21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comusus L.Merr) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang tumbuh subur di Indonesia. Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Hasil panen buah nenas terpenting kedua setelah buah pisang mencapai 20% produksi buah tropika dunia. Berdasarkan data statistik tahun 2000, perdagangan nanas mencapai 51% dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah. Di Indonesia, nanas merupakan produk hortikultura urutan ke tiga yang 3 paling banyak diproduksi. Buah nanas ini enak dikonsumsi secara langsung atau dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti pembuatan jus, sari buah, dan keripik. Saat ini produk nanas paling banyak adalah diproduksi dalam bentuk kaleng. Tujuan dari pengalengan buah nanas adalah untuk memperpanjang masa simpan buah dan untuk memudahkan proses distribusi karena produk nanas sudah dalam bentuk kemasan. Industri pabrik merupakan salah satu penghasil limbah terbesar selain limbah rumah tangga. Tidak luput juga pada produksi pengalengan nanas. Limbah yang dihasilkan dari pengalengan ini berbentuk limbah cair dan padat. Limbah-limbah ini perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari buangan limbah yang dihasilkan. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut pada limbah pengalengan nanas. 1.2 Tujuan Tujuan dari pengolahan limbah pengalengan nanas adalah untuk melakukan teknik pengolahan limbah pengalengan nanas yang tepat dan

Bab i Pendahuluan Mlli

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nanas (Ananas comusus L.Merr) adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang

tumbuh subur di Indonesia. Nanas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan

penting di dunia. Hasil panen buah nenas terpenting kedua setelah buah pisang mencapai 20%

produksi buah tropika dunia. Berdasarkan data statistik tahun 2000, perdagangan nanas

mencapai 51% dari total 2,1 juta ton seluruh perdagangan buah. Di Indonesia, nanas

merupakan produk hortikultura urutan ke tiga yang 3 paling banyak diproduksi.

Buah nanas ini enak dikonsumsi secara langsung atau dilakukan pengolahan terlebih

dahulu seperti pembuatan jus, sari buah, dan keripik. Saat ini produk nanas paling banyak

adalah diproduksi dalam bentuk kaleng. Tujuan dari pengalengan buah nanas adalah untuk

memperpanjang masa simpan buah dan untuk memudahkan proses distribusi karena produk

nanas sudah dalam bentuk kemasan.

Industri pabrik merupakan salah satu penghasil limbah terbesar selain limbah rumah

tangga. Tidak luput juga pada produksi pengalengan nanas. Limbah yang dihasilkan dari

pengalengan ini berbentuk limbah cair dan padat. Limbah-limbah ini perlu dilakukan pengolahan

lebih lanjut untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari buangan limbah yang dihasilkan.

Untuk itu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut pada limbah pengalengan nanas.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pengolahan limbah pengalengan nanas adalah untuk melakukan teknik

pengolahan limbah pengalengan nanas yang tepat dan sesuai, pemanfaatan limbah

pengalengan nanas untuk pakan ternak dan untuk memberikan nilai ekonomis pada suatu

buangan atau limbah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Produk

Nanas, nenas, atau ananas (Ananas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan

tropis yang berasal dari Brasil, Bolivia, dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam familia

nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae). Perawakan (habitus) tumbuhannya rendah, herba

(menahun) dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam

bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Buahnya dalam bahasa Inggris disebut

sebagai pineapple karena bentuknya yang seperti pohon pinus. Nama 'nanas' berasal dari

sebutan orang Tupi untuk buah ini: anana, yang bermakna "buah yang sangat baik". Burung

penghisap madu (hummingbird) merupakan penyerbuk alamiah dari buah ini, meskipun

berbagai serangga juga memiliki peran yang sama.

Buah nanas sebagaimana yang dijual orang bukanlah buah sejati, melainkan

gabungan buah-buah sejati (bekasnya terlihat dari setiap 'sisik' pada kulit buahnya) yang

dalam perkembangannya tergabung -- bersama-sama dengan tongkol (spadix) bunga

majemuk -- menjadi satu 'buah' besar. Nanas yang dibudidayakan orang sudah kehilangan

kemampuan memperbanyak secara seksual, namun ia mengembangkan tanaman muda

(bagian 'mahkota' buah) yang merupakan sarana perbanyakan secara vegetatif. Di

Indonesia, propinsi Lampung merupakan daerah penanaman nanas utama, dengan

beberapa pabrik pengolahan nanas juga terdapat di sana. Buah ini banyak mengandung

vitamin A dan C sebagai antioksidan. Juga mengandung kalsium, fosfor, magnesium, besi,

natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai

antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, serta menghambat pertumbuhan

sel kanker. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita

sembelit.

Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan yang dimasukkan

kedalam wadah kaleng yang ditutup rapat, supaya udara dan zat-zat serta organisasi

pembusuk tidak dapat masuk/kemudian berkembang wadah dipanasi sampai suhu tertentu

dan dalam jangka waktu tertentu guna mematikan mikro organisme. Berikut ini bahan baku

pada pembuatan nanas kaleng : buah nanas yang tua dari jenis cayenne atau subang,

Untuk membuat sekitar 10 kg buah nanas dalam kaleng dibutuhkan nanas segar sebanyak

15 buah. gula pasir 600 g/lt air,air 1 lt, asam sitrat 3 g/lt larutan gula.

2.2 Produk

Perkembangan industry pengolahan nanas yang pesat

menyebabkan kemasan menjadi faktor yang penting dalam pengangkutan

dan penyimpananbarang-barang sesuai dengan perkembangan pasar

lokal menjadi pasar nasional bahkan internasional. Kemasan merupakan salah satu

cara atau metode untukmemberikan perlindungan pada pangan yang

telah dihasilkan baik dalam bentuk bungkusan maupun menempatkan produk ke

dalam suatu wadah. Hal ini dimaksudkan agar produk dapat terhindar dari

pencemaran(senyawa kimia dan mikroba), kerusakan akibat fisik ( gesekan, getaran

dan benturan) senyawa lingkungan (oksigen,uap air), dan gangguan binatang

seperti serangga, sehinggamutu dan keamanan produk tetapterjaga serta

dapat disimpan dalam kurunwaktu yang lebih lama.

Dalam pengolahan buah nanas (bahan mentah) menjadi buah kaleng atau

koktail (produk) memerlukan beberapa proses baik itu praproses, proses pengolahan

maupun pasca proses. Biasanya pada suatu pabrik pengolahan, tidak hanya

mengolah bahan (nanas) menjadi satu jenis produk saja. Misalnya, pada

pengalengan nanas tidak hanya menghasilkan produk koktail nanas saja tetapi juga

memproduksi sari buah (jus) nanas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi

biaya produksi. Nanas yang baru didatangkan dari luar pabrik (dari pemasok) akan

dicuci kebagian pencucian buah. Pencucian yang digunakan pada pengolahan ini

merupakan pencucian cara basah yaitu penyemprotan menggunakan air panas pada

nanas yang dilewatkan melalui conveyor. Pencucian ini dipilih karena kontaminan

pada buah nanas biasanya berupa debu – debu ataupun zat – zat berbahaya

(misalnya pestisida) yang terdapat pada celah – celah buah nanas. Kontaminasi ini

tidak dapat hilang oleh pencucian kering, sehingga dipilihlah pencucian cara basah

ini.

2.3 Proses Produksi

Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan yang

dimasukkan kedalam wadah kaleng yang ditutup rapat, supaya udara dan zat-

zat serta organisasi pembusuk tidak dapat masuk/kemudian berkembang

wadah dipanasi sampai suhu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu guna

mematikan mikro organisme. Dalam pengolahan buah nanas (bahan mentah)

menjadi buah kaleng atau koktail (produk) memerlukan beberapa proses baik

itu praproses, proses pengolahan maupun pasca proses. Biasanya pada suatu

pabrik pengolahan, tidak hanya mengolah bahan (nanas) menjadi satu jenis

produk saja. Misalnya, pada pengalengan nanas tidak hanya menghasilkan

produk koktail nanas saja tetapi juga memproduksi sari buah (jus) nanas. Hal

ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi (Rahardi,2005).

Proses pengolahan dimulai dengan nanas yang baru didatangkan dari

luar pabrik (dari pemasok) akan dicuci kebagian pencucian buah. Pencucian

yang digunakan pada pengolahan ini merupakan pencucian cara basah yaitu

penyemprotan menggunakan air panas pada nanas yang dilewatkan melalui

conveyor. Pencucian ini dipilih karena kontaminan pada buah nanas biasanya

berupa debu – debu ataupun zat – zat berbahaya (misalnya pestisida) yang

terdapat pada celah – celah buah nanas. Kontaminasi ini tidak dapat hilang

oleh pencucian kering, sehingga dipilihlah pencucian cara basah ini.Pada saat

pencucian ini, bagian Quality Control Raw Material akan mengambil 30 buah

yang iambil secara acak dengan cara mengelilingi bin sehingga sample

terambil secara merata. Pengambilaan 30 buah ini bertujuan untuk mengontrol

bahan mentah yaitu nanas sehingga dapat ditentukan layak atau tidaknya

nanas tersebut diproses lebih lanjut. 20 buah yang telah diambil akan

digunakan untuk semple sedangkan 10 buah yang lainnya akan dianalisa

kadar nitratnya. Apabila kadar nitrat pada nanas masih tinggi, maka nanas

akan disimpan pada suhu ruang selama semalam agar nitratnya menguap,

namun apabila kandungan nitrat masih tinggi maka nanas akan diolah menjadi

jus nanas (Rukmana, 2007).

Setelah pencucian, buah nanas akan dipisahkan menurut kwalitasnya.

Pemisahan ini biasa disebut grading. Spesifikasi standart grading sendiri

didasarkan pada ukuran, bentuk, tekstur, cita rasa, aroma, warna dan lain lain,

namun pada grading nanas kali ini hanyalah berdasarkan ukuran diameter

buah nanas. Ukuran buah nanas yang telah dipisahkan dapat berupa 2 T; 2,5

T; 1 3/8 T; dan 1 T. Pemisahan ukuran ini dilakukan agar mempermudah

proses selanjutnya yaitu proses pengupasan.

Pengupasan meluputi pengambilan kulit dan bahan lain yang tidak

dikehendaki dengan tujuan untuk mengambil bagian yang dapat dimakan dan

memperbaiki kenampakan pada produk akhir. Pengupasan nanas dilakukan

secara mekanis. Alat pengupas nanas biasanya dilengkapi dengan alat

pemotong yang dapat diukur dan disesuaikan dengan besar kacilnya buah.

Pengupasan disini tidak hanya membuang kulitnya saja tetapi termasuk

membuang mata tunas, kulit, kedua pangkal nanas baik itu atas maupun

bawah serta membuang jantung hati nanas. Pengupasan ini akan

menghasilkan buah nanas berbentuk silinder (slugh) dan sisa daging buah

nanas. Sisa daging tersebut biasanya dimanfaatkan dan diolah menjadi

produk lain seperti jus nanas.Slugh kemudian mengalami proses pencucian

kembali dengan penyemprotan menggunakan keran air sehingga kotoran

yang mengkin masih ada pada slugh menjadi hilang. Apabila masih terdapat

mata tunas pada slugh maka akan dialakaukan pengambilan kembali

menggunakan pinset. Slugh yang telah bersih kemudian dialirkan melalui

konveyor untuk dipotong sesuia alat. Bentuk potongan slugh dapat berupa

slide, chunk, tabbit, dan crushed. Setelah itu dilakukan pengisian nanas

kedalam kaleng. (Rukmana, 2007).

Pada saat pengisian kaleng, bagian atas harus diberi heat space agar

pada waktu sterilisasi ataupun pasteurisasi masih ada tempat untuk nanas

memuai atau mengembangkan isi sahingga kaleng tidak rusak. Heat space ini

dapat diisi dengan gas inert. Hal ini bertujuan sebagai pemvakuman atau

penghampaan. Pada saat pengisian, bagian Quality Control Raw Material

kembali mengambil sample setiap 2 jam sekali dengan sample 5 kaleng. Ini

dilakukan untuk mengontrol pengisian buah kedalam kaleng apakah sudah

memenuhi standart atau belum.Setelah itu dilakukan penutupan kaleng.

Penutupan kaleng disebut dengan istilah sealing. Penutupan tidak boleh

terdapat kebocoran sedikit pun karena dapat merusak prodok. Keleng yang

telah ditutp kemudian dimasukkan ke dalam cooker untuk proses pemasakan

dan sterilissi dengan suhu 98 – 108 0C selama 20 menit. (Rukmana, 2007).

2.4 Limbah yang dihasilkan

Industri pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota

daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut

diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas

nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula tinggi dan serat kasarnya

juga cukup tinggi tetapi proteinnya rendah. Limbah nanas, baik hasil

pengalengan maupun limbah tanaman dapat dimanfaatkan nuntuk bahan

makanan ternak dan ikan. Nilai gizi limbah pengalengan nenas lebih tinggi

dibandingkan dengan limbah tanaman nenas. Penyusunan utama limbah

pengalengan nenas adalah karbohidrat mudah larut terutama gula. Limbah

pengalengan nenas mengandung provitamin A sekitar 80.000 I.U berdasarkan

bahan kering. Pemanfaatan limbah nenas dalam bentuk kering atau dalam

bentuk dedak lebih menguntungkan daripada bentuk segar atau basa

(Murtidjo, 2007).

Dari proses pengalengan, limbah yang dihasilkan cukup banyak berupa

tangkai, mahkota, dan kelopak buah nenas yang dapat mencapai 30-40% .

Limbah pengalengan nenas ini apabila dibuang ke lingkungan akan

menimbulkan bau busuk yang dapat mencemari lingkungan disekitarnya.

Guna menghindari dampak pencemaran limbah, maka limbah padat

pengalengan nenas dapat dipakai sebagai sumber bahan baku produksi

bromelain. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor,

Magnesium, Besi, Natrium, Kalium, Dekstrosa, Sukrosa (gula tebu. Bahan

buangan cair dari industri pengalengan nanas mengandung gula seperti

sukrosa, glukosa, ffruktosa dan nutrin yang lain. Bahan ini sangat potensial

untuk digunakan sebagai sumber karbon untuk fermentasi asamasam organic

(Rukmana,2007).

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat Dan Bahan

Di dalam proses pengolahan nenas kaleng digunakan dua macam

bahan, yaitu bahan baku dan bahan penunjang. Bahan baku utamanya

adalah nenas, sedangkan bahan penunjang antara lain asam sitrat dan gula.

Bahan baku dan bahan penunjang tersebut diperoleh dari dalam negeri dan

impor. Adapun local content dalam proses produksi nenas kaleng adalah

nenas, gula, dan asam sitrat. Sedangkan yang diimpor antara lain cooper

wire dan sealing compound.

Pengolahan nanas kaleng pada industri besar menggunakan

peralatan pabrik yang modern dan ditangani oleh tenaga-tenaga yang

berpengalaman. Paabrik dirancang dan ditempatkan pada lokasi sedemikian

rupa sehingga sistem pengangkutan lebih baik. Sistem pengangkutan

tersebut antara lain angkutan bahan baku dari kebun ke pabrik, angkutan

material dalam pabrik, tempat penyimpanan buah, tempat penyimpanan hasil

olahan, sumber tenaga penggerak, dan sistem kontrol bekerja secara efisien.

Jika dilakukan secara manual, proses ini melibatkan beberapa alat, antara

lain pisau pemotong, baskom, timbangan, pengaduk, kaleng pengemas,

sendok, panci, kompor, thermometer.

3.2 Diagram Alir

3.2.1 Proses Produksi

Diagram alir proses pengalengan adalah sebagai berikut :

Pencucian

Sortasi dan Grading

Pengupasan/pemotongan/sizing

Pengisian

Exhausting

Sealing

sterilisasi

Pendinginan cepat

Pelabelan

Bahan

Hasil

Scrup (air)

Scrup

air

Air:gula (2:1) + asam sitrat

3.2.2 Pengolahan Limbah

Diagram alir Proses Pengolahan Limbah Nanas Kaleng Menjadi Kompos:

Kulit nanas

Dicacah

Di pres

EM4/inokulum,

0,5 kg Air Diaduk

Di masukkan media pengomposan

Ditutup rapat dengan terpal

Di inokulasi dan fermentasi 2-10 minggu

Dikeringkan

Digiling

Disaring Kerikil, kotoran, scrab

Dikemas

disimpan

Hasil

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Limbah Yang Dihasilkan

4.1.1 Sumber Limbah

Dari proses-proses tersebut iatas, dapat diketahui bahwa limbah yang dihasilkan

dari pengolahan nanas kaleng hampir ada keseluruhan proses seperti pencucian

yang menghasilkan limbah air kotor, sortasi dan grading yang menghasilkan limbah

buah nanas yang tidak memenuhi diameter daan wana yang telah ditentukan. Pada

proses pengupasan/pemotongan/sizing adalah proses yang banyak menghasilkan

limbah yaitu berupa limbah kulit buah nanas. Sedangkan pada proses pengisian,

sealing, pelabelan ataupun penyimpanan dapat menghasilkan limbah hanya pada

saat terjadi kerusakan/kecacatan pada proses.

4.1.2 kandungan Limbah

Dari hasil konsumsi dan olahan nanas ini akan dihasilkan limbah berupa kulit dan

bonggol nanas dalam jumlah banyak. Komposisi limbah nanas rata-rata mencapai

40 %, dimana sebesar 5 % adalah bagian sisik pada kulit (Noto, A, 2010). Limbah

tersebut saat ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja

sehingga perlu dicari solusi untuk mengatasi hal tersebut.Kulit nanas mengandung

air 81,72 %, karbohidrat 17,53 %, protein 4,41 %, gula pereduksi 13,65 %, dan serat

kasar 20,87 % (Wijana., dkk, 1991). Kandungan karbohidrat dan gula yang cukup

tinggi dalam kulit dan bonggol nanas tersebut dapat dimanfaatkan menjadi bahan

baku pembuatan etanol dengan pertolongan fermentasi Saccharomyces cerevisiae.

Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik

sebagai pengganti bahan bakar fosil dengan bahan baku alami, lebih ramah

lingkungan serta menguntungkan dari segi ekonomi. Fermentasi etanol oleh adanya

aktivitas khamir berlangsung dalam suasana anaerob melalui jalur Embden

Meyerhoof Parnas Pathay, yang didalam prosesnya satu molekul glukosa akan

membentuk dua molekul etanol dan dua molekul CO2 (Prescott, S. C; C. G, Dunn,

1959).

Limbah pengalengan nanas merupakan hasil sampingan dari industri

pengolahan buah nanas yang terdiri dari kulit, mahkota, pucuk, dan hati dari buah

nanas. Jumlah limbah buah nanas mencapai 60% dari total produksi buah nanas.

Proporsi limbah pengalengan nanas terdiri dari 56% kulit, 17% mahkota, 15% pucuk,

7 % hati dan 5% ampas nanas .Kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula

yang cukup tinggi (Kurniawan,2008). Menurut Charlena (2008), kulit nanas

mengandung 81,72% air; 20,87% SK; 17,53% karbohidrat; 4,41% PK dan 13,65%

gula reduksi. Proporsi terbesar karbohidrat limbah pengalengan nanas berupa

hemiselulosa, selulosa, hexosa, pentosa dan pektin. Kulit nanas bersifat cepat busuk

dan tidak dapat disimpan lama. Secara ekonomi kulit nenas masih bermanfaat untuk

diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Komposisi limbah kulit nenas dapat dilihat

pada tabel berikut ini (Ginting,2005):

4.1.3 Dampak Limbah

Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan buah langsung dapat diolah

yang kemudian dapat langsung digunakan untuk kebutuhan manusia dan makhluk

hidup lainnya. Sehingga industri ini tidak menghasilkan limbah yang berdampak

buruk bagi lingkungan. Pada proses produksi menghasilkan limbah padat dan cair.

Limbah padat yang berupa sisa potongan buah, kulit, empelur dan mata nanas yang

dapat diolah menjadi nata de pina dan sisanya dapat digunakan untuk pakan ternak.

Sedangkan limbah cair dapat berupa air dan tumpahan jus pada saat pengisian jus

kekaleng yang dapat dimanfaatkan untuk biogas agar menghasilkan energi yang

dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan energi dipabrik. Berdasarkan

pembuatan nata de pina diperoleh limbah cair berupa air sisa pembiakan yang dapat

digunakan untuk penyiraman pada tanaman.

4.2 Proses Pengolahan Limbah

Langkah pertama dari proses pengomposan kulit buah nanas yaitu

dilakukan pencacahan. Tujuannya yaitu untuk memperluas luas permukaan

limbah. Setelah dicacah yaitu dipres untuk meratakan permukaan. Setelah

proses tersebut kemudian ditambahkan dengan inokulum pada bahan yang

sudah dicacah dan dipres sebanyak 0,5kg. Selain inokulum, bahan lain yang

ditambahkan adalah air. Diaduk sampai merata. Air ditabahkan hingga kadar air

campuran bahan berkisar 20-30%. Kemudian masukkan hasil campuran di

ruang/media pengomposan yang sudah disisapkan. Setelah itu tutup rapat

kompos dengan plastik tebal atau terpal. Suhu akan meningkat akibat fermentasi

hingga 55-60 derajat celcius, lalu menurun. Bila suhu stabil, berarti proses

pengomposan sudah selesai. Kemudian diihat proses pengomposan setelah 2-

10 minggu. Kompos yang sudah matang akan berubah warna. Indikator kompos

yang siap pakai yaitu mempunya nisbah <20. Langkah selanjutnya yaitu kompos

dikeringkan sampai kadar air 20-30%. Setelah itu digiling agar berubah

menyerupai seperti pupuk dari kotoran hewan. Kemudian kompos yang sudah

jadi lalu disaring untuk memisahkan kotoran atau kerikil. Kemudian dikemas

dalam karung lalu disimpan. Penyimpanan harus dilakukan ditempat yang kering

dan teduh agar kompos awt dan tidak kehilangan nutrisi.

4.3 Pemanfaatan Limbah

Menurut suprapti (2001) limbah nanas berupa kulit, ati/bonggol buah atau

cairan buah dapat diolah menjadi produk lain seperti sari buah atau sirup.

Menurut Kumalaningsih(1993) secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat

untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak. Limbah kulit juga dapat

dimanfaatkan untuk mempercepat proses fermentasi tempe (Desro Andry, 2003).

Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan nata. Penggunaaan

substrat campuran ekstrak limbah buah nanas dan air kelapa dengan

perbandingan 8,75 : 1 memiliki prospek lebih baik dalam menghasilkan nata

sekaligus untuk memanfaatkan limbah kulit buah nanas. Pada penelitian lain

juga menyatakan bahwa ekstrak ampas dapat dimanfaatkan untuk media

campuran dalam pembuatan nata de cashew.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Asni, N., Linda. Y., Dewi, N., Kiki, S dan Hasniarti. 2004. Perbaikan Produktivitas dan

Kualitas Tanaman Duku dan Nenas. Laporan Kegiatan. BPTP Jambi.

Charlena., Aisyah. G., dan Rifani. 2008. Aktivitas Bromelain pada Limbah Padat

Pengalengan Nenas dan Pengaruh Semipurifikasi. Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Pengolahan Limbah IX. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN.

Ginting, S. P., R. Krisnan dan K. Simanihuruk. 2005. Substitusi Hijauan Dengan Limbah

Nanas Dalam Pakan Komplit Pada Kambing. Laporan Tahunan Loka Penelitian

Kambing Potong. Sungai Putih.

Kurniawan, F. 2008. Sari Buah Nanas Kaya Manfaat Alternatif Meningkatkan Nilai

Ekonomis Hasil Panen. Sinar Tani Edisi 13-19 Agustus 2008. Sumatera Selatan

Satuhu, S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta

Sianipar, J., R. Krisnan., K. Simanihuruk dan L.P. Batubara., 2006. Evaluasi Tiga Jenis

Limbah Pertanian Sebagai Pakan Kambing Potong. Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner.

Aak. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak. Gramedia. Jakarta

BADP. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura.

Kanisius. Yogyakarta

Hutagulang et al, 1978. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd., London.

Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.

Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

WoroDyah, E.P. 1986. Tinjauan Literatur Pengolahan Pangan. Pusat Dokumentasi Ilmiah

Nasional. LIPI, Jakarta.