Upload
buinhan
View
238
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang kita kenal sebagai penyakit kencing manis
adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relative. DM merupakan salah satu penyakit degenerative dengan sifat kronis yang
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevalensi DM di
Jakarta baru sebesar ,7%; pada tahun 1993 prevalensinya meningkat menjadi 5,7% dan
pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Klasifikasi atau jenis diabetes ada bermacam-macam, tetapi di Indonesia yang
paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2. Jenis diabetes yang lain ialah DM tipe 1;
diabetes kehamian/gestasional (DMG) dan diabetes tipe lain. Ada juga kelompok
individu lain dengan toleransi glukosa abnormal tetapi kadar glukosanya belum
memenuhi syarat masuk ke dalam kelompok diabetes mellitus, disebut toleransi glukosa
terganggu (TGT).
Sebenarnya penyakit diabetes tidaklah menakutkan bila diketahui lebih awal.
Kesulitan diagnosis timbul karena kadang-kadang dia datang tenang dan bila dibiarkan
akan menghanyutkan pasien ke dalam komplikasi fatal. Oleh karena itu, mengenal tanda-
tanda awal penyakit diabetes ini menjadi sangat penting.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengulas tentang asuhan gizi pada Diabetes Melitus
serta untuk memberikan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya mengenal tanda-
tanda awal penyakit diabetes mellitus.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Diabetes Melitus
Penyakit kencing manis telah dikenal ribuan tahun sebelum masehi. Dalam
manuskrip yang ditulis George Ebers di Mesir sekitar tahun 1550 sM- kemudian dikenal
sebagai Papirus Ebers, mengungkapkan beberapa pengobatan terhadap suatu penyakit
dengan gejala sering kencing yang memberi kesan diabetes. Demikian pula dalam buku
India Aryuveda 600 sM penyakit ini telah dikenal. Dikatakan bahwa penyakit ini dapat
bersifat ganas dan berakhir dengan kematian penderita dalam waktu singkat.
Dua ribu tahun yang lalu Aretaeus sudah memberikan adanya suatu penyakit yang
ditandai dengan kencing yang banyak dan dianggapnya sebagai penyakit yang penuh
rahasia dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau
tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Ia berpendapat bahwa
penyakit itu demikian ganas, sehingga penderita seolah-olah dihancurkan dan dibuang
melalui air seni.
Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 s/d 6 juga menemukan penyakit ini, dan
mengatakan bahwa urin pasien-pasien itu rasanya manis. Willis pada tahun 1674
melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula. Sejak itu penyakit itu ditambah
dengan kata mellitus yang artinya madu. Ibnu Sina pertama kali melukiskan gangrene
diabetic pada tahun 1000. Pada tahun Von Mehring dan Minkowski mendapatkan gejala
diabetes pada anjing yang diambil pancreasnya.
Akhirnya pada tahun 1921 dunia dikejutkan dengan penemuan insulin oleh
seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan asistennya yang masih mahasiswa
Charles Herbert Best di Toronto. Tahun 1954-1956 ditemukan tablet jenis sulfonylurea
generasi pertama yang dapat meningkatkan produksi insulin. Sejak itu banyak ditemukan
obat seperti sulfonylurea generasi kedua dan ketiga serta golongan lain seperti biguanid
dan penghambat glukosidase alfa.
3
B. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Berasal dari
istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus yang berarti madu atau
gula. Kurang lebih istilah Diabetes Melitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak
terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena mengandung gula. Oleh
karena demikian, dalam istilah lain penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”.
Secara definisi medis, definisi diabetes meluas kepada suatu kumpulan aspek
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut maupun relatif.
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada
sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah.
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula
normal. Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110
mg/dL, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kalenjar pankreas.
Setiap sehabis makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan
(karbohidrat) di usus dan akan kadar gula darah meningkat. Peningkatan kadar gula darah
ini akan memicu produksi hormon insulin oleh kalenjar pankreas.
Berkat pengaruh hormon insulin ini, gula dalam darah sebagian besar akan masuk
ke dalam berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai
bahan energi dalam sel tersebut.
Sel otot kemudian menggunakan gula untuk beberapa keperluan yakni sebagai
energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada sisa, sisa sebagian
tersebut diubah menjadi lemak dan protein.
4
Klasifikasi DM :
1) Diabetes Melitus Tipe 1
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadinya kekurangan
hormon insulin pada proses penyerapan
makanan.
Fungsi utama hormon insulin
dalam menurunkan kadar gula darah
secara alami dengan cara :
• Meningkatkan jumlah gula yang
disimpan di dalam hati.
• Merangsang sel-sel tubuh agar
menyerap gula.
• Mencegah hati mengeluarkan terlalu
banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar
gula di dalam darah akan meningkat.
Gula dalam darah berasal dari makanan
kita yang diolah secara kimiawi oleh
hati. Sebagian gula disimpan dan
sebagian lagi digunakan untuk tenaga.
Disinilah fungsi hormon insulin sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa
dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi) hormon insulin ataupun terjadi
gangguan pada proses penyerapan hormon insulin pada sel-sel darah, maka potensi
terjadinya diabetes melitus sangat besar sekali.
2) Diabetes Melitus Tipe 2
Jika pada Diabetes Melitus 1 penyebab utamanya adalah dari malfungsi kalenjar
pankreas, pada Diabetes Melitus Tipe 2, gangguan utama justru terjadi pada volume
reseptor (penerima) hormon insulin, yakni sel-sel darah.
5
Dalam kondisi ini produktifitas hormon insulin bekerja dengan baik, namun tidak
terdukung oleh kuantitas volume reseptor yang cukup pada sel darah, keadaan ini dikenal
dengan resistensi insulin.
Walau belum dapat dipastikan penyebab utama resistensi insulin, dibawah ini
terdapat beberapa faktor-faktor yang memiliki berperan penting terjadinya hal tersebut:
• Obesitas, terutama yang besifat sentral (bentuk tubuh apel)
• Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
• Kurang gerak badan (olahraga)
• Faktor keturunan (herediter)
3) Diabetes mellitus tipe lain
• Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada
fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda
(<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY). Terjadi
gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini
telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling
sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode
glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.
• Defek genetik kerja insulin
Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan
hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan
ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada wanita mengalami virilisasi
dan pembesaran ovarium.
• Penyakit eksokrin pancreas
Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.
• Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja
mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada
sindroma Cushing, glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan diabetes.
6
Umumnya terjadi pada orang yang sebelumnya mengalami defek sekresi insulin,
dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut
dikurangi.
• Karena obat/zat kimia
Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun
tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid
mengganggu kerja insulin.
• Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella,
coxsackievirus B, CMV, adenovirus, dan mumps.
• Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan
antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar
autoantibodi GAD di sel beta pankreas.
• Sindroma genetik lain
Down’s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.
4) Diabetes kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada
waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14%
kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.
Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) di akibatkan oleh kombinasi dari
kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, seperti tipe 2
di beberapa kesaksian. Biasanya terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah
melahirkan. GDM kemungkinan dapat merusak kesehatan janin atau kesehatan ibu,
dan sekitar 20-50 % dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
GDM terjadi di sekitar 2-5 % dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan
bisa menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran
yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung
sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
7
C. Patofisiologi Diabetes Melitus
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak ada, maka glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah
meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 1 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.
D. Penyebab Diabetes Melitus
1) Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut
sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka
jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita
sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung
8
dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya.
Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa
sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang
wajar.
2) Kurang tidur
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga
tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan
merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah
kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat
fit kembali.
3) Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam
mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat,
maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini
berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang
disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes.
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman
beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-
paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi
sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
5) Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor,
duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat
sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam
tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja.
Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan
sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
9
6) Faktor Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya
jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya
juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan
persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya
(bapak dan ibu) menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit
diabetes yaitu 83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita
diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan
jika kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya
menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
E. Akibat/efek/komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi berupa komplikasi akut (yang
terjadi secara mendadak) dan komplikasi kronis (yang terjadi secara menahun).
Komplikasi akut dapat berupa :
1) Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl
2) Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan
hiperketogenesis
3) Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh
hiperlaktatemia.
4) Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja tidak
ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.
Komplikasi kronis :
Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang
kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut :
10
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat
secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner,
pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease.
2) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati
diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal).
3) Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan
berkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri.
Selain di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena yaitu
1) Kulit :
Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah
tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi keputihan),
selulitis ganggren,
2) Kepala/otak : stroke, dengan segala deficit neurologinya
3) Mata :
Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax irreversible),
Glaukoma, perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non proliperative, makulopati,
proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis lain
4) Hidung : penciuman menurun
5) Mulut :
mulut kering, ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa),
ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium (makroangiopati
periodontitis), gigi (caries dentis)
6) Jantung : Penyakit Jantung Koroner, Silent infarction 40% kr neuropati otonomik,
kardiomiopati diabetika (Penyakit Jantung Diabetika)
7) Paru : mudah terjangkit Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya.
8) Saluran Cerna : gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum
(gastroparese diabeticum), gastroatropi, diare diabetic)
11
9) Ginjal dan saluran kencing : neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson,
pielonefritis, necrotizing pappilitis, Diabetic Neurogenic Vesical Disfunction, infeksi
saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis.
10) Saraf : Perifer: parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp
11) Sendi : poliarthritis
12) Kaki diabetika (diabetic foot), merupakan kombinasi makroangiopati, mikroangopati,
neuropati dan infeksi pada kaki.
F. Terapi Nutrisi Diabetes Melitus
Walaupun kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan
merupakan salah satu kendala pada pelayanan diebetes, terapi gizi merupakan komponen
utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Digambarkan suatu model Terapi Gizi Medis pada rekomendasi The American
Diabetes Association (ADA) 2003. model tersebut memerlukan pendekatan tim yang
terdiri dari dokter, dietisie, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri
untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol metabolik yang
baik. Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan dalam 4 hal yaitu
assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup, mendorong
pasien berpartisipasi pada penentuan tujuan yang akan dialami, memilih intervensi gizi
yang memadai dan mengevaluasi efektifnya perencanaan pelayanan gizi.
Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah disusun oleh
PERKENI (21 November 1993 yang direvisi tahun 1998 dan terakhir tahun 2006) antara
lain memberikan pedoman tentang kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan anjuran
penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam penyuluhan perencanaan makan
orang dengan diabetes.
a) Terapi Gizi Medis
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dan
beberapa tujuan khusus yaitu :
12
1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan
asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik
oral dan tingkat aktufitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik
selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik.
4. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai
dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang
dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatah. Ini mungkin tidak
sama dengan yang biasanya didefinisikan sebagai berat badan idaman.
5. Menghindari dan menangan komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik
diabetes seperti : penyakit ginjal, neuroati automik, hipertensi dan penyakit
jantung.
6. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
b) Langkah-Langkah Terapi Gizi Medis
1) Pengkajian
Pengkajian gizi pasien termasuk data klinis seperti hasil pemantauan sendiri
kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida)
dan hemoglobin glikat. Pengkajian gizi juga digunakan untuk mengetahui apa yang
mampu dilakukan oleh pasien dan kesediaan untuk melakukannya. Aspek budaya,
etnik, dan keuangan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan kepatuhan pasien
yang tinggi.
Informasi yang dikumpulkan oleh tim diabetes perlu dicatat pada dokumen
medik sehingga perencanaan penanganan diabetes secara menyeluruh dapat
dikembangkan dan semua anggota tim dapat membantu pasien.
13
Pengkajian dapat dilakukan melalui wawancara atau dengan penggunaan
kuesioner. Dietisien yang bekerja di ruang perawatan dapat menggunakan kuesioner
yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu mengidentifikasi masalah gizi dan
miskonsepsi yang ada.
2) Menentukan Tujuan yang akan Dicapai
Hasil dari pengkajian gizi diperlukan untuk menentukan tujuan yang akan
dicapai. Pasien hendaknya diminta untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan dalam
penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan.
Tujuan yang ditetapkan hendaknya membantu orang dengan diabetes
membuat perubahan yang positif dalam kebiasaan makan dan latihan jasmani yang
akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah
serta memperbaiki asupan gizi.
3) Intervensi Gizi
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang akan dicapai
menentukan dasar intervensi gizi. Dietisien perlu mempertimbangkan berapa banyak
informasi yang perlu diberikan, kemampuan baca dan tulis pasien dan jenis alat
peraga yang diperlukan (handout, video, audiotape, flip chart, food models).
Intervensi gizi ditujukan untuk memberikan informasi praktis pada pasien yang dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Intervensi gizi melibatkan 2 tahap pemberian informasi :
• Intervensi Gizi Dasar
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi,
petunjuk penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival skill yang
dianggap perlu untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan pada saat sakit)
• Intervensi Gizi Lanjutan
Tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan makan
yang lebih mendalam seperti menu, penghitungan kalori, penghitungan lemak,
daftar bahan penukar, dan lain-lain.
14
4) Evaluasi
Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi medis.
Dietisien dan klien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap terapi ini,
pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan tujuan
baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan
hemoglobin glikat (AIC). Lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal peting untuk
mengevaluasi hasil yang berhubungan dengan gizi.
Untuk individu, konsisiten dalam hal pola makan penting oleh karena pola
makan yang konsisten menghasilkan AIC yang lebih rendah daripada pola makan
yang serampangan. Tindaklanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan setiap 3-6
bulan sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan.
c) Terapi Gizi pada DM Tipe 1
Perlu ditetapkan perencanaan makan yang berdasarkan asupan makan sehari-hari
individu dan digunakan sebagai dasar untuk mengintegrasikan terapi insulin dengan pola
makan dan latihan jasmani yang biasanya dilakukan. Individu yang menggunakan terapi
insulin dianjurkan makan pada waktu yang konsisten dan sinkron dengan waktu kerja
insulin yang digunakan. Selanjutnya individu perlu memantau kadar glukosa darah sesuai
dosis insulin dan jumlah makanan yang biasa dimakan.
d) Terapi Gizi Pada DM Tipe 2
Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya pada
pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori
(pada pasien yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan
mempunyai potensi meningkatkan kontrol metabolik jangka lama. Diet dengan kalori
sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat jangka lama,
dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada pengendalian glukosa dan
lipid. Namun demikian pada sebagian individu penurunan berat badan dapat juga dicapai
dan dipertahankan.
15
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan
disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan
sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan
ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control diabetes,
walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan
dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan
pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih
rendah dari asupan rata-rata sehari.
Kebutuhan Zat Gizi
1) Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10%
sampai 20% energy dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk penyandang diabetes juga 10%-20%
energi.
Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10%
dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65%
hendaknya bernilai biologik tinggi.
2) Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan 7lt;7% energy dari lemak jenuh dan tidak jenuh 10%
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energy.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia tahap II yaitu 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua
tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk
kilomikron.
3) Lemak Jenuh dan Kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu < 7% asupan energy
16
sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
4) Karbohidrat dan Pemanis
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total
karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan
susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada
sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai
respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65% energy.
5) Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk control glukossa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi
lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak
yang sering ada bersama sukrosa dalam makanan. Mengkonsumsi makanan yang
bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan sukrosa
sebagai satu-satunya zat gizi.
6) Pemanis
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan
kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun demikian,
karena pengaruh dalam jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada
kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan
pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita disiplemia hendaknya menghindari
mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan untuk
menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran yang mengandung fruktosa
17
alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung pemanis
fruktosa.
Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.
Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif.
Sakarin, aspartame, acesulfame k adalah pemanis tak bergizi yang dapat
diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7) Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan
dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25
gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut.
8) Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mgr, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan
sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari.
9) Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh
oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan
baik.
Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang
menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada
saat makan.
Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti
pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi
atau menghindari alkohol.
Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori
total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alkohol sama dengan 2 penukar lemak).
18
Anjuran bagi orang diabetes yang tidak dapat meninggalkan alkohol adalah sebagai
berikut :
a. Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila :
� kadar glukosa darah belum terkendali.
� Kadar trigleserida darah meningkat.
� Menggunakan obat diabetes sulfonylurea generasi pertama karena dapat
memberikan efek samping.
� Menderita penyakit gastritis, pankreatis, tipe tertentu penyakit ginjal dan
jantung. Alkohol mengandung kalori tinggi sehingga tidak baik bagi yang
kegemukan.
b. Tidak diminum bila perut kosong karena dapat menyebabkan hipoglikemia.
c. Alkohol mengganggu kesadaran sehingga dapat membuat perencanaan makan
kurang bisa dipatuhi.
d. Batasi tidak lebih dari 1-2 minuman saja, tidak lebih dari 2x seminggu. Untuk
yang menggunakan insulin, tidak lebih dari 2 minuman alkohol (1 minuman
alkohol setara dengan 340 gr bir, 140 gr anggur atau 42 distilled spirits).
10) Mikronutrien : Vitamin dan Mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi vitamin
dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk memberikan suplemen anti oksidan,
pada saat ini, hanya sedikit bukti yang menunjang bahwa terapi tersebut
menguntungkan.
Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka yang
kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral. Kebanyakan orang dengan
diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu suplementasi kromium
tidak bermanfaat. Walaupun kekurangan magnesium dapat berperan pada resistansi
insulin, intoleransi karbohidrat dan hipertensi, data yang ada menyarankan bahwa
evaluasi rutin kadar magnesium serum dianjurkan pada pasien yang mempunyai
resiko tinggi untuk menderita devisiensi magnesium.
Suplementasi kalium mungkin diperrlukan bagi pasien yang kehilangan kalium
kerena menggunakan diuretik. Hiperkalimea dapat terjadi pada pasien dengan
19
insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme hiporeninemik atau pasien rawat inap yang
minum angiotensin converting enzyim inhibitor, dalam hal ini dapat dilakukan
pembatasan kalium dalam diet pasien.
Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes
I. Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Kompisisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-
25% dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.
Cara lain adalah seperti table 1. cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori,
dan gemuk 1300-1500 kalori.
Tabel 1. Kebutuhan Kalori Penyandang Diabetes
Status gizi Kalori/kg BB ideal
Kerja santai Sedang Berat Gemuk 25 30 35 Normal 30 35 40 Kurus 35 40 40-50
Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi
adalah sebagai berikut :
� Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm- 100 cm)x 1 kg
� Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
rumus modifikasi menjadi :
Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
20
� Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg) Tinggi
badan (m2) adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 – 22,9 kg/m2
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat
dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB untuk pria.
2. Umur
• Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB.
• Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-
anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
• Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap
decade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%,
di atas 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktivitas Fisik atau pekerjaan
Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :
• Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%
• Ringan : pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu rumah tangga dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
• Sedang : pegawai di industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
• Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan
ditambah 40%.
• Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
21
4. Kehamilan / laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan ada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.
6. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung
kepada tingkat kegemukan/kerusakannya.
7. Gula
Gula dan produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair, gula
boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas.
Penggunaan gula sedikit dalam bumbu diperbolehkan sehingga memungkinkan
pasien dapat makan makanan keluarga. Anjuran penggunaan gula untuk orang dengan
DM sama dengan untuk orang-orang normal yaitu tidak lebih dari 5% kebutuhan
kalori total.
8. Sumber Diet Diabetes Melitus
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P).
berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat
disusun menu makanan sehari-hari.
9. Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan
dengan ukuran tertentu dan dikeompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein,
lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai
gizi yang kurang lebih sama.
22
Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :
• Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.
• Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
• Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
• Golongan IV : sayuran
• Golongan V : buah-buahan
• Golongan VI : susu
• Golongan VII : minyak
• Golongan VIII : makanan tanpa kalori
23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus tidak menakutkan bila diketahui lebih awal. Gejala-gejal yang
timbul sangat tidak bijaksana untuk dibiarkan, karena justru akan menjerumuskan ke
dalam komplikasi yang lebih fatal.
Jika berlangsung menahun, kondisi penderita Diabetes Melitus berpeluang besar
menjadi ketoasidosis ataupun hipoglikemia.
Memang penyakit diabetes tidak bisa disembuhkan, kecuali beberapa jenis
diabetes. Tetapi dengan kemauan keras, penyakit ini dapat dikendalikan. Dengan
berbekal pengetahuan yang cukup, disiplin dan keinginan yang besar, maka penyakit
diabetes ini bukan merupakan penyakit yang menakutkan. Ibarat delman, penderita
adalah kusir dan diabetes adalah kudanya. Sepanjang pak kusir masih memegang
kendalinya, selama itu pula kudanya akan menuruti apa keinginan kusir. Dengan prinsip
hidup yang positif, pada akhirnya penyandang DM dapat hidup bahagia bersama
diabetes, seperti orang lain berbahagia tanpa diabetes.
B. Saran
Lakukan pemeriksaan dini pada tubuh, tidak perlu menunggu hingga timbul
gejala. Karena dengan dilakukan diagnosis dini, dokter dan pasien dapat menanggulangi
diabetes melitus dengan baik agar kita mampu mencegah tersebut sebaik-baiknya.