Upload
meylien-prasetiyo
View
31
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas (Ananas comusus L.Merr) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang
tumbuh subur di Indonesia. Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan
penting di dunia. Hasil panen buah nenas terpenting kedua setelah buah pisang mencapai 20%
produksi buah tropika dunia. Berdasarkan data statistik tahun 2000, perdagangan nanas
mencapai 51% dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah. Di Indonesia, nanas
merupakan produk hortikultura urutan ke tiga yang 3 paling banyak diproduksi.
Buah nanas ini enak dikonsumsi secara langsung atau dilakukan pengolahan terlebih
dahulu seperti pembuatan jus, sari buah, dan keripik. Saat ini produk nanas paling banyak
adalah diproduksi dalam bentuk kaleng. Tujuan dari pengalengan buah nanas adalah untuk
memperpanjang masa simpan buah dan untuk memudahkan proses distribusi karena produk
nanas sudah dalam bentuk kemasan.
Industri pabrik merupakan salah satu penghasil limbah terbesar selain limbah rumah
tangga. Tidak luput juga pada produksi pengalengan nanas. Limbah yang dihasilkan dari
pengalengan ini berbentuk limbah cair dan padat. Limbah-limbah ini perlu dilakukan pengolahan
lebih lanjut untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari buangan limbah yang dihasilkan.
Untuk itu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut pada limbah pengalengan nanas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengolahan limbah pengalengan nanas adalah untuk melakukan teknik
pengolahan limbah pengalengan nanas yang tepat dan sesuai, pemanfaatan limbah
pengalengan nanas untuk pakan ternak dan untuk memberikan nilai ekonomis pada suatu
buangan atau limbah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku Produk
Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan
tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia
nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya rendah, herba
(menahun) dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam
bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Buahnya dalam bahasa Inggris disebut
sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus. Nama 'nanas' berasal dari
sebutan orang Tupi untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung
penghisap madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun
berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.
Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan
gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap 'sisik' pada kulit buahnya) yang
dalam perkembangannya tergabung -- bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga
majemuk -- menjadi satu 'buah' besar. Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan
kemampuan memperbanyak secara seksual, namun ia mengembangkan tanaman muda
(bagian 'mahkota' buah) yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif. Di
Indonesia, propinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas utama, dengan
beberapa pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana. Buah ini banyak mengandung
vitamin A dan C sebagai antioksidan. Juga mengandung kalsium, fosfor, magnesium, besi,
natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai
antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, serta menghambat pertumbuhan
sel kanker. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita
sembelit.
Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan yang dimasukkan
kedalam wadah kaleng yang ditutup rapat, supaya udara dan zat-zat serta organisasi
pembusuk tidak dapat masuk/kemudian berkembang wadah dipanasi sampai suhu tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu guna mematikan mikro organisme. Berikut ini bahan baku
pada pembuatan nanas kaleng : buah nanas yang tua dari jenis cayenne atau subang,
Untuk membuat sekitar 10 kg buah nanas dalam kaleng dibutuhkan nanas segar sebanyak
15 buah. gula pasir 600 g/lt air,air 1 lt, asam sitrat 3 g/lt larutan gula.
2.2 Produk
Perkembangan industry pengolahan nanas yang pesat
menyebabkan kemasan menjadi faktor yang penting dalam pengangkutan
dan penyimpananbarang-barang sesuai dengan perkembangan pasar
lokal menjadi pasar nasional bahkan internasional. Kemasan merupakan salah satu
cara atau metode untukmemberikan perlindungan pada pangan yang
telah dihasilkan baik dalam bentuk bungkusan maupun menempatkan produk ke
dalam suatu wadah. Hal ini dimaksudkan agar produk dapat terhindar dari
pencemaran(senyawa kimia dan mikroba), kerusakan akibat fisik ( gesekan, getaran
dan benturan) senyawa lingkungan (oksigen,uap air), dan gangguan binatang
seperti serangga, sehinggamutu dan keamanan produk tetapterjaga serta
dapat disimpan dalam kurunwaktu yang lebih lama.
Dalam pengolahan buah nanas (bahan mentah) menjadi buah kaleng atau
koktail (produk) memerlukan beberapa proses baik itu praproses, proses pengolahan
maupun pasca proses. Biasanya pada suatu pabrik pengolahan, tidak hanya
mengolah bahan (nanas) menjadi satu jenis produk saja. Misalnya, pada
pengalengan nanas tidak hanya menghasilkan produk koktail nanas saja tetapi juga
memproduksi sari buah (jus) nanas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
biaya produksi. Nanas yang baru didatangkan dari luar pabrik (dari pemasok) akan
dicuci kebagian pencucian buah. Pencucian yang digunakan pada pengolahan ini
merupakan pencucian cara basah yaitu penyemprotan menggunakan air panas pada
nanas yang dilewatkan melalui conveyor. Pencucian ini dipilih karena kontaminan
pada buah nanas biasanya berupa debu – debu ataupun zat – zat berbahaya
(misalnya pestisida) yang terdapat pada celah – celah buah nanas. Kontaminasi ini
tidak dapat hilang oleh pencucian kering, sehingga dipilihlah pencucian cara basah
ini.
2.3 Proses Produksi
Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan yang
dimasukkan kedalam wadah kaleng yang ditutup rapat, supaya udara dan zat-
zat serta organisasi pembusuk tidak dapat masuk/kemudian berkembang
wadah dipanasi sampai suhu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu guna
mematikan mikro organisme. Dalam pengolahan buah nanas (bahan mentah)
menjadi buah kaleng atau koktail (produk) memerlukan beberapa proses baik
itu praproses, proses pengolahan maupun pasca proses. Biasanya pada suatu
pabrik pengolahan, tidak hanya mengolah bahan (nanas) menjadi satu jenis
produk saja. Misalnya, pada pengalengan nanas tidak hanya menghasilkan
produk koktail nanas saja tetapi juga memproduksi sari buah (jus) nanas. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi (Rahardi,2005).
Proses pengolahan dimulai dengan nanas yang baru didatangkan dari
luar pabrik (dari pemasok) akan dicuci kebagian pencucian buah. Pencucian
yang digunakan pada pengolahan ini merupakan pencucian cara basah yaitu
penyemprotan menggunakan air panas pada nanas yang dilewatkan melalui
conveyor. Pencucian ini dipilih karena kontaminan pada buah nanas biasanya
berupa debu – debu ataupun zat – zat berbahaya (misalnya pestisida) yang
terdapat pada celah – celah buah nanas. Kontaminasi ini tidak dapat hilang
oleh pencucian kering, sehingga dipilihlah pencucian cara basah ini.Pada saat
pencucian ini, bagian Quality Control Raw Material akan mengambil 30 buah
yang iambil secara acak dengan cara mengelilingi bin sehingga sample
terambil secara merata. Pengambilaan 30 buah ini bertujuan untuk mengontrol
bahan mentah yaitu nanas sehingga dapat ditentukan layak atau tidaknya
nanas tersebut diproses lebih lanjut. 20 buah yang telah diambil akan
digunakan untuk semple sedangkan 10 buah yang lainnya akan dianalisa
kadar nitratnya. Apabila kadar nitrat pada nanas masih tinggi, maka nanas
akan disimpan pada suhu ruang selama semalam agar nitratnya menguap,
namun apabila kandungan nitrat masih tinggi maka nanas akan diolah menjadi
jus nanas (Rukmana, 2007).
Setelah pencucian, buah nanas akan dipisahkan menurut kwalitasnya.
Pemisahan ini biasa disebut grading. Spesifikasi standart grading sendiri
didasarkan pada ukuran, bentuk, tekstur, cita rasa, aroma, warna dan lain lain,
namun pada grading nanas kali ini hanyalah berdasarkan ukuran diameter
buah nanas. Ukuran buah nanas yang telah dipisahkan dapat berupa 2 T; 2,5
T; 1 3/8 T; dan 1 T. Pemisahan ukuran ini dilakukan agar mempermudah
proses selanjutnya yaitu proses pengupasan.
Pengupasan meluputi pengambilan kulit dan bahan lain yang tidak
dikehendaki dengan tujuan untuk mengambil bagian yang dapat dimakan dan
memperbaiki kenampakan pada produk akhir. Pengupasan nanas dilakukan
secara mekanis. Alat pengupas nanas biasanya dilengkapi dengan alat
pemotong yang dapat diukur dan disesuaikan dengan besar kacilnya buah.
Pengupasan disini tidak hanya membuang kulitnya saja tetapi termasuk
membuang mata tunas, kulit, kedua pangkal nanas baik itu atas maupun
bawah serta membuang jantung hati nanas. Pengupasan ini akan
menghasilkan buah nanas berbentuk silinder (slugh) dan sisa daging buah
nanas. Sisa daging tersebut biasanya dimanfaatkan dan diolah menjadi
produk lain seperti jus nanas.Slugh kemudian mengalami proses pencucian
kembali dengan penyemprotan menggunakan keran air sehingga kotoran
yang mengkin masih ada pada slugh menjadi hilang. Apabila masih terdapat
mata tunas pada slugh maka akan dialakaukan pengambilan kembali
menggunakan pinset. Slugh yang telah bersih kemudian dialirkan melalui
konveyor untuk dipotong sesuia alat. Bentuk potongan slugh dapat berupa
slide, chunk, tabbit, dan crushed. Setelah itu dilakukan pengisian nanas
kedalam kaleng. (Rukmana, 2007).
Pada saat pengisian kaleng, bagian atas harus diberi heat space agar
pada waktu sterilisasi ataupun pasteurisasi masih ada tempat untuk nanas
memuai atau mengembangkan isi sahingga kaleng tidak rusak. Heat space ini
dapat diisi dengan gas inert. Hal ini bertujuan sebagai pemvakuman atau
penghampaan. Pada saat pengisian, bagian Quality Control Raw Material
kembali mengambil sample setiap 2 jam sekali dengan sample 5 kaleng. Ini
dilakukan untuk mengontrol pengisian buah kedalam kaleng apakah sudah
memenuhi standart atau belum.Setelah itu dilakukan penutupan kaleng.
Penutupan kaleng disebut dengan istilah sealing. Penutupan tidak boleh
terdapat kebocoran sedikit pun karena dapat merusak prodok. Keleng yang
telah ditutp kemudian dimasukkan ke dalam cooker untuk proses pemasakan
dan sterilissi dengan suhu 98 – 108 0C selama 20 menit. (Rukmana, 2007).
2.4 Limbah yang dihasilkan
Industri pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota
daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut
diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas
nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula tinggi dan serat kasarnya
juga cukup tinggi tetapi proteinnya rendah. Limbah nanas, baik hasil
pengalengan maupun limbah tanaman dapat dimanfaatkan nuntuk bahan
makanan ternak dan ikan. Nilai gizi limbah pengalengan nenas lebih tinggi
dibandingkan dengan limbah tanaman nenas. Penyusunan utama limbah
pengalengan nenas adalah karbohidrat mudah larut terutama gula. Limbah
pengalengan nenas mengandung provitamin A sekitar 80.000 I.U berdasarkan
bahan kering. Pemanfaatan limbah nenas dalam bentuk kering atau dalam
bentuk dedak lebih menguntungkan daripada bentuk segar atau basa
(Murtidjo, 2007).
Dari proses pengalengan, limbah yang dihasilkan cukup banyak berupa
tangkai, mahkota, dan kelopak buah nenas yang dapat mencapai 30-40% .
Limbah pengalengan nenas ini apabila dibuang ke lingkungan akan
menimbulkan bau busuk yang dapat mencemari lingkungan disekitarnya.
Guna menghindari dampak pencemaran limbah, maka limbah padat
pengalengan nenas dapat dipakai sebagai sumber bahan baku produksi
bromelain. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor,
Magnesium, Besi, Natrium, Kalium, Dekstrosa, Sukrosa (gula tebu. Bahan
buangan cair dari industri pengalengan nanas mengandung gula seperti
sukrosa, glukosa, ffruktosa dan nutrin yang lain. Bahan ini sangat potensial
untuk digunakan sebagai sumber karbon untuk fermentasi asamasam organic
(Rukmana,2007).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat Dan Bahan
Di dalam proses pengolahan nenas kaleng digunakan dua macam
bahan, yaitu bahan baku dan bahan penunjang. Bahan baku utamanya
adalah nenas, sedangkan bahan penunjang antara lain asam sitrat dan gula.
Bahan baku dan bahan penunjang tersebut diperoleh dari dalam negeri dan
impor. Adapun local content dalam proses produksi nenas kaleng adalah
nenas, gula, dan asam sitrat. Sedangkan yang diimpor antara lain cooper
wire dan sealing compound.
Pengolahan nanas kaleng pada industri besar menggunakan
peralatan pabrik yang modern dan ditangani oleh tenaga-tenaga yang
berpengalaman. Paabrik dirancang dan ditempatkan pada lokasi sedemikian
rupa sehingga sistem pengangkutan lebih baik. Sistem pengangkutan
tersebut antara lain angkutan bahan baku dari kebun ke pabrik, angkutan
material dalam pabrik, tempat penyimpanan buah, tempat penyimpanan hasil
olahan, sumber tenaga penggerak, dan sistem kontrol bekerja secara efisien.
Jika dilakukan secara manual, proses ini melibatkan beberapa alat, antara
lain pisau pemotong, baskom, timbangan, pengaduk, kaleng pengemas,
sendok, panci, kompor, thermometer.
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Proses Produksi
Diagram alir proses pengalengan adalah sebagai berikut :
↓
Pencucian
↓
Sortasi dan Grading
↓
Pengupasan/pemotongan/sizing
↓
Pengisian
↓
Exhausting
↓
Sealing
↓
sterilisasi
↓
Pendinginan cepat
↓
Pelabelan
↓
Bahan
Hasil
Scrup (air)
Scrup
air
Air:gula (2:1) + asam sitrat
3.2.2 Pengolahan Limbah
Diagram alir Proses Pengolahan Limbah Nanas Kaleng Menjadi Kompos:
Kulit nanas
Dicacah
Di pres
EM4/inokulum,
0,5 kg Air Diaduk
Di masukkan media pengomposan
Ditutup rapat dengan terpal
Di inokulasi dan fermentasi 2-10 minggu
Dikeringkan
Digiling
Disaring Kerikil, kotoran, scrab
Dikemas
disimpan
Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Limbah Yang Dihasilkan
4.1.1 Sumber Limbah
Dari proses-proses tersebut iatas, dapat diketahui bahwa limbah yang dihasilkan
dari pengolahan nanas kaleng hampir ada keseluruhan proses seperti pencucian
yang menghasilkan limbah air kotor, sortasi dan grading yang menghasilkan limbah
buah nanas yang tidak memenuhi diameter daan wana yang telah ditentukan. Pada
proses pengupasan/pemotongan/sizing adalah proses yang banyak menghasilkan
limbah yaitu berupa limbah kulit buah nanas. Sedangkan pada proses pengisian,
sealing, pelabelan ataupun penyimpanan dapat menghasilkan limbah hanya pada
saat terjadi kerusakan/kecacatan pada proses.
4.1.2 kandungan Limbah
Dari hasil konsumsi dan olahan nanas ini akan dihasilkan limbah berupa kulit dan
bonggol nanas dalam jumlah banyak. Komposisi limbah nanas rata-rata mencapai
40 %, dimana sebesar 5 % adalah bagian sisik pada kulit (Noto, A, 2010). Limbah
tersebut saat ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja
sehingga perlu dicari solusi untuk mengatasi hal tersebut.Kulit nanas mengandung
air 81,72 %, karbohidrat 17,53 %, protein 4,41 %, gula pereduksi 13,65 %, dan serat
kasar 20,87 % (Wijana., dkk, 1991). Kandungan karbohidrat dan gula yang cukup
tinggi dalam kulit dan bonggol nanas tersebut dapat dimanfaatkan menjadi bahan
baku pembuatan etanol dengan pertolongan fermentasi Saccharomyces cerevisiae.
Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik
sebagai pengganti bahan bakar fosil dengan bahan baku alami, lebih ramah
lingkungan serta menguntungkan dari segi ekonomi. Fermentasi etanol oleh adanya
aktivitas khamir berlangsung dalam suasana anaerob melalui jalur Embden
Meyerhoof Parnas Pathay, yang didalam prosesnya satu molekul glukosa akan
membentuk dua molekul etanol dan dua molekul CO2 (Prescott, S. C; C. G, Dunn,
1959).
Limbah pengalengan nanas merupakan hasil sampingan dari industri
pengolahan buah nanas yang terdiri dari kulit, mahkota, pucuk, dan hati dari buah
nanas. Jumlah limbah buah nanas mencapai 60% dari total produksi buah nanas.
Proporsi limbah pengalengan nanas terdiri dari 56% kulit, 17% mahkota, 15% pucuk,
7 % hati dan 5% ampas nanas .Kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula
yang cukup tinggi (Kurniawan,2008). Menurut Charlena (2008), kulit nanas
mengandung 81,72% air; 20,87% SK; 17,53% karbohidrat; 4,41% PK dan 13,65%
gula reduksi. Proporsi terbesar karbohidrat limbah pengalengan nanas berupa
hemiselulosa, selulosa, hexosa, pentosa dan pektin. Kulit nanas bersifat cepat busuk
dan tidak dapat disimpan lama. Secara ekonomi kulit nenas masih bermanfaat untuk
diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat
pada tabel berikut ini (Ginting,2005):
4.1.3 Dampak Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan buah langsung dapat diolah
yang kemudian dapat langsung digunakan untuk kebutuhan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Sehingga industri ini tidak menghasilkan limbah yang berdampak
buruk bagi lingkungan. Pada proses produksi menghasilkan limbah padat dan cair.
Limbah padat yang berupa sisa potongan buah, kulit, empelur dan mata nanas yang
dapat diolah menjadi nata de pina dan sisanya dapat digunakan untuk pakan ternak.
Sedangkan limbah cair dapat berupa air dan tumpahan jus pada saat pengisian jus
kekaleng yang dapat dimanfaatkan untuk biogas agar menghasilkan energi yang
dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan energi dipabrik. Berdasarkan
pembuatan nata de pina diperoleh limbah cair berupa air sisa pembiakan yang dapat
digunakan untuk penyiraman pada tanaman.
4.2 Proses Pengolahan Limbah
Langkah pertama dari proses pengomposan kulit buah nanas yaitu
dilakukan pencacahan. Tujuannya yaitu untuk memperluas luas permukaan
limbah. Setelah dicacah yaitu dipres untuk meratakan permukaan. Setelah
proses tersebut kemudian ditambahkan dengan inokulum pada bahan yang
sudah dicacah dan dipres sebanyak 0,5kg. Selain inokulum, bahan lain yang
ditambahkan adalah air. Diaduk sampai merata. Air ditabahkan hingga kadar air
campuran bahan berkisar 20-30%. Kemudian masukkan hasil campuran di
ruang/media pengomposan yang sudah disisapkan. Setelah itu tutup rapat
kompos dengan plastik tebal atau terpal. Suhu akan meningkat akibat fermentasi
hingga 55-60 derajat celcius, lalu menurun. Bila suhu stabil, berarti proses
pengomposan sudah selesai. Kemudian diihat proses pengomposan setelah 2-
10 minggu. Kompos yang sudah matang akan berubah warna. Indikator kompos
yang siap pakai yaitu mempunya nisbah <20. Langkah selanjutnya yaitu kompos
dikeringkan sampai kadar air 20-30%. Setelah itu digiling agar berubah
menyerupai seperti pupuk dari kotoran hewan. Kemudian kompos yang sudah
jadi lalu disaring untuk memisahkan kotoran atau kerikil. Kemudian dikemas
dalam karung lalu disimpan. Penyimpanan harus dilakukan ditempat yang kering
dan teduh agar kompos awt dan tidak kehilangan nutrisi.
4.3 Pemanfaatan Limbah
Menurut suprapti (2001) limbah nanas berupa kulit, ati/bonggol buah atau
cairan buah dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup.
Menurut Kumalaningsih(1993) secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat
untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Limbah kulit juga dapat
dimanfaatkan untuk mempercepat proses fermentasi tempe (Desro Andry, 2003).
Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan nata. Penggunaaan
substrat campuran ekstrak limbah buah nanas dan air kelapa dengan
perbandingan 8,75 : 1 memiliki prospek lebih baik dalam menghasilkan nata
sekaligus untuk memanfaatkan limbah kulit buah nanas. Pada penelitian lain
juga menyatakan bahwa ekstrak ampas dapat dimanfaatkan untuk media
campuran dalam pembuatan nata de cashew.
DAFTAR PUSTAKA
Asni, N., Linda. Y., Dewi, N., Kiki, S dan Hasniarti. 2004. Perbaikan Produktivitas dan
Kualitas Tanaman Duku dan Nenas. Laporan Kegiatan. BPTP Jambi.
Charlena., Aisyah. G., dan Rifani. 2008. Aktivitas Bromelain pada Limbah Padat
Pengalengan Nenas dan Pengaruh Semipurifikasi. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Pengolahan Limbah IX. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN.
Ginting, S. P., R. Krisnan dan K. Simanihuruk. 2005. Substitusi Hijauan Dengan Limbah
Nanas Dalam Pakan Komplit Pada Kambing. Laporan Tahunan Loka Penelitian
Kambing Potong. Sungai Putih.
Kurniawan, F. 2008. Sari Buah Nanas Kaya Manfaat Alternatif Meningkatkan Nilai
Ekonomis Hasil Panen. Sinar Tani Edisi 13-19 Agustus 2008. Sumatera Selatan
Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta
Sianipar, J., R. Krisnan., K. Simanihuruk dan L.P. Batubara., 2006. Evaluasi Tiga Jenis
Limbah Pertanian Sebagai Pakan Kambing Potong. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Aak. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak. Gramedia. Jakarta
BADP. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura.
Kanisius. Yogyakarta
Hutagulang et al, 1978. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd., London.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.