117
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan .Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan jamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh Bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilainilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara. Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia. Selain itu nilainilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta terbukti keandalannya. Tetapi nilainilai perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi.

BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

BAB I

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

.Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang

dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian

dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan

jamannya.

Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi

oleh Bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai–nilai

perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang.

Kesamaan nilai–nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat

kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang

mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan

Republik Indonesia dalam wadah Nusantara.

Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada

kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut dilandasi oleh keimanan

serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan

untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai–

nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus

dimiliki oleh setiap warga negara Republik Indonesia. Selain itu

nilai–nilai perjuangan bangsa masih relevan dalam memecahkan

setiap permasalahan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara serta terbukti keandalannya.

Tetapi nilai–nilai perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut

sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami

penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain

oleh pengaruh globalisasi.

Page 2: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga–

lembaga kemasyarakatan internasional, negara–negara maju

yang ikut mengatur percaturan politik, ekonomi, sosial budaya,

serta pertahanan dan keamanan global. Disamping itu, isu global

yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan

hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.

Globalisasi juga ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang informasi,

komunikasi, dan transportasi. Hingga membuat dunia menjadi

transparan seolah–olah menjadi sebuah kampung tanpa

mengenal batas negara.

Semangat perjuangan bangsa yang merupakan kekuatan

mental spiritual telah melahirkan kekuatan yang luar biasa dalam

masa perjuangan fisik. Sedangkan dalam era globalisasi dan

masa yang akan datang kita memerlukan perjuangan non fisik

sesuai dengan bidang profesi masing–masing. Perjuangan non

fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga

negara Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon

cendikiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan

Kewarganegaraan.

B. Kompetensi Yang Diharapkan

Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya untuk

menjamin kelangsungan hidup serta kehidupan generasi

penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan

spiritual) dan bermakna. Generasi penerus melalui pendidikan

kewarganegaraan diharapkan akan mampu mengantisipasi hari

depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan

konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan

internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk

bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku

sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila.

Page 3: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah

untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,

sikap tanggung jawab, kepemimpinan, dan bekerja sama

dalam sebuah tim serta perilaku yang cinta tanah air yang

bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta

ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa calon

sarjana/ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang

sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi serta seni.

Berkaitan dengan pengembangan nilai, sikap, dan

kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta didik di

Indonesia yang dilakukan melalui Pendidikan Pancasila,

Pendidikan Agama, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan

Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan)

yang disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(MKPK) dalam komponen kurikulum perguruan tinggi.

Setiap warga negara Republik Indonesia harus menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang merupakan misi

atau tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan untuk

menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan,

pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela

negara, dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilai–nilai

budaya bangsa .

Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran

bela negara akan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia

dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi

manusia sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling

sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.

Rakyat Indonesia, melalui MPR menyatakan bahwa :

Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa

Page 4: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Indonesia diarahkan untuk “meningkatkan kecerdasan serta

harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta

masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas mandiri, sehingga mampu

membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat

memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung

jawab atas pembangunan bangsa “.

Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri,

maju, tangguh, cerdas, kreatif. Terampil, berdisiplin, beretos kerja,

profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani

dan rohani.

Undang–Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum dan isi

pendidikan yang memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan

Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan terus ditingkatkan dan

dikembangkan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

Kompetensi diartikan sebagai perangkat tindakan cerdas,

penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang

agar ia mampu melaksanakan tugas–tugas dalam bidang

pekerjaan tertentu.

Kompetensi lulusan Pendidikan Kewarganegaraan

adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab

dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan

negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan

menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara

dan ketahanan nasional.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan

membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung

jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :

Page 5: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

menghayati nilai–nilai falsafah bangsa

2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai

warga negara.

4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni

untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara

Republik Indonesia diharapkan mampu “memahami, menganalisa,

dan menjawab masalah–masalah yang dihadapi oleh masyarakat,

bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan

dengan cita–cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan

dalam Pembukaan UUD 1945 “.

Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh

nilai–nilai ini disemua aspek kehidupan, khususnya untuk

memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,

korupsi, kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan

kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing;

memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan

berpikir obyektif rasional serta mandiri.

C. Pengertian Dan Pemahaman Tentang Bangsa Dan Negara

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,

Bangsa adalah orang–orang yang memiliki kesamaan asal

keturunan, adat, bahasa dan sejarah serta berpemerintahan

sendiri. Atau bisa diartikan sebagai kumpulan manusia yang

bbiasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu

dimuka bumi.

Jadi Bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang

mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya

Page 6: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah

Nusantara/Indonesia.

Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau

beberapa kelompok manusia yang sama–sama mendiami satu

wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan yang

mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau

beberapa kelompok manusia tersebut.

Atau bisa diartikan sebagai satu perserikatan yang melaksanakan

satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat

dengan kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.

1. Teori terbentuknya negara

a. Teori Hukum Alam (Plato dan Aristoteles).

Kondisi Alam => Berkembang Manusia => Tumbuh Negara.

b. Teori Ketuhanan

Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan, termasuk adanya

negara.

c. Teori Perjanjian (Thomas Hobbes)

Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan,

manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara–caranya.

Manusia pun bersatu (membentuk negara) untuk mengatasi

tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal

untuk kebutuhan bersama.

Di dalam prakteknya, terbentuknya negara dapat pula

disebabkan karena :

a. Penaklukan.

b. Peleburan.

c. Pemisahan diri

d. Pendudukan atas negara/wilayah yang belum ada

pemerintahannya.

Page 7: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

2. Unsur Negara

a. Konstitutif.

Negara meliputi wilayah udara, darat, dan perairan (unsur

perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan

pemerintahan yang berdaulat

b. Deklaratif.

Negara mempunyai tujuan, undang–undang dasar,

pengakuan dari negara lain baik secara de jure dan de facto

dan ikut dalam perhimpunan bangsa–bangsa, misalnya PBB.

3. Bentuk Negara

a. Negara kesatuan

1. Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi

2. Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi

b. Negara serikat, di dalam negara ada negara yaitu negara

bagian.

D. Negara Dan Warga Negara Dalam Sistem Kenegaraan Di

Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara

berdaulat yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional

dan menjadi anggota PBB. Dan mempunyai kedudukan dan

kewajiban yang sama dengan negara–negara lain di dunia, yaitu

ikut serta memelihara dan menjaga perdamaian dunia. Dalam

UUD 1945 telah diatur tentang kewajiban negara terhadap warga

negaranya, juga tentang hak dan kewajiban warga negara kepada

negaranya. Negara wajib memberikan kesejahteraan hidup dan

keamanan lahir batin sesuai dengan sistem demokrasi yang

dianutnya serta melindungi hak asasi warganya sebagai manusia

secara individual berdasarkan ketentuan yang berlaku yang

dibatasi oleh ketentuan agama, etika moral, dan budaya yang

berlaku di Indonesia dan oleh sistem kenegaraan yang digunakan.

Page 8: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

1. Proses Bangsa Yang Menegara

Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran

tentang bagimana terbentuknya bangsa dimana sekelompok

manusia yang berada didalamnya merasa sebagai bagian dari

bangsa. Bangsa yang berbudaya, artinya bangsa yang mau

melaksanakan hubungan dengan penciptanya (Tuhan) disebut

agama ; bangsa yang mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya disebut ekonomi; bangsa yang mau berhubungan

dengan lingkungan sesama dan alam sekitarnya disebut sosial;

bangsa yang mau berhubungan dengan kekuasaan disebut

politik; bangsa yang mau hidup aman tenteram dan sejahtera

dalam negara disebut pertahanan dan keamanan.

Di Indonesia proses menegara telah dimulai sejak

Proklamasi 17 Agustus 1945, dan terjadinya Negara Indonesia

merupakan suatu proses atau rangkaian tahap–tahapnya yang

berkesinambungan. Secara ringkas, proses tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia.

b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan.

c. Keadaan bernegara yang nilai–nilai dasarnya ialah merdeka,

bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Bangsa Indonesia menerjemahkan secara terperinci

perkembangan teori kenegaraan tentang terjadinya Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut :

a. Perjuangan kemerdekaan.

b. Proklamasi

c. Adanya pemerintahan, wilayah dan bangsa

d. Pembangunan Negara Indonesia

e. Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Proses bangsa yang menegara di Indonesia diawali

adanya pengakuan yang sama atas kebenaran hakiki

Page 9: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

kesejarahan. Kebenaran hakiki dan kesejarahan yang dimaksud

adalah :

a. Kebenaran yang berasal dari Tuhan pencipta alam semesta

yakni; Ke-Esa-an Tuhan; Manusia harus beradab; Manusia

harus bersatu; Manusia harus memiliki hubungan sosial

dengan lainnya serta mempunyai nilai keadilan; Kekuasaan

didunia adalah kekuasaan manusia.

b. Kesejarahan. Sejarah adalah salah satu dasar yang tidak

dapat ditinggalkan karena merupakan bukti otentik sehingga

kita akan mengetahui dan memahami proses terbentuknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai hasil

perjuangan bangsa.

Pendidikan pendahuluan bela negara adalah kesamaan

pandangan bagi landasan visional (wawasan nusantara) dan

landasan konsepsional (ketahanan nasional) yang disampaikan

melalui pendidikan, lingkungan pekerjaan dan lingkungan

masyarakat.

2. Pemahaman Hak Dan Kewajiban Warga Negara

a. Hak warga negara.

Hak–hak asasi manusia dan warga negara menurut UUD

1945 mencakup :

- Hak untuk menjadi warga negara (pasal 26)

- Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27 ayat 1)

- Hak atas persamaan kedudukan dalam pemerintahan (pasal 27

ayat 1)

- Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)

- Hak bela negara (pasal 27 ayat 3)

- Hak untuk hidup (pasal 28 A)

- Hak membentuk keluarga (pasal 28 B ayat 1)

- Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi bagi anak (pasal 28 B ayat 2)

Page 10: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

- Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28 C ayat 1)

- Hak untuk memajukan diri (pasal 28 C ayat 2)

- Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28 d ayat 1)

- Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28 D ayat 2)

- Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan

(pasal 28 D ayat 3)

- Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28 D ayat 4)

- Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya serta berhak kembali (pasal 28 E ayat 1)

- Hak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap sesuai denga hati nuraninya (pasal 28 E ayat

2)

- Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan

pendapat (pasal 28 E ayat 3)

- Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal 28

F)

- Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat dan harta benda (pasal 28 G ayat 1)

- Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang

merendahkan derajat dan martabat manusia (pasal 28 G ayat 2)

- Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28 G ayat

2)

- Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28 H ayat 1)

- Hak mendapat kemudahan dan memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama (pasal 28 H ayat 2)

- Hak atas jaminan sosial (pasal 28 H ayat 3)

- Hak milik pribadi (pasal 28 H ayat 4)

- Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28 I ayat 1)

- Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut

(pasal 28 I ayat 1)

Page 11: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

- Hak bebas dari perlakuan diskriminatif (pasal 28 I ayat 2)

- Hak atas identitas budaya (pasal 28 I ayat 3)

- Hak kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

pendapat baik lisan maupun tulisan (pasal 28)

- Hak atas kebebasan beragama (pasal 29)

- Hak pertahanan dan keamanan negara (pasal 30 ayat 1)

- Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1)

b. Kewajiban warga negara antara lain :

- Melaksanakan aturan hukum.

- Menghargai hak orang lain.

- Memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan–kebutuhan

masyarakatnya.

- Melakukan kontrol terhadap para pemimpin dalam melakukan

tugas–tugasnya

- Melakukan komuniksai dengan para wakil di sekolah,

pemerintah lokal dan pemerintah nasional.

- Membayar pajak

- Menjadi saksi di pengadilan

- Bersedia untuk mengikuti wajib militer dan lain–lain.

c. Tanggung jawab warga negara

Tanggung jawab warga negara merupakan pelaksanaan

hak (right) dan kewajiban (duty) sebagai warga negara dan

bersedia menanggung akibat atas pelaksanaannya tersebut.

Bentuk tanggung jawab warga negara :

- Mewujudkan kepentingan nasional

- Ikut terlibat dalam memecahkan masalah–masalah bangsa

- Mengembangkan kehidupan masyarakat ke depan (lingkungan

kelembagaan)

- Memelihara dan memperbaiki demokrasi

Page 12: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

d. Peran warga negara

- Ikut berpartisipasi untuk mempengaruhi setiap proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan publik oleh para

pejabat atau lembaga–lembaga negara.

- Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.

- Berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

- Memberikan bantuan sosial, memberikan rehabilitasi sosial,

mela- kukan pembinaan kepada fakir miskin.

- Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.

- Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.

- Menciptakan kerukunan umat beragama.

- Ikut serta memajukan pendidikan nasional.

- Merubah budaya negatif yang dapat menghambat kemajuan

bangsa.

- Memelihara nilai–nilai positif (hidup rukun, gotong royong, dll).

- Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.

- Menjaga keselamatan bangsa dari segala macam ancaman.

E. Pemahaman Tentang Demokrasi

1. Konsep Demokrasi

Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari,

oleh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep demokrasi,

kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan

rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga

negara. Demos menyiratkan makna diskriminatif atau bukan

rakyat keseluruhan, tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka

yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan formal mengontrol

akses ke sumber–sumber kekuasaan dan bisa mengklaim

kepemilikan atas hak–hak prerogratif dalam proses pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau

pemerintahan.

Page 13: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

2. Bentuk Demokrasi Dalam Pengertian Sistem Pemerintahan

Negara

Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan negara,

antara lain :

a. Pemerintahan Monarki (monarki mutlak, monarki

konstitusional, dan monarki parlementer)

b. Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, RES

yang artinya pemerintahan dan PUBLICA yang berarti

rakyat. Dengan demikian dapat diartikan sebagai

pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk

kepentingan orang banyak.

Menurut John Locke kekuasaan pemerintahan negara

dipisahkan menjadi tiga yaitu :

a. Kekuasaan Legislatif (kekuasaan untuk membuat

undang–undang yang dijalankan oleh parlemen)

b. Kekuasaan Eksekutif (kekuasaan untuk menjalankan

undang-undang yang dijalankan oleh pemerintahan)

c. Kekuasaan Federatif (kekuasaan untuk menyatakan

perang dan damai dan tindakan-tindakan lainnya

dengan luar negeri).

Sedangkan kekuasaan Yudikatif (mengadili) merupakan

bagian dari kekuasaan eksekutif.

Kemudian Montesque (teori Trias Politica) menyatakan

bahwa kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan oleh tiga

orang atau badan yang berbeda-beda dan terpisah satu sama

lainnya (berdiri sendiri/independent) yaitu :

a. Badan Legislatif (kekuasaan membuat undang–undang)

b. Badan Eksekutif (kekuasaan menjalankan undang–

undang)

c. Badan Yudikatif (kekuasaan untuk mengadili jalannya

pelaksanaan undang-undang)

Page 14: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

3. Klasifikasi sistem pemerintahan

- Dalam sistem kepartaian dikenal adanya tiga sistem

kepartaian, yaitu sistem multi partai (poliparty system), sistem

dua partai (biparty system), dan sistem satu partai (monoparty

system).

- Sistem pengisian jabatan pemegang kekuasaan negara.

- Hubungan antar pemegang kekuasaan negara, terutama

antara eksekutif dan legislatif.

Mengenai model sistem pemerintahan negara, ada empat

macam, yaitu :

- Sistem pemerintahan diktator (borjuis dan proletar)

- Sistem pemerintahan parlementer

- Sistem pemrintahan presidential

- Sistem pemerintahan campuran

F. Prinsip Dasar Pemerintahan Republik Indonesia

Pancasila merupakan pandangan hidup dan jiwa bangsa,

kepribadian bangsa, tujuan dan cita–cita hukum bangsa dan

negara, serta cita–cita moral bangsa Indonesia. Pancasila

sebagai dasar negara mempunyai kedudukan yang pasti dalam

penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia.

Beberapa prinsip dasar sistem pemerintahan Indonesia

yang terdapat dalam UUD 1945 adalah bahwa Indonesia ialah

negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat), sistem konstitusi,

kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR, Presiden adalah

penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis,

Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, menteri negara

ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab

kepada DPR, dan kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Page 15: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Dalam menjalankan tugasnya, Presiden dibantu oleh

badan pelaksana Pemerintahan yang berdasarkan tugas dan

fungsi dibagi menjadi :

a. Departemen beserta aparat dibawahnya.

b. Lembaga pemerintahan bukan departemen.

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Sedangkan pembagian berdasarkan kewilayahannya dan

tingkat pemerintahan adalah :

a. Pemerintah Pusat, tugas pokok pemerintahan RI adalah

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

b. Pemerintah Wilayah, (propinsi, daerah khusus ibukota/daerah

istimewa, kabupaten, kotamadya, kota administratif,

kecamatan, desa/kelurahan). Wilayah dibentuk berdasarkan

asas dekonsentrasi. Wilayah–wilayah disusun secara vertikal

dan merupakan lingkungan kerja perangkat pemerintahan

umum didaerah. Urusan pemerintahan umum meliputi bidang

ketentraman dan ketertiban, politik koordinasi pengawasan

dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk urusan

rumah tangga daerah.

c. Pemerintah Daerah (Pemda I dan Pemda II), daerah dibentuk

berdasar asas desentralisasi yang selanjutnya disebut daerah

otonomi. Daerah otonomi bertujuan untuk memungkinkan

daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri agar dapat meningkatkan daya guna dan

hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka

pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

Page 16: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

pembangunan. Pemerintahan daerah adalah kepala daerah

dan DPRD.

Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan rakyat yang

berdasarkan nilai–nilai falsafah Pancasila atau pemerintahan dari,

oleh dan untuk rakyat berdasarkan sila–sila Pancasila. Ini berarti :

1. Sistem pemerintahan rakyat dijiwai dan dituntun oleh nilai–nilai

pandangan hidup bangsa Indonesia (Pancasila).

2. Demokrasi Indonesia adalah transformasi Pancasila menjadi

suatu bentuk dan sistem pemerintahan khas Pancasila.

3. Merupakan konsekuensi dari komitmen pelaksanaan

Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen di

bidang pemerintahan atau politik.

4. Pelaksanaan demokrasi telah dapat dipahami dan dihayati

sesuai dengan nilai–nilai falsafah Pancasila.

5. Pelaksanaan demokrasi merupakan pengamalan Pancasila

melalaui politik pemerintahan.

Selain pengertian diatas, ada beberapa rumusan mengenai

demokrasi, antara lain:

1. Demokrasi Indonesia adalah sekaligus demokrasi politik,

ekonomi, dan sosial budaya. Artinya demokrasi Indonesia

merupakan satu sistem pemerintahan rakyat yang

mengandung nilai–nilai politik, ekonomi, sosial budaya dan

religius.

2. Menurut Prof. Dr. Hazarin, SH, Demokrasi Pancasila adalah

demokrasi sebagaimana telah dipraktekkan oleh bangsa

Indonesia sejak dulu kala dan masih dijumpai sekarang ini

dalam kehidupan masyarakat hukum adat seperti desa, kerja

bakti, marga, nagari dan wanua ….. yang telah ditingkatkan ke

taraf urusan negara di mana kini disebut Demokrasi Pancasila.

3. Rumusan Sri Soemantri adalah sebagai berikut : “Demokrasi

Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang

Page 17: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

mengandung semagat Ketuhanan Yang Maha Esa,

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan

keadilan sosial “.

4. Rumusan Pramudji menyatakan : “Demokrasi Indonesia

adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber Ketuhanan Yang

Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab,

yang berpersatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia “.

5. Rumusan Sadely menyatakan bahwa : “Demokrasi Indonesia

ialah demokrasi berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang–

bidang politik, sosial, dan ekonomi, serta yang dalam

penyelesaian masalah–masalah nasional berusaha sejauh

mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai

mufakat “.

Sehingga Demokrasi Indonesia adalah satu sistem

pemerintahan berdasarkan kedaulatan rakyat dalam bentuk

musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan dan

memecahkan masalah–masalah kehidupan berbangsa dan

bernegara demi terwujudnya suatu kehidupan masyarakat yang

adil dan makmur merata secara material dan spiritual.

Paham yang dianut dalam sistem kenegaraan Republik

Indonesia adalah Negara Kesatuan (United States Republic of

Indonesia). Penyelenggara kekuasaan adalah rakyat yang

membagi kekuasaan menjadi lima yaitu :

1. Kekuasaan tertinggi diberikan oleh rakyat kepada MPR

(Lembaga Konstitutif)

2. DPR sebagai pembuat undang–undang (Lembaga Legislatif)

3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan (Lembaga

Eksekutif)

4. Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan dan penguji

undang–undang (Lembaga Yudikatif)

Page 18: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

5. Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga yang

mengaudit keuangan negara (Lembaga Auditatif)

Dalam sistem otonomi daerah di Negara Kesatuan

Republik Indonesia, penyelenggara pemerintahan didasarkan atas

luasnya wilayah dan asas kewilayahannya, yaitu daerah

merupakan daerahnya pusat dan pusat merupakan pusatnya

daerah. Titik otonomi berada di daerah tingkat II, kecuali urusan

luar negeri, moneter, pertahanan, dan keamanan.

G. Pemahaman Tentang Hak Asasi Manusia

Didalam mukadimah Deklarasi Universal tentang Hak Asasi

Manusia yang telah disetujui oleh Resolusi Majelis Umum

Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 217 A (III) tanggal 10

Desember 1948 terdapat pertimbangan–pertimbangan berikut :

1. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat

dan hak–hak yang sama dan tidak terasingkan dari semua

anggota keluarga kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian di

dunia.

2. Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah

pada hak–hak asasi manusia telah mengakibatkan perbuatan–

perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam

hati nurani umat manusia dan bahwa kebebasan berbicara

dan agama serta kebebasan dari rasa takut dan kekurangan

telah dinyatakan sebagai aspirasi tertinggi dari rakyat jelata.

3. Menimbang bahwa hak–hak manusia perlu dilindungi oleh

peraturan hukum supaya tercipta perdamaian.

4. Menimbang bahwa persahabatan antara negara–negara perlu

dianjurkan.

5. Menimbang bahwa negara–negara anggota PBB telah

menyatakan penghargaan terhadap hak–hak asasi manusia,

martabat penghargaan seorang manusia baik laki–laki dan

perempuan serta meningkatkan kemajuan-sosial dan tingkat

Page 19: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

kehidupan yang lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih

luas.

6. Menimbang bahwa negara–negara anggota telah berjanji akan

mencapai perbaikan penghargaan umum terhadap

pelaksanaan hak–hak manusia dan kebebasan asas dalam

kerja sama dengan PBB.

7. Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak–hak dan

kebebasan ini adalah penting sekali untuk pelaksanaan janji ini

secara benar.

Page 20: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

BAB II

WAWASAN NUSANTARA

A. LATAR BELAKANG dan PENGERTIAN

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

keanekaragaman (pendapat, kepercayaan, hubungan, dsb)

memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat

bersatu guna memelihara keutuhan negaranya.

Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak

terlepas dari pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas

hubungan timbal balik atau kait-mengait antara filosofi bangsa,

idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi

sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah

serta pengalaman sejarah .

Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan

kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa

Wawasan Nasional yang dimaksudkan untuk menjamin

kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri.

Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas

(mawas) yang artinya melihat atau memandang, jadi kata

wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat.

Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan

lingkungan strategik sehinga wawasan harus mampu memberi

inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi berbagai

hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam mengejar

kejayaanya.

Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan ada tiga faktor

penentu utama yang harus diperhatikan oleh suatu bangsa :

1. Bumi/ruang dimana bangsa itu hidup

2. Jiwa, tekad dan semangat manusia / rakyat

3. Lingkungan

Page 21: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa

yang telah menegara tentang diri dan lingkungannya dalam

eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi) serta

pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah

lingkungannya baik nasional, regional, maupun global.

B. LANDASAN WAWASAN NASIONAL

Wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh paham

kekuasaan dan geopolitik yang dianut oleh negara yang

bersangkutan.

1. Paham-paham kekuasaan

a. Machiavelli (abad XVII)

Dengan judul bukunya The Prince dikatakan sebuah

negara itu akan bertahan apabila menerapkan dalil-dalil:

1. Dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan

segala cara dihalalkan

2. Untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba

(devide et empera) adalah sah.

3. Dalam dunia politik,yang kuat pasti dapat bertahan dan

menang.

b. Napoleon Bonaparte (abad XVIII)

Perang dimasa depan merupakan perang total, yaitu

perang yang mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan

nasional. Napoleon berpendapat kekuatan politik harus

didampingi dengan kekuatan logistik dan ekonomi, yang didukung

oleh sosial budaya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi suatu

bangsa untuk membentuk kekuatan pertahanan keamanan dalam

menduduki dan menjajah negara lain.

c. Jendral Clausewitz (abad XVIII)

Page 22: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Jendral Clausewitz sempat diusir pasukan Napoleon

hingga sampai Rusia dan akhirnya dia bergabung dengan tentara

kekaisaran Rusia. Dia menulis sebuah buku tentang perang yang

berjudul “Vom Kriegen” (tentang perang). Menurut dia perang

adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Buat dia perang sah-

sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa.

d. Fuerback dan Hegel (abad XVII)

Paham materialisme Fuerback dan teori sintesis Hegel

menimbulkan aliran kapitalisme dan komunisme. Pada waktu itu

berkembang paham perdagangan bebas (Merchantilism). Menurut

mereka ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah

seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan

seberapa banyak emas yang dimiliki oleh negara itu.

e. Lenin (abad XIX)

Memodifikasi teori Clausewitz dan teori ini diikuti oleh Mao

Zhe Dong yaitu perang adalah kelanjutan politik dengan cara

kekerasan. Perang bahkan pertumpahan darah/revolusi di negara

lain di seluruh dunia adalah sah, yaitu dalam rangka

mengkomuniskan bangsa di dunia.

f. Lucian W. Pye dan Sidney

Tahun 1972 dalam bukunya Political Cultural dan Political

Development dinyatakan bahwa kemantapan suatu sistem politik

hanya dapat dicapai apabila berakar pada kebudayaan politik

bangsa ybs. Kebudayaan politik akan menjadi pandangan baku

dalam melihat kesejarahan sebagai satu kesatuan budaya.

Dalam memproyeksikan eksistensi kebudayaan politik tidak

semata-mata ditentukan oleh kondisi-kondisi obyektif tetapi juga

harus menghayati kondisi subyektif psikologis sehingga dapat

menempatkan kesadaran dalam kepribadian bangsa.

Page 23: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

2. Teori–teori geopolitik (ilmu bumi politik)

Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala

politik dari aspek geografi. Teori ini banyak dikemukakan oleh

para sarjana seperti :

a. Federich Ratzel

1. Pertumbuhan negara dapat dianalogikan (disamakan/mirip)

dengan pertumbuhan organisme (mahluk hidup) yang

memerlukan ruang hidup, melalui proses lahir, tumbuh,

berkembang, mempertahankan hidup tetapi dapat juga

menyusut dan mati.

2. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh

kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang

makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh (teori

ruang).

3. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang

unggul yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng.

4. Semakin tinggi budaya bangsa semakin besar kebutuhan atau

dukungan sumber daya alam. Apabila tidak terpenuhi maka

bangsa tsb akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan

alam diluar wilayahnya (ekspansi).

Apabila ruang hidup negara (wilayah) sudah tidak

mencukupi, maka dapat diperluas dengan mengubah batas

negara baik secara damai maupun dengan kekerasan/perang.

Ajaran Ratzel menimbulkan dua aliran :

-menitik beratkan kekuatan darat

-menitik beratkan kekuatan laut

Ada kaitan antara struktur politik/kekuatan politik dengan

geografi disatu pihak, dengan tuntutan perkembangan atau

pertumbuhan negara yang dianalogikan dengan organisme

(kehidupan biologi) dilain pihak.

Page 24: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

b. Rudolf Kjellen

1. Negara sebagai satuan biologi, suatu organisme hidup. Untuk

mencapai tujuan negara, hanya dimungkinkan dengan jalan

memperoleh ruang (wilayah) yang cukup luas agar

memungkinkan pengembangan secara bebas kemampuan

dan kekuatan rakyatnya.

2. Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang

meliputi bidang-bidang: geopolitik,ekonomipolitik, demopolitik,

sosialpolitik dan kratopolitik.

3. Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar,

tetapi harus mampu swasembada serta memanfaatkan

kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan

kekuatan nasional.

c. Karl Haushofer

Pandangan Karl Haushofer ini berkembang di Jerman di

bawah kekuasan Aldof Hitler, juga dikembangkan ke Jepang

dalam ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme

dan fasisme. Pokok– pokok teori Haushofer ini pada dasarnya

menganut teori Kjellen, yaitu sebagai berikut :

1. Kekuasan imperium daratan yang kompak akan dapat

mengejar kekuasan imperium maritim untuk menguasai

pengawasan dilaut

2. Negara besar didunia akan timbul dan akan menguasai Eropa,

Afrika, dan Asia barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia

timur raya.

3. Geopulitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan pada

soal strategi perbatasan. Geopolitik adalah landasan bagi

tindakan politik dalam perjuangan kelangsungan hidup untuk

mendapatkan ruang hidup (wilayah).

Page 25: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

d. Sir Halford Mackinder (konsep wawasan benua)

Teori ahli Geopolitik ini menganut “konsep kekuatan”. Ia

mencetuskan wawasan benua yaitu konsep kekuatan di darat.

Ajarannya menyatakan ; barang siapa dapat mengusai “daerah

jantung”, yaitu Eropa dan Asia, akan dapat menguasai “pulau

dunia” yaitu Eropa, Asia, Afrika dan akhirnya dapat mengusai

dunia.

e. Sir Walter Raleigh dan Alferd Thyer Mahan (konsep wawasan

bahari)

Barang siapa menguasai lautan akan menguasai

“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai

“kekayaan dunia” sehinga pada akhirnya menguasai dunia.

f. W.Mitchel, A.Seversky, Giulio Douhet, J.F.C.Fuller (konsep

wawasan dirgantara)

Kekuatan di udara justru yang paling menentukan.

Kekuatan di udara mempunyai daya tangkis terhadap ancaman

dan dapat melumpuhkan kekuatan lawan dengan penghancuran

dikandang lawan itu sendiri agar tidak mampu lagi bergerak

menyerang.

g. Nicholas J. Spykman

Teori daerah batas (rimland) yaitu teori wawasan

kombinasi, yang menggabungkan kekuatan darat, laut, udara dan

dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan keperluan dan

kondisi suatu negara.

Page 26: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

C. Wawasan Nasional Indonesia

Wawasan nasional Indonesia dikembangkan berdasarkan

wawasan nasional secara universal sehingga dibentuk dan dijiwai

oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dipakai negara

Indonesia.

a. Paham kekuasaan Indonesia

Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi

Pancasila menganut paham tentang perang dan damai

berdasarkan : “Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih

cinta kemerdekaan”. Dengan demikian wawasan nasional bangsa

Indonesia tidak mengembangkan ajaran kekuasaan dan adu

kekuatan karena hal tersebut mengandung persengketaan dan

ekspansionisme.

b. Geopolitik Indonesia

Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar

ARCHIPELAGO CONCEPT yaitu laut sebagai penghubung

daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang

utuh sebagai Tanah Air dan ini disebut negara kepulauan.

c. Dasar pemikiran wawasan nasional Indonesia

Bangsa Indonesia dalam menentukan wawasan nasional

mengembangkan dari kondisi nyata. Indonesia dibentuk dan

dijiwai oleh pemahaman kekuasan dari bangsa Indonesia yang

terdiri dari latar belakang sosial budaya dan kesejarahan

Indonesia.

Untuk itu pembahasan latar belakang filosofi sebagai dasar

pemikiran dan pembinaan nasional Indonesia ditinjau dari :

Page 27: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

1. Pemikiran berdasarkan falsafah Pancasila

Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang

mempunyai naluri, akhlak dan daya pikir, sadar akan

keberadaannya yang serba terhubung dengan sesama,

lingkungan, alam semesta dan dengan Penciptanya. Kesadaran

ini menumbuhkan cipta, karsa dan karya untuk mempertahankan

eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke generasi.

Adanya kesadaran yang dipengaruhi oleh lingkungannya,

manusia Indonesia memiliki motivasi demi terciptanya suasana

damai dan tentram menuju kebahagiaan serta demi

terselenggaranya keteraturan dalam membina hubungan antar

sesamanya.

Dengan demikian nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah

bersemayam dan berkembang dalam hati sanubari dan

kesadaran bangsa Indonesia, termasuk didalam menggali dan

mengembangkan Wawasan Nasional.

Wawasan Nasional merupakan pancaran dari Pancasila

oleh karena itu menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan

dengan tidak menghilangkan ciri, sifat dan karakter dari

kebhinekaan unsur-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis

dan golongan).

1. Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan

Dalam kehidupan bernegara, geografi merupakan suatu

fenomena yang mutlak diperhatikan dan diperhitungkan baik

fungsi maupun pengaruhnya terhadap sikap dan tata laku negara

ybs.

Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan

peraturan tentang wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu

“Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939” (TZMKO

1939), dimana lebar laut wilayah/teritorial Indonesia adalah 3 mil

diukur dari garis air rendah masing-masing pulau Indonesia.

Page 28: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia

sebab antara satu pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisah-

pisah, sehingga pada tgl. 13 Desember 1957 pemerintah

mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :

b. Segala perairan disekitar, diantara dan yang

menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara

Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya

adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah

daratan Indonesia.

b. Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman bagi

kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak

bertentangan/mengganggu kedaulatan dan

keselamatan negara Indonesia.

c. Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang

menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-

pulau negara Indonesia.

Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya

lebih luas dari pada wilayah daratannya, maka peranan wilayah

laut menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.

Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini

berarti luas wilayah laut Indonesia lebih dari dua setengah kali

luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut Internasional yang

telah disepakati oleh PBB tahun 1982. Wilayah perairan laut

Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona Laut Teritorial,

zona Landas kontinen, dan zona Ekonomi Eksklusif.

a. Zona Laut Teritorial

Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil

laut dari garis dasar ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau

lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar lautan itu kurang

dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis

Page 29: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis

dengan garis batas teritorial di sebut laut teritorial. Garis dasar

adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-

ujung pulau terluar.

Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya

sampai batas laut teritorial, tetapi mempunyai kewajiban

menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di atas maupun di

bawah permukaan laut. Deklarasi Djuanda kemudian

diperkuat/diubah menjadi Undang-Undang No.4 Prp. 1960.

b. Zona Landas Kontinen

Landas Kontinen ialah dasar laut yang secara geologis

maupun morfologi merupakan lanjutan dari sebuah kontinen

(benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter. Indonesia

terletak pada dua buah landasan kontinen, yaitu landasan

kontinen Asia dan landasan kontinen Australia.

Adapun batas landas kontinen tersebut diukur dari garis

dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut. Jika ada dua negara atau

lebih menguasai lautan di atas landasan kontinen, maka batas

negara tersebut ditarik sama jauh dari garis dasar masing-masing

negara.

Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia

mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alam

yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk menyediakan alur

pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas

kontinen ini dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal

17 Febuari 1969.

c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil

laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam zona

ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat kesempatan pertama

Page 30: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zona ekonomi

eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta

pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-

prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen, dan

batas zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang

bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis

yang menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis dasar

kedua negara itu sebagai batasnya. Pengumuman tetang zona

ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah

Indonesia tanggal 21 Maret 1980.

Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional

ke-3 tahun 1982, pokok-pokok negara kepulauan berdasarkan

Archipelago Concept negara Indonesia diakui dan dicantumkan

dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of

the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17

th.1985 dan sejak 16 Nopember 1993 Unclos 1982 telah

diratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi hukum positif (hukum

yang sedang berlaku di masing-masing negara).

Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya

pemanfaatan laut bagi kepentingan kesejahteraan seperti

bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas

Kontinen Indonesia.

Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk

menegakkan kedaulatan dirgantara yakni wilayah Indonesia

secara vertikal terutama dalam memanfaatkan wilayah Geo

Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan ekonomi dan

pertahanan keamanan.

Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang

daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah negara dan melekat

pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak yurisdiksi.

Page 31: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara merupakan satu

kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah

meratifikasi Konvensi Geneva 1944 (Convention on International

Civil Aviation) sehingga kita menganut pemahaman bahwa setiap

negara memiliki kedaulatan yang lengkap dan eksklusif terhadap

ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya hak

lintas damai. Jadi tidak satu pun pesawat udara asing

diperbolehkan melalui ruang udara nasional suatu negara tanpa

izin negara yang bersangkutan.

Page 32: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Gambar laut teritorial selebar 3 mil dari masing-masing pulau (TZMKO 1939)

Page 33: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Gambar pembagian wilayah laut menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut Internasional1982

Page 34: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Gambar laut wilayah berdasarkan Deklarasi Djaunda dan ZEE Indonesia

Page 35: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

3. Pemikiran berdasarkan Aspek Sosial Budaya

Budaya/kebudayaan secara etimologis adalah segala

sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Kebudayaan

diungkapkan sebagai cita, rasa dan karsa (budi, perasaan, dan

kehendak).

Sosial budaya adalah faktor dinamik masyarakat yang

terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang

memungkinkan hubungan sosial diantara anggota-anggotanya.

Secara universal kebudayaan masyarakat yang heterogen

mempunyai unsur-unsur yang sama :

- sistem religi dan upacara keagamaan

- sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan

- sistem pengetahuan

- bahasa

- keserasian

- sistem mata pencaharian

- sistem teknologi dan peralatan

Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan

yang bersifat memaksa bagi masyarakat ybs, artinya setiap

generasi yang lahir dari suatu masyarakat dengan serta merta

mewarisi norma-norma budaya dari generasi sebelumnya. Warisan

budaya diterima secara emosional dan bersifat mengikat ke dalam

(Cohesivness) sehingga menjadi sangat sensitif.

Berdasar ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan

konstelasi geografi, masyarakat Indonesia sangat heterogen dan

unik sehingga mengandung potensi konflik yang sangat besar,

terlebih kesadaran nasional masyarakat yang relatif rendah sejalan

dengan terbatasnya masyarakat terdidik.

Besarnya potensi antar golongan di masyarakat yang setiap

saat membuka peluang terjadinya disintegrasi bangsa semakin

mendorong perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif.

Page 36: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Proses sosial tersebut mengharuskan setiap kelompok masyarakat

budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya

masing-masing serta mau menerima dan memberi.

Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional

sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara

pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya

yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina

kehidupan bersama secara harmonis.

4. Pemikiran berdasarkan aspek kesejarahan

Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada

umumnya tumbuh dan berkembang akibat latar belakang sejarah.

Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit landasannya adalah mewujudkan

kesatuan wilayah, meskipun belum timbul rasa kebangsaan namun

sudah timbul semangat bernegara. Kaidah-kaidah negara modern

belum ada seperti rumusan falsafah negara, konsepsi cara

pandang dsb. Yang ada berupa slogan-slogan seperti yang ditulis

oleh Mpu Tantular yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Penjajahan disamping menimbulkan penderitaan juga

menumbuhkan semangat untuk merdeka yang merupakan awal

semangat kebangsaan yang diwadahi Boedi Oetomo (1908) dan

Sumpah Pemuda (1928)

Wawasan Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman

sejarah yang menginginkan tidak terulangnya lagi perpecahan

dalam lingkungan bangsa yang akan melemahkan perjuangan

dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan bersama agar bangsa

Indonesia setara dengan bangsa lain.

Page 37: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

D. Pengertian Wawasan Nusantara

1. Prof.Dr. Wan Usman

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa

Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara

kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.

2. Kelompok kerja LEMHANAS 1999

Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap

bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba

beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan

dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam

menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan

pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara sebagai geopolitik

Indonesia adalah:

cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan

lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan

mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap

menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek

kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

Landasan Wawasan Nusantara

Idiil => Pancasila

Konstitusional => UUD 1945

E. Unsur Dasar Wawasan Nusantara

1. Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat

serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka

ragam budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan

Page 38: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam

wujud supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan

bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra

struktur politik.

2. Isi (Content)

Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat

dan cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan

UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di

masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut

diatas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan

kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang

berupa politik, ekonomi, social budaya dan hankam. Isi

menyangkut dua hal pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai

kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita

dan tujuan nasional persatuan, kedua persatuan dan kesatuan

dalam kebinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional.

3. Tata laku (Conduct)

Hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara yang terdiri

dari :

-Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan

mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.

-Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan

dan perilaku dari bangsa Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati

diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan

kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap

bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme

yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

Page 39: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

F. Hakekat Wawasan Nusantara

Adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertian :

cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup

nusantara dan demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus

berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam

lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk

yang dihasilkan oleh lembaga negara.

G. Asas Wawasan Nusantara

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi,

ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan

setianya komponen / unsur pembentuk bangsa Indonesia

(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama.

Asas wasantara terdiri dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama

2. Keadilan

3. Kejujuran

4. Solidaritas

5. Kerjasama

6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan

konstelasi geografi serta memperhatikan perkembangan

lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan nusantara

meliputi :

1. Ke dalam

Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan

mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya

disintegrasi bangsa dan mengupayakan tetap terbina dan

terpeliharanya persatuan dan kesatuan.

Page 40: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan

kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah

maupun aspek sosial.

2. Ke luar

Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan

internasional harus berusaha untuk mengamankan kepentingan

nasional dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi,

sosial budaya, pertahanan keamanan demi tercapainya tujuan

nasional.

Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam

dunia yang serba berubah dan ikut serta melaksanakan ketertiban

dunia.

H. Kedudukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini

kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi

penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan

mewujudkan tujuan nasional.

Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat

dari hirarkhi paradigma nasional sbb:

-Pancasila (dasar negara) =>Landasan Idiil

-UUD 1945 (Konstitusi negara) =>Landasan Konstitusional

-Wasantara (Visi bangsa) =>Landasan Visional

-Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) =>Landasan Konsepsional

-GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) =>Landasan Operasional

Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, motivasi,

dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala

kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi

penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi

Page 41: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

seluruh rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan

berbangsa.

Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan

nasionalisme yang tinggi di segala bidang dari rakyat Indonesia

yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada

kepentingan orang perorangan, kelompok, golongan, suku

bangsa/daerah.

I. Implementasi Wawasan Nusantara

Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola

pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan

kepentingan negara.

a. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah

menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat

dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat,

aspiratif, dipercaya.

b. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah

menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar

menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.

c. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah

menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui,

menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan

sebagai kenyataan yang hidup disekitarnya dan

merupakan karunia sang pencipta.

d. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan,

adalah menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan

membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.

Page 42: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Sosialisasi Wawasan Nusantara

1. Menurut sifat/cara penyampaian

a. langsung => ceramah,diskusi,tatap muka

b. tidak langsung => media massa

2. Menurut metode penyampaian

e. ketauladanan

f. edukasi

g. komunikasi

h. integrasi

Materi Wasantara disesuaikan dengan tingkat dan

macam pendidikan serta lingkungannya supaya bisa dimengerti

dan dipahami.

Tantangan Implementasi Wasantara

1. Pemberdayaan Masyarakat

John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan

negara harus dapat memberikan peranan sebesar-besarnya

kepada rakyatnya.

Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan

peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat

untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh

negara-negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk

negara berkembang dengan Top Down Planning karena adanya

keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga

diperlukan landasan operasional berupa GBHN.

Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata

mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman

bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama

untuk daerah-daerah tertinggal.

Page 43: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

2. Dunia Tanpa Batas

a. Perkembangan IPTEK

Mempengaruhi pola, pola sikap dan pola tindak masyarakat

dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia

merupakan tantangan serius dalam menghadapi tantangan

global.

b. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The

End of Nation State menyatakan : dalam perkembangan

masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti

geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan

dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi

kekuatan global yang berupa informasi, investasi, industri

dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat

menghadapi kekuatan global suatu negara harus

mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih

memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan

masyarakat.

Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat

global dikaitkan dengan dunia tanpa batas dapat merupakan

tantangan Wawasan Nusantara, mengingat perkembangan

tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam

pola pikir, pola sikap dan pola tindak di dalam

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Era Baru Kapitalisme

a. Sloan dan Zureker

Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan

Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang didasarkan

atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan

kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan

pihak lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas

Page 44: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan

sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.

Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk

mendapatkan keuntungan dengan melakukan aktivitas-

aktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan

masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya

keseimbangan.

b. Lester Thurow

Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan :

untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus

membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara

paham individu dan paham sosialis.

Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis

dalam rangka mempertahankan eksistensinya dibidang

ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan

menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi, Hak Azasi

Manusia, Lingkungan hidup.

4. Kesadaran Warga Negara

a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban

Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan

kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan

namun tidak dapat dipisahkan.

b. Kesadaran bela negara

Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan

adalah perjuangan non fisik untuk memerangi

keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,

memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas

SDM, transparan dan memelihara persatuan.

Page 45: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara

mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada

perjuangan fisik.

Prospek Implementasi Wawasan Nusantara

Berdasarkan beberapa teori mengemukakan pandangan

global sbb:

1. Global Paradox menyatakan negara harus mampu memberikan

peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.

2. Borderless World dan The End of Nation State menyatakan

batas wilayah geografi relatif tetap, tetapi kekuatan ekonomi

dan budaya global akan menembus batas tsb. Pemerintah

daerah perlu diberi peranan lebih berarti.

3. The Future of Capitalism menyatakan strategi baru kapitalisme

adalah mengupayakan keseimbangan antara kepentingan

individu dengan masyarakat serta antara negara maju dengan

negara berkembang.

4. Building Win Win World (Henderson) menyatakan perlu ada

perubahan nuansa perang ekonomi, menjadikan masyarakat

dunia yang lebih bekerjasama, memanfaatkan teknologi yang

bersih lingkungan serta pemerintahan yang demokratis.

5. The Second Curve (Ian Morison) menyatakan dalam era baru

timbul adanya peranan yang lebih besar dari pasar, peranan

konsumen dan teknologi baru yang mengantar terwujudnya

masyarakat baru.

Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun

yang menyatakan tentang perlu adanya persatuan, sehingga akan

berdampak konflik antar bangsa karena kepentingan nasionalnya

tidak terpenuhi. Dengan demikian Wawasan Nusantara sebagai

cara pandang bangsa Indonesia dan sebagai visi nasional yang

Page 46: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa masih tetap valid

baik saat sekarang maupun mendatang, sehingga prospek

wawasan nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan

dengan norma-norma global.

Dalam implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan

daerah dan rakyat kecil, dan terwujud apabila dipenuhi adanya

faktor-faktor dominan : keteladanan kepemimpinan nasional,

pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan, media massa

yang memberikan informasi dan kesan yang positif, keadilan

penegakan hukum dalam arti pelaksanaan pemerintahan yang

bersih dan berwibawa.

Keberhasilan Implementasi Wasantara

Diperlukan kesadaran WNI untuk :

1. Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban

warganegara serta hubungan warganegara dengan negara,

sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia.

2. Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah

menegara, bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan

memerlukan konsepsi wawasan nusantara sehingga sadar

sebagai warga negara yang memiliki cara pandang.

Agar ke-2 hal dapat terwujud diperlukan sosialisasi dengan

program yang teratur, terjadwal dan terarah.

Page 47: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

BAB III

KETAHANAN NASIONAL

A. Latar Belakang

Setiap bangsa sudah pasti mempunyai cita-cita yang ingin

diwujudkan dalam hidup dan kehidupan nyata. Cita-cita itu

merupakan arahan dan atau tujuan yang sebenar-benarnya dan

mempunyai fungsi sebagai penentu arah dari tujuan nasionalnya.

Namun demikian, pencapaian cita-cita dan tujuan nasional itu

bukan sesuatu yang mudah diwujudkan karena dalam

perjalanannya kearah itu akan muncul energi baik yang positif

maupun negatif yang memaksa suatu bangsa untuk mencari solusi

terbaik, terarah, konsisten, efektif, dan efisien.

Energi positif bisa muncul dari dua situasi kondisi yaitu

dalam negeri dan luar negeri. Kedua situasi kondisi itu akan

menjadi motor dan stimulan untuk membangkitkan kesadaran pada

bangsa untuk membangun ketahanan nasional yang holistik dan

komprehensif. Di sisi lain, energi negatif juga akan muncul dari dua

situasi kondisi tadi, yang biasanya menjadi penghambat dan

rintangan untuk membangun ketahanan nasional. Energi negatif

biasanya muncul secara parsial tetapi tidak bisa dipungkiri dalam

banyak hal merupakan suatu produk yang tersistem dan terstruktur

dengan rapi dalam sistem operasional yang memakan waktu lama.

Energi positif tersebut diatas dalam banyak wacana

biasanya disebut dengan daya dan upaya penguatan

pembangunan suatu bangsa dalam rangka mencapai cita-cita dan

tujuan nasionalnya. Sementara itu, energi negatif cenderung untuk

menghambat dengan tujuan akhir melemahkan bahkan

menghancurkan suatu bangsa.

Page 48: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan sebuah

bangsa melemahkan dan atau menghancurkan setiap tantangan,

ancaman, rintangan dan gangguan itulah yang yang disebut

dengan Ketahanan Nasional. Oleh karena itu, ketahanan nasional

mutlak senantiasa untuk dibina dan dibangun serta

ditumbuhkembangkan secara terus-menerus dengan simultan

dalam upaya mempertahankan hidup dan kehidupan bangsa. Lebih

jauh dari itu adalah makin tinggi tingkat ketahanan nasional suatu

bangsa maka makin kuat pula posisi bangsa itu dalam pergaulan

dunia.

Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada

tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan

yang berkaitan dengan ketahanan nasional karena dalam

perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia

mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan

kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang

merdeka dan berdaulat. Apabila dilihat dari geopolitik dan

geostrategi yang kemudian dikaitkan dengan potensi-potensi yang

dimilikinya maka bangsa Indonesia berada pada posisi yang rawan

dengan instabilitas nasional yang diakibatkan dari berbagai

kepentingan seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik

dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal itu sudah dipastikan

akan memberikan dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa dan

negara Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Indonesia adalah negara yang bersandar pada kekuatan

hukum sehingga kekuasaan dan penyelenggaraan hidup dan

kehidupan kenegaraan diatur oleh hukum yang berlaku. Dengan

kata lain, hukum sebagai pranata sosial disusun untuk kepentingan

seluruh rakyat dan bangsa yaitu menjaga ketertiban bagi seluruh

rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi salah satu

kekuatan ketahanan nasional karena adanya jaminan kekuasaan

Page 49: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

hukum bagi semua pihak yang ada di Indonesia dan lebih jauh

daripada itu adalah menjadi cermin bagaimana rakyat Indonesia

mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah yang

menempatkan hukum sebagai asas berbangsa dan bernegara

dengan menyandarkan pada kepentingan dan aspirasi rakyat.

B. Pokok-Pokok Pikiran

Upaya pencapaian ketahanan nasional sebagai pijakan

tujuan nasional yang disepakati bersama didasarkan pada pokok-

pokok pikiran berikut :

1. Manusia Berbudaya

Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama

berusaha menjaga, mempertahankan eksistensi dan kelangsungan

hidupnya. Oleh karena itu, manusia berusaha memenuhi

kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling

mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan.

Manusia dikatakan mahluk Tuhan yang sempurna karena

memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal dan berbagai

ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk keperluan itu maka

manusia hidup berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu

wilayah tertentu yang dibinanya dengan kemampuan dan

kekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu, manusia

berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan

sebagai berikut :

a. Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan

b. Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi

c. Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik

d. Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan

Ekonomi

e. Manusia dengan penguasaan/pemanfaatan alam

dinamakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Page 50: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

f. Manusia dengan manusia dinamakan Sosial

g. Manusia dengan rasa Keindahan dinamakan

Seni/Budaya

h. Manusia dengan rasa aman dinamakan Pertahanan dan

Keamanan

Dari uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan

bahwa manusia bermasyarakat untuk mendapatkan kebutuhan

hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan dan keamanan. Ketiga

hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional yang mencakup dan

meliputi kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek

sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :

Aspek alamiah adalah :

a. Posisi dan lokasi geografi negara

b. Keadaan dan kekayaan alam

c. Keadaan dan kemampuan penduduk

Aspek sosial/kemasyarakatan adalah :

a. Ideologi

b. Politik

c. Sosial

d. Budaya

e. Pertahanan dan Keamanan

Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan

istilah Trigatra, sedangkan aspek sosial/kemasyarakatan bersifat

dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra. Kedua aspek itu

biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas

mempunyai hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat

yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi) dan

ketergantungan (interdependensi).

Page 51: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

2. Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara

Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan

nasional karena suatu organisasi apapun bentuknya dalam proses

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya akan

selalu berhadapan dengan masalah-masalah yang internal dan

ekternal, demikian pula dengan negara dalam mencapai

tujuannya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu situasi dan kondisi

yang siap untuk menghadapinya.

Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran

ketahanan nasional diperoleh dari Pembukaan UUD 1945 yang

berbunyi sebagai berikut :

a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa ”sesungguhnya

kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka

penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai

dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” mempunyai makna :

”merdeka adalah hak semua bangsa”, ”penjajahan

bertentangan dengan hak asasi manusia”.

b. Alinea Kedua, menyebutkan ”dan perjuangan kemerdekaan

Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan

selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu

gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,

berdaulat adil dan makmur” mempunyai makna : ”adanya masa

depan yang harus diraih (cita-cita).

c. Alinea Ketiga, menyebutkan ”atas berkat rahmat Tuhan Yang

Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya

berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia

menyatakan dengan ini kemerdekaannya” mempunyai makna

:”bila negara ingin mencapai cita-cita maka kehidupan

berbangsa dan bernegara harus mendapat ridho Allah yang

merupakan dorongan spiritual”

Page 52: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

d. Alinea Keempat, menyebutkan ”kemerdekaan dari pada itu

untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan

kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada :

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan,

serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”. Alinea itu mempunyai makna yaitu mempertegas

cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Pengertian Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan Nasional pastinya mempunyai rumusan dengan

pengertian yang baku dalam upayanya menghadapi dinamika

perkembangan dunia dari masa ke masa. Kepastian itu menjadi

keharusan karena dipakai sebagai titik dasar atau titik tolak untuk

gerak implemetasi/penerapan di dalam hidup dan kehidupan

masyarakat berbangsa dan bernegara.

Pengertian baku Ketahanan Nasional bangsa Indonesia

adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap

aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala

tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang

Page 53: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dari luar maupun dari dalam untuk menjamin identitas , integritas,

kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan

mencapai tujuan nasionalnya.

Oleh karena itu, Ketahanan Nasional adalah kondisi hidup

dan kehidupan nasional yang harus senantiasa diwujudkan dan

dibina secara terus-menerus serta sinergik. Hal demikian itu,

dimulai dari lingkungan terkecil yaitu diri pribadi, keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara dengan modal dasar keuletan

dan ketangguhan yang mampu mengembangkan kekuatan

nasional. Proses berkelanjutan itu harus selalu didasari oleh

pemikiran geopolitik dan geostrategi sebagai sebuah konsepsi

yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan

konstelasi yang ada disekitar Indonesia.

Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah konsepsi

pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan

penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,

serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh,

menyeluruh dan terpadu berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan

Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi Ketahanan

Nasional Indonesia merupakan pedoman (sarana) untuk

meningkatkan (metode) keuletan dan ketangguhan bangsa yang

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,

dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan

bangsa dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai nasionalnya, demi

sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan

jasmaniah. Sementara itu, keamanan adalah kemampuan bangsa

dan negara untuk melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap

ancaman dari luar maupun dari dalam.

Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan

ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan

Page 54: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

mengambangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin

kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan

nasional.

Hakikat konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah

pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan

secara seimbang , serasi dan selaras dalam aspek hidup dan

kehidupan nasional.

D. Asas-Asas Ketahanan Nasional Indonesia

Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang

didasari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD

1945 dan Wawasan Nasional yang terdiri dari :

1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak

dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang

mendasar dan esensial, baik sebagai perorangan maupun

kelompok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Dengan demikian kesejahteraan dan keamanan

merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional dan merupakan

nilai intrinsik yang ada padanya. Dalam realisasinya kondisi

kesejahteraan dan keamanan dapat dicapai dengan

menitikberatkan pada kesejahteraan tetapi tidak mengabaikan

keamanan. Sebaliknya memberikan prioritas pada keamanan tidak

boleh mengabaikan kesejahteraan. Oleh karena itu, keduanya

harus selalu ada, berdampingan pada kondisi apapun sebab

keduanya merupakan salah satu parameter tingkat ketahanan

nasional sebuah bangsa dan negara.

2. Asas komprehensif intergral atau menyeluruh terpadu

Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek

kehidupan bangsa secara utuh menyeluruh dan terpadu dalam

Page 55: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang,

serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, ketahanan nasional

mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara

utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif integral)

3. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap

aspek kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Disamping itu,

sistem kehidupan nasional juga berinteraksi dengan lingkungan

sekelilingnya. Dalam prosesnya dapat timbul berbagai dampak

baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk itu diperlukan sikap

mawas ke dalam dan ke luar.

a. Mawas ke dalam

Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat dan

kondisi kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai

kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas

derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh. Hal itu tidak

berarti bahwa ketahanan nasional mengandung sikap isolasi

dan atau nasionalisme sempit (chauvinisme).

b. Mawas ke luar

Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan

ikut berperan serta menghadapi dan mengatasi dampak

lingkungan strategis luar negeri, serta menerima kenyataan

adanya saling interaksi dan ketergantungan dengan dunia

internasional. Untuk menjamin kepentingan nasional, kehidupan

nasional harus mampu mengembangkan kekuatan nasional,

agar memberikan dampak keluar dalam bentuk daya tangkal

dan daya tawar. Namun demikian, interaksi dengan pihak lain

diutamakan dalam bentuk kerjasama yang saling

menguntungkan.

Page 56: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

4. Asas kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan,

kebersamaan, kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa dan

tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan yang harus

dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan serta

dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat

antagonistik yang saling menghancurkan.

E. Sifat Ketahanan Nasional Indonesia

Ketahanan nasional memiliki sifat yang terbentuk dari nilai-

nilai yang terkandung dalam landasan dan asas-asasnya, yaitu :

1. Mandiri

Ketahanan nasional bersifat percaya pada

kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan

ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah

menyerah serta bertumpu pada identitas , integritas dan

kepribadian bangsa. Kemandirian (independent) ini

merupakan prasyarat untuk menjalin kerjasama yang saling

menguntungkan dalam perkembangan global

(interdependent).

2. Dinamis

Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat

meningkat dan atau menurun tergantung pada situasi dan

kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan

strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian

bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa berubah dan

perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu,

upaya peningkatan ketahanan nasional harus selalu

diorientasikan ke masa depan dan dinamikanya diarahkan

Page 57: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang lebih

baik

3. Wibawa

Keberhasilan pembinaan ketahanan nasional

Indonesia secara berlanjut dan berkesinambungan akan

meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa yang

dapat menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain. Makin

tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula

nilai kewibawaan nasonal yang berarti makin tinggi tingkat

daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara Indoesia.

4. Konsultasi dan kerjasama

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak

mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonistis, tidak

mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata tetapi

lebih pada sikap konsultatif dan kerjasama serta saling

menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral

dan kepribadian bangsa.

F. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional Pada Kehidupan

Berbangsa dan Bernegara

Berdasarkan rumusan pengertian ketahanan nasional dan

kondisi kehidupan nasional Indonesia sesungguhnya ketahanan

nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan

nasional dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap aspek

didalam tata kehidupan nasional relatif berubah menurut waktu,

ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis

sehingga interaksinya menciptakan kondisi umum yang amat sulit

dipantau, karena sangat kompleks. Dalam rangka pemahaman dan

pembinaan tata kehidupan nasional itu diperlukan penyederhanaan

tertentu dari berbagai aspek kehidupan nasional dalam bentuk

model yang merupakan hasil pemetaan dari keadaan nyata,

Page 58: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

melalui suatu kesepakatan dari hasil analisa mendalam yang

dilandasi teori hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan

manusia/masyarakat dan dengan lingkungan.

Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut

diperoleh gambaran bahwa konsepsi ketahanan nasional akan

menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung kehidupan

yaitu :

1. aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi

aspek geografi, kependudukan, dan sumber daya alam

2. aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi

aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.

1. Pengaruh Aspek Ideologi

Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan

kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Dalam ideologi juga

terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan

oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung kepada

rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta

menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia baik

sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.

Secara teori suatu ideologi bersumber dari suatu aliran

pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah

itu sendiri.

Ideologi besar yang ada di dunia adalah :

a. Liberalisme

Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pikiran

ini mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hukum

(legal society) yang disusun atas kontrak semua orang

(individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurut

aliran ini, kepentingan harkat dan martabat manusia

Page 59: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

(individu) dijunjung tinggi sehingga masyarakat tiada lebih

dari jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai

tersendiri. Hak dan kebebasan orang seorang dibatasi

hanya oleh hak yang sama yang dimiliki orang lain bukan

oleh kepentingan mastarakat seluruhnya.

Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat

pada manusia sejak lahir dan tdak dapat diganggu gugat

oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas

persetujuan yang bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-

nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan kepentingan

pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak

yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup ditengah-

tangah kekayaan materiil yang melimpah dan dicapai

dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran

pikirannya dengan hak asasi manusia yang menarik

minat/daya tarik yang kuat untuk kalangan masyarakat

tertentu. Aliran ini diajarkan oleh Thomas Hobbes, John

Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold

J.Laski.

b. Komunisme

Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan

oleh Karl Marx, Engels, Lenin. Bermula merupakan kritikan

Marx terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada

awal revolusi industri. Aliran ini beranggapan bahwa negara

adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain.

Kelas atau golongan ekonomi kuat menidas ekonomi lemah.

Golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh).

Oleh karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh

mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan

negara dari kaum golongan kaya kapitalis dan borjuis agar

kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara.

Page 60: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis

atau materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya

kelas/penggolongan, pertentangan amtar golongan, konflik

dan jalan kekerasan/revolusi dan perebutan kekuasaan

negara.

Pikiran-pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi,

politik yang kemudian disistematisasikan oleh Frederick

Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama dalam

pengorganisasian, dan operasionalisasinya menjadi

landasan dari paham komunisme. Sesuai dengan aliran

pikiran yang melandasi komunisme maka dalam upaya

merebut kekuasaan ataupun mempertahankan

kekuasaannya maka komunisme akan :

1. menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-

golongan tertentu serta menghalalkan segala cara

untuk mencapai tujuan

2. ajaran komunisme adalah atheis dan didasarkan

pada kebendaan (materialistis) dan tidak percaya

akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, bahkan agama

dinyatakan sebagai racun bagi kehidupan

masyarakat.

3. Masyarakat komunis bercorak internasional.

Masyarakat yang dicita-citakan komunis adalah

masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh

kesadaran nasional. Hal ini tercermin dalam seruan

Marx yang terkenal “kaum buruh di seluruh dunia

bersatulah !”. Komunisme menghendaki masyarakat

tanpa nasionalisme.

4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah

masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas

dianggap masyarakat yang dapat memberikan

Page 61: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

suasana hidup yang aman dan tenteram, tidak ada

pertentangan, tidak adanya hak milik pribadi atas alat

produksi dan hapusnya pembagian kerja.

Perombakan masyarakat hanya dapat dilaksanakan

melalui jalan revolusi. Setelah revolusi berhasil maka

kaum proletar akan memegang tampuk pimpinan

kekuasaan negara dan menjalankan pemerintahan

secara ditaktur mutlak (diktator proletariat).

c. Faham Agama

Ideologi bersumber pada falsafah agama yang

termuat dalam kitab suci agama. Negara membina

kehidupan keagamaan umat dengan sifat spiritual religius.

Dalam bentuk lain negara melaksanakan hukum/ketentuan

agama dalam kehidupan dunia, negara berdasarkan agama.

2. Ideologi Pancasila

Pancasila merupakan tatanan nilai yang

digali/dikristalisasikan dari nilai-nilai dasar budaya bangsa

Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh

berkembang dalam masyarakat di Indonesia. Kelima sila Pancasila

merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman

dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang

terkandung didalamnya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti spiritual,

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua

pemeluk agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa untuk berkembang di Indonesia. Nilai ini berfungsi

sebagai kekuatan mental spiritual dan landasan etik dalam

ketahanan nasional, dengan demikian atheisme tidak berhak hidup

di bumi Indonesia dalam kerukunan dan kedamaian hidup

beragama.

Page 62: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung

nilai sama derajat, sama kewajiban dan hak, cinta-mencintai,

hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan

keadilan, toleransi dan nilai gotong royong.

Sila Persatuan Indonesia, mengandung arti bahwa

pluralisme masyarakat Indonesia memiliki nilai persatuan bangsa

dan kesatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat, dan

menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai

ini menempatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara diatas kepentingan pribadi atau golongan, sebaliknya

kepentingan pribadi dan golongan diserasikan dalam rangka

kepentingan bangsa dan negara.

Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai

kedaulatan berada di tangan rakyat (demokrasi) yang dijelmakan

oleh persatuan nasional yang riil dan wajar. Nilai ini mengutamakan

kepentingan negara dan bangsa dengan tetap menghargai

kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat dan

menjunjung tunggi harkat dan martabat serta nilai-nilai kebenaran

dan keadilan.

Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,

mengandung nilai sikap adil, menjaga keseimbangan antara hak

dan kewajiban, menghormati hak orang dan sikap gotong

royong,dalam suasana kekeluargaan, suka memberi pertolongan

kepada orang, suka bekerja keras dan bersama-sama mewujudkan

kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Ketahanan Pada Aspek Ideologi

Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik

kehidupan ideologi bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional

Page 63: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,

hambatan dan gangguan dari luar negeri maupun dari dalam

negeri, yang langsung maupun tidak langsung dalam rangka

menjamin kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara

Republik Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi mental

bangsa yang berlandaskan pada keyakinan akan kebenaran

ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta

pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.

Pancasila merupakan ideologi nasional, dasar negara,

sumber hukum dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh

karena itu, untuk mencapai ketahanan ideologi maka diperlukan

aplikasi nyata Pancasila secara murni dan konsekuen baik objektif

maupun subjektif. Pelaksanaan objektif adalah bagaimana

pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi tersurat

atau paling tidak tersirat dalam UUD 1945 dan segala peraturan

perundang-undangan dubawahnya, serta segala kegiatan

penyelenggaraan negara. Pelaksanaan subjektif adalah bagaimana

nilai-nilai tersebut dilaksanakan oleh pribadi masing-masing dalam

kehidupan sehari-hari secara pribadi, anggota masyarakat dan

negara. Pancasila mengandung sifat idealistik, realistik dan

fleksibilitas sehingga terbuka terhadap perkembangan yang terjadi

sesuai realitas perkembangan kehidupan tetapi sesuai dengan

idealisme yang terkandung didalamnya.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945, Pancasila

sebagai ideologi nasional diatur dalam Ketetapan MPR RI

No.:XVIII/MPR/1998. Pancasila sebagai pandangan hidup dan

sumber hukum diatur dalam Tap. MPRS RI No.: XX/MPRS1966 jo.

Tap. MPR RI No.:IX/MPR/1976.

Page 64: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

4. Pembinaan Ketahanan Ideologi

Untuk memperkuat ketahanan ideologi diperlukan langkah

pembinaan sebagai berikut :

a. Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif

ditumbuhkembangkan secara konsisten

b. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu teru

direlevansikan dan diaktualisasikan nilai instrumentalnya

agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan

kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah

dengan cepat tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa

Indonesia.

c. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan

Nusantara bersumber dari Pancasila harus terus

dikembangkan dan ditanamkan di masyarakat yang

majemuk sebagai upaya untuk selalu menjaga persatuan

bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas yang loyal

utuh dan bangga terhadap bangsa dan negara. Di samping

itu perlu dituntut sikap yang wajar dari anggota masyarakat

dan pemerintah terhadap adanya keanekaragaman. Untuk

itu setiap anggota masyarakat dan pemerintah

memberikan penghormatan dan penghargaan yang wajar

terhadap kebhinekaan.

d. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar

negara Republik Indonesia harus dihayati dan diamalkan

secara nyata untuk menjaga kelestarian dan

keampuhannya demi terwujudnya tujuan nasional serta

cita-cita bangsa Indonesia, khususnya oleh setiap

penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan

dan lembaga kemasyarakatan serta setiap warga negara

Indonesia. Dalam hal ini teladan para pemimpin

Page 65: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

penyelenggara negara dan tokoh-tokoh masyarakat

merupakan hal yang sangat mendasar.

e. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila harus

menunjukkan keseimbangan fisik material dengan

pembangunan mental spiritual untuk menghindari

tumbuhnya materialisme dan sekulerisme. Dengan

memperhatikan kondisi geografi Indonesia, maka strategi

pembangunan harus adil dan merata di seluruh wilayah

untuk memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan

wilayah.

f. Pendidikan Moral Pancasila ditanamkan pada diri anak

didik dengan cara mengintegrasikannya dalam mata

pelajaran lain, juga diberikan kepada masyarakat.

2. Pengaruh Aspek Politik

Politik berasal dari kata politics dan atau policy artinya

berbicara politik akan mengandung makna kekuasaan

(pemerintahan) atau juga kebijaksanaan. Pemahaman itu berlaku

di Indonesia dengan tidak memisahkan antara politics dan policy

sehingga kita menganut satu paham yaitu politik.

Hubungan tersebut tercermin dalam fungsi pemerintahan

negara sebagai penentu kebijaksanaan serta aspirasi dan tuntutan

masyarakat sebagai tujuan yang ingin diwujudkan sehingga

kebijaksanaan pemerintahan negara itu haruslah serasi dan

selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat.

Politics di Indonesia harus dapat dilihat dalam konteks

Ketahanan Nasional ini yang meliputi dua bagian utama yaitu politik

dalam negeri dan politik luar negeri.

1. Politik Dalam Negeri

Page 66: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan

kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mampu

menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat

dalam satu sistem, yang unsur-unsurnya terdiri dari :

a. Struktur Politik. Merupakan wadah penyaluran

pengambilan berupa kepentingan masyarakat dan

sekaligus wadah dalam menjaring/pengkaderan

pimpinan nasional.

b. Proses Politik. Merupakan suatu rangkaian pengambilan

keputusan tentang berbagai kepentingan politik maupun

kepentingan umum yang bersifat nasional dan penentuan

dalam pemilihan kepemimpinan, yang puncaknya

terselenggara dalam pemilu.

c. Budaya Politik. Merupakan pencerminan dari aktualisasi

hak dan kewajiban rakyat dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

dilaksanakan secara sadar dan rasional baik melalui

pendidikan politik maupun kegiatan-kegiatan politik yang

sesuai dengan disiplin nasional.

d. Komunikasi Politik. Merupakan suatu hubungan timbal

balik antar berbagai kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara baik rakyat sebagai sumber

aspirasi maupun sumber pimpinan-pimpinan nasional.

2. Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian

kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar

negeri Indonesia berlandaskan pada Pembukaan UUD 1945 yakni

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial serta anti penjajahan karena

tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Page 67: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Politik luar negari merupakan proyeksi kepentingan nasional

kedalam kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara

Pancasila sebagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri

Indonesia diabadikan kepada kepentingan nasional terutama untuk

pembangunan nasional. Dengan demikian politik luar negeri

merupakan bagian intergral dari strategi nasional dan secara

keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan

nasional.

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas

dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memeihak kepada

kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa. Aktif dalam pengertian tidak bersifat reaktif

dan tidak menjadi objek percaturan internasional, tetapi berperan

serta atas dasar cita-cita bangsa yang tercermin dalam Pancasila

dan Pembukaan UUD 1945. heterogenitas kepentingan bangsa-

bangsa di dunia maka politik luar negeri harus bersifat kenyal

dalam arti bersikap moderat dalam hal yang kurang prinsipil

maupun tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar seperti yang

ditentukan dalam Pembukaan UUD 1945. Dinamika perubahan-

perubahan hubungan antar bangsa yang cepat dan tidak menentu

di dunia maka dibutuhkan kelincahan dalam arti kemampuan

penyesuaian yang tinggi dan cepat untuk menanggapi dan

menghadapinya demi kepentingan nasional.

Ketahanan Pada Aspek Politik

Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi

dinamik kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan,

gangguan, ancaman dan hambatan yang datang dari luar maupun

dari dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung untuk

Page 68: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

menjamin kelangsungan hidup politik bangsa dan negara Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

a. Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri

1) Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak

berdasarkan kekuasaan yang bersifat absolut, kedaulatan

ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR

sebagai penjelmaan seluruh rakyat

2) Mekanisme politik yang memungkikan adanya perbedaan

pendapat, namun perbedaaan itu tidak menyangkut nilai

dasar sehingga tidak antagonistis yang dapat menjurus pada

konflik fisik. Disamping itu harus dicegah timbulnya diktator

mayoritas dan tirani minoritas.

3) Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasikan

aspirasi yang hidup dalam masyarakat, dengan tetap dalam

lingkup Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

4) Terjalin komunikasi dua arah antara pemerintah dengan

masyarakat dan antar kelompok/golongan dalam

masyarakat dalam rangka mencapai tujuan nasional dan

kepentingan nasional.

b. Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri

1) Hubungan luar negeri ditujukan untuk lebih meningkatkan

kerjasama internasional di berbagai bidang atas dasar

saling menguntungkan, meningkatkan citra positif Indonesia

di luar negeri, memantapkan persatuan bangsa dan

keutuhan NKRI.

2) Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas

dalam rangka meningkatkan persahabatan dan kerjasama

antar negara berkembang dan atau dengan negara maju

sesuai dengan kemampuan dan demi kepentingan nasional.

Peranan Indonesia dalam membina dan mempererat

Page 69: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang saling

menguntungkan perlu terus diperluas dan ditingkatkan.

3) Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas

antara lain melalui promosi, peningkatan diplomasi dan lobi

internasional, pertukaran pemuda, pelajar dan mahasiswa

serta kegiatan olah raga.

4) Perkembangan, perubahan dan gejolak dunia terus diikuti

dan dikaji denga seksama agar secara dini dapat

diperkirakan terjadinya dampak negatif yang dapat

mempengaruhi stabitlitas nasional serta menghambat

kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional

5) Langkah bersama negara berkembang untuk memperkecil

ketimpangan dan ketidakadilan dengan negara industri maju

perlu ditingkatkan dengan melaksanakan perjanjian

perdagangan internasioal serta kerjasama dengan lembaga-

lembaga keuangan internasional.

6) Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial melalui penggalangan dan pemupukan

solidaritas dan kesamaan sikap serta kerjasama

internasional dengan memanfaatkan berbagai forum

regional dan global.

7) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perlu

dilaksanakan dengan pembenahan secara menyeluruh

terhadap sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan calon

diplomat agar dapat menjawab tantangan tugas yang

dihada[inya. Disamping itu, perlu ditingkatkan aspek-aspek

kelembagaan dan sarana penunjang lainnya

8) Perjuangan bangsa Indoesia di dunia yang menyangkut

kepentingan nasionan seperti melindung kepentingan

Indonesia dari kegiatan diplomasi negatif negara lain dan

Page 70: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

hak-hak warga negara Indonesi di luar negeri perlu

ditingkakan.

3. Pengaruh Pada Aspek Ekonomi

Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional

yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat ,

meliputi produksi, distribusi serta konsumsi barang dan jasa.

Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara

individu maupun kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam

kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan.

Sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara akan

memberi corak dan warna terhadap kehidupan perekonomian dari

negara itu. Sistem perekonomian liberal dengan orientasi pasar

secara murni akan sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh yang

datang dari luar. Di sisi lain, sistem perekonomian sosialis dengan

sifat perencanaan dan pengendalian penuh oleh pemerintah,

kurang peka terhadap pengaruh dari luar. Kini tidak ada lagi sistem

perekonomian liberal murni dan atau sistem perekonomian sosialis

murni karena keduanya sudah saling melengkapi dengan beberapa

modifikasi didalamnya.

Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia

mengacu kepada pasal 33 UUD 1945. Didalamnya menjelaskan

bahwa sistem perekonomian adalah usaha bersama berarti setiap

warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam

menjalankan roda perekonomian dengan tujuan untuk

mensejahterakan bangsa. Dengan demikian, perekonomian tidak

hanya dijalankan oleh pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk

kegiatan badan-badan usaha negara, namun masyarakat dapat

turut serta dalam kegiatan perekonomian dalam bentuk usaha-

usaha swasta yang sangat luas bidang usahanya. Koperasi adalah

salah satu bentuk usaha yang mungkin untuk dikembangkan yaitu

Page 71: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

suatu bentuk usaha yang dilaksanakan atas dasar kekeluargaan.

Di dalam perekonomian Indonesia tidak dikenal adanya usaha

monopoli dan monopsoni baik yang dilakukan oleh pemerintah

maupun swasta.

Secara makro sistem perkonomian Indonesia dengan

menggunakan terminologi nasional dapat disebut sebagai sistem

perekonian kerakyatan. Merujuk pasal 33 UUD 1945 maka

kemakmuran yang dituju adalah kemakmuran rakyat Indonesia

seluruhnya, termasuk mereka yang ada di pulau-pulau terpencil

dan puncak-puncak gunung melalu pemanfaatan sumber-sumber

kekayaan alam yang ada.

Era globalisasi menuntut negara untuk senantiasa

mewaspadai dan tidak mungkin menutup diri dari perkembangan

dan perubahan sistem ekonomi yang mengglobal pula. Oleh

karena itu, negara harus mampu mengintegrasi ekonomi nasional

dengan ekonomi global secara adaptif dan dinamis sehingga

diperoleh hasil optimal bagi kepentingan nasional dan tujuan

nasional.

4. Ketahanan Pada Aspek Ekonomi

Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik

kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk

mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta

mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan

yang datang dari luar maupun dari dalam negeri baik yang

langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan

hidup pereokonomian bangsa dan negara Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi

kehidupan perekonomian bangsa, yang mengandung kemampuan

Page 72: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta

kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan

daya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil

dan merata. Dengan demikian, pembangunan ekonomi diarahkan

kepada mantapnya ketahanan ekonomi melalui terciptanya iklim

usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi

lingkungan hidup serta meningkatkan daya saing dalam lingkup

persaingan global.

Usaha untuk mencapai ketahanan ekonomi yang diinginkan

perlu upaya pembinaan terhadap berbagai hal yang dapat

menunjangnya antara lain yaitu :

a. Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan

kemakmuran dan kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh

wilayah nusantara melalui ekonomi kerakyatan untuk menjamin

kesinambungan pembangunan nasional kelangsungan hidup

bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan :

1) Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan

pelaku ekonomi kuat dan tidak memungkinkan ekonomi

kerakyatan berkembang.

2) Sistem etatisme dalam arti bahwa negara beserta aparatur

ekonomi negara bersifat dominan serta mendesak dan

mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi diluar

sektor negara.

3) Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam

bentuk monopoli yang merugikan masuarakat dan

bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.

c. Strukttur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling

menguntungkan dalam keselarasan dan keterpaduan antar

sektor pertanian dengan perindustrian dan jasa.

Page 73: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

d. Pembangunan ekonomi dilaksanakan sebagai usaha bersama

atas dasar asas kekeluargaan dibawah pengawasan anggota

masyarakat, serta memotivasi dan mendorong peran serta

masyarakat secara aktif. Harus diusahakan keterkaitan dan

kemitraan antara para pelaku dalam wadah kegiatan ekonomi

yaitu Pemerintah, BUMN, Koperasi, Badan Usaha Swasta, dan

sektor informal untuk mewujudkan pertumbuhan, pemerataan,

dan stabilitas ekonomi.

e. Pemerataan pembangunan dan pemfaatan hasil-hasilnya

senantiasa dilaksanakan melalui keseimbangan dan keserasian

pembangunan antar wilayah dan antar sektor.

f. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan

dinamis dalam mempertahankan serta meningkatkan eksistensi

kemandirian perekonomian nasional, dengam memanfaatkan

sumber daya nasional secara optimal dengan sarana iptek tepat

guna dalam menghadapi setiap permasalahan serta dengan

tetap memperhatikan kesempatan kerja.

5. Pengaruh Pada aspek Sosial Budaya

Istilah sosial budaya mencakup dua segi utama kehidupan

bersama manusia yaitu segi sosial dimana manusia demi

kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerjasama dengan

manusia lainnya. Sementara itu, segi budaya merupakan

keseluruhan tata nilai dan cara hidup yang manifestasinya tampak

dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan.

Pengertian sosial pada hakekatnya adalah pergaulan hidup

manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai

kebersamaan, senasib, sepenanggungan dan solidaritas yang

merupakan unsur pemersatu. Adapun hakekat budaya adalah

sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan

cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama

Page 74: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

serta merupakan kekuatan pendukung penggerak kehidupan.

Dengan demikian, kebudayaan merupakan seluruh cara hidup

suatu masyarakat yang manifestasinya dalam tingkah laku dan

hasil dari tingkah laku yang dipelajari dari berbagai sumber.

Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia,

lingkungan alam, lingkungan psikologis dan lingkungan sejarah.

Masyarakat budaya membentuk pola budaya sekitar satu

atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai dan

norma religius, ekonomis atau nilai sosial kultural lain, seperti

misalnya ideologi modern, ilmu pengetahuan dan teknologi.

a.Struktur Sosial di Indonesia

Dalam masyarakat, manusia hidup secara berkelompok

sesuai dengan fungsi, peran dan profesinya dengan maksud untuk

memudahkan kegiatan menjalankan tugas dalam keterkaitan,

dengan kata lain, kehidupan masyarakat terstruktur berdasarkan

peran dan fungsi masing-masing anggota masyarakat.

Pembangunan nasional di Indonesia selama ini menghasilkan

struktur sosial masyarakat yang cukup beragam. Sejalan dengan

modernisasi dan perkembangan iptek maka fragmentasi kelompok

dalam masyarakat semakin berkembang baik secara horisontal

sesuai bidang pekerjaan dan keahlian maupun vertikal sesuai

dengan tingkat pekerjaan dan keahlian.

Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur peran dan

profesi melahirkan bentuk hubungan dan ikatan antar manusia

yang dapat mengagantikan hubungan keluarga. Hubungan antar

teman satu profesi terkadang lebih erat dibanding hubungan antar

saudara sekandung. Di sisi lain, melebarnya struktur sosial secara

horisontal menimbulkan keanekaragaman aspirasi yang tidak

mudah untuk diakomodasikan bersama.

b.Kondisi Sosial di Indonesia

- Kebudayaan Daerah

Page 75: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan

sub-etnis, yang masing-masing memiliki kebudayaannya sendiri

karena mereka biasanya hidup di daerah/wilayah tertentu

sehingga disebut kebudayaan daerah. Dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan daerah sebagai suatu sistem nilai yang

menuntun sikap, perilaku dan gaya hidup, merupakan identitas

dan menjadi kebanggan dari suku bangsa yang bersangkutan.

Local genius adalah nilai-nilai budaya yang tidak dapat

dipengaruhi oleh budaya asing. Oleh karena itu, local genius

biasanya menjadi titik pangkal kemampuan budaya daerah untuk

menangkal dan atau menetralisir pengaruh negatif budaya asing.

Kebudayaan yang ada di nusantara telah lama saling

berkomunikasi dan berintegrasi dalam kesetaraan. Dalam

kehidupan bernegara saat ini, dapat dikatakan bahwa

kebudayaan daerah merupakan kerangka dari kehidupan sosial

budaya bangsa Indonesia. Dengan demikian, perkembangan

kehidupan sosial budaya bangsa tidak akan terlepas dari

perkembangan sosial budaya daerah.

- Kebudayaan Nasional

Kebudayaan bangsa Indonesia (kebudayaan nasional)

merupakan hasil (resultante) interaksi dari budaya daerah yang

kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.

Kebudyaan nasional juga bisa merupakan interaksi antara

budaya yang ada dengan budaya asing yang diterima bersama

seluruh bangsa. Hal yang penting dari interaksi itu adalah

inetraksi budaya harus berjalan wajar dan alamiah tanpa paksaan

dan dominasi budaya satu daerah terhadap budaya lainnya.

Kebudayaan nasional merupakan identitas dan menjadi

kebanggaan Indonesia. Pancasila adalah falsafah bangsa

Indonesia maka nilai-nilai yang terkandung didalamnya menjadi

tuntunan dasar dari segenap sikap, perilaku dan gaya hidup

Page 76: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

bangsa Indonesia. Secara umum, gambaran masyarakat

Indonesia adalah sebagai berikut :

1. bersifat religius

2. bersifat kekeluargaan

3. bersifat hidup serba selaras

4. bersifat kerakyatan

6. Integrasi Nasional

Komunikasi dan interaksi yang dilakukan oleh suku-suku

bangsa yang mendiami bumi nusantara ini, pada tahun 1928

menghasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai

satu bangsa satu tanah air yang menjunjung bahasa persatuan.

Secara yuridis, aspirasi itu terwujud pada 17 Agustus 1945 yaitu

dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kenyataan tersebut diatas menjadi faktor-faktor perekat

persatuan dan integrasi suku-suku bangsa yang ada di nusantara

menjadi satu bangsa Indonesia. Di masa depan, upaya

melestarikan sebagai satu bangsa harus dijadikan semangat

untuk keinginan hidup bersama guna meraih cita-cita nasional.

- Kebudayaan dan Alam Lingkungan

Bangsa Indonesia sebagian besar sebenarnya terbiasa hidup

dekat dan dengan alam, yaitu sebagai petani, pelaut dan

pedagang antar pulau. Namun demikian, kedekatan itu baru

sebatas pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dibarengi

dengan budaya untuk melestarikan alam demi kepentingan masa

depan. Oleh karena itu, sudah seharusnya diwajibkan dengan

sejumlah sangsi hukum kepada para pengusaha eksplorasi dan

eksploitasi sumber daya alam untuk senantiasa menjaga

kelestarian dan keseimbangan ekosistem yang ada.

7. Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya

Page 77: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Ketahanan di bidang sosial budaya diartikan sebagai kondisi

dinamik yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung

kemampuan mengembangkan kekuatan nasional didalam

menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan

dan tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar yang

langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan

kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Wujud ketahanan sosial budaya nasional tercermin dalam

kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional

berdasarkan Pancasila, yang mengandung kemampuan

membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya

manusia dan masyarakat Indonesia. Esensi pengaturan dan

penyelenggaran kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia

adalah pengembangan kondisi sosial budaya dimana setiap warga

masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi

manusiawinya yang dilandasi nilai-nilai Pancasila

8. Pengaruh Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan

daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem

pertahanan dan keamanan dalam mempertahankan dan

mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan

bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan menyusun,

mengerahkan dan mengerakkan seluruh potensi nasional

termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan

nasional secara terintegasi dan terkoordinasi, yang diadakan oleh

pemerintah dan negara Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai

inti pelaksana.

Page 78: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai

kondisi dinamik kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa

Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang

mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional

didalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan

tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam baik langsung

maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas

dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin

dalam kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela

negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara

stabilitas pertahanan dan keamanan yang dinamis, mengamankan

pembangunan dan hasil-hasilnya, serta kemampuan

mempertahankan kedaulatan negara. Dengan kata lain, adalah

keuletan dan ketangguhan bangsa dalam mewujudkan

kesiapsiagaan serta upaya bela negara, suatu perjuangan rakyat

semesta, dalam mana seluruh potensi dan kekuatan ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, militer dan kepolisian disusun dan

dikerahkan secara terpimpin , terintegrasi dan terkoordinasi, untuk

menjamin kelangsungan sistem keamanan nasional (dulu dikenal

dengan sishankamrata) yang ditandai dengan :

a. Pandangan Bangsa Indonesia Tentang Perang dan

Damai. Bangsa Indonesia cinta damai dan ingin

bersahabat dengan semua bangsa di dunia serta tidak

menghendaki terjadinya sengketa bersenjata ataupun

perang. Oleh karena itu, bangsa Indonesia berhasrat

dalam setiap penyelesaian pertikaian baik nasional

mauoun internasional selalu mengutamakan cara-cara

damai. Walaupun cinta damai, namun lebih cinta

kemerdekaan dan kedaulatannya. Bagi bangsa

Page 79: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Indonesia, perang adalah jalan terakhir yang terpaksa

harus ditempuh untuk mempertahankan ideologi dan

dasar negara Pancasila, kemerdekaan dan kedaulatan

negara Republik Indonesia serta keutuhan bangsa.

b. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Landasan idiilnya adalah Pancasila, landasan

konstitusionalnya adalah UUD 1945, dan landasan

visionalnya adalah wawasan nusantara. Pertahanan dan

keamanan adalah hak dan kewajiban bangsa untuk

mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara,

keutuhan bangsa dan wilayah, terpeliharanya keamanan

nasional dan tercapainya tujuan nasional.

c. Petahanan dan Keamanan Negara Merupakan Upaya

Nasional Terpadu.

Hal itu berarti melibatkan seluruh potensi dan kekuatan

nasional. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut

serta dalam usaha pembelaan negara yang dilaksanakan

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, kerelaan

berjuang dan berkorban dalam pengabdian kepada

bangsa dan negara tanpa mengenal menyerah. Upaya

itu dirumuskan dalam doktrin yang disebut Doktrin

Pertahanan dan Kemanan Negara Republik Indonesia.

d. Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia

Diselenggarakan dengan Sistem Keamanan Nasional

(sishankamrata).

Hal itu berarti bersifat total, kerakyatan dan kewilayahan.

Pendayagunaan potensi nasional dalam pengelolaan

pertahanan dan keamanan nagara dilakukan secara

optimal dan terkoordinasi untuk mewujudkan kekuatan

dan kemampuan pertahanan dan keamanan negara

Page 80: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dalam keseimbangan dan keserasian antara

kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

e. Segenap Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan dan

Keamanan Rakyat Semesta. Diorganisasikan kedalam

satu wadah tunggal yang dinamakan TNI dan Polri.

Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan,

tingkat kemampuan dan gelar kekuatan. Untuk membangun postur

kekuatan terdapat empat pendekatan yang digunakan yaitu

ancaman, misi, kewilayahan, dan politik. Dalam konteks itu perlu

ada pembagian tugas dan fungsi yang jelas antara masalah

pertahanan dan masalah keamanan.

Pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari

luarnegeri dan menjadi tanggung jawab TNI.

Keamanan diarahkan untuk menghadapi ancaman dari

dalam negeri dan menjadi tanggung jawab Polri dengan

kemungkinan TNI dilibatkan apabila eskalasi ancaman meningkat

ke keadaan darurat.

Konsepsi pembangunan kekuatan hankam perlu mengacu

kepada konsep wawasan nusantara, dimana hankam diarahkan

kepada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Di

samping itu, kekuatan hankam perlu antisipasif terhadap prediksi

ancaman dari luar sejalan dengan pesatnya perkembangan iptek

militer yang telah menghasilkan daya gempur yang tinggi dan jarak

jangkau yang jauh.

Hakekat ancaman akan mempengaruhi kebijaksanaan dan

strategi pembangunan kekuatan hankam. Kekeliruan dalam

merumuskan hakekat ancaman akan mengakibatkan postur

kekuatan hankam yang kurang efektif dalam menghadapi berbagai

gejolak dalam negeri, bahkan tidak akan mampu untuk melakukan

perang konvensional. Untuk itu perlu dipertimbangkan pula

Page 81: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

konstelasi geografi Indonesia dan kemajuan iptek. Kedaulatan

NKRI yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari laut, menempatkan

laut dan udara diatasnya sebagai mandala perang yang pertama

kali akan terancam karena digunakan sebagai ”initial point” untuk

memasuki kedaulatan Indonesia di darat. Ancaman dari luar

senantiasa akan menggunakan media laut dan udara diatasnya

karena kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan.

Dengan demikian, pembangunan postur kekuatan hankam secara

proporsional dan seimbang antar unsur utama kekuatan

pertahanan yaitu, TNI AD, TNI AL dan TNI AU serta unsur utama

keamanan yaitu POLRI. Pesatnya kemajuan iptek membawa

implikasi meningkatnya kemampuan tempur termasuk daya hancur

dan jarak jangkau. Oleh karena itu, ancaman masa depan yang

perlu diwaspadai adalah serangan langsung lewat udara dan laut

oleh kekuatan asing yang memiliki kepentingan terhadap

Indonesia.

Di era globalisasi saat ini dan di masa mendatang tidak

menutup kemungkinan akan mengundang campur tangan asing,

dengan alasan menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi, penegakan

hukum dan lingkungan hidup, di balik kepentingan nasional. Situasi

seperti ini kemungkinan besar dapat terjadi apabila unsur-unsur

utama kekuatan hankam dan komponen bangsa yang lain tidak

mampu mengatasi permasalahan dalam negeri. Untuk itu

ancaman yang paling realistik adalah adanya “link-up” antara

kekuatan dalam negeri dengan luar negeri.

Geopolitik yang berubah kearah geoekonomi mengandung

implikasi semakin canggihnya upaya diplomasi guna mencapai

tujuan politik dan ekonomi. Pergeseran ini seolah-olah tidak akan

menimbulkan ancaman dari luar negeri yang serius. Namun bila

dikaji secara mendalam, justru ancaman yang dihasilkan dari

aktivitasnya sangat membahayakan integritas bangsa dan NKRI.

Page 82: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Para pihak yang berkepentingan dengan Indonesia akan

menggunakan wahana diplomasi dan membangun opini untuk

mencari dukungan internasional agar membenarkan tindakannya.

Kemajuan iptek informasi sangat memungkinkan untuk melakukan

itu, terlebih saat dunia internasional sedang dalam situasi

“unbalance of power”

Perkembangan lingkungan strategis.mengisyaratkan bahwa

pergeseran geopolitik kearah geoekonomi membawa perubahan

besar dalam penerapan kebijaksanaan dan strategi negara di dunia

didalam mewujudkan kepentingan nasional masing-masing.

Penerapan cara-cara baru telah meningkatkan eskalasi konflik

regional dan konflik dalam negeri yang mendorong keterlibatan

kekuatan super power didalamnya. Menyikapi dinamika

perkembangan seperti itu, kita perlu membangun postur kekuatan

hankam yang memiliki profesionalisme yang tinggi untuk

melaksanakan : pertama, kegiatan intel strategi dalam semua

aspek kehidupan nasional. Kedua, melaksanakan upaya

pertahanan darat, laut dan udara. Ketiga : memelihara dan

menegakkan keamanan dalam negeri dan secara berlanjut dalam

semua aspek kehidupan nasional untuk. Keempat, membina

potensi dan kekuatan wilayah dalam semua aspek kehidupan

nasional untuk meningkatkan ketahanan nasional. Serta kelima,

memelihara stabilitas nasional dan ketahanan nasional secara

menyeluruh dan berlanjut.

Dalam rangka mewujudkan postur kekuatan hankam yang

memiliki kemampuan daya bendung dan daya tangkal yang tinggi

terhadap kemungkinan ancaman dari luar dibutuhkan anggaran

yang sangat besar, di sisi lain kita dihadapkan kepada berbagai

keterbatasan. Dengan mengacu kepada negara-negara lain yang

membangun kekuatan hankam melalui pendekatan misi yaitu

hanya untuk melindungi diri sendiri dan tidak untuk kepentingan

Page 83: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

invasi, barangkali konsep ”standing armed forces” secara

proporsional dan seimbang perlu dikembangkan dengan susunan

kekuatan pertahanan keamanan negara (hankamneg) yang

meliputi :

a. Perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata yang

merupakan kekuatan TNI yang selalu siap dan yang

dibina sebagai kekuatan cadangan serta bala potensial

yang terdiri atas Polri dan rakyat terlatih (Ratih) sebagai

fungsi perlawanan rakyat (Wanra).

b. Perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas rakyat

terlatih (Ratih) dengan fungsi ketertiban umum (Tibum),

perlindungan rakyat (Linra) keamanan rakyat (Kamra)

dan perlindungan masyarakat (Linmas).

c. Komponen pendukung perlawanan bersenjata dan tidak

bersenjata sesuai dengan bidang profesinya dengan

pemanfaatan semua sumber daya nasional, sarana dan

prasarana serta perlindungan masyarakat terhadap

bencana perang dan bencana lainnya.

Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan

a. Pertahanan dan Keamanan harus dapat mewujudkan

kesiapsiagaan serta upaya bela negara , yang berisi

ketangguhan, kemampuan dan kekuatan melalui

penyelenggaraan Siskamnas (Sishankarata) untuk menjamin

kesinambungan Pembangunan Nasional dan kelangsungan

hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta

kemerdekaan dan kedaulatannya. Mempertahankan

kemerdekaan bangsa dan mengamankan kedaulatan negara

yang mencakup wilayah tanah air beserta segenap isinya

Page 84: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

merupakan suatu kehormatan demi martabat bangsa dan

negara. Oleh karena itu, haruslah diselenggarakan dengan

mengandalkan pada kekuatan dan kemampuan sendiri.

c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan

keamanan dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan

stabilitas keamanan yang diabdikan untuk kesinambungan

Pembangunan Nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan

negara.

d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah

dicapai harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan,

agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan

lahir dan bathin segenap lapisan masyarakat bangsa Indonesia.

e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan

kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat

mungkin harus dihasilkan oleh industri dalam negeri,

pengadaan dari luar negeri dilakukan karena terpaksa dimana

indutri dalam negeri masih terbatas kemampuannya. Oleh

karena itu, iptek militer dalam negeri senantiasa harus

ditingkatkan kemampuannya.

f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan

pertahanan dan keamanan haruslah diselenggarakan oleh

manusia-manusia yang berbudi luhur, arif bijaksana,

menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan menghayati

makna nilai dan hakikat perang dan damai. Kelangsungan hidup

dan perkembangan hidup bangsa, memerlukan dukungan

manusia-manusia yang bermutu tinggi, tanggap dan tangguh

serta bertanggung jawab, kerelaan berjuang dan berkorban

demi kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

golongan dan pribadi.

g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional,

TNI berpedoman pada Sapta Marga yang merupakan

Page 85: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

penjabaran Pancasila. Sebagai kekuatan pertahanan, dalam

keadaan damai TNI dikembangkan dengan kekuatan kecil,

profesional, efektif, efisien dan modern bersama segenap

kekuatan perlawanan bersenjata dalam wadah tunggal TNI

disusun dalam Siskamnas (Sishankamrata) dengan strategi

penangkalan.

h. Sebagai kekuatan inti Kamtibnas, Polri berpedoman kepada Tri

Brata dan Catur Prasetya dan dikembangkan sebagai kekuatan

yang mampu melaksanakan penegakkan hukum, memelihara

dan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

i. Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran

dan ketaatanya kapada hukum.

Dengan demikian ketahanan pertahanan dan keamanan

yang diinginkan adalah kondisi daya tangkal bangsa dilandasi

kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung

kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan

negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-

hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara

dan menangkal segala bentuk ancaman.

G. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia

Kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan

ketahanan nasional yang mencakup aspek ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga

ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam

semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

dalam wadah NKRI yang dilandasi oleh landasan idiil Pancasila,

landasan konstitusional UUD 1945, dan landasan visional

Wawasan Nasional. Utnuk mewujudkan keberhasilan ketahanan

Page 86: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

nasional diperlukan kesadaran setiap warga negara Indonesia,

yaitu :

1. Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk

perjuangan non fisik yang berupa keuletan dan ketangguhan

yang tidak mengenal menyerah yang mengandung kemampuan

mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi

segala ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik

yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin

identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara

serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

2. Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul

pada aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan

pertahanan keamanan, sehingga setiap warga negara

Indonesia baik secara individu maupun kelompok dapat

mengeliminir pengaruh tersebut, karena bangsa Indonesia cinta

damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Hal itu tercermin

akan adanya kesadaran bela negara dan cinta tanah air.

Apabila setiap warga negara Indonesia memiliki semangat

perjuangan bangsa dan sadar serta peduli terhadap pengaruh

yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta

dapat mengeliminir pengaruh-pengaruh tersebut, maka akan

tercermin keberhasilan ketahanan nasional Indonesia. Untuk

mewujudkan ketahanan nasional diperlukan suatu kebijakan umum

dari pengambil kebijakan yang disebut Politik dan Strategi Nasional

(Polstranas).

Page 87: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

BAB IV

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

A. Pengertian Politik Strategi dan Polstranas

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia,

Polis berarti kesatuan masyarakat yang mengurus diri

sendiri/berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dari

segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang

berbeda-beda. Untuk lebih memberikan pengertian arti politik

disampaikan beberapa arti politik dari segi kepentingan

penggunaan, yaitu :

a. Dalam arti kepentingan umum (politics)

Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha

untuk kepentingan umum, baik yang berada dibawah kekuasaan

negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik (Politics)

yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta

jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan

jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai

keadaan yang kita inginkan.

b. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)

Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu

usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.

Dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya adalah adanya :

- proses pertimbangan

- menjamin terlaksananya suatu usaha

- pencapaian cita-cita/keinginan

Jadi politik adalah tindakan dari suatu kelompok individu mengenai

suatu masalah dari masyarakat atau negara.

Page 88: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan

dengan :

a. Negara

Adalah suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki

kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya. Dapat

dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat dan

organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang

berdaulat.

b. Kekuasaan

Adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk

mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai

dengan keinginannya. Yang perlu diperhatikan dalam

kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan,

bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dan bagaimana

kekuasaan itu dijalankan.

c. Pengambilan keputusan

Politik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum,

keputusan yang diambil menyangkut sektor publik dari suatu

negara. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan

politik adalah siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa

keputusan itu dibuat.

d. Kebijakan umum

Adalah suatu kumpulan keputusan yang diambill oleh

seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara

mencapai tujuan itu.

e. Distribusi

Adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values)

dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan

penting, nilai harus dibagi secara adil. Politik membicarakan

bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara

mengikat

Page 89: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang

artinya the art of the general atau seni seorang panglima yang

biasanya digunakan dalam peperangan.

Karl von Clausewitz berpendapat bahwa strategi adalah

pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk

memenangkan peperangan, sedangkan perang adalah kelanjutan

dari politik

Dalam abad modern dan globalisasi, penggunaan kata

strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima

dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara luas termasuk

dalam ilmu ekonomi maupun olah raga. Dalam pengertian umum,

strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau

pencaipan suatu tujuan.

Politik nasional adalah suatu kebijakan umum dan

pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan

nasional. Strategi nasional adalah cara melaksanakan politik

nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh

politik nasional. Strategi nasional disusun untuk melaksanakan

politik nasional, misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah

dan jangka panjang.

B. Dasar Pemikiran Penyususan Politik dan Strategi Nasional

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami

pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen

nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945,

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan

pemikiran dalam manajemen nasional sangat penting sebagai

kerangka acuan dalam penyususan politik strategi nasional, karena

didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan

konsep strategi bangsa Indonesia.

Page 90: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

C. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional

Politik strategi nasional yang telah berlangsung selama ini

disusun berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak

tahun 1985 berkembang pendapat yang mengatakan bahwa

pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang diatur dalam UUD

1945 merupakan suprastruktur politik, lembaga-lembaga tersebut

adalah MPR, DPR, Presiden, BPK, dan MA. Sedangkan badan-

badan yang berada didalam masyarakat disebut sebagai

infrastruktur politik yang mencakup pranata politik yang ada dalam

masyarakat seperti partai politik, organisasi kemasyarakatan,

media massa, kelompok kepentingan (interest group) dan

kelompok penekan (pressure group). Suprastruktur dan

infrastruktur politik harus dapat bekerja sama dan memiliki

kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan politik strategi nasional ditingkat

suprastruktur politik diatur oleh Presiden, dalam hal ini Presiden

bukan lagi sebagai mandataris MPR sejak pemilihan Presiden

secara langsung oleh rakyat pada tahun 2004. Karena Presiden

dipilih langsung oleh rakyat maka dalam menjalankan

pemerintahan berpegang pada visi dan misi Presiden yang

disampaikan pada waktu sidang MPR setelah pelantikan dan

pengambilan sumpah dan janji Presiden/Wakil Presiden. Visi dan

misi inilah yang dijadikan politik dan strategi dalam menjalankan

pemerintahan dan melaksanakan pembangumnan selama lima

tahun. Sebelumnya Politik dan strategi nasional mengacu kepada

GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR.

Proses penyusunan politik strategi nasional pada

infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan dicapai oleh

rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional,

penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah

Page 91: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan

mencantumkan sasaran masing-masing sektor/bidang.

Dalam era reformasi saat ini masyarakat memiliki peran

yang sangat besar dalam mengawasi jalannya politik strategi

nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh Presiden.

D. Stratifikasi Politik Nasional

Stratifikasi politik nasional dalam negara Republik Indonesia

adalah sebagai berikut ;

1. Tingkat penentu kebijakan puncak

a. Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara

nasional dan mencakup penentuan undang-undang dasar.

Menitikberatkan pada masalah makro politik bangsa dan

negara untuk merumuskan idaman nasional berdasarkan

falsafah Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan tingkat puncak

dilakukanb oleh MPR.

b. Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan

kepala negara seperti tercantum pada pasal 10 sampai 15

UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak termasuk

kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk

hukum dari kebijakan nasional yang ditentukan oleh kepala

negata dapat berupa dekrit, peraturan atau piagam kepala

negara.

2. Tingkat kebijakan umum

Merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat kebijakan

puncak, yang lingkupnya menyeluruh nasional dan berisi

mengenai masalah-masalah makro strategi guna mencapai

idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu.

3. Tingkat penentu kebijakan khusus

Merupakan kebijakan terhadap suatu bidang utama

pemerintah. Kebijakan ini adalah penjabaran kebijakan umum

Page 92: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

guna merumuskan strategi, administrasi, sistem dan prosedur

dalam bidang tersebut. Wewenang kebijakan khusus ini berada

ditangan menteri berdasarkan kebijakan tingkat diatasnya.

4. Tingkat penentu kebijakan teknis

Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sektor dari

bidang utama dalam bentuk prosedur serta teknik untuk

mengimplementasikan rencana, program dan kegiatan.

5. Tingkat penentu kebijakan di Daerah

a. Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah

pusat di Daerah terletak pada Gubernur dalam

kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di daerahnya

masing-masing.

b. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan

pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD. Kebijakan

tersebut berbentuk Peraturan Daerah (Perda) tingkat I atau

II.

Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur

dan bupati atau walikota dan kepala daerah tingkat I atau II

disatukan dalam satu jabatan yang disebut

Gubernur/KepalaDaerah tingkat I, Bupati/Kepala Daerah

tingkat II atau Walikota/Kepala Daerah tingkat II

E. Politik Pembangunan Nasional dan Manajemen Nasional

Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tujuan politik bangsa Indonesia telah

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Page 93: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Tujuan politik bangsa Indonesia harus dapat dirasakan oleh

rakyat Indonesia, untuk itu pembangunan di segala bidang perlu

dilakukan. Dengan demikian pembangunan nasional harus

berpedoman pada Pembukaan UUD 1945 alania ke-4.

Politik dan Strategi Nasional dalam aturan ketatanegaraan

selama ini dituangkan dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh

MPR. Hal ini berlaku sebelum adanya penyelenggaraan pemilihan

umum Presiden secara langsung pada tahun 2004. Setelah pemilu

2004 Presiden menetapkan visi dan misi yang dijadikan rencana

pembangunan jangka menengah yang digunakan sebagai

pedoman dalam menjalankan pemerintahan dan membangun

bangsa.

1. Makna pembangunan nasional

Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan

untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia

secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan

perkembangan global. Tujuan pembangunan nasional itu sendiri

adalah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

bangsa Indonesia. Dan pelaksanaannya bukan hanya menjadi

tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab

seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat

lahiriah maupun batiniah yang selaras, serasi dan seimbang. Itulah

sebabnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni

sejahtera lahir dan batin.

2. Manajemen nasional

Manajemen nasional pada dasarnya merupakan suatu

sistem sehingga lebih tepat jika kita menggunakan istilah sistem

Page 94: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

manajemen nasional. Layaknya sebuah sistem, pembahasannya

bersifat komprehensif, strategis dan integral. Orientasinya adalah

pada penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis

secara menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian sistem

manajemen nasional dapat menjadi kerangka dasar, landasan,

pedoman dan sarana bagi perkembangan proses pembelajaran

maupun penyempurnaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan

yang bersifat umum maupun pembangunan.

Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan

perpaduan antara tata nilai, struktur dan proses untuk mencapai

daya guna dan hasil guna sebesar mungkin dalam menggunakan

sumber dana dan sumber daya nasional demi mencapai tujuan

nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu

meliputi siklus kegiatan perumusan kebijaksanaan (policy

formulation), pelaksanaan kebijaksanaan, dan penilaian hasil

kebijaksanaan terhadap berbagai kebijaksanaan nasional. Disini

secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah sistem

sekurang-kurangnya harus dapat menjelaskan unsur, struktur,

proses, fungsi serta lingkungan yang mempengaruhinya.

Secara sederhana unsur-unsur utama sistem manajemen

nasional dalam bidang ketatanegaraan meliputi :

a. Negara

Sebagai organisasi kekuasaan, negara mempunyai hak dan

kepemilikan, pengaturan dan pelayanan dalam mewujudkan

cita-cita bangsa.

b. Bangsa Indonesia

Sebagai unsur pemilik negara, berperan menentukan sistem

nilai dan arah/haluan negara yang digunakan sebagai landasan

dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi negara.

c. Pemerintah

Page 95: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Sebagai unsur manajer atau penguasa, berperan dalam

penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan umum dan

pembangunan kearah cita-cita bangsa dan kelangsungan serta

pertumbuhan negara.

d. Masyarakat

Sebagai unsur penunjang dan pemakai, berperan sebagai

kontributor, penerima dan konsumen bagi berbagai hasil

kegiatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan.

F. Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru

setelah direvisinya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah atau lazim disebut UU Otonomi Daerah (Otda). Perubahan

yang dilakukan di UU No. 32 Tahun 2004 bisa dikatakan sangat

mendasar dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Secara garis

besar, perubahan yang paling tampak adalah terjadinya

pergeseran-pergeseran kewenangan dari satu lembaga ke

lembaga lain. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab

tetap dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi

pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat. Tujuan

pemberian otonomi tetap seperti yang dirumuskan saat ini yaitu

memberdayakan daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong

prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan

dan pembangunan.

Pemerintah juga tidak lupa untuk lebih meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan fungsi-

fungsi seperti pelayanan, pengembangan dan perlindungan

terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI. Asas-asas

penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi,

Page 96: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, diselenggarakan secara

proporsional sehingga saling menunjang.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004, digunakan prinsip otonomi

seluas-luasnya, di mana daerah diberi kewenangan mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintah

pusat yakni :

a. politik luar negeri,

b. pertahanan dan keamanan,

c. moneter/fiskal,

d. peradilan (yustisi),

e. agama.

Pemerintah pusat berwenang membuat norma-norma,

standar, prosedur, monitoring dan evaluasi, supervisi, fasilitasi dan

urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional.

Pemerintah provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-

urusan pemerintahan dengan eksternal regional, dan

kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan

pemerintahan dengan eksternalitas lokal.

Dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 (Amandemen)

disebutkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas

Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota

itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan UU.

Tampak nuansa dan rasa adanya hierarki dalam kalimat tersebut.

Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah

diakomodasi dalam bentuk urusan pemerintahan menyangkut

pengaturan terhadap regional yang menjadi wilayah tugasnya.

Page 97: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan

wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu

urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar

seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup

minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi

unggulan dan kekhasan daerah.

UU No. 32 Tahun 2004 mencoba mengembalikan hubungan

kerja eksekutif dan legislatif yang setara dan bersifat kemitraan.

Sebelum ini kewenangan DPRD sangat besar, baik ketika memilih

kepala daerah, maupun laporan pertanggungjawaban (LPJ)

tahunan kepala daerah. Kewenangan DPRD itu dalam penerapan

di lapangan sulit dikontrol. Sedangkan sekarang, kewenangan

DPRD banyak yang dipangkas, misalnya aturan kepala daerah

dipilih langsung oleh rakyat, DPRD yang hanya memperoleh

laporan keterangan pertanggungjawaban, serta adanya mekanisme

evaluasi gubernur terhadap rancangan Perda APBD agar sesuai

kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi. Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi

pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan

daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD). Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD

merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat

kemitraan. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara

Pemerintah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja

dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi

daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua

lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling

mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama

lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.

Page 98: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara

langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala

daerah dan wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai

politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu yang

memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau

memperoleh dukungan suara dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah

tertentu.

Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Komisi

Pemilihan Umum Daerah (KPUD) provinsi, kabupaten, dan kota

diberikan kewenangan sebagai penyelenggara pemilihan kepala

daerah. Agar penyelengaraan pemilihan dapat berlangsung dengan

baik, maka DPRD membentuk panitia pengawas. Kewenangan

KPUD provinsi, kabupaten, dan kota dibatasi sampai dengan

penetapan calon terpilih dengan berita acara yang selanjutnya

KPUD menyerahkan kepada DPRD untuk diproses pengusulannya

kepada Pemerintah guna mendapatkan pengesahan.

Dalam UU No 32 Tahun2004 terlihat adanya semangat

untuk melibatkan partisipasi publik. Di satu sisi, pelibatan publik

(masyarakat) dalam pemerintahan atau politik lokal mengalami

peningkatan luar biasa dengan diaturnya pemilihan kepala daerah

(Pilkada) langsung. Dari anatomi tersebut, jelaslah bahwa revisi

yang dilakukan terhadap UU No. 22 Tahun 1999 dimaksudkan

untuk menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang selama ini

muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sekilas UU No. 32

tahun 2004 masih menyisakan banyak kelemahan, tapi harus

diakui pula banyak peluang dari UU tersebut untuk menciptakan

good governance (pemerintahan yang baik).

Page 99: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

H. Implementasi Politik dan Strategi Nasional

Implementasi politik dan strategi nasional di bidang hukum:

1. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat

untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam

kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.

2. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu

dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum

adat serta memperbaharui perundang–undangan warisan

kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk

ketidakadilan gender dan ketidaksesuaianya dengan reformasi

melalui program legalisasi.

3. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin

kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum,

serta menghargai hak asasi manusia.

4. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional terutama yang

berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan

dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang–undang.

5. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat

penegak hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik

Indonesia, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat

dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan

prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.

6. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari

pengaruh penguasa dan pihak manapun.

7. Mengembangkan peraturan perundang–undangan yang

mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era

perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional.

8. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah,

murah dan terbuka, serta bebas korupsi dan nepotisme dengan

tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran.

Page 100: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

9. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta

meningkatkan perlindungan. Penghormatan dan penegakan hak

asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

10. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap

pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum

ditangani secara tuntas.

Implemetasi politk strategi nasional dibidang ekonomi.

1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu

pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip

persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi,

nilai–nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup,

pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan

bekerja, perlindungan hak–hak konsumen, serta perlakuan yang

adil bagi seluruh rakyat.

2. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta

menghindarkan terjadinya struktur pasar monopolistik dan

berbagai struktur pasar distortif, yang merugikan masyarakat.

3. Mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi

ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh

hambatan yang menganggu mekanisme pasar, melalui regulasi,

layanan publik, subsidi dan insentif, yang dilakukan secara

transparan dan diatur undang–undang.

4. Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas

kemanusiaan yang adil bagi masayarakat, terutama bagi fakir

miskin dan anak–anak terlantar dengan mengembangkan

sistem dan jaminan sosial melalui program pemerintah serta

menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat yang

pendistribusiannya dilakukan dengan birokrasi efektif dan

efisien serta ditetapkan dengan undang–undang.

Page 101: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

5. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai

kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif

berdasarkan keunggulan komperatif sebagai negara maritim

dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap

daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan,

kelautan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan

kerajinan rakyat.

6. Mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara

terkoordinasi dan sinergis guna menentukan tingkat suku bunga

wajar, tingkat inflasi terkendali, tingkat kurs rupiah yang stabil

dan realitis, menyediakan kebutuhan pokok terutama

perumahan dan pangan rakyat, menyediakan fasilitas publik

yang memadai dan harga terjangkau, serta memperlancar

perizinan yang transparan, mudah, murah, dan cepat.

7. Mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhatikan

prinsip transparasi, disiplin, keadilan, efisiensi, efektivitas, untuk

menambah penerimaan negara dan mengurangi

ketergantungan dana dari luar negeri.

8. Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien,

dan meningkatkan penerapan peraturan perundang–undangan

sesuai dengan standar internasional dan diawasi oleh lembaga

independen.

9. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah

untuk kegiatan ekonomi produktif yang dilaksanakan secara

transparan, efektif dan efisien. Mekanisme dan prosedur

peminjaman luar negeri harus dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat dan diatur dengan undang–undang.

10. Mengembangkan kebijakan industri perdagangan dan investasi

dalam rangka meningkatkan daya saing global dengan

membuka aksesibilitas yang sama terhadap kesempatan kerja

dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui

Page 102: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber

daya manusia dengan menghapus segala bentuk perlakuan

dikriminatif dan hambatan.

11. Memperdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi

agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan

menciptakan iklim usaha yang kondusif dan peluang usaha

yang seluas–luasnya. Bantuan fasilitas dari negara diberikan

secara selektif terutama dalam bentuk perlindungan dari

persaingan yang tidak sehat, pendidikan dan pelatihan,

informasi bisnis dan teknologi, permodalan, dan lokasi

berusaha.

12. Menata Badan Usaha Milik Negara secara efisien, transparan,

profesional terutama yang usahanya berkaitan dengan

kepentingan umum yang bergerak dalam penyediaan fasilitas

publik, indutri pertahanan dan keamanan, pengelolaan aset

strategis, dan kerja kegiatan usaha lainnya yang tidak dilakukan

oleh swasta dan koperasi. Keberadaan dan pengelolaan Badan

Usaha Milik Negara ditetapkan dengan undang–undang.

13. Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk

keterkaitan usaha untuk yang saling menunjang dan

menguntungkan antara koperasi, swasta dan Badan Usaha

Milik Negara, serta antar usaha besar dan kecil dalam rangka

memperkuat struktur ekonomi nasional.

14. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada

keragaman budaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya

lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi

dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga

yang terjangkau dengan memperhatikan peningkatan

pendapatan petani dan nelayan serta peningkatan produksi

yang diatur dengan undang–undang.

Page 103: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

15. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan

tenaga listrik yang relatif murah dan ramah lingkungan dan

secara berkelanjutan yang pengelolaannya diatur dengan

undang–undang.

16. Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan

pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil, transparan,

dan produktif dengan mengutamakan hak–hak rakyat setempat,

termasuk hak ulayat dan masyarakat adat, serta berdasarkan

tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang.

17. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana publik, termasuk transportasi, telekomunikasi, energi

dan listrik, dan air bersih guna mendorong pemerataan

pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga

terjangkau, serta membuka keterisolasian wilayah pedalaman

dan terpencil.

18. Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan

terpadu diarahkan pada peningkatan kompetensi dan

kemandirian tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjamin

kesejahteraan, perlindungan kerja dan kebebasan berserikat.

19. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja

ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi,

perlindungan dan pembelaan tenaga yang dikelola secara

terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja.

20. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan

ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa sendiri dalam dunia

usaha, terutama uasaha kecil, menengah dan koperasi guna

meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya

local.

21. Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses

pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan mengurangi

pengangguran, yang merupakan dampak krisis ekonomi.

Page 104: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

22. Mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna

membangkitkan sektor riil terutama pengusaha kecil, menengah

dan koperasi melalui upaya pengendalian laju inflasi, stabilitas

kurs rupiah pada tingkat yang realistis, dan suku bunga yang

wajar serta didukung oleh tersedianya likuiditas sesuai dengan

kebutuhan.

23. Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dengan mengurangi defisit anggaran melalui peningkatan

disiplin anggaran, pengurangan susidi dan pinjaman luar negeri

secara bertahap, peningkatan penerimaan pajak progresif yang

adil dan jujur , serta penghematan pengeluaran.

24. Mempercepat rekapitulasi sektor perbankan dan restrukturisasi

utang swasta secara transparan agar perbankan nasional dan

perusahaan swasta menjadi sehat, terpercaya, adil,dan efisien

dalam melayani masyarakat dan kegiatan perekonomian.

25. Melaksanakan restrukturisasi aset negara, terutama aset yang

berasal dari likuidasi perbankan dan perusahaan, dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara transparan dan

pelaksanaannya dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan

Rakyat, Pengelolaan aset negara diatur dengan undang–

undang.

26. Melakukan renegoisasi dan mempercepat restrukturisasi utang

luar negeri bersama–sama dengan Dana Moneter Internasional,

Bank Dunia, Lembaga Keuangan Internasional lainnya, dan

negara donor dengan memperhatikan kemampuan bangsa dan

negara, yang pelaksanaanya dilakukan secara transparan dan

dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

27. Melakukan secara proaktif negoisasi dan kerja sama ekonomi

bilateral dan multilateral dalam rangka meningkatkan volume

dan nilai ekspor terutama dari sektor industri yang berbasis

Page 105: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

sumber daya alam, serta menarik investasi finansial dan

investasi asing langsung tanpa merugikan pengusaha nasional.

28. Menyehatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik

Daerah terutama yang usahanya tidak berkaitan dengan

kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar

modal.

Implementasi politik strategi nasional di bidang politik

1. Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang bertumpu pada

kebhinekatunggalikaan. Untuk menyelesaikan masalah–

masalah yang mendesak dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, perlu upaya rekonsiliasi nasional

yang diatur dengan undang–undang.

2. Menyempurnakan Undang–Undang Dasar 1945 sejalan dengan

perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan

reformasi, dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan

bengsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan

Undang–Undang Dasar 1945.

3. Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan

lembaga–lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan

fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada

prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas

antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

4. Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedudukan

rakyat demokratis dan terbuka, mengembangkan kehidupan

kepartaian yang menghormati keberagaman aspirasi politik,

serta mengembangkan sistem dan penyelengaraan pemilu yang

demokratis dengan menyempurnakan berbagai peraturan

perundang–undangan dibidang politik.

Page 106: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

5. Meningkatkan kemandirian partai politik terutama dalam

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat serta

mengembangkan fungsi pengawasan secara efektif terhadap

kineja lembaga–lembaga negara dan meningkatkan efektivitas,

fungsi dan partisipasi organisasi kemasyarakatan, kelompok

profesi dan lembaga swadaya masyarakat dalam kehidupan

bernegara.

6. Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan

komprehensif kepada masyarakat untuk mengembangkan

budaya politik yaitu demokratis, menghormati keberagaman

aspirasi, dan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi

manusia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

7. Memasyarakatan dan menerapkan prinsip persamaan dan anti

diskriminatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

8. Menyelenggarakan pemilihan umum secara lebih berkualitas

dengan partisipasi rakyat seluas–luasnya atas dasar prinsip

demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan

beradab yang dilaksanakan oleh badan penyelenggara

independen dan nonpartisan selambat–lambatnya pada tahun

2004.

9. Membangun bangsa dan watak bangsa (nation and character

building) menuju bangsa dan masyarakat Indonesia yang maju,

bersatu, rukun, damai, demokratis, dinamis, toleran, sejahtera,

adil dan makmur.

10. Menindak lanjuti paradigma Tentara Nasional Indonesia dengan

menegaskan secara konsisten reposisi dan redefinisi Tentara

Nasional Indonesia sebagai alat negara dengan mengoreksi

peran politik Tentara Nasional Indonesia dalam bernegara.

Keikutsertaan Tentara Nasional Indonesia dalam merumuskan

Page 107: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

kebijaksanaan nasional dilakukan melalui lembaga tertinggi

negara Majelis Permusyawaratan Negara.

a. Politik luar negeri

1. Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif

dan berorientasi pada kepentingan nasional, menitikberatkan

pada solidaritas antar negara berkembang, mendukung

perjuangan kemerdekaan bangsa–bangsa, menolak penjajahan

dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa

dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

2. Dalam melakukan perjanjian dan kerja sama internasional yang

menyangkut kepentingan dan hajat hidup orang banyak harus

dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

3. Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri maupun

melakukan diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk

membangun citra positif Indonesia di dunia internasional,

memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga

negara dan kepentingan Indonesia serta memanfaatkan setiap

peluang positif bagi kepentingan nasional.

4. Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan

ekonomi dan pembangunan nasional, melalui kerjasama

ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas,

kerjasama, dan pembangunan kawasan.

5. Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk

menghadapi perdagangan bebas, terutama dalam

menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC, dan WTO.

6. Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara–negara

sahabat serta memperlancar prosedur diplomatik dalam upaya

melaksanakan ekstradisi bagian bagi penyelesaian perkara

pidana.

Page 108: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

7. Meningkatkan kerja sama dalam segala bidang dengan negara

tetangga yang berbatasan langsung dan kerjasama kawasan

ASEAN untuk memelihara stabilitas pembangunan dan

kesejahteraan.

b. Penyelenggara negara

1. Membersihkan penyelenggara negara dari praktek korupsi,

kolusi, dan nepotisme dengan memberikan sanksi seberat–

beratnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku,

meningkatkan efektivitas pengawasan internal dan fungsional

serta pengawasan masyarakat dengan mengembangkan etik

dan moral.

2. Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki

kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan

sistem karier berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan

penghargaan dan sanksi.

3. Melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan pejabat dan

pejabat pemerintahan sebelum dan sesudah memangku

jabatan dengan tetap menjunjung tinggi hak hukum dan hak

asasi manusia.

4. Meningkatkan fungsi dan keprofesionalan birokrasi dalam

melayani masyarakat dan akuntanbilitasnya dalam mengelola

kekayaan negara secara transparan bersih, dan bebas dari

penyalahgunaan kekuasaan.

5. Meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

untuk menciptakan aparatur yang bebas dari korupsi, kolusi,

nepotisme, bertanggung jawab profesional, produktif dan

efisien.

6. Memantapkan netralisasi politik pegawai negeri dengan

menghargai hak–hak politiknya.

Page 109: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

c. Komunikasi, informasi, dan media massa

1. Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalui media

massa modern dan media tradisional untuk mempercerdas

kehidupan bangsa memperkukuh persatuan dan kesatuan,

membentuk kepribadian bangsa, serta mengupayakan

keamanan hak pengguna sarana dan prasarana informasi dan

komunikasi.

2. Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui

penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi

guna memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi

tantangan global.

3. Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan

peningkatan kualitas dan kesejahteran insan pers agar

profesional, berintegritas, dan menjunjung tinggi etika pers,

supremasi hukum, serta hak asasi manusia.

4. Membangun jaringan informasi dan komunikasi antar pusat dan

daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam rangka

mendukung pembangunan nasional serta memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Memperkuat kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana penerapan khususnya di luar negeri dalam rangka

memperjuangkan kepentingan nasional di forum internasional.

d. Agama

1. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai

landasan moral, spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan

negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang–

undangan tidak bertentangan dengan moral agama.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui

penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih

Page 110: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

terpadu dan integral sehingga sistem pendidikan nasional

dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat

beragama sehingga tercipta suasana yang harmonis dan saling

menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog

antar umat beragama dan pelaksanaan pendidikan beragama

secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk tingkat Perguruan

Tinggi.

4. Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan

ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan

ibadah haji, dan pengelolaan zakat dengan memberikan

kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dalam penyelenggaraan.

5. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga–lembaga keagamaan

dalam ikut mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam

semua aspek kehidupan untuk memperkokoh jati diri dan

kepribadian bangsa serta memperkuat kerukunan hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

e. Pendidikan

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat

Indonesia menuju terciptanya nilai–nilai universal termasuk

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka

mendukung terpeliharanya kerukunan hidup bermasyarakat dan

membangun peradaban bangsa.

2. Merumuskan nilai–nilai kebudayaan Indonesia, sehingga

mampu memberikan rujukan sistem nilai terhadap totalitas

perilaku kehidupan ekonomi, politik, hukum dan kegiatan

kebudayaan dalam rangka pengembangan kebudayaan

nasional dan peningkatan kualitas berbudaya masyarakat.

Page 111: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

3. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai–nilai budaya dalam

rangka memilah–milah nilai budaya yang kondusif dan serasi

untuk menghadapi tantangan pembangunan bangsa di masa

depan.

4. Mengembangkan kebebasan berkreasi dalam berkesenian

untuk mencapai sasaran sebagai pemberi inspirasi bagi

kepekaan rasa terhadap totalitas kehidupan dengan tetap

mengacu pada etika, moral, estetika dan agama, serta

memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak cipta

dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.

5. Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat

sebagai media massa kreatif yang memuat keberagaman jenis

kesenian untuk meningkatkan moralitas agama serta

kecerdasan bangsa, pembentukan opini publik yang positif dan

peningkatan nilai tambah secara ekonomi.

6. Melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan

tradisional serta menggalakan dan memberdayakan sentra–

sentra kesenian untuk merangsang berkembangnya kesenian

nasional yang lebih kreatif dan inovatif sehingga menumbuhkan

rasa kebanggaan nasional.

7. Menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia

sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata nasional dan

mempromosikannya ke luar negeri secara konsisten sehingga

dapat menjadikan wahana persahabatan antar bangsa.

8. Mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang

utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris

dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, ergonomis,

sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak

merusak lingkungan.

Kedudukan dan Peranan Perempuan.

Page 112: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

1. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional

yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan

terwujudnya kesetaraan keadilan gender.

2. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi

perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan

kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan,

dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan

serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Pemuda dan Olahraga

1. Menumbuhkan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas

manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

kebugaran yang cukup, yang harus dimulai sejak usia dini

melalui pendidikan olah raga di sekolah dan masyarakat.

2. Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga

prestasi harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif

melalui lembaga–lembaga pendidikan sebagai pusat

pembinaan di bawah koordinasi masing–masing organisasi

olahraga termasuk organisasi penyandang cacat bersama-

sama dengan masyarakat demi tercapainya sasaran yang

membanggakan di tingkat internasional.

3. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda

dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat

dengan memberikan kesempatan dan kebebasan

mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka sebagai

wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang

beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, patriotis, demokratis,

mandiri dan tanggap terhadap aspirasi rakyat.

4. Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan di

kalangan generasi yang berdaya saing, unggul dan mandiri.

Page 113: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

5. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya distruktif

terutama bahaya penyalahgunaan narkotika, obat–obat

terlarang dan zat adiktif lainnya (narkoba) melalui gerakan

pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan

bahaya penyalahgunaan narkoba.

Pembangunan Daerah.

1. Secara umum Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan

bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan

masyarakat, lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga

hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga

swadaya masyarakat, serta seluruh masayrakat dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi daerah

bagi daerah propinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan

desa.

c. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif

dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi

ekonomi daerah serta memperhatikan penataan ruang, baik

fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan

pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan

ekonomi daerah.

d. Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka

pemberdayaan masyarakat terutama petani dan nelayan

melalui penyediaan prasarana, pembangunan sistem

agribisnis, indutri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan

kelembagaan penguasaan teknologi, dan pemanfaatan

sumber daya alam.

e. Mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan

daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan

Page 114: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

daerah yang lebih luas melalui desentralisasi perizinan dan

investasi serta pengelolaan sumber daya.

f. Memberdayakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

rangka melaksanakan fungsi dan perannya guna

memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah yang luas,

nyata dan bertanggung jawab.

g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah

sesuai dengan potensi dan kepentingan daerah melalui

penyediaan anggaran pendidikan yang memadai.

h. Meningkatkan pembangunan di seluruh daerah terutama di

kawasan timur Indonesia, daerah perbatasan dan wilayah

tertinggal lainnya dengan berlandaskan pada prinsip

desentralisasi dan otonomi daerah.

2. Secara khusus pengembangan otonomi daerah di dalam wadah

negara Kesatuan Republik Indonedia, adalah untuk

menyesuaikan secara adil dan menyeluruh permasalahan di

daerah yang memerlukan penanganan secara khusus dan

bersungguh–sungguh, maka perlu ditempuh langkah–langkah

sebagai berikut :

a. Daerah Istimewa Aceh

- Mempertahankan integritas bangsa dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan menghragai

kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya

masyarakat Aceh, melalui penetapan Daerah Istimewa

Aceh sebagai daerah otonomi khusus yang diatur

dengan undang–undang.

- Menyelesaikan kasus Aceh secara berkeadilan dan

bermartabat dengan melakukan pengusutan dan

pengadilan yang jujur bagi pelanggar hak asasi manusia,

baik selama pemberlakuan Daerah Operasi Militer

maupun paska pemberlakuan Daerah Operasi Militer.

Page 115: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

b. Irian Jaya

- Mempertahankan integritas bangsa dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia dengan menghargai

kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya

masyarakat Irian Jaya, melalui penetapan daerah otonomi

khusus yang diatur dengan undang–undang.

- Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia di

Irian Jaya melalui proses pengadilan yang jujur dan

bermartabat.

c. Maluku.

Menugaskan Pemerintah untuk segera melaksanakan

penyelesaian konflik sosial yang berkepanjangan secara

adil, nyata dan menyeluruh serta mendorong masyarakat

yang bertikai agar pro-aktif melakukan rekonsiliasi untuk

mempertahankan dan memantapkan integritas nasional.

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

1. Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya

agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari

generasi ke generasi.

2. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan

lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi,

dan penghematan penggunaan, dengan menerapkan teknologi

ramah lingkungan.

3. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan

sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan

sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga, yang diatur dengan

undang–undang.

4. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar–besarnya

kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi

Page 116: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang

berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat

lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya diatur

dengan undang–undang.

5. Menerapkan indikator–indikator yang memungkinkan

pelestarian kemampuan pembaharuan dalam pengelolaan

sumber daya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah

kerusakan yang tidak dapat balik.

Implementasi di bidang pertahanan dan keamanan.

1. Menata Tentara Nasional Indonesia sesuai paradigma baru

secara konsisten melalui reposisi, redefinisi, dan reaktualisasi

peran Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara untuk

melindungi, memelihara dan mempertahankan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap ancaman dari

luar dan dalam negeri, dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia dan memberikan darma baktinya dalam membantu

menyelenggarakan pembangunan.

2. Mengembangkan kemampuan sistem pertahanan keamanan

rakyat semesta yang bertumpu pada kekuatan rakyat dengan

Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Repuiblik

Indonesia sebagai kekuatan utama didukung komponen lainnya

dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara dengan

meningkatkan kesadaran bela negara melalui wajib latih dan

membangun kondisi juang, serta mewujudkan kebersamaan

Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan rakyat.

3. Meningkatkan kualitas keprofesionalan Tentara Nasional

Indonesia, meningkatkan rasio kekuatan komponen utama serta

mengembangkan kekuatan pertahanan keamanan negara ke

Page 117: BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANtrikanti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63565/KEWARGANEG… · BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN A. Latar Belakang Pendidikan

wilayah yang di dukung dengan sarana, prasarana, dan

anggaran yang memadai.

4. Memperluas dan meningkatkan kualitas kerja sama bilateral

bidang pertahanan dan keamanan dalam rangka memelihara

stabilitas keamanan regional dan turut serta berpartisipasi

dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia.

5. Menuntaskan upaya memandirikan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam rangka pemisahan dari Tentara Nasional

Indonesia secara bertahap dan berlanjut dengan meningkatkan

keprofesionalannya, sebagi alat negara penegak hukum,

pangayom dan pelindung masyarakat selaras dengan perluasan

otonomi daerah.