Upload
nguyenkien
View
227
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Novel karya Jules Verne berjudul Le Tour du Monde en 80 jours menarik
untuk diteliti karena novel ini membahas hal yang berseberangan, yaitu
modernitas dan tradisionalitas. Modernitas berkaitan dengan industrialisme,
globalisasi, kapitalisme, dan berbagai hal yang berkaitan dengan majunya
teknologi, ilmu pengetahuan, dan kemunculan sistem kepemerintahan pada suatu
negara. Sementara itu, tradisionalitas bertentangan terhadap hal-hal tersebut.
Tradisionalitas berpegang teguh pada adat dan kepercayaan yang telah dijaga
baik sejak lama oleh masyarakat dan telah dilakukan berulang-ulang hingga
menjadi rutinitas, suatu kebiasaan dengan ritual sebagai pelengkapnya. Masuknya
modernitas dan bertahannya tradisionalitas ditengahi dengan adanya negosiasi.
Tradisionalitas dapat tetap bertahan di zaman modern berkat beberapa
penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi, tetapi tetap menjaga inti dari tradisi.
Le Tour du Monde en 80 jours yang dibuat pada abad ke-19 terpengaruh oleh
revolusi industri yang terjadi secara besar-besaran di Prancis. Kapal-kapal besar
untuk mengarungi sungai atau samudera yang dikemudikan oleh manusia dapat
2
menghasilkan kecepatan lebih besar jika dengan menggunakan mesin pelayaran.
Begitu pula kereta dapat bergerak cepat tanpa ditarik binatang.1
Menurut Giddens, karakteristik utama industrialisme adalah pemakaian
sumber-sumber kekuasaan material yang tidak berjiwa dalam produksi barang
yang dipadukan dengan peran sentral mesin dalam proses produksi.2 Ilmuwan-
ilmuwan pandai mulai bermunculan pada abad ke-19. Revolusi industri pertama
kali berlangsung di Inggris seiring kehebohan penemuan mesin uap pertama yang
dipatenkan oleh James Watt, pria asal Skotlandia pada tahun 1769 dan setelahnya
ia masih melakukan perbaikan-perbaikan lagi. Mesin uap yang berhasil
disempurnakannya memacu kemajuan industri di Eropa.3 Penemuannya tersebut
menjadi inspirasi bagi ilmuwan-ilmuwan lain untuk menciptakan inovasi baru.
Selain itu, banyak hal yang terjadi pada abad ini, seperti lahan pertanian beralih
fungsi menjadi lahan peternakan domba akibat permintaan wol semakin melonjak
tinggi. Seiring dengan hal ini, banyak pabrik didirikan sehingga memancing
lahirnya kota-kota industri. Revolusi industri dapat digambarkan sebagai
penyingkiran yang tidak terelakkan terhadap cara produksi kuno agar terbuka
1 J. J. Little and Ives Company, A Short History of The World, diterjemahkan oleh Saut
Pasaribu dengan judul Sejarah Dunia Singkat (Cet. I; Yogyakarta: Indoliterasi, 2013), h. 216.
2 Anthony Giddens, The Consequences of Modernity, diterjemahkan oleh Nurhadi dengan judul Konsekuensi-Konsekuensi Modernitas (Cet. III; Bantul: Kreasi Wacana, 2011), h. 74.
3 Iswara. N. Raditya, 200 Tokoh Super Jenius Penemu dan Perintis Dunia (Cet. I; Yogyakarta: Narasi, 2012), h. 302.
3
jalan bagi berbagai kekuatan baru yang ada pada teknologi, perusahaan, dan
tenaga kerja upahan.4
Populasi penduduk mengalami pertumbuhan cukup tinggi dan disertai dengan
pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, banyak pula pengangguran akibat
tergantikannya tenaga manusia dengan tenaga mesin dan terjadi ketimpangan
jumlah antara buruh yang dibutuhkan untuk bekerja di pabrik dan jumlah
pengangguran dalam masyarakat. Setiap orang dituntut untuk pintar, kreatif, dan
memiliki keahlian agar dapat bertahan hidup untuk mencari pekerjaan atau bahkan
menciptakan lapangan pekerjaan.
Selain itu, revolusi industri ditandai dengan adanya urbanisasi. Urbanisasi
merupakan perpindahan masyarakat dari desa ke kota dengan tujuan utama untuk
mencari lapangan pekerjaan karena tanah mereka di desa telah dijadikan lahan
industri dan peternakan domba oleh golongan atas akibat dari Revolusi Agraria.
Revolusi Agraria merupakan aturan pemerintah mengenai pertukaran lahan antara
lahan golongan atas yang gersang dan lahan milik golongan bawah yang hijau dan
subur. Keadaan seperti itulah yang menimbulkan munculnya kapitalisme.
Kapitalisme merupakan sistem produksi komoditas yang terpusat pada relasi
antara kepemilikan modal pribadi dan pekerja upahan yang tidak menguasai hak
milik. Relasi ini membentuk poros utama sistem kelas.5 Kaum atas seperti pemilik
4 Ralf Dahrendorf, Reflection on the Revolution in Europe, terjemahan Suwandi S. Brata
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 41.
5 Anthony Giddens, The Consequences, h. 74.
4
tanah dan modal memiliki kekuasaan penuh untuk menindas kaum bawah yang
sehari-hari hanya dapat bekerja sebagai penyewa atau penggarap sawah. Selain
sebab-sebab tersebut, masyarakat cenderung memilih untuk mencari pekerjaan
daripada menciptakan lapangan pekerjaan karena banyak pengusaha kecil
memutuskan untuk gulung tikar akibat berkembangnya industri-industri besar.
Kemudian, dampak lain dari modernisasi adalah globalisasi. Globalisasi juga
memengaruhi kehidupan sehari-hari dengan kadar yang sama dengan
pengaruhnya terhadap berbagai peristiwa di tingkat dunia.6 Orang-orang mulai
melakukan perjalanan jauh berkat adanya alat transportasi jarak jauh yang layak
dan nyaman. Jalan terbuka lebar untuk melakukan perjalanan jauh dalam waktu
singkat dengan perbaikan jalan utama atau jalan besar di kota.
Masyarakat dipaksa mengikuti perubahan zaman, tetapi ada beberapa pihak
yang lebih memilih cara tradisional daripada menjalani hidup dengan cara
modern. Bagi beberapa orang, tradisi dan adat istiadat telah mendarah daging
sehingga sulit untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku dalam menyesuaikan
keadaan yang baru. Dalam budaya tradisional, masa lalu dihormati dan simbol
dihargai karena mereka berisi dan bertanggung jawab atas pengalaman berbagai
generasi. Tradisi pada umumnya selalu melibatkan ritual. Giddens pun
mengemukakan pandangannya mengenai ritual. Ritual merupakan sebuah cara
6 Anthony Giddens, Runaway World: How Globalisation is Reshaping Our Lives,
diterjemahkan oleh Andry Kristiawan S. dan Yustina Koen S. dengan judul Dunia yang Lepas Kendali: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita (Cet. II; Jakarta: PT. Sun, 2004), h. xvi.
5
praktis untuk memastikan keterpeliharaan tradisi.7 Setiap tradisi memiliki ritual
berbeda dan hal tersebut merupakan ciri khas yang membedakan antar kelompok
tradisi.
Tradisionalitas berbeda dari modernitas karena tradisionalitas menghargai
sesuatu yang dianugerahkan oleh Tuhan tanpa mengubah alam, sedangkan
modernitas selalu melakukan perubahan dalam berbagai bidang demi kemajuan
suatu bangsa. Salah satu cara pelaku tradisi untuk bersyukur, yaitu dengan ritual.
Berbagai macam ritual diadakan sebagai pemujaan dan penghormatan terhadap
ruh nenek moyang. Ritual tidak hanya merupakan perayaan biasa, tetapi memiliki
arti khusus bagi penganutnya. Ritual sangat kental hubungannya dengan dunia
magis sehingga bertolak belakang dengan modernitas yang mengedepankan
logika.
Keberadaan tradisionalitas dan modernitas tidak lepas dari peran negosiasi.
Negosiasi adalah sebuah proses yang terjadi antara dua belah pihak atau lebih
yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai
kesepakatan.8 Negosiasi menyatukan dua paham yang berbeda, misalnya
modernitas dan tradisionalitas. Berkat negosiasi, kedua hal tersebut dapat menyatu
dengan berbagai cara penyatuan serta adanya pengertian dan saling memahami
dari kedua belah pihak.
7 Anthony Giddens, Living in A Post-Traditional Society, diterjemahkan oleh Ali Noer
Zaman dengan judul Masyarakat Post Tradisional (Cet. I; Yogyakarta: IrCisod, 2003), h. 24.
8 Ann Jackman, How To Negotiate, diterjemahkan oleh Chefira Indra dengan judul Teknik Sukses Bernegosiasi (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2005), h. 8.
6
Perubahan memang merupakan hal yang sulit untuk diterima karena memakan
waktu lama dalam menyesuaikan dengan keadaan baru. Bagi kebanyakan orang,
lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk berada dalam alurnya (berpegang
pada tata-caranya yang lazim). Namun, perubahan dan gagasan baru dapat
dilakukan secara perlahan hingga akhirnya mereka terbiasa dengan perubahan
tersebut.9
Verne berhasil mengangkat dua hal berbeda mengenai modernitas dan
tradisionalitas serta berbagai polemik yang ada di dalam novel Le Tour du Monde
en 80 jours. Verne lahir di Nantes, salah satu kota pelabuhan di Prancis, pada
tanggal 8 Februari 1828. Kecintaannya terhadap kapal dan Nantes sebagai kota
pelabuhan mempengaruhi hampir seluruh karyanya untuk melibatkan kapal
sebagai alat transportasi utama, seperti dalam karyanya Le Tour du Monde en 80
Jours dan Vingt Mille Lieues sous Les Mers.
Karya – karya Verne merupakan karya sastra terjemahan terbanyak dan
karyanya telah tersebar di berbagai negara di dunia dengan jumlah pembaca
terbanyak.10 Verne adalah bapak dari pengarang cerita fiksi ilmu pengetahuan
modern.11 Karya-karyanya sangat berbeda, ketika banyak pengarang mengambil
tema percintaan dengan romantismenya yang berlebih-lebihan, Verne tetap fokus
9 Herb Cohen, Negosiasi (Cet. I; Jakarta: Pantja Simpati, 1986), h. 111.
10 Jules Verne, Amazing Journeys: Five Visionary Classics, terjemahan Frederic Paul Walter (Albany: State University of New York), 2010, h. 3.
11 Jajak M. D. and K. Usman, Pengarang-Pengarang Dunia (Jakarta: PT. New Aqua Press, 1979), h. 78.
7
untuk menulis kisah berdasarkan ilmu pasti, yaitu ilmu pengetahuan.
Penggambaran detil luar biasa terhadap keadaan sekitar dan hitungan pasti dengan
dasar ilmu pengetahuan menjadi ciri khas karya-karya Verne.
Namun, kesuksesan Verne sebagai penulis bertolak belakang dengan keinginan
ayahnya, Pierre Verne. Kedua orangtuanya merupakan pengacara sehingga
memiliki harapan besar jika Verne dapat mengikuti jejak mereka. Pierre Verne
mengirim Verne muda untuk menimba ilmu dalam bidang hukum di ibukota
Prancis, Paris pada tahun 1847. Namun ketika berada di Paris, Verne bertemu
orang-orang yang sangat berpengaruh di bidang sastra seperti Alexandre Dumas
(Verne bersahabat dengan anak dari Alexandre Dumas Père, yaitu Alexandre
Dumas Fils) yang mengajaknya untuk berkecimpung di bidang sastra, sesuai
dengan keinginannya selama ini.
Verne mengawali karirnya pada tanggal 12 Juni 1850 dengan pementasan
drama komedi berdasarkan naskah yang dibuatnya dengan judul Les Pailles
rompu. Pementasan drama ini sukses dilakukan sebanyak 12 kali pemutaran di
Théâtre Graslin, Nantes, berkat rekomendasi dari Alexandre Dumas Père. Selain
dengan naskah ini, Alexandre Dumas Père telah dibuatnya kagum dengan kedua
naskah lainnya yang berjudul La Conspiration des Poudres dan Drame sous la
Régence.
Karyanya dipandang sebelah mata oleh para penerbit karena dianggap
imajinasi di dalam novelnya terlalu berlebihan, hingga banyak penerbit menolak
untuk menerbitkan. Namun Verne tidak patah semangat hingga ia bertemu dengan
8
Pierre-Jules Hetzel. Hetzel merupakan orang yang telah berjasa menerbitkan
karya pengarang-pengarang terkenal dan berpengaruh seperti Victor Hugo. Hetzel
bersedia menerbitkan buku Verne dengan satu syarat yaitu mengubah beberapa
bagian cerita miliknya agar terlihat lebih realistis.12
Verne menikah pada tanggal 10 Januari 1857 dengan Honorine-Anne-Hébé
Morel, seorang janda muda dengan dua anak.13 Pernikahan mereka menghasilkan
seorang anak lelaki bernama Michel Verne pada tahun 1861. Jules Verne
memberikan nama yang sama untuk kapal miliknya, Saint Michel. Berkat kapal
Le Saint Michel miliknya, ia berlayar ke Amerika Serikat dengan kakaknya, Paul.
Dalam perjalanan pulangnya, di dalam kapal ia menulis novel berjudul Vingt
Mille Lieues sous Les Mers.
Dalam masa tuanya, Verne bekerja untuk Les Aventures d’Arthur Goedon Pym
dari Edgar Poe, ia merupakan salah satu penulis yang Verne kagumi semenjak
umurnya 50 tahun. Berikutnya, Verne berkarya dengan menciptakan Le Sphinx
des Glaces mengenai petualangan seorang pria Amerika. Sebelum kematian Jules
Verne, ia sempat membuat dua karya sastra setelah Le Sphinx des Glaces.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya pada 24 Maret 1905 akibat
penyakit diabetes, ia sempat menjadi walikota di kota Amiens, Prancis pada tahun
1889, sebelumya Verne telah tinggal di kota kelahiran istrinya ini selama 17 tahun
tepatnya pada tahun 1872. Sepeninggal ayahnya, sang anak Michel Verne
12 Jajak M. D. and K. Usman, op. cit., h. 80.
13 Jajak M. D. and K. Usman, loc. cit.
9
mengubah beberapa bagian dari karya ayahnya yang belum sempat diterbitkan
ketika ia masih hidup dan bagian asli dari karya tersebut diterbitkan beberapa
tahun setelahnya.
Selama hidupnya, Verne telah menuliskan sekitar delapan puluh karya sastra.
Karyanya berjudul Cinq Semaines en Ballon pada tahun 1862 tentunya bercerita
mengenai balon udara yang melintasi Afrika Utara terbitan Hetzel merupakan
batu loncatan dan awal baik bagi karir sastranya. Novel tersebut meledak di
pasaran lalu disusul karya-karyanya yang lain seperti Voyage au Centre de la
Terre (1862), Voyage au Centre de la Terre (1864), De La Terre à La Lune
(1865), dan beberapa cerita Voyages Extraordinaires yang dikerjakannya selama
40 tahun seperti Vingt Mille Lieues sous Les Mers (1869), Le Tour du Monde en
80 jours (1873), L’Ile Mystérieuse (1874), Michel Strogoff (1876), Les Indes
Noires (1877), Un Capitaine de quinze ans (1878), Les Tribulations d’un Chinois
en Chine (1879), Le Rayon Vert (1882), Kéraban le têtu (1883), L’Archipel en feu
(1884), Mathias Sandorf (1885), Robur le Conquérant (1886), Deux ans de
vacances (1888), Le Château des Carpathes (1892), L’Ile à hélice (1895), Face
au drapeau (1896), Le superbe Orénoque (1898), Un drame en Livonie (1904),
Maître du Monde (1904), dll.
Banyak karyanya diangkat sebagai film, termasuk Le Tour du Monde en 80
jours. Around the World in 80 Days telah difilmkan beberapa kali, untuk pertama
kalinya diproduksi oleh Michael Todd’s pada tahun 1956 berbahasa Inggris dan
dibintangi aktor terkenal pada waktu itu, David Niven. Film ini telah sukses
10
memenangkan lima kategori dari delapan nominasi Oscar dan tiga penghargaan
Golden Globes. Pada tanggal 21 Agustus 1963, Columbia Pictures mengeluarkan
film berdasar novel klasik Jules Verne ini dengan judul The Three Stooges Go
Around the World in a Daze. Film ini merupakan film ke-lima yang dibuat oleh
The Three Stooges dengan cerita yang sedikit berbeda karena dalam film ini,
tokoh utama merupakan cucu dari Phileas Fogg yang seharusnya menjadi tokoh
utama sebagai tokoh utama. Di dalam film ini bercerita bahwa ia melakukan
perjalanan sama seperti yang dilakukan oleh kakeknya.
Pada tahun 1988, Australia juga mengadaptasi novel ini dengan judul Around
The World in 80 Days produksi Roz Phillips dengan durasi yang sangat singkat
yaitu sekitar empat puluh delapan menit. Rumah produksi terkenal Walt Disney
Pictures pada tahun 2004 mengambil tokoh-tokoh terkenal seperti Jackie Chan,
Steve Coogan, Arnold Schwarzenegger, Owen Wilson, dan Cécile de France
sebagai bintang utama dari film berjudul Around The World in 80 Days. Namun,
cerita di dalam film ini mengalami perubahan yang sangat drastis sehingga sangat
berbeda dengan novel aslinya. Selain dibuat dalam bentuk film, novel ini juga
diadaptasi ke dalam serial televisi pada tahun 1979 dan 1989. Serial televisi yang
pertama dibintangi Roger Pierre sebagai Passepartout. Sepuluh tahun berikutnya
diperankan oleh tokoh-tokoh bernama Pierce Brosnan, Eric Idle, dan Peter
Ustinov yang diproduksi oleh Buzz Kulik.
Novel Le Tour du Monde en 80 jours ini banyak diadaptasi di atas panggung
teater, salah satu yang paling banyak menarik penonton yaitu panggung teater la
11
Porte Saint-Martin. Jules Verne dan Adolphe D’Ennery sebagai penulis naskah
menampilkan cerita Le Tour du Monde en 80 jours pada tanggal 7 November
1874. Antusiasme penonton yang sangat besar membuat teater berulang kali
memainkan drama ini hingga sebanyak 415 kali dan terus memainkannya.14
Le Tour du Monde en 80 jours bercerita mengenai pertaruhan yang dibuat oleh
Phileas Fogg dan teman-temannya di Reform Club (Andrew Stuart, John Sullivan,
Samuel Fallentin, Thomas Flanagan, Gauthier Ralph) untuk melakukan perjalanan
keliling dunia yang hanya dilakukan selama delapan puluh hari. Bahkan seluruh
masyarakat London ikut mengungkapkan opininya melalui media massa dan
mereka juga melakukan pertaruhan untuk perjalanan konyol ini. Phileas Fogg
sebagai tokoh utama memiliki kepribadian yang tepat dan pandai dalam
mengkalkulasikan waktu, tempat, uang, dan lain-lain.
Fogg mengajak pelayan barunya, Jean Passepartout, untuk menemani
perjalanan panjangnya ini. Ketika itu, terjadi perampokan bank di Londres, kota
asalnya, hingga seorang detektif kepolisian menduga jika Fogg melakukan
perampokan tersebut karena memiliki dua alasan kuat yaitu Fogg selalu berpindah
dari daerah satu ke daerah lainnya dan tidak khawatir untuk menghabiskan uang
dalam jumlah banyak untuk melakukan perjalanannya. Detektif tersebut bernama
Fix, ia mengikuti kemanapun Fogg pergi dan mencari celah untuk menghentikan
perjalanan tersebut dan dapat menangkapnya.
14 Louis Dunoyer de Segonzac, Le Tour du Monde en 80 jours dalam
http://anao.pagesperso-orange.fr/oeuvre/tourmonde.html (akses pada tanggal 6 November 2013 jam 20.00 WIB)
12
Dalam perjalanan ini, terjadi berbagai peristiwa berkaitan dengan kebudayaan-
kebudayaan lokal daerah setempat. Ketika berada di Bombay, Passepartout
memasuki suatu pagoda suci Malebar-Hill, tempat beribadat masyarakat setempat
tanpa memperhatikan aturan-aturan di tempat tersebut. Sewaktu di India, Fogg
mengalami kendala pada kereta yang ditumpanginya karena ternyata pembuatan
rel kereta api tersebut belum selesai. Dengan demikian, ia memutuskan untuk
menggunakan alat transportasi lain yaitu gajah menuju kota selanjutnya. Selain
itu, dalam perjalanannya ketika melewati salah satu hutan di India, Fogg melihat
suku India kuno yang masih melaksanakan ritual pembakaran mayat dan istri dari
jenazah tersebut, ritual ini disebut Sutty. Setelah berpikir matang, Fogg
memutuskan untuk menyelamatkan perempuan itu, ia bernama Aouda, yang pada
akhirnya Aouda ikut kemanapun Fogg pergi dan menikahinya sesampainya di
Londres.
Hambatan-hambatan yang Fogg alami antara lain adalah keterlambatannya
untuk memenuhi jadwal kapal uap, karena jembatan penopang rel kereta api yang
ditumpanginya tidak kuat menopang kereta. Kawat-kawat penyangga rel telah
lepas akibat dari penyerangan oleh kaum Sioux yang belum dapat menerima
perubahan teknologi modern, sehingga berusaha untuk menghentikan kereta
walaupun tidak memiliki pengetahuan mengenai mesin, keterlambatan dan
ketertinggalan kedatangan kapal uap maupun kereta api, dan lain sebagainya.
Perjalanan Fogg tidak berjalan sesuai rencana perjalanannya, hingga dengan
terpaksa ia harus mengalami beberapa kendala dan dituntut untuk memiliki
13
rencana cadangan untuk dapat memenangkan pertaruhan ini. Pada akhirnya, Fogg
dapat menyelesaikan perjalanannya dan memenangkan pertaruhan walaupun pada
awalnya memiliki salah perhitungan waktu yang ternyata menguntungkan dirinya
karena lebih awal dua hari perbedaan waktu di setiap negara.
I. 2 Rumusan Masalah
Novel Le Tour du Monde en 80 Jours karya Jules Verne terkena dampak besar
oleh revolusi industri yang terjadi di Prancis. Revolusi industri dapat diartikan
sebagai penggantian tenaga manusia dan tenaga hewan dengan tenaga mesin
hingga bermunculan teknologi baru dan modern untuk menggantikan hal-hal
lama, misalnya pergantian kereta kuda dengan mobil dalam bidang transportasi.
Perubahan yang begitu drastis dan terjadi dalam waktu singkat tersebut
menimbulkan pergolakan antara masyarakat yang belum dapat menerima
perubahan atau masih berpegang teguh pada tradisionalitas dan masyarakat yang
begitu percaya akan adanya modernitas serta mencoba untuk membuktikan
menggunakan ilmu pengetahuan yang telah maju pesat kala itu.
Tradisionalitas dan modernitas merupakan dua hal berbeda dan keberadaannya
tidak dapat dijauhkan dari polemik-polemik yang ada sesuai dengan kepercayaan
masing-masing orang terhadapnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan sebagai
berikut.
14
1. Bagaimanakah negosiasi modernitas dan kontra modernitas digambarkan di
dalam novel Le Tour du Monde en 80 Jours?
2. Bagaimanakah negosiasi tradisionalitas dan kontra tradisionalitas
digambarkan di dalam novel Le Tour du Monde en 80 Jours?
I. 3 Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai novel Le Tour du Monde en 80 Jours karya Jules Verne
ini bertujuan membahas problematika didalamnya. Kontradiksi antara modernitas
dan tradisionalitas merupakan hal menarik untuk dibahas. Penulisan skripsi ini
mendiskripsikan mengenai negosiasi modernitas dan tradisionalitas yang
digambarkan di dalam novel Le Tour du Monde en 80 Jours. Selain itu, penelitian
ini juga membahas berbagai hal yang berkaitan dengan modernitas dan
tradisionalitas, seperti tingkah laku, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri, dan lain
sebagainya.
I. 4 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian berkaitan dengan modernitas dan tradisionalitas telah
dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Pada tahun 2002,
Ariyanti Palupi meneliti tradisionalisme dan modernisme dalam dunia Islam
15
berjudul Tradisionalisme Versus Modernisme dalam Dunia Islam pada novel Le
Passé Simple karangan Driss Chraïbi (kajian Struktural Genetik). Penelitian ini
menggunakan strukturalisme, terutama strukturalisme genetik sebagai pendekatan
dalam penelitian novel Le Passé Simple. Ariyanti Palupi mengemukakan seluruh
elemen struktur bermuara pada kesimpulan bahwa Le Passé Simple menolak sikap
konservatif dan sikap liberal yang berlebihan dalam menyikapi isu modernisme.
Pada tahun yang sama, Royani telah melakukan sebuah penelitian dengan judul
Pengaruh Transportasi Modern terhadap Perkembangan Transportasi
Tradisional di Priangan 1884 – 1929. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode sejarah ekonomi dengan mengacu kepada cara produksi suatu
komoditi, distribusi, dan dampak dari proses kegiatan yang berkaitan dengan
komoditi tersebut. Transportasi modern seperti kereta api dan kendaraan bermotor
menggantikan transportasi tradisional sebelumnya yang berupa angkutan sungai
dan tenaga hewan, namun transportasi tradisional ini masih digunakan untuk
menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh kereta api dan
kendaraan bermotor.
Eko Apri Anggoro pada tahun 2003 melakukan penelitian mengenai
modernitas berjudul Modernisasi Masyarakat Sewon 1997-2000. Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka dan digolongkan ke dalam penulisan sejarah
lokal dengan menitikberatkan pembahasannya pada bidang sosial ekonomi. Ia
mengungkapkan bahwa setiap negara di dunia akan mengalami perubahan yang
akan membawanya ke arah modern, maka sering disebut dengan modernisasi,
16
yaitu proses menuju ke arah modern. Semakin pesat perkembangan
telekomunikasi dan transportasi maka semakin cepat pula modernisasi yang
terjadi dalam masyarakat.
Agung Suryo Setyantoro pada tahun 2006 melakukan penelitian mengenai
modernisasi di dalam wilayah Kraton dengan judul Modernisasi di Tengah
Tradisi Kraton: Pasoekan Poeteri J.P.O (1934-1942). Penelitian ini
menggunakan metode sejarah dengan hal pokok berupa bukti-bukti, berkas-
berkas, atau kesaksian-kesaksian. Menurut Agung Suryo Setyantoro, sistem
kolonial dengan segala macam bentuk politiknya secara tidak langsung membawa
dampak luas bagi proses modernisasi yang terwujud sebagai perkembangan
sistem pengajaran Barat, industrialisasi, dan komersialisasi pertanian dan
perkebunan, perluasan infra-struktur, perubahas birokrasi dan lain sebagainya.
Penelitian berjudul Dari Desa Menjadi Sub Urban: Catur Tunggal, Depok,
Sleman 1948 – 2004 oleh seorang mahasiswa Ilmu Sejarah pada tahun 2011,
Mulyadi, dengan menggunakan metode kepustakaan dan wawancara. Ia
mengemukakan mengenai perubahan karakteristik dari desa ke kota yang semakin
modern, adanya perpindahan perekonomian desa menjadi sektor perdagangan dan
jasa, adanya perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dari kekeluargaan
menjadi lebih individual dan konsumtif. Dampak dari wilayah suburban
meningkat tajam, meliputi kekerasan dan kriminalitas.
Pada tahun yang sama, Eko Budi Prasetyo, meneliti tradisionalitas melalui
penelitiannya yang berjudul Perubahan Budaya dan Tradisi masyarakat:
17
Perkembangan Kesenian Jaran Kepang di Desa Tegalrejo Kabupaten Gunung
Kidul (1980-2004) menggunakan metode heuristik, kritik sumber, dan
interpretasi. Dikemukakan dalam penelitian ini bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan di Desa Tegalrejo telah mengubah pola pikir masyarakat yang
mengarah pada perilaku rasional dan merubah makna simbolis tradisional.
Apabila dahulu mereka masih percaya bahwa dengan menanggap kesenian kuda
lumping, anak yang disunat akan dapat terhindar dari gangguan makhluk halus.
Namun, kini kepercayaan itu terkikis oleh kepercayaan mereka terhadap
kemampuan pengobatan seorang dokter.
Sejauh pengetahuan penulis hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian
mengenai negosiasi modernitas terhadap tradisionalitas dalam novel Le Tour du
Monde en 80 jours karya Jules Verne sehingga penelitian ini layak untuk
dilakukan.
I. 5 Landasan Teori
Analisis permasalahan mengenai negosiasi modernitas dan tradisionalitas
dalam novel Le Tour du Monde en 80 Jours dirasa paling tepat menggunakan
teori modernitas dari Anthony Giddens karena teori tersebut sangat berkaitan
sehingga dapat membantu mengupas permasalahan yang diangkat di dalam novel
ini. Berikut merupakan beberapa subbab mengenai negosiasi, modernitas, dan
tradisionalitas atau yang biasa disebut pramordenitas oleh Giddens.
18
I.5.1 Negosiasi sebagai Jalan Tengah
Pada dasarnya, tradisi tidak dapat sepenuhnya hilang dan tidak dapat
sepenuhnya bertahan seperti pada awalnya tradisi tersebut lahir karena perubahan
juga dialami oleh tradisi. Tradisi mengalami perubahan dan menyesuaikan dengan
keadaan zaman pada masanya. Menurut Giddens, cara tradisional untuk bertindak
atau melakukan sesuatu cenderung bertahan atau diciptakan kembali di banyak
bidang kehidupan, termasuk kehidupan sehari-hari. Bahkan, dapat dikatakan
bahwa ada semacam simbiosis antara modernitas dan tradisi.15 Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa tradisi memengaruhi modernitas di
berbagai bidang kehidupan serta ada persatuan di antara keduanya.
Tradisi tidak lenyap, tetapi berubah dan terus berkembang dengan bentuk yang
berbeda sehingga terkadang hanya sedikit tradisi yang dihayati secara tradisional.
Perasaan dalam menghayati tradisi secara tidak langsung sedikit berkurang
dibandingkan dengan awal ketika modernitas belum menyentuh tradisi. Dengan
kata lain, makna dan rasa mendalam terhadap tradisi tidak lagi kuat.
Berakhirnya tradisi tidak berarti bahwa tradisi itu lenyap, seperti yang
diinginkan oleh para pemikir Pencerahan. Sebaliknya, dalam berbagai versi yang
berbeda, tradisi terus berkembang di mana-mana.16 Era modern seperti ini telah
15 Anthony Giddens, Runaway World, h. 39.
16 Anthony Giddens, Runaway World, h. 40.
19
menghancurkan kelompok lokal, tetapi tradisi tersebut tidak hilang melainkan
berubah dengan bentuk yang berbeda menyesuaikan perubahan zaman. Ritual
sebagai bagian dari adat masih dilaksanakan anggotanya karena telah menjadi
rutinitas namun perubahan zaman telah mengurangi makna tradisi di dalamnya.
Dalam beberapa peristiwa, tradisi tunduk kepada modernitas. Sebagai contoh,
pusaka-pusaka sebagai simbol tradisi dibuat replikanya dan diperjualbelikan di
teras-teras tempat wisata sebagai buah tangan bagi turis asing. Terlepas dari
makna asli pusaka tersebut, tradisi dapat diperjualbelikan di era modernitas
sehingga keberhargaan dari sebuah pusaka berkurang. Pusaka sebenarnya
memiliki makna khusus, yaitu sebagai pelindung dari malapetaka seperti
kecelakaan ataupun gangguan dari makhluk halus, sebagai penjaga keutuhan
rumah tangga dan pencipta rasa nyaman di dalam keluarga, sebagai pelancar
rejeki seseorang, dan lain sebagainya. Pusaka memiliki “nyawa” di dalamnya
sehingga terdapat beberapa aturan untuk merawatnya.
Benda pusaka terkadang harus diperlakukan layaknya manusia, seperti
dimandikan dan diberi bunga atau sesajen pada waktu-waktu tertentu, hal lainnya
yaitu aturan untuk tidak melangkahi pusaka, merawat pusaka tersebut dengan
hati-hati karena jika tidak, maka penunggu pusaka tersebut akan marah kepada
tuannya dengan cara mendatangkan hal-hal buruk menimpa kehidupan
pemiliknya. Sedangkan di era modernitas seperti sekarang, makna di balik pusaka
semakin pudar. Namun hal ini tidak menyatakan hilangnya tradisi, ia tetap ada
dengan bentuk yang berbeda dan makna yang semakin kabur.
20
Di masa sekarang, kehancuran komunitas lokal yang hidup di tengah-tengah
masyarakat maju, telah mencapai puncaknya. Tradisi-tradisi kecil yang hidup,
atau secara aktif diciptakan, selama fase-fase perkembangan awal sosial modern,
telah semakin mengalah pada kekuatan evakuasi budaya.17 Hancurnya komunitas
lokal tidak berarti bahwa tradisi tersebut hancur karena praktek lokal masih
dilakukan. Adat istiadat merupakan kepercayaan tersendiri bagi anggotanya untuk
melestarikan tradisi dengan melakukan ritual. Ritual merupakan tindakan
perulangan, kebiasaan yang telah dilakukan berulang kali, sebagai tanda eksisnya
suatu tradisi. Kebiasaan tidak dapat hilang begitu saja dan akan dilakukan terus
menerus.
I. 5. 2 Modernitas dan Masa Pencerahan
Modernitas mengacu kepada bentuk kehidupan sosial atau organisasi yang
muncul di Eropa pada sekitar abad ke-17 dan sesudahnya dan yang pada
gilirannya menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia.18 Modernitas diawali
dengan adanya revolusi industri yang terjadi pertama kali di Inggris hingga
memasuki Prancis beberapa tahun setelahnya lalu menjalar ke seluruh dunia.
Modernitas bersifat diskontinu atau tidak berlanjut sehingga Giddens
menyebutnya dengan diskontinuitas modernitas. Menurut Giddens, cara hidup
17 Anthony Giddens, Living in A Post, h. 83.
18 Anthony Giddens, The Consequences, h. 1.
21
yang dimunculkan oleh modernitas telah membersihkan kita dari semua jenis
tatanan sosial tradisional, dengan cara yang tidak pernah ada sebelumnya.19
Terdapat beberapa aspek untuk mengidentifikasi diskontinuitas yang memisahkan
institusi sosial modern dari tatanan sosial tradisional, Pertama, kecepatan
perubahan yang digerakkan oleh era modernitas. Kecepatan perubahan
berlangsung begitu cepatnya dan hal ini tidak terjadi pada bidang teknologi saja
melainkan berbagai bidang lainnya seperti. Kedua, cakupan perubahan. Perubahan
tidak terjadi di satu daerah saja namun menjalar ke seluruh belahan dunia
sehingga semua terkena akibat dari perubahan ini. Ketiga, sifat intrinsik institusi
modern. Dalam masyarakat pramodern tidak terdapat adanya sistem politik,
sistem kepemerintahan, sistem ekonomi dan sebagainya namun pada masa
modern timbul kelas yang berkuasa dan kelas lemah, selain itu ada pula
pembagian waktu kerja dan kerja upahan.
Perkembangan institusi sosial modern dan persebaran mereka ke seluruh
penjuru dunia telah menciptakan kesempatan yang lebih luas bagi manusia untuk
menikmati eksistensi yang aman dan memuaskan ketimbang semua tipe sistem
pramodern.20 Modernisasi membawa perubahan dengan aturan kebebasan,
berbeda dengan tradisionalitas yang memiliki aturan-aturan tertentu, dapat
dikatakan mengekang kepada pemeluknya. Namun ada beberapa akibat dari
adanya modernitas, yaitu industrialisme, kapitalisme, dan globalisme.
19 Ibid., h. 5.
20 Ibid., h. 9.
22
Karakteristik utama industrialisme adalah pemakaian sumber-sumber
kekuasaan material yang tidak berjiwa dalam produksi barang, yang dipadukan
dengan peran sentral mesin dalam proses produksi. “Mesin” dapat didefinisikan
sebagai artefak yang menyelesaikan pelbagai tugas dengan menggunakan sumber-
sumber kekuasaan sebagai sarana operasinya.21 Adanya pembagian pasti dalam
bidang pekerjaan akan menimbulkan keteraturan pada masyarakat industri namun
ada beberapa akibat negatif dari adanya pembagian kerja tersebut.
Hal-hal berkaitan dengan mesin atau alat yang mengalami inovasi secara terus
menerus merupakan aspek penting dari industrialisme karena secara berkala mesin
akan menggantikan pekerjaan manusia. Industrialisme tidak dapat terlepas dari
adanya transportasi, komunikasi, dan kehidupan domestik sebagai faktor
pendukungnya. Industrialisme mengakibatkan banyak pabrik-pabrik industri
tumbuh, hal ini menandakan perekonomian suatu negara mulai maju berkat
perkembangan teknologi.
Kapitalisme tidak jauh kaitannya dengan industrialisme karena pada dasarnya
keduanya saling berkaitan. Kapitalisme adalah sistem produksi komoditas, yang
terpusat pada relasi antara kepemilikan modal pribadi dan pekerja upahan yang
tidak menguasai hak milik, relasi ini membentuk poros utama sistem kelas.22
Adanya kapitalisme menyebabkan timbulnya berbagai kelas sosial di masyarakat
yaitu sistem kelas, kelas atas dan kelas bawah. Ketimpangan ini menimbulkan
21 Ibid., h. 74
22 Ibid., h. 73-74.
23
kekuasaan dipegang oleh kelas atas dan kelas bawah merupakan kaum yang lemah
dan tidak memiliki kekuatan sehingga tunduk terhadap kaum atas. Dalam hal ini,
biasanya kaum atas memanfaatkan kekuasaannya dengan mempekerjakan kaum
bawah dengan gaji sangat rendah, walaupun mereka selalu bekerja siang dan
malam. Gaji mereka tidak sesuai dengan jam dan beban kerja yang mereka
lakukan.
Kapitalisme menguntungkan golongan atas. Mereka melakukan apapun untuk
mendapatkan hasil yang banyak walaupun harus menindas masyarakat bawah.
Kepemilikan modal mengambil peran penting di dalam kapitalisme, pemilik
modal dapat melakukan segala hal termasuk melakukan cara-cara yang dilarang
pemerintah. Pada dasarnya, arti penting dari kapitalisme adalah keuntungan,
pemilik modal mulai melakukan berbagai tindakan untuk mendapatkan laba
sebanyak-banyaknya dalam bidang ekonomi. Kapitalisme berkaitan dengan
pemakaian tenaga kerja secara berlebihan dan kemajuan laju pergerakan ekonomi
antar negara. Laju perdagangan berkembang dengan pesat walaupun memiliki
dampak buruk.
Globalisasi merupakan penghapusan garis-garis pembatas negara sehingga
disebut dengan pembesaran, yang dimaksud dengan garis batas disini bukanlah
garis batas pemisah di dalam peta melainkan garis batas pengaruh antardaerah.
Globalisasi kemudian dapat didefinisikan sebagai intensifikasi relasi sosial
sedunia yang menghubungkan lokalitas yang saling berjauhan sedemikian rupa
24
sehingga sejumlah peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak
bermil-mil dan begitu pula sebaliknya.23
Dengan adanya globalisasi, semua orang dari belahan dunia manapun dapat
mengetahui berita dari seluruh penjuru dunia akibat dari terhapusnya jarak antar
negara. Globalisasi memungkinkan adanya pengaruh antar negara, peristiwa yang
terjadi di negara yg satu akan mempengaruhi negara lainnya walaupun jarak antar
negara tersebut sangat jauh.
Modernitas membuat segala hal menjadi lebih mudah, terjadinya globalisasi
dipengaruhi oleh adanya peralatan yang canggih di era modernitas seperti alat
transportasi dan komunikasi. Orang tidak lagi kesulitan untuk melakukan
perjalanan jauh berkat adanya kapal laut dan tidak sulit lagi untuk berhubungan
dengan orang di benua yang berbeda berkat telepon maupun internet. Revolusi
komunikasi juga mengambil peranan penting di era globalisasi, seperti media
cetak: surat kabar, jurnal, majalah, dan koran, maupun media lainnya. Media
massa bertujuan untuk mengabarkan suatu peristiwa yang sedang hangat-
hangatnya terjadi dan sebagai wadah bagi masyarakat dalam menyampaikan
opininya.
23 Ibid., h. 84.
25
I. 5. 3 Tradisionalitas dan Kepercayaan terhadapnya
Tradisionalitas biasa disebut dengan masa pramodern atau masa sebelum
modern. ada beberapa aspek yang merupakan kepercayaan dari tradisionalitas,
yaitu hubungan kekerabatan, komunitas lokal, kosmologi religius, dan tradisi.
Hubungan kekerabatan menyediakan satu mata rantai hubungan sosial yang dapat
diandalkan yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media
pengorganisasian relasi kepercayaan.24 Kekerabatan merupakan hal terpenting
bagi masyarakat tradisional. Masyarakat ini memiliki tingkat kekerabatan yang
tinggi untuk menghilangkan kerenggangan dan keasingan di antara mereka hingga
timbullah rasa kekeluargaan. Sementara itu, di masyarakat modernitas, mulai
jarang adanya proses sosialisasi dengan orang sekitar serta mereka cenderung
individualis dan menutup diri.
Komunitas lokal merupakan komunitas yang terbentuk akibat adanya
pertemuan secara rutin antar anggotanya di tempat yang sama secara terus
menerus. Hal ini biasa terjadi pada masyarakat tradisional. Pada sebagian besar
konteks pramodern, termasuk di sebagian besar kota besar, milieu25 lokal menjadi
tempat berkumpulnya relasi sosial yang terjalin dan rendahnya cakupan spasial
memberikan soliditas mereka tepat pada waktunya.26 Masyarakat pramodern tidak
24 Ibid., h. 133.
25 Milieu: ruang, tempat (beradanya benda, orang), lingkungan, masyarakat. –Farida Soemargono dan Winarsih Arifin, Kamus Perancis Indonesia (Cet. VII; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 658.
26 Anthony Giddens, The Consequences, loc. cit.
26
memiliki rasa individualis karena mereka bertemu di suatu tempat yang sama
dalam jangka waktu cukup lama sehingga memungkinkan mereka untuk memiliki
ikatan batin yang kuat. Migrasi penduduk, nomadisme, dan perjalanan jarak jauh
memang terjadi pada beberapa orang termasuk para pedagang dan petualang.
Namun, tidak banyak dari mereka melakukan hal tersebut sehingga sebagian besar
penduduk relatif tidak mobile dan terisolasi. Kenyataan ini berbanding terbalik
dengan alat-alat transportasi modern di masa modern yang dapat mempermudah
mobilisasi.
Ketergantungan terhadap zat atau kekuatan supranatural merupakan ciri utama
banyak kepercayaan religius. Agama merupakan pelarian dari penderitaan
kehidupan sehari-hari. Agama menimbulkan rasa tenang bagi pemeluknya
sehingga kegelisahan dan kesedihan sedikit hilang. Dengan kata lain, agama
merupakan suatu kepercayaan yang menimbulkan pengaruh positif, yaitu
ketenangan batin. Agama adalah media pengorganisasian bagi kepercayaan yang
tidak sekadar satu arah.27 Tidak hanya agama dan kepercayaan itu saja yang
berpengaruh di masyarakat pramodern, tetapi pemuka agama juga berpengaruh
dalam memberikan ilmu agama kepada penganutnya.
Tradisi merupakan rutinitas, tetapi tidak sekadar rutinitas karena tradisi
memiliki arti penting pada setiap pelaksanaannya. Makna aktivitas rutin berada di
dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tradisi dan dalam kaitan
27 Ibid., h. 135.
27
antara tradisi dan ritual.28 Ritual merupakan suatu praktik bersifat sakral karena
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat sehingga dihargai dan ditaati bagi
anggotanya. Ritual merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur. Adanya
ritual menandakan keberadaan suatu tradisi dengan kata lain, tradisi tersebut
belum bisa dianggap punah jika masih adanya ritual yang dilakukan oleh para
anggotanya.
I. 6 Metode Penelitian
Dalam menganalisis novel Le Tour du Monde en 80 jours karya Jules Verne ini
digunakan metode kualitatif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
dalam peristilahannya.29
Metode ini digunakan untuk menggali suatu makna di dalam teks secara lebih
mendalam dengan menganalisis data berdasarkan fakta-fakta yang ada. Objek
utama dari penelitian kualitatif adalah manusia dengan cara menganalisis perilaku,
tindakan, persepsi, dan motivasi menggunakan tulisan serta kemudian
diaplikasikan dengan metode. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
28 Ibid., h. 138.
29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 9.
28
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.30
Terdapat tujuh tahap dalam penulisan penelitian ini. Tahap pertama adalah
melakukan pembacaan tingkat awal. Pembacaan pada tingkat awal ini merupakan
pembacaan secara menyeluruh untuk mengetahui tema, cerita, dan alur dalam
novel serta aspek-aspek yang mencolok untuk dijadikan objek formal. Tahap
kedua adalah melakukan pembacaan pada tingkat lanjut. Pembacaan pada tingkat
lanjut ini merupakan pembacaan lebih dalam dan terperinci terhadap teks yang
diteliti sehingga dapat dilakukan pengklasifikasian terhadap sub permasalahan
yang diangkat. Ketiga, melakukan analisis data dan mengangkat permasalahan
yang laik untuk dikaji. Ada dua hal kontras dan bertentangan, tetapi menarik di
dalam novel Le Tour du Monde en 80 jours, yaitu mengenai modernitas dan
tradisionalitas. Pada tahap keempat ini dibuat kartu data agar lebih terperinci
ketika menganalisis permasalahan dalam ruang lingkup modernitas dan
tradisionalitas.
Pada tahap kelima melakukan pengelompokan dari data-data yang telah
berhasil dikumpulkan di dalam kartu data untuk dijadikan subbab ketika
menganalisis. Tahap keenam adalah menentukan teori penelitian berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Modernitas dan tradisionalitas merupakan salah satu
kajian dari teori modernitas oleh Anthony Giddens. Selanjutnya, tahap akhir yang
30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 5.
29
dilakukan adalah menarik kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dari rumusan masalah yang ada.
I. 7 Sistematika Penyajian
Penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab pokok yang masing-masing bab
akan dibagi lagi menjadi beberapa subbab. Bab I berisi pendahuluan yang
membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II pembahasan tentang negosiasi modernitas dan kontra modernitas.
Kemudian, Bab III pembahasan tentang negosiasi tradisionalitas dan kontra
tradisionalitas. Selanjutnya, Bab IV merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan dari analisis data terhadap permasalahan dalam skripsi. Daftar
pustaka, résumé, dan lampiran peta perjalanan keliling dunia dalam delapan puluh
hari dicantumkan di akhir setelah bab penutup.