23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Provinsi Bali dari tahun ke tahun menjadi semakin tinggi pula jumlah pengangguran di daerah Bali,dari kalangan anak muda maupun dari berbagai lapisan masyarakat yang mebutuhkan pekerjaan yang mencukupi biaya hidupnya,dengan perekonomian yang semakin berkembang pesat di Indonesia di tandai dengan banyak bermunculnya berbagai bisnis yang tidak hanya dibidang industrial saja, melainkan juga pelayanan jasa,perdagangan kerajinan seni, dan usaha lainnya, tentunya tidak bisa lepas dari kehadiran pekerja sebagai sumber daya manusia yang sangat berperan atas perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya di Provinsi Bali. Pada sektor bisnis di bidang industrial, pembangunan yang tumbuh dengan cepat di tandai dengan bermunculan berbagai perusahaan maupun usaha lainnya di segala bidang yang saling bersaing dan bahkan membutuhkan pekerja yang berkualitas agar produk- produk yang di hasilkan bisa sesuai dengan keinginan pengusaha agar bisa bersaing dengan usaha bisnis lainnya. Berbisnis yang profesional sangat dibutuhkan kehadiran pekerja yang membantu pertumbuhan ekonomi seharusnya diimbangi dengan perlindungan dan jaminan sosial bagi pekerja, tetapi pelaku usaha acap kali menghiraukan kesehatan dan keselamatan pekerja ketika menjalanan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN mebutuhkan pekerjaan yang mencukupi … I Skripsi.pdf · dibuat tentang bagaimana tanggung jawab menjadi seorang pengusaha yang baik dan bagaimana cara mempekerjakan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Provinsi Bali dari

tahun ke tahun menjadi semakin tinggi pula jumlah pengangguran di daerah

Bali,dari kalangan anak muda maupun dari berbagai lapisan masyarakat yang

mebutuhkan pekerjaan yang mencukupi biaya hidupnya,dengan

perekonomian yang semakin berkembang pesat di Indonesia di tandai dengan

banyak bermunculnya berbagai bisnis yang tidak hanya dibidang industrial

saja, melainkan juga pelayanan jasa,perdagangan kerajinan seni, dan usaha

lainnya, tentunya tidak bisa lepas dari kehadiran pekerja sebagai sumber daya

manusia yang sangat berperan atas perkembangan perekonomian di Indonesia

khususnya di Provinsi Bali. Pada sektor bisnis di bidang industrial,

pembangunan yang tumbuh dengan cepat di tandai dengan bermunculan

berbagai perusahaan maupun usaha lainnya di segala bidang yang saling

bersaing dan bahkan membutuhkan pekerja yang berkualitas agar produk-

produk yang di hasilkan bisa sesuai dengan keinginan pengusaha agar bisa

bersaing dengan usaha bisnis lainnya. Berbisnis yang profesional sangat

dibutuhkan kehadiran pekerja yang membantu pertumbuhan ekonomi

seharusnya diimbangi dengan perlindungan dan jaminan sosial bagi pekerja,

tetapi pelaku usaha acap kali menghiraukan kesehatan dan keselamatan

pekerja ketika menjalanan pekerjaannya.

2

Semakin maju dan pesatnya perkembangan ekonomi di Provinsi Bali

terutama disektor bisnis, industri memerlukan pekerja yang banyak. Ini

adalah suatu hal yang positif dimana banyak masyarakat para pencari kerja

yang mencari pekerjaan dapat mengambil peluang kerja ini. Tetapi adanya

ketimpangan kepentingan dimana pencari kerja lebih banyak dibandingkan

dengan lowongan kerja yang ada, menimbulkan kesewenang-wenangan para

direktur perusahaan untuk merekrut para pekerja. Sebab itu penekanan-

penekanan dilakukan oleh pengusaha hanya untuk mendapatkan keuntungan,

sehingga bagi pekerja dalam bekerja mereka tidak memiliki bargaining

posision yang baik.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan

perusahaan yaitu kesejahteraan pekerja perusahaan, modal/uang, peralatan

dan bahan baku, merupakan faktor produksi yang dipergunakan dan

dikendalikan oleh faktor produksi tenaga kerja/pekerja. Faktor produksi

pekerja tidak sama dengan faktor produksi lainnya, karena pekerja merupakan

organ yang hidup, aktif dan dinamis yang akan mengolah, mengatur serta

sebagai penggerak usaha. Dengan faktor tersebut pekerja memegang peranan

sangat penting dalam menentukan tujuan perusahaan tempat ia bekerja.

Mengingat pentingnya faktor pekerja dalam pencapaian tujuan perusahaan,

maka sudah sewajarnya pengusaha memperhatikan kesejahteraan,

keselamatan, dan kesehatan pekerja.

Dalam kaitannya memberikan keselamatan dan kesehatan para pekerja

seyogyanya pengusaha melakukan pendekatan-pendekatan atau menanyakan

3

secara langsung kepada pekerja atau teknisi bagaimana kondisi peralatan dan

syarat-syarat pemakaian perlatan yang baik, agar dengan demikian dapat

dilakukan pencegahan pemborosan dalam pengadaan alat peralatan atau

sarana bagi pelaksanaan keselamatan kerja tersebut, pihak pekerja wajib

menggunakan alat peralatan atau perlengkapan bagi pencegahan bahaya yang

di sediakan perusahaan atau wajib memelihara alat-peralatan atau

perlengkapan pencegahan bahaya tersebut.

Dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan

bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan”. Tersirat makna bahwa setiap warga negara

mempunyai hak untuk bekerja dan mendapatkan penghidupan yang layak

baginya serta untuk dapat bekerja dengan baik demi penghidupannya, para

pekerja seharusnya dalam kondisi yang sehat dan tentu saja terjamin

keselamatannya.1

Dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan keselamatan serta

kesehatan pekerja, setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dalam

melaksanakan pekerjaannya. Pada dasarnya kurangnya keselamatan dan

kesehatan kerja bukan saja ditimbulkan dari peralatan kerja atau beban kerja

alat produksi, namun juga di timbulkan dari perlakuan dari pihak pengusaha

terhadap pengrajin, seperti adanya kesemena-menaan yang tidak

berprikemanusiaan. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya frekuensi

kecelakaan kerja dan berkurangnya kesehatan pekerja.

1 Departemen Tenaga Kerja Kantor Wilayah Provinsi Bali, 2001, Materi Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, hl. 6

4

Selain masalah tersebut yang sering di hadapi oleh para pekerja yaitu

pemberian kesejahteraan seperti upah yang di bawah standar, terkadang

terjadi PHK sepihak, pelunasan gaji yang terlambat di bayar oleh pengusaha,

dan hak-hak mereka yang dikurangi oleh pelaku usaha, hal hal seperti itu

sering di alami oleh para pekerja yang tidak sebanding dengan resiko yang

dihadapi oleh pekerja yang sangat membutuhkan perlindungan kerja dari

pengusaha tempat dimana ia bekerja. Selain hal tersebut, masih banyak lagi

gambaran secara umum tentang pekerja, pekerja yang bekerja dengan

tanggung jawab yang besar dan pekerja yang memiliki kewajiban lebih yang

kesepakatannya sering di langgar oleh pengusaha.

Penghasilan yang diperoleh para pekerja tersebut tidak sebanding

dengan resiko yang harus mereka tanggung, begitu memprihatinkan kondisi

para pekerja dikarenakan pekerja sering mengalami kecelakaan kerja tetapi

tidak diperhatikan oleh pengusaha dikarenakan pengusaha hanya

menanggung biaya sesuai dengan rasa iba. Tetapi peranan yang mereka

berikan dalam pertumbuhan perekonomian kota pada umumnya belum

sepadan dengan perlindungan hukumnya, hak-hak mereka dikurangi pihak

pengusaha. Adanya ketimpangan antara hak dan kewajiban dari para pekerja

dengan pengusaha, bahkan didalam kehidupan bermasyarakat sering melihat

dan mendengar tentang perampasan terhadap hak-hak dari para pekerja oleh

para pengusaha, baik dalam bentuk kurangnya pemberian upah atau bahkan

seringkali terlambat di bayarkan oleh pengusaha,mereka bekerja dengan

resiko tinggi tanpa adanya jaminan dihari tuanya, terjadi PHK sepihak tanpa

5

sebab yg tidak diketahui pekerja dan bentuk-bentuk pengurangan hak-hak

lainnya tetapi para pekerja tetap melaksanakan tugasnya dengan giat dan

tidak memperdulikan hak-hak mereka yang di kurangi oleh para pegusaha,

mereka melakukan pekerjaan tersebut bagaikan sapi perahan saja.

Dari dulu sampai sekarang telah dikembangkan beberapa metode yang

dipergunakan untuk memberikan perlindungan kepada pekerja dari

ketelantaran bahkan undang-undang pun sudah mengatur, tetapi semua belum

bisa berfungsi secara efektif dan efisien untuk melindungi hak-hak para

pekerja, pengusaha seperti tidak memperdulikan metode-metode yang sudah

dibuat tentang bagaimana tanggung jawab menjadi seorang pengusaha yang

baik dan bagaimana cara mempekerjakan para tenaga kerja agar mendapatkan

perlindungan dari ketelantaran. Sudah begitu banyak masalah yang dihadapi

para pekerja didalam menjalankan pekerjaannya. Terutama pekerja yang

bekerja sebagai pengerajin di perusahaan yang menjalankan perusahaannya

dibidang seni ukir yang lebih rentan akan resiko yang mengancam

keselamatan, dan kesehatan para pengerajin.

Dari permasalahan di atas peneliti lebih menekankan kepada

permasalahan yang di hadapi pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan yang

memproduksi barang-barang seni yang di dalam menjalankan pekerjaannya

banyak resiko-resiko tidak terduga yang akan dialami pekerja di perusahaan

tersebut. Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai keselamatan, kesehatan, kesejahteraan tenaga

6

kerja dan bentuk perjanjian kerja yang di buat antara pekerja dengan direktur

perusahaan.

Dalam kaitannya dengan kenyataan-kenyataan yang ada di

masyarakat yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Tanggung Jawab Perusahaan

Terhadap Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV.

Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya

kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap

pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di

Tampaksiring Gianyar ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam suatu karya ilmiah sangat mungkin terjadi adanya

perluasan dari materi yang di bahas. Karena itu, perlu di tentukan secara

tegas batasan materi yang akan di uraikan dalam tulisan ini. Hal ini perlu di

lakukan untuk mencegah agar materi atau isi uraian ini tidak menyimpang

dari pokok permasalahan yang ingin di bahas, sehingga masalahnya dapat

7

diuraikan secara sistematis. Ruang lingkup masalah yang akan di bahas

dalam penelitian ini sebatas pada tanggung jawab direktur perusahaan dalam

memberikan perlindungan kerja kepada tenaga kerja apabila mengalami

kecelakaan kerja pada saat menjalankan pekerjaannya serta bentuk

perjanjian yang di buat antara pekerja dan pengusaha.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penulis telah membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang

juga membahas tentang ketenagakerjaan. Banyak penulis tertarik

mengambil tema Hukum Ketenagakerjaan dalam penelitian dan penulis

karya ilmiah. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah :

NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN

MASALAH

1. I Made Sucipta

NIM.0016051125

Kajian Yuridis

Terhadap Keselamatan

Dan Keehatan Kerja Di

UD. Putra Uyung Jaya

Denpasar

(1) Bagaimana

tanggung jawab

pengusaha terhadap

keselamatan dan

kesehatan kerja di

Ud.Putra Uyung Jaya

Denpasar?

(2) Upaya-upaya

apakah yang dilakukan

8

pengusaha dalam

pelaksanaan

keselamatan dan

kesehatan kerja di

Ud.Putra Uyung Jaya

Denpasar?

2. Citra Prameswari

NIM.0516051151

Perlindungan Hukum

Bagi Pekerja Pada

Pertokoan Di Kota

Denpasar

(1) Bagaimana Bentuk

Perjanjian Kerja Yang

Di Buat Antara Pekerja

Pertokoan Dan

Pengusaha Pemilik

Toko?

(2) Bagaimana Upaya

Perlindungan Hukum

Yang Di Berikan

Kepada Pekerja Ketika

Mengalami Kecelakaan

Keja Selama

Menjalankan

Pekerjaannya?

3 Nur Ramadani

NPM.0771010135

Perlindungan Hukum

Bagi Pekerja Kontrak

Yang Di PHK Dalam

(1). Bagaimana hak-

hak pekerja kontrak

yang di PHK dalam

9

Masa Kontrak masa kontrak?

(2). Bagaimana upaya

upaya hukum bagi

pekerja kontrak yang di

PHK dalam masa

kontrak?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal

terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring

Gianyar.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan

terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV.

Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk memahami tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal

terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi.

2. Untuk memahami pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan

terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV.

Sinar Kawi

10

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum

ketenagakerjaan khususnya terhadap perlindungan kerja bagi pekerja

di perusahaan.

2. Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan atau sumber informasi

bagi mahasiswa yanag ingin mengadakan penelitian secara lebih lanjut

tentang obyek penelitian ini.

1.6.2 Manfaat praktis

1. Sebagai pedoman bagi pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja

agar ikut untuk memikirkan dan dalam upaya untuk dapat

meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang dialami pekerjanya, serta meningkatkan perlindungan terhadap

Hak Asasi Manusia dari para pekerja.

2. Sebagai pedoman bagi pekerja yang bekerja di perusahaan produksi

kerajinan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya perlindungan

kerja dan profesionalitas di dalam bekerja pada suatu perusahaan,

sehingga mereka memiliki rasa aman di dalam bekerja.

3. Sebagai pedoman bagi mahasiswa di dalam pembuatan suatu karya

tulis atau tugas akhir skripsi yang sejenis.

11

1.6 Landasan teoritis

Tanggung jawab pengusaha terhadap keselamatan kerja adalah

memberikan perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap

kesejahteraan tenaga kerja, baik semasa hubungan kerja maupun setelah

berakhirnya hubungan kerja. Upaya perlindungan dimaksud dalam suatu

program jaminan sosial tenaga kerja. Dalam penjelasan kesehatan kerja,

bahwa tenaga kerja yang mendapat kerugian, perawatan dan rehabilitasi.

Dalam hal seorang tenaga kerja meninggal dunia akibat kecelakaan

dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli waris dari keluarga pekerja berhak

mendapat ganti kerugian. Dalam usaha untuk memberikan perlindungan dan

kesehatan kepada tenaga kerja, perjanjian kerja merupakan hal terpenting di

dalamnya yang dibuat antara pihak pengusaha dengan pekerja di dalam

suatu perusahaan agar terciptanya kesepakatan antara pihak pekerja dengan

pengusaha.

Perjanjian kerja merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya di

kenal dengan istilah perikatan yang di atur di dalam buku III Kitab Undang-

Undang hukum perdata (KUH Perdata), dari perjanjian kerja di kenal istila

kontrak kerja yang pada dasarnya antara perjanjian kerja dengan kontrak

kerja memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu : Sebagai suatu

kesepakatan kerja yang di buat oleh pihak perusahaan dengan pekerjanya,

yang memiliki tujuan untuk mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak

secara timbal balik yang membawa akibat hukum di dalamnya.2

12

Subekti, memberikan pengertian tentang perjanjian kerja yaitu :

Perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana

ditandai oleh ciri-ciri, adanya suatu upah atau gaji tertentu yang

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dierstverhanding),

yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak

memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.3

Hubungan kerja adalah hubungan perdata yang didasarkan pada

kesepakatan antara pekerja dengan pemberi pekerjaan atau pengusaha.

Karena itu bukti bahwa seseorang bekerja pada orang lain atau pada sebuah

perusahaan/lembaga adalah adanya perjanjian kerja yang berisi tentang hak

hak dan kewajiban masing-masing baik sebagai pengusaha maupun sebagai

pekerja.

Ada 2 (dua) bentuk perjanjian kerja, yaitu :

1. Perjanjian kerja secara lisan

Perjanjian kerja umumnya secara tertulis, tetapi masih ada juga perjanjian

kerja yang disampaikan secara lisan. Pasal 52 Undang-undang Nomor 13

tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) membolehkan perjanjian

kerja dilakukan secara lisan, dengan syarat pengusaha wajib membuat

surat pengangkatan bagi pekerja, yang berisi :

a. Nama dan alamat pekerja

b. Tanggal mulai bekerja

2 Tabrani dan Ariefanto Geofani,2008, Hukum Perburuhan Indonesia, Yayasan OborIndonesia, Jakarta, h. 229

3 Subekti.R, 1977, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, Bandung, h. 63

13

c. Jenis pekerjaan

d. Besarnya upah (Pasal 63 UUKK)

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu

dan pengusaha bermaksud memperkerjakan karyawan untuk waktu

tertentu.4

2. Perjanjian kerja Tertulis

Perjanjian kerja tertulis harus memuat tentang jenis pekerjaan yang akan

dilakukan, besarnya upah yang akan diterima dan berbagai hak serta

kewajiban lainnya bagi masing-masing pihak. Perjanjian kerja tertulis

harus secara jelas menyebutkan apakah perjanjian kerja itu termasuk

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT atau disebut sistem kontrak)

atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT atau sistem

permanen/tetap).5

Sebagaimana perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja harus didasarkan

pada :

a. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan hubungan kerja.

b. Kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum.

c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

d. Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Selain itu bahwa perjanjian kerja tidak boleh

bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yaitu

4Libertus Jehani, 2006, Hak-Hak Pekerja Bila di PHK, Visimedia, Jakarta, h.35Ibid.

14

perjanjian yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/serikat pekerja

yang disahkan oleh pemerintah (Instansi Ketenagakerjaan)

Pendapat serupa juga di kemukakan oleh Treitel G.H.,dalam bukunya

“Law of Contract”, yang mengidentifikasi kontrak sebagai “....an

agreement giving rise to obligations which are enforced at law.” Yang

memiliki arti bahwa kontrak sama dengan sebuah perjanjian yang membawa

konsekuensi hukum dalam pelaksanaannya.6

Perjanjian kerja adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu,

buruh mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain

(majikan), untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan

menerima upah. Perjanjian kerja pada dasarnya dapat di buat secara lisan

maupun tertulis yang semuanya telah diatur oleh Undang-Undang.

Perihal perjanjian kerja, menurut Imam Soepomo, perjanjian kerja

merupakan suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh mengikatkan diri

untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain, majikan yang

mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah.7

Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-

ketentuan yang berkaitan dengan hubungan kerja tersebut, yaitu hak dan

kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan/pelaku usaha.Perjanjian

kerja merupakan tahap awal yang mendasari terjadinya hubungan kerja

antara buruh dengan pengusaha, sebagai mana yang di jelaskan di dalam

6Subekti, 1977, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, h.637Imam Soepomo, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, Edisi Revisi, Djambatan,

Jakarta, h.72

15

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

yang menyatakan bahwa “Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian

kerja antara pengusaha dan bekerja.”

Menurut Hrtono Widodo dan Judiantoro, hubungan kerja adalah

kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara teratur demi

kepentingan orang lain yang memerintahnya (pengusaha) sesuai dengan

perjanjian kerja yang telah di sepakati.8

Pengusaha menurut Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu :

a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. Orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

Indonesia mewakili perusahaan yang di maksud di atas yang

berkedudukan di luar wilayah Indonesia

Pengusaha dan pekerja terikat oleh suatu perjanjian, yang perjanjian

tersebut di buat berdasarkan atas kesepakatan antara kedua belah pihak (asas

konsualissme). Dari perjanjian itu maka akan menimbulkan hak dan

kewajiban baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja. Seperti yang di atur di

dalam KUHPer tentang perjanjian kerja ini seperti yang tertera dalam Pasal

1601 a yang merumuskan :

8Hartono, Judiantoro, 1992, Segi Hukum penyelesaian Perselisihan Perburuhan,Rajawali, Jakarta, h.10

16

Persetujuan perburuhan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang

satu, si buruh,mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang

lain si majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan

melakukan upah.

Kewajiban umum seorang pengusaha tercantum di dalam Pasal 1602

KUH Perdata tentang itikat baik dari pengusaha tersebut :

Seorang majikan melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan

sama sepatutnya harus melakukan atau tidak dilakukan oleh seorang

majikan yang baik. Hak pengusaha adalah mendapatkan hasil kerja yang

baik dan memuaskan dari pekerja, membuat petunjuk kerja, mendapat ganti

kerugian atas kesalahan dan kelalaian pekerja yang mendatangkan kerugian

bagi pengusaha yang bersangkutan.

Selain penjelasan diatas, hak dan kewajiban yang harus di terima dan

di laksanakan kedua belah pihak adalah melaksanakan semua sesuai dengan

perjanjian yang di buat terdahulu oleh pekerja dan pengusaha yang mana

tidak melanggar norma kesusilaan dan kesopanan.

Selainitu, terdapat pula kewajiban pekerja yang di atur di dalam

Pasal 1603, 1603a, 1603b, 1603c, dan 1603d KUH Perdata, dari pasal pasal

tersebut dapat di tarik kesimpulan bawasannya ada beberapa kewajiban

yang harus di turuti oleh pekerja antara lain, yaitu melakukan pekerjaan,

menaati peraturan tentang pekerjaan, membayar ganti kerugian dan benda.

Serta hak pekerja adalah mendapatkan upah, pengaturan pekerjaan dan

tempat kerja yang nyaman bagi pekerja, mendapat waktu cuti, mendapatkan

17

surat keterangan pernah kerja dari pengusaha yang bersangkutan apabila

keluar, mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.

Dalam hubungan kerja, baik pengusaha maupun pihak pekerja,

masing-masing tentunya tidak mau mengalami kerugian, pekerja pun tidak

mau di rugikan oleh pengusaha sebaliknya pengusaha pun tidak mau di

rugikan oleh buruhnya. Adanya ketidak –sempurnaan dan atau

ketidakajegan sifat-sifat manusia, maka dalam setiap hubungan selalu di

perlukan sebuah perjanjian, seperti dalam hal perjanjian kerja yang selalu

mendahuluidilaksanakannya hubungan kerja. Perjanjian kerja itu suatu-

waktu secara di sengaja maupun tidak di sengaja akan ada yang di abaikan

oleh salah satu pihak pengusaha maupun pekerja, maka di dalam perjanjian

kerja lazimnya di tentukan tentang tanggung jawab dan ganti rugi yang

secara sadar di sepakati bersama oleh pengusaha dan para calon buruh.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian

hukum empiris. Penelitian hukum empiris yaitu dengan melakukan

penelitian tersebut kemudian di bandingkan dengan konsep-konsep yang

terdapat di dalam bahan-bahan pustaka yang digunakan dan peraturan

perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam memecahkan masalah.

Menurut Sorjono Soekanto penelitian hukum empiris atau sosiologis yang

18

terdiri dari penelitian terhadap indentifikasi hukum (tidak tertulis) dan

penelitian terhadap efektifitas hukum.9

Hukum secara empiris adalah gejala masyarakat yang bisa dipelajari

sebagai variabel penyebab/independent variabel yang dapat menimbulkan

akibat terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Sebagai variabel

akibat/dependent variabel yang muncul sebagai hasil akhir/resultantedari

berbagai kekuatan di dalam proses sosial.10

1.8.2 Sifat penelitian

Pada dasarnya penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat di

bedakan menjadi :

1. Penelitian eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)

Penelitian yang pada umumnya dilakukan terhadap pengetahuan

yang masih baru, masih belum adanya teori-teori atau belum adanya

informasi tentang hal tersebut, atau kalaupun ada tetapi masih relatif

sedikit, dan/atau sedikitnyaliteratur atau karya ilmiah lainnya yang

menulis tentang hal tersebut.

2. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum termasuk pula di

dalamnya penelitian ilmu hukum, yang bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok

9 Sorjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, jakarta,hlm. 97

10 Informasi-Pendidikan.com, 2013, Pembahasan Penelitian Empiris , hlm 1, diaksesapril 2015.

19

tertentu untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk

menentukan ada tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan gejala

lain dalam masyarakat.

3. Penelitian eksplanatoris

Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian

yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variabel

terhadap variabel lainnya atau penelitian tentang hubungan korelasi

suatu variabel.

Berdasarkan ketiga sifat penelitian tersebut di atas, penulisan skripsi

ini adalah bersifat penelitian Deskriptif. Penelitian ini menitik beratkan

pada bentuk terjadinya hubungan kerja yang di buat antara pengusaha dan

pekerja serta tanggung jawab pengusaha dalam hal memberikan

perlindungan kerja kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

Dikarenakan hal ini sangat penting agar pekerja dapat memperoleh

gambaran secara jelas, tentang terjadinya hubungan kerja dan tanggung

jawab yang di berikan pengusaha apabila ekerja mengalami kecelakaan pada

saat bekerja agar hak pekerja terpenuhi, tanggung jawab pengusaha dalam

hal ini direktur perusahaan dan dinas ketenagakerjaan sebagai pengawas.

Oleh karena itu penelitian ini di harapkan dapat memberikan jawaban atas

masalah perlindungan kerja terhadap pekerja yang bekerja di perusahaan

kecil menengah.

20

1.8.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV.Sinar Kawi di Tampaksiring yaitu

di daerah jl.Werkudara,Tampaksiring, Gianyar.

1.8.4 Sumber data

Data merupakan bahan atau materi yang akan di kaji, diteliti dalam

penulisan ini, sehingga dapat menghasilkan informasi atau keterangan

yang menunjukan fakta.11

Dalam penulisan ini sumber data yang di pakai yaitu :

1. Data primer, yaitu “Data asli yang di peroleh peneliti dari tangan

pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan

diuraikan oleh orang lain”.12

Data primer dalam penelitian ini adalah interview dengan:

a. Pekerja yang bekerja di CV. Sinar Kawi

b. Pengusaha dalam hal ini direktur perusahaan di CV.Sinar Kawi

2. Data sekunder, yaitu “Data yang di peroleh peneliti dari penelitian

kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian

dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-

buku dan dokumentasi”.13

Yang merupakan data sekunder dari penelitian ini adalah :

a. Bahan hukum primer

11 Riduwan, 2003, Dasar-dasar statistika, Alfabeta, Bandung, h. 3112 H.Hilman Hadikusuma., 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja Dan Skripsi Ilmu

Hukum, Mandar, Maju, Bandung, h.6513 Ibid.

21

Dalam penulisan skripsi ini bahan hukum primer di peroleh

dari perundang undangan yang berlaku seperti : Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Republik

Indonesia No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder di peroleh dari literature, buku-buku,

jurnal, artikel, dll yang relevan dengan permasalahan yang

diangkat.

c. Bahan hukum tersier

Bahan Hukum tersier yaitu di peroleh dari Kamus Hukum.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Dengan memperhatikan jenis data yang ada, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Wawancara

Yaitu tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal, bertatap

muka dengan informan atau para responden yang terkait dalam

penelitian ini. Bentuk wawancara yang di pilih penulis adalah

wawancara tidak berstandar, yaitu teknik wawancara yang

harus di persiapkan terlebih dahulu sebelum wawancara

dilaksanakan, dalam hal ini penulis melakukan wawancara

dengan :

1) Direktur perusahaan pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring

Gianyar

22

2) Pihak pekerja yang bekerja pada CV. Sinar Kawi di

Tampaksiring Gianyar.

2. Studi Kepustakaan

Yaitu mencari bahan dan informasi yang berhubungan

dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan

perundang-undangan, karya tulis ilmiah yang berupa makalah,

skripsi, buku-buku, jurnal, situs internet yang menyajikan

informasi yang relevan berhubungan dengan masalah yang di

teliti.

1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data

Teknik pengolahan data yang dilakukan baik secara wawancara

maupun studi kepustakaan akan diolah dengan teknik pengolahan data

kualitatif. Teknik pengolahan data kualitatif yaitu data akan di golongkan

pada pola dan thema, di klasifikasikan, di hubungkan antara satu data

dengan data lainnya. Selanjutnya setelah data diolah, data akan dianalisis

secara deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu berupa lisan atau kata tertulis

dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa

data yang di berikan merupakan data asli yang tidak diubah serta

menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Sedangkan kualitatif berarti suatu pengolahan data dengan

menganalisis dan mempelajari hasil yang diperoleh pada saat pencarian

data.

23