Upload
phungdan
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi di Provinsi Bali dari
tahun ke tahun menjadi semakin tinggi pula jumlah pengangguran di daerah
Bali,dari kalangan anak muda maupun dari berbagai lapisan masyarakat yang
mebutuhkan pekerjaan yang mencukupi biaya hidupnya,dengan
perekonomian yang semakin berkembang pesat di Indonesia di tandai dengan
banyak bermunculnya berbagai bisnis yang tidak hanya dibidang industrial
saja, melainkan juga pelayanan jasa,perdagangan kerajinan seni, dan usaha
lainnya, tentunya tidak bisa lepas dari kehadiran pekerja sebagai sumber daya
manusia yang sangat berperan atas perkembangan perekonomian di Indonesia
khususnya di Provinsi Bali. Pada sektor bisnis di bidang industrial,
pembangunan yang tumbuh dengan cepat di tandai dengan bermunculan
berbagai perusahaan maupun usaha lainnya di segala bidang yang saling
bersaing dan bahkan membutuhkan pekerja yang berkualitas agar produk-
produk yang di hasilkan bisa sesuai dengan keinginan pengusaha agar bisa
bersaing dengan usaha bisnis lainnya. Berbisnis yang profesional sangat
dibutuhkan kehadiran pekerja yang membantu pertumbuhan ekonomi
seharusnya diimbangi dengan perlindungan dan jaminan sosial bagi pekerja,
tetapi pelaku usaha acap kali menghiraukan kesehatan dan keselamatan
pekerja ketika menjalanan pekerjaannya.
2
Semakin maju dan pesatnya perkembangan ekonomi di Provinsi Bali
terutama disektor bisnis, industri memerlukan pekerja yang banyak. Ini
adalah suatu hal yang positif dimana banyak masyarakat para pencari kerja
yang mencari pekerjaan dapat mengambil peluang kerja ini. Tetapi adanya
ketimpangan kepentingan dimana pencari kerja lebih banyak dibandingkan
dengan lowongan kerja yang ada, menimbulkan kesewenang-wenangan para
direktur perusahaan untuk merekrut para pekerja. Sebab itu penekanan-
penekanan dilakukan oleh pengusaha hanya untuk mendapatkan keuntungan,
sehingga bagi pekerja dalam bekerja mereka tidak memiliki bargaining
posision yang baik.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan
perusahaan yaitu kesejahteraan pekerja perusahaan, modal/uang, peralatan
dan bahan baku, merupakan faktor produksi yang dipergunakan dan
dikendalikan oleh faktor produksi tenaga kerja/pekerja. Faktor produksi
pekerja tidak sama dengan faktor produksi lainnya, karena pekerja merupakan
organ yang hidup, aktif dan dinamis yang akan mengolah, mengatur serta
sebagai penggerak usaha. Dengan faktor tersebut pekerja memegang peranan
sangat penting dalam menentukan tujuan perusahaan tempat ia bekerja.
Mengingat pentingnya faktor pekerja dalam pencapaian tujuan perusahaan,
maka sudah sewajarnya pengusaha memperhatikan kesejahteraan,
keselamatan, dan kesehatan pekerja.
Dalam kaitannya memberikan keselamatan dan kesehatan para pekerja
seyogyanya pengusaha melakukan pendekatan-pendekatan atau menanyakan
3
secara langsung kepada pekerja atau teknisi bagaimana kondisi peralatan dan
syarat-syarat pemakaian perlatan yang baik, agar dengan demikian dapat
dilakukan pencegahan pemborosan dalam pengadaan alat peralatan atau
sarana bagi pelaksanaan keselamatan kerja tersebut, pihak pekerja wajib
menggunakan alat peralatan atau perlengkapan bagi pencegahan bahaya yang
di sediakan perusahaan atau wajib memelihara alat-peralatan atau
perlengkapan pencegahan bahaya tersebut.
Dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan
bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”. Tersirat makna bahwa setiap warga negara
mempunyai hak untuk bekerja dan mendapatkan penghidupan yang layak
baginya serta untuk dapat bekerja dengan baik demi penghidupannya, para
pekerja seharusnya dalam kondisi yang sehat dan tentu saja terjamin
keselamatannya.1
Dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan keselamatan serta
kesehatan pekerja, setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pada dasarnya kurangnya keselamatan dan
kesehatan kerja bukan saja ditimbulkan dari peralatan kerja atau beban kerja
alat produksi, namun juga di timbulkan dari perlakuan dari pihak pengusaha
terhadap pengrajin, seperti adanya kesemena-menaan yang tidak
berprikemanusiaan. Hal ini merupakan penyebab meningkatnya frekuensi
kecelakaan kerja dan berkurangnya kesehatan pekerja.
1 Departemen Tenaga Kerja Kantor Wilayah Provinsi Bali, 2001, Materi Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, hl. 6
4
Selain masalah tersebut yang sering di hadapi oleh para pekerja yaitu
pemberian kesejahteraan seperti upah yang di bawah standar, terkadang
terjadi PHK sepihak, pelunasan gaji yang terlambat di bayar oleh pengusaha,
dan hak-hak mereka yang dikurangi oleh pelaku usaha, hal hal seperti itu
sering di alami oleh para pekerja yang tidak sebanding dengan resiko yang
dihadapi oleh pekerja yang sangat membutuhkan perlindungan kerja dari
pengusaha tempat dimana ia bekerja. Selain hal tersebut, masih banyak lagi
gambaran secara umum tentang pekerja, pekerja yang bekerja dengan
tanggung jawab yang besar dan pekerja yang memiliki kewajiban lebih yang
kesepakatannya sering di langgar oleh pengusaha.
Penghasilan yang diperoleh para pekerja tersebut tidak sebanding
dengan resiko yang harus mereka tanggung, begitu memprihatinkan kondisi
para pekerja dikarenakan pekerja sering mengalami kecelakaan kerja tetapi
tidak diperhatikan oleh pengusaha dikarenakan pengusaha hanya
menanggung biaya sesuai dengan rasa iba. Tetapi peranan yang mereka
berikan dalam pertumbuhan perekonomian kota pada umumnya belum
sepadan dengan perlindungan hukumnya, hak-hak mereka dikurangi pihak
pengusaha. Adanya ketimpangan antara hak dan kewajiban dari para pekerja
dengan pengusaha, bahkan didalam kehidupan bermasyarakat sering melihat
dan mendengar tentang perampasan terhadap hak-hak dari para pekerja oleh
para pengusaha, baik dalam bentuk kurangnya pemberian upah atau bahkan
seringkali terlambat di bayarkan oleh pengusaha,mereka bekerja dengan
resiko tinggi tanpa adanya jaminan dihari tuanya, terjadi PHK sepihak tanpa
5
sebab yg tidak diketahui pekerja dan bentuk-bentuk pengurangan hak-hak
lainnya tetapi para pekerja tetap melaksanakan tugasnya dengan giat dan
tidak memperdulikan hak-hak mereka yang di kurangi oleh para pegusaha,
mereka melakukan pekerjaan tersebut bagaikan sapi perahan saja.
Dari dulu sampai sekarang telah dikembangkan beberapa metode yang
dipergunakan untuk memberikan perlindungan kepada pekerja dari
ketelantaran bahkan undang-undang pun sudah mengatur, tetapi semua belum
bisa berfungsi secara efektif dan efisien untuk melindungi hak-hak para
pekerja, pengusaha seperti tidak memperdulikan metode-metode yang sudah
dibuat tentang bagaimana tanggung jawab menjadi seorang pengusaha yang
baik dan bagaimana cara mempekerjakan para tenaga kerja agar mendapatkan
perlindungan dari ketelantaran. Sudah begitu banyak masalah yang dihadapi
para pekerja didalam menjalankan pekerjaannya. Terutama pekerja yang
bekerja sebagai pengerajin di perusahaan yang menjalankan perusahaannya
dibidang seni ukir yang lebih rentan akan resiko yang mengancam
keselamatan, dan kesehatan para pengerajin.
Dari permasalahan di atas peneliti lebih menekankan kepada
permasalahan yang di hadapi pekerja yang bekerja di sebuah perusahaan yang
memproduksi barang-barang seni yang di dalam menjalankan pekerjaannya
banyak resiko-resiko tidak terduga yang akan dialami pekerja di perusahaan
tersebut. Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai keselamatan, kesehatan, kesejahteraan tenaga
6
kerja dan bentuk perjanjian kerja yang di buat antara pekerja dengan direktur
perusahaan.
Dalam kaitannya dengan kenyataan-kenyataan yang ada di
masyarakat yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Tanggung Jawab Perusahaan
Terhadap Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada CV.
Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya
kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap
pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di
Tampaksiring Gianyar ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Di dalam suatu karya ilmiah sangat mungkin terjadi adanya
perluasan dari materi yang di bahas. Karena itu, perlu di tentukan secara
tegas batasan materi yang akan di uraikan dalam tulisan ini. Hal ini perlu di
lakukan untuk mencegah agar materi atau isi uraian ini tidak menyimpang
dari pokok permasalahan yang ingin di bahas, sehingga masalahnya dapat
7
diuraikan secara sistematis. Ruang lingkup masalah yang akan di bahas
dalam penelitian ini sebatas pada tanggung jawab direktur perusahaan dalam
memberikan perlindungan kerja kepada tenaga kerja apabila mengalami
kecelakaan kerja pada saat menjalankan pekerjaannya serta bentuk
perjanjian yang di buat antara pekerja dan pengusaha.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Penulis telah membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang
juga membahas tentang ketenagakerjaan. Banyak penulis tertarik
mengambil tema Hukum Ketenagakerjaan dalam penelitian dan penulis
karya ilmiah. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah :
NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN
MASALAH
1. I Made Sucipta
NIM.0016051125
Kajian Yuridis
Terhadap Keselamatan
Dan Keehatan Kerja Di
UD. Putra Uyung Jaya
Denpasar
(1) Bagaimana
tanggung jawab
pengusaha terhadap
keselamatan dan
kesehatan kerja di
Ud.Putra Uyung Jaya
Denpasar?
(2) Upaya-upaya
apakah yang dilakukan
8
pengusaha dalam
pelaksanaan
keselamatan dan
kesehatan kerja di
Ud.Putra Uyung Jaya
Denpasar?
2. Citra Prameswari
NIM.0516051151
Perlindungan Hukum
Bagi Pekerja Pada
Pertokoan Di Kota
Denpasar
(1) Bagaimana Bentuk
Perjanjian Kerja Yang
Di Buat Antara Pekerja
Pertokoan Dan
Pengusaha Pemilik
Toko?
(2) Bagaimana Upaya
Perlindungan Hukum
Yang Di Berikan
Kepada Pekerja Ketika
Mengalami Kecelakaan
Keja Selama
Menjalankan
Pekerjaannya?
3 Nur Ramadani
NPM.0771010135
Perlindungan Hukum
Bagi Pekerja Kontrak
Yang Di PHK Dalam
(1). Bagaimana hak-
hak pekerja kontrak
yang di PHK dalam
9
Masa Kontrak masa kontrak?
(2). Bagaimana upaya
upaya hukum bagi
pekerja kontrak yang di
PHK dalam masa
kontrak?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal
terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring
Gianyar.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan
terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV.
Sinar Kawi Di Tampaksiring Gianyar.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk memahami tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal
terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi.
2. Untuk memahami pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan
terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV.
Sinar Kawi
10
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan hukum
ketenagakerjaan khususnya terhadap perlindungan kerja bagi pekerja
di perusahaan.
2. Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan atau sumber informasi
bagi mahasiswa yanag ingin mengadakan penelitian secara lebih lanjut
tentang obyek penelitian ini.
1.6.2 Manfaat praktis
1. Sebagai pedoman bagi pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja
agar ikut untuk memikirkan dan dalam upaya untuk dapat
meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang dialami pekerjanya, serta meningkatkan perlindungan terhadap
Hak Asasi Manusia dari para pekerja.
2. Sebagai pedoman bagi pekerja yang bekerja di perusahaan produksi
kerajinan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya perlindungan
kerja dan profesionalitas di dalam bekerja pada suatu perusahaan,
sehingga mereka memiliki rasa aman di dalam bekerja.
3. Sebagai pedoman bagi mahasiswa di dalam pembuatan suatu karya
tulis atau tugas akhir skripsi yang sejenis.
11
1.6 Landasan teoritis
Tanggung jawab pengusaha terhadap keselamatan kerja adalah
memberikan perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap
kesejahteraan tenaga kerja, baik semasa hubungan kerja maupun setelah
berakhirnya hubungan kerja. Upaya perlindungan dimaksud dalam suatu
program jaminan sosial tenaga kerja. Dalam penjelasan kesehatan kerja,
bahwa tenaga kerja yang mendapat kerugian, perawatan dan rehabilitasi.
Dalam hal seorang tenaga kerja meninggal dunia akibat kecelakaan
dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli waris dari keluarga pekerja berhak
mendapat ganti kerugian. Dalam usaha untuk memberikan perlindungan dan
kesehatan kepada tenaga kerja, perjanjian kerja merupakan hal terpenting di
dalamnya yang dibuat antara pihak pengusaha dengan pekerja di dalam
suatu perusahaan agar terciptanya kesepakatan antara pihak pekerja dengan
pengusaha.
Perjanjian kerja merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya di
kenal dengan istilah perikatan yang di atur di dalam buku III Kitab Undang-
Undang hukum perdata (KUH Perdata), dari perjanjian kerja di kenal istila
kontrak kerja yang pada dasarnya antara perjanjian kerja dengan kontrak
kerja memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu : Sebagai suatu
kesepakatan kerja yang di buat oleh pihak perusahaan dengan pekerjanya,
yang memiliki tujuan untuk mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak
secara timbal balik yang membawa akibat hukum di dalamnya.2
12
Subekti, memberikan pengertian tentang perjanjian kerja yaitu :
Perjanjian antara seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana
ditandai oleh ciri-ciri, adanya suatu upah atau gaji tertentu yang
diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dierstverhanding),
yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak
memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.3
Hubungan kerja adalah hubungan perdata yang didasarkan pada
kesepakatan antara pekerja dengan pemberi pekerjaan atau pengusaha.
Karena itu bukti bahwa seseorang bekerja pada orang lain atau pada sebuah
perusahaan/lembaga adalah adanya perjanjian kerja yang berisi tentang hak
hak dan kewajiban masing-masing baik sebagai pengusaha maupun sebagai
pekerja.
Ada 2 (dua) bentuk perjanjian kerja, yaitu :
1. Perjanjian kerja secara lisan
Perjanjian kerja umumnya secara tertulis, tetapi masih ada juga perjanjian
kerja yang disampaikan secara lisan. Pasal 52 Undang-undang Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) membolehkan perjanjian
kerja dilakukan secara lisan, dengan syarat pengusaha wajib membuat
surat pengangkatan bagi pekerja, yang berisi :
a. Nama dan alamat pekerja
b. Tanggal mulai bekerja
2 Tabrani dan Ariefanto Geofani,2008, Hukum Perburuhan Indonesia, Yayasan OborIndonesia, Jakarta, h. 229
3 Subekti.R, 1977, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, Bandung, h. 63
13
c. Jenis pekerjaan
d. Besarnya upah (Pasal 63 UUKK)
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu
dan pengusaha bermaksud memperkerjakan karyawan untuk waktu
tertentu.4
2. Perjanjian kerja Tertulis
Perjanjian kerja tertulis harus memuat tentang jenis pekerjaan yang akan
dilakukan, besarnya upah yang akan diterima dan berbagai hak serta
kewajiban lainnya bagi masing-masing pihak. Perjanjian kerja tertulis
harus secara jelas menyebutkan apakah perjanjian kerja itu termasuk
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT atau disebut sistem kontrak)
atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT atau sistem
permanen/tetap).5
Sebagaimana perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja harus didasarkan
pada :
a. Kesepakatan kedua belah pihak untuk melakukan hubungan kerja.
b. Kecakapan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum.
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Selain itu bahwa perjanjian kerja tidak boleh
bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yaitu
4Libertus Jehani, 2006, Hak-Hak Pekerja Bila di PHK, Visimedia, Jakarta, h.35Ibid.
14
perjanjian yang dibuat oleh pengusaha dan pekerja/serikat pekerja
yang disahkan oleh pemerintah (Instansi Ketenagakerjaan)
Pendapat serupa juga di kemukakan oleh Treitel G.H.,dalam bukunya
“Law of Contract”, yang mengidentifikasi kontrak sebagai “....an
agreement giving rise to obligations which are enforced at law.” Yang
memiliki arti bahwa kontrak sama dengan sebuah perjanjian yang membawa
konsekuensi hukum dalam pelaksanaannya.6
Perjanjian kerja adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu,
buruh mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain
(majikan), untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan
menerima upah. Perjanjian kerja pada dasarnya dapat di buat secara lisan
maupun tertulis yang semuanya telah diatur oleh Undang-Undang.
Perihal perjanjian kerja, menurut Imam Soepomo, perjanjian kerja
merupakan suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh mengikatkan diri
untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lain, majikan yang
mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah.7
Perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan hubungan kerja tersebut, yaitu hak dan
kewajiban buruh serta hak dan kewajiban majikan/pelaku usaha.Perjanjian
kerja merupakan tahap awal yang mendasari terjadinya hubungan kerja
antara buruh dengan pengusaha, sebagai mana yang di jelaskan di dalam
6Subekti, 1977, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, h.637Imam Soepomo, 2003, Pengantar Hukum Perburuhan, Edisi Revisi, Djambatan,
Jakarta, h.72
15
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
yang menyatakan bahwa “Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian
kerja antara pengusaha dan bekerja.”
Menurut Hrtono Widodo dan Judiantoro, hubungan kerja adalah
kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara teratur demi
kepentingan orang lain yang memerintahnya (pengusaha) sesuai dengan
perjanjian kerja yang telah di sepakati.8
Pengusaha menurut Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan yang di maksud di atas yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia
Pengusaha dan pekerja terikat oleh suatu perjanjian, yang perjanjian
tersebut di buat berdasarkan atas kesepakatan antara kedua belah pihak (asas
konsualissme). Dari perjanjian itu maka akan menimbulkan hak dan
kewajiban baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja. Seperti yang di atur di
dalam KUHPer tentang perjanjian kerja ini seperti yang tertera dalam Pasal
1601 a yang merumuskan :
8Hartono, Judiantoro, 1992, Segi Hukum penyelesaian Perselisihan Perburuhan,Rajawali, Jakarta, h.10
16
Persetujuan perburuhan adalah persetujuan, dengan mana pihak yang
satu, si buruh,mengikatkan dirinya untuk dibawah perintahnya pihak yang
lain si majikan, untuk suatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan
melakukan upah.
Kewajiban umum seorang pengusaha tercantum di dalam Pasal 1602
KUH Perdata tentang itikat baik dari pengusaha tersebut :
Seorang majikan melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan
sama sepatutnya harus melakukan atau tidak dilakukan oleh seorang
majikan yang baik. Hak pengusaha adalah mendapatkan hasil kerja yang
baik dan memuaskan dari pekerja, membuat petunjuk kerja, mendapat ganti
kerugian atas kesalahan dan kelalaian pekerja yang mendatangkan kerugian
bagi pengusaha yang bersangkutan.
Selain penjelasan diatas, hak dan kewajiban yang harus di terima dan
di laksanakan kedua belah pihak adalah melaksanakan semua sesuai dengan
perjanjian yang di buat terdahulu oleh pekerja dan pengusaha yang mana
tidak melanggar norma kesusilaan dan kesopanan.
Selainitu, terdapat pula kewajiban pekerja yang di atur di dalam
Pasal 1603, 1603a, 1603b, 1603c, dan 1603d KUH Perdata, dari pasal pasal
tersebut dapat di tarik kesimpulan bawasannya ada beberapa kewajiban
yang harus di turuti oleh pekerja antara lain, yaitu melakukan pekerjaan,
menaati peraturan tentang pekerjaan, membayar ganti kerugian dan benda.
Serta hak pekerja adalah mendapatkan upah, pengaturan pekerjaan dan
tempat kerja yang nyaman bagi pekerja, mendapat waktu cuti, mendapatkan
17
surat keterangan pernah kerja dari pengusaha yang bersangkutan apabila
keluar, mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam hubungan kerja, baik pengusaha maupun pihak pekerja,
masing-masing tentunya tidak mau mengalami kerugian, pekerja pun tidak
mau di rugikan oleh pengusaha sebaliknya pengusaha pun tidak mau di
rugikan oleh buruhnya. Adanya ketidak –sempurnaan dan atau
ketidakajegan sifat-sifat manusia, maka dalam setiap hubungan selalu di
perlukan sebuah perjanjian, seperti dalam hal perjanjian kerja yang selalu
mendahuluidilaksanakannya hubungan kerja. Perjanjian kerja itu suatu-
waktu secara di sengaja maupun tidak di sengaja akan ada yang di abaikan
oleh salah satu pihak pengusaha maupun pekerja, maka di dalam perjanjian
kerja lazimnya di tentukan tentang tanggung jawab dan ganti rugi yang
secara sadar di sepakati bersama oleh pengusaha dan para calon buruh.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis penelitian
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan penelitian
hukum empiris. Penelitian hukum empiris yaitu dengan melakukan
penelitian tersebut kemudian di bandingkan dengan konsep-konsep yang
terdapat di dalam bahan-bahan pustaka yang digunakan dan peraturan
perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam memecahkan masalah.
Menurut Sorjono Soekanto penelitian hukum empiris atau sosiologis yang
18
terdiri dari penelitian terhadap indentifikasi hukum (tidak tertulis) dan
penelitian terhadap efektifitas hukum.9
Hukum secara empiris adalah gejala masyarakat yang bisa dipelajari
sebagai variabel penyebab/independent variabel yang dapat menimbulkan
akibat terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Sebagai variabel
akibat/dependent variabel yang muncul sebagai hasil akhir/resultantedari
berbagai kekuatan di dalam proses sosial.10
1.8.2 Sifat penelitian
Pada dasarnya penelitian hukum empiris menurut sifatnya dapat di
bedakan menjadi :
1. Penelitian eksploratif (penjajakan atau penjelajahan)
Penelitian yang pada umumnya dilakukan terhadap pengetahuan
yang masih baru, masih belum adanya teori-teori atau belum adanya
informasi tentang hal tersebut, atau kalaupun ada tetapi masih relatif
sedikit, dan/atau sedikitnyaliteratur atau karya ilmiah lainnya yang
menulis tentang hal tersebut.
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum termasuk pula di
dalamnya penelitian ilmu hukum, yang bertujuan menggambarkan
secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok
9 Sorjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, jakarta,hlm. 97
10 Informasi-Pendidikan.com, 2013, Pembahasan Penelitian Empiris , hlm 1, diaksesapril 2015.
19
tertentu untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antar suatu gejala dengan gejala
lain dalam masyarakat.
3. Penelitian eksplanatoris
Penelitian eksplanatoris sifatnya menguji hipotesis yaitu penelitian
yang ingin mengetahui pengaruh atau dampak suatu variabel
terhadap variabel lainnya atau penelitian tentang hubungan korelasi
suatu variabel.
Berdasarkan ketiga sifat penelitian tersebut di atas, penulisan skripsi
ini adalah bersifat penelitian Deskriptif. Penelitian ini menitik beratkan
pada bentuk terjadinya hubungan kerja yang di buat antara pengusaha dan
pekerja serta tanggung jawab pengusaha dalam hal memberikan
perlindungan kerja kepada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.
Dikarenakan hal ini sangat penting agar pekerja dapat memperoleh
gambaran secara jelas, tentang terjadinya hubungan kerja dan tanggung
jawab yang di berikan pengusaha apabila ekerja mengalami kecelakaan pada
saat bekerja agar hak pekerja terpenuhi, tanggung jawab pengusaha dalam
hal ini direktur perusahaan dan dinas ketenagakerjaan sebagai pengawas.
Oleh karena itu penelitian ini di harapkan dapat memberikan jawaban atas
masalah perlindungan kerja terhadap pekerja yang bekerja di perusahaan
kecil menengah.
20
1.8.3 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CV.Sinar Kawi di Tampaksiring yaitu
di daerah jl.Werkudara,Tampaksiring, Gianyar.
1.8.4 Sumber data
Data merupakan bahan atau materi yang akan di kaji, diteliti dalam
penulisan ini, sehingga dapat menghasilkan informasi atau keterangan
yang menunjukan fakta.11
Dalam penulisan ini sumber data yang di pakai yaitu :
1. Data primer, yaitu “Data asli yang di peroleh peneliti dari tangan
pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan
diuraikan oleh orang lain”.12
Data primer dalam penelitian ini adalah interview dengan:
a. Pekerja yang bekerja di CV. Sinar Kawi
b. Pengusaha dalam hal ini direktur perusahaan di CV.Sinar Kawi
2. Data sekunder, yaitu “Data yang di peroleh peneliti dari penelitian
kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian
dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-
buku dan dokumentasi”.13
Yang merupakan data sekunder dari penelitian ini adalah :
a. Bahan hukum primer
11 Riduwan, 2003, Dasar-dasar statistika, Alfabeta, Bandung, h. 3112 H.Hilman Hadikusuma., 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja Dan Skripsi Ilmu
Hukum, Mandar, Maju, Bandung, h.6513 Ibid.
21
Dalam penulisan skripsi ini bahan hukum primer di peroleh
dari perundang undangan yang berlaku seperti : Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Republik
Indonesia No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder di peroleh dari literature, buku-buku,
jurnal, artikel, dll yang relevan dengan permasalahan yang
diangkat.
c. Bahan hukum tersier
Bahan Hukum tersier yaitu di peroleh dari Kamus Hukum.
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Dengan memperhatikan jenis data yang ada, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Wawancara
Yaitu tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal, bertatap
muka dengan informan atau para responden yang terkait dalam
penelitian ini. Bentuk wawancara yang di pilih penulis adalah
wawancara tidak berstandar, yaitu teknik wawancara yang
harus di persiapkan terlebih dahulu sebelum wawancara
dilaksanakan, dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan :
1) Direktur perusahaan pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring
Gianyar
22
2) Pihak pekerja yang bekerja pada CV. Sinar Kawi di
Tampaksiring Gianyar.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu mencari bahan dan informasi yang berhubungan
dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan
perundang-undangan, karya tulis ilmiah yang berupa makalah,
skripsi, buku-buku, jurnal, situs internet yang menyajikan
informasi yang relevan berhubungan dengan masalah yang di
teliti.
1.8.6 Teknik pengolahan dan analisis data
Teknik pengolahan data yang dilakukan baik secara wawancara
maupun studi kepustakaan akan diolah dengan teknik pengolahan data
kualitatif. Teknik pengolahan data kualitatif yaitu data akan di golongkan
pada pola dan thema, di klasifikasikan, di hubungkan antara satu data
dengan data lainnya. Selanjutnya setelah data diolah, data akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu berupa lisan atau kata tertulis
dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa
data yang di berikan merupakan data asli yang tidak diubah serta
menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Sedangkan kualitatif berarti suatu pengolahan data dengan
menganalisis dan mempelajari hasil yang diperoleh pada saat pencarian
data.