19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia peran dan posisi Koperasi dalam perekonomian nasional sangatlah penting. Itulah sebabnya perkataan “Koperasi“ ada disebut di dalam Undang-undang. Dalam Penjelasan Undang-undang Dasar 1945 tegaskan bahwa “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi…”. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33, implementasi pilar tersebut adalah Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta, dan Badan Usaha Milik Negara. Ketiga pilar tersebut sama pentingnya dalam perekonomian Indonesia. Dari ketiga bentuk usaha tersebut, merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dari bangsa Indonesia. Koperasi tumbuh subur di bumi Indonesia. Koperasi adalah organisasi ekonomi yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan organisasi ekonomi lain. Perbedaan ini terletak pada

BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia peran dan posisi Koperasi dalam

perekonomian nasional sangatlah penting. Itulah sebabnya

perkataan “Koperasi“ ada disebut di dalam Undang-undang.

Dalam Penjelasan Undang-undang Dasar 1945 tegaskan

bahwa “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi

produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah

pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi…”.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33,

implementasi pilar tersebut adalah Koperasi, Badan Usaha

Milik Swasta, dan Badan Usaha Milik Negara. Ketiga pilar

tersebut sama pentingnya dalam perekonomian Indonesia.

Dari ketiga bentuk usaha tersebut, merupakan

pengejawantahan dari nilai-nilai perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dari

bangsa Indonesia.

Koperasi tumbuh subur di bumi Indonesia. Koperasi

adalah organisasi ekonomi yang memiliki ciri-ciri yang berbeda

dengan organisasi ekonomi lain. Perbedaan ini terletak pada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

sistem nilai etis yang melandasi kehidupannya dan terjabar

dalam prinsip-prinsipnya yang kemudian berfungsi sebagai

norma-norma etis yang mempolakan tata laku koperasi

sebagai ekonomi.1 Ciri utama koperasi adalah kerjasama

anggota dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup

bersama.

Cita-cita Koperasi Indonesia adalah menentang

individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham

Koperasi Indonesia menciptakan masyarakat yang kolektif,

berakar pada adat-istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi

ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan

tututan jaman modern. Semangat kolektivitas Indonesia yang

akan dihidupkan kembali dengan Koperasi yang

mengutamakan kerjasama dalam suasana kekeluargaan antar

manusia pribadi, bebas dari penindasan dan paksaan.

Koperasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan didamaikan dalam keadaan harmonis antara

kepentingan orang seorang dengan kepentingan umum.2

Terdapat bermacam-macam definisi koperasi dan jika

diteliti secara seksama, maka tampak bervariasi sejalan

dengan perkembangan jaman. Definisi awal pada umumnya

menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi

golongan ekonomi lemah, seperti defenisi yang diberikan Fray,

yang menyatakan bahwa koperasi adalah:

1 Fray dalam Asnawi Hasan, Koperasi dalam pandangan Islam, Suatu

Tinjauan dari Segi Falsafah Etik, dalam membangun Sistem

Ekonomi Nasional, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Sri Edi

Swasono (ed), Jakarta : UI Press, 1987, hal 158 2 Ninik Widiyanti dan Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, , Jakarta: Bina Aksara 1989, hal. 174

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Suatu perserikatan dengan persetujuan, berusaha bersama

yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu

dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian

rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan

kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan

sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.3

Salah satu faktor penting untuk mewujudkan kinerja

koperasi yang baik adalah adanya peran pemerintah dalam

bentuk peraturan perundangan yang dikeluarkan sedemikian

rupa hingga sistem dapat berjalan dengan baik. Beberapa

peraturan perundangan yang mengatur tentang koperasi

adalah sebagai berikut :

1. Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-

undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam

Oleh Koperasi.

3. Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan

Menengah Republik Indonesia Nomor:

96/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Pedoman Standar

Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit

Simpan Pinjam Koperasi

4. Peraturan Menteri Negara Koperasi Nomor 19 tahun 2008

5. dll.

3 M. Firdaus dan Agus Edhi Susanto, Perkoperasian: Sejarah, Teori

dan Praktek, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hal. 38-39.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh

seluruh anggotanya, dimana setiap anggota memiliki hak

suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil

koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut sisa

hasil usaha atau SHU) dihitung berdasarkan andil anggota

tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan

pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau

penjualan yang dilakukan oleh si anggota.

Sebagai suatu perusahaan, koperasi harus menjalankan

sesuatu usaha yang mendatangkan keuntungan ekonomis,

koperasi harus menjalankan usahanya secara terus-menerus

(kontinyu), terang-terangan, berhubungan dengan pihak

ketiga, dan memperhitungkan rugi laba serta mencatat semua

kegiatan usahanya tersebut ke dalam suatu pembukuan.4

Pengelolaan koperasi harus dilaksanakan secara

produktif, efektif dan efisien. Dalam arti koperasi harus

memiliki kemampuan dalam mewujudkan pelayanan usaha,

yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang

sebesar-besarnya pada anggota, dengan tetap

mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha yang

wajar. Untuk mencapai kemampuan usaha seperti itu, maka

koperasi harus dapat berusaha secara luwes, baik yang

menyangkut industri/produk hulu dan/ atau hilir tersebut. Ini

berarti koperasi mempunyai kesempatan dan peluang yang

sama dengan pelaku ekonomi lainnya dalam melakukan

kegiatan usahanya.

4 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 101

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Koperasi sebagai suatu badan usaha haruslah bekerja

dengan prinsip dan hukum ekonomi perusahaan,

menjalankan asas business efficiency, yaitu mengupayakan

keuntungan financial untuk menghidupi dirinya.5 Koperasi

harus pula menjalankan asas efisiensi ekonomi

(melaksanakan alokasi sumber daya) sebaik mungkin guna

menunjang program kesejahteraan anggota dan pembangunan

ekonomi untuk golongan lemah pada umumnya.

Dengan koperasi bekerja efiensi baik secara ekonomis

maupun bisnis, koperasi akan dapat melayani kepentingan

anggotanya, sekaligus koperasi dapat melayani masyarakat

sekitar dengan baik. Sehingga pada akhirnya koperasi akan

sangat. Menunjang peningkatan kesejahteraan ekonomi

golongan ekonomi lemah di suatu daerah (pedesaan) pada

khususnya dan suatu wilayah perekonomian daerah

(pedesaan) pada umumnya. Koperasi dan para pelakunya

(pengurus, manajer/pengelola,dan anggotanya) harus mampu

bekerja secara efisien, untuk dapat bersaing dengan pelaku

ekonomi lainnya (badan usaha milik swasta dan badan usaha

milik negara) dalam menjalankan kegiatan usaha di segala

bidang kehidupan ekonomi, sehingga mampu untuk

meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Ruang lingkup dan luas koperasi sebagai suatu

kesatuan ekonomi akan semakin kompleks sehingga rentang

kendali antara manajemen dan pelaksaannya semakin jauh.

5 Bahri Nurdin, Partisipasi Anggota dan Pemantapan Skala Usaha

Sebagai Alat Penunjang Pelaksaan Koperasi Mandiri, dalam “ Ekonomi Indonesia Masalah dan Prospek 1989/1990”, Jakarta : UII

Press, 1989, hal.379

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Untuk dapat mengendalikan aktivitas operasi koperasi,

manajemen memerlukan suatu alat yang dapat mengendalikan

aktivitas koperasi. Jika kebijaksanaan yang diterapkan

koperasi tidak ketat, maka kemungkinan terjadinya

penyelewengan akan semakin besar, kondisi ini akan

menimbulkan resiko yang sangat besar pula. Untuk itu

manajemen dituntut untuk dapat menciptakan suatu struktur

pengendalian intern.

Struktur pengendalian intern yang memuaskan akan

sangat diperlukan dalam membantu manajemen dalam

pengawasan kegiatan bawahannya sesuai dengan tanggung

jawab dan wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Untuk

mengetahui apakah pengendalian intern berjalan dengan baik

maka manajemen perlu melakukan pemeriksaan intern secara

terus menerus terhadap struktur pengendalian intern.

Pemeriksaan intern dalam organisasi koperasi dikenal dengan

badan pengawas yang merupakan penilaian atas keefektifan

dan kecukupan struktur pengendalian intern yang ada,

meliputi cara-cara pengamanan harta milik koperasi dari

kemungkinan terjadinya penyelewengan, kecurangan serta hal

lain yang merugikan koperasi dan jika terjadi tindakan atau

kegiatan diluar batas wewenang dan tujuan yang dilimpahkan.

Ketika melihat koperasi tumbuh demikian subur dimasa

sekarang tidak saja di kota penulis demikian juga di kota-kota

lain mendorong penulis untuk melakukan pengamatan dan

pencarian data. Agaknya ada dua kategori koperasi. Kategori

pertama adalah koperasi yang masih konsisten setia pada tiga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

prinsip dasar koperasi yaitu DARI, OLEH dan UNTUK anggota

sebagai kategori yang pertama, di mana koperasi-koperasi ini

tumbuh dan berkembang dalam satu lembaga intern dimana

para anggotanya berada atapun dalam satu komunitas

tertentu. Kategori kedua adalah koperasi-koperasi yang

sebenarnya tidak menghimpun anggota untuk mendirikan

koperasi tetapi koperasi didirikan untuk menghimpun dana

layaknya bank. Inilah koperasi-koperasi yang disebut penulis

sebagai koperasi yang kini nampak tumbuh subur di mana-

mana dengan papan nama yang besar-besar dan keren yang

lebih dikenal dengan koperasi simpan pinjam (KSP)6.

Koperasi jenis ini mengalami perkembangan luar biasa,

pada bulan Juni tahun 2002, tercatat sebanyak 1.257 unit

koperasi simpan pinjam (KSP) dan 35.430 unit simpan pinjam,

dengan volume usaha dan anggota sebanyak Rp. 0,650 triliun

dan 576.840 anggota (nasabah) untuk KSP serta Rp. 3,902

triliun dan 9.923.777 anggota (nasabah) untuk USP. Pada

tahun 2007, jumlah KSP/USP telah meningkat menjadi 1.598

KSP dan 34.458 USP peningkatan jumlah KSP atau koperasi

kredit ini mengindikasikan bahwa peran koperasi sebagai

lembaga keuangan dalam dasawarsa terakhir ini cenderung

diminati masyarakat daripada jenis lembaga keuangan

lainnya7.

Ada keyakinan, bahwa KSP dapat menjadi penyalur

pinjaman pada kelompok masyarakat tertentu (UKM) yang

6 Sri Harini, Fragmentasi Pemikiran Hukum Bisnis, BANK DALAM

TUBUH KOPERASI, 2009, Salatiga ; Widya Sari, hal. 4 7 Kantor Kementrian Koperasi dan UKM, Juli 2002,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

selama ini tidak memiliki akses meperoleh pinjaman bank.

Tampaknya pemerintah juga mengakui kenyataan ini,

sehingga dalam menyalurkan kredit lunak pada masyarakat

pun pemerintah masih mengandalkan koperasi.8 Jadi

demikian amat berperan KSP dalam mendorong pertumbuhan

usaha kecil sehingga KSP-KSP ini haruslah dijaga dengan

suatu mekanisme yang baik agar tetap dapat menjalankan

fungsinya yang demikian penting. Memang diakui bahwa ada

KSP-KSP yang pengelolaannya unmanagemen seperti beberapa

contoh yang disinyalir dibawah ini9 :

1. Koperasi A berada tidak jauh dari sebuah perusahaan

besar di daerah Ungaran beralamat di depan persis

perusahaan tersebut yang memiliki karyawan di atas tiga

ribu orang. Koperasi A ini memberikan pinjaman kepada

para karyawan perusahaan tersebut hingga ratusan

karyawan. Penandatanganan perjanjian tersebut dilakukan

di koperasi A demikian juga angsuran-angsuran

dilaksanakan di kantor koperasi A tadi, diberikan pula

bukti telah mengangsur kepada para peminjam yang

karyawan perusahaan tadi. Singkat cerita tiga tahun yang

lalu perjanjian kredit tersebut telah lunas, dan selama tiga

tahun tersebut tidak ada lagi kegiatan menyerahkan

angsuran dan penagihan dari pihak koperasi A karena

memang sudah lunas

Setelah tiga tahun berlalu tiba-tiba muncul tagihan kepada

para karyawan perusahaan tersebut yang sudah lunas tadi

8 Widiyanti, Sinar Harapan, Kamis 27 Juni 2007 9 Sri Harini Dwiyatmi, Op.Cit, hal 5

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

oleh suatu BPR yang juga beralamat tidak jauh dari

perusahaan tersebut diatas. Tagihan itu menyebutkan

antara lain : karyawan A kurang 10 kali angsuran,

karyawan B kurang 8 kali angsuran dan karyawan C

kurang 11 kali angsuran. Tentu saja karyawan tersebut

merasa kaget dan bertanya-tanya sebab merasa tidak

pinjam uang ke BPR tersebut tiba-tiba ketika hutang-

hutang mereka kepada koperasi A sudah lunas tiga tahun

yang lalu datang tagihan dari BPR yang mengaku para

karyawan hutang pada BPR dan belum lunas. Memang ada

data perjanjian yang ditandatangani para karyawan yang

berhutang pada koperasi A tadi kok bisa?

Kejadian ini mendorong beberapa karyawan yang peduli

terhadap nasib karyawan tadi melakukan pencarian kepada

pengurus koperasi pada saat karyawan tersebut meminjam

dan mengangsur pada tiga tahun yang lalu. Pengurus

koperasi A ditemukan kemudian langsung di bawa ke

kepolisian dan ditahan.

2. Koperasi B di kota SL memiliki modal yang cukup besar

hingga mencapai 4 M. Dengan memberikan bunga cukup

tinggi dan menggiurkan sehingga handai taulan pengurus

dan manajernya turut menyimpan dana di koperasi B ini

sekalipun para deposan tersebut bertempat tinggal jauh

dari tempat kedudukan koperasi B ini. Suatu saat, saat

seorang deposan akan mengambil uang tabungan hasil

pengembangan depositonya dan akan mencairkan

depositonya ternyata ditolak dengan alasan ada kredit

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

macet sehingga pada saat itu tidak ada uang. Untuk itu

koperasi B meminta waktu beberapa hari untuk membayar

bunga dan deposito yang hendak dicairkan. Keadaan tidak

semakin baik karena setelah keinginan deposan itu

dipenuhi dan deposan tidak lagi percaya ditariklah semua

depositonya. Sudah lebih dari 4 bulan koperasi B tidak bisa

memenuhi permintaan deposannya tersebut. Ternyata tidak

hanya koperasi B di kota SL yang mengalami hal serupa

ada lebih dari tiga koperasi mengalami hal tersebut

colaps/tidak liquit. Ternyata ada rupa-rupa modus

sebagaimana diceritakan kompas Jawa Tengah, bahwa ada

banyak kegiatan yang berkedok koperasi yang ternyata

sebagai sarana pengumpulan dana kemudian untuk

investasi lain seperti dipraktekkan koperasi BMM yang

berpusat di Surabaya. Begitu pula koperasi B ini ternyata

ada aliran dana dalam bungkus kredit kepada seseorang

dengan perjanjian pinjam meminjam tetapi tanpa akta

notaris dalam jumlah yang tidak rasionil dengan

pembuatan akta setiap bulan bahkan ada sebulan dua

sampai tiga kali perjanjian kredit di buat untuk satu nama

dengan jaminan yang sangat tidak layak.

3. Kompas Jawa Tengah tanggal 12 November 200710 yang

bertajuk PENIPUAN BERKEDOK KOPERASI bahwa dalam

kurun waktu Januari – Oktober 2007 Polda Jawa Tengah

menerima laporan 53 kasus penipuan dengan modus

menghimpun dana masyarakat dalam bentuk investasi-

10

Kompas Jawa Tengah,PENIPUAN BERKEDOK KOPERASI, 12 November

2007, Hal 1

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

tabungan-deposito. Kerugian masyarakat sekitar 113,82

miliyar, sertifikat tanah 11 lembar dan tiga buku pemilik

kendaraan (BPKB).

4. Selanjutnya dimuat pula berita tentang koperasi bernama

BMM yang berpusat di Surabaya yang merekrut anggota

koperasi membuka cabang di Semarang juga di kota-kota

lain, dilaporkan masyarakat Semarang berhubungan ada

dugaan penipuan dan penggelapan uang nasabah

penanggungjawabnya diburu sampai Solo rupanya

melarikan diri kini sedang dalam penyelidikan kepolisian

kota Semarang.

Ada pula koperasi lain sebut saja BGR berkedudukan di

Semarang memang makin besar dalam bidang simpan pinjam

dikalangan pedagang kecil di pasar-pasar semarang. Sangat

bermanfaat bagi pedagang kecil-kecil dipasar-pasar Semarang

dan tingkat peminjaman sebesar sekitar Rp. 100.000 sampai

Rp. 300.000 an setiap kali peminjaman dengan pengenaan

bunga per 100 hari sebesar 10% sehingga kalau dihitung

bunga satu tahunnya bisa mencapai 35%. Syarat agar bisa

meminjam harus sudah menabung 3 kali dan mengajukan

permohonan untuk menjadi anggota. Kehadiran koperasi BGR

ini sangat-sangat menolong para bakul-bakul di pasar-pasar

Semarang11.

Keputusan Mahkamah Agung terhadap penyalahgunaan

dikoperasi di Kabupaten Karanganyar atas dana yang

11

Sri Harini Dwiyatmi, Op.Cit, hal 6

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

dikucurkan kementrian perumahan, menjadikan pengawas

KSP di kota ini harus mempertanggungjawabkan perbuatan

pengelolaan KSP-nya menjadikan tidak saja pengurus tetapi

juga mantan pengurus bahkan pengawas kini dalam penjara.12

Koperasi Simpan pinjam yang berbadan hukum modal

koperasi tidak hanya berasal dari anggota koperasi tetapi juga

dari non anggota koperasi. Di lihat dari struktur hukum

perusahaan, koperasi simpan pinjam termasuk salah satu

badan usaha yang berbadan hukum selain Perseroan Terbatas

(PT) dan yayasan.

Dengan banyaknya koperasi bermasalah tersebut

memang melahirkan pertanyaan bagaimana tanggungjawab

organ koperasi itu.

Menurut Tri Budiono masing-masing organ memang

mempunyai tugas dan tanggung jawab. Koperasi sebagai

badan usaha yang berbadan hukum, dalam melaksanakan

tanggung jawabnya masing-masing harus mengacu /

berdasarkan asas Good Corporate Governance (GCG) yang

terdiri dari 5 pilar yaitu13: transparansi (transparency),

akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility),

independensi (independency) serta kewajaran dan kesetaraan

(fairness) yang diperlukan untuk mencapai kesinambungan

usaha (sustainability).

12 Putusan MA no. 1420 K/Pid.Sus/2011 13 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, 2011, Salatiga: Griya Media, hal. 129

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka thesis ini

diberi judul: “Sistem Pertanggungjawaban Koperasi Simpan

Pinjam Berbadan Hukum”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, maka rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan

dalam penulisan tesis ini adalah:

Bagaimana sistem pertanggungjawaban Koperasi Simpan

pinjam sebagai badan hukum?

C. Tujuan Penulisan

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini adalah:

Mengetahui sistem pertanggungjawaban masing-masing organ

yang ada di Koperasi Simpan Pinjam

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak terkait

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Koperasi:

Untuk mengetahui bagaimana sistem

pertanggungjawaban masing-masing organ yang ada di

Koperasi Simpan Pinjam

2. Bagi organ Koperasi

Untuk mengetahui sistem pertanggungjawaban pada

Rapat Anggota, Pengawas dan Pengurus dalam Koperasi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

3. Bagi akademisi maupun mahasiswa yang tertarik untuk

memperdalam mengenai sistem pertanggungjawaban

masing-masing organ yang ada di Koperasi Simpan Pinjam

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk

menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam

tesis ini yaitu penelitian yuridis normatif. Yuridis

normatif adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum yang akan

diteliti.14

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis

dalam tesis ini, yaitu :

a. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konspetual beranjak dari pandangan

dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu

hukum untuk menemukan ide-ide yang melahirkan

pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep

hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan

isu yang dihadapi.

b. Pendekatan Perundang-undangan (Statute

Approach).

Oleh karena tipe penelitian yang bersifat normatif,

maka pendekatan Perundang-undangan seperti ini

14

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum

Normatif,Bayumedia Publishing: Jawa Timur, 2009, hal. 45

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

merupakan suatu pendekatan yang penting dalam

meneliti aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus

tema sentral dari suatu penelitian.15 Pendekatan ini

dilakukan dengan menelaah semua undang-undang

dan regulasi yang tersangkut paut dengan kasus

yang ditangani.16

c. Pendekatan Analitis (Analytical Appoach).

Pendekatan analisis terhadap bahan hukum seperti

ini, dimaksudkan untuk mengetahui makna yang

terkandung dalam istilah-istilah yang digunakan

dalam Perundang-Undangan secara konsepsional,

sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik .

3. Jenis Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan tesis

ini adalah:

a. Bahan hukum Primer.

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam

tulisan ini diantaranya:

i. Undang–undang No 17 tahun 2012 menggantikan

Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang

Koperasi

15 Ibid., hal 302. 16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2005, Jakarta: Kencana,

hal. 93

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

ii. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

iii. Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha

Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :

96 / KEP / M.KUKM / IX /2004 Tentang Pedoman

Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan

Pinjam Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi

iv. Peraturan Menteri Negara Koperasi Nomor 19

tahun 2008

v. peraturan-peraturan lain yang terkait.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti dokumen-dokumen

yang merupakan informasi dan artikel-artikel yang

berkaitan dengan peranan pemerintah terhadap

pembinaan serta pengawasan koperasi dikaitkan

dengan aspek hukum administrasi daerah, hasil

penelitian, pendapat pakar hukum serta beberapa

sumber dari internet yang berkaitan dengan

persoalan di atas

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

bahan hukum sekunder, seperti: kamus,

ensiklopedia dan lain-lain.

F. Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai dalam tulisan ini adalah

mengenai teori yang terkait dengan sistem

pertanggungjawaban koperasi simpan pinjam:

1. Teori Penafsiran Hukum

Merupakan salah satu metode penemuan hukum

yang memberi penjelasan yangtidak jelas mengenai

teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah

dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa

tertentu. Dalam melakukan penafsiran hukum

terhadap suatu peraturan perundang-undangan

yang dianggap tidak lengkap atau tidak jelas,

seorang ahli hukum tidak dapat bertindak

sewenang-wenang.

Penafsiran hukum menurut R.Soeroso,SH. Adalah

mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil

yang tercantum dalam Undang-Undang sesuai

dengan yangdikehendaki serta yang dimaksud oleh

pembuat Undang-Undang.

Menurut Prof. J.H.A. Logemann “Dalam melakukan

penafsiran hukum, seorang ahli hukum diwajibkan

untuk mencari maksud dan kehendak pembuat

undang-undang sedemikian rupa sehingga

menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh

pembuat undang-undang itu

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

Penafsiran sebagai salah satu metode dalam

penemuan hukum (rechtsvinding), berangkat dari

pemikiran, bahwa pekerjaan kehakiman memiliki

karakter logikal.

Menurut Sudikno Mertokusumo, interpretasi atau

penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang

harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat

diterima oleh masyarakat mengenai peraturan

hukum terhadap peristiwa yang konkrit. Metode

interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk

mengetahui makna Undang-Undang.17

2. Teori Organ (Orgaan Theorie)

Ottoo von Gierke mengemukakan bahwa badan

hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada

di dalam pergaulan hukum yang mewujudkan

kehendaknya dengan perantaraan alat-alat (organ-

organ) yang ada padanya (pengurus). Menurut teori

ini, peraturan-peraturan hukum memiliki organ

yang dipandang sebagai jiwa dari badan hukum

tersebut.18

3. Teori Ultra Vires Koperasi

Ultra Vires Koperasi adalah tindakan-tindakan yang

kebetulan hampir tidak ada hubungannya dengan

sasaran koperasi yang dinyatakan dalam klausul

17 Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Penemuan Hukum 1993. Bandung:

Citra Aditya Bakti, hal. 13

18 P.N.H Simanjuntak,Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: 2009, Hal. 28-29.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - UKSW...Undang –undang No 17 tahun 2012 menggantikan Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

mengenai sasaran–sasaran.19Akibat hukum dari

ultra vires adalah batal demi hukum (null and

void).20

19 Prof. Dr. Hans-H Munker, 10 Kuliah Mengenai Hukum

Koperasi,Rekadesa, 2012, hal. 116 20 Tri Budiyono, Transplatasi Hukum Harmonisasi dan Potensi Benturan, Griya Media, 2009, hal. 163