22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia, sebagai sebuah negara berdaulat berbentuk negara kesatuan, memilih sistem pemerintahan demokrasi untuk mencapai tujuan bernegara. Selama puluhan tahun, Indonesia masih mencari dan memformulasi serta mengartikan sistem demokrasi secara luas dan bertanggungjawab, dalam masa itu pula mengalami dinamika dalam kehidupan berdemokrasi. Dalam pengertian yang lebih partisipatif, demokrasi merupakan konsep kekuasaan dari, oleh, untuk dan bersama rakyat. Artinya, kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang memberikan dan menentukan arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan bernegara. 1 Salah satu implementasi demokrasi adalah pengisian jabatan dalam suatu tatanan kenegaraan yakni pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah(selanjutnya disebut KDH dan WKDH). Secara normatif, Pengisian jabatan KDH 1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar Pilar Demokrasi, Sekjen dan kepaniteraan MK RI, Jakarta: 2006.

BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

  • Upload
    vanphuc

  • View
    218

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia, sebagai sebuah negara berdaulat

berbentuk negara kesatuan, memilih sistem

pemerintahan demokrasi untuk mencapai tujuan

bernegara. Selama puluhan tahun, Indonesia masih

mencari dan memformulasi serta mengartikan

sistem demokrasi secara luas dan

bertanggungjawab, dalam masa itu pula mengalami

dinamika dalam kehidupan berdemokrasi.

Dalam pengertian yang lebih partisipatif,

demokrasi merupakan konsep kekuasaan dari, oleh,

untuk dan bersama rakyat. Artinya, kekuasaan itu

pada pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan

karena itu rakyatlah yang memberikan dan

menentukan arah serta yang sesungguhnya

menyelenggarakan kehidupan bernegara.1

Salah satu implementasi demokrasi adalah

pengisian jabatan dalam suatu tatanan kenegaraan

yakni pengisian jabatan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah(selanjutnya disebut KDH dan

WKDH). Secara normatif, Pengisian jabatan KDH

1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar – Pilar Demokrasi, Sekjen dan kepaniteraan MK RI, Jakarta: 2006.

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

2

dan WKDH ini diatur dalam norma publik dan non-

publik.2

Norma publik3 yang mengatur tentang

pemerintahan daerah terkait pengisian pejabat

pemerintahan di daerah meliputi Pasal 18 ayat (4)

Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut

UUD 1945);4 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dengan beberapa

perubahan melalui Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008;5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

2 Norma publik dan non-publik telah menjadi perdebatan

dikalangan ahli hukum, hal ini berkaitan dengan pernyataan Kelsen yang menyebut bahwa pada dasarnya hukum merupakan

kepentingan perseorangan sehingga penggolongan hukum publik

dan non-publik tidaklah benar. Akan tetapi, menurut L.J. van

Apeldoorn bahwa kepentingan umum(yang diatur oleh hukum

publik) dan kepentingan khusus(yang diatur dalam hukum non-

publik) dapat digolongkan meskipun tidak secara hitam-putih karena didalam hukum yang mengatur kepentingan umum

memegang peranan yang aktif terhadap segala peraturan hukum,

ia tersangkut secara aktif pada segala hukum sehingga keduanya sejalan. (lebih lanjut lihat L.J. van Apeldoorn,Pengantar Ilmu Hukum,Pradnya Paramitha, Jakarta: 2008. Hal 171-174). 3 Norma publik adalah peraturan-peraturan hukum yang obyeknya adalah kepentingan- kepentingan umum dan yang karena itu, soal

mempertahankannya dilakukan oleh pemerintah.( L.J. van Apeldoorn.,Ibid. Hal 174). 4 Perubahan kedua atas UUD 1945 yang menyatakan “ Gubernur,

Bupati, dan Walikota masing- masing sebagai kepala pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.” 5 Sebelumnya telah muncul beberapa Peraturan Perundangan

terkait hal ini yaitu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sementara dalam TAP MPRS tanggal 5 Juli 1966 No.

XI/MPRS/1966 tentang Pemberian Otonomi Seluas-luasnya

kepada Daerah; Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah; Ketetapan MPR No. XV/MPR/1998

tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,

Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

dalam Kerangka NKRI; untuk melaksanakan ketetapan MPR tersebut dibentuklah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

3

yang disempurnakan dengan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik;

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang

Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan

Pemberhentian KDH dan WKDH. Peraturan

Perundang-undangan tersebut ditindaklanjuti

dengan beberapa Peraturan Komisi Pemilihan

Umum(selanjutnya disebut PKPU) sebagai contoh

PKPU Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman

Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum KDH

dan WKDH; PKPU Nomor 16 Tahun 2010 tentang

Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil

Penghitungan Perolehan Suara dalam Pemilihan

Umum KDH dan WKDH oleh Panitia Pemilihan

Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum

Provinsi, serta Penetapan Calon Terpilih,

Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan.

Sementara, norma non-publik6 terdapat dalam

Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga masing-

masing partai politik ; pedoman teknis yang sengaja

dibuat oleh partai politik untuk keperluan

Pemerintahan Daerah; UU No. 22 Tahun 1999 disempurnakan

menjadi UU No 32 Tahun 2004, lebih lanjut lihat : Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Sinar

Grafika, Jakarta: 2010. 6 Norma non-publik adalah peraturan-peraturan hukum yang obyeknya adalah kepentingan khusus dan yang soal akan

dipertahankannya atau tidak diserahkan kepada yang berkepentingan(Pradnya Paramitha, Jakarta: 2008. Hal 174).

Norma ini dibuat oleh organisasi maupun institusi yang

keberlakuannya kedalam.

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

4

rekrutmen calon KDH dan WKDH yang akan

dicalonkan melalui partai politik bersangkutan.

Teknis Tahapan Pemilihan KDH dan WKDH dibagi

dalam dua tahap yaitu masa persiapan dan tahap

pelaksanaan. Masa persiapan meliputi

pemberitahuan oleh DPRD kepada Kepala Daerah

dan KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan

Kepala Daerah bersangkutan, penetapan tata cara

dan jadwal pelaksanaan Pemilihan Umum KDH dan

WKDH, pembentukan perangkat Pemilihan Umum

KDH dan WKDH (Panitia pengawas, PPK, PPS dan

KPPS), Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau.

Sedangkan tahap pelaksanaannya sendiri meliputi

penetapan daftar pemilih ( DPT ), Pendaftaran dan

penetapan calon KDH dan WKDH, kampanye,

pemungutan suara, penghitungan suara dan

penetapan, pengesahan serta pelantikan calon KDH

dan WKDH terpilih.7

Pemilihan Umum KDH dan WKDH secara

langsung telah berlangsung sejak tahun 2005 hingga

saat ini, selama kurang lebih 7 tahun

pelaksanaannya di Indonesia terdapat problematika

secara umum a.l: pragmatisme partai politik dalam

rekrutmen pasangan calon yang lebih

mengedepankan kepemilikan modal;8 kemunculan

program-program oleh calon incumbent menjelang

7 UU No 32 tahun 2004, pustaka pelajar, Jogjakarta: 2005. Lebih

lanjut tata cara pelaksanaan diatur oleh KPUD dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah. 8 Amril Amarullah, Tujuh Rekomendasi RAKORNAS PDIP, Vivanews.com, 6 Agustus 2010

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

5

Pemilihan KDH dan WKDH; banyaknya realisasi

program pemerintah menjelang Pemilihan KDH dan

WKDH;9 Penggunaan dana APBD oleh pasangan

calon incumbent untuk pembiayaan kampanye;

money politics dengan biaya sendiri oleh pasangan

calon bukan incumbent;10 penetapan Daftar Pemilih

Tetap(DPT) yang bermasalah oleh KPU; rendahnya

netralitas Pegawai Negeri Sipil;11 rendahnya tingkat

partisipasi pemilih; serta penggunaan hak pilih

berkali-kali.12

Problematika yang terjadi secara nasional muncul

pula dalam pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga

tahun 2011 a.l: penolakan oleh DPP PDIP atas

usulan pasangan calon dari DPC PDIP;13 Pencalonan

salah satu kader senior GOLKAR yaitu Rosa Maria

Delima Sri Darwanti, SH, M. Si oleh partai politik

lain; pelanggaran terhadap ketentuan teknis

penyusunan DPT; pelanggaran terhadap ketentuan

kampanye; laporan dugaan money politic; laporan

dugaan pelanggaran tata cara pemungutan suara;

serta rendahnya tingkat partisipasi masyarakat

9 Awasi Pilkada, Bawaslu gandeng KPK, vivanews.com, 18 Februari

2010. 10 Pipiet T. N & Syahrul A, MK:Sistem Pilkada Suburkan Money Politic, Vivanews.com, 3 Feb 2012 11 Arif B. A &, Moh. Adam, Ini Biang Semua Sengketa Pemilu dan Pilkada, Vivanews.com, 21 Feb 2012 12 Maryadie, Kalah, Enam Kandidat Minta Pilkada Ulang,

Vivanews.com, 29 Oktober 2008 13 DPC PDIP Usulkan Bambang Riantoko-Teddy Sulistio. Semarang

metro. 7 Januari 2011

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

6

dalam pengawasan proses pelaksanaan Pemilihan

KDH dan WKDH.14

Dari problematika hukum yang muncul dalam

Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga 2011

menarik untuk dikaji dengan parameter Pemilihan

KDH dan WKDH yang demokratis yang

dikemukakan oleh Joko J. Prihatmoko,15 bahwa

parameter untuk mengamati terwujudnya Pemilihan

KDH dan WKDH yang demokratis adalah

terpenuhinya asas penyelenggaraan Pemilu yang

tertuang dalam PP No. 6 Tahun 2005 tentang

Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan

Pemberhentian KDH dan WKDH yaitu : (1)

Langsung; (2) Umum; (3) Bebas; (4) Rahasia; (5)

Jujur; (6) Adil.16

Topo Santoso dari tim peneliti PERLUDEM

mengemukakan 15 standar penyelenggaraan

Pemilihan Umum yang demokratis berdasarkan

sumber utama standar internasional pemilu

demokratis yakni berbagai deklarasi dan konvensi

internasional maupun regional. Berdasarkan

dokumen-dokumen tersebut, dirumuskan 15 aspek

pemilu demokratis, yaitu penyusunan kerangka

hukum; pemilihan sistem pemilu; penetapan daerah

pemilihan; hak untuk memilih dan dipilih; badan

penyelenggara pemilu; pendaftaran pemilih dan

14 Tim Panwaslu, Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Salatiga tahun 2011,Panwaslu, Salatiga 2011. 15 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2005. 16 Loc. cit. hal 206 – 208.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

7

daftar pemilih; akses kertas suara bagi partai politik

dan kandidat; kampanye pemilu yang demokratis;

akses ke media dan kebebasan berekspresi;

pembiayaan dan pengeluaran; pemungutan suara;

penghitungan dan rekapitulasi suara; peranan wakil

partai dan kandidat; pemantauan pemilu;

kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan

peraturan pemilu.17

Berdasarkan asas serta standar internasional

penyelenggaraan Pemilihan Umum yang demokratis

dapat dikaji problematika hukum yang muncul

dalam Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga

tahun 2011 dengan perspektif tersebut sehingga

menjadi suatu bahan evaluasi terhadap

penyelenggaraan Pemilihan KDH dan WKDH di Kota

Salatiga.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, beberapa

permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai

berikut.

1. Apa saja problematika hukum yang muncul

dalam Pemilihan KDH dan WKDH di Kota

Salatiga tahun 2011?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadi

problematika-problematika, sebagaimana

dimaksud dalam poin (1) dalam penyelenggaraan

17 Topo Santoso, dkk., Penegakan Hukum PEMILU – Praktik PEMILU 2004, Kajian PEMILU 2009-2014, Tim PERLUDEM, Jakarta: 2006.

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

8

Pemilihan KDH dan WKDH di Kota Salatiga tahun

2011?

3. Bagaimana solusi atas problematika hukum

Pemilihan KDH dan WKDH di Kota Salatiga

2011?

C. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian berkaitan Pemilihan Umum

KDH dan WKDH telah ditulis Ciptono dalam tesis

berjudul Problem Konstitusionalitas Pemilihan

Umum Kepala Daerah Secara Langsung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

– Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072-

073/PUU-II/2004. Tesis ini fokus membahas

pertimbangan hakim konstitusi dalam putusan

Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan Pemilihan

Umum KDH dan WKDH secara langsung.18 Selain

tesis tersebut terdapat penelitian lain yang

dilakukan oleh Yanuar Arjuna dalam skripsi

berjudul Implementasi Tugas dan Wewenang Desk

Pemilihan KDH dan WKDH – Studi Kasus

Pelaksanaan Pemilihan KDH dan WKDH Langsung

di Salatiga. Skripsi ini membahas bagaimana Desk

Pemilihan KDH dan WKDH dalam menjalankan

tugas dan wewenang, apakah terdapat benturan

antara Desk Pemilihan KDH dan WKDH dengan

18 Ciptono, Problem Konstitusionalitas Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Langsung Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 – Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 072 073/PUU-II/2004, Tesis, PPs-UKSW, Salatiga: 2010.

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

9

KPUD?19 Sementara itu, Seto Herwandito pernah

melakukan penelitian terkait Pemilihan KDH dan

WKDH Kota Salatiga tahun 2006 dengan judul

Political Marketing: Studi pada Pemilihan KDH dan

WKDH Salatiga 2006. Dalam penelitian tersebut Seto

membahas kemenangan Totok Mintarto-John

Manoppo dari perspektif political marketing.20

Sementara, penelitian mengenai problematika

hukum Pemilihan Umum KDH dan WKDH di

Salatiga khususnya tahun 2011 belum pernah

dilakukan penelitian secara menyeluruh berkaitan

dengan asas-asas penyelenggaraan Pemilihan Umum

KDH dan WKDH yang demokratis.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan

kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan

dalam bidang hukum ketatanegaraan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu

bahan kajian hukum untuk pembuatan suatu

model ideal dari penyelenggaraan Pemilihan KDH

dan WKDH.

19 Y Arjuna, Implementasi Tugas dan Wewenang Desk Pilkada Studi Kasus Pelaksanaan Pilkada Langsung di Salatiga, Skripsi, FH

UKSW, Salatiga: 2008. 20 S Herwandito, Political Marketing: Studi pada Pilkada Salatiga 2006, Kritis, vol. XIX. No. 1, PPs-UKSW, Salatiga: April 2007.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

10

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi problematika yang muncul

dalam Pemilihan KDH dan WKDH di Kota

Salatiga tahun 2011.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya problematika hukum Pemilihan KDH

dan WKDH di Kota Salatiga tahun 2011.

3. Merumuskan solusi metode menyelesaikan

problematika hukum dalam Pemilihan KDH dan

WKDH di Kota Salatiga tahun 2011.

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

problematika hukum Pemilihan Umum KDH dan

WKDH adalah segala perbuatan hukum yang

menyimpang, bertentangan, atau melanggar

peraturan perundang-undangan pemilu dalam

proses pelaksanaan pemilu, termasuk adanya pihak

yang merasa dirugikan dalam proses pelaksanaan

pemilu.21

G. Kerangka Teori

Teori Berlakunya Hukum, Pembahasan

mengenai keberlakuan hukum sebagai suatu sistem

yang dipengaruhi oleh sub-sistem lainnya

menjadikan hukum(normatif) tidak berlaku secara

21 Topo Santoso, dkk., Penegakan Hukum PEMILU – Praktik PEMILU 2004, Kajian PEMILU 2009-2014, Tim PERLUDEM, Jakarta: 2006.

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

11

absolut melainkan keberlakuaannya dipengaruhi

sub-sistem politik, ekonomi, sosial dan sub-sistem

lain yang mungkin muncul dalam kaitannya dengan

sistem Pemilihan KDH dan WKDH Kota Salatiga

tahun 2011.

Teori Negara Hukum dan Negara Hukum

Pancasila, Pembahasan mengenai Pemilihan Umum

dalam sebuah negara mencakup sistem hukum

sebagai dasar pelaksanaan Pemilihan Umum.

Konsep negara hukum sendiri memberikan landasan

filosofis dari negara yang anti-otoritarianisme dan

berpihak pada negara demokrasi konstitusional

seperti diungkapkan Cicero: “Omnes legume servi

sumus ut liberi esse posimus”(kita semua harus

tunduk kepada hukum jika kita tetap ingin hidup

bebas)22, ungkapan tersebut merupakan ungkapan

mengenai konsep negara hukum (Rechstaat) yang

dianut banyak negara termasuk Indonesia dimana

kebebasan masyarakat tercipta dengan adanya

hukum dan hukum merupakan dasar dari segala

tindakan masyarakat.

Lebih lanjut dibawah akan dikemukakan

konsep-konsep dalam negara hukum Pancasila yang

melandasai pemikiran kaitannya dengan Pemilihan

Umum KDH dan WKDH.

Teori Demokrasi Konstitusional, dalam konsep

negara hukum modern banyak negara kemudian

22 Ungkapan Cicero yang dikutip oleh Munir Fuady dalam bukunya M. Fuady, Teori Negara Hukum Modern, Refika Aditama, Bandung:

2009. Hal 1.

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

12

meninggalkan sistem otoritarianisme yang berpusat

pada kekuasaan penguasa. Negara modern banyak

menganut sistem demokrasi konstitusional dimana

konstitusi menjadi dasar dalam sistem

ketatanegaraan suatu negara.

Perkembangan pemikiran tentang demokrasi

berkembang dari masa ke masa, yang pada akhirnya

memunculkan suatu konsep demokrasi

konstitusional atau konstitusionalisme. Konsep ini

memberikan peranan kepada eksekutif untuk

menjalankan pemerintahan berdasarkan konstitusi

yang telah dibuat oleh rakyat melalui perwakilan

parlemen sehingga pembatasan kekuasaan eksekutif

dapat dijangkau oleh rakyat. Hal ini berarti dalam

suatu negara hukum menghendaki adanya

supremasi konstitusi. Supremasi hukum disamping

merupakan konsekuensi dari konsep negara

hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan

demokrasi karena konstitusi adalah wujud

perjanjian sosial tertinggi.23

Pemilihan Umum KDH dan WKDH merupakan

salah satu alat terwujudnya demokrasi

konstitusional atau dalam negara Indonesia disebut

demokrasi Pancasila yang dicitakan sehingga lebih

lanjut akan dibahas mengenai negara demokrasi

Pancasila kaitannya dengan Pemilihan KDH dan

WKDH.

23 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar – Pilar Demokrasi, Sekjen dan kepaniteraan MK RI, Jakarta: 2006. Hal 152-162.

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

13

Teori Pemerintahan Daerah, sistem

ketatanegaraan Indonesia menganut negara

kesatuan(unitary) sejak diproklamasikan 17 Agustus

1945, hal ini berarti Negara Indonesia tidak

menerapkan sistem negara serikat(federasi). Meski

Negara Indonesia menganut sistem negara kesatuan,

hadirnya pemerintahan dalam cakupan yang lebih

sempit(pemerintahan daerah) tidak serta merta

merubah sistem ketatanegaraan Indonesia. Alasan

hadirnya pemerintahan daerah dikemukakan oleh

Umbu Rauta yaitu:24

1. Perwujudan fungsi negara modern, yang lebih

menekankan pada kesejahteraan umum(welfare state) sehingga diperlukan campur tangan

pemerintah yang lebih luas hingga ke ranah lokal.

2. Pemencaran kekuasaan negara (dispersed of power)

dari tingkatan suprastruktur hingga infrastruktur.

3. Dari perspektif manajemen pemerintahan, adanya

kewenangan yang diberikan kepada daerah yaitu

keleluasaan dan kemandirian untuk mengatur dan

mengurus pemerintahannya, merupakan

perwujudan dari adanya tuntutan efisiensi dan efektivitas pelayanan kepada masyarakat demi

mewujudkan kesejahteraan umum.

Dalam pembahasan mengenai Pemilihan

Umum KDH dan WKDH teori pemerintahan daerah

membahas dari perspektif historis konsep

pemerintahan daerah yang pernah

diimplementasikan di Indonesia dari masa ke masa

yang pada akhirnya melandasi proses Pemilihan

KDH dan WKDH secara langsung.

24 Umbu Rauta, Bunga Rampai hukum Tata Negara Indonesia, FH-

UKSW, Salatiga: 2000.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

14

Teori Pengisian Jabatan, Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah merupak suatu jabatan politik

yang pergantiannya memiliki siklus periodik. Sistem

pengisian jabatan politik ini merupakan suatu

fenomena yang pasti terjadi dalam suatu birokrasi

pemerintahan. Pengisian terkait jabatan publik (dan

atau politis) sebagai KDH dan WKDH pun tak lepas

dari sistem pengisian jabatan ini. Sistem pengisian

jabatan KDH dan WKDH tersebut dibagi menjadi

dua bagian besar yakni penunjukan langsung dan

sistem pemilihan. Sedangkan sistem pemilihan

sendiri dibagi lagi dalam sistem pemilihan melalui

perwakilan dan pemilihan langsung.25

Dalam studi ilmu politik, dikenal dua model

dalam rekrutmen politik,26 yakni sistem terbuka dan

sistem tertutup. Dalam sistem terbuka, semua

warga negara yang memenuhi syarat tertentu (umur,

kemampuan/kecakapan, dan pendidikan)

mempunyai peluang yang sama untuk mengisi

jabatan politik. Sementara, dalam sistem tertutup,

pengisian jabatan politik hanyalah melibatkan

sekelompok kecil kalangan elite.27

25 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2005. Hal 102-106. 26 Menurut Afan Gaffar, Politik Indonesia, Pustaka Pelajar,

Jogjakarta:2004, Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan politik dalam sebuah negara, agar sistem politik dapat

memfungsikan dirinya dengan sebaik-baiknya, guna memberikan

pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. 27 Mosche Czudnowski, Political Recruitment, dalam fredderick

Greenstein-Nelson W. Polsby, Handbook of Political Science, Vo 2, dalam Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2005.

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

15

Dibawah ini dibahas mengenai teori pengisian

jabatan publik yang mendasari dipilihnya Pemilihan

Umum KDH dan WKDH secara langsung oleh

rakyat. Dibawah ini juga diberikan diagram

pemetaan penggunaan teori hukum dalam analisa

problematika hukum yang muncul dalam Pemilihan

Umum KDH dan WKDH Kota Salatiga tahun 2011.

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

16

Diagram alir 1. Bagan penggunaan teori Hukum

Pemilu KDH dan WKDH

Problematika

Hukum

SOLUSI

Netralitas

PNS

Partai

Politik

Pemilih

Penyelenggara

Pasangan

Calon

Teori keberlakuan Hukum; neg.hukum

dan neg.hukum Pancasila; demokrasi;

pem.daerah; pengisian jabatan

Teori keberlakuan Hukum; neg.hukum

dan neg.hukum Pancasila; demokrasi;

pem.daerah; pengisian jabatan

Teori keberlakuan Hukum; neg.hukum

dan neg.hukum Pancasila; demokrasi;

pem.daerah; pengisian jabatan

Teori keberlakuan Hukum; neg.hukum

dan neg.hukum Pancasila; demokrasi;

pem.daerah; pengisian jabatan

Teori keberlakuan Hukum; neg.hukum

dan neg.hukum Pancasila; demokrasi;

pem.daerah; pengisian jabatan

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

17

H. Metode Penelitin

1. Tipe Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, tesis ini

merupakan penelitian “fact-finding” dan

penelitian “problem-solution”28. Lebih lanjut,

penelitian ini mengacu pada penelitian sosiologis

untuk mengidentifikasi problematika hukum

dengan metode wawancara yang dilakukan pada

beberapa tokoh politik (Ketua Parpol maupun

pengurus), Panitia Pemilihan Umum KDH dan

WKDH, penyelenggara dalam hal ini KPU, serta

Bawaslu. Selain itu pula dilakukan studi pustaka

dengan menelaah laporan pertanggungjawaban

KPU dan Panwaslu. Acuan penelitian normatif

juga digunakan karena dalam penelitian ini

meneliti mengenai asas-asas hukum

penyelenggaraan Pemilihan KDH dan WKDH yang

demokratis, sehingga lebih tepat bila penelitian

ini disebut penelitian yuridis-sosiologis.

2. Pendekatan Masalah

Merujuk pada Soentandyo Wignjosoebroto

yang membagi penelitian nondoktrinal dengan

beberapa pendekatan, maka dalam ini dilakukan

pendekatan makro teori struktural-fungsional29.

Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan

28 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-press,

Jakarta: 1942. 29

Soentandyo Wignjosoebroto(Ragam-ragam Penelitian Hukum)

dalam buku metode penelitian hukum;konstelasi dan refleksi, JHMP-FHUI editor Sulistyowati Irianto & Sidharta, Jakarta: 2009.

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

18

sebagai suatu gejala empiris yang teramati di

alam nyata.

“Secara substansinya, hukum terlihat sebagai suatu kekuatan sosial yang empiris wujudnya, namun terlahir secara sah, dan bekerja dengan hasil yang mungkin saja efektif akan tetapi

mungkin pula tidak untuk memola perilaku-perilkau aktual warga masyarakat. Sementara dari segi strukturnya, hukum terlihat sebagai suatu institusi peradilan yang kerjanya mentransformasi masukan-masukan menjadi keluaran-keluaran yang dengan cara demikian mempengarui interaksi

yang terjadi di masyarakat”

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisa yuridis-sosiologis dimana temuan

problematika hukum dilapangan diuraikan

berdasarkan argumentasi hukum yang dikaitkan

dengan Undang-Undang dan peraturan yang

berlaku untuk kemudian ditarik kesimpulan

dengan penalaran nondoktrinal-induktif,30 yaitu

suatu proses penalaran yang berangkat dari

suatu kalimat umum untuk tiba pada suatu

simpulan yang akan dapat menjawab suatu

pertanyaan.

I. Sistematika Penulisan

Bab II akan membahas mengenai pengertian

dan ruang lingkup Pemilihan Umum KDH dan

WKDH yang didalamnya membahas tentang sistem

hukum, teori hukum, serta asas - asas yang

30 Soentandyo Wignjosoebroto(Penelitian Hukum dan Hakikatnya sebagai Penelitian Ilmiah) dalam buku metode penelitian hukum;konstelasi dan refleksi, JHMP-FHUI editor Sulistyowati

Irianto & Sidharta, Jakarta 2009

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

19

digunakan dalam Pemilihan Umum KDH dan

WKDH.

Bab III akan membahas mengenai

problematika hukum Pemilihan Umum KDH dan

WKDH dimana akan diuraikan fakta dilapangan

berdasarkan hasil observasi serta telaah laporan

Pertanggungjawaban KPU dan Panwaslu berkaitan

pelanggaran yang terjadi dengan perbandingan

Undang-undang serta peraturan yang mengatur

tentang Pemilihan umum KDH dan WKDH. Bab IV

berisi saran dan kesimpulan.

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

20

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

21

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4041/2/T2_322011003_BAB I… · Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil ... Pengesahan, Pengangkatan, dan Pelantikan

22