4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperempat dari obat-obatan modern yang beredar didunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Bahkan sampai saat ini pun menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional.( Loomis 1978). Berbagai spesies tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan sebagia bahan baku obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan aktivitas bilogik yang beraneka ragam, setiap metabolit spesiesnya memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat untuk berbagai penyakit. Kajian dan pengetahuan yang sejauh ini beredar mengenai obat tradisional adalah berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dan belum 1

BAB I PRINT.docx

Embed Size (px)

Citation preview

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seperempat dari obat-obatan modern yang beredar didunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Bahkan sampai saat ini pun menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO) 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional.( Loomis 1978). Berbagai spesies tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan sebagia bahan baku obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan aktivitas bilogik yang beraneka ragam, setiap metabolit spesiesnya memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat untuk berbagai penyakit. Kajian dan pengetahuan yang sejauh ini beredar mengenai obat tradisional adalah berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun dan belum teruji secara ilmiyah. Oleh karena itu agar tanamam obat tersebut dapat digunakan dengan aman dan efektif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Banyak keuntungan dari pemakaian obat tradisional, diantaranya dapat diperoleh dengan tanpa resep dokter, dapat disiapkan sendiri oleh masyarakat, bahan bakunya mudah diperoleh, dan tanaman tersebut mudah dibudidayakan di daerah pemukiman. Salah satu contoh adalah penggunaan tanaman kencur (Kaempferia galanga). Kencur (Kaempferia galanga) sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu makanan atau untuk pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul, dan antitoksin. Komponen yang terkandung didalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dilakukan untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi didalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah pemberianya dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis toksis adalah dosis letal dengan LD50.Penelitian ini dilakukan secara in vivo menggunakan hewan coba mencit Balb/c dengan paparan dosis tunggal bertingkat. Pengamatan meliputi jumlah hewan yang mati serta gejala klinis pada 24 jam pertama pemberian ekstrak.

1.2 Rumusan Masalah Berapakah LD50 ekstrak kencur (Kaempferia galanga) pada mencit balb/c ?

1.3 Tujuan Peneiltian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksisitas akut eksrak kencur (Kaempferia galanga) pada mencit Balb/c yang diukur secara kuantitatif dengan LD50.2. Menentukan nilai dari dosis ekstrak kencur (Kaemperia galanga) yang mengakibatkan kematian 50% populais mencit.

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi penelitian lebih lanjut mengenai toksisitas akut pemberian ekstrak kencur (Kaempferia galanga) terhadap mencit Balb/c dan memperkirakan resiko penggunaan ekstrak kencur pada manusia. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah kekayaan ilmu pengetahuan dibidang farmasi terutama pada pengembangan dan penelitian obat-obatan terbaru terkait dengan toksisitas akut.

1