pada site
untuk strategi desain dalam pembangunan Sekolah Sepak Bola.
4. Studi kasus akademi dan Sekolah Sepak Bola yang sudah ada baik di dalam
maupun di luar negeri sebagai kajian pembanding.
1.5.2 Metode Analisis Data
Dari keseluruhan data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis lebih
lanjut untuk mengetahui analisis pendekatan Sekolah Sepak Bola berupa analisis
site, analisis kegiatan dan kebutuhan ruang, analisis tipologi bangunan, serta
pendekatan citra bangunan.
1.5.3 Metode Pengambilan Kesimpulan
Hasil Analisis data kemudian dirumuskan dalam sebuah konsep
perencanaan dan perancangan yang diaplikasikan pada tata ruang luar, tata ruang
dalam, tampilan fisik bangunan, dan sistem bangunan.
18
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya ini terdiri dari lima BAB dengan lingkup
pembahasan sebagai berikut:
1.6.1 BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan, sasaran,
lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, keaslian
penulisan, dan kerangka penulisan mengenai isu yang diangkat.
1.6.2 BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi tentang tinjauan umum mengenai proyek, tinjauan karakteristik
pemain berdasarkarkan tingkatan umur, tinjauan Sekolah Sepak Bola, tinjauan
PSSI, serta studi kasus akademi dan Sekolah Sepak Bola. Tinjauan pustaka ini
digunakan sebagai data untuk perumusan konsep.
1.6.3 BAB III Tinjauan Lokasi
Berisi tentang kriteria lokasi dan site, analisis pemilihan lokasi dan site,
serta analisis site. Tinjauan lokasi ini juga digunakan sebagai data pendukung
untuk perumusan konsep.
1.6.4 BAB IV Analisis Perencanaan dan Perancangan
Berisi tentang analisis kegiatan dan kebutuhan ruang, analisis tipologi
bangunan, serta analisis citra bangunan. Analisis perencanaan dan perancangan ini
digunakan sebagai dasar untuk perumusan konsep.
1.6.5 BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan
Berisi tentang perumusan konsep yang disampaikan melalui sketsa ide
berupa konsep sitem pembinaan, konsep arsitektural, konsep tata ruang luar,
konsep tata ruang dalam, konsep fisik bangunan, dan konsep sistem bangunan.
Bagian ini merupakan kesimpulan dari penyatuan antara fakta dalam
pendahuluan, teori terkait dalam tinjauan pustaka, analisis site dalam tinjauan
lokasi, analisis perencanaan dan perancangan, sebagai materi yang siap
ditransformasikan dalam bentuk desain arsitektural.
19
1.7 Keaslian Penulisan
Seluruh karya dalam Pra Tugas Akhir sebagai Landasan Konseptual
Perancangan Arsitektur ini merupakan karya asli yang ditulis oleh penulis dan
sepenuhnya hasil pekerjaan penulis. Dalam karya ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi
dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam tulisan ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka sesuai dengan cara dan etika akademik.
Dalam pembuatan karya Pra Tugas Akhir ini, penulis mempelajari,
menggunakan referensi, dan menyunting dalam beberapa karya Pra Tugas Akhir
yang memiliki topik serupa, antara lain:
Tabel 1.5 Referensi Tugas akhir
Judul Tugas Akhir Penulis (NIM)
Universitas
Tahun
Terbit
Konsep/ Pendekatan/
Penekanan
Soccer Academy di
Sawangan Depok
Optimalisasi Aktivitas
dan Interaksi Visual
pada Tata Ruang
Dwi Sulistiawan
04/177389/ET/03957
UGM
2006
Penekanan pada aspek
kreatif yang mampu
memberikan suasana
nyaman dan betah dalam
berlatih.
Sekolah Sepakbola di
Kabupaten Bandung
Sebagai Pengembangan
Kawasan Stadion Jalak
Harupat Sekolah
Sepakbola Persikab
Wildan Ambari
07/258494/ET/05679
UGM
2009
Merancang sekolah sepak
bola di Kabupaten
Bandung beserta
kelengkapan failitas dan
sarana pendukung yang
memadai, yang mampu
menampung dan
mewadahi berbagai
bentuk-bentuk kegiatan
dan pelatihan sepak
bola.Pengembangan
Kawasan Stadion Jalak
Harupat Sekolah
Sepakbola Persikab
20
Judul Tugas Akhir Penulis (NIM)
Universitas
Tahun
Terbit
Konsep/ Pendekatan/
Penekanan
Pusat Pelatihan
Sepakbola dengan Tema
Green Architecture Di
Sleman
Rahmad Hidayat
02/157258/TK/27278
UGM
2010 Merancang kompleks
pelatihan modern yang
dilengkapi fasilitas
entertainment dan
pendukung lainnya.
Pendekatan Green
Architecture.
PSPS Pekanbaru
Football Center
Pusat Pelatihan
Sepakbola PSPS
Pekanbaru dengan
Pendekatan Arsitektur
Kontekstual terhadap
Bangunan Melayu
Gun Faisal
06/192111/TK/31445
UGM
2011 Konsep yang secara
arsitektural dapat menarik
perhatian masyarakat
dengan pendekatan
kontekstual terhadap
budaya Melayu.
Akademi Nusantara
Pusat Pengembangan
Sepak Bola Usia Dini
Hanief Pitoyo
Wicaksana
09/281118/TK/34804
UGM
2013 Pendekatan psikologi
ruang dengan nama
“Football in Motion”
Sekolah Sepak Bola di
Yogyakarta
Efva Nonalisa
01.01.10861
UAJY
2013 Karakter permainan
sepak bola dan
karakteristik anak usia
dini yang dinamis.
Pendekatan pergerakan
formasi pemain dalam
simulasi permainan sepak
bola 4 vs 4.
Sumber: Analisis Penulis
21
1.8 Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG MASALAH
Sepak bola olahraga
terpopuler di dunia
termasuk di indonesia
antusiasme tinggi
><
pencapain prestasi
Penyebab kurang
optimalnya prestasi
Indonesia
Pembinaan sepak bola usia
muda = investasi untuk
mencetak pemain
profesional
1. pembinaan kurang
terarah
2. Fasilitas latihan
kurang memadai
3. Konflik internal
pengurus
Banyak SSB yg sistem
pembinaannya
kurangstandar, fasilitas
kurang memadai.
Perlu ada percontohan
wadah pembinaan
sepak bola usia muda
yang representatif
Hakikat siswa di Sekolah
Sepak Bola
1
pelajar
Aktivitas
belajar
atlet sepak bola
pelatihan sepak
bola
makhluk sosial
kebutuhan hidup dan
aktivitas sosial
Tipologi
bangunan
olahraga
Tipologi
bangunan
Pendidikan
Tipologi
bangunan
residensial
Bangunan
pengelola
+++ Citra
Bangunan
POKOK PERMASALAHAN
Mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga,
pendidikan, residensial, dan bangunan pengelola
dalam suatu tatanan kompleks Sekolah Sepak Bola
di Yogyakarta yang tertata, menyatu, dan harmonis.
1. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di
Merancang Sekolah Sepak Bola di
Yogyakarta yang menunjukkan
citra bangunan sebagai cerminan
kehidupan di dalamnya.
2
TAHAPAN PERUMUSAN KONSEP
TINJAUAN PUSTAKA
proyek,karakter pemain,
SSB, PSSI, studi kasus
TINAJAUN LOKASI
Kriteria pemilihan,
analisis
Kegiatan & kebutuhan,
tipologi, citra bangunan
3
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4
Organisasi spasial tipologi bangunanan olahraga, pendidikan,
residensial, dan pengelola yang tertata, menyatu, dan
harmonis dalam sebuah Kompleks Sekolah Sepak Bola
Citra bangunan yang
menunjukkan cerminan
kehidupan di dalamnya
Bagan 1.4 Kerangka Berpikir
Sumber: Analisis Penulis