22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketahanan keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan masih sangat memprihatinkan. Sebanyak 55% pekerjaan mereka --sebagai bentuk strategi adaptasi mereka -- adalah buruh tambak udang, 5% PNS, dan sisanya wiraswasta. Penghasilan mereka per bulan berkisar antara Rp. 1.000.0000,- s/d Rp. 5.000.000,-. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka, lulusan S1 & S2 = 4%, SMA = 40%, SMP = 30%, SD = 10%, dan tidak sekolah = 16%. 1 Melihat kondisi seperti itu pihak pengurus GPIB Anugerah Juata Laut memberikan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi agar strategi adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka meningkat dan tentunya diharapkan dapat meningkatkan ketahanan keluarga mereka. Ketahanan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. 2 Ketahanan keluarga (family strengths atau family resilience) merupakan suatu konsep holistik yang merangkai alur pemikiran suatu sistem, mulai dari kualitas ketahanan sumberdaya, strategi coping dan appraisal. Ketahanan keluarga (Family Resilience) merupakan proses 1 Data statistik GPIB Jemaat Anugerah Juata Laut Tarakan, 2016. 2 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketahanan keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan masih

sangat memprihatinkan. Sebanyak 55% pekerjaan mereka --sebagai bentuk

strategi adaptasi mereka -- adalah buruh tambak udang, 5% PNS, dan sisanya

wiraswasta. Penghasilan mereka per bulan berkisar antara Rp. 1.000.0000,- s/d

Rp. 5.000.000,-. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka, lulusan S1 & S2 = 4%,

SMA = 40%, SMP = 30%, SD = 10%, dan tidak sekolah = 16%.1 Melihat kondisi

seperti itu pihak pengurus GPIB Anugerah Juata Laut memberikan berbagai upaya

pemberdayaan ekonomi agar strategi adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka meningkat dan tentunya diharapkan dapat meningkatkan ketahanan

keluarga mereka.

Ketahanan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil guna hidup mandiri dan

mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan

kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.2 Ketahanan keluarga (family

strengths atau family resilience) merupakan suatu konsep holistik yang merangkai

alur pemikiran suatu sistem, mulai dari kualitas ketahanan sumberdaya, strategi

coping dan appraisal. Ketahanan keluarga (Family Resilience) merupakan proses

1 Data statistik GPIB Jemaat Anugerah Juata Laut Tarakan, 2016. 2 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

2

dinamis dalam keluarga untuk melakukan adaptasi positif terhadap bahaya dari

luar dan dari dalam keluarga.3

Berdasarkan beberapa konsep ketahanan keluarga di atas dapat diuraikan

bahwa ketahanan keluarga merupakan kemampuan keluarga dalam mengelola

sumber daya yang dimiliki serta menanggulangi masalah yang dihadapi baik dari

dalam keluarga maupun dari luar, untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun

psikososial keluarga. Kebutuhan pisik meliputi kebutuhan pokok, yakni sandang,

papan, dan pangan serta kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Dari aspek

pemenuhan kebutuhan pisik ini saja jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan

masih sangat rentan. Untuk itu dari sisi ketahanan keluarga jemaat GPIB

Anugerah Juata Laut Tarakan menarik ditelaah lebih lanjut.

Ketahanan keluarga dipengaruhi oleh kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial, dengan kata lain dipengaruhi

oleh kebudayaan. Sebagaimana dikemukakan oleh William A. Haviland yang

diterjemahkan oleh R.G Soekadijo (1985) bahwa: dalam studi etnosains strategi

adaptasi terhadap lingkungan bagi suatu masyarakat dipengaruhi oleh

kebudayaan. Kebudayaan merupakan sistem ide dan pengetahuan yang dimiliki

suatu masyarakat mempengaruhi pola tindakan mereka. Manusia beradaptasi

melalui medium kebudayaan ketika mereka mengembangkan cara-cara untuk

3 McCubbin et.al. 1988 dalam Puspitawati. “Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan

Keluarga” Kajian Akademik. (Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2015), 5

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

3

mengerjakan sesuatu sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan juga dalam

batas-batas lingkungan tempat mereka hidup.4

Pengetahuan mengolah lingkungan merupakan wujud dari kebudayaan

yang dimiliki oleh masyarakat. Budaya berbeda yang dimiliki akan

mempengaruhi pola pikir masyarakat dan melahirkan pola tindakan yang berbeda

pula dalam mempersepsikan lingkungan tempat tinggal mereka. Dengan kata lain

hubungan antara manusia, kebudayaan, dan lingkungan sangat erat.

Strategi adaptasi menurut Smith & Seymour (1990) dalam Kamus Besar

Antropologi adalah suatu rencana tindakan selama rentang waktu tertentu oleh

sekelompok atau sekumpulan orang tertentu untuk menyesuaikan diri dalam

mengatasi tekanan yang bersifat internal atau eksternal. 5

Barlett dalam Kusnadi (1998)6 menyebutkan bahwa strategi adaptasi

merupakan pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai konteks

lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan ekologi dimana penduduk itu hidup.

Pilihan tindakan yang bersifat kontekstual tersebut dimaksudkan untuk

mengalokasikan sumber daya yang tersedia di lingkungannya dalam mengatasi

tekanan-tekanan sosial ekonomi. Dalam kaitan tersebut, kebudayaan merupakan

instrumen yang paling penting dalam adaptasi manusia.

4 William A. Haviland. Antropologi Edisi Keempat Jilid 2, Terj R.G Soekadijo. (Jakarta:

Erlangga, 1985), 3 5 Nurlaili, “Strategi Adaptasi Nelayan Bajo Menghadapi Perubahan Iklim: Studi Nelayan

Bajo Di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur,” Jurnal Masyarakat & Budaya, (Volume 14

No. 3 Tahun 2012), 602 6 Ibid

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

4

Adaptasi menurut Parsudi Suparlan dalam Suprapti (1989)7 yaitu proses

mengatasi keadaan biologi, alam, dan lingkungan sosial tertentu untuk memenuhi

syarat-syarat tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupannya.

Manusia dalam beradaptasi berusaha memahami ciri-ciri penting dari

lingkungannya, kemudian mereka menciptakan dan mengembangkan cara

mengatasi lingkungan tersebut. Selanjutnya, melalui keberhasilan dan kegagalan

manusia berusaha menangkap umpan balik dari tindakannya. Akhirnya manusia

berusaha mengabstraksi pengalamannya dan memasyarakatkan cara-cara yang

paling tepat dalam mengatasi berbagai tantangan lingkungan.

Pada dasarnya, berbagai definisi konsep di atas memiliki kesamaan.

Merujuk konsep strategi adaptasi dari berbagai tokoh di atas maka dapat dibuat

intisari bahwa strategi adaptasi yaitu sebuah tindakan yang dilakukan oleh satu

komunitas tertentu sebagai bentuk respon dari berbagai bentuk tekanan pada

aspek ekonomi, sosial, lingkungan baik internal maupun eksternal. Bentuk strategi

adaptasi yang dilakukan pada tiap komunitas akan berbeda tergantung pada

kondisi lingkungan alam dan sosial budaya masyarakatnya. Tindakan utama

jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan dalam menghadapi tekanan hidupnya

adalah dengan menjual jasa sebagai buruh di tambak udang dengan penghasilan

rata-rata per bulan Rp. 2.000.000,-. Pertanyaannya cukupkah pendapatan tersebut

untuk kebutuhan hidup keluarga mereka? Mengapa pekerjaan tersebut yang

kebanyakan dipilih sebagai strategi adaptasi mereka? Pemberdayaan apa saja yang

telah dilakukan Gereja kepada jemaatnya? Untuk itulah penelitian ini dilakukan.

7 Ibid

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

5

Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan

yang diinginkan oleh seseorang, agar dapat memiliki kemampuan untuk

melakukan pilihan dan mengontrol lingkungan sehingga dapat memenuhi

keinginan-keinginan, termasuk aksesbilitas terhadap sumber daya yang terkait

dengan pekerjaan, aktivitas sosial, dan lain-lainnya. 8

Dalam bidang ekonomi, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya

pemberian kesempatan atau memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki

aksesbilitas terhadap sumberdaya, berupa: modal, teknologi, informasi, dan

jaminan pemasaran, agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan

usahanya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan

kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraan.9 Pemberdayaan

ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi masyarakat dalam

mengekspresikan potensi mereka dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk

peningkatan kesejahteraan. Dalam hal ini, masyarakat diberdayakan agar terlibat

aktif dalam proses pembangunan yang berlangsung.

Tujuan pemberdayaan dalam bidang ekonomi adalah agar kelompok

sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian memasarkan dan membentuk siklus

pemasaran yang relatif stabil.10 Kegiatan pemberdayaan yang ada diharapkan

dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka dalam

mensejahterakan kehidupan perekonomian mereka. Kebebasan yang diberikan

8Totok Mardikanto, Yesus Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, ( Solo, Prima Theresia

Presindo, 2005), 9. 9 Totok Mardikanto, Yesus, 11 10Michael Todaro, Economic development, dalam Gunawan Sumodiningrat,

Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas tentang pembangunan manusia Indonesia, (Jakarta, Buku

Kompas, 2007), 22.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

6

kepada warga bukanlah kebebasan yang tanpa batas, namun kebebasan tersebut

masih membutuhkan stimulus dari luar yang disebut stimuli eksternal. Stimulus

ini bersifat mendorong dan merangsang tumbuh dan berkembangnya potensi serta

energi internal.11 Oleh karena itu dalam studi ini pemberdayaan yang dimaksud

adalah pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan oleh pengelola Gereja agar

jemaat Gereja memperoleh kemampuan dan kebebasan dalam beradaptasi dengan

kebutuhan ekonomi mereka sehingga ketahanan keluarga mereka meningkat.

Stimulus eksternal yang mereka dapatkan, mungkin kemudahan akses untuk

mendapatkan tambahan modal usaha, akses pasar atau lainnya juga perlu diamati

dan dianalisis. Untuk itu judul penelitian yang kami pilih adalah “GEREJA

MEMBERI KEHIDUPAN: PEMBERDAYAAN JEMAAT GPIB ANUGERAH

JUATA LAUT TARAKAN UNTUK MENINGKATKAN STRATEGI ADAPTASI

DAN KETAHANAN KELUARGA.

Tema tersebut sengaja dipilih dengan alasan: (1) sesuai dengan program

studi yang penulis tekuni, yakni sosiologi agama konsentrasi pembinaan warga

gereja; dan (2) dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya jemaat GPIB

Anugerah Juata Laut Tarakan.

B. Pembatasan Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan, masalah dalam penelitian ini dibatasi

pada pemberdayaan keluarga, strategi adaptasi keluarga, dan ketahanan keluarga

jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan.

11 Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat, ( Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2011), 120.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

7

Pemberdayaan keluarga yang dimaksud adalah upaya pengelola Gereja

dalam memberikan kesempatan atau memfasilitasi jemaat gereja agar mereka

memiliki aksesbilitas terhadap sumberdaya, berupa: modal, teknologi, informasi,

dan jaminan pemasaran, agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan

usahanya, sehingga memperoleh perbaikan pendapatan serta perluasan

kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraan.

Strategi adaptasi dibatasi pada semua upaya jemaat dalam memenuhi

kebutuhan hidup atau tantangan hidup baik yang bersumber dari dalam keluarga

maupun dari luar.

Ketahanan keluarga yang dimaksud adalah kemampuan keluarga jemaat

Gereja dalam mengelola sumber daya yang dimiliki serta menanggulangi masalah

yang dihadapi baik dari dalam keluarga maupun dari luar, untuk dapat memenuhi

kebutuhan fisik maupun psikososial keluarga.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar beakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana ketahanan keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan?

2. Bagaimana strategi adaptasi keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut

Tarakan dalam meningkatkan ketahanan keluarga mereka?

3. Apa saja upaya pengelola GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan dalam

memberdayaan keluarga jemaat?

4. Bagaimana respon jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan terhadap

program pemberdayaan?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. ketahanan keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan;

2. strategi adaptasi keluarga jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan

dalam meningkatkan ketahanan keluarga mereka;

3. upaya pengelola GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan dalam

memberdayaan keluarga jemaat; dan

4. respon jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan terhadap program

pemberdayaan.

E. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memiliki signifikansi teoritis maupun signifikansi praktis.

Secara teoritik penelitian ini akan menghasilkan model pemberdayaan ekonomi

jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan. Hal ini tentunya secara teoritik

berkontribusi bagi pengembangan ilmu peningkatan sumber daya manusia

(PSDM), selain itu penelitian ini juga akan menemukan strategi adaptasi dan

ketahanan keluarga jemaat gereja. Oleh karena itu akan berkontribusi bagi

pengembangan ilmu sosiologi, khususnya sosiologi agama.

Secara praktis, penelitian ini memiliki signifikansi yang tinggi bagi

pengelola GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan sebagai feed-back dalam

memberdayakan jemaatnya selama ini dan untuk pengembangan program

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

9

pemberdayaan ekonomi selanjutnya. Bagi jemaat gereja penelitian ini dapat

digunakan sebagai refleksi strategi adaptasi yang selama ini dilakukan.

F. Tinjauan Pustaka

Studi yang terkait dengan penelitian ini di antaranya Nurlaili (2012)12

meneliti dengan judul “Strategi Adaptasi Nelayan Bajo Menghadapi

Perubahan Iklim: Studi Nelayan Bajo di Kabupaten Sikka, Flores, Nusa

Tenggara Timur.” Penelitian ini bertujuan melihat strategi adaptasi masyarakat

nelayan Bajo di Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam

menghadapi perubahan iklim, dengan menggunakan wawancara mendalam,

observasi dan FGD. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat

antara perubahan iklim dengan strategi adaptasi masyarakat melalui konstruksi

pengetahuan dan pengembangan teknologi penangkapan ikan.

Niken Sakuntaladewi & Sylviani (2014)13 meneliti dengan judul

“Kerentanan dan Upaya Adaptasi Masyarakat Pesisir Terhadap Perubahan

Iklim. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kerentanan masyarakat pesisir

akibat perubahan iklim. Penelitian dilakukan di tiga desa yaitu kawasan hutan

lindung di Kabupaten Subang, kawasan hutan konservasi di Kabupaten

Jembrana, dan hutan hak di Kabupaten Pemalang. Data dikumpulkan dari 30

responden pada masing-masing desa, dan dianalisa dengan Multivariate Analysis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim menurunkan

12 Nurlaili. “Strategi Adaptasi ...” 13 Niken Sakuntaladewi & Sylviani “Kerentanan dan Upaya Adaptasi Masyarakat Pesisir

Terhadap Perubahan Iklim.” JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 4

Desember 2014, 281 - 293

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

10

penghasilan mayoritas masyarakat di tiga desa penelitian. Jumlah masyarakat

desa sekitar hutan mangrove yang merupakan hutan hak mempunyai

kerentanan paling rendah (37%), kerentanan tertinggi di masyarakat desa

sekitar hutan lindung (82%) dan kerentanan sedang di masyarakat desa sekitar

hutan konservasi (55%). Kerentanan masyarakat banyak dipengaruhi oleh: 1)

keterbukaan yaitu kondisi iklim; 2) sensitivitas, meliputi ketergantungan

masyarakat terhadap jenis penghasilan yang sensitif iklim, lokasi sumber

penghasilan yang dekat dengan sumber bencana dan rusaknya lingkungan

biofisik; 3) kapasitas adaptasi, meliputi perbaikan lingkungan biofisik, variasi

sumber penghasilan, ekstensifikasi lahan usaha, penerapan teknologi pertanian

dan perikanan, penyesuaian jadwal kegiatan usaha dengan prakiraan musim,

alih profesi, tetap pada kegiatan lama dan berharap pada keuntungan, kuatnya

kelembagaan masyarakat, bantuan atau program pembangunan desa dan

pendampingan yang intensif.

Devita Elfira (2013)14 meneliti dengan judul “Strategi Adaptasi

Transmigran Jawa di Sungai Beremas: Studi Etnosains Sistem Pengetahuan

Bertahan Hidup.” Temuan penelitiannya bahwa alasan transmigran Jawa masih

bertahan di Sungai Beremas adalah karena mereka yakin dengan masa depan

mereka di daerah baru itu akan lebih baik dari pada kondisi yang mereka alami

di daerah asal. Prinsip “sinten ingkang ndamel ngangge, sinten ingkang nanem

ngunduh” merupakan keyakinan untuk selalu berusaha dan tekun mengolah

14 Devita Elfira (2013). “Strategi Adaptasi Transmigran Jawa di Sungai Beremas: Studi

Etnosains Sistem Pengetahuan Bertahan Hidup.” Jurnal Sosiologi, Vol. I No.01 Th. 2013

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

11

lahan di Sungai Beremas, karena mereka merasa yakin bahwa masa depan

petani di Sungai Beremas akan lebih baik dari pada sekarang. Sistem

pengetahuan dan strategi adaptasi lingkungan alam yang dikembangkan

transmigran Jawa di Sungai Beremas adalah sebagai berikut: pertama,

menanam tanaman yang bisa dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan sehari-

hari dengan tujuan untuk menghemat pengeluaran terhadap kebutuhan

makanan, merekonstruksi lahan tidak subur menjadi lahan produktif, membuka

lahan datar menjadi sawah dengan tujuan agar mereka tidak membeli beras,

dan menjadikan jagung sebagai makan pokok di samping beras. Kesemua itu

bertujuan untuk mengurangi konsumsi beras. Kedua, memelihara binatang

ternak sapi milik orang dusun (orang Siulak) dan memelihara ayam milik

sendiri secara tradisional. Ketiga, menjadi kuli kebun upahan pada masyarakat

Jawa yang tinggal di Kayu Aro dan menjadi kuli sawah bagi masyarakat

Siulak, serta merantau ke Muaro Bungo, Tebo, Bangko dengan menjadi kuli

sawit pada masyarakat Jawa yang tinggal di sana.

Marthen Nainupu (2014)15, meneliti dengan judul “Pelayanan Gereja

Kepada Orang Miskin”. Resume temuannya bahwa masalah paling pelik dan

paling tua yang tak mudah diselesaikan secara tuntas adalah masalah

kemiskinan, sebagaimana yang kita simak dari pengalaman pada jaman Alkitab

(jaman kuno) dan sampai dengan era yang kita sebut sebagai era paska modern.

inipun masalah kemiskinan belum dapat terselesaikan dengan tuntas. Berbagai

kebijakan dan program baik dari pemerintah maupun gereja sudah dilakukan,

15 Marthen Nainupu “Pelayanan Gereja Kepada Orang Miskin”. Jurnal Theologi Aletheia

(Vol.16 No.7, September 2014), 70-92

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

12

tetapi masalah orang miskin masih tetap saja ada di antara kita. Meskipun

demikian, gereja tidak pernah berhenti dari upaya-upaya menolong dan

melayani orang-orang miskin. Di sinilah gereja hadir dalam upaya untuk

menolong dan memberdayakan orang miskin. Upaya gereja untuk menolong

orang miskin sudah dilakukan dengan berbagai model, mulai dari model

karitatif yang sangat tradisional, reformatif maupun transformatif.

Upaya-upaya untuk menolong orang miskin akan dapat dilakukan

dengan lebih baik dan sungguh-sungguh memberdayakan mereka jika dengan

mengikut-sertakan mereka sebagai subjek, sebab mereka sendiri merupakan

suatu kekuatan yang besar untuk melakukan perubahan untuk memperbaiki

keadaan mereka. Di samping itu pelayanan gereja kepada orang miskin harus

berbasis pada data, terutama data mengenai potensi atau kekuatan-kekuatan

gereja serta melakukan suatu koordinasi yang baik dan terpadu agar semua

warga gereja diikut-sertakan dalam keprihatian ini. Untuk maksud tersebut

maka gereja perlu membuat keputusan pastoral atau kebijakan kepedulian

kepada orang miskin yang dapat dijadikan panduan bagi semua bagian

pelayanan dari gereja.

Andreas Nugroho (2015)16 meneliti dengan judul “CU Abdi Rahayu

dan Efektifitas Diakonia Gereja Paroki Marganingsih Kalasan”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif Credit Union Abdi Rahayu

mewujudkan diakonia Paroki Marganingsih, Kalasan, Yogyakarta. Subyek

penelitian adalah pelayanan CU Abdi Rahayu yang diukur dalam beberapa hal,

16Andreas Nugroho. “Credit Union Abdi Rahayu dan Efektifitas Diakonia Gereja Paroki

Marganingsih Kalasan”. JURNAL TEOLOGI, Volume 04, Nomor 01, Mei

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

13

yaitu: pendidikan keuangan, alasan tabungan, bentuk tabungan, kemudahan

meminjam, tujuan meminjam, disiplin simpanan wajib, bantuan dalam

menggunakan uang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Credit Union "Abdi Rahayu"

mampu mewujudkan beberapa elemen Diakonia dari Paroki Marganingsih,

Kalasan. Penelitian ini juga menunjukkan sikap solidaritas antar anggotanya

sebagai manifestasi nyata cinta sesama.

Beberapa studi tersebut ada kesamaan dengan studi ini, khususnya

tentang strategi adaptasi dan pemberdayaan. Oleh karena itu posisi penelitian

ini baik untuk strategi adaptasi maupun pemberdayaan jemaat dapat

memperkuat temuan penelitian terdahulu.

G. Kerangka Berpikir Penelitian

Pemberdayaan jemaat pada dasarnya bentuk riil diakonia, merupakan

kepedulian sosial Gereja (Pendeta) kepada jemaatnya agar memiliki

keberdayaan dalam mempertahankan dan meningkatkan hidup jemaat. Jemaat

yang memiliki keberdayaan adalah jemaat yang memiliki ketangguhan strategi

adaptasi dalam menghadapi tantangan internal maupun eksternal

kehidupannya. Dalam menghadapi situasi ekonomi apapun jemaat akan

tangguh, memiliki berbagai cara untuk tetap hidup (survival) yang

menyebabkan ketahanan keluarganya memadai.

Ketahanan keluarga memadai menurut Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia ditandai: (1)

perkawinan suami-istri legal; (2) anak legal; (3) keluarga utuh, tinggal bersama

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

14

dalam ikatan keluarga; (4) Makan lengkap minimal dua kali sehari untuk

semua anggota keluarga; (5) Tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit akut/kronis atau cacat; (6) Tidak ada anggota keluarga yang menderita

masalah gizi; (7) Rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah/ada

sekat antara orangtua dan anak; (8) Keluarga mempunyai kepemilikan rumah;

(9) Suami dan/atau istri mempunyai penghasilan tetap per bulan minimal

UMR; (10) Suami dan/atau istri memiliki pekerjaan tetap dengan pendapatan

berapa saja; (11) Suami dan/atau istri mempunyai tabungan dalam bentuk uang

minimal sebesar 3 kali UMR; (12) Minimal satu anggota keluarga memiliki

asuransi kesehatan; (13) Keluarga mampu membayar pengeluaran untuk

kebutuhan listrik; (14) Keluarga mampu membayar pengeluaran untuk

pendidikan anak minimal hingga tingkat SMP; (15) Tidak ada anak yang Drop

Out dari sekolah; (16) Anggota keluarga yang berusia 15 tahun ke atas minimal

berpendidikan SMP; (17) Tidak pernah terjadi kekerasan antar suami-istri; (18)

Tidak pernah terjadi kekerasan antar orangtua-anak; (19) Tidak ada anggota

keluarga yang terlibat masalah pelanggaran hukum; (20) Anak diberikan

kesempatan untuk mengemukakan pendapat; (21) Suami-istri saling

menghargai dan menyayangi; (22) Anggota keluarga berpartisipasi dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan; (23) Anggota keluarga merawat/peduli kepada

orangtua lansia; (24) Anggota keluarga berkomunikasi dengan baik, termasuk

dengan keluarga besarnya; (25) Suami dan/atau istri melakukan kegiatan

agama secara rutin; (26) Ayah mengalokasikan waktu bersama anak; (27) Ibu

mengalokasikan waktu bersama anak; (28) Ayah dan Ibu berbagi peran dengan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

15

baik; (29) Pengelolaan keuangan dilakukan bersama suami dan istri secara

transparan; dan (30) Suami dan istri merencanakan bersama jumlah anak yang

diinginkan atau alat kontrasepsi yang dipakai. Kerangka berpikir tersebut

dalam konteks penelitian ini dapat divisualisasikan ke dalam Bagan 1 berikut.

Bagan 1: Kerangka berpikir penelitian

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

dengan jenis studi kasus. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk

memahami (to understand) secara mendalam tentang fenomena atau gejala

sosial melalui perspektif emik (emic view) dan perspektif etik (etic view).

Dengan pemahaman fenomena atau gejala sosial secara mendalam dan

holistic melalui studi tersebut diharapkan dapat ditarik kesimpulan dalam

bentuk teori baru.

Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu,

kelompok, program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu.

Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari

sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis

untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian

Pemberdayaan

Jemaat: Penguatan pengelolaan

tambak udang

Penguatan UKM

Strategi Adaptasi

Meningkat

Ketahanan Keluarga

Meningkat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

16

kualitatif yaitu dengan teknik wawancara mendalam (dept interview),

observasi partispatif (participant observation), dan dokumentasi.

Yin17 menyatakan bahwa tujuan penggunaan penelitian studi kasus

adalah tidak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yang diteliti,

tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus

tersebut dapat terjadi. Dengan kata lain, penelitian studi kasus bukan

sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang

diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang

‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why) objek tersebut terjadi dan

terbentuk sebagai suatu kasus.

2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian untuk dapat menjawab fokus penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Mengambil data dengan instrumen yang telah disiapkan berupa pedoman

wawancara dan pedoman observasi.

b. Menganalisis data.

c. Klasifikasi data.

d. Membuat kategori data.

e. Memperbanyak Informan hingga data yang diperlukan terpenuhi.

f. Mereduksi data.

g. Menyusun data.

17 Robert K Yin, Qualitative Research from Start to Finish. (London:The Guilford Press,

2011), 64

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

17

h. Memeriksa keabsahan data dengan member-check dan trianggulasi.

i. Membuat verifikasi dan penyimpulan.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan,

di tempat kerja dan di rumah jemaat gereja yang terpilih sebagai informan

penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Juli s/d Agustus 2017.

4. Penentuan Informan

Informan diambil secara purposive, jumlahnya sesuai kebutuhan

penelitian. Karakteristik yang dipilih antara lain: (1) Jemaat gereja GPIB

Anugerah Juata Laut Tarakan; (2) Kepala rumah tangga; (3) memiliki

pekerjaan; dan (4) aktif mengikuti program pemberdayaan ekonomi yang

diselenggarakan gereja. Jumlah dianggap cukup jika telah mencapai

redundancy (kejenuhan informasi).

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Melalui obsevasi dihasilkan data lapangan yang lengkap

sebagaimana diinginkan. Dalam pelaksanaan observasi ini peneliti

melakukan obeservasi pada saat pelaksanaan pemberdayaan ekonomi, saat

informan bekerja, dan kondisi pisik lingkungan tempat tinggal. Peneliti

menginventarisasikan data yang diamati selama proses penelitian

berlangsung dengan mencatat data-data yang terkait dengan fokus

penelitian.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

18

b. Wawancara

Teknik wawancara berupa suatu percakapan yang bertujuan untuk

memperoleh data dari Informan dari keseluruhan subjek penelitian.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini mengandung 3 tujuan,

yaitu: (1) wawancara yang mengungkap konteks pengalaman Informan;

(2) wawancara yang memberi kesempatan Informan untuk merekonstruksi

pengalamannya; dan (3) wawancara yang mendorong Informan merefleksi

makna dari pengalaman yang dimiliki.

Ditinjau dari tahapannya, wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini dilakukan dengan tahapan: (1) wawancara pembicaraan

informal; (2) Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara; dan

(c) wawancara terbuka jika diperlukan. Ketiga wawancara tersebut hampir

selalu dilakukan pada setiap proses wawancara dengan Informan.

c. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk melengkapi informasi-informasi dan

pengumpulan data dari metode lainnya. Data yang hendak diperoleh

melalui dokumentasi ini antara laun: data jemaat (nama, alamat, pekerjaan,

jumlah anggota keluarga, dan penghasilan), dan program pemberdayaan

ekonomi jemaat.

6. Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan:

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

19

1) Memperpanjang masa observasi / keikutsertaan.

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan observasi / keikutsertaan

peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan observasi / keikutsertaan

peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data

yang dikumpulkan. Perpanjangan observasi / keikutsertaan juga

menuntut peneliti agar terjun ke dalam lokasi dan dalam waktu

yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi

yang mungkin terjadi. Distorsi dapat terjadi karena adanya unsur yang

tanpa disengaja, yakni berupa kesalahan dalam mengajukan

pertanyaan, motivasi setempat, misalnya hanya untuk menyenangkan

atau menyedihkan peneliti, sedangkan distorsi karena adanya unsur

kesengajaan seperti dusta, menipu, dan berpura-pura oleh subjek,

Informan, maupun key Informan.

2) Ketekunan pengamatan.

Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

yang sedang diteliti. Ketekunan pengamatan juga mendapatkan

kedalaman isi data yang diperlukan, dengan demikian peneliti

mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang terkait dengan fokus

atau masalah penelitian.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

20

3) Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Trianggulasi

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah trianggulasi antar sumber,

Trianggulasi antar metode, dan trianggulasi antar waktu.

1) Trianggulasi antar sumber

Cara ini dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh

dari hasil wawancara dari beberapa subjek penelitian. Hasil

wawancara dibandingkan dengan sumber yang ada dan diambil

kesimpulan sementara (tentatif).

2) Trianggulasi antar metode

Cara ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara

dengan hasil pengamatan, sehingga temuan yang didapat dari

hasil wawancara dapat diuji dengan cara mengamati pelaksanaan

di lapangan. Dengan demikian maka hasil data yang diperoleh

dapat dipercaya.

3) Trianggulasi antar waktu

Cara ini dilakukan dengan: (1) membandingkan hasil pengamatan

yang dilakukan peneliti untuk yang pertama dengan pengamatan

berikutnya, (2) membandingkan data hasil wawancara pertama

dengan hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil

perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan,

pikiran semata-mata, tetapi lebih penting lagi justru akan bisa

mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

21

4) Member check.

Teknik ini dilakukan dengan cara menunjukkan hasil wawancara

kepada Informan sampai Informan membenarkan informasi tersebut

sebagai hasil wawancara dengan dirinya. Sebagai pertanda Informan

telah membenarkan informasi tersebut, Informan diminta

menandatangani transkrip hasil wawancara dengan dirinya.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analysis

Interactive model dari Miles dan Huberman18 yang dapat digambarkan

pada Gambar 1.

Data Coolection

Gambar 1.: Komponen Analisis Data Model Interaktif

Data disajikan secara sistematik agar lebih mudah dipahami secara

utuh dan menyeluruh antara bagian-bagiannya sehingga memberi

18Mile, M.B., & Huberman, A.M.,Analisis data kualitatif. Alih bahasa: Tjetjep Rohendi

Rohidi dan Mulyasa, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 20.

Pengumpulan

Data

Penyajian

Data

Reduksi

Data

Kesimpulan-kesimpulan :

Penarikan/Verifikasi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13358/1/T2_752016203_BAB I.pdf · lingkungan sosial, ... ekonomi harus bisa memberikan kebebasan bagi

22

kemungkinan penarikan kesimpulan / verifikasi. Penarikan kesimpulan /

verifikasi tidak lepas dari fenomena permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan pendapat di atas, maka analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan tiga tahap, yakni:

1) Identifikasi dan reduksi (penyederhanaan) data

2) Display data berdasarkan klasifikasi data pada setiap fokus penelitian

3) Interpretasi dan penarikan kesimpulan atau verifikasi