BAB I PENDAHULUAN - sinta.ukdw.ac.idsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/11003336/426aa... · risiko itu kepada perusahaan reasuransi. Reasuransi adalah perjanjian antara

  • Upload
    ngohanh

  • View
    226

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia,

    menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi

    baik oleh perorangan maupun oleh perusahaan. Jika hal tersebut tidak

    diperhatikan maka akan menyebabkan atau menimbulkan kerugian finansial

    yang tidak sedikit. Hal itu membuat kebutuhan akan jasa perasuransian makin

    dibutuhkan oleh perorangan maupun oleh dunia usaha.

    Asuransi merupakan sarana finansial dalam kehidupan rumah tangga

    baik dalam menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian atau

    dalam menghadapi risiko atas benda-benda yang dimiliki, demikian juga dunia

    usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Perusahaan asuransi

    menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang

    dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan.

    Asuransi adalah sebuah bisnis yang muncul karena adanya risiko.

    Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan dialami seseorang atau

    perusahaan yang akibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi (Salim, 1989;3).

    Pada umumnya manusia berusaha untuk menghindari risiko (risk aversion).

    Masyarakat relatif ingin mendapatkan kepastian dalam hidupnya atau relatif

    ingin menghindari risiko demikian juga dengan perusahaan dalam

    menjalankan kegiatannya banyak menghadapi risiko yang dapat mengganggu

    kesinambungan usahanya.

  • 2

    Perkembangan industri asuransi yang semakin pesat akhir-akhir ini

    baik dalam kuantitas maupun dalam kualitasnya mencerminkan bahwa

    masyarakat Indonesia telah semakin mengerti, menerima keberadaan dan

    memahami manfaat asuransi . Hal ini dapat terlihat dengan begitu banyaknya

    perusahaan asuransi yang muncul dengan produk-produk asuransi yang

    mereka miliki. Mereka saling bersaing dalam menarik perhatian dari

    masyarakat dengan maksud, agar masyarakat memilih produk yang mereka

    miliki dan mempercayakan perlindungan akan risiko yang mungkin terjadi

    kepada perusahaan tersebut.

    Bisnis asuransi ini ada untuk menjaga kepentingan masyarakat, karena

    industri asuransi memegang peranan penting maka sudah sewajarnya apabila

    perusahaan perlu lebih diawasi. Saat ini instansi yang melakukan pembinaan

    dan pengawasan terhadap industri asuransi adalah Direktorat Asuransi.

    Landasan hukum yang lebih pasti yang memungkinkan diadakan pembinaan

    dan pengawasan tersebut, adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

    tentang Usaha Perasuransian dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992

    tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

    Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak

    penanggung mengikatkan diri pada pihak tertanggung. Karena kerugian,

    kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab

    hukum pada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul

    dari suatu peristiwa yang tidak pasti (Subagyo, 1999;78). Asuransi

  • 3

    menjanjikan perlindungan pada pihak tertanggung terhadap risiko yang akan

    dihadapi perorangan maupun risiko yang akan dihadapi perusahaan

    Banyaknya orang atau perusahaan yang menjadi nasabah dari

    perusahaan asuransi membuat perusahaan asuransi yang tidak mampu

    menanggung risiko yang terlalu besar tidak bisa membayar atau memenuhi

    kewajibannya jika terjadi klaim dari nasabah. Perusahaan asuransi yang tidak

    mampu menanggung risiko yang mereka hadapi dapat melimpahkan sebagian

    risiko itu kepada perusahaan reasuransi. Reasuransi adalah perjanjian antara

    beberapa perusahaan asuransi mengenai pengalihan sebagian risiko, untuk

    risiko besar. Oleh karena perusahaan asuransi dapat melakukan pengalihan

    sebagian dari risiko yang mereka hadapi maka diharapkan dengan risiko yang

    lebih kecil perusahaan asuransi dapat berkinerja dengan lebih baik lagi.

    Dana yang diperoleh perusahaan asuransi adalah dana premi dari

    masyarakat tertanggung melalui adanya pengalihan risiko dari masyarakat

    tertanggung tersebut kepada perusahaan asuransi. Dana premi yang diperoleh

    itu harus dapat di daya gunakan kedalam jenis-jenis investasi yang aman,

    likuid dan menguntungkan. Artinya perusahaan asuransi tersebut harus

    berusaha untuk selalu dapat memenuhi kewajibannya apabila timbul kerugian

    disamping harus berusaha mendapatkan laba yang optimum.

    Oleh karena dana yang dihimpun perusahaan asuransi merupakan dana

    dari masyarakat yang berupa premi maupun penawaran surat berharga

    perusahaan dipasar modal, perusahaan asuransi kerugian harus dapat

    mengelola manajemen risiko dan manajemen keuangannya secara, profesional

  • 4

    penuh tanggung jawab dan secara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip

    utama asuransi. Masyarakat dapat memantau kinerja perusahaan asuransi

    kerugian dengan melihat laporan keuangan perusahaan asuransi.

    Dengan mempertimbangkan konsekuensi dan keuntungan lainnya, go

    public merupakan alternatif penambahan modal perusahaan dimana

    perusahaan dapat memperoleh dana murah dari basis pemodal yang sangat

    luas, mengingat transaksi dalam pasar modal juga telah memasyarakat.

    Penambahan modal tersebut akan lebih memperluas operasional perusahaan,

    memperbesar kapasitas perusahaan dalam menanggung risiko polis sendiri dan

    secara langsung mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi kerugian

    khususnya terhadap perusahaan reasuransi luar negeri.

    Perusahaan asuransi yang sudah go publik maka perusahaan harus

    benar-benar jeli dalam memilih saham yang akan digunakan sebagai suatu

    investasi. Perusahaan asuransi harus mengetahui apakah saham suatu

    perusahaan layak dijadikan pilihan investasi maka sebelumnya perusahaan

    harus menganalisis perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan sangat

    berguna bagi investor untuk menentukan investasi yang terbaik dan

    menguntungkan, karena berdasarkan informasi keuangan, investor bisa

    membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.

    Perbedaan karakteristik perusahaan asuransi kerugian dengan jenis

    perusahaan lain membuat menarik untuk meneliti komponen laporan

    keuangan mana yang paling mempengaruhi turun naiknya harga saham

    perusahaan asuransi kerugian yang sudah go publik di Bursa Efek Jakarta.

  • 5

    Dalam menilai kinerja perusahaan asuransi tidak jauh berbeda dengan

    menilai kinerja perusahaan biasa. Menilai kinerja perusahan asuransi

    menggunakan satu rangakaian alat yang disebut rasio Early Warning System

    (EWS). EWS merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisis dan

    mengukur tingkat kesehatan dan kinerja perusahaan asuransi. EWS dapat

    memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan

    operasi dimasa yang akan datang.

    Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik

    untuk meneliti lebih jauh mengenai ANALISIS HUBUNGAN HARGA

    SAHAM DENGAN RASIO EARLY WARNING SYSTEM PADA

    PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis

    merumuskan masalah sebagai berikut :

    1. Apakah terdapat hubungan antara rasio-rasio Early Warning System

    (EWS) dengan harga saham ?

    2. Rasio-rasio manakah yang mempunyai pengaruh kuat terhadap saham ?

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Variabel-variabel yang akan diteliti adalah:

  • 6

    a. Rasio margin solvency, berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan

    keuangan perusahaan dalam menanggung risiko yang ditutup.

    b. Rasio tingkat kecukupan dana, mengukur sampai sebesar mana modal

    sendiri menjadi sumber dana bagi total sumber daya untuk aktifitas

    perusahaan.

    c. Rasio perubahan surplus, memberikan indikasi atas perkembangan atau

    penurunan kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan.

    d. Rasio Underwriting, menunjukkan tingkat hasil underwriting yang

    dapat diperoleh perushaan serta mengukur tingkat keuntungan dari

    usaha murni asuransi.

    e. Rasio beban klaim, mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi pada

    perusahaan serta mengukur kualitas dari asuransi yang ditutup.

    f. Rasio komisi, digunakan untuk mengukur biya komisi sebagai salah

    satu biaya underwriting untuk memperoleh pendapatan premi.

    g. Rasio biaya manajemen, mengukur biaya administrasi dan umum atau

    biaya manajemen yang terjadi dalam aktifitas usaha perusahaan serta

    memeberikan indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan .

    h. Rasio pengembalian investasi, memberikan indikasi secara umum

    mengenai kualitas investasi secara umum serta mengukur hasil

    pengembalian dari investasi.

    i. Rasio likuiditas, menggambarkan secara kasar kemampuan perusahaan

    dalam memenuhi kewajibannya.

  • 7

    j. Agents balance to surplus,menunjukkan sampai seberapa jauh tagihan

    premi dapat diandalkan dalam menyangga surplus.

    k. Rasio pertumbuhan premi, menggambarkan kenmaikan atau penurunan

    yang tajam pada volume premi netto dan memberikan indikasi

    mengenai tingkat kestabilan kegiatan operasi perusahaan.

    l. Rasio retensi sendiri, mengukur tingkat retensi perusahaan atau

    mengukur berapa besar premi yang ditahan sendiri dibanding premi

    yang diterima secara langsung.

    m. Rasio cadangan teknis, mengukur secara kasar tingkat kecukupan

    cadangan premi dan cadangan klaim yang diperlukan dalam

    menghadapi kewajiban yang timbul dari penutupan risiko.

    2. Menggunakan data-data dan laporan neraca, serta laporan rugi laba

    perusahaan asuransi per 31 Desember 1999, 2000, 2001, 2002, yang

    kemudian dikorelasikan dengan harga rata-rata harga saham penutupan

    (closing price ) masing-masing tahun 2000, 2001, 2002, 2003. Karena

    selama periode ini menunjukkan kondisi Indonesia setelah krisis moneter.

    D. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui seberapa besar rasio Early Warning System dapat

    mempengaruhi harga saham perusahaan dan diantara 13 rasio EWS rasio

    manakah yang mempunyai pengaruh paling kuat terhadap naik turunnya

    saham.

  • 8

    E. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

    1. Perusahaan

    Memberikan informasi yang berguna sehingga bisa dijadikan bahan

    pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan

    perusahaan.

    2. Penulis

    Menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta dapat

    memperoleh kesempatan untuk mempraktekan teori yang didapat di

    bangku kuliah dan sebagai pegangan jika nantinya penulis terjun dibidang

    ini.

    3. Pihak Lain

    Dapat memberikan wawasan dan informasi yang berkaitan dengan

    asuransi. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang akan mengadakan

    penelitian terhadap masalah yang serupa dimasa yang akan datang.

    F. Hipotesis

    Hipotesis merupakan pernyataan atau kesimpulan yang bersifat

    sementara terhadap suatu masalah yang akan diteliti maka hipotesis penulis

    terhadap penelitian ini adalah:

    1. Rasio EWS mempunyai korelasi yang kuat dengan harga saham

    perusahaan asuransi.

  • 9

    2. Rasio EWS yang paling berpengaruh terhadap harga saham adalah rasio

    biaya manajemen dan rasio perubahan surplus.

    G. Metodologi Penelitian

    1. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

    sekunder mengenai laporan keuangan perusahaan yang tergolong dalam

    kategori industri Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Periode

    penelitiannya adalah selama 4 tahun yaitu dimulai dari tahun 1999 sampai

    dengan 2002.

    Data laporan keuangan perusahaan industri Asuransi 1999-2002

    diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Sedangkan untuk

    data harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing

    price). Pembatasan periode penelitian ini didasarkan atas alasan

    keterbatasan data yang diperoleh dan pertimbangan pasca krisis ekonomi,

    sehingga kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif stabil.

    2. Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode

    dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data,

    dokumen-dokumen dan arsip-arsip (Soehardi Sigit, 1999:76). Selain itu

    juga melakukan studi kepustakaan yaitu melakukan telaah pustaka yang

  • 10

    terkait dengan buku-buku serta dengan mengumpulkan literatur, jurnal,

    skripsi dan referensi lain yang berkait dengan penelitian ini.

    3. Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

    termasuk dalam Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun

    1998 (berdasarkan Indonesian Capital Market Directory 2000-2003).

    Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan

    asuransi Dari perusahaan kelompok industri asuransi yang dijadikan

    sebagai populasi penelitian selanjutnya dilakukan pengambilan sampel

    dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu suatu cara

    penentuan sampel dengan menggunakan kriteria-kriteria dengan

    memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap bahwa dengan cara

    demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu

    yang disampel itu yang mencerminkan populasinya (Soehardi Sigit,

    1999:68).

    Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria pengambilan sampel yang

    digunakan adalah:

    a. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak Desember 1998.

    b. Perusahaan tidak menghentikan operasinya selama tahun 1998 sampai

    dengan 2003.

    c. Perusahaan mengeluarkan selalu saham selama periode penelitian.

  • 11

    d. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan tahunan secara periodik

    selama periode penelitian.

    Berdasarkan kriteria pengambilan sampel di atas, hanya 9

    perusahaan asuransi yang memenuhi kriteria sehingga dipergunakan

    sebagai sampel, yaitu:

    1. Perusahaan asuransi Bintang.

    2. Perusahaan asuransi Dayin mitra.

    3. Perusahaan asuransi Harta Aman Pratama.

    4. Perusahaan asuransi Ramayana.

    5. Perusahaan asuransi Lippo General Insurance.

    6. Perusahaan asuransi Maskapai Reasuransi Indonesia.

    7. Perusahaan asuransi Panin Insurance.

    8. Perusahaan Asuransi Panin Life.

    9. Perusahaan Pool Asuransi Indonesia.

    H. Analisis Data.

    1. Metode EWS

    Dalam menganalisis data digunakan metode Earning Warning

    System (EWS) yang terdiri dari empat belas rasio keuangan yang

    diklarifikasikan kedalam rasio-rasio solvabilitas dan umum (solvency dan

    overall ratio), rasio-rasio keuntungan (profitability ratio), rasio-rasio

    likuiditas (liquidity ratio), rasio-rasio cadangan teknis (technical ratio).

    Penjelasan rasio-rasio tersebut adalah (Satria, 1994:67):

  • 12

    a. Rasio Solvabilitas dan Umum

    1) Solvency Margin Ratio

    Solvency Margin Ratio = asuransi premibrutto premi Netto

    sendiri Modal

    2) Tingkat Kecukupan Dana

    Tingkat Kecukupan Dana = AktivaTotalSendiri Modal

    b. Profitability Ratio

    1) Perubahan Surplus

    Perubahan Surplus = LaluTahun SendiriModal

    Sendiri ModalPerubahan

    2) Underwriting Ratio

    Underwriting Ratio = Premi Pendapatan

    ing UnderwritHasil

    3) Rasio Beban Klaim

    Rasio Beban Klaim = Premi Pendapatan

    KlaimBeban

    4) Rasio Komisi

    Rasio Komisi = Premi Pendapatan

    Komisi

    5) Rasio Biaya Menajemen

    Rasio Biaya Manajemen = Premi Pendapatan

    Manajemen Biaya

  • 13

    6) Pengembalian Investasi

    Pengembalian Investasi = Investasi rataRata

    InvestasiBersih Pendapatan

    c. Rasio Likuiditas

    1) Rasio Likuiditas

    Rasio Likuiditas = kandiperkenan yangkewajiban Total

    KewajibanJumlah

    2) Agents Balance To Surplus Ratio

    Agents Balance To Surplus = Laba,Cad.Khusus,Totalmodal

    langsung premiTagihan

    d. Premium Stability Ratio

    1) Pertumbuhan Premi

    Pertumbuhan premi = LaluTahun NettoPremi

    Premin Pertumbuha

    2) Rasio Retensi Sendiri

    Rasio retensi Sendiri = BruttoPremiNetto Premi

    e. Technical Ratio

    Rasio cadangan teknis = NettoPremi

    TeknisCadangan

    2. Perumusan Model Analisis

    Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode panel

    data yaitu untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen

    terhadap variabel dependen.

  • 14

    Persamaannya:

    Y= ++++++++++ 9988776655443322 11 XXXXXXX X X

    eXXXX ++++ 1313121211111010

    Di mana:

    Y = harga saham penutupan (closing price)

    1X = Rasio Solvency margin

    2X = Rasio Tingkat kecukupan dana

    3X = Rasio Perubahan surplus

    4X = Rasio Underwriting

    5X = Rasio Beban Klaim

    6X = Rasio Beban Klaim

    7X = Rasio Biaya Manajemen

    8X = Rasio Pengembalian Investasi

    9X =Rasio Likuiditas

    10X =Agents Balance to surplus

    11X =Rasio pertumbuhan premi

    12X =Rasio retensi sendiri

    13X =Rasio cadangan teknis

    13-1 = koefisien regresi

    = konstanta (intercept)

    e = variabel penganggu (error term)

  • 15

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan panel data karena data

    yang digunakan merupakan gabungan data cross section dengan data time

    series.Model panel data yang ada ialah model fixed effect (FE), Random

    Effect (RE), OLS. Prosedur pemilihan panel data adalah :

    1. Fixed effect dengan OLS.

    Pemilihan model berdasarkan uji F yaitu dengan membandingkan hasil

    signifikan OLS dan FE, dipilih berdasarkan model yang memiliki tingkat

    signifikan yang paling baik 5%. Namun apabila masing-masing model

    memiliki tingkat signifikan yang sama digunakan adalah model FE.

    2.Fixed Effect dengan Random Effect

    Setelah dilakukan uji perbandingan model antara OLS dan FE maka

    langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil yang didapat pada

    tahap pertama. Apabila probabilitas lebih besar dari alpha maka Ho tidak

    ditolak apabila probabilitas lebih kecil dari alpha maka Ho ditolak.

    Kriteria keputusan :

    Jika Ho ditolak maka yang digunakan adalah FE

    Jika Ho tidak ditolak maka yang digunakan adalah RE

    3. Uji Asumsi Klasik

    Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model regresi

    memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Suatu model

    regresi dikatakan memenuhi kriteria BLUE, bila memenuhi asumsi-asumsi

    berikut:

  • 16

    a) Multikolinieritas

    Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-

    variabel penjelas di antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini kita sebut

    variabel-variabel bebas tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang

    bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang dinilai korelasi di antara

    sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna di antara

    sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah: (i) koefisien

    regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan (ii) nilai kesalahan standar

    setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga (Sumodiningrat,

    1994:283). Di samping itu, akibat adanya multikolinieritas

    menyebabkan sulitnya memisahkan pengaruh masing-masing variabel

    penjelas terhadap variabel independennya. Dalam kasus ini hasil

    estimasi akan dideteksi atas pelanggaran terjadinya multikolinieritas

    dengan metode Frisch.

    Metode Fricsh adalah metode yang mencoba memberikan

    kepastian tentang ada atau tidaknya masalah multikolinieritas. Metode

    ini dilakukan dengan membandingkan regresi sederhana variabel

    dependen dengan setiap variabel bebasnya dengan regresi

    jamaknya.Prosdurnya adalah dengan meregresikan varibel dependen

    denagan setiap variabel bebasnya secara terpisah.

    Beberapa indikasi yang menunjukkan adanya masalah

    multikolinieritas adalah :

  • 17

    1. Jika nilai dan/atau tanda arah dari koefisien regresi pada regresi

    sederhana lebih rendah dan/atau berbeda dengan nilai dan/atau

    tanda dari koefisien regresi jamak untuk variabel bebas yang

    sama.

    2. Jika uji pada regresi sederhana berbeda makna dengan uji pada

    regresi jamak pada level of significance yan g sama.Pada saat

    regresi sederhna nilai uji t tinggi, sedangkan pada regresi

    jamak menjadi amat kecil.

    3. Uji t untuk koefisien regresi dari seluruh variabel bebas pada

    regresi jamak tidak signifikan, sementara 2R -nya amat tinggi

    yang menyatakan bahwa model estimasi amat mampu

    menjelaskan variasi nisbah antara variabel-variabel bebas itu

    dengan variabel dependennya sebesar prosentasi 2R -nya

    itu.

    b) Heterokedastisitas

    Heterokedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama

    untuk semua pengamatan. Misalnya heterokedastisitas akan muncul

    dalam bentuk residual yang semakin besar kalau pengamatan semakin

    besar. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar

    regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua

    pengamatan (Homoskedastisitas).

    Dalam kasus ini pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan

    metode White. Menurut White uji ini dapat dilakukan dengan

  • 18

    meregresi residual kuadran dengan variabel bebas, variabel bebas

    kuadran dan perkalian variabel bebas. Adapun bukti ada tidaknya

    heterokedastisitas dalam metode White mengikuti distribusi 2 . Dalam

    regresi terdapat heterokedastisitas jika hasil perhitungan menunjukkan

    bahwa jumlah observasi dikalikan 2R (n. 2R ) lebih kecil dari nilai 2 -

    tabel dan sebaliknya, jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa

    jumlah observasi dikalikan 2R (n. 2R ) lebih besar dari 2 -tabel maka

    dalam regresi tidak terdapat heterokedastisitas (Gujarati).

    c) Autokorelasi

    Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi di antara anggota-

    anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian

    waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang. Untuk mengetahui

    apakah di dalam model tersebut terdapat autokorelasi, maka dapat

    dilakukan uji Durbin-Watson, dengan rumus sebagai berikut:

    (Sumodiningrat, 1994)

    d = ( )

    =

    =

    n

    tt

    n

    ttt

    u

    u u

    1

    2

    2

    21

    Di mana:

    d = nilai durbin watson

    tu = nilai taksiran faktor gangguan periode t

    1tu = nilai taksiran faktor gangguan periode t-1

  • 19

    Gambar 3.1 Statistik Durbin Watson

    Ld Ud 2 4Ud4- Ld4 -

    Daerah Keragu-raguan

    Daerah Keragu-raguan

    Menolak Ho Bukti

    Autokorelasi Positif

    Menolak Ho Bukti

    Autokorelasi Negatif

    0

    Menerima Ho atau Ho* atau kedua-duanya

    Kriteria keputusan:

    Tabel 3.1 Durbin Watson Statistic

    WD Kesimpulan

    < LD Ada Autokorelasi positif

    LD s.d UD Tanpa kesimpulan

    UD s.d 4- UD Tidak ada Autokorelasi 4- UD s.d 4- LD Tanpa Kesimpulan > 4- LD Ada Autokorelasi negatif

    Sumber: Sumodinigrat

    4. Uji Hipotesis

    Pengujian terhadap hipotesis yang digunakan adalah:

    1. Uji t

    Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari

    variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Ho = it = 0

  • 20

    Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas

    terhadap variabel terikat.

    1H = it 0

    Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas, terhadap

    variabel terikat. Untuk menentukan niali t-tabel ditentukan tingkat

    signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = ( n k 1 ), dimana n adalah

    jumlah variabel bebas termasuk intersept dengan kriteria :

    Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

    Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

    2. Uji 2R

    Uji ini dilakukan dengan menentukan koefisien determinan ( 2R )

    yang berguna untuk mengukur seberapa besar variasi dapat diterangkan

    oleh variabel-variabel bebas secara bersamaan. Nilai 2R diperoleh dari

    (Gujarati):

    2R = i yi e 1 2

    2

    Keterangan:

    i e2 = RSS = jumlah kuadrat residual

    i y2 = TSS = jumlah kuadrat total

    3. Uji F

    Uji F statistik digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

    linier antara variabel dependen terhadap variabel independen.

    Hipotesis yang digunakan sebagi berikut ;

  • 21

    Ho = 13121110987654321 it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it = 0

    Artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel dependen terhadap

    variabel independen.

    1H = 13121110987654321 it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it,it 0

    Artinya adalah paling tidak terdapat satu variabel dependen yang

    mempunyai hubungan linier terhadap variabel independen.

    Untuk menentukan niali F tabel, tingkat signifikan yang digunakan adalah

    5% dengan derajat kebebasan (df) = n k , dan k 1, dimana n adalah

    jumlah observasi termasuk intersept dengan kriteria uji yang digunakn

    sebagai berikut :

    Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak

    Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima.

    I.Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis,

    metodologi penelitian, analisis data, dan sistematika

    penulisan.

  • 22

    BAB II : LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini berisi tentang penulisan landasan teori yang

    berhubungan dengan masalah yang terdapat dalam

    penelitian.

    BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Pada bab ini berisi tentang sejarah

    perasuransian,perkembangan dan juga sejarah perusahaan

    yang menjadi sampel penelitian.

    BAB IV : ANALISIS DATA

    Membahas mengenai analisis hal estimasi dari data yang

    diolah.

    BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

    Berisi tentang simpulan dari hasil penelitian dan analisis data

    serta sara-saran dari penelitian