19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi dalam bidang usaha bersaing untuk mempertahankan eksistensinya di dalam ruang lingkup yang digeluti oleh organisasi tersebut. Dalam usaha untuk dapat bertahan ditengah keadaan ekonomi yang masih tidak menguntungkan bagi setiap jenis industri yang ada, terdapat sisi lain yang sangat positif bagi semua pihak, termasuk perusahaan- perusahaan yang ada di Indonesia. Segi positif ini antara lain perusahaan menciptakan strategi yang kreatif di dalam menghadapi persaingan-persaingan yang ada. Kreativitas itu sendiri timbul akibat adanya pembelajaran yang berlanjut yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Strategi yang harus dilakukan perusahaan dalam menghadapi persaingan adalah dengan meningkatkan kualitas SDM yang ada sehingga pencapaian yang di raih sangat maksimal. Dalam meningkatkan kualitas SDM organisasi harus melakukan perubahan dalam sistem dan sktruktur organisasi, seperti halnya dengan memperbaiki iklim dan budaya organisasi di perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edu I.pdfmenghadapi persaingan adalah dengan meningkatkan kualitas SDM yang ada sehingga pencapaian yang di raih sangat maksimal. Dalam meningkatkan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Setiap organisasi dalam bidang usaha bersaing

    untuk mempertahankan eksistensinya di dalam ruang

    lingkup yang digeluti oleh organisasi tersebut. Dalam

    usaha untuk dapat bertahan ditengah keadaan

    ekonomi yang masih tidak menguntungkan bagi setiap

    jenis industri yang ada, terdapat sisi lain yang sangat

    positif bagi semua pihak, termasuk perusahaan-

    perusahaan yang ada di Indonesia. Segi positif ini

    antara lain perusahaan menciptakan strategi yang

    kreatif di dalam menghadapi persaingan-persaingan

    yang ada. Kreativitas itu sendiri timbul akibat adanya

    pembelajaran yang berlanjut yang dilakukan oleh

    masing-masing perusahaan berdasarkan pengalaman

    yang diperoleh sebelumnya.

    Strategi yang harus dilakukan perusahaan dalam

    menghadapi persaingan adalah dengan meningkatkan

    kualitas SDM yang ada sehingga pencapaian yang di

    raih sangat maksimal. Dalam meningkatkan kualitas

    SDM organisasi harus melakukan perubahan dalam

    sistem dan sktruktur organisasi, seperti halnya dengan

    memperbaiki iklim dan budaya organisasi di

    perusahaan.

  • 2

    Sumber daya manusia merupakan faktor

    terpenting dalam usaha pencapaian keberhasilan

    organisasi. Tantangan yang dihadapi oleh organisasi

    ada masa sekarang dan masa akan datang adalah

    bagaimana menghasilkan SDM yang berkualitas,

    inovatif dan mempunyai kreativitas tinggi. Ulrich (1998)

    mengatakan kunci sukses sebuah perubahan adalah

    pada Sumber daya manusia sebagai inisiator dan agen

    perubahan terus menerus, pembentuk proses serta

    budaya yang secara bersama meningkatkan

    kemampuan perubahan organisasi. Usaha perubahan

    organisasi membutuhkan partisipasi dari semua

    karyawan, itu akan tercapai bila juga ada kemauan

    dan kemampuan masing-masing individu karyawan.

    Kemampuan karyawan tergantung pada tujuan

    dari organisasi bersangkutan dan organisasi tersebut

    harus mampu menciptakan kenyamanan di lingkungan

    kerja dan memenuhi kebutuhan karyawannya dengan

    baik. Apabila semua kebutuhan dan kemauan

    karyawan terpenuhi dengan baik otomatis karyawan

    akan merasa puas dengan pekerjaan dan akan

    memiliki tanggung jawab penuh terhadap organisasi

    dimana dia bekerja dan memiliki komitmen terhadap

    organisasi.

    Selain menciptakan Kepuasan kerja dan

    Komitmen terhadap organisasi, Perusahaan juga harus

    mampu mempertahankan perilaku in-role dari setiap

  • 3

    karyawan. Tetapi juga Perilaku Ekstra-role yang disebut

    juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

    Menurut Somech dan Drach-Zahavy (2004),

    perilaku anggota perusahaan yang melebihi dari

    gambaran peranan yang diharapkan perusahaan,

    tetapi merupakan hal yang sangat krusial dan penting

    bagi kelangsungan perusahaan yang disebut dengan

    Organizational Citizenship Behavior. Topik tentang OCB

    ini merupakan topik studi yang meluas dalam bidang

    perilaku organisasi beberapa tahun belakangan ini.

    Konsep OCB pertama kali dipopulerkan oleh Organ dan

    rekannya (Podsakoff dan MacKenzie, 1997). Seiring

    berjalannya waktu banyak pula peneliti lain yang

    melakukan penelitian serupa, yang sangat menunjang

    perkembangan konsep dari OCB itu sendiri.

    Menurut Organ (1988) Organizational Citizenship

    Behavior (OCB) merupakan perilaku individu yang

    ekstra, yang tidak secara langsung atau eksplisit dapat

    dikenal dalam suatu Sistem kerja yang formal, dan

    yang secara agregat mampu meningkatkan efektifitas

    fungsi organisasi.

    OCB berkontribusi langsung pada performa

    organisasi, yaitu dengan membuat organisasi menjadi

    tempat yang menarik untuk bekerja dengan rekan

    kerja. Hal ini karena setiap karyawan memperlakukan

    rekan kerjanya dengan ramah dan penuh

    pertimbangan. Ada beberapa manfaat dari perilaku

  • 4

    OCB bagi organisasi dan karyawan itu sendiri antara

    lain adalah dapat meningkatkan tingkat turnover

    karyawan, dapat membuat karyawan lebih lama berada

    di dalam pekerjaannya, kualitas yang tingggi dalam

    perusahaan, dan membantu kesuksesan organisasi.

    Untuk menciptakan atau menimbulkan sebuah

    perilaku OCB pada karyawan tidak lepas dari beberapa

    faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku OCB,

    berdasarkan hasil penelitian Organ ada beberapa faktor

    yang mempengaruhi timbulnya OCB yaitu Budaya dan

    iklim organisasi, kepribadian, jenis kelamin, masa kerja

    dan masih banyak lagi. Dan dari beberapa penelitian

    lain juga menambahkan beberapa faktor seperti

    kepuasan kerja dan Komitmen Organisasi (Elfina 2004

    & Dennis Organ).

    George (1996) menyatakan pentingnya OCB bagi

    keberhasilan organisasi, karena pada dasarnya

    organisasi tidak dapat mengantisipasi perilaku

    organisasi hanya dengan mengandalkan deskripsi kerja

    yang dinyatakan secara formal saja. Murpy,et.al (2002)

    dalam penelitiannya membuktikan bahwa kepuasan

    kerja berhubungan signifikan dengan OCB , peran

    kepuasan kerja dan komitmen organisasi sangat

    menentukan dalam pembentukan OCB karyawan

    PT. Kamaltex Karangjati adalah sebuah

    perusahaan tekstil di Kabupaten Semarang yang sudah

    berdiri sejak tahun 1976 dan berpengalaman selama

  • 5

    35 tahun dalam memproduksi benang, serta

    merupakan Exsportir benang Polyester, Rayon

    dan/atau gabungan dari keduannya. Luasan cakupan

    pasar terdiri dari Negara Turki, Uni Eropa, Argentina,

    Israel, Brazil, Korea Selatan, Jepang. Produknya tidak

    hanya untuk keperluan ekspor, melainkan juga untuk

    konsumsi domestik. Benang produksi PT. Kamaltex

    Karangjati digunakan di hampir seluruh perusahaan

    tekstil di Solo, Salatiga, Pekalongan, Tegal, Karawang,

    Bandung, Jakarta menggunakan benang hasil produksi

    PT. Kamaltex Karangjati Kabupaten Semarang. Selain

    itu PT. Kamaltex Karangjati juga menjalankan usaha-

    usaha di bidang industri yang meliputi industri tekstil

    dan lembaran kain sintetis/kain keras, benang dan

    pengolahan bahan baku tekstil serta proses

    pencelupan dan pemutihan (dying dan processing),

    printing, pertenunan (weaving), knitting, false twisting,

    spinning, termasuk didalamnya texturerhizing dan

    penyempurnaan (finishing) serta kegiatan usaha terkait

    antara lain memberikan jasa (makloon). Selain industri

    tekstil, PT. Kamaltex Karangjati juga bergerak dalam

    bidang industri garment dan pakaian jadi serta

    kegiatan usaha terkait lainnya.

    Jika dilihat dari prospek dan pangsa pasar yang

    dimiliki, perusahaan ini dapat menjadi perusahaan

    yang maju dan berkembang, karena memiliki buyer di

    luar negeri yang loyal dan cukup besar pangsanya..

  • 6

    Pada saat ini permintaan terhadap produksi tekstil

    meningkat cukup signifikan, sehingga perusahaan

    tekstil terus berupaya untuk menambah produksinya,

    termasuk PT. Kamaltex Karangjati Kabupaten

    Semarang. Peningkatan permintaan (demand) produk

    tekstil tersebut menyebabkan perusahaan harus

    memotivasi karyawannya agar dapat berproduksi

    secara optimal, supaya dapat mencapai target produksi

    yang ditetapkan, tetapi kenyataan yang terjadi berbeda

    dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

    Karyawan yang diharapkan mampu untuk

    meningkatkan produktifitasnya, ternyata kinerjanya

    justru cenderung menurun Diduga penyebab

    permasalahan ini adalah budaya organisasi yang

    diterapkan perusahaan kurang baik. Berdasarkan hasil

    wawancara pra penelitian dengan pihak manajemen,

    terungkap bahwa penurunan kinerja karyawan

    disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang tidak

    berpihak pada karyawan, salah satunya adalah tidak

    adanya kesempatan untuk meningkatkan status atau

    jenjang karir bagi karyawan yang berprestasi, sehingga

    karyawan tidak memiliki motivasi dan komitmen pada

    organisasi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya guna

    memenuhi target produksi.

    Peneliti telah melakukan pengamatan pra

    penelitian mengenai faktor-faktor yang diduga menjadi

    penyebab menurunnya kinerja karyawan terkait

  • 7

    dengan kesesuaian antara beban kerja yang diberikan

    dengan hasil kerja yang dicapai, ditinjau dari segi

    kuantitas maupun kualitas. Faktor-faktor dalam

    budaya organisasi perusahaan yang diduga menjadi

    penyebab menurunnya kinerja karyawan adalah

    sebagai berikut:

    1. Tidak adanya reward ataupun insentif tertentu yang

    diberikan kepada kepada karyawan apabila

    mencapai target produksi:

    Menyebabkan menurunnya motivasi dan kepuasan

    kerja karyawan sehingga kinerja para karyawan pun

    menurun.

    2. Ketidak sesuaian ketrampilan kerja:

    Kebijakan perusahaan yang lebih mengutamakan

    untuk merekrut para calon karyawan dilingkungan

    perusahaan, menyebabkan ketidak cocokan/

    ketidakmampuan para karyawan bekerja sesuai

    spesifikasi pekerjaannya. Dimana kebanyakan calon

    karyawan disekitar lingkungan perusahaan tidak

    mencukupi syarat untuk bekerja didalam

    perusahaan tersebut, misalnya ketidak mampuan

    untuk menggunakan alat-alat produksi seperti.

    3. Kecilnya kesempatan untuk berjenjang karir:

    Sulit untuk memperoleh peningkatan status/jabatan

    yang lebih tinggi lagi daripada status/jabatan

    sebelumnya, meskipun para karyawan telah bekerja

    cukup lama.

  • 8

    4. Prakarsa dan inisiatif dalam bekerja kurang optimal:

    Efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu pada

    saat bekerja yang tidak sesuai dengan ketentuan.

    5. Kerjasama antar pegawai tampak belum optimal:

    Ketidakadilan dalam pembagian tugas dan disiplin

    karyawan yang masih belum optimal.

    (Sumber: Personalia PT. Kamaltex Karangjati, 2012)

    Kondisi sebagaimana terungkap pada

    permasalahan diatas mengakibatkan karyawan

    cenderung melakukan pekerjaan seadanya tanpa

    adanya keinginan untuk meningkatkan kualitas dan

    kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Untuk

    lebih jelasnya, persentase hasil kerja karyawan

    terutama pada kurun waktu empat tahun terakhir

    antara 2008 – 2011 di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar

    berikut:

  • 9

    0%

    5%

    10%

    15%

    20%

    25%

    30%

    2008 2009 2010 2011Amat Baik 16% 16% 15% 15%

    Baik 19% 18% 18% 19%

    Lebih dari Cukup 20% 20% 20% 21%

    Cukup 20% 20% 19% 18%

    Kurang 25% 26% 27% 28%

    %

    Penilaian Kinerja Karyawan 2008 - 2011

    Gambar 1.1

    Persentase Penilaian Kinerja Karyawan

    Sumber: Personalia PT. Kamaltex Karangjati, 2012

    Tabel 1.1 tersebut menunjukkan bahwa

    karyawan yang kinerjanya kurang jumlahnya terbesar

    di antara yang lain, yaitu 25% dan jumlahnya

    meningkat dari tahun ke tahun sampai mencapai 43%

    di tahun 2011. Kondisi ini diperburuk lagi dengan

    menurunnya jumlah karyawan yang kinerjanya amat

    baik dan baik, yang pada umumnya mempunyai masa

  • 10

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    2008 2009 2010 2011

    164

    124122 119

    Revenue

    Revenue

    kerja lebih dari 5 tahun. Kondisi ini tentu saja

    menurunkan tingkat produktifitas dan kenerja

    perusahaan secara keseluruhan.

    Indikasi menurunnya kinerja perusahaan

    ditunjukkan oleh menurunnya pendapatan (revenue)

    selama empat tahun terakhir 2008-2011. Hal ini dapat

    dilihat dari menurunnya angka penjualan bersih PT.

    Kamaltex Karangjati Kabupaten Semarang

    sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar berikut:

    Gambar 1.2

    Revenue (Pendapatan)

    Sumber: Personalia PT. Kamaltex Karangjati, 2012

  • 11

    Menurunnya penerimaan terjadi sangat

    signifikan sejak tahun 2008 hingga 2009 dan

    penurunan cenderung stabil sejak tahun 2009 hingga

    2011. Penurunan penjualan tersebut berimplikasi pada

    meningkatnya rugi bersih perusahaan.

    Tolak ukur dari kinerja karyawan diantaranya

    adalah prestasi kerja, moral kerja, produktivitas kerja

    karyawan, tingkat turnover, serta kedisiplinan

    karyawan dalam menjalankan pekerjaannya.

    Kedisiplinan karyawan dapat dilihat dari waktu dan

    tingkat absensi. Jika karyawan datang ke tempat kerja

    selalu tepat waktu dan tingkat absensinya rendah

    maka secara relatif kinerja karyawan baik. Sebaliknya

    jika karyawan datang ke tempat kerja sering terlambat

    dan tingkat absensinya tinggi maka kinerja karyawan

    di perusahaan dikatakan kurang.

    Sejalan dengan pendapat tersebut, Agus Dharma

    (2004:387) menyatakan bahwa,:

    “Perilaku karyawan yang mencerminkan

    ketidakdisiplinan, paling sering ditemui di tempat kerja

    adalah karyawan yang terlambat masuk kerja,

    mangkir, terutama setelah hari libur”.

    Sehubungan dengan faktor ketidakdisiplinan

    yang menyebabkan penurunan kinerja perusahaan,

    personalia PT. Kamaltex Karangjati Kabupaten

    Semarang mencatat kenaikan dalam tingkat

    ketidakhadiran karyawan. Kenaikan angka

  • 12

    30%33%

    38%41%

    0%

    5%

    10%

    15%

    20%

    25%

    30%

    35%

    40%

    45%

    2008 2009 2010 2011

    Absensi

    Absensi

    ketidakhadiran ini mengindikasikan menurunnya

    kinerja karyawan dan kinerja perusahaan. Hal ini

    dapat dilihat dari grafik ketidakhadiran berikut :

    Gambar 1.3

    Absensi Karyawan

    Sumber: Personalia PT. Kamaltex Karangjati, 2012

    Grafik 1.3 tersebut menunjukkan angka

    ketidakhadiran karyawan yang cenderung meningkat

    selama empat tahun terakhir, yaitu dari 30% pada

    tahun 2008 menjadi 41% pada tahun 2011. Tingginya

    angka absensi/mangkir kerja karyawan

    mengindikasikan bahwa karyawan kurang mempunyai

    komitmen terhadap pekerjaan dan perusahaannya, dan

  • 13

    152

    191 197205

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2008 2009 2010 2011

    Turnover

    Turnover

    hal ini bisa disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan

    atas sebagian atau seluruh aspek-aspek yang terkait

    dengan pekerjaan di perusahaan PT. Kamaltex

    Karangjati Kab. Semarang.

    Angka masuk-keluar (turnover) karyawan juga

    dilaporkan cenderung mengalami peningkatan selama

    empat tahun terakhir, sebagaimana yang disajikan

    pada grafik 1.4

    Gambar 1.4

    Turnover Karyawan

    Sumber: Personalia PT. Kamaltex Karangjati, 2012

  • 14

    Grafik 1.4 menunjukkan kecenderungan

    turnover karyawan yang meningkat sejak tahun 2008 –

    2011. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan

    merasa tidak puas atas kondisi kerja di PT. Kamaltex

    Karangjati, sehingga tidak mempunyai motivasi dan

    komitmen pada organisasi untuk tetap bekerja di

    perusahaan tersebut.

    Berdasarkan pengamatan awal peneliti melalui

    wawancara dan studi awal lapangan, terdapat hal-hal

    yang berkaitan dengan :

    a. Karakteristik pekerja di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang

    b. Karakteristik pekerja yang terdapat di PT.Kamaltex

    Karangjati Semarang hampir homogen, yaitu

    sebagian besar (72%) karyawan berpendidikan SD

    dan SMP, dan sebagian kecil sisanya berpendidikan

    SMA sampai dengan S1. Status sosial ekonomi

    sebagian besar karyawan tergolong dalam kategori

    tidak mampu, dan berdomisili di sekitar perusahaan.

    c. Kepuasan Kerja Karyawan

    Kepuasan kerja karyawan termasuk rendah yang

    terlihat dari kecenderungan karyawan menunda-

    nunda pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan,

    agar dapat dikerjakan pada jam lembur

    d. Komitmen organisasi di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang

  • 15

    Komitmen organisasi pada. PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang bisa digolongkan kurang baik,

    hal ini terlihat dari angka masuk keluar (turnover)

    karyawan yang relatif tinggi, yaitu 205 pada tahun

    2011. Hal ini mengindikasikan bahwa komitmen

    organisasi karyawan di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang kurang baik, sehingga

    karyawan tidak mempunyai motivasi untuk tetap

    bekerja di perusahaan tersebut

    Berdasarkan kondisi perusahaan yang terjadi,

    terdapat kesamaan dengan teori yang diungkapkan

    oleh Herzberg, karena permasalahannya selama ini

    adalah karyawan merasa tidak termotivasi disebabkan

    adanya beberapa hal-hal yang belum terpenuhi oleh

    perusahaan yang berakibat pada ketidakpuasan

    karyawan di PT. Kamaltex Karangjati Kabupaten

    Semarang.

    Permasalahan sebagaimana yang telah

    dikemukakan sebelumnya, dan berdasarkan data

    penilaian dan absensi karyawan, terungkap bahwa

    kinerja karyawan di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang belum optimal dan perlu segera

    dicarikan pemecahannya, karena dapat menghambat

    pencapaian tujuan organisasi. Hal ini tidak lepas dari

    peran nilai, norma dan asumsi yang dijadikan pedoman

    dalam bertindak dan berperilaku oleh karyawan.

    Dalam konteks pemberdayaan sumber daya manusia,

  • 16

    agar menghasilkan karyawan yang profesional dengan

    kinerja yang tinggi, diperlukan adanya acuan baku

    yang diberlakukan oleh suatu perusahaan.

    Acuan baku tersebut adalah budaya organisasi

    yang secara sistematis menuntun para karyawan

    untuk meningkatkan komitmennya bagi perusahaan.

    Karyawan akan merasa memiliki tanggung jawab yang

    besar terhadap pekerjaannya. Keinginan untuk

    meningkatkan hasil kerjanya tercermin dari cara

    kerjanya dalam organisasi yang terkoordinasi dengan

    baik. Keberadaan budaya organisasi yang mencakup

    nilai-nilai dan standar-standar, mengarahkan perilaku

    pelaku organisasi dan menentukan arah organisasi

    secara keseluruhan serta selanjutnya dapat

    mendukung tercapainya keberhasilan organisasi.

    Belum optimalnya kinerja karyawan maka diperlukan

    penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi kinerja karyawan sebagaimana yang

    telah teridentifikasi oleh peneliti antara lain: kepuasan

    kerja, komitmen organisasi, Budaya Organisasi dan

    OCB.

    Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan

    masalah rendahnya kinerja karyawan harus

    menyentuh akar masalahnya, yaitu: kepuasan kerja,

    komitmen organisasi, budaya organisasi, dan OCB.

    Pendekatan melalui perubahan budaya organisasi

    membutuhkan jangka waktu dan sumber daya yang

  • 17

    lebih besar, sehingga tidak dapat segera dilaksanakan.

    Hal yang bisa dilakukan oleh manajemen perusahaan

    saat ini adalah pendekatan melalui perubahan

    dan/atau peningkatan kepuasan kerja, komitmen

    organisasi, dan OCB karyawan. OCB dipandang

    sebagai faktor kunci untuk meningkatkan kinerja

    karyawan, karena relatif lebih mudah dilaksanakan

    tanpa mengeluarkan biaya yang membebani

    perusahaan, tetapi cukup efektif dalam meningkatkan

    kinerja karyawan. Upaya mengubah agar karyawan

    memiliki OCB positif untuk meningkatkan kinerjanya,

    harus dilakukan bersamaan dengan upaya

    peningkatan kepuasan kerja dan komitmen organisasi

    karyawan, karena kepuasan kerja dan komitmen

    organisasi berhubungan erat dengan OCB, dan bahkan

    beberapa teori mengatakan bahwa keduanya

    merupakan anteseden dari OCB.

    Berdasarkan uraian tersebut dan Didukung oleh

    penelitian Murpy, et. Al (2002), maka penelitian yang

    berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen

    Organisasi terhadap OCB dan Kinerja Karyawan di

    PT. Kamaltex Karangjati Kabupaten Semarang”,

    menjadi penting untuk dilaksanakan guna

    memperbaiki kinerja karyawan dan kinerja perusahaan

    secara keseluruhan.

  • 18

    B. Persoalan Penelitian

    Dengan fenomena yang ada, yang telah

    dijelaskan sebelumnya dilatar belakang penelitian,

    peneliti ingin menyusun beberapa perumusan masalah

    yang akan diteliti, yaitu dngan beberapa pertanyaan:

    (1) Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh secara Positif

    dan signifikan terhadap OCB di PT. Kamaltex

    Karangjati Kabupaten Semarang?

    (2) Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh secara

    Positif dan signifikan terhadap OCB di PT.

    Kamaltex Karangjati Kabupaten Semarang?

    (3) Apakah OCB berpengaruh secara Positif dan

    signifikan terhadap Kinerja karyawan di PT.

    Kamaltex Karangjati Kabupaten Semarang?

    C. Tujuan Penelitian

    (1) Untuk menganalisis pengaruh Kepuasan Kerja

    terhadap OCB di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang.

    (2) Untuk menganalisis pengaruh Komitmen

    Organisasi terhadap OCB di PT. Kamaltex

    Karangjati Kabupaten Semarang.

    (3) Untuk menganalisis pengaruh OCB terhadap

    Kinerja karyawan di PT. Kamaltex Karangjati

    Kabupaten Semarang.

  • 19

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis :

    Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan

    sumbangan bagi disiplin ilmu pengetahuan

    mengenai OCB (Organizational Citizenship Behavior),

    bagaimana memberikan pemahaman OCB,

    Implementasi OCB di lingkungan kerja.

    2. Manfaat praktis :

    Memberikan informasi dan pengetahuan

    kepada manajer PT. Kamaltex Karangjati tentang

    pengaruh OCB terhadap Organisasi atau

    Perusahaan.

    3. Bagi pembaca :

    (a) Sebagai sumber informasi mengenai pengertian

    dan pemahaman tentang OCB.

    (b) Sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor

    yang mempengaruhi timbulnya Tindakan OCB.

    (c) Mengetahui pentingnya OCB yang dimiliki

    karyawan bagi efektifitas Organisasi.