If you can't read please download the document
Upload
ngohanh
View
226
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia,
menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi
baik oleh perorangan maupun oleh perusahaan. Jika hal tersebut tidak
diperhatikan maka akan menyebabkan atau menimbulkan kerugian finansial
yang tidak sedikit. Hal itu membuat kebutuhan akan jasa perasuransian makin
dibutuhkan oleh perorangan maupun oleh dunia usaha.
Asuransi merupakan sarana finansial dalam kehidupan rumah tangga
baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian atau
dalam menghadapi risiko atas benda-benda yang dimiliki, demikian juga dunia
usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Perusahaan asuransi
menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang
dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan.
Asuransi adalah sebuah bisnis yang muncul karena adanya risiko.
Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami seseorang atau
perusahaan yang akibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi (Salim, 1989;3).
Pada umumnya manusia berusaha untuk menghindari risiko (risk aversion).
Masyarakat relatif ingin mendapatkan kepastian dalam hidupnya atau relatif
ingin menghindari risiko demikian juga dengan perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya banyak menghadapi risiko yang dapat mengganggu
kesinambungan usahanya.
2
Perkembangan industri asuransi yang semakin pesat akhir-akhir ini
baik dalam kuantitas maupun dalam kualitasnya mencerminkan bahwa
masyarakat Indonesia telah semakin mengerti, menerima keberadaan dan
memahami manfaat asuransi . Hal ini dapat terlihat dengan begitu banyaknya
perusahaan asuransi yang muncul dengan produk-produk asuransi yang
mereka miliki. Mereka saling bersaing dalam menarik perhatian dari
masyarakat dengan maksud, agar masyarakat memilih produk yang mereka
miliki dan mempercayakan perlindungan akan risiko yang mungkin terjadi
kepada perusahaan tersebut.
Bisnis asuransi ini ada untuk menjaga kepentingan masyarakat, karena
industri asuransi memegang peranan penting maka sudah sewajarnya apabila
perusahaan perlu lebih diawasi. Saat ini instansi yang melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap industri asuransi adalah Direktorat Asuransi.
Landasan hukum yang lebih pasti yang memungkinkan diadakan pembinaan
dan pengawasan tersebut, adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak
penanggung mengikatkan diri pada pihak tertanggung. Karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti (Subagyo, 1999;78). Asuransi
3
menjanjikan perlindungan pada pihak tertanggung terhadap risiko yang akan
dihadapi perorangan maupun risiko yang akan dihadapi perusahaan
Banyaknya orang atau perusahaan yang menjadi nasabah dari
perusahaan asuransi membuat perusahaan asuransi yang tidak mampu
menanggung risiko yang terlalu besar tidak bisa membayar atau memenuhi
kewajibannya jika terjadi klaim dari nasabah. Perusahaan asuransi yang tidak
mampu menanggung risiko yang mereka hadapi dapat melimpahkan sebagian
risiko itu kepada perusahaan reasuransi. Reasuransi adalah perjanjian antara
beberapa perusahaan asuransi mengenai pengalihan sebagian risiko, untuk
risiko besar. Oleh karena perusahaan asuransi dapat melakukan pengalihan
sebagian dari risiko yang mereka hadapi maka diharapkan dengan risiko yang
lebih kecil perusahaan asuransi dapat berkinerja dengan lebih baik lagi.
Dana yang diperoleh perusahaan asuransi adalah dana premi dari
masyarakat tertanggung melalui adanya pengalihan risiko dari masyarakat
tertanggung tersebut kepada perusahaan asuransi. Dana premi yang diperoleh
itu harus dapat di daya gunakan kedalam jenis-jenis investasi yang aman,
likuid dan menguntungkan. Artinya perusahaan asuransi tersebut harus
berusaha untuk selalu dapat memenuhi kewajibannya apabila timbul kerugian
disamping harus berusaha mendapatkan laba yang optimum.
Oleh karena dana yang dihimpun perusahaan asuransi merupakan dana
dari masyarakat yang berupa premi maupun penawaran surat berharga
perusahaan dipasar modal, perusahaan asuransi kerugian harus dapat
mengelola manajemen risiko dan manajemen keuangannya secara, profesional
4
penuh tanggung jawab dan secara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip
utama asuransi. Masyarakat dapat memantau kinerja perusahaan asuransi
kerugian dengan melihat laporan keuangan perusahaan asuransi.
Dengan mempertimbangkan konsekuensi dan keuntungan lainnya, go
public merupakan alternatif penambahan modal perusahaan dimana
perusahaan dapat memperoleh dana murah dari basis pemodal yang sangat
luas, mengingat transaksi dalam pasar modal juga telah memasyarakat.
Penambahan modal tersebut akan lebih memperluas operasional perusahaan,
memperbesar kapasitas perusahaan dalam menanggung risiko polis sendiri dan
secara langsung mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi kerugian
khususnya terhadap perusahaan reasuransi luar negeri.
Perusahaan asuransi yang sudah go publik maka perusahaan harus
benar-benar jeli dalam memilih saham yang akan digunakan sebagai suatu
investasi. Perusahaan asuransi harus mengetahui apakah saham suatu
perusahaan layak dijadikan pilihan investasi maka sebelumnya perusahaan
harus menganalisis perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan sangat
berguna bagi investor untuk menentukan investasi yang terbaik dan
menguntungkan, karena berdasarkan informasi keuangan, investor bisa
membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.
Perbedaan karakteristik perusahaan asuransi kerugian dengan jenis
perusahaan lain membuat menarik untuk meneliti komponen laporan
keuangan mana yang paling mempengaruhi turun naiknya harga saham
perusahaan asuransi kerugian yang sudah go publik di Bursa Efek Jakarta.
5
Dalam menilai kinerja perusahaan asuransi tidak jauh berbeda dengan
menilai kinerja perusahaan biasa. Menilai kinerja perusahan asuransi
menggunakan satu rangakaian alat yang disebut rasio Early Warning System
(EWS). EWS merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisis dan
mengukur tingkat kesehatan dan kinerja perusahaan asuransi. EWS dapat
memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan
operasi dimasa yang akan datang.
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik
untuk meneliti lebih jauh mengenai ANALISIS HUBUNGAN HARGA
SAHAM DENGAN RASIO EARLY WARNING SYSTEM PADA
PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara rasio-rasio Early Warning System
(EWS) dengan harga saham ?
2. Rasio-rasio manakah yang mempunyai pengaruh kuat terhadap saham ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti adalah:
6
a. Rasio margin solvency, berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan
keuangan perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup.
b. Rasio tingkat kecukupan dana, mengukur sampai sebesar mana modal
sendiri menjadi sumber dana bagi total sumber daya untuk aktifitas
perusahaan.
c. Rasio perubahan surplus, memberikan indikasi atas perkembangan atau
penurunan kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan.
d. Rasio Underwriting, menunjukkan tingkat hasil underwriting yang
dapat diperoleh perushaan serta mengukur tingkat keuntungan dari
usaha murni asuransi.
e. Rasio beban klaim, mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi pada
perusahaan serta mengukur kualitas dari asuransi yang ditutup.
f. Rasio komisi, digunakan untuk mengukur biya komisi sebagai salah
satu biaya underwriting untuk memperoleh pendapatan premi.
g. Rasio biaya manajemen, mengukur biaya administrasi dan umum atau
biaya manajemen yang terjadi dalam aktifitas usaha perusahaan serta
memeberikan indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan .
h. Rasio pengembalian investasi, memberikan indikasi secara umum
mengenai kualitas investasi secara umum serta mengukur hasil
pengembalian dari investasi.
i. Rasio likuiditas, menggambarkan secara kasar kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya.
7
j. Agents balance to surplus,menunjukkan sampai seberapa jauh tagihan
premi dapat diandalkan dalam menyangga surplus.
k. Rasio pertumbuhan premi, menggambarkan kenmaikan atau penurunan
yang tajam pada volume premi netto dan memberikan indikasi
mengenai tingkat kestabilan kegiatan operasi perusahaan.
l. Rasio retensi sendiri, mengukur tingkat retensi perusahaan atau
mengukur berapa besar premi yang ditahan sendiri dibanding premi
yang diterima secara langsung.
m. Rasio cadangan teknis, mengukur secara kasar tingkat kecukupan
cadangan premi dan cadangan klaim yang diperlukan dalam
menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan risiko.
2. Menggunakan data-data dan laporan neraca, serta laporan rugi laba
perusahaan asuransi per 31 Desember 1999, 2000, 2001, 2002, yang
kemudian dikorelasikan dengan harga rata-rata harga saham penutupan
(closing price ) masing-masing tahun 2000, 2001, 2002, 2003. Karena
selama periode ini menunjukkan kondisi Indonesia setelah krisis moneter.
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar rasio Early Warning System dapat
mempengaruhi harga saham perusahaan dan diantara 13 rasio EWS rasio
manakah yang mempunyai pengaruh paling kuat terhadap naik turunnya
saham.
8
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Perusahaan
Memberikan informasi yang berguna sehingga bisa dijadikan bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan
perusahaan.
2. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta dapat
memperoleh kesempatan untuk mempraktekan teori yang didapat di
bangku kuliah dan sebagai pegangan jika nantinya penulis terjun dibidang
ini.
3. Pihak Lain
Dapat memberikan wawasan dan informasi yang berkaitan dengan
asuransi. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang akan mengadakan
penelitian terhadap masalah yang serupa dimasa yang akan datang.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau kesimpulan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah yang akan diteliti maka hipotesis penulis
terhadap penelitian ini adalah:
1. Rasio EWS mempunyai korelasi yang kuat dengan harga saham
perusahaan asuransi.
9
2. Rasio EWS yang paling berpengaruh terhadap harga saham adalah rasio
biaya manajemen dan rasio perubahan surplus.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder mengenai laporan keuangan perusahaan yang tergolong dalam
kategori industri Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode
penelitiannya adalah selama 4 tahun yaitu dimulai dari tahun 1999 sampai
dengan 2002.
Data laporan keuangan perusahaan industri Asuransi 1999-2002
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Sedangkan untuk
data harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing
price). Pembatasan periode penelitian ini didasarkan atas alasan
keterbatasan data yang diperoleh dan pertimbangan pasca krisis ekonomi,
sehingga kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif stabil.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data,
dokumen-dokumen dan arsip-arsip (Soehardi Sigit, 1999:76). Selain itu
juga melakukan studi kepustakaan yaitu melakukan telaah pustaka yang
10
terkait dengan buku-buku serta dengan mengumpulkan literatur, jurnal,
skripsi dan referensi lain yang berkait dengan penelitian ini.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
termasuk dalam Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun
1998 (berdasarkan Indonesian Capital Market Directory 2000-2003).
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan
asuransi Dari perusahaan kelompok industri asuransi yang dijadikan
sebagai populasi penelitian selanjutnya dilakukan pengambilan sampel
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu cara
penentuan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria dengan
memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap bahwa dengan cara
demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu
yang disampel itu yang mencerminkan populasinya (Soehardi Sigit,
1999:68).
Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria pengambilan sampel yang
digunakan adalah:
a. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak Desember 1998.
b. Perusahaan tidak menghentikan operasinya selama tahun 1998 sampai
dengan 2003.
c. Perusahaan mengeluarkan selalu saham selama periode penelitian.
11
d. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara periodik
selama periode penelitian.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel di atas, hanya 9
perusahaan asuransi yang memenuhi kriteria sehingga dipergunakan
sebagai sampel, yaitu:
1. Perusahaan asuransi Bintang.
2. Perusahaan asuransi Dayin mitra.
3. Perusahaan asuransi Harta Aman Pratama.
4. Perusahaan asuransi Ramayana.
5. Perusahaan asuransi Lippo General Insurance.
6. Perusahaan asuransi Maskapai Reasuransi Indonesia.
7. Perusahaan asuransi Panin Insurance.
8. Perusahaan Asuransi Panin Life.
9. Perusahaan Pool Asuransi Indonesia.
H. Analisis Data.
1. Metode EWS
Dalam menganalisis data digunakan metode Earning Warning
System (EWS) yang terdiri dari empat belas rasio keuangan yang
diklarifikasikan kedalam rasio-rasio solvabilitas dan umum (solvency dan
overall ratio), rasio-rasio keuntungan (profitability ratio), rasio-rasio
likuiditas (liquidity ratio), rasio-rasio cadangan teknis (technical ratio).
Penjelasan rasio-rasio tersebut adalah (Satria, 1994:67):
12
a. Rasio Solvabilitas dan Umum
1) Solvency Margin Ratio
Solvency Margin Ratio = asuransi premibrutto premi Netto
sendiri Modal
2) Tingkat Kecukupan Dana
Tingkat Kecukupan Dana = AktivaTotalSendiri Modal
b. Profitability Ratio
1) Perubahan Surplus
Perubahan Surplus = LaluTahun SendiriModal
Sendiri ModalPerubahan
2) Underwriting Ratio
Underwriting Ratio = Premi Pendapatan
ing UnderwritHasil
3) Rasio Beban Klaim
Rasio Beban Klaim = Premi Pendapatan
KlaimBeban
4) Rasio Komisi
Rasio Komisi = Premi Pendapatan
Komisi
5) Rasio Biaya Menajemen
Rasio Biaya Manajemen = Premi Pendapatan
Manajemen Biaya
13
6) Pengembalian Investasi
Pengembalian Investasi = Investasi rataRata
InvestasiBersih Pendapatan
c. Rasio Likuiditas
1) Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas = kandiperkenan yangkewajiban Total
KewajibanJumlah
2) Agents Balance To Surplus Ratio
Agents Balance To Surplus = Laba,Cad.Khusus,Totalmodal
langsung premiTagihan
d. Premium Stability Ratio
1) Pertumbuhan Premi
Pertumbuhan premi = LaluTahun NettoPremi
Premin Pertumbuha
2) Rasio Retensi Sendiri
Rasio retensi Sendiri = BruttoPremiNetto Premi
e. Technical Ratio
Rasio cadangan teknis = NettoPremi
TeknisCadangan
2. Perumusan Model Analisis
Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode panel
data yaitu untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
14
Persamaannya:
Y= ++++++++++ 9988776655443322 11 XXXXXXX X X
eXXXX ++++ 1313121211111010
Di mana:
Y = harga saham penutupan (closing price)
1X = Rasio Solvency margin
2X = Rasio Tingkat kecukupan dana
3X = Rasio Perubahan surplus
4X = Rasio Underwriting
5X = Rasio Beban Klaim
6X = Rasio Beban Klaim
7X = Rasio Biaya Manajemen
8X = Rasio Pengembalian Investasi
9X =Rasio Likuiditas
10X =Agents Balance to surplus
11X =Rasio pertumbuhan premi
12X =Rasio retensi sendiri
13X =Rasio cadangan teknis
13-1 = koefisien regresi
= konstanta (intercept)
e = variabel penganggu (error term)
15
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan panel data karena data
yang digunakan merupakan gabungan data cross section dengan data time
series.Model panel data yang ada ialah model fixed effect (FE), Random
Effect (RE), OLS. Prosedur pemilihan panel data adalah :
1. Fixed effect dengan OLS.
Pemilihan model berdasarkan uji F yaitu dengan membandingkan hasil
signifikan OLS dan FE, dipilih berdasarkan model yang memiliki tingkat
signifikan yang paling baik 5%. Namun apabila masing-masing model
memiliki tingkat signifikan yang sama digunakan adalah model FE.
2.Fixed Effect dengan Random Effect
Setelah dilakukan uji perbandingan model antara OLS dan FE maka
langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil yang didapat pada
tahap pertama. Apabila probabilitas lebih besar dari alpha maka Ho tidak
ditolak apabila probabilitas lebih kecil dari alpha maka Ho ditolak.
Kriteria keputusan :
Jika Ho ditolak maka yang digunakan adalah FE
Jika Ho tidak ditolak maka yang digunakan adalah RE
3. Uji Asumsi Klasik
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model regresi
memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Suatu model
regresi dikatakan memenuhi kriteria BLUE, bila memenuhi asumsi-asumsi
berikut:
16
a) Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-
variabel penjelas di antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini kita sebut
variabel-variabel bebas tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang
bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang dinilai korelasi di antara
sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna di antara
sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (i) koefisien
regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan (ii) nilai kesalahan standar
setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga (Sumodiningrat,
1994:283). Di samping itu, akibat adanya multikolinieritas
menyebabkan sulitnya memisahkan pengaruh masing-masing variabel
penjelas terhadap variabel independennya. Dalam kasus ini hasil
estimasi akan dideteksi atas pelanggaran terjadinya multikolinieritas
dengan metode Frisch.
Metode Fricsh adalah metode yang mencoba memberikan
kepastian tentang ada atau tidaknya masalah multikolinieritas. Metode
ini dilakukan dengan membandingkan regresi sederhana variabel
dependen dengan setiap variabel bebasnya dengan regresi
jamaknya.Prosdurnya adalah dengan meregresikan varibel dependen
denagan setiap variabel bebasnya secara terpisah.
Beberapa indikasi yang menunjukkan adanya masalah
multikolinieritas adalah :
17
1. Jika nilai dan/atau tanda arah dari koefisien regresi pada regresi
sederhana lebih rendah dan/atau berbeda dengan nilai dan/atau
tanda dari koefisien regresi jamak untuk variabel bebas yang
sama.
2. Jika uji pada regresi sederhana berbeda makna dengan uji pada
regresi jamak pada level of significance yan g sama.Pada saat
regresi sederhna nilai uji t tinggi, sedangkan pada regresi
jamak menjadi amat kecil.
3. Uji t untuk koefisien regresi dari seluruh variabel bebas pada
regresi jamak tidak signifikan, sementara 2R -nya amat tinggi
yang menyatakan bahwa model estimasi amat mampu
menjelaskan variasi nisbah antara variabel-variabel bebas itu
dengan variabel dependennya sebesar prosentasi 2R -nya
itu.
b) Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama
untuk semua pengamatan. Misalnya heterokedastisitas akan muncul
dalam bentuk residual yang semakin besar kalau pengamatan semakin
besar. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar
regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua
pengamatan (Homoskedastisitas).
Dalam kasus ini pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan
metode White. Menurut White uji ini dapat dilakukan dengan
18
meregresi residual kuadran dengan variabel bebas, variabel bebas
kuadran dan perkalian variabel bebas. Adapun bukti ada tidaknya
heterokedastisitas dalam metode White mengikuti distribusi 2 . Dalam
regresi terdapat heterokedastisitas jika hasil perhitungan menunjukkan
bahwa jumlah observasi dikalikan 2R (n. 2R ) lebih kecil dari nilai 2 -
tabel dan sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa
jumlah observasi dikalikan 2R (n. 2R ) lebih besar dari 2 -tabel maka
dalam regresi tidak terdapat heterokedastisitas (Gujarati).
c) Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi di antara anggota-
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang. Untuk mengetahui
apakah di dalam model tersebut terdapat autokorelasi, maka dapat
dilakukan uji Durbin-Watson, dengan rumus sebagai berikut:
(Sumodiningrat, 1994)
d = ( )
=
=
n
tt
n
ttt
u
u u
1
2
2
21
Di mana:
d = nilai durbin watson
tu = nilai taksiran faktor gangguan periode t
1tu = nilai taksiran faktor gangguan periode t-1
19
Gambar 3.1 Statistik Durbin Watson
Ld Ud 2 4Ud4- Ld4 -
Daerah Keragu-raguan
Daerah Keragu-raguan
Menolak Ho Bukti
Autokorelasi Positif
Menolak Ho Bukti
Autokorelasi Negatif
0
Menerima Ho atau Ho* atau kedua-duanya
Kriteria keputusan:
Tabel 3.1 Durbin Watson Statistic
WD Kesimpulan
< LD Ada Autokorelasi positif
LD s.d UD Tanpa kesimpulan
UD s.d 4- UD Tidak ada Autokorelasi 4- UD s.d 4- LD Tanpa Kesimpulan > 4- LD Ada Autokorelasi negatif
Sumber: Sumodinigrat
4. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang digunakan adalah:
1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho = it = 0
20
Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
1H = it 0
Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas, terhadap
variabel terikat. Untuk menentukan niali t-tabel ditentukan tingkat
signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = ( n k 1 ), dimana n adalah
jumlah variabel bebas termasuk intersept dengan kriteria :
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
2. Uji 2R
Uji ini dilakukan dengan menentukan koefisien determinan ( 2R )
yang berguna untuk mengukur seberapa besar variasi dapat diterangkan
oleh variabel-variabel bebas secara bersamaan. Nilai 2R diperoleh dari
(Gujarati):
2R = i yi e 1 2
2
Keterangan:
i e2 = RSS = jumlah kuadrat residual
i y2 = TSS = jumlah kuadrat total
3. Uji F
Uji F statistik digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
linier antara variabel dependen terhadap variabel independen.
Hipotesis yang digunakan sebagi berikut ;
21
Ho = 13121110987654321 it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it = 0
Artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel dependen terhadap
variabel independen.
1H = 13121110987654321 it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it 0
Artinya adalah paling tidak terdapat satu variabel dependen yang
mempunyai hubungan linier terhadap variabel independen.
Untuk menentukan niali F tabel, tingkat signifikan yang digunakan adalah
5% dengan derajat kebebasan (df) = n k , dan k 1, dimana n adalah
jumlah observasi termasuk intersept dengan kriteria uji yang digunakn
sebagai berikut :
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak
Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima.
I.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis,
metodologi penelitian, analisis data, dan sistematika
penulisan.
22
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang penulisan landasan teori yang
berhubungan dengan masalah yang terdapat dalam
penelitian.
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini berisi tentang sejarah
perasuransian,perkembangan dan juga sejarah perusahaan
yang menjadi sampel penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Membahas mengenai analisis hal estimasi dari data yang
diolah.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang simpulan dari hasil penelitian dan analisis data
serta sara-saran dari penelitian