21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Sepak Bola di Indonesia Olahraga merupakan aktivitas yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Olahraga dibutuhkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas fisik manusia. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Olahraga ini banyak diminati karena sifatnya yang sangat universal sehingga dapat dimainkan oleh berbagai macam kalangan masyarakat mulai dari beragam usia, gender, latar belakang sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan. Gambar 1.1 Sepak Bola adalah Olahraga yang Universal Sumber: kiri http://rizkizulfitri-kiena.blogspot.com dan kanan http://www.bbc.co.uk (diakses tanggal 13/03/2014 jam 01:30:00) Kepopuleran sepak bola dibuktikan melalui hasil survey FIFA (Federation Internationale de Football Association) dalam suvei Big Count tahun 2006 yang melibatkan 207 negara anggota FIFA. Hasil survey ini menyatakan bahwa 265 juta pemain pria dan wanita ditambah 5 juta wasit dan ofisial pertandingan terlibat aktif dalam permainan sepak bola. Jumlah ini merupakan 4% dari total jumlah penduduk di dunia. (FIFA, 2013)

BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78703/potongan/S1-2014... · terjadi dalam internal pengurus semakin menghambat perkembangan sepak

  • Upload
    lamtruc

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Perkembangan Sepak Bola di Indonesia

Olahraga merupakan aktivitas yang sangat erat kaitannya dengan

kehidupan manusia. Olahraga dibutuhkan untuk menjaga dan meningkatkan

kualitas fisik manusia. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga

yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat di seluruh dunia

termasuk di Indonesia. Olahraga ini banyak diminati karena sifatnya yang

sangat universal sehingga dapat dimainkan oleh berbagai macam kalangan

masyarakat mulai dari beragam usia, gender, latar belakang sosial budaya,

ekonomi, dan pendidikan.

Gambar 1.1 Sepak Bola adalah Olahraga yang Universal

Sumber: kiri http://rizkizulfitri-kiena.blogspot.com dan kanan

http://www.bbc.co.uk (diakses tanggal 13/03/2014 jam 01:30:00)

Kepopuleran sepak bola dibuktikan melalui hasil survey FIFA (Federation

Internationale de Football Association) dalam suvei Big Count tahun 2006 yang

melibatkan 207 negara anggota FIFA. Hasil survey ini menyatakan bahwa 265

juta pemain pria dan wanita ditambah 5 juta wasit dan ofisial pertandingan terlibat

aktif dalam permainan sepak bola. Jumlah ini merupakan 4% dari total jumlah

penduduk di dunia. (FIFA, 2013)

2

Melihat antusiasme yang tinggi dari masyarakat dunia, tidak

mengherankan apabila sepak bola semakin berkembang dari masa ke masa. Kini

sepak bola tidak hanya sebagai kebutuhan fisik saja akan tetapi telah merasuk ke

dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang sosial dan budaya, politik,

ekonomi, IPTEK, dan hiburan. Sebakbola juga merupakan lambang nasionalisme

dan kebanggan bagi suatu negara. Prestasi suatu klub atau tim nasional menjadi

tolak ukur keberhasilan sepak bola di negara tersebut.

Tetapi antusiasme yang sangat tinggi dari masyarakat Indonesia

terhadap olahraga sepak bola tidak sebanding dengan pencapaian prestasi

Indonesia dalam bidang sepak bola. Tim nasional senior Indonesia sebagai

salah satu barometer sepak bola di Indonesia belum mampu mencapai prestasi

yang optimal baik dalam turnamen skala regional maupun internasional.

Sebaliknya junior mereka lah yang justru mampu menoreh prestasi sebagai juara

turnamen Piala AFF 2013 dan lolos ke putaran final Piala Asia 2014 U-19 di

Myanmar. Ini adalah prestasi terbaik yang pernah diraih tim nasional Indonesia.

Salah satu barometer yang digunakan untuk mengetahui prestasi sepak

bola suatu negara adalah melalui peringkat dunia yang dibuat oleh FIFA sebagai

organisasi resmi yang mengatur sepak bola di dunia. Peringkat FIFA untuk 209

negara anggotanya dirilis sebulan sekali berdasarkan hasil pertandingan dalam

bulan yang bersangkutan dan rata-rata perolehan poin selama 4 tahun terakhir.

Diagram di bawah ini menunjukkan peringkat FIFA negara Indonesia selama

tahun 2013 jika dibandingkan dengan prestasi negara-negara tetangga dalam

regional ASEAN. Terlihat peringkat Indonesia menurun pada awal tahun

kemudian naik lagi pada akhir tahun. Namun, rata-rata peringkat Indonesia masih

di bawah Filipina, Myanmar, Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Peringkat Indonesia hanya lebih dibandingkan Laos, Kamboja, Brunei

Darussalam, dan Timor Leste. Tentu sangat disayangkan mengingat Indonesia

sebagai negara berpenduduk terbanyak di ASEAN harusnya mampu menemukan

talenta-talenta sepak bola yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

3

Gambar 1.2 Fluktuasi Ranking FIFA Negara ASEAN Tahun 2013 (FIFA, 2013)

Lebih rinci lagi, pencapaian prestasi sepak bola Indonesia dilihat dari

rekor-rekor pencapaian tim nasional senior Indonesia dalam turnamen resmi skala

regional maupun internasional (turnamen terbesar di dunia yaitu Piala Dunia,

turnamen regional Piala Asia AFC, dan kejuaraan sepak bola ASEAN), akan

disampaikan pada tabel-tabel berikut.

Piala Dunia adalah turnamen sepak bola tertinggi dan paling bergengsi di

dunia yang diadakan empat tahun sekali. PSSI sendiri menargetkan timnas

Indonesia dapat menembus putaran final Piala Dunia 20261. Namun, apabila

melihat kiprah timnas Indonesia di pentas Piala Dunia, agaknya butuh usaha yang

sangat keras. Tabel berikut ini menunjukkan hasil partisipasi timnas Indonesia di

Piala Dunia.

1 PSSI menargetkan Timnas Indonesia bisa menembus Piala Dunia 2022 atau paling lambat 2026.

"Paling lambat 2026 kita bisa masuk Piala Dunia," kata Ketua PSSI Djohar Arifin Husin dalam

seminar "Soccer Management" di Jakarta, Selasa 31 Januari 2012. Dikutip dari Sumber:

http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/01/31/lyo8m4-target-djohar-arifin-

cs-timnas-tembus-piala-dunia-2022 (diakses tanggal 06/03/2014 jam 01:55:00)

120

125

130

135

140

145

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

200

PER

ING

KA

T FI

FAPeringkat FIFA Negara ASEAN Tahun 2013

Filipina

Myanmar

Vietnam

Thailand

Singapura

Laos

Malaysia

Indonesia

Kamboja

Brunei Darussalam

Timor Leste

4

Tabel 1.1 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Piala Dunia FIFA

No. Tuan Rumah / Tahun Hasil

1. Uruguay / 1930 Tidak Ikut

2. Italia / 1934 Tidak Ikut

3. Perancis / 1938 Babak 1 (sebagai Hindia Belanda)

4. Brasil / 1950 Mengundurkan diri

5. Swiss / 1954 Tidak Ikut

6. Swedia / 1958 Mengundurkan diri selama kualifikasi

7. Chili / 1962 Mengundurkan diri

8. Inggris / 1966 Tidak Ikut

9. Meksiko / 1970 Tidak Ikut

10. Jerman Barat / 1974 Tidak lolos kualifikasi Asia

11. Argentina / 1978 Tidak lolos kualifikasi Asia

12. Spanyol / 1982 Tidak lolos kualifikasi Asia

13. Meksiko / 1986 Tidak lolos kualifikasi Asia

14. Italia / 1990 Tidak lolos kualifikasi Asia

15. Amerika Serikat / 1994 Tidak lolos kualifikasi Asia

16. Perancis / 1998 Tidak lolos kualifikasi Asia

17. Korsel & Jepang 2002 Tidak lolos kualifikasi Asia

18. Jerman / 2006 Tidak lolos kualifikasi Asia

19. Afrika Selatan / 2010 Tidak lolos kualifikasi Asia

20. Brasil / 2014 Tidak lolos kualifikasi. Asia

Total 1/19

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia

(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)

Dari tabel di atas terlihat Timnas Indonesia belum mampu berkiprah di

ajang Piala Dunia. Prestasi terbaik Timnas Indonesia di Piala Dunia diraih ketika

Indonesia pada jaman penjajahan Belanda di bawah nama Hindia Belanda

menjadi satu-satunya wakil dari Asia di Piala Dunia 1938, walaupun dikalahkan

Hungaria 6-0 pada babak pertama.

5

Sementara dalam tingkat regional Asia, turnamen tertinggi adalah Piala

Asia AFC yang juga diadakan empat tahun sekali. Hasil partisipasi timnas

Indonesia di Piala Asia AFC dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Piala Asia AFC

No. Tuan Rumah / Tahun Hasil

1. Hong Kong / 1956 Tidak ikut

2. Korea Selatan / 1960 Tidak ikut

3. Israel / 1964 Tidak ikut

4. Iran / 1968 Tidak lolos kualifikasi

5. Kuwait / 1972 Tidak lolos kualifikasi

6. Singapura / 1976 Tidak lolos kualifikasi

7. Qatar / 1980 Tidak lolos kualifikasi

8. Uni Emirat Arab / 1984 Tidak lolos kualifikasi

9. Lebanon / 1988 Tidak lolos kualifikasi

10. Jepang / 1992 Tidak lolos kualifikasi

11. Uni Emirat Arab / 1996 Babak 1

12. Lebanon / 2000 Babak 1

13. RRC / 2004 Babak 1

14. Indonesia, Malaysia,

Thailand, Vietnam/ 2007

Babak 1

15. Qatar / 2011 Tidak lolos kualifikasi

Total Terbaik: Babak 1

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia

(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)

Dari tabel di atas terlihat bahwa Timnas Indonesia juga belum mampu

berbicara banyak di ajang Piala Asia AFC. Prestasi terbaik Timnas Indonesia di

Piala Asia AFC adalah lolos babak pertama sebanyak 4 kali.

Kompetisi tingkat regional terkecil berada di skala Aasia Tenggara yaitu

Kejuaraan Sepak bola ASEAN yang diadakan setiap dua tahun sekali. Hasil

partisipasi timnas Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.

6

Tabel 1.3 Hasil Partisipasi Timnas Indonesia di Kejuaraan Sepak Bola ASEAN

No. Tuan Rumah / Tahun Hasil

1. Singapura / 1996 Juara keempat

2. Vietnam / 1998 Juara ketiga

3. Thailand / 2000 Runner-Up

4. Indonesia, Singapura / 2002 Runner-Up

5. Malaysia, Vietnam / 2004 Runner-Up

6. Singapura, Thailand / 2007 Babak grup

7. Indonesia, Thailand / 2008 Semi Final

8. Indonesia, Vietnam / 2010 Runner-Up

9. Thailand, Malaysia / 2012 Babak Grup

Total Terbaik: Runner-Up

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tim_nasional_sepak_bola_Indonesia

(diakses tanggal 26/12/2013 jam 19:57:00)

Dari tabel di atas terlihat bahwa Timnas Indonesia merupakan lawan yang

cukup dperhitungkan oleh 10 negara lainnya. Namun demikian, timnas Indonesia

belum mampu menjuarai turnamen ini. Prestasi terbaik timnas Indonesia dalam

Kejuaraan Sepak Bola ASEAN berada di posisi Runner-Up sebanyak 4 kali.

Dari data-data yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat kondisi

prestasi sepak bola Indonesia yang sangat memprihatinkan. Penyebabnya

sangat beragam, seperti sistem pembinaan sepak bola yang kurang terarah,

sarana dan prasana latihan yang kurang memadai, serta konflik yang kerap

terjadi dalam internal pengurus semakin menghambat perkembangan sepak bola

di Indonesia.

7

1.1.3 Pembinaan Sepak Bola Usia Muda di Indonesia

“Football nowadays is faster, harder, and tactical demanding” ujar

Philipe Redon, anggota Komite Teknik FIFA dalam sebuah seminar di Singapura.

Pernyataan Redon sebenarnya hendak menggambarkan tren sepak bola masa kini

yang makin cepat, makin keras, dan tentunya makin memeras otak. Untuk itu

permainan modern menuntut pemain untuk memiliki skill mumpuni (eksekusi

teknik sepakbola seperti dribbling, control, passing, shooting sempurna. Dapat

dilakukan dalam kecepatan tinggi dan sudut ruang yang sempit), kesadaran

taktikal (kemampuan kognitif yang dapat bereaksi dan beradaptasi terhadap taktik

sepakbola kompleks), dan fisik prima (gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya

tahan, da tentunya koordinasi). (Putera, 2010)

Pembinaan sepak bola usia muda adalah investasi masa kini untuk

mencetak pemain profesional berkelas dunia di masa depan. Membentuk

pemain profesional bukanlah hal yang dapat dilakukan secara instan, namun butuh

pembinaan yang terencana, terstruktur, dan sistematis. Negara-negara lain yang

terkenal akan kehebatan sepak bola nya ternyata juga melakukan hal yang sama,

yaitu membentuk pemain profesional melalui akademi sepak bola yang dimiliki

oleh klub-klub profesional. Tentunya hal tersebut membutuhkan proses.

Pada tahun 2002, DFB (PSSI-nya Jerman) menerbitkan cetak biru

pembinaan pemain muda secara nasional yang melibatkan seluruh pemangku

kepentingan, mulai dari federasi (DFB), Liga Sepak Bola Jerman (DFL) dan juga

Asosiasi Liga Jerman. Akademi didirikan guna mengasah bakat muda. Kompetisi

regional dan amatir, serta liga profesional, ditata. DFB juga mengajak serta

universitas untuk bersama-sama mengembangkan penelitian yang bermanfaat bagi

perkembangan sepak bola. DFB mendirikan 121 pusat sepak bola nasional

(dengan pelatih terbaik) di seluruh Jerman untuk “menggarap” anak usia 10-17

tahun. Dana yang dikeluarkan sangat besar, hingga mencapai $15,6 juta (Rp151

miliar) per akademi. DFB juga mewajibkan 36 klub yang bermain di Bundesliga 1

dan 2 untuk memiliki akademi mandiri. Jika tidak, mereka tak boleh mengikuti

Bundesliga. Setiap akademi harus memiliki setidaknya 12 pemain di setiap

kelompok umur atau jenjang yang memenuhi syarat membela seluruh tingkatan

8

tim nasional Jerman. DFB juga mampu mengajukan revisi UU Imigrasi Jerman,

yang memungkinkan anak muda imigran memperoleh kemudahan dalam

mendapatkan paspor Jerman. Setelah semua ini mulai berjalan, tim nasional

Jerman di semua kelompok umur tak lagi kesulitan memperoleh pemain

berkualitas. Tim junior Jerman mulai merajai Eropa, mulai dari tim U-19 yang

menjadi juara Euro 2008, U-17 di Euro 2009, hingga U-21 yang berhasil

memenangi Euro 2009.2 (Hasbi, 2013)

Masih di benua Eropa, Spanyol yang kini menjadi raksasa sepak bola

dunia juga menuai hasil dari pembinaan sepak bola usia muda melalui akademi

sepak bola klub-klub profesional. Sebut saja Akademi La Masia Barcelona yang

menghasilkan banyak pemain kelas dunia seperti Lionel Messi, Xavi, Andres

Iniesta atau Gerard Pique, juga Akademi Madrid Castilla yang tidak kalah

hebatnya. Belanda juga memiliki salah satu akademi sepak bola terbaik di dunia,

akademi Ajax Amsterdam yang sudah menghasilkan banyak nama pemain sepak

bola terkenal. Dari masa ke masa susunan skuad timnas Oranye juga selalu ada

nama-nama pemain lulusan akademi Ajax Amsterdam.

Melihat apa yang sudah dilakukan negara lain untuk mencapai prestasi

terbaiknya dalam sepak bola, seharusnya Indonesia juga mampu melakukan hal

serupa atau bahkan lebih baik lagi. Sayangnya, meskipun sudah banyak pihak

yang menyadari urgensi pembinaan sepak bola usia muda, namun belum

sepenuhnya diaplikasikan oleh seluruh penggiat sepak bola di Indonesia. Inilah

salah satu penyebab minimnya prestasi sepak bola Indonesia. Padahal, jika

pembinaan sepak bola usia muda digarap dengan serius, bukan tidak mungkin

target Piala Dunia 2026 akan tercapai.3

3 PSSI menargetkan Timnas Indonesia bisa menembus Piala Dunia 2022 atau paling

lambat 2026. "Paling lambat 2026 kita bisa masuk Piala Dunia," kata Ketua PSSI Djohar Arifin

Husin dalam seminar "Soccer Management" di Jakarta, Selasa 31 Januari 2012.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-indonesia/12/01/31/lyo8m4-target-

djohar-arifin-cs-timnas-tembus-piala-dunia-2022 (diakses tanggal 06/03/2014 jam 01:55:00)

9

Untuk mengetahui secara signifikan pendapat praktisi sepak bola tentang

sistem pembinaan usia muda di indonesia, penulis telah melakukan survey

menggunakan metode wawancara dan kuisioner kepada 50 responden sebagai

sample penelitian. Responden dalam survey ini adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam sistem pembinaan usia muda di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, antara

lain PSSI Pengprov DIY, staff dan pemain tim nasional Indonesia U-19, serta staff

pelatih 15 SSB di Yogyakarta (SSB Matra, SSB Tunas Wijaya, SSB Baturetno,

SSB AMS Seyegan, SSB Real Madrid UNY, SSB AMTRI, SSB Gama, SSB

CMB Berbah, SSB OCM, SSB Browidjoyo, SSB Garuda Jaya, SSB KKK, SSB

Mas, SSB BPM Mlati, SSB Gelora Muda). Berikut ini adalah hasil surveynya.:

1. Apakah pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia sudah berjalan dengan

baik?

Bagan 1.1 Hasil Survey Pertanyaan 1

Sumber: Analisis Penulis

Menurut responden, pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia belum

berjalan dengan baik karena beberapa alasan berikut ini: fasilitas latihan yang

dimiliki belum memadai, standar kurikulum belum dimiliki semua SSB,

metode latihan belum seragam, pembinaan antar kelompok umur belum

berkesinambungan, belum adanya kompetisi reguler usia muda yang terarah

ke jenjang tingkat nasional, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah, dan

fokus yang salah terhadap pembinaan usia muda (seharusnya fokus bukan

pada kemenangan melainkan pada peningkatan kemampuan siswa).

10

3. Apakah SSB/Akademi/Diklat di Indonesia sudah mampu memberikan

sumbangsih terhadap regenerasi klub profesional dan/atau timnas?

Bagan 1.2 Hasil Survey Pertanyaan 2

Sumber: Analisis Penulis

4. Secara umum, apakah fasilitas yang dimiliki SSB/Akademi/Diklat di

Indonesia sudah memenuhi standar kelayakan dan keamanan bagi

penggunanya?

Bagan 1.3 Hasil Survey Pertanyaan 3

Sumber: Analisis Penulis

Kesimpulan dari hasil survey ini menunjukkan bahwa sistem pembinaan

sepak bola di Indonesia dirasa belum cukup berjalan dengan baik disebabkan

karena beberapa alasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Meskipun demikian

dirasa sudah cukup mampu memberikan sumbangsih dalam regenerasi pemain

untuk klub profesional dan/atau tim nasional. Sementara menurut responden,

fasilitas latihan yang dimiliki SSB, akademi, atau diklat yang sudah ada di

Indonesia dinilai belum memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi

penggunanya. Dengan demikian perlu adanya wadah pembinaan usia muda

di Indonesia yang lebih representatif.

11

1.1.5 Sekolah Sepak Bola di Indonesia

Wadah pembinaan sepak bola usia muda dapat berupa Akademi Sepak

Bola, Sekolah Sepak Bola, dan Pusdiklat. Wadah pembinaan tersebut, terutama

Sekolah Sepak Bola, sudah banyak tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Namun

kuantitas yang melimpah ini tidak sebanding dengan kualitasnya. Masih banyak

Sekolah Sepak Bola di Indonesia yang sistem pembinaannya tidak standar,

serta tidak memiliki fasilitas yang layak dan memadai.

Idealnya Akademi dan Sekolah Sepak Bola sebagai pusat pembinaan

sepak bola usia muda harus memenuhi kualifikasi dan dijalankan sesuai dengan

standar kurikulum yang berjenjang sesuai kelompok umur. Sekolah Sepak Bola

juga harus dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang

aktivitas pembinaan sepak bola usia muda.

Ini adalah wujud investasi untuk meningkatkan prestasi sepak bola

Indonesia. Apabila konsep ini dapat dijalankan secara seragam di setiap Akademi

Sepak Bola, Sekolah Sepak Bola, dan Pusdiklat di Indonesia, atau minimal ada

satu di setiap provinsi, maka harapan Indonesia menorehkan prestasi dalam skala

regional dan internaisonal bukanlah hal yang mustahil.

Sebagai langkah awal, di indonesia perlu ada wadah pembinaan

sepak bola usia muda, misalnya Sekolah Sepak Bola, yang memenuhi standar

baik dari segi pembinaannya maupun fasilitanya. Pemilihan lokasi untuk

tempat Sekolah Sepak Bola ini haruslah tepat. Kriteria pemilihan lokasi harus

mempertimbangkan sasaran pengguna, kondisi fisik dan non fisik lokasi,

infrasturktur yang tersedia, luas lahan yang mencukupi, dan kedekatan dengan

fasilitas umum lainnya.

Salah satu alternatif pilihan lokasi yaitu di DIY (Daerah Istimewa

Yogayakarta). DIY dinilai sangat cocok untuk dijadikan lokasi Sekolah

Sepak Bola. Suasana kota pelajar yang kondusif ini sesuai bagi siswa karena

mereka dapat berlatih sepak bola dan tetap menomorsatukan pendidikan

formalnya. Faktor sosial, budaya, serta kondisi iklim dan geografis di Yogyakarta

juga mendukung kegiatan di Sekolah Sepak Bola. Selain itu ada keterikatan

sejarah dengan PSSI karena PSSI lahir di Yogyakarta pada tahun 1930.

12

Di DIY sebenarnya sudah terdapat banyak Sekolah Sepak Bola sebagai

upaya pembinaan sepak bola usia muda. Berikut ini adalah daftar SSB di DIY

yang terdaftar dalam IKA SSB DIY (Ikatan Keluarga SSB DIY) pada tahun 2013.

Tabel 1.0.4 Daftar Sekolah Sepak Bola Anggota IKA Yogyakarta

No. Nama SSB Pengcab No. Nama SSB Pengcab

1. PESAT Sleman 35. PERSIBA Bantul

2. AMTRI Sleman 36. PATRA Bantul

3. BMU Sleman 37. PUTRA TAMA Bantul

4. BPM Mlati Sleman 38. PORAK JAYA Bantul

5. OCM Sleman 39. PENDOWO Bantul

6. GELORA MUDA Sleman 40. MBK Bantul

7. PUTRA MATARAM Sleman 41. PERSOPI Bantul

8. MATRA Sleman 42. PANSEL Bantul

9. TMC Sleman 43. GARUDA Bantul

10. KALASAN Sleman 44. ASHABA Bantul

11. CMB BERBAH Sleman 45. MUNTUK UNITED Bantul

12. GARUDA TIMUR Sleman 46. TUNAS MUDA Bantul

13. BPJ Sleman 47. TUNAS MELATI Bantul

14. KKK Sleman 48. TORNADO Bantul

15. AMS Sleman 49. BERLIAN Bantul

16. AL HIKMAH Sleman 50. PORS Bantul

17. DUTA BANGSA Sleman 51. PATRA Bantul

18. PANJI PUTRA Sleman 52. STAR Bantul

19. PERSELO Sleman 53. NGLIPAR Gunungkidul

20. BADAI Sleman 54. MAJU LANCAR Gunungkidul

21. GAMATRI Sleman 55. PLAYEN Gunungkidul

22. GAMA Yogyakarta 56. HANDAYANI Gunungkidul

23. HW Yogyakarta 57. RAJAWALI Gunungkidul

24. MAS Yogyakarta 58. SAPTO ARGO Gunungkidul

25. BARATA Yogyakarta 59. GIRIJATI Gunungkidul

26. BROWIJOYO Yogyakarta 60. TUGU MUDA Kulon Progo

27. SINAR MATARAM Yogyakarta 61. HALILINTAR Kulon Progo

13

28. SINAR OETARA Yogyakarta 62. BONCES Kulon Progo

29. AFA Yogyakarta 63. HW KP Kulon Progo

30. ALKID Yogyakarta 64. IM Kulon Progo

31. SELABORA Yogyakarta 65. GARUDA Kulon Progo

32. TUNAS WIJAYA Yogyakarta 66. TUNAS MUDA TEMON Kulon Progo

33. BATURETNO Bantul 67. BINANGUN PUTRA Kulon Progo

34. COBRA KIDZ Bantul

Keterangan: SSB yang ditandai warna merah tercatat tidak aktif

Sumber : Biro Usia Muda Pengprov PSSI DIY

Dari data tersebut, diketahui ada sekitar 67 Sekolah Sepak Bola yang

terdapat di DIY (15 Sekolah Sepak Bola tercatat tidak aktif). Jumlah siswa

masing-masing Sekolah Sepak Bola bervariasi, mulai dari 70-an siswa hingga

300-an siswa. Lapangan yang digunakan hanya meminjam atau menyewa

lapangan milik daerah dan universitas. Pada beberapa Sekolah Sepak Bola jumlah

siswa yang sangat banyak tersebut tidak sebanding dengan luas lapangannya.

Lapangan yang digunakan pun kebanyakan belum memenuhi standar baik ukuran

maupun kualitasnya. Sementara itu dilihat dari segi bangunannya, belum ada

Sekolah Sepak Bola yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap seperti

asrama, ruang kelas, ruang ganti, ruang kebugaran, dan ruang medis. Sarana dan

prasarana latihan yang kurang memadai ini menyebabkan kegiatan pembinaan

sepak bola usia muda menjadi kurang optimal.

Gambar 1.3 SSB di Yogyakarta (SSB Tunas wijaya dan SSB Gama)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

14

1.1.6 Peran Siswa Sekolah Sepak Bola Sebagai Pelajar, Atlet, dan Makhluk

Sosial dan Kaitannya Terhadap Tuntutan Ruang

Perancangan Sekolah Sepak Bola yang bagus tentunya harus memahami

bahwa pada hakikatnya siswa di Sekolah Sepak Bola merupakan individu yang

berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Siswa di Sekolah Sepak Bola dituntut

menjalani perannya sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan makhluk sosial.

Bukanlah hal yang mudah terutama bagi anak-anak dan remaja untuk menjalani

tiga peran individu sekaligus. Disinilah peran Sekolah Sepak Bola dibutuhkan

untuk membina mereka menjadi pelajar yang cerdas, atlet sepak bola yang

tangguh, dan makhluk sosial yang berkarakter. Karena ketiga hal tersebut sangat

berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Aktivitas siswa yang beraneka ragam memerlukan fasilitas yang beragam

pula. Sehingga akan ada beberapa tipologi bangunan untuk mewadahi aktivitas

tersebut. Kegiatan pelatihan sepak bola memerlukan tipologi bangunan olahraga.

Aktivitas belajar memerlukan tipologi bangunan pendidikan. Aktivitas sosial

siswa sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial memerlukan tipologi bangunan

residensial. Selain itu, sebagai penunjang perlu ada fasilitas pengelola.

Dengan pertimbangan demikian, maka proyek Sekolah Sepak Bola ini

dirancang sebagai suatu Sekolah Sepak Bola yang mengorganisasikan tipologi

bangunan olahraga, pendidikan, dan residensial, serta bangunan penunjang

ke dalam suatu tatanan kompleks bangunan yang menyatu.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kenyataan bahwa arsitektur sangat

erat kaitannya dengan bidang kehidupan lainnya seperti bidang sosial, budaya,

dan ekonomi. Oleh karena itu, bangunan harus dapat “berkomunikasi” dengan

aspek lingkungan sekitarnya. Salah satu caranya dengan menampilkan citra

bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi.

Diharapkan konsep perancangan Sekolah Sepak Bola ini dapat menjadi

inspirasi dan untuk wadah pembinaan sepak bola usia muda lainnya, agar

mampu mengoptimalkan kualitas pemain, sehingga Indonesia dapat berprestasi

dalam turnamen sepak bola regional dan internasional.

15

1.2 Pokok Permasalahan

1.2.1 Permasalahan Umum

1. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta sebagai wadah

pembinaan sepak bola usia muda di indonesia, yang bertujuan untuk

mengoptimalkan kualitas pemain, sehingga Indonesia dapat berprestasi dalam

turnamen sepak bola regional dan internasional.

2. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang mampu

mengakomodasi kebutuhan siswa sebagai pelajar, atlet sepak bola, dan

makhluk sosial.

1.2.2 Permasalahan Khusus

1. Bagaimana mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga, pendidikan, dan

residensial, serta bangunan penunjang dalam suatu tatanan kompleks Sekolah

Sepak Bola di Yogyakarta yang tertata, menyatu, dan harmonis.

2. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta dengan

menampilkan citra bangunan yang memunculkan rasa semangat belajar dan

berprestasi.

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

1. Mengumpulkan, mengolah, dan menyusun data yang berhubungan dengan

perancangan Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta.

2. Menganalisis data untuk menemukan dan merumuskan konsep Sekolah Sepak

Bola di Yogyakarta.

3. Merancang Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta dengan mengorganisasikan

tipologi bangunan olahraga, tipologi bangunan pendidikan, tipologi bangunan

residensial, dan bangunan pengelola dalam suatu tatanan kompleks Sekolah

Sepak Bola di Yogyakarta dengan menampilkan citra bangunan yang

memunculkan rasa semangat belajar dan berprestasi.

16

1.3.2 Sasaran

Sasaran perancangan ini untuk wadah pembinaan sepak bola usia muda

di indonesia melalui Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang representatif

sehingga dapat mengoptimalkan potensi pemain.

1.4 Lingkup Pembahasan

1.4.1 Non Arsitektural

Pembahasan non arsitektural ditekakankan pada alasan pentingnya

Indonesia memiliki sistem pembinaan sepak bola usia muda yang terncana,

terstruktur, dan sistematis untuk mengoptimalkan kualitas pemain sehingga

Indonesia dapat menorehkan prestasi dalam turnamen skala regional dan

internasional.

Oleh karena itu perlu juga diketahui hal-hal teknis yang terkait dengan

Sekolah Sepak Bola seperti pondasi dan falsafah pembinaan, sistem kurikulum

berdasarkan tingkatan umur, serta standar dan fasilitas penunjang Sekolah Sepak

Bola yang diarahkan untuk diaplikasikan dalam desain arsitektural.

1.4.2 Arsitektural

Pembahasan arsitektural ditekankan pada analisis dan konsep pendekatan

dan perancangan kompleks Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta yang diaplikasikan

dalam penataan ruang luar (tata massa, sirkulasi ruang luar, dan lansekap),

penataan ruang dalam (fungsi, zonasi, sirkulasi), fisik bangunan, dan sistem

bangunan.

17

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan hal yang

penting sebagai dasar untuk mendukung sebuah konsep. Pengumpulan data dalam

penulisan ini menggunakan beberapa metode antara lain:

1. Studi literatur melalui buku, makalah penelitian, jurnal desain, dan internet

untuk memperoleh informasi perkembangan isu mengenai Sekolah Sepak

Bola serta tipologi bangunan olahraga, pendidikan, dan residensial sebagai

data penunjang dalam menentukan standar-standar, serta konsep perencanaan

dan perancangan.

2. Wawancara dan Kuisioner dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

pembinaan sepak bola usia muda untuk memperoleh informasi mengenai

sistem pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia.

3. Observasi terhadap kondisi eksisting site serta potensi dan masalah pada site

untuk strategi desain dalam pembangunan Sekolah Sepak Bola.

4. Studi kasus akademi dan Sekolah Sepak Bola yang sudah ada baik di dalam

maupun di luar negeri sebagai kajian pembanding.

1.5.2 Metode Analisis Data

Dari keseluruhan data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis lebih

lanjut untuk mengetahui analisis pendekatan Sekolah Sepak Bola berupa analisis

site, analisis kegiatan dan kebutuhan ruang, analisis tipologi bangunan, serta

pendekatan citra bangunan.

1.5.3 Metode Pengambilan Kesimpulan

Hasil Analisis data kemudian dirumuskan dalam sebuah konsep

perencanaan dan perancangan yang diaplikasikan pada tata ruang luar, tata ruang

dalam, tampilan fisik bangunan, dan sistem bangunan.

18

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya ini terdiri dari lima BAB dengan lingkup

pembahasan sebagai berikut:

1.6.1 BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan, sasaran,

lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, keaslian

penulisan, dan kerangka penulisan mengenai isu yang diangkat.

1.6.2 BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi tentang tinjauan umum mengenai proyek, tinjauan karakteristik

pemain berdasarkarkan tingkatan umur, tinjauan Sekolah Sepak Bola, tinjauan

PSSI, serta studi kasus akademi dan Sekolah Sepak Bola. Tinjauan pustaka ini

digunakan sebagai data untuk perumusan konsep.

1.6.3 BAB III Tinjauan Lokasi

Berisi tentang kriteria lokasi dan site, analisis pemilihan lokasi dan site,

serta analisis site. Tinjauan lokasi ini juga digunakan sebagai data pendukung

untuk perumusan konsep.

1.6.4 BAB IV Analisis Perencanaan dan Perancangan

Berisi tentang analisis kegiatan dan kebutuhan ruang, analisis tipologi

bangunan, serta analisis citra bangunan. Analisis perencanaan dan perancangan ini

digunakan sebagai dasar untuk perumusan konsep.

1.6.5 BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan

Berisi tentang perumusan konsep yang disampaikan melalui sketsa ide

berupa konsep sitem pembinaan, konsep arsitektural, konsep tata ruang luar,

konsep tata ruang dalam, konsep fisik bangunan, dan konsep sistem bangunan.

Bagian ini merupakan kesimpulan dari penyatuan antara fakta dalam

pendahuluan, teori terkait dalam tinjauan pustaka, analisis site dalam tinjauan

lokasi, analisis perencanaan dan perancangan, sebagai materi yang siap

ditransformasikan dalam bentuk desain arsitektural.

19

1.7 Keaslian Penulisan

Seluruh karya dalam Pra Tugas Akhir sebagai Landasan Konseptual

Perancangan Arsitektur ini merupakan karya asli yang ditulis oleh penulis dan

sepenuhnya hasil pekerjaan penulis. Dalam karya ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi

dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam tulisan ini dan disebutkan

dalam daftar pustaka sesuai dengan cara dan etika akademik.

Dalam pembuatan karya Pra Tugas Akhir ini, penulis mempelajari,

menggunakan referensi, dan menyunting dalam beberapa karya Pra Tugas Akhir

yang memiliki topik serupa, antara lain:

Tabel 1.5 Referensi Tugas akhir

Judul Tugas Akhir Penulis (NIM)

Universitas

Tahun

Terbit

Konsep/ Pendekatan/

Penekanan

Soccer Academy di

Sawangan Depok

Optimalisasi Aktivitas

dan Interaksi Visual

pada Tata Ruang

Dwi Sulistiawan

04/177389/ET/03957

UGM

2006

Penekanan pada aspek

kreatif yang mampu

memberikan suasana

nyaman dan betah dalam

berlatih.

Sekolah Sepakbola di

Kabupaten Bandung

Sebagai Pengembangan

Kawasan Stadion Jalak

Harupat Sekolah

Sepakbola Persikab

Wildan Ambari

07/258494/ET/05679

UGM

2009

Merancang sekolah sepak

bola di Kabupaten

Bandung beserta

kelengkapan failitas dan

sarana pendukung yang

memadai, yang mampu

menampung dan

mewadahi berbagai

bentuk-bentuk kegiatan

dan pelatihan sepak

bola.Pengembangan

Kawasan Stadion Jalak

Harupat Sekolah

Sepakbola Persikab

20

Judul Tugas Akhir Penulis (NIM)

Universitas

Tahun

Terbit

Konsep/ Pendekatan/

Penekanan

Pusat Pelatihan

Sepakbola dengan Tema

Green Architecture Di

Sleman

Rahmad Hidayat

02/157258/TK/27278

UGM

2010 Merancang kompleks

pelatihan modern yang

dilengkapi fasilitas

entertainment dan

pendukung lainnya.

Pendekatan Green

Architecture.

PSPS Pekanbaru

Football Center

Pusat Pelatihan

Sepakbola PSPS

Pekanbaru dengan

Pendekatan Arsitektur

Kontekstual terhadap

Bangunan Melayu

Gun Faisal

06/192111/TK/31445

UGM

2011 Konsep yang secara

arsitektural dapat menarik

perhatian masyarakat

dengan pendekatan

kontekstual terhadap

budaya Melayu.

Akademi Nusantara

Pusat Pengembangan

Sepak Bola Usia Dini

Hanief Pitoyo

Wicaksana

09/281118/TK/34804

UGM

2013 Pendekatan psikologi

ruang dengan nama

“Football in Motion”

Sekolah Sepak Bola di

Yogyakarta

Efva Nonalisa

01.01.10861

UAJY

2013 Karakter permainan

sepak bola dan

karakteristik anak usia

dini yang dinamis.

Pendekatan pergerakan

formasi pemain dalam

simulasi permainan sepak

bola 4 vs 4.

Sumber: Analisis Penulis

21

1.8 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG MASALAH

Sepak bola olahraga

terpopuler di dunia

termasuk di indonesia

antusiasme tinggi

><

pencapain prestasi

Penyebab kurang

optimalnya prestasi

Indonesia

Pembinaan sepak bola usia

muda = investasi untuk

mencetak pemain

profesional

1. pembinaan kurang

terarah

2. Fasilitas latihan

kurang memadai

3. Konflik internal

pengurus

Banyak SSB yg sistem

pembinaannya

kurangstandar, fasilitas

kurang memadai.

Perlu ada percontohan

wadah pembinaan

sepak bola usia muda

yang representatif

Hakikat siswa di Sekolah

Sepak Bola

1

pelajar

Aktivitas

belajar

atlet sepak bola

pelatihan sepak

bola

makhluk sosial

kebutuhan hidup dan

aktivitas sosial

Tipologi

bangunan

olahraga

Tipologi

bangunan

Pendidikan

Tipologi

bangunan

residensial

Bangunan

pengelola

+++ Citra

Bangunan

POKOK PERMASALAHAN

Mengorganisasikan tipologi bangunan olahraga,

pendidikan, residensial, dan bangunan pengelola

dalam suatu tatanan kompleks Sekolah Sepak Bola

di Yogyakarta yang tertata, menyatu, dan harmonis.

1. Bagaimana merancang Sekolah Sepak Bola di

Merancang Sekolah Sepak Bola di

Yogyakarta yang menunjukkan

citra bangunan sebagai cerminan

kehidupan di dalamnya.

2

TAHAPAN PERUMUSAN KONSEP

TINJAUAN PUSTAKA

proyek,karakter pemain,

SSB, PSSI, studi kasus

TINAJAUN LOKASI

Kriteria pemilihan,

analisis

Kegiatan & kebutuhan,

tipologi, citra bangunan

3

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4

Organisasi spasial tipologi bangunanan olahraga, pendidikan,

residensial, dan pengelola yang tertata, menyatu, dan

harmonis dalam sebuah Kompleks Sekolah Sepak Bola

Citra bangunan yang

menunjukkan cerminan

kehidupan di dalamnya

Bagan 1.4 Kerangka Berpikir

Sumber: Analisis Penulis