25
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat secara empiris telah dilakukan sejak dahulu oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat tradisional salah satunya disebabkan oleh harga obat-obat sintetik yang semakin mahal (Sjabana dan Bahalwan, 2002). Penggunaan tanaman obat sebagai pengobatan secara tradisional lebih menguntungkan karena lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti pada penggunaan obat-obat sintetik jika digunakan secara benar (Thomas, 1992). Akan tetapi, peracikan obat tradisional yang biasanya dilakukan tanpa menggunakan takaran yang tepat dapat mempengaruhi rasa yang dihasilkan (Handayani dan Suharmiati, 2006) atau bahkan akan memberikan efek terapi yang kurang optimal. Untuk itu, formulasi dari tanaman obat perlu dilakukan agar didapatkan produk obat alami yang berkualitas dan praktis digunakan oleh masyarakat. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq.), dan herba seledri (Apium graveolens L.) merupakan tiga bahan alam yang aktif sebagai antihipertensi. Kombinasi ekstrak buah mengkudu, daun kumis kucing, dan herba seledri terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin (Nurma, 2015). Salah satu kandungan buah mengkudu adalah skopoletin (McClatchey, 2002). Skopoletin dapat memberikan efek relaksasi pada aorta tikus (Kwon dkk., 2002). Herba seledri mengandung flavonoid yaitu apiin dan apigenin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat secara empiris telah

dilakukan sejak dahulu oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat tradisional

salah satunya disebabkan oleh harga obat-obat sintetik yang semakin mahal

(Sjabana dan Bahalwan, 2002). Penggunaan tanaman obat sebagai pengobatan

secara tradisional lebih menguntungkan karena lebih aman dan tidak

menimbulkan efek samping seperti pada penggunaan obat-obat sintetik jika

digunakan secara benar (Thomas, 1992). Akan tetapi, peracikan obat tradisional

yang biasanya dilakukan tanpa menggunakan takaran yang tepat dapat

mempengaruhi rasa yang dihasilkan (Handayani dan Suharmiati, 2006) atau

bahkan akan memberikan efek terapi yang kurang optimal. Untuk itu, formulasi

dari tanaman obat perlu dilakukan agar didapatkan produk obat alami yang

berkualitas dan praktis digunakan oleh masyarakat.

Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), daun kumis kucing (Orthosiphon

aristatus (Bl.) Miq.), dan herba seledri (Apium graveolens L.) merupakan tiga

bahan alam yang aktif sebagai antihipertensi. Kombinasi ekstrak buah mengkudu,

daun kumis kucing, dan herba seledri terbukti dapat menurunkan tekanan darah

sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

(Nurma, 2015). Salah satu kandungan buah mengkudu adalah skopoletin

(McClatchey, 2002). Skopoletin dapat memberikan efek relaksasi pada aorta tikus

(Kwon dkk., 2002). Herba seledri mengandung flavonoid yaitu apiin dan apigenin

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

2

yang dapat menghambat kontraksi aorta tikus (Ko dkk., 1991) sedangkan daun

kumis kucing pada prinsipnya digunakan sebagai diuretik (Adnyana dkk., 2013).

Diuretik merupakan salah satu mekanisme yang dapat menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi.

Melihat khasiat ketiga bahan alam tersebut perlu dilakukan formulasi untuk

meningkatkan kenyamanan konsumen ketika digunakan. Salah satu sediaan yang

praktis untuk digunakan adalah sediaan sirup. Sediaan sirup akan mudah

digunakan bagi penderita hipertensi yang sulit menelan obat dalam bentuk sediaan

padat seperti kapsul maupun tablet. Kelebihan sediaan sirup lainnya adalah waktu

absorpsi sediaan sirup lebih cepat dibandingkan sediaan padat (Agoes, 2012).

Dalam membuat sediaan sirup dari suatu ekstrak bahan alam penting

memperhatikan faktor rasa, bau, warna, dan kelarutan ekstrak dalam sediaan

sehingga diperlukan formulasi yang optimal. Karakteristik ekstrak buah

mengkudu memiliki rasa yang getir dan bau yang khas. Ekstrak daun kumis

kucing memiliki rasa pahit sedangkan ekstrak seledri memiliki rasa dan bau yang

khas pula (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Formulasi sediaan sirup ekstrak buah mengkudu, daun kumis kucing, dan

herba seledri perlu dioptimasi untuk beberapa eksipien yang penting dalam

menentukan sifat fisik sirup yaitu sorbitol 70% sebagai pemanis dan stabilisator

serta propilen glikol sebagai cosolvent, yaitu pelarut organik yang dapat

bercampur dengan air. Sorbitol 70% diharapkan dapat menutupi rasa dari ekstrak

yang kurang menyenangkan dan menstabilkan sediaan sirup sedangkan propilen

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

3

glikol sebagai cosolvent dapat meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan yang

kurang larut dalam air sehingga lebih mudah diformulasikan (Agoes, 2012).

Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi sorbitol 70% dan propilen

glikol dalam sediaan sirup ekstrak buah mengkudu, daun kumis kucing, dan herba

seledri menggunakan metode Simplex Lattice Design dengan Software Design

Expert®. Selanjutnya formula optimum yang diperoleh akan dievaluasi sifat fisik

dan stabilitas fisik meliputi pH, viskositas, organoleptis, tanggap rasa, kemudahan

tuang, dan durasi stabilitas. Selain itu akan dilakukan penetapan kadar relatif

kandungan senyawa marker antar formula sediaan sirup.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variasi sorbitol 70% dan propilen glikol terhadap sifat

fisik sediaan sirup kombinasi ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun

kumis kucing (O. aristatus), dan herba seledri (A. graveolens)?

2. Apakah formulasi berpengaruh terhadap kadar relatif senyawa marker antar

formula sediaan sirup kombinasi ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun

kumis kucing (O. aristatus), dan herba seledri (A. graveolens)?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh variasi sorbitol 70% dan propilen glikol terhadap sifat

fisik sediaan sirup kombinasi ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun

kumis kucing (O. aristatus), dan herba seledri (A. graveolens).

2. Mengetahui adanya pengaruh formulasi terhadap kadar relatif senyawa

marker antar formula sediaan sirup kombinasi ekstrak buah mengkudu (M.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

4

citrifolia), daun kumis kucing (O. aristatus), dan herba seledri (A.

graveolens).

Pentingnya Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai besarnya

potensi kekayaan alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan

sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di

samping itu, diharapkan pula penelitian ini dapat memberi informasi kepada

masyarakat mengenai buah mengkudu, daun kumis kucing, dan herba seledri yang

dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi.

Tinjauan Pustaka

Uraian Tanaman

a. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

1) Klasifikasi tanaman

M. citrifolia merupakan pohon kecil atau semak yang memiliki

ketinggian 3-8 m (ASEAN Countries, 1993). Tanaman ini sangat mudah

tumbuh terutama di daerah beriklim tropis. Tanaman mengkudu termasuk

dalam suku Rubiaceae. Taksonomi tanaman mengkudu secara rinci

terdapat pada tabel 1.

Tabel I. Taksonomi tanaman mengkudu

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Rubiales

Suku Rubiaceae

Marga Morinda

Jenis Morinda citrifolia L.

(Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

5

Gambar 1. Buah mengkudu

2) Deskripsi tanaman

Akar pohon berjenis tunggang dan berwarna coklat muda.

Batangnya berkayu dan berwarna coklat kekuningan serta memiliki kulit

luar yang kasar. Bijinya keras berbentuk segitiga dan berwarna coklat

kemerahan. Daun mengkudu berupa daun tunggal, berbentuk bulat telur,

memiliki bagian tepi yang rata, dan pangkal yang runcing. Panjang

daunnya 10-15 cm dengan lebar 5-17 cm, permukaannya berwarna hijau

gelap dan mengkilap (ASEAN Countries, 1993).

Buah mengkudu (gambar 1) berbentuk bongkol dan memiliki ciri

khas bentuk yang tidak beraturan dan berbenjol-benjol. Diameter buah 5-

7 cm dan panjangnya 5-10 cm serta mengeluarkan bau yang tidak sedap

(ASEAN Countries, 1993).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

6

3) Kandungan kimia

Mikronutrien utama dalam mengkudu adalah komponen senyawa

fenolik, asam organik, dan alkaloid. Komponen senyawa fenolik yang

paling penting adalah antrakinon: damnakantal, morindon, morindin;

acubin; skopoletin (gambar 2); asperulosida (Wang dan Su, 2001).

Komponen asam organik terdiri dari asam kaproat dan asam kaprilat

(Dittmar, 1993) sedangkan yang dilaporkan sebagai alkaloid adalah

xeronin (Heinicke, 1985).

Gambar 2. Struktur skopoletin

b. Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq.)

1) Klasifikasi tanaman

Penyebaran tanaman kumis kucing di Indonesia yang terbesar

adalah daerah Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi). Tanaman ini tersebar

di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Aceh, dan Sulawesi Utara

(Rukmana, 1995). Tanaman kumis kucing dapat dilihat pada gambar 3.

Sinonim dari Otrhosiphon aristatus Bl. Miq. adalah Orthosiphon

stamineus Benth., Orthosiphon grandiflorus Bld., Orthosiphon spicatus

B.B.S. (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik

Indonesia, 2000).

OHO O

H3CO

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

7

Gambar 3. Tanaman kumis kucing

Tabel II. Taksonomi tanaman kumis kucing

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Solanales

Suku Labiatae (Lamiaceae)

Marga Orthosiphon

Jenis Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq.

(Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965)

2) Deskripsi tanaman

Tanaman kumis kucing berupa semak tahunan, memiliki tinggi 50-

150 cm. Batang berupa kayu, segi empat, beruas, dan bercabang serta

berwarna coklat kehijauan. Daun kumis kucing berjenis tunggal, bulat

telur, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak panjang 7-10

cm, lebar 0,8-5 cm, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, hijau

rapuh, permukaannya licin. Pada tepi daun dan di atas tulang daun

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

8

terdapat rambut pendek terutama pada permukaan bawah. Tulang daun

tanaman ini menyirip halus dan urat daun sedikit.

Tanaman kumis kucing memiliki bunga majemuk yang berbentuk

tandan di ujung ranting dan cabang. Kelopak bunga berlekatan dengan

ujung yang terbagi empat, kepala sari berwarna ungu, dan putiknya

hanya satu berwarna putih. Mahkota bunga berwarna ungu pucat dengan

bagian atas yang tertutup rambut pendek ungu putih. Buah berbentuk

kotak, bulat telur, jika masih muda berwarna hijau dan ketika tua menjadi

hitam. Akar berupa akar tunggang yang berwarna putih kotor

(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia,

2000).

3) Kandungan kimia

Daun kumis kucing yang mengandung senyawa metilpariokromen

A; diterpen: orthosiphon A dan B, orthosiphol A dan B, neoorthosiphol A

dan B; flavonoid: tetrametilskutellarein, sinensetin (gambar 4), 5-

hidroksi-6,7,3',4'-tetrametoksiflavon, eupatorin (Matsubara dkk., 1999).

Gambar 4. Struktur sinensetin

OH3C

H3C

CH3 O

CH3

CH3

O

O

O

O

O

O

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

9

c. Tanaman seledri (Apium graveolens L.)

1) Klasifikasi tanaman

Tanaman seledri merupakan tanaman yang mudah dijumpai di

Indonesia. Bagian yang sering dimanfaatkan adalah herba. Tanaman

seledri dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 5. Tanaman seledri

Klasifikasi tanaman seledri dapat dilihat dalam tabel III.

Tabel III. Taksonomi tanaman seledri

Divisi Spermatophyta

Sub divisi Angiospermae

Kelas Dicotyledoneae

Bangsa Apiales

Suku d. Apiaceae

Marga Apium

Jenis Apium graveolens L.

(Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965)

2) Deskripsi tanaman

Tanaman seledri merupakan herba dengan tinggi sekitar 50 cm dari

permukaan tanah, berumur 1-2 tahun, batangnya beruas, beralur,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

10

bercabang, tegak, hijau pucat, dan tidak berkayu. Daunnya tipis

majemuk, tangkai di semua atau kebanyakan daun merupakan sarung.

Bunga tunggal memiliki tangkai yang jelas, sisi kelopak tersembunyi,

daun bunga putih kehijauan atau merah jambu pucat dengan ujung yang

bengkok. Buahnya memiliki panjang sekitar 1 mm, batang angular,

berlekuk, sangat aromatik, akar tebal (Backer dan Bakhuizen Van den

Brink, 1965).

3) Kandungan kimia

Herba seledri mengandung senyawa flavonoid: apigenin (gambar

6) dan bentuk glikosidanya yaitu apiin, isokuersitrin; kumarin: apigravin,

apiumetin, apiumosid, bergapten, selerin, selereosid, isoimperatorin,

isopimpinellin, ostenol, rutaretin, seselin, umbelliferon, dan 8-hidroksi-5-

metoksipsoralen (Garg, 1980); minyak menguap 2-3% (Barnes dkk.,

2007).

Gambar 6. Struktur apigenin

Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan sistol dan berfluktuasi

tergantung umur, posisi tubuh, dan tingkat stres individu yang terkena.

OHO

OH O

OH

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

11

Hipertensi merupakan faktor resiko langsung terhadap timbulnya penyakit

infark miokard (cerebrovascular accident) (Tambayong, 2000). Tekanan

darah normal berkisar 60-80 mmHg untuk diastol dan 90-120 mmHg untuk

sistol. Penderita dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya melebihi 90

mmHg untuk diastol dan 140 mmHg untuk sistol. Prehipertensi terjadi

ketika tekanan darah pasien adalah 80-90 mmHg untuk diastol dan 120-140

mmHg untuk sistol (Nugroho, 2012).

Antagonis adrenoreseptor β (blocker β) dan diuretik tiazid merupakan

obat lini pertama pada terapi hipertensi. Beberapa kelompok obat melalui

mekanisme berbeda, menurunkan tekanan darah dengan mengurangi tonus

vasokonstriktor dan juga retensi perifer. Inhibitor ACE yang menurunkan

angiotensin II dalam sirkulasi (suatu vasokonstriktor), antagonis reseptor

angiotensin II (subtipe AT1), dan antagonis kalsium yang memblok

masuknya kalsium ke dalam sel otot polos vaskuler. Vasodilator lain secara

luas digantikan oleh inhibitor ACE dan antagonis kalsium, walaupun ada

sedikit kecenderungan untuk menggunakan antagonis adrenoseptor α1 (Neal,

2006).

Skopoletin dalam buah mengkudu memiliki efek antihipertensi karena

dapat melebarkan pembuluh darah yang menyempit (vasodilatasi) akibat

relaksasi otot polos pembuluh (Sjabana dan Bahalwan, 2002). Dalam

Matsubara (1999) telah disebutkan berbagai kandungan dari tanaman kumis

kucing. Aktivitas antihipertensi kumis kucing disebabkan oleh mekanisme

farmakologi yang komplek dari berbagai macam senyawa seperti flavon dan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

12

metilpariokromen A (Matsubara dkk., 1999) sedangkan apigenin dalam

herba seledri bekerja dengan memberikan efek relaksasi pada aorta tikus

dengan menahan influks Ca2+ melalui tegangan dan operasi reseptor kalsium

(Ko dkk., 1991).

Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1995).

Berdasarkan sifatnya, ekstrak dapat dibedakan menjadi beberapa

macam, yaitu ekstak encer (extractum tenue), ekstak kental (extractum

spissum), ekstrak kering (extractum siccum), dan ekstrak cair (extractum

liquidum). Ekstrak encer dapat dituang karena memiliki kandungan pelarut

atau air yang relatif tinggi. Ekstrak kental memiliki kandungan air 30%,

dalam keadaan dingin, dan tidak dapat dituang. Ekstrak kering memiliki

kandungan air kurang dari 5% dan konsitensi yang kering sedangkan

ekstrak cair diartikan sebagai ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga

satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (terkadang juga satu bagian)

ekstrak cair (Voigt, 1984).

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

13

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis merupakan merupakan metode yang murah

dan mudah dilakukan dibandingkan dengan metode kromatografi lainnya.

Media pemisahan dalam KLT adalah lapisan dengan ketebalan sekitar 0,1

sampai 0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastik, atau

aluminium. Lempeng yang paling umum digunakan berukuran 5 x 20 cm.

Zat padat yang umum digunakan adalah alumina, silika gel, dan selulosa.

Sampel biasanya berupa campuran organik yang ditotolkan pada lempengan

dan dicelupkan ke dalam fase gerak yang sesuai (Day dan Underwood,

2002).

Visualisasi kromatogram pada KLT yang berupa noda-noda terpisah,

dapat dilakukan secara fisika dan kimia. Visualisasi fisika dilakukan dengan

menggunakan sinar ultraviolet. Noda akan tampak sebagai pemadaman

fluoresensi ketika adsorban yang berfluoresensi dengan radiasi UV telah

dicampur dengan zat kimia yang berfluoresensi (Mulja, 1995).

Pada visualisasi kimia dilakukan dengan penyemprotan plat KLT yang

telah dielusi menggunakan pereaksi semprot yang sesuai. Dalam

penyemprotan dengan pereaksi kimia diusahakan agar tidak sampai merusak

lapisan adsorban pada plat. Hasil pembacaan setiap noda kromatogram KLT

dikenal dengan istilah Rf yang dapat dihitung dengan persamaan 1.

𝑹𝒇 = 𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒎𝒊𝒈𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒎𝒊𝒈𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒇𝒂𝒔𝒆 𝒎𝒐𝒃𝒊𝒍…………………………………………..(1)

Nilai Rf sering dikonversi menjadi hRf (hundred retardation factor) yaitu

Rf x 100.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

14

Analisis kuantitatif menggunakan KLT biasanya dilakukan dengan

densitometer langsung pada lempeng KLT. Cara kerja dari densitometer

dapat melalui serapan atau fluoresensi. Pada umumnya densitometer

memiliki sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang gelombang

yang cocok, sistem untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda

foton, dan rekorder (Gandjar dan Rohman, 2007).

Teknik spiking dalam KLT dapat dilakukan dengan menambah sampel

uji dengan senyawa baku pada kondisi kromatografi yang sama. Jika pada

puncak tertentu sampel uji terjadi peningkatan tinggi puncak/luas puncak

setelah di-spiking dibandingkan dengan tinggi puncak/luas puncak yang

tidak di-spiking maka dapat diidentifikasi bahwa sampel mengandung

senyawa yang diselidiki (Gandjar dan Rohman, 2007).

Sirup

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula

dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup obat

dalam perdagangan terdiri dari gabungan beberapa komponen penyusun

seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa atau pencerah, bahan

pewarna, bahan terapeutik, dan bahan-bahan lain yang diperlukan maupun

diinginkan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sirup

obat adalah kelarutan dan kestabilan bahan di dalam air (Ansel, 1989).

Dalam farmakope, kandungan sukrosa dari sirup terletak pada

rentang 50%-65% b/b akan tetapi pada umumnya antara 60%-65% b/b atau

85% b/v. Penambahan gula tersebut berhubungan dengan daya tahan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

15

sediaan sirup dimana dalam larutan gula yang jenuh (kira-kira 66% b/b)

maka jamur atau mikroorganisme tidak akan tumbuh karena air yang

diperlukan bagi perkembangbiakan mereka telah dihisap melalui proses

osmosis. Hal itu merupakan salah satu keuntungan dari sediaan sirup

dibandingkan sediaan lainnya. Disisi lain, konsentrasi gula yang cukup

tinggi dapat mengurangi kelarutan obat di dalam sirup tersebut (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Monografi Bahan

a. Sodium Benzoat

Pemerian sodium benzoat secara rinci dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Pemerian sodium benzoat (Rowe dkk., 2006)

Sodium benzoat digunakan terutama sebagai pengawet

antimikroba untuk produk kosmetik, makanan, atau sediaan obat.

Penggunaan sodium benzoat 0,02%-0,5% untuk sediaan oral, 0,5%

untuk sediaan parenteral, dan 0,1%-0,5% dalam sediaan kosmetik. Efek

pengawet dapat menurun atau sangat sedikit jika sodium benzoat

digunakan dalam produk yang bersifat basa.

Sinonim Asam benzoat garam sodium, soda benzoat; E211; natrium

benzoat.

Rumus molekul C7H5NaO2

Berat molekul 144,11

Pemerian Berbentuk granul berwarna atau kristal berwarna putih,

serbuk bersifat higroskopis, tidak berbau.

Kelarutan Larut dalam etanol dan air.

Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik dan tempat yang

kering.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

16

b. Sorbitol

Pemerian sorbitol dapat dilihat pada tabel V dan struktur sorbitol

dapat dilihat pada gambar 7.

Tabel V. Pemerian sorbitol (Rowe dkk., 2006)

Gambar 7. Rumus struktur sorbitol

Sorbitol secara luas digunakan sebagai eksipien dalam formulasi

produk farmasetik, kosmetik, dan produk makanan untuk menjaga

kelembaban, penambah elastisitas, pemanis, bahan pengisi tablet dan

kapsul. Dalam preparasi sediaan cair sorbitol digunakan sebagai

HO

OH

OH

OH

OH

OH

Sinonim C*pharm Sorbidex; 1,2,3,4,5,6-heksanheksol; Liponic

70-NC; Liponic 76- NC; Meritol; Neosob; D-sorbitol;

Sorbogem.

Rumus molekul C6H14O6

Berat molekul 182,17

Pemerian Merupakan D-glusitol, heksahidrik alkohol yang

berhubungan dengan manosa, serta isomerik dengan

manitol. Tidak berbau, putih atau hampir tidak

berwarna, berupa kristal dan serbuk higroskopis.

Sorbitol berbentuk menyenangkan, dingin, memiliki

rasa manis (kira-kira 50%-60%) dari rasa manis

sukrosa.

Kelarutan Pada suhu 20 ºC larut dalam air dan etanol, praktis tidak

larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam

metanol.

Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik dan tempat yang

kering.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

17

pembawa dalam formulasi bebas gula dan sebagai stabilisator untuk

obat.

c. Gliserin

Pada larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, pemanis,

pengawet antimikroba, dan penambah viskositas. Pemerian gliserin

terdapat dalam tabel VI sedangkan struktur pada gambar 8.

Tabel VI. Pemerian gliserin (Rowe dkk., 2006)

Gambar 8. Rumus struktur gliserin

d. Propilen Glikol

Propilen glikol dapat digunakan sebagai pengawet antimikroba,

disinfektan, menjaga kelembaban, penambah elastisitas, pelarut,

stabilisator untuk vitamin, pelarut dalam campuran air dan cosolvent.

HO

OHHO

Sinonim Croderol, Glycon G-100, Kemstrene, Optim, Pricerine.

Rumus molekul C3H8O3

Berat molekul 92,09

Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang

higroskopis, memiliki rasa yang manis.

Kelarutan Pada suhu 20 ºC larut dalam air, metanol, dan etanol. Praktis

tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak.

Penyimpanan Disimpan dalam wadah yang tertutup baik, kondisi dingin,

dan tempat yang kering.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

18

Pemerian propilen glikol terdapat dalam tabel VII dan rumus

strukturnya pada gambar 9.

Tabel VII. Pemerian propilen glikol (Rowe dkk., 2006)

Gambar 9. Rumus struktur propilen glikol

e. Pemberi Rasa

Pada sediaan sirup dibutuhkan pemberi rasa untuk menutupi bau

dan rasa yang kurang menyenangkan. Pemilihan rasa berkaitan

dengan rasa dasar sediaan yang akan dibuat (Lachman dkk., 2008).

Penelitian ini menggunakan pemberi rasa untuk menutupi rasa

dan bau dari ekstrak buah mengkudu, ekstrak daun kumis kucing, dan

ekstrak herba seledri. Rasa yang ditambahkan untuk sediaan ini adalah

rasa mint menggunakan minyak pepermin yang tidak lebih dari

0,015% dalam sediaan sirup. Pemberi rasa mint mampu memberikan

bau yang segar dan sensasi dingin saat sirup digunakan.

Sinonim 1,2-dihidroksipropana, 2-hidroksipopanol, metil etilen

gikol, metil glikol dan propan-1,2-diol.

Rumus molekul C3H8O2

Berat molekul 76,09

Pemerian Larutan jernih atau sedikit berwarna, kental, rasa agak

manis.

Kelarutan Larut dalam kloroform, etanol, gliserin, dan air.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, suhu rendah.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

19

f. Dapar Sitrat

Berupa larutan yang terdiri dari asam sitrat 0,1 M dan sodium

sitrat 0,1 M. Penambahan dapar pada sirup akan membantu

menstabilkan sediaan selama masa penyimpanan agar tetap pada pH

yang diinginkan. Perubahan pH dapat mempengaruhi kestabilan zat

aktif di dalam sediaan.

g. Akuades

Akuades merupakan cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak

berbau (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Sifat-sifat Fisika-Kimia Sirup

Sifat fisik sediaan sirup dapat dilihat dari beberapa parameter seperti

viskositas, warna, bau, rasa, dan kejernihan sedangkan sifat kimia sediaan

sirup dapat dilihat dari jumlah kadar relatif senyawa marker dalam sediaan.

Parameter-parameter tersebut harus dievaluasi secara objektif dan jika

mungkin selama waktu pengukuran stabilitas (Lachman dkk., 2008). Berikut

ini merupakan penjabaran dari beberapa parameter sifat fisika dan kimia

sediaan sirup.

a. Derajat keasaman (pH)

Pengujian derajar keasaman (pH) dilakukan untuk mengetahui

perubahan keasaman dari larutan. pH merupakan faktor penting di

dalam formulasi karena dapat mempengaruhi kelarutan obat, aktivitas,

absorbsi, stabilitas, dan kenyamanan pasien (Allen dkk., 2005).

Perubahan kelarutan terutama dapat terjadi pada obat yang bersifat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

20

asam lemah atau basa lemah. Bentuk ion dari senyawa akan

menyebabkan obat mudah larut di dalam air. Dengan demikian, obat

yang bersifat asam lemah akan mudah larut di dalam lingkungan basa

dan obat yang bersifat basa lemah akan mudah larut dalam lingkungan

asam. Zat yang bersifat asam atau basa dapat ditambahkan untuk

memanipulasi kelarutan (Winfield dan Richards, 2004).

b. Viskositas sirup

Viskositas merupakan suatu gambaran dari suatu cairan untuk

mengalir. Menurut Voigt (1984), viskositas adalah gaya yang

dibutuhkan untuk melewati tahanan gesekan bagian dalam. Satuan yang

umum digunakan adalah centipoise cP (jamak cPs) di mana 1 cP sama

dengan 0.01 Poise (Sinko, 2006)

Pengukuran viskositas pada umumnya menggunakan

viskosimeter. Terdapat empat macam viskosimeter yaitu viskosimeter

kapiler (viskosimeter Ostwald) dan viskosimeter bola jatuh untuk cairan

Newton sedangkan viskosimeter cup and bob dan cone and plate dapat

digunakan untuk mengukur baik untuk cairan Newton maupun non-

Newton (Sinko, 2006). Cairan Newton adalah cairan yang mengikuti

hukum Newton dan cairan non-Newton tidak mengikuti Hukum

Newton.

Pada waktu tertentu, viskositas suatu cairan sediaan oral perlu

ditingkatkan agar lebih mudah untuk dikonsumsi maupun untuk

memperbaiki kemampuan penuangan. Viskositas dapat ditingkatkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

21

dengan menambahkan bahan-bahan penambah viskositas seperti

polivinilpirolidon atau derivat selulosa seperti metil selulosa dan natrium

karboksimetilselulosa (Lachman dkk., 2008).

c. Kemudahan dituang

Kemudahan dituang menjadi salah satu parameter sifat fisik

sirup untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sejumlah

volume sirup untuk tertuang habis dari botolnya. Uji ini dapat dilakukan

dengan mengukur volume aliran sirup dari suatu botol dengan

kemiringan 45º dalam waktu tertentu. Pengujian kemudahan dituang ini

berkaitan erat dengan viskositas sediaan sirup. Semakin kental suatu

sediaan, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk sediaan sirup

tertuang habis dari dalam botolnya. Kecepatan tuang juga berhubungan

dengan kemudahan penggunaan sediaan oleh konsumen.

d. Organoleptis

Organoleptis sediaan sirup meliputi rasa, bau serta warna dapat

digunakan sebagai indikator sifat fisik yang bersifat subjektif. Hal

tersebut berkaitan dengan kenyamanan konsumen dalam menggunakan

sediaan sirup (Lachman dkk., 2008).

e. Durasi stabilitas

Uji durasi stabilitas dalam formula sirup dilakukan dengan

pengamatan secara visual. Pengamatan dilakukan dengan melihat waktu

terbentuk endapan pada hari ke-0 hingga hari ke-7.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

22

f. Kadar relatif senyawa marker dalam sirup

Penentuan kadar relatif dengan metode KLT densitometri

dilakukan menggunakan pembanding yang sesuai. Kadar relatif senyawa

marker dalam sampel dihitung menggunakan kurva baku dengan

menggunakan data luas area di bawah kurva.

Software Design Expert®

Software Design Expert® adalah perangkat lunak yang digunakan

untuk mengoptimasi suatu produk ataupun mengoptimasi suatu proses.

Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk mendesain produk, menganalisis

data, dan menampilkan hasil analisis dalam bentuk grafik secara cepat

(Anonim, 2011). Beberapa perangkat statistik yang terdapat di dalam

perangkat lunak ini adalah:

Desain skrining dengan dua tingkat faktorial

Perangkat ini digunakan dalam identifikasi faktor penting yang dapat

berpengaruh pada proses atau produk sehingga dapat digunakan untuk

mengembangkan proses ataupun produk tersebut.

b. Studi faktorial umum

Perangkat ini digunakan untuk menemukan kombinasi yang paling baik

dari faktor kategoris, misalnya sumber dengan jenis bahan baku.

c. Metode respon permukaan

Perangkat ini digunakan untuk mendapatkan pengaturan proses yang

optimal sehingga dihasilkan hasil yang optimal pula.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

23

d. Teknik desain campuran

Perangkat ini digunakan untuk menemukan komposisi ideal dalam

formulasi suatu produk.

e. Kombinasi faktor proses, komponen campuran, dan faktor kategoris

Perangkat ini dapat mengidentifikasi faktor yang sangat penting bagi

suatu proses atau produk, menentukan pengaturan ideal terhadap suatu

proses, dan menentukan formula optimal.

Simplex Lattice Design

Simplex Lattice Design adalah salah satu metode optimasi yang dapat

digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang membuat

suatu formulasi yang terbaik dari variabel yang ditentukan. Pemilihan

konsentrasi maksimum atau minimum dari variabel komponen yang akan

digunakan dapat berasal dari data penelitian sebelumnya, pendapat, atau

pengalaman. Persamaan pada optimasi formula dengan variasi dua

komponen adalah

Y= B1 [A] + B2 [B] + B12 [A] [B]…………………………………….…..(2)

Berdasarkan persamaan 2, Y merupakan respon yang didapat dari

kombinasi dua komponen, A dan B adalah bagian komponen yang

dicampur, sedangkan B1, B2, dan B12 adalah koefisien yang diperoleh dari

percobaan. Respon Y, selanjutnya dapat diprediksi untuk semua kombinasi

A dan B, dimana A+B= 1,00 (100%) (Bolton, 2010).

Komposisi variasi komponen bahan dalam campuran merupakan

variasi bahan dalam jumlah yang sama. Jumlah bahan-bahan yang

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

24

dicampurkan dapat disesuaikan pada jumlah bahan yang sebenarnya

menurut formula yang akan dibuat. Metode Simplex Lattice Design

memiliki keuntungan praktis dan cepat karena bukan merupakan penentuan

formula dengan coba-coba (trial and error) (Armstrong dan James, 1996).

Landasan Teori

Ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun kumis kucing (O. aristatus),

dan herba seledri (A. graveolens) masing-masing aktif sebagai antihipertensi. Jus

buah mengkudu mengandung angiotensin-I-converting enzyme (ACE)

(Yamaguchi dkk., 2002) yang diketahui dapat mengobati tekanan darah tinggi.

Pemberian ekstrak etanolik herba seledri (0,5-15 mg/kg) dapat menurunkan

tekanan darah pada kelinci teranastesi dan kontraktilitas dari atria tikus terisolasi

(Al-Snafi, 2014) sedangkan daun kumis kucing pada prinsipnya digunakan

sebagai diuretik (Adnyana dkk., 2013).

Dalam penelitian ini akan dilakukan formulasi sirup kombinasi ketiga

ekstrak menggunakan pemanis dan stabilisator sorbitol 70% serta cosolvent

propilen glikol. Sorbitol memiliki kemanisan sekitar 50%-60% kemanisan sukrosa

dan sering digunakan sebagai pembawa dalam formulasi bebas gula (Rowe, 2006)

karena diabsorbsi lebih lambat dari saluran gastrointestinal dibandingkan dengan

sukrosa. Sorbitol dapat digunakan untuk menstabilkan protein (Xie dan

Timasheff, 1997). Dalam sirup, sorbitol efektif digunakan untuk mecegah

kristalisasi disekitar tutup botol (Rowe, 2006). Propilen glikol terbukti dapat

meningkatkan kelarutan dari daidzein dalam sistem air-cosolvent (Zeng dkk.,

2014). Penambahan cosolvent dapat menurunkan perbedaan polaritas obat dengan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalahetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83571/potongan/S1-2015...sistol maupun diastol pada tikus Sprague Dawley betina yang diinduksi fenilefrin

25

sistem air-cosolvent (Troy dan Beringer, 2006). Gugus hidroksil (OH) molekul

propilen glikol atau gula terlarut dengan air dapat membentuk ikatan hidrogen

yang menyebabkan viskositas sirup mengalami peningkatan. Panjang rantai

polimer digambarkan oleh berat molekul polimer. Viskositas semakin tinggi

apabila berat molekul polimer tinggi (Nuryantini dkk., 2009). Pengendapan

molekul obat dipengaruhi oleh viskositas sirup. Hukum Stoke menyebutkan

semakin tinggi viskositas suatu larutan, kecepatan pengendapan molekul semakin

lambat (Ansel, 1989). Semakin tinggi viskositas, semakin baik kualitas sirup.

Hipotesis

1. Peningkatan sorbitol 70% dan propilen glikol pada jumlah tertentu masing-

masing dapat meningkatkan nilai viskositas, kemudahan tuang, derajat

keasaman (pH), skor tanggap rasa, dan durasi stabilitas pada sediaan sirup

kombinasi ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun kumis kucing (O.

aristatus), dan herba seledri (A. graveolens).

2. Formulasi dapat mempengaruhi kadar relatif senyawa marker antar formula

sediaan sirup kombinasi ekstrak buah mengkudu (M. citrifolia), daun kumis

kucing (O. aristatus), dan herba seledri (A. graveolens).