10
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Kecemasan merupakan respons emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami dkk, 2009). Segala bentuk prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai contoh, kecemasan pre operatif kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi

BAB I PRE OPERASI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PRE OPERASI.docx

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart,

2006).

Kecemasan merupakan respons emosional terhadap penilaian individu yang

subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya

(Dalami dkk, 2009).

Segala bentuk prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu reaksi

emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal.

Sebagai contoh, kecemasan pre operatif kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi

terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap

perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Sudah diketahui

bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Karenanya,

penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang dialami oleh pasien (Smeltzer dan Bare,

2001).

Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi

bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti

berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif,

fisik, dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah

pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).

Page 2: BAB I PRE OPERASI.docx

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan

saling bergantung. Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010),

Keluarga memiliki Fungsi ,Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling

menerima dan mendukung ,Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di

lingkungan social ,Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia,Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan,Fungsi perawatan kesehatan,

adalah kekampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan. Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007),

Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam

keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999:1237)

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi

hampir semua pasien. berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan

pasien. Maka tak heran jika sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.

Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur

asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur

pembedahan dan pembiusan.Respon kecemasan merupakan sesuatu yang sering muncul pada

pasien yang akan menjalani operasi (pre operasi). Karena pre operasi merupakan pengalaman

baru bagi pasien yang akan menjalani operasi. Kecemasan pasien pre operasi disebabkan oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam

mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pre operasi di ruang rawat inap.kecemasan

pasien pre operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pengalaman pasien menjalani

operasi, konsep diri dan peran, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, kondisi medis, akses

informasi, proses adaptasi, jenis tindakan medis dan komunikasi terapeutik. Kaplan dan Sudock

yang dikutip oleh Ummi Lutfa (2005),

Page 3: BAB I PRE OPERASI.docx

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.

Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini

disebabkan fase pre operatif  merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-

tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap

berikutnya. Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan

psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

Efek kecemasan pada pasien pre operasi berdampak pada jalannya operasi.

Sebagai contoh, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan maka akan

berdampak pada sistem kardiovaskulernya yaitu tekanan darahnya akan tinggi sehingga operasi

dapat dibatalkan. Pada wanita efek kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya menjadi lebih

banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda hingga pasien benar-benar siap untuk menjalani

operasi.

Suatu penelitian di Civil Hospital, Karachi, Pakistan, yang dilakukan oleh

Masood Jawaid, et.al (2006) tentang kecemasan pre operasi di dapatkan bahwa rata-rata

responden dalam keadaan cemas dengan nilai mean sebesar 57,65 dan standar deviasi sebesar

25,1. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa sebagian besar pasien pre operasi mengalami

kecemasan karena takut dengan pembiusan atau anastesi.

Penelitian Sawitri (2004) yang meneliti pengaruh pemberian informasi pra bedah

terhadap kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Umum Islam Kustati Surakarta, dari hasil

peneitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tidak mengalami kecemasan

sebanyak 22,4%, dan sisanya  mengalami kecemasan sebesar 77,6%. Setelah diberikan 

informasi sebanyak 34,5% tidak cemas dan sisanya 65,5% mengalami kecemasan.

Pada tahun 2005, Setiawan et.al melakukan penelitian tentang pengaruh

pemberian informasi (komunikasi terapeutik) terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di

Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setiawan menyimpulkan bahwa kecemasan pasien pre

operasi dipengaruhi oleh pemberian informasi (komunikasi terapeutik) itu terlihat dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,6% responden mengalami kecemasan ringan, dan

15,4% responden mengalami kecemasan sedang. Namun setelah diberikan informasi

Page 4: BAB I PRE OPERASI.docx

(komunikasi terapeutik) sebanyak 92,3% responden mengalami cemas ringan dan hanya 7,7%

responden yang mengalami kecemasan sedang.

Penelitian Kiyohara et.al (2004) menyatakan bahwa kecemasan pasien pre operasi

tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, pasien pre operasi yang baru pertama kali akan

menjalani operasi memiliki kecemasan yang lebih tinggi dibanding dengan pasien yang datang

untuk kedua kalinya atau lebih menjalani operasi.

 Berdasarkan pengalaman empiris yang didapat peneliti  saat praktek laboratorium

rumah sakit pada bulan februari 2011 di RSU Provinsi NTB, bahwa peneliti mendapatkan pasien

yang akan dioperasi tanpa ditemani oleh keluarganya, mengalami kecemasan yang menimbulkan

perubahan fisiologis seperti jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, nafas cepat,

perasaan adanya tekanan pada dada yang dapat beresiko ketika menjalani pembedahan sehingga

jadwal operasi diundur  beberapa hari. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 pasien

yang akan menjalani operasi apendisitis dengan cara memberi kuesioner untuk mengetahui

tingkat dukungan keluarga dan lembar observasi HRS-A untuk mengukur tingkat kecemasan,

didapatkan 30% mengalami kecemasan ringan, 60% mengalami kecemasan sedang, dan 10%

mengalami kecemasan berat dengan dukungan keluarga rata-rata dalam kategori baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ruspita Jenita Nadeak (2010) dengan judul

“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang RB2

RSUP HAM Sumatera Utara” memperoleh hasil bahwa ada hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi dari 62 responden penelitian yang dianalisa

menggunakan uji Spearman Rank dengan dukungan keluarga terbesar adalah kategori baik

53,2% dan paling sedikit adalah kategori kurang 17,7%. Untuk tingkat kecemasan kategori

tertinggi adalah kecemasan ringan 46,8% dan yang paling sedikit adalah kategori berat

24,2%.     

Ni Ketut Kusumarjathi (2009) yang melakukan penelitian di ruang Bima RSUD

Sanjiwani Gianyar Bali tentang tingkat kecemasan pasien pre apendiktomi berdasarkan usia,

pekerjaan, dan tingkat pendidikan dengan responden berjumlah 30 orang. Karakteristik

responden berdasarkan usia adalah 70%  berumur  20 - 30 tahun, 23,3% berumur 31 - 40 tahun,

dan 6,7% berumur 41 - 50 tahun. Berdasarkan jenis pekerjaan 13,3% tidak bekerja, 26,7% PNS,

Page 5: BAB I PRE OPERASI.docx

50% swasta, 10% bekerja lain-lain. Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar SMA 50%.

Tingkat kecemasan responden adalah 3,33%, kecemasan berat, 73,3% kecemasan sedang, dan

23,3% kecemasan ringan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat kecemasan

pasien pre apendiktomi yang terbanyak adalah menurut tingkat pandidikan SMA 50% (15

orang).

Dukungan keluarga diharapkan mampu menurunkan tingkat kecemasan pada

psien pre operasi yang dapat berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan

penilaian (appraisal), dan dukungan emosional. Dari uraian dan data di atas, maka perlu

dilakukan penelitian guna mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi apendiksitis di RSU.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut: apakah ada hubungan simetris antara dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pasien pre operasi di rumah sakit

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD

1.3.2.   Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi dukungan keluarga yang diberikan pada pasien pre operasi di RSUD

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi apendisitis di RSUD

c. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre

operasi di RSU provinsi Bali.

Page 6: BAB I PRE OPERASI.docx

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian, baik bagi kepentingan

pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini diharapkan

berguna untuk :

1.4.1.      Bagi RSU

a.      Sebagai bahan masukan khususnya tenaga perawat untuk meningkatkan mutu

pelayanan di ruang rawat inap/ bedah dengan cara melibatkan keluarga dalam

memberikan dukungan pada pasien yang akan menjalani operasi.

b.      Memperkaya ilmu pengetahuan tentang dukungan keluarga pada pasien pre operasi.

1.4.2.      Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri tentang

pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan dukungan keluarga pada pasien

pre operasi.

1.4.3.      Bagi pengembangan ilmu

a.      Dapat dijadikan informasi bagi akademik/pendidikan untuk kegiatan belajar mengajar

atau sumber pengetahuan tentang ilmu keperawatan pasien pre operasi khususnya

tentang dukungan keluarga.

b.     Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang

kebutuhan dukungan keluarga pada pasien pre operasi.

1.4.4      Bagi pasien

Sebagai fakta ilmiah bahwa pengetahuan dukungan keluarga sangat diperlukan untuk

mengurangi kecemasan pasien pre operasi.

Page 7: BAB I PRE OPERASI.docx