16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan (hukum badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata lain, pelaku kejahatan tersebut terbukti melakukan kejahatan dan pelanggaran. Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah instansi terakhir didalam sistem peradilan dan pelaksanaan putusan Pengadilan (Hukum) dan bertujuan untuk pembinaan pelanggar hukum tidak semata-mata membalas tapi juga perbaikan dimana filsafah pemidanaan di Indonesia pada intinya mengalami perubahan seperti apa yang dikandung dalam system pemasyarakatan yang memandang narapidana orang tersesat dan mempunyai waktu untuk bertobat (Irwan Panjaitan, 1995). Di Pekalongan khususnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

BAB I Perbedaan Konsep Diri Tahanan Laki-laki Dan Perempuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pendidikan Keperawatan

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahLembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan (hukum badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata lain, pelaku kejahatan tersebut terbukti melakukan kejahatan dan pelanggaran. Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah instansi terakhir didalam sistem peradilan dan pelaksanaan putusan Pengadilan (Hukum) dan bertujuan untuk pembinaan pelanggar hukum tidak semata-mata membalas tapi juga perbaikan dimana filsafah pemidanaan di Indonesia pada intinya mengalami perubahan seperti apa yang dikandung dalam system pemasyarakatan yang memandang narapidana orang tersesat dan mempunyai waktu untuk bertobat (Irwan Panjaitan, 1995). Di Pekalongan khususnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan Kantor Wilayah Jawa Tengah jumlah keseluruhan narapidana untuk bulan Desember Tahun 2014 berjumlah 299 orang, untuk tahanan anak berjumlah 9 orang, tahanan dewasa laki-laki berjumlah 285 orang, sedangan untuk tahanan dewasa perempuan berjumlah 5 orang, dengan kasus terbanyak adalah pemakai dan pengedar narkoba (http://smslap.ditjenpas.go.id, diunduh tanggal 6 Desember 2014). Sudah menjadi harapan besar bagi setiap terpidana yang menjalani hukuman untuk dapat menghirup udara segar di luar penjara, kembali dan hidup ditengah masyarakat bersama keluarga, sahabat dan bergaul dengan anggota masyarakat yang lain, merupakan angan-angan yang indah bagi setiap narapidana. Namun demikian, angan-angan itu terkadang tidak semulus seperti yang terlintas dalam benak mereka, karena predikat bekas narapidana ibarat beban yang amat berat, penuh tantangan dan pandangan penuh curiga dari masyarakat.Sebagian besar dari pelaku pelanggaran hokum sesungguhnya hanyalah orang-orang yang secara situasional (dalam keadaan khusus) melakukan pelanggaran hukum, dan kemungkinan pengulangan pelanggarannya kecil. Demikian juga banyak orang yang melakukan pelanggaran hokum secara tidak sengaja atau karena lalai. Dalam keadaan sakit (jiwa) orang tidak menyadari apa yang dilakukan ketika melakukan tindakan pelanggaran hukum pidana. Orang menjadi pelaku pelanggaran berulang melalui suatu proses yang panjang, termasuk memahirkan tindakan pelanggaran ketika berada didalam lembaga penghukuman (penjara) dan penolakan masyarakat untuk berinteraksi kembali dengan masyarakat (Mustofa, 2008). Hampir seluruh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan Negara (Rutan) di Indonesia mengalami over capacity (kelebihan muatan). Terutama di provinsi Jawa Tengah pada bulan September 2014 mencapai 57%, dan mengalami kelebihan muatan hingga 64% pada bulan desember tahun ini pula. Minimnya kapasitas Rutan dan Lapas, ketidaklengkapan fasilitas, buruknya layanan, ditambah kurangnya sipir menjadi pemicu buruknya pelayanan hak-hak narapidana. Pada situasi ini, wanita adalah objek paling rentan bahaya fisik dan psikis. Tercatat, jumlah tahanan dan narapidana yang meninggal sepanjang tahun 2009 mencapai 778 orang. Angka itu meningkat 28 orang dari tahun sebelumnya yang menembus 750 orang (www.kompas.com, 31 Desember 2009, Di unduh Tanggal 28 November 2014). Selain itu di Rutan kelas II A Pekalongan juga dihuni narapidana anak yang berusia 16-21 tahun. Remaja merupakan sosok yang penuh potensi namun perlu bimbingan agar dapat mengembangkan apa yang telah dimilikinya untuk perkembangan bangsa dan Negara. Remaja adalah bagian dari masyarakat yang akan bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa. Secara umum dapat diketahui bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri. Dimana identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya di dalam masyarakat. Sehingga mereka berupaya untuk menentukan sikap dalam mencapai kedewasaan (Hurlock 1999). Sedangkan narapidana laki-laki di Rutan kelas II A Pekalongan adalah penghuni terbanyak dengan kasus yang bermacam-macam. Narapidana laki-laki memiliki kemampuan berpikir lebih baik dibandingkan dengan perempuan dan anak-anak. Tingkat kedewasaan seorang laki-laki dapat dilihat dari kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi dalam bertindak dan bertingkah laku. Dilihat dari kecenderungan tersebut dapat dimungkinkan narapidana laki-laki dapat lebih mudah untuk mengkonsep diri mereka sendiri dalam mengatasi tingkat stress, takut, marah, rasa malu, dan kecemasan menghadapi masa depan.Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Dengan kata lain, Konsep diri tersebut bekerja sebagai skema dasar. Diri memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana mengolah informasi tentang diri sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya, Klein (dalam Baron, 2003).Oleh sebab itu konsep diri merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan remaja, laki-laki dewasa, dan perempuan dewasa, karena konsep diri akan menentukan bagaimana seorang berperilaku. Menurut Fits (1971) konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seorang karena diri merupakan kerangka acuan seorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan keluarga. Tentunya ada perbedaan antara laki-laki, dan perempuan tentang konsep diri yang diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan. Sehingga dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk menganalisa Perbedaan Konsep Diri Tahanan Laki-Laki Dengan Tahanan Perempuan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.B. Rumusan MasalahDari latar belakang dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah perbedaan konsep diri antara tahanan laki-laki dengan tahanan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan?C. Ruang LingkupSebagai batasan dalam penyusunan penelitian, penulis hanya membatasi tentang perbedaan konsep diri antara tahanan laki-laki dengan tahanan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.D. Penjelasan JudulUntuk menghindari adanya kesalahpahaman tentang maksud judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa hal tentang:1. Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang diorganisasi. Konsep diri bekerja sebagai skema dasar untuk menemukan sebuah kerangka berpikir bagaimana mengolah informasi tentang diri sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan kecerdasan berpikir. Konsep diri meliputi 4 (empat) aspek seperti aspek fisiologis, psikologis, psikososiologis, psiko-etika dan moral. Konsep diri adalah cara pandang mengenai diri sendiri untuk memahami keberadaan diri sendiri maupun memahami orang lain.2. Tahanan laki-laki adalah tahanan berjenis kelamin pria yang melakukan perbuatan melanggar hukum positif dengan tingkat kejahatan tertentu yang dipidanakan dan dijatuhi hukuman sesuai dengan pasal yang berlaku di Negara Indonesia.3. Tahanan perempuan adalah tahanan yang berjenis kelamin wanita yang melakukan perbuatan melanggar hokum positif dengan tingkat kejahatan tertentu yang dipidanakan dan dijatuhi hukuman sesuai dengan pasal yang berlaku di Negara Indonesia.E. Tujuan PenulisanTujuan penelitian ini antara lain:1. Mampu mengetahui perbedaan konsep diri antara tahanan laki-laki dan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.2. Mampu mengidentifikasi bagaimana konsep diri tahanan laki-laki dan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tahanan laki-laki dan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.F. Manfaat PenulisanManfaat dari penelitian ini adalah:1. Praktek KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya praktek keperawatan jiwa dan keperawatan komunitas dalam membina jiwa dan perilaku laki-laki dan perempuan dewasa serta anak, baik yang tidak berperilaku menyimpang ataupun mantan narapidana jika dikembalikan ke masyarakat.2. Pendidikan KeperawatanMeningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang relevan terhadap aspek-aspek faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana.3. Riset KeperawatanUntuk memberikan masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan konsep diri tahanan laki-laki dengan tahanan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pekalongan.4. Bagi MasyarakatMemberikan infornasi kepada masyarakat bagaimana memandang dan memperlakukan mantan narapidana sebagai masyarakat normal.5. Lembaga Pemasyarakatan Untuk memberikan masukan bagi lembaga pemasyarakatan khususnya dalam membina mental sehingga dapat memiliki konsep diri yang positif.G. Metode PenulisanSecara garis besar pengumpulan data yang akan digunakan untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Asuhan Kebidanan meliputi :

1. WawancaraAdalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).2. ObservasiAdalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan.3. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik merupakan metode untuk mengetahui keadaan fisik klien baik dalam keadaan fisiologis, psikologis, psikososiologis, dan psiko-etika dan moral yang dilakukan secara sistematis dan lengkap.4. Studi DokumentasiDokumentasi adalah pengumpulan bukti dan keterangan, pengolahan dan penyimpanannya dalam ilmu pengetahuan. 5. Pemeriksaan PenunjangAdalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mendukung penegakkan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, pengamatan langsung, dan juga pendekatan terhadap narapidana.6. Studi kepustakaanStudi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dari literatur-literatur untuk memperkaya kajian teoritis dan memperoleh informasi yang diperlukan.H. Sistematika PenulisanDi dalam penulisan makalah ini, terdiri dari 5 BAB yaitu :I. PENDAHULUANBerisi tentang tentang gambaran awal mengenai permasalahan yang akan dikupas, yang terdiri terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, penjelasan judul, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.II. TINJAUAN TEORIBerisi tentang pengertian konsep diri, dimensi-dimensi dalam konsep diri, aspek-aspek konsep diri, dan jenis-jenis konsep diri. III. TINJAUAN KASUS Berisi pengelolaan kasus yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan pendekatan manajemen konsep diri melalui aspek fisiologis, psikologis, psikososiologis, dan psiko-etika dan moral.IV. PEMBAHASAN Mendeskripsikan perbedaan konsep diri tahanan laki-laki dan tahanan perempuan berdasarkan teori yang ada.V. PENUTUP Terdiri dari simpulan dan saran. Daftar pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Panjaitan, Iwan. (1995). Lembaga Pemasyarakatan. (edisi kedua), Jakarta: PT. Midas Surya Gafindo.http://smslap.ditjenpas.go.id, diunduh tanggal 6 Desember 2014.Mustofa. (2008). http//kriminologi1.wordpress.com/2008/01/18/pemulihan-hak-hak-sipil-mantan-napi/.http://www.kompas.com. 31 Desember 2009, Di unduh Tanggal 28 November 2014.Hurlock, Elizabeth B. (1999). Psikologi Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi kelima). Jakarta : Erlangga.Klein, dalam Baron. (2003). Nursalam, (2001). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (edisi pertama). Jakarta: Salemba Medika.Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. (edisi pertama). Jakarta : Pustaka Setia.Calhoun, f. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. (edisi ketiga). Semarang : Ikip Semarang Press.Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. (edisi pertama). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Hardy, Malkcom & Hayes, Steve. (1985). Pengantar Psikologi. (edisi kedua). Jakarta : Erlangga.