157
BAB I PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PENDAHULUAN eselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan. Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). K

BAB I PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 2. 1. · KESEHATAN KERJA PENDAHULUAN eselamatan dan kesehatan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB I

    PENGERTIAN KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA

    PENDAHULUAN

    eselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah

    sakit dan fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan.

    Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan

    dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat

    kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber

    “best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti

    National Institute for Occupational Safety and Health

    (NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the

    Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the

    US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data

    tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari

    laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC),

    41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan

    oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih

    besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei

    yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota

    memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle

    sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan

    tergores (21%).

    K

  • 2

    Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami stres,

    yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan

    kecelakaan. Ketegangan otot dan keseleo merupakan

    representasi dari low back injury yang banyak didapatkan

    dikalangan petugas rumah sakit.

    I.1 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

    KERJA (K3)

    Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

    adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat

    kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,

    sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan

    kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

    Pokok bahasan hakikat keselamatan dan kesehatan kerja

    (K3) merupakan pengenalan dan dasar dari keselamatan dan

    kesehatan kerja. Hal ini disebabkan keselamatan dan

    kesehatan kerja harus diaplikasikan di semua bidang baik di

    perkantoran, rumah sakit maupun pabrik sehingga dapat

    dikatakan ilmu K3 merupakan ilmu yang universal.

    Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran

    dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

    jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan

    kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat

    melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman serta

    mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan

    yang tinggi.

    Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan

    upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman,

    nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-

  • 3

    tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting

    untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tanpa

    terkecuali proyek pembangunan gedung seperti apartemen,

    hotel, mall dan lain-lain, karena penerapan K3 dapat

    mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan

    maupun penyakit akibat melakukan kerja. Smith dan Sonesh

    (2011) mengemukakan bahwa pelatihan kesehatan dan

    kelelamatan kerja (K3) mampu menurunkan resiko terjadinya

    kecelakaan kerja. Semakin besar pengetahuan karyawan akan

    K3 maka semakin kecil terjadinya resiko kecelakaan kerja,

    demikian sebaliknya semakin minimnya pengetahuan

    karyawan akan K3 maka semakin besar resiko terjadinya

    kecelakaan kerja.

    Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi

    manajemen dalam upaya penerapan Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi

    penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin

    meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian akibat

    kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam

    proses produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif,

    menyeluruh, dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan.

    Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu

    untuk meningkatkan semangat pekerja dan memungkinkan

    mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi.

    Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai

    suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

    kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

    khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

    budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.

    Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu

  • 4

    pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

    kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

    Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan

    dengan proses produksi baik jasa maupun industry:

    1. Keselamatan Kerja

    Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian

    dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses

    pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya

    serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja

    memiliki sifat sebagai berikut:

    a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.

    b. Bersifat teknik.

    Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene

    Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang

    hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal

    Occupational Safety and Health.

    2. Kesehatan Kerja

    Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu

    kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja

    bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan

    juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan

    lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek

    kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan

    bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan

  • 5

    gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,

    perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke

    arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya

    penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

    Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981)

    ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut.

    a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia

    (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus,

    bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi,

    pendidikan, pekerjaan).

    b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

    c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,

    pencegahan kecacatan, rehabilitasi.

    d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

    I.3 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

    Kedokteran

    Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu

    kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan

    agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh

    derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau

    mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan

    kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan

    kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

    lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

    Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan

    sekadar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan

    juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang

    dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at

    work).

  • 6

    Keselamatan kerja sama dengan hygene perusahaan.

    Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

    a Sasarannya adalah manusia.

    b Bersifat medis.

    Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak

    tempat kerja atau material-material yang digunakan,

    memiliki risiko masing-masing terhadap kesehatan pekerja.

    Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami

    karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan

    reaksi tubuh terhadap material tersebut untuk meminimasi

    risiko material terhadap kesehatan.

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan

    sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

    keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani

    tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,

    hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur

    dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan

    adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam

    usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

    penyakit akibat kerja.

    Perkembangan pemba-ngunan setelah Indonesia

    merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan

    intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya

    resiko kecelakaan di lingkungan kerja. (Ramli, 2010).

    Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6

    Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:

    a Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan

    produktivitas kerja yang optimal.

  • 7

    b Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja,

    pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan

    kerja.

    c Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan

    kerja.

  • 8

    BAB II

    PROGRAM KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA

    Latar Belakang

    iaya kemanusiaan, sosial dan ekonomi dari kecelakaan

    kerja, luka-luka dan penyakit dan bencana industri

    utama telah lama menjadi perhatian bagi semua

    tingkat dari tempat kerja individu hingga nasional dan

    internasional. Langkah-langkah dan strategi yang dirancang

    untuk mencegah, mengendalikan, mengurangi atau

    menghilangkan bahaya dan risiko akibat pekerjaan telah

    dikembangkan dan diterapkan terus menerus selama

    bertahun-tahun. Namun, meski terus berlanjut jika

    perbaikannya lambat, kecelakaan dan penyakit akibat kerja

    masih terlalu sering terjadi dan biaya untuk penderitaan

    manusia dan beban ekonomi terus meningkat secara

    signifikan. Proporsi kematian tertinggi ini disebabkan oleh

    kanker, penyakit peredaran darah dan serebrovaskular, dan

    beberapa penyakit menular. Tingkat kecelakaan kerja secara

    keseluruhan tahunan, fatal dan tidak fatal, diperkirakan

    mencapai 270 juta. Sekitar 160 juta pekerja menderita

    penyakit terkait pekerjaan dan sekitar dua pertiga dari mereka

    tidak bekerja selama empat hari kerja atau lebih lama

    B

  • 9

    hasilnya. Setelah kanker yang berhubungan dengan pekerjaan,

    penyakit peredaran darah dan penyakit menular tertentu,

    kecelakaan kerja yang tidak disengaja adalah penyebab utama

    keempat kematian terkait pekerjaan.

    Keselamatan dan kesehatan kerja adalah area yang

    berkaitan dengan pengembangan, promosi, dan pemeliharaan

    lingkungan tempat kerja, kebijakan dan program yang

    menjamin kesejahteraan karyawan mental, fisik, dan

    emosional, serta menjaga lingkungan tempat kerja yang relatif

    bebas dari aktual. atau potensi bahaya yang bisa melukai

    karyawan. Kesehatan kerja memerlukan promosi dan

    pemeliharaan tingkat kesehatan fisik dan mental tertinggi dan

    kesejahteraan sosial pekerja di semua pekerjaan. Dalam

    konteks ini, antisipasi, pengakuan, evaluasi dan pengendalian

    bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja yang dapat

    mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja merupakan

    prinsip dasar proses yang mengatur penilaian dan pengelolaan

    risiko kerja. Pelatihan kesehatan dan keselamatan pekerja

    merupakan bagian penting dari program kesehatan dan

    keselamatan kerja.

    Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit

    akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat

    dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan

    nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja

    yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan

    produktivitas kerja karyawan meningkat. Memperhatikan hal

    tersebut, maka program K3 dan produktivitas kerja karyawan

    menjadi penting untuk dikaji, dalam tujuannya mencapai visi

    dan misi perusahaan.

  • 10

    Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor yang dapat

    dicegah yang dapat dieliminasi dengan menerapkan metode

    dan metode yang sudah dikenal. Hal ini ditunjukkan dengan

    terus mengurangi tingkat kecelakaan di negara-negara

    industri. Oleh karena itu penerapan strategi pencegahan

    menawarkan manfaat ekonomi dan manusia yang signifikan.

    II.1 Pengertian Program K3

    Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tertulis

    menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

    No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 sebagai berikut :

    pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan perilaku K3RS,

    pengembangan SDM K3RS, pengembangan pedoman,

    petunjuk teknis dan standard operational procedure (SOP)

    K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat

    kerja, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan keselamatan

    kerja, pengembangan program pemeliharaan pengelolaan

    limbah padat, cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan beracun

    berbahaya dan barang berbahaya, pengembangan manajemen

    tanggap darurat, pengumpulan, pengolahan, dokumentasi

    data dan pelaporan kegiatan K3, dan review progam tahunan.

    Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

    di rumah sakit tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik

    daripihak perawat maupun pihak manajemen atas dalam

    melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk

    mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit.

    Keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan

    melestarikan dan melindungi sumber daya manusia dan

    fasilitas di tempat kerja. Praktisi di lapangan berusaha

  • 11

    mencegah kematian dan luka yang tidak perlu bagi pekerja. Ini

    melibatkan lebih dari aktivitas pertolongan pertama dan

    sangat luas dalam lingkup dan praktik. Keselamatan dan

    kesehatan kerja melibatkan membantu orang-orang dengan

    mencegah mereka terluka atau menjadi sakit karena bahaya di

    tempat kerja mereka. Keselamatan dan kesehatan kerja juga

    merupakan bidang dimana profesional berusaha mencegah

    bencana. Ketika mereka melakukan preinspeksi, profesional

    keselamatan dapat mencegah ledakan atau kebakaran yang

    dapat menghancurkan seluruh bangunan. Keselamatan dan

    kesehatan kerja juga merupakan fungsi manajemen dalam

    sebuah organisasi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

    dan efisiensi. K3 mencoba untuk menghilangkan kerusakan,

    pemborosan, dan biaya properti dan fasilitas yang mengurangi

    kemampuan organisasi untuk beroperasi secara

    menguntungkan. Dalam prakteknya, keselamatan dan

    kesehatan kerja mencakup masalah moral dan ekonomi. Ada

    juga dorongan hukum bagi perusahaan untuk

    mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja.

    Pada tahun 1950, ILO / WHO Committee on

    Occupational Health menyatakan bahwa "Kesehatan kerja

    harus ditujukan pada promosi dan pemeliharaan tingkat

    kesehatan fisik, mental dan sosial tertinggi pekerja di semua

    pekerjaan; pencegahan di antara pekerja keberangkatan dari

    kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka;

    perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari risiko yang

    disebabkan oleh faktor-faktor yang merugikan kesehatan;

    penempatan dan pemeliharaan pekerja di lingkungan kerja

    yang disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan

  • 12

    psikologisnya ". Singkatnya: "adaptasi kerja terhadap manusia,

    dan masing-masing orang terhadap pekerjaannya.

    II.2 Tujuan Program K3

    Program K3 bertujuan untuk melindungi keselamatan

    dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah

    Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan

    masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja

    setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

    resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban

    kerja, dan lingkungan kerja.

    Pernyataan Kebijakan Kesehatan Kerja menetapkan

    bahwa semua karyawan harus diberi lingkungan kerja yang

    aman dan sehat. Penilaian kesehatan dan rekomendasi

    kesehatan kerja diperlukan untuk tugas pekerjaan spesifik

    berdasarkan jenis bahaya termasuk bahaya bio yang ada di

    lingkungan kerja. Program Kesehatan Kerja bertujuan untuk

    mencapai hal berikut:

    a. Sesuai dengan standar kesehatan kerja yang ditetapkan

    oleh badan pengatur dan badan pemberian dan akreditasi;

    b. Meyakinkan bahwa karyawan secara fisik dapat melakukan

    pekerjaan mereka;

    c. Mencegah dan mendeteksi penyakit dan penyakit akibat

    terpapar bahaya kesehatan yang mungkin terjadi di

    lingkungan kerja;

    d. Menetapkan panduan kesehatan kerja untuk vaksinasi,

    pengawasan medis, dan respon paparan; dan

    e. Menetapkan etapkan data kesehatan dasar untuk

    perbandingan di masa mendatang.

  • 13

    Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja

    termasuk membina lingkungan kerja yang aman dan sehat.

    Tujuan mendasar dari program keselamatan yang efektif

    adalah untuk menghilangkan atau mengurangi risiko

    keselamatan sebelum pekerjaan dimulai. Untuk mencapai

    tujuan ini, penting untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

    bahaya sebelum memulai pekerjaan. Bahaya yang tidak

    dikenali mungkin berpotensi menimbulkan kecelakaan

    bencana yang tak terduga. Pekerja yang tidak dapat

    memahami bahaya keamanan tidak dapat merespons atau

    bersikap aman karena mereka tidak menyadari akibat yang

    mungkin timbul akibat tindakan mereka.

    II.4 Program K3

    Program K3 yang harus diterapkan yaitu:

    1) Pengembangan kebijakan K3RS

    a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;

    b. Merencanakan program K3RS selama 3 tah un ke depan,

    (setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan

    kebutuhan)

    2) Pembudayaan perilaku K3RS

    a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah

    Sakit, baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun

    pengantar pasien/ pengunjung Rumah Sakit;

    b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik

    melalui film, leaflet, poster, pamflet dll;

    c. Promosi K3 pad a setiap pekerja yang bekerja disetiap

    unit RS dan pada para pasien serta para pengantar

    pasien/ pengunjung Rumah Sakit.

    3) Pengembangan SDM K3RS

  • 14

    a. Pelatihan umum K3RS

    b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah

    Sakit per unit Rumah Sakit; c.

    c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal,

    pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang

    berkaitan dengan K3.

    4) Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard

    Operational Procedure (SOP) K3RS

    a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;

    b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan

    kerja;

    c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan

    keselamatan kerja ;

    d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di

    RS;

    e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan

    penanggulangan kebakaran;

    f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan

    lingkungan Rumah Sakit;

    g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan

    pengelolaan limbah Rumah Sakit;

    h. petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan

    penanggulangan bencana;

    i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;

    j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;

    k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan

    Berbahaya (B3);

    l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing

    unit kerja Rumah Sakit

  • 15

    5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat

    kerja

    a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat

    kerja yang dianggap berisiko dan berbahaya,

    area/tempat kerja yang belum melaksanakan program

    K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan

    program K3RS, area/tempat kerja yang sudah

    melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan

    program K3RS); .

    b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan

    observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan

    kuesioner, checklist dan eva luasi lingkungan tempat

    kerja secara rinci).

    6) Pelayanan kesehatan kerja

    a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,

    pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan

    kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;

    b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta

    rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita

    sakit;

    c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)

    dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit;

    d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada

    SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja

    yang berisiko dan berbahaya;

    e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.

    7) Pelayanan keselamatan kerja

    a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan

    sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah

    Sakit;

  • 16

    b. Pembinaan dan pengawasa n perlengkapan keselamatan

    kerja di Rumah Sakit;

    c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,

    prasarana dan peralatan Rumah Sakit;

    d. Pengadaan peralatan K3RS.

    8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah

    padat. cair dan gas

    a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan

    limbah padat, cair dan gas;

    b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.

    9) Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang

    berbahaya

    a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang

    berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996);

    b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan,

    penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi

    kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan

    Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar

    Data Pengaman (LOP);. lembar informasi dari pabrik

    tentang sifat khusus (fisik/ kimia) dari bahan, cara

    penyimpanan, risiko pajanan dan cara penanggulangan

    bila terjadi kontaminasi.

    10) Pengembangan manajemen tanggap darurat

    a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya,

    membentuk tim tanggap darurat, menetapkan

    prosedur pengendalian, pelatihan dll);

    b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;

    c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas

    tanggap darurat;

  • 17

    d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan

    berbahaya serta membuat denahnya (Iaboratorium,

    rontgen, farmasi, CSSO, kamar operasi, genset, kamar

    isolasi penyakit menular dll);

    e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat!

    bencana;

    f. kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya

    pencegahan dan pengendalian bencana pada

    tempattempat yang berisiko tersebut;

    g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar

    untuk evakuasi apabila terjadi bencana;

    h. Memberikan Alat Pelindung Oiri (APO) pada petugas

    di tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca

    mata, sarung tangan dll);

    i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SOM Rumah

    Sakit;

    j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan

    eksternal tanggap darurat Rumah Sakit;

    k. sistem tanggap darurat.

    11) Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan

    pelaporan kegiatan K3

    a. prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan

    kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk

    format pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan

    kebutuhan);

    b. sistem pelapor. n kejadian dan tindak lanjutnya (alur

    pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP

    pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris

    celaka (near miss) dan celaka);

    c. Pendokumentasian data;

  • 18

    Data seluruh SDM Rumah Sakit;

    Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;

    Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;

    Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :

    - Sebelum bekerja (awal) (orang)

    - Berkala (orang)

    - Khusus (orang)

    Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;

    Angka absensi SDM Rumah Sakit;

    Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;

    Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit;

    Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah

    Sakit;

    Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar

    Rumah Sakit;

    Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

    Kasus penyakit akibat kerja (pekerja Luar Rumah Sakit);

    Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

    Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah

    Sakit);

    Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);

    Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit);

    Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;

    Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;

    Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;

    Data perizinan;

    Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;

    Data pelatihan dan sertifikasi;

  • 19

    Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan

    pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur);

    Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM

    Rumah Sa kit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien;

    Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal

    kesehatan kerja, sudah dilatih Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis

    PAK;

    Data kegiatan pemantauan APD Uenis, jumlah, kondisi

    dan penggunaannya);

    Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja

    dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja

    Rumah Sakit).

    12) Review program tahunan

    a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan

    instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit;

    b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara

    langsung, observasi sing kat, survey tertulis dan

    kuesioner, dan evaluasi ulang; c. Analisis biaya terhadap

    SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan

    kecelakaan akibat kerja;

    c. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.

    Komitmen manajemen memberikan kekuatan

    pendorong dan sumber daya untuk mengatur dan

    mengendalikan aktivitas dengan organisasi. Dalam sebuah

    program yang efektif, manajemen menganggap keselamatan

    dan kesehatan pekerja sebagai nilai fundamental organisasi

    dan menerapkan komitmennya terhadap perlindungan

    keselamatan dan kesehatan dengan semangat yang sama

    seperti pada tujuan organisasi lainnya.

  • 20

    a. Bagian pertama dari program keselamatan dan kesehatan

    menyeluruh harus menjadi kebijakan tertulis dari

    manajemen puncak dan dukungan yang nyata untuk

    menyelesaikan program keamanan dan kesehatan.

    Kebijakan tertulis adalah landasan program. Tanggung

    jawab ditugaskan dan dikomunikasikan untuk semua aspek

    program dan manajer bertanggung jawab atas kinerja

    keselamatan.

    b. Keterlibatan karyawan menyediakan sarana untuk

    mengembangkan dan / atau mengekspresikan komitmen

    mereka terhadap perlindungan keselamatan dan kesehatan

    kerja, untuk diri mereka sendiri dan rekan kerja mereka.

    Mereka termasuk dalam tahap awal pengembangan dan

    pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dan

    berbagi tanggung jawab untuk itu. Tanggung jawab mereka

    diuraikan secara tertulis. Keterlibatan karyawan termasuk

    masukan karyawan dalam penulisan program awal.

    Karyawan memiliki gagasan dan saran tentang bagaimana

    program dibentuk dan komponennya. Karena mereka lebih

    dekat dengan pekerjaan dan bahaya pekerjaan daripada

    manajemen, karena mereka dapat memberikan wawasan

    yang mungkin tidak pernah terpenuhi pada seseorang yang

    belum benar-benar melakukan pekerjaan itu. Dengan

    memasukkan karyawan dalam prosesnya, manajemen

    cenderung memiliki '' buy-in '' dan partisipasi aktif oleh

    mereka.

    c. Program juga harus mencakup bagian tentang analisis di

    tempat kerja. Analisis tempat kerja melibatkan berbagai

    pemeriksaan di tempat kerja, untuk mengidentifikasi tidak

    hanya bahaya yang ada tetapi juga kondisi dan operasi di

  • 21

    mana perubahan mungkin terjadi untuk menciptakan

    bahaya. Kurangnya kesadaran akan bahaya, yang berasal

    dari kegagalan untuk memeriksa lokasi kerja, adalah

    kebijakan keamanan dan kebijakan kesehatan dan / atau

    tindakan pencegahan berkala. Manajemen yang efektif

    secara aktif menganalisis pekerjaan dan tempat kerja,

    untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bahaya. Hal

    ini memerlukan pemeriksaan berkala terhadap tempat

    kerja melalui inspeksi, audit, dan penerapan alat

    keselamatan lainnya seperti analisis keselamatan kerja.

    d. Selanjutnya, pencegahan dan pengendalian bahaya dipicu

    oleh penentuan bahaya atau potensi bahaya yang ada. Bila

    memungkinkan, bahaya dicegah dengan desain tempat

    kerja atau pekerjaan yang efektif. Bila tidak memungkinkan

    untuk menghilangkannya, mereka dikendalikan untuk

    mencegah pemaparan yang tidak aman dan tidak sehat.

    Setelah bahaya atau bahaya potensial dikenali, eliminasi

    atau kontrol dilakukan pada waktu yang tepat. Teknik

    untuk mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya harus

    didiskusikan dalam program.

    e. Terakhir, pelatihan menangani tanggung jawab

    keselamatan dan kesehatan semua personil yang terkait

    dengan situs ini, baik yang digaji atau per jam. Sertakan

    pelatihan ini ke dalam sesi mengenai persyaratan kinerja

    dan praktik kerja. Kerumitan pelatihan tergantung pada

    ukuran dan kompleksitas tempat kerja dan sifat bahaya dan

    potensi bahaya di lokasi.

    Adanya program kesehatan yang baik akan

    menguntungkan para pekerja secara material, karena mereka

    akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang

  • 22

    menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu

    bekerja lebih lama berartilebih produktif. Kesehatan kerja

    dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerjayang

    sehat.

    Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam

    mengembangkan dan mengimplementasikan program K3

    adalah sebagai berikut:

    1) Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program

    yang mudah dilaksanakan.

    2) Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja (K3).

    3) Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin

    terciptanya K3 dalam bekerja.

    4) Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung.

    5) Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek

    berlangsung.

    6) Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan.

    7) Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.

    8) Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya

    kecelakaan kerja.

    9) Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan

    kerja.

    10) Pendokumentasian yang memadai dan pencacatan

    kecelakaan kerja secara kontinu.

    Ada beberapa faktor penerapan program kesehatan dan

    keselamatan, diantaranya adalah:

    1) Keadaan Lingkungan Kerja

    a. Persiapan dan penyimpanan barang-barang berbahaya

    harus dipertimbangkan keamanannya.

  • 23

    b. Ruang kerja terlalu ramai dan padat dikondisikan.

    2) Pengaturan Udara

    a. Perubahan udara di ruang kerja pasti bagus.

    b. Suhu udara harus dikondisikan

    3) Pencahayaan

    a. Pengaturan dan gunakan sumber cahaya yang tepat

    b. Ruang kerja cukup terang

    4) Penggunaan Peralatan Kerja

    a. Peralatan keselamatan harus merupakan pekerjaan yang

    baik dan layak.

    b. Penggunaan mesin dan perangkat elektronik harus

    dengan keamanan yang baik.

    5) Kondisi Fisik dan Mental Karyawan

    a. Alat indra dan stamina karyawan harus stabil.

    b. Emosi karyawan harus stabil, motivasi kerja tinggi, sikap

    dan kecerobohan karyawan tidak cukup pengetahuan

    dalam penggunaan fasilitas kerja, terutama fasilitas kerja

    yang membawa risiko bahaya.

    II.5 Manfaat Program K3

    Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat

    membantu membawa "budaya keselamatan" ke rumah sakit,

    dengan potensi keuntungan bagi keselamatan pekerja dan

    pasien. Dengan program keselamatan dan kesehatan kerja,

    melindungi keselamatan dan kesehatan berawal dari aktivitas

    terisolasi dan sporadis menjadi satu yang terintegrasi ke dalam

    semua proses dan aktivitas bisnis dan operasional.

    Keselamatan dan kesehatan tidak didelegasikan kepada hanya

    sedikit orang - ini didistribusikan ke seluruh angkatan kerja

    dan didukung oleh tanggung jawab, komitmen, dan perhatian

  • 24

    manajemen yang signifikan. Setiap orang mengambil alih

    tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan

    organisasi. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

    membantu memastikan bahwa bahaya telah diidentifikasi

    sebelumnya, pengendalian yang efektif diterapkan, orang-

    orang dilatih dan diberdayakan dengan memadai, dan proses

    kerja dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang

    memberikan kinerja keselamatan dan kesehatan yang lebih

    konsisten.

    Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu

    rumah sakit menyadari berbagai manfaat:

    a. Lebih sedikit luka, penyakit, dan infeksi.

    b. Mengurangi biaya klaim kompensasi pekerja dan

    menurunkan premi asuransi kesehatan.

    c. Kurangnya absensi dan tingkat pengembalian bekerja yang

    lebih tinggi setelah cedera atau penyakit.

    d. Perbaikan praktik kerja, yang menyebabkan peningkatan

    efisiensi dan keamanan dan kepuasan pasien yang lebih

    besar.

    e. Kepuasan kerja, moral, dan retensi karyawan yang lebih

    tinggi.

    f. Peningkatan reputasi.

    Rumah sakit menemukan bahwa praktik yang diadopsi

    di bawah sistem manajemen untuk memperbaiki keselamatan

    pekerja membantu mereka mengadopsi dan memperkuat

    praktik yang memperbaiki keselamatan pasien juga. Mereka

    melihat biaya dari cedera dan penyakit pada pasien dan

    karyawan menurun. Banyak studi kasus dan praktik terbaik

    yang disorot dalam publikasi ini menggambarkan efek sinergis

    semacam ini.

  • 25

    II.6 PENUTUP

    Kesimpulan

    Program K3 bertujuan untuk melindungi keselamatan

    dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah

    Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan

    masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja

    setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

    resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban

    kerja, dan lingkungan kerja. Adanya program kesehatan yang

    baik akan menguntungkan para pekerja secara material,

    karena mereka akan lebih jarang absen bekerja dengan

    lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan

    akan mampu bekerja lebih lama berartilebih produktif.

    Kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan

    lingkungan kerjayang sehat.

    3.1. Saran

    Penulis berharap dengan adanya makalah ini tenaga

    kesehatan khususnya mahasiswa kedokteran gigi dapat

    mengetahui program K3 sehingga dapat menerapkannya di

    kehidupan sehari-hari.

    BAB III

  • 26

    DASAR – DASAR ENVIROMENTAL

    HEALTH

    Latar Belakang

    esehatan lingkungan atau environmental health

    merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

    kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur

    penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di

    mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya

    untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga

    untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja

    dan belajar.

    Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada

    pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan

    pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan,

    sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini

    masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan

    kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu

    bersikap yang semestinya). Masa datang kita dihadapkan

    dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih

    kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik

    dengan jenjang pendidikan yang memadai. Di samping itu

    dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya

    teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan

    upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari

    pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan,

    Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif

    menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.

    K

  • 27

    III.1 Konsep dan batasan kesehatan lingkungan

    (environmental health)

    Pengertian kesehatan

    Definisi kesehatan menurut World Health Organization

    (WHO) saat ini, yang dirumuskan pada tahun 1948,

    menggambarkan kesehatan sebagai " keadaan yang meliputi

    kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti

    suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan”.1

    Pengertian lingkungan

    Lingkungan adalah semua faktor fisik, kimia dan biologi

    yang berada di luar host manusia, serta faktor-faktor yang

    mempengaruhi perilaku terkait, namun tidak termasuk

    lingkungan alami yang tidak dapat dimodifikasi secara wajar.2

    Pengertian kesehatan lingkungan (environmental

    health)

    World Health Organization (WHO) memberikan definisi

    kesehatan lingkungan atau environmental health sebagai

    berikut :

    Kesehatan Lingkungan terdiri dari aspek-aspek

    kesehatan manusia, termasuk kualitas hidup, yang ditentukan

    oleh faktor fisik, kimia, biologi, sosial, dan psikososial di

    lingkungan. Ini juga mengacu pada teori dan praktik untuk

    menilai, memperbaiki, mengendalikan, dan mencegah faktor-

    faktor di lingkungan yang berpotensi mempengaruhi

    kesehatan generasi sekarang dan masa depan.3

    III.2 Ruang lingkup kesehatan lingkungan

    (environmental health)

  • 28

    Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan

    lingkungan, yaitu :4

    a. Penyediaan air minum, berkeaitan dengan penyediaan air

    bersih yang aman yang mudah diakses oleh pengguna, dan

    perencanaan, perancangan, pengelolaan, dan pengawasan

    sanitasi supra air masyarakat, dengan mempertimbangkan

    penggunaan sumber daya air lain secara esensial.

    b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,

    meliputi pengumpulan, pengolahan dan pembuangan

    kotoran rumah tangga dan limbah yang terbawa air lainnya,

    dan kontrol kualitas air permukaan (termasuk laut) dan air

    tanah.

    c. Pembuangan sampah padat, termasuk penanganan dan

    pembuangan sanitasi.

    d. Pengendalian vektor, termasuk kontrol arthropoda,

    moluska, tikus, dan penghambat penyakit alternatif lainnya.

    e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta

    manusia dan oleh zat yang merugikan kehidupan manusia,

    hewan, atau tumbuhan.

    f. Higiene makanan, termasuk higiene susu.

    g. Pengendalian pencemaran udara.

    h. Pengendalian radiasi.

    i. Kesehatan kerja, khususnya pengendalian bahaya fisik,

    kimia, dan biologis.

    j. Pengendalian kebisingan.

    k. Perumahan dan lingkungan sekitar, terutama aspek

    kesehatan masyarakat dari bangunan perumahan, umum,

    dan kelembagaan.

    l. Perencanaan kota dan daerah.

    m. Perencanaan daerah dan perkotaan

  • 29

    n. Aspek kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, atau

    darat

    o. Pencegahan kecelakaan.

    p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan

    keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan

    penduduk.

    q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin

    lingkungan bebas dari resiko terhadap kesehatan.

    III.3 Sasaran kesehatan lingkungan (environmental

    health)

    Sasaran kesehatan lingkungan menurut UU 23/1992 pasal 22

    ayat (2) tentang kesehatan, yaitu :5

    a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan

    usaha-usaha yang sejenis.

    b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang

    sejenis.

    c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang

    sejenis.

    d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang

    digunakan untuk umum.

    e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti

    lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana

    perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat

    yang bersifat khusus.

    III. IV Konsep hubungan interaksi antara host-agent

    environmental

    Terdapat tiga komponen (faktor) yang berperan dalam

    menimbulkan penyakit (model ekologi) yaitu sebagai berikut.6

  • 30

    a. Agen (agent) atau penyebab adalah penyebab penyakit pada

    manusia.

    b. Penjamu (host) atau tuan rumah/induk semang adalah

    manusia yang terkena penyakit.

    c. Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu yang

    berada di luar kehidupan organisme, contohnya lingkungan

    fisik, kimia, dan biologi.

    Hubungan interaksi antara agen, host, dan lingkungan

    dapat dilihat dalam konsep “The disease triad” berikut ini.7

    Host

    Agent

    Environmental

    Gambar 2.1 The Disease Triad7

    Adapun karakteristik dari ketiga komponen (faktor)

    yang berperan dalam menimbulkan penyakit adalah sebagai

    berikut.6

    a. Karakteristik lingkungan

    1. Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis, Perumahan,

    Pangan, Panas, radiasi.

    2. Sosial : Status sosial, agama, adat istiadat, organisasi

    sosial politik, dll.

    3. Biologis : Mikroorganisme, serangga, binatang, tumbuh-

    tumbuhan.

    b. Karakteristik agent/penyebab penyakit

  • 31

    Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent tidak

    hidup. Agent penyakit dapat dikualifikasikan menjadi 5

    kelompok, yaitu :6

    1. Agent biologis. Beberapa penyakit beserta penyebab

    spesifiknya.

    Jenis

    agent Spesies agent Nama penyakit

    Metazoa Ascaris

    lumbricoides Ascariasis

    Protozoa Plasmodium vivax Malaria Quartana

    Fungi Candida albicans Candidiasis

    Bakteri Salmonella typhi Typhus

    abdominalis

    Rickettsia Rickettsia

    tsutsugamushi Scrub typhus

    Virus Virus influenza Influenza

    2. Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin,

    mineral, dan air.

    3. Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi,

    tekanan, panas.

    4. Agent kimia (chemis) : eksogen (contohnya alergen, gas,

    debu) dan endogen (contohnya metabolit dan hormon).

    5. Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat

    menimbulkan kerusakan jaringan.

    c. Karakteristik host/pejamu

    Faktor manusia sangat kompleks dalam proses

    terjadinya penyakit dan tergantung dari karakteristik yang

    dimiliki oleh masing – masing individu, yakni :6

  • 32

    1. Umur : penyakit arterosklerosis pada usia lanjut,

    penyakit kanker pada usia pertengahan.

    2. Seks : resiko kehamilan pada wanita, kanker prostat

    pada laki-laki.

    3. Ras : sickle cell anemia pada ras negro.

    4. Genetik : buta warna, hemofilia, diabetes, thalassemia.

    5. Pekerjaan : asbestosis, bysinosis.

    6. Nutrisi : gizi kurang menyebabkan TBC, obesitas,

    diabetes.

    7. Status kekebalan : kekebalan terhadap penyakit virus

    yang tahan lama dan seumur hidup.

    8. Adat istiadat : kebiasaan makan ikan mentah

    menyebabkan cacing hati.

    9. Gaya hidup : merokok, minum alkohol.

    10. Psikis : stress menyebabkan hypertensi, ulkus peptikum,

    insomnia.

    III.5 Masalah-masalah kesehatan lingkungan di

    Indonesia

    Air bersih

    Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan

    sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

    dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air

    yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

    langsung diminum.6,8

    Ketidaktersediaan air bersih secara umum disebabkan

    oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor

    alam disebabkan secara alamiah bentukan (kondisi)

    wilayahnya yang memang sulit untuk mendapatkan air

    sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu

  • 33

    dikarenakan tercemarnya air bersih akibat aktiftas manusia.9

    Air dapat dikatakan memiliki kualitas yang bersih

    apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut :6,8

    a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.

    b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan

    0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l).

    c. Syarat mikrobiologis : koliform tinja/total koliform (maks 0

    per 100 ml air).

    Pembuangan kotoran/tinja

    Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan

    jamban dengan syarat sebagai berikut :6

    a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

    b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang

    mungkin memasuki mata air atau sumur.

    c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

    d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

    e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila

    memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal

    mungkin.

    f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap

    dipandang.

    g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana

    dan tidak mahal.

    Kesehatan pemukiman

    Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila

    memenuhi kriteria sebagai berikut :10,11,12

    a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,

    ventilasi dan pemanas yang memadai, penghawaan dan

  • 34

    ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang

    mengganggu.

    b. b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang

    cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan

    penghuni rumah, penyediaan fasilitas yang memadai yang

    memungkinkan kinerja tugas rumah tangga tanpa kelelahan

    fisiologis dan mental yang tidak semestinya, penyediaan

    fasilitas untuk kepuasan estetis di dalam rumah dan

    sekitarnya.

    c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan

    penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air

    bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas

    vektor penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

    terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,

    penyediaan ruang yang cukup di kamar tidur untuk

    meminimalkan bahaya infeksi kontak.

    d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya

    kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun

    dalam rumah antara lain kemanan yang memadai,

    konstruksi yang tidak mudah roboh untuk meminimalkan

    bahaya kecelakan akibat jatuhnya bagian struktur, tidak

    mudah terbakar, terhindar dari bahaya keracunan gas, tidak

    cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir,

    terhindar dari bahaya lalu lintas.

    Semua hal tersebut diatas harus tersedia dengan biaya

    terjangkau dan harus mempertimbangkan faktor budaya,

    sosial, lingkungan, ekonomi, dan jenis kelamin atau usia

    tertentu.12

    Pembuangan sampah

  • 35

    Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008

    Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa pengelolaan

    sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan

    berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

    penanganan sampah.13

    Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang

    sangat mendasar yang meliputi meningkatkan kesehatan

    lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam

    (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang

    sektor strategis.14

    Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai

    berikut :14

    a. Pengomposan (composting)


    Pengomposan (composting) adalah suatu cara pengolahan

    sampah organik dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk

    mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan). 


    b. Pembakaran sampah

    Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat,

    misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak

    mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit

    dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang

    sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat- tempat

    sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan.

    Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi

    pembakaran, yaitu dengan menggunakan insinerator, namun

    pembakaran menggunakan insinerator memerlukan biaya

    yang mahal. 


    c. Recycling


    Recycling merupakan salah satu teknik pengolahan

    sampah, dimana dilakukan pemisahan atas benda-benda

  • 36

    bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan lain-lain

    dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga

    dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau

    berbeda dari bentuk semula. 


    d. Reuse


    Reuse merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir

    sama dengan recycling, bedanya reuse langsung digunakan

    tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. 


    e. Reduce


    Reduce adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan

    sampah, misalnya tidak menggunakan bungkus kantong

    plastik yang berlebihan. 


    Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah,

    kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-

    masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-

    masalah ini secara efisien.

    Serangga dan binatang pengganggu

    Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit

    penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya :

    pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp

    untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam

    Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit

    Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/ pencegahan dari

    penyakit tersebut diantaranya dengan merancang

    rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat

    tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk

    mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M

    (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air

    untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang

  • 37

    angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah

    penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.6

    Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit

    misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila.

    Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit

    penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus

    dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang

    dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.6

    Makanan dan Minuman

    Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah

    restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan

    (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau

    disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi

    umum selain yang disajikan jasa boga, rumah

    makan/restoran, dan hotel).6

    Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman

    tempat pengelolaan makanan meliputi :6,15

    a. Pemilihan bahan makanan yaitu bahan makanan yang

    dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti

    batas kadaluarsa, terdaftar pada Kemenkes, dan bahan

    tersebut diizinkan pemakaiannya untuk makanan.

    b. Penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan

    makanan untuk mencegah bahan makanan agar tidak cepat

    rusak.

    c. Pengolahan makanan yang makanan meliputi 3 hal, yaitu

    peralatan, penjamah makanan,dan tempat pengolahan.

    d. Penyimpanan makanan matang yang disimpan sebaiknya

    pada suhu rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang

    dapat merusak makanan dapat ditahan

  • 38

    e. Pengangkutan makanan yaitu pengangkutan makanan yang

    diinginkan adalah dengan wadah tertutup.

    f. Penyajian makanan disajikan dengan segera, jika makanan

    dihias maka bahan yang digunakan merupakan bahan yang

    dapat dimakan.

    Pencemaran lingkungan

    Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang luas

    dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran

    lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,

    pencemaran udara.

    a. Pencemaran udara

    Udara yang kita hirup merupakan unsur penting bagi

    kesehatan dan hidup sehat kita. Sayangnya polusi udara

    umum terjadi di seluruh dunia khususnya di negara maju.

    Udara yang tercemar mengandung satu, atau lebih, zat

    berbahaya, polutan, atau kontaminan yang menimbulkan

    bahaya bagi kesehatan umum. Polutan utama yang ditemukan

    di udara yang kita hirup meliputi, partikel, PAH, timbal, ozon

    tingkat dasar, logam berat, sulfur dioksida, benzena, karbon

    monoksida dan nitrogen dioksida. Polisi udara disebabkan

    oleh peningkatan populasi dan lalu lintas, pengembangan

    industry, pengembangan rekayasa mobil, pembangkitan

    termal dan nuklir, dan pengembangan pertanian dll. Selain itu,

    sumber alami termasuk insinerator dan pembuangan limbah,

    kebakaran hutan dan pertanian dapat menyebabkan

    pencemaran udara.16

    Beberapa penyakit yang sering disebabkan oleh

    pencemaran udara, yaitu penyakit pernafasan, iritasi mata dan

  • 39

    tenggorokan, kelumpuhan, dan keracunan lambat yang

    menyebabkan kematian.17

    b. Pencemaran air

    Air yang kita minum merupakan bahan penting untuk

    kesehatan dan hidup sehat kita. Sayangnya air dan udara yang

    tercemar biasa terjadi di seluruh dunia. Air yang tercemar

    terdiri dari limbah buangan industri, air limbah, polusi air

    hujan dan tercemar oleh pertanian atau rumah tangga

    menyebabkan kerusakan pada kesehatan manusia atau

    lingkungan.15 Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air

    (waterborne deseases) telah dikenal sejak lama. Pencemaran

    air minum oleh air limbah dan/atau oleh kotoran manusia

    (tinja), yang mengandung organisme yang dapat menimbulkan

    penyakit, virus, bakteria patogen dan sebagainya, bisa

    menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan

    air minum tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau

    peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah dalam

    waktu singkat.18

    Beberapa ciri khusus penyebaran penyakit-penyakit ini

    antara lain-lain proses penularan umumnya melalui mulut,

    terjadi di daerah pelayanan yang airnya tercemar, penyakit

    umum terkonsentrasi pada suatu wilayah secara temporer,

    penderitanya tidak terbatas pada suku, umur, atau jenis

    kelamin tertentu, meskipun Sulit mendeteksi bakteri patogen

    dalam air, bisa di perkirakan melalui

    pemerikasaan/pendeteksian bakteri coli yang disebabkan oleh

    pencemaran tinja dan waktu inkubasi biasanya sedikit lebih

    panjang

    dibandingkan apabila keracunan oleh makanan.

    Beberapa penyakit yang paling sering berjangkit, yaitu

  • 40

    disentri, tipus dan paratifus, kholera, hepatitis A, poliomelistis

    anterior akut. 18

    c. Pencemaran tanah

    Pencemaran tanah adalah salah satu bentuk utama

    bencana lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Pencemaran

    tanah dapat disebabkan oleh sebagian besar limbah industri

    padat yang mengandung logam berat dibuang, tanpa

    pretreatment, dalam pembuangan terbuka. Polusi terburuk

    berasal dari tambang terbuka, pembangkit listrik berbasis

    lignit, pabrik kimia, dan industri aluminium. Efek dari polusi

    tanah kanker yaitu leukemia dan inibahaya bagi anak kecil

    karena dapat menyebabkan kerusakan pada otak selanjutnya.

    Merkuri di tanah meningkatkan risiko penyumbatan

    neuromuskular, menyebabkan sakit kepala, gagal ginjal,

    depresi sistem saraf pusat, iritasi mata dan ruam kulit, mual

    dan kelelahan. Polusi tanah terkait erat dengan polusi udara

    dan air, sehingga banyak efeknya keluar seperti yang serupa

    dengan kontaminasi air dan udara. Pencemaran tanah dapat

    mengubah metabolism-metabolisisme tanaman dan

    mengurangi hasil panen dan proses yang sama dengan

    mikroorganisme dan arthropoda dalam lingkungan tanah

    tertentu; Ini mungkin melenyapkan beberapa lapisan rantai

    makanan utama, dan karenanya memiliki efek negatif pada

    hewan predator. Bentuk kehidupan kecil dapat mengkonsumsi

    bahan kimia berbahaya yang kemudian dapat melewati rantai

    makanan ke hewan yang lebih besar; Hal ini dapat

    menyebabkan tingkat kematian meningkat dan bahkan

    kepunahan hewan.16

  • 41

    III.6 Penyebab masalah kesehatan lingkungan di

    Indonesia

    Ada beberapa penyebab masalah kesehatan lingkungan

    di Indonesia, antara lain sebagai berikut :19

    a. Kelangkaan kebutuhan dasar seperti air da udara yang

    bersih, tanah dan hutan yang sehat, tempat penampungan

    yang aman dan nyaman, dan kondisi kerja yang aman.

    b. Kelebihan barang berbahaya yang tidak kita butuhkan,

    seperti sampah, bahan kimia beracun, polusi, dan junk

    food.

    III.5 Syarat-syarat Lingkungan Sehat Persyaratan kesehatan lingkungan meliputi parameter

    sebagai berikut :20

    a. Lokasi 1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti

    bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

    2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang.

    3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan. 


    b. Kualitas udara
 Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :


    1. Gas H2S dan NH

    3 secara biologis tidak terdeteksi.

    2. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3


    3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.

    4. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari. 


    c. Kebisingan dan getaran
 1. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A. 2. maksimum 55 dB.A.

  • 42

    3. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik . 


    d. Kualitas tanah 1. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg. 2. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg. 3. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg. 4. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.

    e. Vektor penyakit 
 1. Indeks lalat harus memenuhi syarat. 2. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%. 


    f. Penghijauan Pepohonan untuk penghijauan lingkungan
 merupakan

    pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. 


  • 43

    BAB IV

    INDIKATOR KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA

    Latar Belakang

    eselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu

    faktor yang penting agar berlangsungnya roda

    pendapatan yang diterima oleh organisasi itu berjalan

    engan baik. Tetapi, masih banyak organisasi maupun

    perusahaan yang masih melalaikan tingkat keamanan dan

    kesehatan kerja dan hanya fokus dengan pendapatan yang

    diterima oleh perusahaan tersebut. Kecelakaan bukan hanya

    sebuah masalah alam industri yang “tidak aman” seperti

    pertambangan dan konstruksi.

    K

  • 44

    Selain itu juga, keamanan dan pencegahan kecelakaan

    telah menjadi perhatian para manajer karena beberapa alasan,

    salah satunya adalah jumlah kecelakaan yang berhubungan

    dengan pekerjaan ternyata mengejutkan. Sebagai contoh,

    5.500 pekerja AS diawal tahun 2000 meninggal kecelakaan

    ditempat kerja, dan ada lebih dari 4,7 juta luka tidak fatal dan

    sakit karena kecelakaan saat bekerja. Secara kasar 5,1 kasus

    per 100 pekerja penuh waktu di Amerika Serikat per tahun.

    Banyak pakar-pakar yakin bahwa angka demikian sebenarnya

    lebih rendah dari angka sesungguhnya.

    Sehingga pentingnya indikator keselamatan dan

    kesehatan kerja agar menjadi petunjuk dalam mengavaluasi

    keadaan agar karyawan terhindar dari hal-hal yang tidak

    diinginkan.

    IV.1 Konsep Indikator keselamatan dan kesehatan

    kerja

    Pengertian Indikator

    Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang

    definisi indikator. Beberapa diantaranya yang cukup baik

    adalah sebagai berikut:1

    a. Indikator adalah variable yang membantu kita dalam

    mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara

    langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981)

    b. Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu

    kejadian atau kondisi (Wilson & Sapanuchart, 1993)

    c. Indikator adalah statistik dari hal normative yang menjadi

    perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat

    penilaian ringkasan, komperhensif, dan berimbag

    terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari

  • 45

    suatu masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan

    dan Kesejahteraan Amerika, 1969)

    d. Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau

    memberi petunjuk kepada kita tentang suatu keadaan

    tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur

    perubahan (Green, 1992).

    e. Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk

    atau keterangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).2

    Dari definisi di atas jelas bahwa indikator adalah

    variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan

    atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran

    terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke

    waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan

    secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk

    (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu

    pendugaan (proxy).1

    IV.2 Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) umumnya

    didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan antisipasi, pengakuan,

    evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau dari

    tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan

    kesejahteraan pekerja, dengan mempertimbangkan dampak

    yang mungkin terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungan

    umum. Domain ini tentu luas, meliputi besar jumlah disiplin

    dan banyak tempat kerja dan bahaya lingkungan. 6

    Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan

    pendekatan holistik terhadap kesejahteraan karyawan di

    tempat kerja. Menurut WHO (1995), kesehatan kerja

    mencakup tindakan untuk kedokteran kerja, kebersihan kerja,

  • 46

    pekerjaan psikologi, keselamatan, fisioterapi, ergonomi,

    rehabilitasi, dll. Keselamatan di sisi lain melibatkan

    perlindungan orang-orang dari cedera fisik (Hughes et al,

    2008). The International Occupational Hygiene Association

    (IOHA) umumnya mendefinisikan kesehatan dan keselamatan

    kerja (K3) sebagai ilmu antisipasi, pengakuan, evaluasi dan

    mengendalikan bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja

    yang dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja,

    masuk ke dalam memperhitungkan dampak yang mungkin

    terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungan umum (ILO,

    2009).3

    Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang

    aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian

    di tempat kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara

    (2000:161). Sedangkan menurut Suma’mur (1993:1)

    keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan

    mesin, alat kerja, proses pengolahannya, landasan tempat

    kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

    Menurut Leon C. Megginson, (dalam Mangkunegara, 1993:83)

    istilah keselamatan mencakup istilah resiko keselamatan dan

    resiko kesehatan.4

    Adapun menurut Mangkunegara (2007 : 163),

    keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

    menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

    maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia

    pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju

    masyarakat adil dan makmur.5

    Dan yang terakhir, Suma’mur (2009 : 104) mengartikan

    keselamatan kerjaadalah rangkaian usaha untuk menciptakan

  • 47

    suasana kerja yang aman dan tentrambagi para karyawan yang

    bekerja di perusahaan yang bersangkutan.5

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai

    keselamatan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa

    keselamatan kerja adalah upaya dari suatu perusahaan untuk

    menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para

    karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, serta upaya

    untuk mencegah bahaya yang dapat mengancam keselamatan

    karyawan saat bekerja.3,4,5

    K3 mengarahkan multidisplin yang aktif:6

    a. Proteksi dan promise dari kesehatan kerja dengan

    mencegah dan mengontri bahaya kerja dan kecelakaan

    b. promosi kesehatankerja dan keselamatan kerja,

    lingkungan kerja, dan struktur kerja.

    c. tingginya fisik, mental, dan sosial akan menyuport

    perkembangan dan kapasitas pekerjaan, sebagai pekerjaan

    yang professional.

    Pengertian indikator pada keselamatan dan

    kesehatan kerja

    Indikator pada K3 ialah petunujk yang dapat digunakan

    untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan

    dilakukannya pengukuran terhadap keselamatan kerja serta

    perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu demi

    menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman bagi para

    pekerja serta upaya untuk mencegah bahaya yang dapat

    ditimbulkan saat bekerja.1,3,4,5

    IV.3 Indikator dalam keselamatan dan kesehatan

    kerja

  • 48

    Pertama, mari kita definisikan apa yang dimaksud

    dengan indikator awal dan indicator tertinggal. Indikator

    tertinggal bisa dipikirkan sebagai metrik kerugian yang

    didapat dan merekam hari ini merupakan sebuah Insiden,

    tingkat kejadian yang dapat direkam, hilang-waktu

    kecelakaan, dll. Dalam satu hal, indikator tertinggal mengukur

    keamanan organisasi konsekuensi berupa kecelakaan yang lalu

    statistik. Di sisi lain, indikator utama adalah prekursoryang

    mungkin "memimpin" ke sebuah kecelakaan atau cedera.

    Beberapa contoh tindikator termasuk frekuensi dari latihan,

    penyelesaian perencanaan pra-tugas, dan nomor dari pada

    kondisi dan perilaku berisiko.7

    Indikator utama

    Indikator utama berfokus pada kinerja dari kesehatan

    dan keselamatan di masa depan dengan tujuan untuk terus

    melakukan perbaikan. Ini adalah sinyal dan monitor tentang

    apa yang sedang dilakukan secara terus menerus untuk

    mencegah penyakit dan cedera pekerja. 7

    Indikator utama diukur dengan menggunakan OPM-

    MU, adalah versi revisi dari kinerja Organisasi Metrik yang

    dikembangkan di Institute for Work & Health, Ontario Kanada

    (IWH-OPM: IWH, 2011,2013). OPM-MU adalah skala 8-item

    yang telah dilaporkan sebagai indikator indikator K3 yang

    dapat diandalkan dan valid (Shea et al., 2016). Karyawan

    diminta untuk melaporkan persepsi mereka tentang tempat

    kerja tempat mereka bekerja paling sering, daripada

    keseluruhan organisasi, menggunakan skala 5 poin (mulai dari

    1 = sangat tidak9= setuju dengan 5= sangat setuju), sesuai

    dengan sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju dengan

  • 49

    delapan pernyataan (misalnya, audit OHS formal secara

    berkala adalah bagian normal dari tempat kerja kita).

    Pengukuran ini telah divalidasi dalam penelitian Shea et al.

    (2016). Penelitian saat ini menggunakan kumpulan data yang

    sama dan koefisien alfa Cronbach itu.9

    Indikator akhir

    Indikator akhir adalah mengukur hasil akhir dari

    proses, kebijakan, dan kebijakan prosedur K3. Berupa catatan

    tentang hal-hal yang telah terjadi. Mencatat beberapa hal

    setelah kejadian tersebut, juga menginformasikan kesehatan

    dan keselamatan yang reaktif.8

    Indikator akhir dioperasionalkan sebagai keselamatan

    dan kesehatan kerja yang dilaporkan karena insiden.

    Responden diminta melaporkan jumlah insiden K3 yang telah

    mereka hadapi secara pribadi selama 12 bulan terakhir.

    Langkah-langkah pelaporan diri ini (bersumber dari Probst et

    al., 2013) adalah: melaporkan kejadian K3, insiden K3 yang

    tidak dilaporkan (insiden K3 yang tidak dilaporkan ke

    manajemen) dan situasi yang dapat menyebabkan cedera /

    penyakit, namun yang terjadi tidak. Dimasukkannya beberapa

    tindakan insiden K3 konsisten dengan penelitian terbaru yang

    berdasarkan penyelidikan mengenai suatu jangkauan.9

    IV.4 Contoh indikator keselamatan dan kesehatan

    kerja

    Budiono et al (2003:221) mengemukakan indikator

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi: 10

    a. Faktor manusia/ pribadi (personal factor) Faktor manusia

    disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,

  • 50

    mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan

    keterampilan/ keahlian, dan stress serta motivasi yang

    tidak cukup.

    b. Faktor kerja/ lingkungan meliputi, tidak cukup

    kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/

    pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan

    penyalahgunaan.

    Anoraga (2005:22) mengemukakan aspek-aspek

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: 10

    a. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan tempat

    dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas

    bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut

    kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan

    situasinya. b. Alat kerja dan bahan Alat kerja dan bahan

    merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh

    perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam

    memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang

    digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan

    proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan

    utama yang akan dijadikan barang.

    b. Cara melakukan pekerjaan Setiap bagian-bagian produksi

    memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-

    beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya

    dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas

    pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah

    tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi

    peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami

    cara mengoperasionalkan mesin

  • 51

    IV.5 Pentingnya indikator keselamatan dan kesehatan

    kerja

    Tolak ukur berfokus pada perilaku dan aktivitas terkait

    proses keselamatan lebih cenderung memiliki pengaruh positif

    terhadap keamanan di tempat kerja. Indikator utama ini

    memberi tanggapan langsung kepada karyawan dan manajer

    mengenai tindakan yang dapat mengakibatkan kondisi di

    tempat kerja yang tidak aman atau menyebabkan insiden atau

    cedera. Sama pentingnya, indikator utama menawarkan

    pemeriksaan penting terhadap integritas sistem dan proses

    yang dirancang untuk mendorong kondisi kerja yang aman.

    Semua indikator utama yang efektif memiliki karakteristik

    sebagai berikut:11

    a. Mengukur perilaku dan aktivitas yang dapat mengarah

    langsung ke perbaikan keamanan di tempat kerja.

    b. Dipahami dan diterima oleh karyawan dan manajer

    terkait langsung dengan keselamatan di tempat kerja.

    c. Berfokus dan sangat erat selaras dengan tujuan strategis

    dan sasaran organisasi.

    d. Biaya yang hemat biaya, dan mudah untuk mengukur

    dan menggunakan.

    Tidak seperti indikator akhir yang mengukur dampak

    insiden keselamatan di tempat kerja setelah kejadian tersebut,

    indikator utama secara proaktif menarik perhatian pada

    perilaku dan aktivitas tertentu. Fokus ini memungkinkan

    karyawan dan manajer untuk mengubah perilaku sebelum

    insiden atau kecelakaan terjadi. Dengan demikian, indikator

    utama berfungsi sebagai mekanisme peringatan yang efektif,

    memungkinkan karyawan dan manajer untuk melakukan

  • 52

    tindakan sebelum mengalami kerusakan, cedera atau bahaya

    lainnya. Selain itu, indikator akhir biasanya gagal memberikan

    informasi yang memadai mengenai penyebab sebenarnya dari

    keselamatan di tempat kerja. Kelemahan ini memaksa

    organisasi untuk melakukan penyelidikan dan analisis lebih

    lanjut untuk mengetahui alasan sebenarnya di balik insiden

    keselamatan. Karena fokus mereka pada perilaku dan

    aktivitas, indikator utama memungkinkan karyawan dan

    manajer untuk memantau keefektifan sistem dan proses

    keselamatan, dan untuk segera mengidentifikasi akar

    penyebab kegagalan keamanan di tempat kerja.11

  • 53

  • 54

    BAB V

    FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA DI KLINIK GIGI

    Latar Belakang

    eselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada umumnya

    didefinisikan sebagai ilmu antisipasi, pengakuan,

    evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau

    dari tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan

    dan kesejahteraan pekerja, dengan mempertimbangkan

    kemungkinan dampaknya terhadap masyarakat sekitar dan

    lingkungan umum. Domain ini sangat luas, mencakup

    sejumlah besar disiplin ilmu dan banyak tempat kerja dan

    bahaya lingkungan. Berbagai macam struktur, keterampilan,

    pengetahuan dan kapasitas analitis diperlukan untuk

    mengkoordinasikan dan melaksanakan semua "blok

    bangunan" yang membentuk sistem K3 nasional sehingga

    perlindungan diberikan kepada pekerja dan lingkungan.

    Tujuan umum standar K3 adalah untuk menjaga kondisi

    dan praktik yang melindungi dokter gigi dan personil gigi

    tambahan dari bahaya di lingkungan perawatan pasien.

    Standar K3 ditetapkan untuk mempromosikan keamanan di

    K

  • 55

    tempat kerja dan diberlakukan melalui inspeksi, kutipan, dan

    hukuman finansial. Manajemen keselamatan dan kesehatan

    kerja yang efektif memegang kendali penting dalam

    melindungi tenaga kerja dan mengurangi risiko kecelakaan

    langsung dan tidak langsung.

    Bahaya kerja mengacu pada risiko atau bahaya sebagai

    konsekuensi dari sifat atau kondisi kerja dari pekerjaan

    tertentu Ahli bedah gigi terkena a jumlah bahaya kerja di

    profesional mereka kerja. Tutup kontak dengan penderita air

    liur dan darah menghadapkan dokter gigi ke bahaya

    pekerjaan, terutama sifat menular.

    Dalam pelaksanaan K3 terdapat faktor yang

    mempengaruhi K3 harus diterapkan di klinik gigi.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membahas tentang

    faktor apa saja yang mendasari dan mempengaruhi K3 harus

    diterapkan di klinik gigi.

    V.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Klinik Gigi

    Praktik kedokteran gigi yang sukses dimulai dengan

    kesehatan dan keselamatan kerja. Pencegahan keselamatan

    dan kecelakaan menyangkut manajemen karena beberapa

    alasan, salah satunya adalah jumlah kecelakaan kerja yang

    mengkhawatirkan. Pada tahun 2003, sekitar 5.500 pekerja

    A.S. meninggal dalam kecelakaan di tempat kerja. Ada juga

    lebih dari empat juta kecelakaan kerja dan penyakit akibat

    kecelakaan kerja, sekitar lima kasus per seratus pekerja per

    tahun.

    Namun bahkan angka-angka ini pun tidak menceritakan

    keseluruhan ceritanya. Mereka tidak mencerminkan

    penderitaan manusia yang dialami oleh pekerja yang terluka

  • 56

    dan keluarga mereka atau biaya ekonomi riil yang dikeluarkan

    oleh pengusaha.

    Keselamatan di tempat kerja selalu berhubungan dengan

    komitmen tulus manajemen terhadapnya. Dalam manajemen

    kedokteran gigi bisa menjadi dokter gigi dalam praktik gigi

    tunggal; manajer dalam kelompok latihan; kepala eksekutif

    rumah sakit atau direktur di sebuah institusi. Komitmen

    terhadap keselamatan bukan hanya untuk tujuan kepatuhan

    hukum atau humanitarianisme. Program keselamatan juga

    mengurangi waktu dan tenaga kerja terbuang setelah

    mengalami kecelakaan dan mengurangi biaya kompensasi

    pekerja.

    V.2 Faktor yang Mempengaruhi K3 di Klinik Gigi

    Faktor Individu

    1. Penggunaan miras dan alkohol dalam bekerja

    2. Trauma insident hidup

    3. Karateristik individu

    4. Merokok

    5. Responsibility ( Tanggung Jawab)

    Semakin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu

    perusahan, semakin besar pula tanggung jawab yang

    diembannya. Seorang CEO, sebagai pimpinan tertinggi dalam

    perusahaan, mengemban tanggung jawab paling besar

    terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi

    tanggung jawab yang diemban oleh seorang, semakin tinggi

    pula proteksi yang diberikan oleh perusahaan.

    6. Skill (Keahlian)

    Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan

    membutuhkan karyawan yang memiliki keahlian khusus.

  • 57

    Misalnya, untuk bidang informasi, perusahaan membutuhkan

    tenaga ahli dibidang informasi teknologi yang menguasai

    teknologi komputer.

    Keahlian mereka sangat spesifik, sehingga untuk

    mempertahankan agar mereka tetap bekerja di perusahaan

    tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang

    layak dan bahkan kadang – kadang diatas rata – rata yang

    mampu diberikan pesaing. Program proteksi yang diterapkan

    kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih

    tinggi dibandingkan dengan pekerja yang tidak memerlukan

    keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi

    7. Mental Effort (kerja Otak / Mental)

    Karyawan yang lebih mengandalkan kemapuan kerja

    otak atau mental, misalnya analis, programmer, marketer,

    atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini sering disebut dengan

    “White Collar” kelas pekerja ini biasanya memeperoleh tingkat

    proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pekerja

    yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar).

    8. Physical Effort (Kemampuan Fisik)

    Karyawan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue

    Collar), misalnya satuan pengaman (Satpam), petugas

    kebersihan atau pekerja bangunan. Biasanya proteksi yang

    diberikan oleh perusahaan kepada mereka lebih difokuskan

    dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja.

    9. Work Condition (Kondisi Kerja)

    Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu

    bidang industri sering kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi

    kerja bagi pekerja dibidang perminyakan, yang bekerja di lepas

    pantai akan berbeda dengan kondisi kerja di darat. Semakin

  • 58

    berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja, semakin tinggi

    program proteksi yang diterapkan.

    Faktor Organisasi

    1. Seleksi karyawan

    2. Design peralatan

    3. Absensi dan keselamatan

    4. Komitmen managemen keselamatan

    5. Pelatihan keselamatan

    6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)

    Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat

    peraturan yang mengharuskan pengusaha atau perusahaan

    untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja.

    Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan perusahaan

    memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan

    asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek.

    Melalui jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK,

    pekerja yang mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang

    sakti akan memperoleh santunan yang layak dari pihak

    asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan perusahaan

    untuk memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental

    pekerja.

    V.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di

    Klinik Gigi

    Banyak bahaya di tempat kerja ditemukan pada praktik

    kedokteran gigi. Secara historis, minat terpusat pada bahan

    kimia berbahaya; Namun, dalam dekade terakhir,

    pengendalian infeksi dan ergonomi telah mendapat perhatian

    yang meningkat. Banyak staf gigi merasakan risiko tinggi

  • 59

    tertular penyakit serius dengan cara ini, mengakibatkan stres

    kerja yang signifikan.

    Pada dasarnya ada tiga penyebab kecelakaan di tempat

    kerja: kejadian kebetulan, kondisi kerja yang tidak aman dan

    praktik tidak aman karyawan. Yang pertama, kejadian

    kebetulan (seperti berjalan melewati jendela seperti seseorang

    memukul bola melewatinya) berada di luar kendali

    manajemen.

    Karena itu, yang perlu diperhatikan adalah kondisi kerja

    yang tidak aman dan praktik tidak aman karyawan. Kondisi

    kerja yang tidak aman adalah kondisi mekanik dan fisik yang

    menyebabkan kecelakaan. Contohnya adalah ventilasi yang

    tidak benar seperti aliran udara yang tidak memadai, sumber

    udara tidak murni yang memungkinkan akumulasi uap

    organik yang mudah menguap, aerosol menular dan debu

    berbahaya; pencahayaan yang tidak semestinya seperti silau,

    cahaya yang tidak memadai atau prosedur perawatan ringan

    yang terlindungi dengan tidak benar; lingkungan yang bising;

    penyimpanan yang tidak aman seperti pengepakan dan

    kelebihan muatan yang tidak tepat; prosedur berbahaya di,

    pada atau di sekitar mesin pemotong atau pembakar menyala,

    peralatan yang tidak dijaga dan peralatan rusak yang tidak

    benar.

    Solusinya di sini adalah untuk mengidentifikasi dan

    menghilangkan atau memperbaiki kondisi kerja yang tidak

    aman ini. Zona bahaya harus diidentifikasi. Iklim dan

    psikologi tempat kerja - meski tidak jelas, ini bisa menjadi

    penyebab kecelakaan kerja yang paling penting. Contohnya

    adalah tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat;

    karyawan yang stres; permusuhan antara karyawan dan

  • 60

    kewaspadaan keamanan yang buruk seperti dokter gigi yang

    tidak pernah menyebutkan keamanan. Ini bisa menjadi

    kondisi psikologis penting yang menyebabkan kecelakaan.

    Praktik yang tidak aman, orang yang berperilaku ceroboh,

    adalah penyebab dasar kedua kecelakaan. Mereka bahkan bisa

    melemahkan upaya terbaik untuk mengurangi yang tidak

    aman kondisi kerja. Studi lain menunjukkan bahwa hak,

    ketidaksabaran, agresivitas dan distractability dapat menjadi

    karakter berisiko.

    Studi terhadap literatur yang berkembang yang

    berpendapat bahwa peningkatan risiko cedera kerja timbul

    dari lebih dari sekadar kondisi kerja yang tidak aman atau

    tindakan tidak aman yang melekat pada populasi pekerja

    tertentu. Studi ini mendukung argumen bahwa adanya bahaya

    bersama dengan upaya pencegahan dan pengendalian yang

    tidak memadai pada tingkat pekerja dan organisasi

    menempatkan pekerja pada peningkatan risiko cedera. Faktor-

    faktor lain yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan

    dapat dikelompokkan menjadi lima kategori:

    1. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau

    tidak diambil, untuk mengontrol cara kerja yang

    dilakukan

    2. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma

    paparan tak terduga untuk zat yang sangat beracun,

    seperti asam

    3. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan

    baik, rentan terhadap kegagalan yang dapat

    menyebabkan kecelakaan

    4. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan

    tempat kerja. Suhu, kelembaban, kebisingan, udara dan

  • 61

    kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor

    lingkungan.

    5. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari

    proses produksi dan produk samping seperti panas,

    kebisingan, debu, uap dan asap.

  • 62

    BAB VI

  • 63

    MENGIDENTIFIKASI, MENGUKUR DAN

    MENGEVALUASI FAKTOR - FAKTOR

    BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA

    Latar Belakang

    i setiap lingkungan kerja pasti ada bahaya-bahaya

    yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau

    penyakit akibat kerja. Banyak bahaya-bahaya yang

    ada di lingkungan kerja termasuk di kedokteran gigi, yang

    memiliki potensi untuk terjadi bahaya di lingkungan kerja.

    Bahaya dilingkungan kerja meliputi bahaya biologi biasa

    terjadi di kedokteran gigi berupa infeksi nasokomial antara

    tenaga kerja-pasien-dokter gigi sehingga harus mencegah

    dengan menggunakan alat pelindung diri. Musculoskeletal

    disorder juga sangat sering terjadi di kedokteran gigi berupa

    ada sakit disekitar bahu, punggung ataupun kepala . tapi

    bukan itu saja, bahaya kimia, bahaya fisik, bahaya psikologis,

    juga sering dijumpai terutama di kedokteran gigi.

    VI. 1 Lingkungan Kerja

    Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

    Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap

    ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau

    tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

    tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana

    D

  • 64

    terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya (Depnakertrans

    RI, 2007)

    Konsep lingkungan kerja adalah satu hal yang

    komprehensif termasuk aspek fisik, psikologis dan sosial yang

    menandai kondisi kerja. Lingkungan kerja melakukan efek

    positif dan negatif terhadap psikologis dan kesejahteraan

    karyawan. Lingkungan kerja dapat digambarkan sebagai

    lingkungan tempat orang bekerja.

    Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi tiga komponen

    yang luas

    1. Lingkungan Fisik:

    a) Ventilasi & Suhu:

    b) Kebisingan

    c) Infrastruktur & Interior