106
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kondisi ini membuat populasi orang berusia lanjut di Indonesia semakin tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penuturan praktisi masalah lanjut usia (lansia), dr. Wahyu Murodion, SKM yang menyatakan “jumlah kelompok lansia di Indonesia terus bertambah seiring dengan meningkatnya harapan hidup”. Keberhasilan pembangunan kesehatan telah meningkatkan jumlah penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas dari 5,3 juta jiwa (1971), 6,6 juta jiwa (1980), 11,5 juta jiwa (1990), 22,5 juta jiwa (2000) dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa. Lansia bukanlah sekelompok orang yang tidak dapat berguna bagi orang lain atau lingkungan di sekitarnya, ataupun sekelompok orang yang hanya akan menjadi beban 1

BAB I Revisi

Embed Size (px)

Citation preview

44

1BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAngka harapan hidup manusia Indonesia semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Kondisi ini membuat populasi orang berusia lanjut di Indonesia semakin tinggi. Hal tersebut sejalan dengan penuturan praktisi masalah lanjut usia (lansia), dr. Wahyu Murodion, SKM yang menyatakan jumlah kelompok lansia di Indonesia terus bertambah seiring dengan meningkatnya harapan hidup. Keberhasilan pembangunan kesehatan telah meningkatkan jumlah penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas dari 5,3 juta jiwa (1971), 6,6 juta jiwa (1980), 11,5 juta jiwa (1990), 22,5 juta jiwa (2000) dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa. Lansia bukanlah sekelompok orang yang tidak dapat berguna bagi orang lain atau lingkungan di sekitarnya, ataupun sekelompok orang yang hanya akan menjadi beban bagi orang lain di sekitarnya, tetapi lansia merupakan sekelompok orang yang sama-sama memiliki kesempatan untuk dapat berkarya dan hidup secara mandiri seperti halnya orang belum menginjak lansia. Dengan kata lain, lansia juga masih dapat hidup secara produktif dan mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap orang lain dan lingkungan di sekitarnya, oleh karena itu lansia juga dapat menciptakan kualitas hidup yang baik. Namun, kondisi di atas akan terwujud, serta dapat berjalan dengan lancar dan seimbang jika lansia tersebut memiliki kesehatan yang optimal dan terhindar dari deraan berbagai macam penyakit yang kerap sekali mengganggu (2004)kesehatan para lansia. Salah satu upaya dalam memperoleh kesehatan bagi lansia ialah mengkondisikan mereka agar tetap aktif dengan melakukan aktivitas olahraga yang tepat bagi lansia secara benar dan teratur. Seperti yang dikatakan Hidayat dalam seminar Meningkatkan Kualitas Hidup pada Usia Lanjut di Ciamis, bahwa Para lansia harus tetap aktif sebagai salah satu upaya memperlambat proses penuaan. Ungkapan tadi menegaskan bahwa meskipun proses penuaan ialah proses alami yang tak bisa dicegah namun kedatangannya bisa diperlambat. Bugar di usia lanjut bukanlah mimpi atau khayalan belaka. Setiap orang berhak meraih kebugaran di usia selanjutnya mungkin tanpa memandang berapa tahun usia yang telah dilampauinya. Umumnya masyarakat luas pasrah dengan mitos tua dan menerimanya sebagai kenyataan hidup walaupun mereka harus merasakan deraan berbagai penyakit yang selalu mengantarkannya ke gerbang usia lanjut. Sebagian orang bahkan tidak peduli karena berpandangan bahwa penyakit, masa tua, dan kematian mau tidak mau pasti akan menjemputnya. Sebagian masyarat Indonesia berpendapat Bahwa wajar jika suatu saat orang tua meninggal dalam kondisi yang lemah, sakit dan tidak berdaya akibat berbagai penyakit yang lazim menyerang pada lansia. Kondisi ini harus kita tepis. Kita harus bangkitkan motivasi yang kuat untuk meraih kondisi kesehatan yang prima pada usia lanjut. Bila takdir mengharuskan para lansia untuk meninggal, paling tidak para lansia dapat terhindar dari deraan berbagai penyakit. Cara yang paling sederhana dalam upaya mengurangi risiko timbulnya penyakit pada lansia ini ialah dengan memberikan perhatian yang sama dalam sebuah keluarga sebagai bagian dari anggota rumah tangga. Seperti yang dikatakan Yustiani (2004) dalam seminar Meningkatkan Kualitas Hidup pada Usia Lanjut di Ciamis, bahwa Peran keluarga sangat penting dalam mengatasi demensia (pikun) serta penyakit pada lansia. Kita semua sepakat bahwa setiap orang tentu berharap bila waktunya tiba dapat meninggal dalam keadaan tenang, mandiri, dan sehat. Banyak cara yang dapat di lakukan untuk mendapatkan suatu keadaan sehat. Mengikuti kegiatan di tempat kebugaran, menjadi anggota dalam sanggar senam, atau memiliki rutinitas dalam berolahraga merupakan upaya untuk mendapatkan keadaan sehat. Pada kenyataannya, sebagian orang melakukan aktivitas olahraga tersebut di perkumpulan-perkumpulan olahraga. Walaupun demikian, jika kita melakukan sendiri maka telah dikatakan sebagai cara untuk mendapatkan sekaligus menjadi keadaan sehat. Salah satu dari berbagai aktivitas olahraga tersebut ialah dengan melakukan gerakan-gerakan senam yoga secara benar, teratur dan terprogram sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan. Senam yoga merupakan suatu bentuk latihan pernafasan dan gerak yang kurang terkenal di masyarakat luas. Hal ini terjadi karena senam yoga biasanya dilakukan di dalam ruangan sehingga orang lain yang tidak terlibat secara langsung tidak akan menetahui keberadaan senam yoga tersebut. Padahal, jika dihubungkan dengan kebutuhan gerak bagi lansia, senam yoga sangat cocok untuk dijadikan solusi dalam mengatasi masalah kekurangan gerak bagi lansia, sebab dalam pelaksanaannya senam yoga tidak menuntut para pelakunya untuk memiliki kesiapan khusus seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan dan aspek kebugaran jasmani yang lainnya. Tidak seperti jenis olahraga lain yang cenderung harus mempunyai aspek kebugaran jasmani dalam melakukan olahraga tersebut. Pada kenyataannya, orang yang termasuk golongan lansia ini kurang mengetahui eksistensi senam yoga, hal ini terbukti dari sedikitnya golongan lansia yang mengikuti perkumpulan senam yoga jika dibandingkan dengan perkumpulan lansia yang melaksanakan senam yoga. Di samping itu, faktor biaya yang relatif mahal merupakan salah satu penyebab senam yoga kurang dikenal. Namun, kesadaran masyarakat akan kebutuhan olahraga ini semakin meningkat sehingga senam yoga pun perlahan mulai diikuti oleh masyarakat walaupun belum begitu banyak. Semua orang akan berpendapat bahwa hidup mandiri dan sehat merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Lebih khusus lagi bagi para lansia yang sering dianggap sebagai kelompok umur yang kualitas hidup mandiri dan sehatnya akan berkurang atau bahkan sampai hilang ketika menjalani masa usia lanjutnya. Hal tersebut bisa diantisipasi jika para lansia melakukan sebuah usaha untuk mempertahankan kondisi kesehatannya agar dapat hidup secara mandiri. Melihat hal tersebut, bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan lansia yang menawarkan program-program latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran para lansia, tentunya dengan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi fisik lansia. Di sisi lain, kita bisa menemukan sebuah perkumpulan olahraga yang sama-sama menawarkan bentuk latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani para anggotanya, dan tidak dihususkan bagi kelompok umur tertentu melainkan dapat diikuti oleh umum baik pria ataupun wanita. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa senam yoga banyak macamnya dan salah satunya adalah senam yoga asanas. Jika dilihat dari gerakannya, senam yoga asanas dapat dijadikan sebagai alternatif untuk para lansia dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan kualitas kesehatannya. Hal tadi sesuai dengan Kusmaedi (2003:92) bahwa Yoga adalah salah satu bentuk olahraga yang baik bagi lansia, dapat memberikan keuntungan dalam upaya memelihara kebugaran fisik dan mental. Gerakan yoga asanas di samping menarik, juga mudah dilakukan oleh semua kalangan, baik tua maupun muda asalkan mereka memiliki kemampuan dan semangat yang tinggi dalam menjalaninya. Dalam latihan senam yoga asanas apabila dilihat dari gerakannya dilakukan secara bertahap, halus, tidak menimbulkan ketegangan dan memerlukan konsentrasi yang penuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa yoga asanas sangat cocok dilakukan oleh para lanjut usia. Umumnya, lansia memiliki masalah yang sama yakni kekurangan olahraga atau kekurangan gerak tubuh. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode dalam mengatasi pandangan masyarakat terhadap keterbatasan lansia, sehingga mereka mengetahui bahwa memperisapkan atau mendapatkan kondisi sehat di usia lanjut ternyata tidak sesulit yang mereka kira. Dalam hal ini sepertinya dengan melakukan senam yoga asanas maka harapan untuk mendapatkan kondisi bugar di usia lanjut dapat tercapai. Secara tidak langsung, orang yang mengikuti senam yoga asanas ini akan mendapatkan beberapa keuntungan di antaranya terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru yang cenderung dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan kualitasnya jika dilakukan secara benar dan teratur. Peningkatan kapasitas vital paru-paru akan meningkat kemampuannya karena dalam senam yoga asanas ini terdapat sebuah latihan pernapasan dengan bentuk latihan mengambil napas panjang, menahan napas beberapa saat dan mengeluarkannya secara maksimal dan perlahan. Dengan demikian, akan terjadi semacam latihan bagi paru-paru yang akan menyebabkan paru-paru untuk terus menyesuaikan diri terahdap pembebanan dari perlakuan dalam senam yoga asanas ini (aklimatisasi/ penyesuaian paru-paru). Oleh karena itu perlu diadakan sebuah penelitian dengan mensosialisasikan senam yoga asanas kepada perkumpulan lansia, agar mayoritas lansia dapat merasakan manfaatnya, sehingga tidak hanya dilakukan oleh minoritas lansia yang menjadi anggota di perkumpulan senam yoga asanas saja. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai pengaruh senam yoga asanas terhadap kapasitas vital paru-paru anggota wanita lansia di Cimari.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah latihan senam yoga asanas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru wanita lansia ? C. Tujuan PenelitianSesuai dengan pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh latihan senam yoga asanas terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru wanita lansia.

D. Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh beberapa kegunaan sebagai berikut :1. Sebagai bahan informasi bagi para lanjut usia mengenai pengaruh latihan senam yoga asanas terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru. 2. Sebagai bahan informasi bagi para pembina, pengurus atau pengelola organisasi lanjut usia mengenai peran senam yoga asanas dalam menjaga sekaligus meningkatkan kapasitas vital paru-paru.

E. Pembatasan Penelitian1. Penelitian ini terbatas pada pengaruh senam yoga asanas terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota perkumpulan lansia Bina Keluarga Lansia di GOR Tajur Halang Cimari. Sedangkan sampelnya ialah seluruh populasi wanita yang berusia 60 tahun ke atas. 3. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Ciamis, yaitu di Cimari tepatnya di Jln. Raya Cimari No. 94 Desa Cimari

F. Batasan IstilahBatasan istilah merupakan pembatasan terhadap kemungkinan terjadinya interprestasi suatu istilah yang dapat menyebakan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian sebenarnya. Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diberikan penjelasan agar terdapat kesamaan konsep dalam menafsirkannya supaya terhindar dari penafsiran yang salah. Di bawah ini penulis uraikan pengertian beberapa istilah yang digunakan dalam skripsi ini,di antaranya :1. Menurut Harsono,(1988:25) Pengaruh adalah Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang berkuasa atau berkekuatan. 2. Menurut Arcarya, (1992:8) Asanas adalah sikap tubuh yang enak dilakukan. 3. Menurut Lahiri,(1977:78) Kapasitas vital paru-paru adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. 4. Menurut Kusmaedi, (2003:24) Lanjut usia atau masa tua adalah tahapan dalam rentang kehidupan manusia yang paling akhir yakni usia 60 tahun sampai dengan meninggal.

G. Anggapan Dasar dan HipotesisAnggapan dasar diperlukan sebagai pegangan dalam penelitian serta dijadikan bahan titik tolak dari proses penelitian. Pengertian anggapan dasar menurut Arikunto (1986:15) adalah Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan di pakai untuk berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :1. Dalam latihan senam yoga, pengambilan nafas dilakukan dalam beberapa posisi tubuh, yaitu dengan berdiri, duduk dalam posisi tegak yang enak, menarik nafas perlahan-lahan dengan tenang, menahan nafas beberapa saat lalu mengeluarkannya lagi secara perlahan pula, yang akan menyebabkan relaksasi. 2. Menurut Anandamitra, 1998:50 Sikap badan yang rileks merupakan posisi yang sangat penting dilakukan ketika latihan senam yoga asanas, dapat memperkuat otot-otot pernapas3. Ketika bernafas, paru-paru dapat bekerja disebabkan oleh kontraksi otot-otot pernafasan sehingga volume paru-paru akan berubah menyebabkan tekanan udara dalam paru-paru berubah pula. Oleh karenanya semakin kuat otot-otot pernafasan berkontraksi maka kemampuan bernafasnya akan meningkat pula, sehingga berpengaruh terhadap kapasitas vital paru-paru. 4. Setiap manusia yang hidup pasti memiliki kapasitas vital paru-paru. Kapasitas vital paru-paru seorang individu berbeda dengan yang lainnya, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, dan postur tubuh. 5. Kemampuan paru-paru ini dapat ditingkatkan dan minimalnya dapat dipelihara atau dipertahankan dengan melakukan aktifitas fisik, salah satunya dengan melakukan senam yoga asanas. Berdasarkan anggapan dasar di atas maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : Latihan senam yoga asanas berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru wanita lansia.

10BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Hakekat Yoga1. Pengertian YogaIstilah yoga berasal dari kata Yo yang berarti satu, dan Ga berarti menyeluruh. Jadi, secara definisi yoga dapat diartikan sebagai berikut. Menurut Lysebeth, (1997:7) Yoga adalah suatu keadaan dimana keadaan diri dipersatukan dengan kesadaran yang maha kuat. Dengan adanya latihan yoga yang menekankan pernapasan yang teratur dan konsentrasi, diharapkan dapat memperkuat kesadaran pada diri sendiri. Sedangkan menurut Avadhutika (1996:116) Yoga berarti penunggalan, dalam prakteknya yoga membimbing seseorang agar menyatu dengan seluruh atmanya yang ada di dalam diri dan keadaan itu merupakan cita-cita sejati sebuah kehidupan. Dari kedua pendapat di atas maka penulis mengambil inti sarinya bahwa yoga itu bisa dipelajari, serta dapat mengembangkan seluruh keperibadian seseorang baik spritiual, mental maupun fisik. Latihan yoga adalah latihan yang gerakannya indah dan lembut. Jika anda berlatih yoga dengan teratur, anda akan mencapai kebenaran, keindahan, cinta dan kenikmatan. Untuk mencapai hasil yang baik dari yoga, anda harus berlatih dengan tekun dan sabar dan latihan ini akan memakan waktu yang lama. Hittleman (2004) berkata bahwa tujuan kita akan tercapai di dalam prinsip "Hatha yoga' (yoga fisik) dan dari pengalaman-pengalaman, kita mengetahui bahwa setelah berlatih yoga selama 28 hari, kita akan merasakan perubahan-perubahan positif dari organ-organ di dalam tubuh kita.

2. Perbedaan Gerakan Senam Yoga Asanas dengan Olahraga Lainnya. Dalam melakukan gerakan senam yoga asanas, tenaga lebih banyak dikumpulkan dari pada dipergunakan sedangkan dalam olahraga lainnya, tenaga banyak dipergunakan dari pada dikumpulkan. Agar perbedaannya lebih jelas, di bawah ini diterangakan mengenai perbedaan antara senam yoga asanas dengan olahraga lainnya. 1. Pada gerakan senam yoga asanas hanya terjadi kontraksi yang lunak terhadap otot tertentu dan diikuti dengan relaksasi, sedangkan pada olahraga lainnya terjadi kontraksi otot yang kuat, cepat, dan dilakukan dengan berulang-ulang. 2. Gerakan senam yoga asanas selalu berharap, lembut, dan tidak menimbulkan ketegangan pada otot dan jantung. Sedangkan pada olahraga lainnya ada kemungkinan terjadinya ketegangan pada otot dan jantung. 3. Asanas cenderung ditekankan pada ketenangan dan kesendirian. Sedangkan pada olahraga lainnya terdapat sebuah persaingan. 4. Senam yoga asanas lebih dominan pada mental, sedangkan olahraga yang lainnya lebih berpengaruh pada fisikGerakan senam yoga asanas merupakan kebalikan dari olahraga keras, melibatkan kontraksi otot tertentu, dipertahankan dalam jangka waktu tertentu secara bertahap, tubuh menjadi terbiasa terhadap latihan yang teratur maka aktivitas fisik akan menjadi bagian dari senam yoga asanas. Gerakan senam yoga asanas dilakukan dengan halus disertai nafas yang dalam disesuaikan dengan gerakannya. Bentuk-bentuk gerakan yoga asanas yang diberikan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari delapan gerakan yaitu pose ular cobra, pose teratai, pose sempurna, pose admantine, pose menyentuh jari-jari kaki, pose mudah, pose mencium lutut dan proses menurut aliran udara. Padahal, pada kenyataannya, bentuk gerakan yoga asanas sangat banyak yang telah diciptakan oleh para ahli yoga. Dewasa ini telah terdapat lebih dari 50. 000 jenis asanas, namun dalam prakteknya cukup dipilih beberapa gerakan saja untuk dilatih sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pelakunya. Pemilihan gerakan yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini hanya terdiri dari delapan gerkan saja sebab ketentuannya bagi para pemula hanya disarankan untuk melakukan tiga belas gerakan saja. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik fisik lansia. Mengenai sifat gerakan bagi lansia, Kusmaedi (2003: 91) mengatkan :

Beberapa sifat gerakan yang harus dilakukan dalam senam untuk lansia adalah : (1) gerakan mudah (2) gerakan gerakan loncat-loncat, (3) gerakan tidak menimbulkan resiko cedera, (4) gerakan harus bersifat ritmis, tidak terhentak-hentak, (5) tidak boleh ada gerakan mundur, dan (6) jangan mengubah gerakan secara tiba-tiba.

Senada dengan pendapat di atas. Wirakusumah (2000:125) mengatakan :

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada latihan fisik lansia adalah : (1) latihan dilaksanakan dengan memperhitungkan kemampuan fisik, dengan pertimbangan seperti usia, jenis kelamin, kesehatan, psikologi, gaya hidup dan lingkungan, (2) lakukan latihan pemanasan cukup lama sebelum melakukan latihan inti, (3) peningkatan proporsi latihan secara bertahap, teratur, sistematis dan kenaikannya secara perlahan-lahan supaya badan dapat melakukan penyesuaian dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup usia lanjut (4) jangan menjatuhkan kepala ke belakang, karena tulang leher merupakan bagian tubuh yang pertama kali mengalami osteoporosis (5) hindari beban yang berlebihan

3. Bentuk Latihan Yoga Asanasa. Pose Ular CobraMenelungkup di atas lantai, sentuh dahi di atas lantai, julurkan tangan disisi tubuh, rangkapkan kaki dengan tapak kaki menghadap ke atas, tekuk tangan dan letakan tapak tangan pada lantai di dekat dada naikkan kepala dan dorong dagu ke depan, dongakkan kepala ke belakang sedapat mungkin, angkat tubuh perlahan-lahan, letakkan bagian tubuh (dari pusar ke bawah) tetap diatas lantai, gunakan tangan untuk keseimbangan badan, kembali kesikap semula dengan perlahan-lahan dan lembut.

Gambar 2.1Bentuk Pose Ular Kobrab. Pose TerataiDuduklah di atas lantai, rentangkan kaki ke depan, letakan dengan perlahan-lahan kaki kanan di atas paha kiri (tapak kakinya menghadap ke atas), tekan tumit pada tulang kemaluan dan sentuhkan tumit kiri ini pada tumit kanan, letakan tapak tangan kanan pada lutut kanan (menghadap ke atas), letakan tapak tangan kiri pada lutut kiri (menghadap ke atas).

Gambar 2.2Bentuk Pose Teratai

c. Pose SempurnaDuduk dengan merentangkan kaki, letakan salah satu tumit/misalnya sebelah kiri) di atas paha kanan, letakan tumit yang lain (misalnya sebelah kanan), susun kaki-kaki sedemikian rupa sehingga letaknya membuat anda merasa relek, kaki-kaki tersebut harus saling bersentuhan, tangan-tangan harus diletakan di atas lutut.

Gambar 2.3Bentuk Pose Sempurnad. Pose AdmantineDuduk dengan tegak dan julurkan kaki kedepan, letakan tangan di atas lantai di sebelah paha anda, tekuklah kaki kanan dengan perlahan-lahan dibagian lutut dan letakan kaki kiri, demikian juga dengan kaki kiri, tekanlah berat badan pada kaki-kaki yang ditekuk tadi, hadapkan tapak kaki ke atas, duduk dengan sikap ini, jari-jari kaki kanan dan kiri boleh bersentuhan, boleh pula tidak bersentuhan tegakkan tulang belakang, letakan tapak tangan di atas lutut, pejamkan mata konsentrasikan pikiran, bernafas dengan panjang dan perlahan-lahan, ulangi latihan ini dari permulaan.

Gambar 2.4Bentuk Pose Admantine

e. Pose Menyentuh Jari-Jari KakiDuduk di atas lantai, julurkan kaki sejauh mungkin, luruskan punggung, leher dan kepala anda, luruskan lengan di atas kepala, turunkan tangan sehingga dapat menyentuh jari-jari kaki, tarik nafas selagi menurunkan lengan untuk menyentuh jari kaki, tahan nafas selagi lengan menyentuh jari-jari kaki, hembuskan nafas selagi lengan ditarik kembali ke atas kepala, tahan nafas ketika lengan sudah ada di atas kepala lagi. (lakukan latihan ini 5 kali)

Gambar 2.5Bentuk Pose Menyentuh Jari-Jari Kaki

f. Pose MudahDuduk dengan tegak, rentangkan kaki ke depan, letakan tangan pada paha, tekuk kaki kanan dibagian lutut, sehingga tumit menekan pangkal paha kiri, tekuk kaki kiri dan tekan tumit pada pangkal paha, masukan jari-jari kaki kiri pada tekukan kaki kanan, letakan tapak tangan pada lutut, tahanlah sikap ini untuk beberapa menit, ulang sikap ini untuk beberapa menit, ulang sikap ini tetapi dimulai dulu dengan menekuk kaki kiri anda di bagian lutut terlebih dahulu.

Gambar 2.6Bentuk Pose Mudah

g. Pose Mencium Lutut Duduk di atas lantai, julurkan kaki kedepan sejauh mungkin, tegakkan punggung, leher dan kepala, bungkukkan punggung sehingga dapat mencium lutut, letakkan tangan di dekat tumit/di bawah bagian lutut, tahan sikap ini selama mungkin anda bertahan, kembali ke sikap semula, tarik nafas bila membungkuk untuk mencium lutut, tahan nafas ketika lutut telah tercium, hembuskan nafas ketika posisi tubuh vertikal dengan kaki, tahan nafas setelah tubuh, leher, kepala telah tegak kembali.

Gambar 2.7Bentuk Mencium Lututh. Pose Menurut Aliran Udara Duduk di atas lantai, julurkan kaki sejauh mungkin, luruskan tubuh, leher dan kepala, julurkan lengan di atas lantai sejauh mungkin, lengan, kaki, tubuh, leher dan kepala harus tegang dan lurus.

Gambar 2.8Bentuk Menurut Aliran Udara

B. Kapasitas Vital Paru-ParuSebelum mengupas secara lebih rinci tentang kapasitas vital paru-paru, terlebih dahulu kita harus melakukan beberapa hal yang dapat mempermudah pemahamannya. Adapun hal-hal yang harus diketahui di antaranya ialah mengenai pernapasan, anatomi paru, otot-otot pernapasan, dan mekanika pernapasan yang di dalamnya menerangkan tentang pengertian kapasitas vital paru-paru. Istilah pernapasan, yang lazim digunakan mencakup dua proses, yang pertama pernapasan luar (eksternal), yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan; serta pernapasan dalam (internal), yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya. Sistem pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi ini terdiri atas dinding dada; otot-otot pernapasan yang meningkat dan menurunkan ukuran rongga dada; pusat pernapasan di otak yang mengendalikan otot pernapasan; serta sel-sel dan saraf yang menghubungkan pusat pernapasan dengan otot pernapasan. Dalam keadaan istirahat, frekuensi pernapasan manusia normal berkisar antara 12-15 kali permenit. Satu kali bernapas, 500 mililiter udara, atau enam sampai delapan liter udara per menit dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini bercampur dengan gas yang terdapat di dalam alveoli, dan selanjutnya O2 masuk ke dalam darah di kapiler paru, sedangkan CO2 masuk ke dalam alveoli, melalui proses difusi sederhana. Dengan cara ini 250 ml O2 per menit masuk ke dalam tubuh dan 200 ml CO2 akan dikeluarkan. Berbagai gas lain, seperti gas metana dari usus halus dapat dijumpai di udara ekspirasi dalam jumlah kecil. Alkohol dan aseton akan dikeluarkan melalui udara ekspirasi apabila kadarnya dalam tubuh cukup memadai. Pada kenyataannya, lebih dari 250 jenis senyawa yang merugikan dan mudah menguap telah diidentifikasi dalam udara pernapasan manusia. Sesuai dengan pernyataan di atas, maka secara garis besar tujuan bernapas adalah mengambil oksigen dari udara luar untuk keperluan oksidasi sel dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa oksidasi sel ke udara. Hal ini sejalan dengan penuturan Muchtamadji (1998:1) yang mengatakan : Pernapasan adalah seluruh deretan peristiwa yang dimulai dengan pengisapan udara luar dan berakhir dengan oksidasi sel, termasuk pengeluaran CO2 (karbondioksida) ke udara luar. a. Anatomi Paru-paru(1) Saluran UdaraSetelah melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menurut trakea, melalui bronkiolus, bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris sampai ke alveoli. Menurut Soegiardo (1991:31) Anatomi alat-alat pernapasan ialah : Cavumnasi, Cavumoris, Pharynx, Larynx, Trachea, Bronchus, Bronchiolus, Bronchiolus respiratorius, Ductus alveolaris, Sacculus alveolaris, Alveolus. Antara trakea dan sakus alveolaris (sacculus alveolaris) terdapat 23 kali percabangan antara saluran udara. Enam belas percabangan pertama saluran udara merupakan saluran konduksi yang menyalurkan udara dari dan ke lingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus dan bronkiolus respiratorius. Tujuan percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan zona respirasi, tempat terjadinya pertukaran gas, dan terdiri dari bronkioulus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Adanya percabangan saluran udara majemuk ini sangat meningkatkan luas total penampang melintang saluran udara, dari 2,5 cm2 di trakea, menjadi 11. 800 cm2 di alveoli. Akhirnya, kecepatan aliran udara di dalam saluran kecil sangat menurun mencapai nilai yang rendah. Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru, dan pada umumnya, struktur antara udara dan darah kapiler tempat terjadinya difusi O2 dan CO2 sangat tipis. Pada manusia didapatkan 300 juta alveoli yang berhubungan dengan pembuluh kapiler dalam kedua paru sekitar 70 m2. Tiap alveolus dilapisi oleh dua jenis sel epitel. Sel tipe satu merupakan sel gepeng yang memiliki perluasan sitoplasma yang benar dan merupakan sel pelapis utama. Sel tipe dua (pneumosit granular) lebih tebal dan mengandung banyak badan inklusi lamerlar. Sel-sel ini mensekresi surfaktan. Kemudian terdapat pula sel epitel jenis kedua lainnya, dan paru-paru juga memiliki makrofag alveolus paru, limfosit, sel plasma, serta sel mast. Sel mast mengandung heparin, berbagai lipid, histamin dan berbagai protease yang ikut ambil bagian dalam reaksi alergi. (2) Bronkus dan pernafasannya Dinding trakea dan bronkus mengandung tulang rawan, tetapi relatif hanya sedikit otot polos. Dindingnya dilapisi oleh epitel bersilia yang mengandung kelenjar mukus dan serosa. Epitel bersilia ini terdapat sampai dengan bronkiolus respiratorius, namun kelenjar tidak didapati pada epitel bronkiolus dan bronkiolus terminalis serta didingnya tidak mengandung tulang rawan. Walaupun demikian, dindingnya mengandung lebih banyak otot polos, dan jumlah otot polos terbanyak, bila dibandingkan dengan ketebalan dindingnya. Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Ditemukan banyak reseptor muskarinik, dan perangsangan kolinergik yang dapat mengakibatkan bronkokontriksi. (3) Sirkulasi paruHampir seluruh darah dalam tubuh mengalir melalui arteri pulmonalis menuju kapiler paru, tempat terjadinya oksigenasi darah dan kemudian dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Arteri bronkialis yang jauh lebih kecil dan letaknya terpisah, merupakan cabang aorta dan vena bronkialis akan mengirimkan darahnya menuju vena azygos. Peredaran darah bronkial berfungsi memberi nutrisi pada bronkus dan pleura, namun didapatkan anastomosis yang luas antara jalinan kapiler bronkial dengan pulmonal. b. Otot-otot pernapasanGerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75% selama inspirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks (dada), membentuk kubah di atas hepar dan bergerak ke arah bawah seperti piston pada saat berkontraksi. Jarak pergerakan diafragma berkisar antara 1,5 cm sampai 7 cm saat inspirasi. Hal ini sejalan dengan Muchtamadji (1998: 6, 7) yang mengatakan :Pembesaran rongga dada ke arah vertikal diwujudkan oleh kontraksi otot diaphragma. Pada saat inspirasi biasa, bagian dinding otot yang lengkung ini mengkerut dan merata sehingga terjadi ruangan antara bagian otot dan dinding thorak, sedangkan centrum tendinium tertarik ke bawah 1-2 cm, jadi pembesaran rongga thorak ke arah vertikal diwujudkan oleh otot diaphragma yang merata sehingga terjadi ruang di sekelilingnya, dan sisi bawah paru-paru dapat turun 5-7 cm.

Diafragma terdiri atas tiga bagian : bagian kostal, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari iga-iga sekeliling bagian dasar rongga toraks; bagian krural, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari ligamentum sepanjang tulang belakang; dan tendon sentral, tempat bergabungnya serat-serat kostal dan krural. Oleh karenanya, pada saat melakukan gerakan pernapasan terjadi pembesaran rongga dada ke tiga arah yaitu : vertikal (ke atas dan ke bawah), transversal (ke kiri dan ke kanan) dan sagital (ke muka dan ke belakang). Otot inspirasi penting lainnya adalah muskulus interkostalis eksternus, yang berjalan dari iga ke iga secara miring ke arah bawah dan ke depan. Iga-iga berputar seolah-olah bersendi di bagian punggung, sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, iga-iga di bawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar dan memperbesar diameter anteroposterior rongga dada. Diameter transversal boleh dikatakan hampir tak berubah. Masing-masing otot interkostalis eksternus maupun diaphragma dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat. Muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus di leher merupakan otot-otot inspirasi tambahan yang ikut membantu mengangkat rongga dada pada pernapasan yang sukar dan dalam. Apabila otot ekspirasi berkontraksi, terjadi penurunan volume intratorakal. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena otot-otot ini berjalan miring ke arah bawah belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu berkontraksi akan menarik rongga dada ke bawah. Kontraksi otot dinding abdomen anterior juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke bawah dan ke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma ke atas. Dengan terjadinya pembesaran rongga dada ini maka paru-paru turut diperbesar ruangnya, sebab adanya kedua pleura. Apabila ruangannya diperbesar maka tekanan dalam paru-paru akan menjadi kurang, sehingga tekanannya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar (atmosfer), akibatnya udara luar yang segar akan masuk ke dalam paru-paru. Kesimpulannya, pertukaran udara antara udara luar dengan udara paru (pernapasan luar) disebabkan adanya selisih tekanan. c. Mekanika Pernafasan(1) Inspirasi dan ekspirasiParu-paru dan dinding dada adalah struktur elastik. Dalam keadaan normal, hanya ditemukan selapis tipis cairan di antara paru-paru dan dinding dada. Paru-paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti halnya dua lempengan kaca yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat dipisahkan. Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume intratorakal. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih rendah, dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih tinggi, dan udara mengalir meninggalkan paru-paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intra torakal. Namun pada awal ekspirasi, masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi. Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura menurun sehingga menimbulkan pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila vertilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intratorakal. Kerja inspirasi dapat dibagi kedalam tiga bagian berbeda : (1) yang diperlukan untuk mengekspansikan paru-paru melawan tenaga elastiknya, yang dinamai kerja complaince (daya pengembangan paru-paru dan thoraks), (2) yang diperlukan untuk mengatasi viskositas paru dan struktur dinding dada, dan (3) yang diperlukan untuk mengatasi tahanan jalan pernapasan selama pergerakan udara ke dalam paru-paru. Energi yang diperlukan untuk respirasi, selama pernapasan tenang dan normal, hanya diperlukan dua sampai tiga persen energi total yang dikeluarkan oleh tubuh untuk menggerakan proses ventilasi paru. (2) Volume dan kapasitas paruUntuk memudahkan penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa ventilasi paru, udara di dalam paru-paru pada bagian ini telah dibagi menjadi empat macam volume dan empat macam kapasitas, yaitu sebagai berikut:a. Volume alun napas (Tidal Volume/TV) merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan disetiap pernapasan normal, dan jumlahnya kira-kira 500 ml. b. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/IRV) merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal, atau jumlah udara yang masih dapat masuk ke dalam paru-paru pada inspirasi maksimal, setelah inspirasi biasa dan ini biasanya sama dengan kira-kira 3000 ml. c. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV) merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi tidal yang normal; jumlahnya kira-kira 1100 ml. d. Volume sisa (Residual Volume/RV) adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat. Volume ini rata-rata sekitar 1200 ml. Sedangkan untuk mengetahui lebih jelas tentang kapasitas paru, di bawah ini diuraikan menjadi empat bagian, yaitu:a. Kapasitas inspirasi, sama dengan volume tidal ditambah dengan volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumalh maksimum. b. Kapasitas sisa fungsional, sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Ini adalah jumlah udara yang tersisa di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml). c. Kapasitas vital, sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 ml). d. Kapasitas total paru, adalah volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya (kira-kira 5800 ml). Semua volume dan kapasitas paru wanita kira-kira 20 sampai 25 persen di bawah pria, di samping itu pula orang yang bertubuh besar dan yang lebih aktif dalam kegiatan jasmani atau olahragawan pasti memiliki volume dan kapasitas yang lebih besar pula. Dengan kata lain bentuk anatomis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan paru-paru untuk menyimpan udara sebesar-besarnya. Dalam menguraikan peristiwa-peristiwa pada siklus paru, kadang-kadang diperlukan untuk menyatukan dua volume atau lebih seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru. Untuk lebih jelas mengenai volume dan kapasitas paru-paru, lihatlah gambar berikut ini :

Gambar 2.9Volume paru dan sejumlah pengukuran yang berkaitan dengan pernapasan.

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi peningkatan kapasitas vital adalah (1) posisi orang tersebut selama pengukuran peningkatan kapasitas vital, (2) kekuatan otot pernafasan, dan (3) distensibilitas paru-paru dan sangkar dada, yang dibuat compliance paru-paru. Selama latihan fisik atau ketika melakukan olahraga, jumlah O2 yang memasuki aliran darah di paru-paru meningkat, karena adanya kenaikan jumlah O2 yang ditambahkan pada tiap satuan darah serta bertambahnya aliran darah pulmonal per menit. PO2 (Tekanan O2) darah yang mengalir ke dalam kapiler pulmonal akan menurun dari 40 menjadi 25 mm Hg atau kurang, sehingga perbedaan PO2 alveol-kapiler meningkat dan lebih banyak O2 akan masuk ke dalam darh. Aliran darah per menit meningkat dari 5,5 L/menit menjadi 20-35 L/menit. Dengan demikian jumlah O2 total yang memasuki darah juga bertambah, dari 250 mL/menit saat istirahat mencapai 4000 mL/menit. Dari peningkatan inilah, baik peningkatan jumlah O2 yang terkandung dalam darah yang akan diteruskan pada pemasukan terhadap kapasitas paru-paru, maupun peningkatan jumlah atau volume darah akibat banyaknya kandungan oksigen ketika melakukan olahraga, maka secara otomatis kemampuan paru-paru dalam menampung udara dalam kapasitas yang besar ini akan melatih dan membiasakan kerja paru-paru. Sehingga dengan kata lain bahwa dengan melakukan olahraga kapasitas vital paru-parunya akan meningkat. Pemasukan udara ke dalam alveoli juga menjadi salah satu indikator peningkatan kapasitas vital paru-paru. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli (udara alveolus) ke dalam aliran darah, dan CO2 terus menerus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Pada keadaan seimbang, udara inspirasi bercampur dengan udara alveolus, menggantikan O2 yang telah memasuki alveoli. Kandungan O2 udara alveolus akan menurun dan kandungan O2 udara alveolus akan menurun dan kandungan CO2 -nya meningkat sampai inspirasi berikutnya. Kejadian seperti ini berlangsung secara konstan setiap pernapasan normal. Tetapi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam anatomi paru-paru, disebutkan bahwa pada manusia didapatkan 300 juta alveoli dan dari sekian banyak alveoli yang ada pada manusia itu yang mengalami proses pemasukan udara ketika pernapasan normal tidak terisi selurusnya. Dengan olahraga, maka jumlah alveoli dapat diisi oleh udara menjadi meningkat sehingga kemampuan paru-paru untuk menampung udara akan meningkat pula. Hal ini membuktikan bahwa dengan aktivitas olahraga maka kapasitas vital paru-paru cenderung dapat ditingkatkan. Peningkatan kapasitas vital rata-rata pada pria dewasa kira-kira 4,6 liter, dan pada wanita dewasa kira-kira 3,1 liter.

C. LansiaPerjalanan waktu seakan-akan menyeret seseorang memasuki pintu gerbang usia lanjut. Berada pada usia lanjut seringkali membuat seseorang merasa lemah dan tidak mempunyai semangat hidup. Bayangan hidup sebagai orang yang tak berguna, menderita berbagai penyakit, mengalami penurunan fungsi otak, tidak mendapatkan perhatian keluarga, masyarakat, beban bagi orang muda, dan lain sebagainya semakin menimbulkan ketakutan tersendiri bagi para lansia. Kondisi semacam ini sebenarnya tidak harus terjadi. Meskipun saat memasuki masa lanjut usia banyak terjadi perubahan baik fisik maupun mental, namun kondisi ini bisa diantisipasi kedatangannya. Kecepatan proses penuaan pada setiap individu memang berbeda-beda tergantung sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan proses penuaan. Karenanya, tidaklah heran bila ada orang tua yang tetap energik, semangat, optimis serta tidak nampak dan merasa tua bahkan selalu berusaha mempertahankan diri untuk dapat tampil muda. Ada juga yang sebaliknya, mengalami penuaan dini (tua sebelum waktunya). Kelompok ini umumnya mengabaikan pola hidup sehat, merasa pesimis, mudah stres, tidak bersemangat, dan cenderung membiarkan dirinya digerogoti oleh berbagai penyakit. Kepandaian menyiasati berbagai serangan yang melemahkan kondisi tubuh, seperti berbagai perubahan fisik dan mental juga adanya berbagai penyakit merupakan kunci kebahagiaan lansia. Kecenderungan pola hidup tidak sehat yang semakin meluas terutama di perkotaan perlu diantisipasi. Pola makan tidak teratur, minim asupan serat (sayuran dan buah-buahan), lebih senang dengan makanan berlemak dan bergaram tinggi, pola tidur tidak teratur, polusi udara yang semakin pekat, datangnya berbagai tekanan atau masalah-masalah yang dapat memicu stres, dan depresi juga tentunya karena kurang berolahraga. Semua itu akan membuat tubuh semakin rentan penyakit dan mempercepat proses penuaan. Sementara itu, keinginan kuat untuk tetap tampil muda dan energik di usia selanjutnya mungkin tak jarang mendatangkan godaan untuk mengabaikan cara-cara hidup sehat yang dianjurkan. Pilihan untuk mengambil jalan pintas dengan memanfaatkan kecanggihan berbagai penemuan dalam bidang kedokteran dan farmakologi semakin banyak diminati. Hal tersebut memang tidak keliru. Namun, semua itu tidak akan berarti tanpa dukungan kesiapan fisik dan mental. Kita harus mengetahui sekaligus meyakini bahwa langkah instan tidak dapat menumpas datangnya berbagai penyakit dan perubahan atau penurunan fungsi tubuh. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kondisi bugar diusia lanjut, kita harus menempuh dengan langkah yang terbaik yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat sedini mungkin disertai olahraga yang benar teratur. 1. Definisi LansiaUmumnya indikasi seseorang dianggap memasuki kelompok lanjut usia di Indonesia terjadi usia 60 tahun, saat seseorang memasuki masa pensiun. Lain halnya untuk beberapa negara industri maju, seseorang dianggap memasuki usia lanjut saat memasuki usia 65 tahun menurut (Wirakusumah, 2000:5). Di Amerika Serikat, lansia diklasifikasikan sebagai orang yang berumur 77 tahun, pra lansia antara umur 69-76 tahun, dan dewasa madya pada umur di bawah 68 tahun. Sementara itu, Departemen Kesehatan RI (1990) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan lansia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Cepat lambatnya proses kemunduran yang terjadi sangat tergantung dari motivasi seseorang untuk membenahi pola hidup ke arah pola hidup sehat. Kusmaedi (2003:28) mengatakan bahwa:

Usia 60 tahun ke atas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok,yaitu:a. Kelompok elderly, dari umur 60 tahun sampai 74 tahun. b. Kelompok old, dari umur 75 tahun samapi 90 tahun. c. Kelompok very old, dari umur 90 tahun ke atas

2. Karakteristik Lansia(a) FisikTerjadi penyusutan jaringan-jaringan tubuh, yaitu jaringan-jaringan otot, syaraf, dan organ-organ lainnya. Penurunan atau penyusutan ini umumnya terjadi setelah usia kurang lebih 30 tahun, dengan irama penurunan yang berbeda-beda pada setiap individu. Penurunan relatif lambat sampai akhir usia dewasa muda, penurunan mulai lebih cepat setelah memasuki usia dewasa madya dan menurun tajam memasuki usia tua. Lansia ditandai dengan perubahan fisik tertentu, ciri-ciri tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan. Itulah sebabnya lansia lebih ditakuti daripada usia sebelumnya. Berbagai kegiatan dilakukan oleh para lansia untuk mengisi kehidupannya. Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi seorang lanjut usia adalah dari penampilan kulitnya. Kulit lansia cenderung kelihatan keriput, kasar, dan bintik-bintik dengan pigment gelap/putih yang biasanya dengan mudah diamati. Kulit seorang lansia lebih mudah terangsang gejala-gejala berikut : penampilan yang lebih buruk, memar, mulai kehilangan rambut, kekeringan. Hal-hal tersebut merupakan simbol-simbol perubahan biologis, yang biasanya dinyatakan dalam istilah negatif. (b) Kemampuan fisikDengan bertambahnya usia, sedikit demi sedikit kemampuan fisik mengalami penurunan. Pertambahan usia berpengaruh terhadap kualitas fungsi organ-organ tubuh. Setelah dicapai puncak kualitas, yang dapat dipertahankan dalam beberapa waktu, kemudian akan mengalami penurunan kualitas yang berakibat menurunkan kemampuan fisik. Kualitas fungsi-fungsi yang mengalami penurunan antara lain: (1) Integritas sistem syaraf yang berakibat menurunkan kualitas koordinasi gerak. (2) Kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. (4) Adaptasi kardiorespiratori pada saat melakukan aktifitas dan saat istirahat atau pemulihan. (5) Kepekaan panca indera (6) Daya kontraksi dan elastisitas otot. (7) Fleksibilitas persendian. Penurunan kualitas kemampuan fisik memasuki lansia lebih cepat dibandingkan dengan usia-usia sebelumnya. Oleh karena itu untuk menghambat penurunan kualitas fungsi organ-organ tubuh, para lansia perlu mempunyai suatu kegiatan rutin yang dapat membantu dalam menghambat penurunan tersebut salah satunya ialah dengan melakukan senam yoga asanas. Tanda-tanda lainnya adalah persendian menjadi kaku, terutama panggul dan lutut, karena tekanan sendi-sendi tulang belakang tubuh menjadi lebih pendek, postur yang bongkok adalah ciri-ciri kebanyakan lansia. Kehilangan kekuatan otot adalah salah satu ciri dari penuaan. Kusmaedi (2003:80) mengemukakan bahwa Kekuatan otot pada kelompok usia lanjut akan terus berkurang secara bertahap seiring dengan bertambahnya umur. Penurunan kekuatan otot, terutama otot-otot tungkai dan badan. Mereka menyimpan bahwa penurunan koordinasi terutama disebabkan oleh berkurangnya power dan selanjutnya terhadap kekuatan statis dalam usia lansianya. Perubahan kearah penurunan kualitas dalam hal penampilan ini dapat terjadi hampir di seluruh tubuh, misalnya di daerah kepala dan daerah persendian. Perubahan penurunan fungsi indrawi pun terjadi misalnya dalam penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, perabaan, dan lebih sensitif terhadap rasa sakit. Demikian pula dalam hal kemampuan motorik, misalnya ditandai dengan menurunnya kekuatan, kecepatan, belajar keterampilan baru, kekakuan lebih mudah muncul. Berhentinya menstruasi pada wanita dinamakan menopause. Umumnya hal ini terjadi pada umur-umur pertengahan (antara 40-50 tahun). Penuaan tubuh manusia didasari oleh hal-hal yang terjadi di dalam tubuh. Pertama, yang paling penting adalah kemunduran organ-organ dari sistem tubuh yang tak dapat digantikan: jantung, paru-paru, sistem saraf, hati, ginjal, dan sistem pencernaan yang kesemuanya menunjukan penurunan fungsi manakala organisma menua. Kedua, yaitu menurunnya ketahanan terhadap penyakit. Dengan bertambahnya usia, tubuh menjadi kurang efisien dan kemampuan bertahan terhadap penyakit berkurang. Kedua faktor inilah yang menyebabkan penuaan pada seseorang. (c) Kebutuhan Gerakan dan Olahraga Bagi LansiaGerak yang merupakan unsur pokok olahraga merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Tanpa dapat bergerak seseorang sangat mustahil dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan gerak bagi lansia, perlu diperhatikan kejelasan sesuatu keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh para lansia tersebut. Kebutuhan berolahraga dapat disusun ke dalam berbagai golongan. Salah satu klasifikasi mengenai kebutuhan berolahraga yaitu : 1) kebutuhan berolahraga untuk tujuan prestasi; 2) kebutuhan berolahraga untuk tujuan kesehatan dan rekreasi/wisata; 3) kebutuhan olahraga untuk tujuan pendidikan; 4) kebutuhan olahraga untuk mencari nafkah. Kebutuhan berolahraga bagi lansia harus disesuaikan dengan karakteristik atau tugas-tugas perkembangannya, menurut Kusmaedi (2003) kebutuhan berolahraga bagi lansia harus disesuaikan dengan :

1. Menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan2. Masa pensiun dan berkurangnya pendapatan keluarga. 3. Kematian pasangan hidup. 4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. 5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. 6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

Dalam hal rumusan tujuan berolahraga lansia, juga harus dibedakan penekannya dengan tujuan berolahraga bagi para remaja atau orang dewasa, karena beberapa karakteristik lansia sudah tak memungkinkan lagi untuk beberapa tujuan tertentu, misalnya ke arah pengembangan prestasi. Menurut Adiwikarta (1988:175), mengatakan : Ada lima penekanan tujuan pendidikan orang dewasa yang sangat kecil kemungkinannya dapat dicapai oleh lansia, yaitu : 1). pengembangan intelek, 2). pengembangan perwujudan diri 3). pengembangan pribadi dan masyarakat, 4). perubahan sosial, 5). peningkatan efektivitas organisasi. Namun tujuan berolahraga bagi lansia yaitu dalam rangka memelihara, memulihkan, merehabilitasi atau bahkan meningkatkan derajat sehat dinamis para lansia agar mereka dapat tetap aktif dan berguna baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya

37BAB IIIPROSEDUR PENELITIAN

A. Metode PenelitianDalam mengungkap pengaruh latihan senam yoga asanas terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru anggota Bina Lansia Cimari, merupakan tujuan utama penelitian ini. Untuk merealisasikan tujuan penelitian ini, diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang digunakan itu harus sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dan tujuan yang hendak dicapai, karena metode merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian itu sendiri ialah mengungkap, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Dalam proses pemecahan masalah ini, penulis telah menggunakan metode eksperimen karena metode ini dapat memecahkan masalah yang akan penulis teliti yakni mengungkap tentang seberapa besar peningkatan atau perubahan kapasitas vital paru-paru terhadap sampel yang diberikan treatment atau perlakuan berupa latihan senam yoga asanas dalam kurun waktu tertentu, sebab dengan metode ini kita dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi pada saat yang akan datang dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum yang lebih jelas dan sistematis, faktual serta akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungannya dengan fenomena yang diteliti. Dengan metode ini kita dapat menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu kelompok kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan hasil tes awal yang diambil pada kelompok sampel tersebut sebelum diberikannya kondisi perlakuan, dalam hal ini yakni dengan memberikan latihan senam yoga asanas terhadap sampel. Intinya metode eksperimen yaitu proses penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan terhadap variabel-variabel yang akan diselidiki untuk melihat suatu hasil. Menganai metode eksperimen, Arikunto (1986:3) mengatakan bahwa:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara du faktor yang sengaja ditumbulkan oleh peneliti dengan mengaliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menggangu

Dari pendapat atau penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan metode eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui dengan jelas sesuatu hasil setelah dicobakannya sebuah perlakuan terhadap sampel dalam penelitian, sehingga aspek penelitian dengan pokok masalah yang dicarinya dapat segera terungkap.

B. Desain PenelitianDalam suatu penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain eksperimen yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan penelitian dan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis desain pre test and post test. Menurut Arikunto (1986:77) desain ini mempunyai pola sebagai berikut :

O1 x O2Gambar 3. 1Desain Pre Test and Post TestX : PerlakuanO1 : Pre test (Tes awal / observasi awal)O2 : Post-test (Tes akhir / observasi akhir)Perbedaan antara O1 dengan O2 yakni O2 - O1, diasumsikan merupakan efek dari treatment penelitian kita. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

PopulasiSampelTes AwalKapasitas Vital Paru-ParuYoga AsanasTes AkhirKesimpulanKapasitas Vital Paru-ParuPengelolaan dan Anasilsis Data

Gambar 2. 2Langkah-angkah Penelitian

C. Populasi dan SampelPopulasi dan sampel yang dianggap representatif merupakan suatu hal yang sangat penting keberadaannya sebagai subjek penelitian atau sumber data. Dalam hal ini Sudjana (1989:6) menyatakan tentang populasi sebagai berikut: Populasi adalah totalitas semua nilai yang memungkinkan, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif atau kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah perkumpulan lansia Bina Keluarga Lansia di Cimari. Hal ini sejalan dengan penuturan dari Arikunto (1986:102) mengatakan bahwa: Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan mengenai sampel, Arikunto (1986:104) mengemukakan batasan sampel yaitu, Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut pendapat tersebut, maka sampel penelitian penulis yaitu para peserta perkumpulan lansia di Tajur Halang. Mengenai jumlah sampel penelitian, penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (1986:107) Sebagai berikut : Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut, karena jumlah populasi wanita lansia berjumlah 52 orang atau kurang dari 100 orang, maka penulis mengambil sampel secara keseluruhan. Tujuan dari pengambilan sampel ini ialah untuk memilih sebagian dari populasi, sehingga kesimpulan dari penelitian ini bisa berlaku untuk seluruh populasi. Adapun ciri-ciri atau sifat-sifat populasi ialah sebagai berikut :1. Wanita lansia yang berusia 60 tahun keatas2. Terbebas dari cacat fisik3. Masih aktif atau terdaftar sebagai anggota perkumpulan lansia Tajur Halang di GOR Cimari.

D. Alat Pengumpulan DataPenelitian ini hanya terdiri dari satu kelompok sampel, dengan satu variabel terikat yang akan diukur. Untuk mendapatkan data dari variabel tersebut, maka pengukuran yang dilakukan penulis terdiri dari pengukuran kapasitas vital paru-paru, dengan sebuah alat yang bernama spirometer.

Gambar 3. 3SpirometerPengukuran peningkatan kapasitas vital paru-paru diukur oleh sebuah alat yang bernama spirometer. Dengan alat ini kita akan menemukan seberapa besar kemampuan paru-paru dalam menyimpan udara, sebab kapasitas vital paru-paru itu sendiri adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan oleh paru-paru itu sendiri adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan oleh paru-paru sebanyak-banyaknya setelah melakukan inspirasi sedalam-dalamnya. Agar pelaksanaan pengukurannya lebih akurat maka ketika melakukan pengukuran kapasitas vital paru-paru ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, sebab, selain bentuk anatomis seseorang, masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru-paru ini. di antaranya adalah :1. Posisi orang tersebut selama pengukuran. 2. Kekuatan otot-otot pernapasannya. 3. Distensibilitas paru-paru dan sangkar dada, yang disebut compliance paru-paru, yaitu sifat-sifat elastik di seluruh jaringan paru-paru, dan toraks atau rongga dada yang disebabkan oleh elastisitas alamiah otot, tendon, dan jaringan penyambung dada. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengambilan data ketika pengukuran kapasita vital paru-paru ini ialah :1. Orang yang akan diukur harus dalam posisi berdiri tegak (tidak duduk atau berbaring)

Gambar 3. 4Pengambilan data tes kapasitas vital paru-paru, posisi yang benar

2. Sebelum meniupkan udara ke alat spirometer, orang yang akan diukur harus melakukan inspirasi sedalam-dalamnya. 3. Ketika mulai meniup udara, posisi tubuh harus sampai membungkuk

Gambar 3. 5Posisi ketika meniup udara yang benar4. Data diambil dari skala yang ditunjukan oleh alat tersebut setelah skalanya berhenti atau setelah satu kali tiupan. 5. Pengukuran diulang kembali jika tidak sesuai dengan ketentuan di atas.

E. Rencana Pelaksanaan dan Pengambilan DataSesuai dengan sampel yang diambil maka penulis mengambil data di perkumpulan bina lansia Jln. Raya Cimari No. 94 Desa Cimari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis 40261. Rencana pelaksanaannya tanggal 28 September 2012 untuk mengambil data awal kapasitas vital paru-paru.

F. Rencana PenelitianRencana lamanya eksperimen yang akan penulis laksanakan ialah dimulai tanggal 5 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 6 Januari 2012. Adapun tempat pelaksanaan latihan ialah di GOR Desa Cimari. Lamanya penelitian ialah 3 Bulan penuh atau 12 minggu, dikarenakan dalam jangka waktu tersebut kapasitas seseorang dapat diketahui meningkat atau tidaknya. Hal ini sperti yang diungkapkan oleh Sajoto (1988:210) yaitu Lamanya latihan 8-15 minggu dapat mengembangkan peningkatan kapasitas yang berarti bagi para atlet atau bukan atlet. Dari dua belas minggu lamanya eksperimen yang penulis laksanakan, frekuensi latihannya yaitu dua kali dalam seminggu, setiap hari senin dan jumat. Adapun alasan penulis menentukan jumlah frekuensi latihan ini didasarkan pada pendapat Sajoto (1988:299): Latihan sekurang-kurangnya dilakukan dua kali setiap minggu dan lebih baik lagi empat kali. Sedangkan (1993:19) mengemukakan: Frekuensi latihan paling sedikit dua kali dalam seminggu dengan jarak waktu antara yang merata. Sedangkan lamanya latihan setiap pertemuan adalah 60 menit. Dalam hal ini Giam (1993:19) mengatakan: Untuk waktu latihan 60 menit seminggu (paling sedikit), yaitu 30 menit setiap latihan, dua kali seminggu.

G. Prosedur Pengelolaan DataSetelah data diperoleh dari hasil tes dan pengukuran terkumpul, data tersebut harus diolah secermat mungkin dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai. Agar dapat menguji hipotesis dan memberikan kesimpulan yang tepat, dalam hal ini penulis menggunakan rumus-rumus statistik dari Nurhasan (2002) sebagai beriktu :1. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus : = Nilai rata-rata yang dicapai = Skor yang diperoleh = Sigma yang berarti jumlahN = Jumlah orang/peristiwa2. Menghitung simpangan baku S = Simpanan bakuX1 = Skor yang dicapai seseorang = Nilai rata-ratan = Banyaknya jumlah orang3. Uji NormalitasUji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari hasil pengukuran tersebut normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji normalitas Liliefors. Adapun Langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah :a. Mengurutkan data baku yang terandah sampai tertinggib. Mencari nilai rata-rata dan simpangan bakuc. Mencari angka baku Z dengan rumus: d. Mencari harga distribusi normal kumulatif atau F(Z1). Mencari F(Z1) ditentukan dari tabel, yaitu luas di bawah lengkungan normal standar dari o ke z. e. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nilai Z pada nomor urutan sample yang kemudian dibagi dengan banyaknya sample. f. Mencari selisih F(Z1) dengan S(Z1) dan tentukan harga mutlaknyag. Mencari harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak dari hasil selisih F(Z1) dengan S(Z1) atau yang disebut Loh. Dengan bantuan table Nilai Kritis L untuk uji Lilefors, maka tentukanlah nilai L. i. Bandingkan nilai L tersebut dengan Lo untuk mengetahui diterima tau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria:Terima Ho jika Lo < L = NormalTolak Ho jika Lo > L = Tidak Normal

4. Uji homogenitasBertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel tersebut mempunyai kemampuan awal dan akhir yang sama atau tidak. Rumusan yang digunakan adalah sebagai berikut : Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah Tolak hipotisis (Ho) jika F > FDalam hal lain Ho diterima5. Menguji hipotesaBertujuan untuk menguji perbedaan dua rata-rata (tes awal dan tes akhir) satu pihak, dengan rumusan t hitung (t) sebagai beriktu : t tabel didapat dari rumus : dengan t1 dan t2 = derajat kebebasan n-1 dan = 0,05 dalam tabel distribusi tKriteria :Pasang Hipotesis yang diujinya adalah :- - Kriteria penerimaan dan penolakan Hipotesisnya :- Terima Hipotesis jika : - Jika hipotesis peneliti diterima berarti terdapat peningkatan yang berarti atau signifikan dari treatmen yang peneliti berikan dalam pelaksanaan penelitiannya.

49BAB IV PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Pengelolahan Data Setelah mendapat data yang diperloeh dari hasil tes dan pengukuran, data tersebut harus diolah dan dianalisis secara statistika. Sebab data hasil dari lapangan masih belum berarti dan merupakan skor-skor mentah. Agar data tersebut dapat memberikan makna atau kesimpulan, maka harus diolah dan dianalisis berdasarkan kepada langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan pada Bab III. Langkah-langkah pengelolahan data adalah sebagai berikut :1. Mengubah data mentah menjadi data baku tes awal dan tes akhir pada tes kapasitas vital paru-paru. Data mentah menjadi data baku tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. 2. Menghitung rata-rata, simpangan baku, dan variasi tes awal dan tes akhir pada tes peningkatan kapasitas vital paru-paru.

B. Analisis DataSetelah data itu diolah dengan menghitung rata-rata, simpangan baku, dan variansi tes awal dan tes akhir pada tes kapasitas vital paru-paru, selanjutnya dianalisis untuk dapat memecahkan masalah yang diajukan dalam penelitian. Untuk lebih memperjelas langkah-langkah perhitungan data agar dapat diapahami secara detail maka penulis menerangkan dalam empat bagian, yaitu:

1. Karakteristik SubjekAgar lebih memahami variabel terikat (yang terpengaruh) dalam penelitian ini, maka penulis cantumkan daftar usia, berat badan, dan tinggi badan dari sampel yang penulis teliti. Data karakteristik subjek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 1Data Usia, Berat Badan Dan Tinggi Badan PadaPerkumpulan Bina Keluarga Lansia Tajur Halang Cimari

NoKeteranganUsiaBerat BadanTinggi Badan

1Nilai Rata-rata6252,8156,2

2Standar Deviasi1,858,953,75

Setelah diketahui karakteristik subjek, maka kita bisa melanjutkan pada analisis data berikutnya.

2. Uji Normalitas Untuk pengujian normalitas data ini, penulis kemukakan hasil pengujian normalitas data dengan uji liliefors yang dapat dilihat dalam tabel beriktu ini.

Tabel 4. 2Hasil Pengujian Normalitas DataTes Kapasitas Vital Paru-Paru

DATALOL TabelHasilUji Normalitas

TES AWAL0,0960,161Normal

TES AKHIR0,0920,161Normal

Dari tabel di atas, penulis dapat menganalisis secara sederhana bahwa hasil dari Lo (yang didapat dari nilai nilai paling besar dari harga mutlak setelah penghitungan tabel uji normalitas selisih Fzi dan Szi yang diterangkan pada lampiran), lebih kecil dari nilai L yang diperoleh dari tabel Nilai kritis L untuk Uji Leliefors. Ini berarti bahwa tes awal dan tes akhir kapasitas vital paru-paru berdistribusi normal. Seperti halnya tes awal dan tes akhir kapasitas vital paru-paru yang berdistribusi normal. kesimpulan dari hasil pengujian normalitas data tes awal dan tes akhir pada tes kapasitas vital paru-paru didapatkan hasil bahwa data tersebut berdistribusi normal3. Uji HomogenitasPengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen dan tidaknya data dari dua variansi atau beberapa variansi kelompok sampel.

Tabel 4. 4Hasil Pengujian Homogenitas Tes Kapasitas Vital Paru-Paru

TESF hitungF tabelHasil Uji Homogenitas

F K. V. P0,011,95Homogen

Dari tabel di atas terlihat bahwa Fhitung dari tes kapasitas vital paru-paru, nilainya lebih kecil dari Ftabel. ini berarti bahwa data dari kedua tes yang diteliti oleh penulis bersifat homogen, sehingga dapat dilanjutkan pada uji berikutnya yaitu uji perbedaan rata-rata tes awal dan tes akhir kedua tes.

4. Pengaruh Senam Yoga terhadap Peningkatan Kapasitas Vital Paru-paru Wanita Lansia CimariUntuk mengetahui apakah ada pengaruh dari senam yoga terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru wanita lansia cimari. maka hasil penghitungan data sebelumnya harus diolah lagi untuk yang terakhir kalinya yaitu dengan pengujian perbedaan dua rata-rata. Pengujian ini adalah dengan uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Hal ini dilakukan karena data berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya penulis cantumkan tabel hasil perolehan nilai rata-rata, simpangan baku dan variasi pada tes kapasitas vital paru-paru berikut ini :

Tabel 4. 5Hasil Penghitungan Rata-Rata, Simpangan Baku dan Variansi Tes Kapasitas Vital Paru-Paru

TESRata-rata (x)Simpangan Baku (s)Variansi (s2)

AWAL44,913,23175,03

AKHIR55,113,43180,36

Rata-rata tes awal dan rata-rata tes akhir pada tes kapasitas vital paru-paru terdapat perbedaan sebesar 10,2. Apabila dianalisis secara sederhana terdapat peningkatan terhadap komponen kapasitas vital paru-paru. Tetapi perbedaan rata-rata antara tes awal dengan tes akhir pada tes kapasitas vital paru-paru harus dibuktikan lebih lanjut untuk mengetahui arti perbedaan rata-rata tersebut. Hasil pengujian perbedaan dua rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 6Hasil Pengujian Perbedaan Dua Rata-RataTes Kapasitas Vital Paru-Paru

TESTHipotesis

K. V. P3,631,69Ditolak

Hasil pengujian perbedaan dua rata-rata dari tes kapasitas vital paru-paru pada tabel diatas terlihat bahwa t hitung pada tes kapasitas vital paru-paru menghasilkan nilai 3,36. Jika dibandingkan dengan t tabel yang hanya menghasilkan nilai 1,69 maka t hitung lebih besar dari t tabel atau hipotesis Ho ditolak, tetapi alternatif lainnya (Hi) atau hipotesis penelitian diterima. Dengan kata lain dapat penulis simpulkan bahwa senam yoga asanas yang diberikan pada perkumpulan lansia di Tajur Halang Cimari setelah tiga bulan lamanya eksperimen, terdapat perubahan yang berarti atau signifikan terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru.

C. Diskusi PenemuanHasil pengolahan dan analisis data menunjukan bahwa latihan senam yoga asanas memberikan pengaruh yang berarti (perbedaan yang signifikan) terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru. Pengaruh latihan senam yoga asanas tersebut dapat meningkat karena selain disebabkan oleh faktor gerakan latihan terhadap anatomis dan fisiologis para testee, juga dari pemberian latihan yang sistematis, latihan yang berulang-ulang, dan intensitas latihan yang bertahap semakin lama makin meningkat. Pengaruh latihan senam yoga asanas juga dikendalikan oleh variabel yang akan berpengaruh terhadap penelitian eksperimen seperti kesungguhan melakukan tes dan latihan serta tingkat motivasi testee. Selama masa eksperimen dalam penelitian ini, bahwa teste yang terdiri dari ibu-ibu lanjut usia senang melakukan senam yoga asanas. Mereka melakukan gerakan dengan sungguh-sungguh karena dalam melakukannya diringi dengan musik khusus yang dapat membuat perasaan tenang. Selain itu juga, karena sampel yang penulis ambil ini sudah terbiasa melakukan gerakan senam yang diringi oleh musik. Jadi, pada pelaksanaannya terlihat keseriusan untuk melakukan gerakan yang baik dan benar. Selain itu pula, yang menjadi alasan disenanginya senam ini ialah karena tidak pernah adanya latihan di perkumpulan mereka untuk melakukan senam yoga sebelumnya. Dalam latihan senam yoga asanas, tidak dibutuhkan suatu keterampilan gerak yang khusus, seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan lain sebagainya yang merupakan gerakan dasar yang harus dimiliki pada sebagian besar cabang olahraga. Oleh karena itu, senam yoga ini sangat cocok bagi para lanjut usia sebab dari sisi anatomis dan fisiologisnya mereka yang berusia lanjut tidak akan mampu melakukan gerakan-gerakan yang bersifat berat. Mereka hanya mampu melakukan gerakan yang lembut dan ringan seperti yang ada pada senam yoga asanas.

55BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Bersarakan pengolahan dan analisis data yang telah dikemukakan pada Bab IV, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : latihan senam yoga asanas memberikan pengaruh yang berarti atau signifikan terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru.

B. SaranaSetelah dikemukakan kesimpulan, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :1. Bagi seluruh pengurus maupun pelatih pada perkumpulan lansia agar memasukan senam yoga ini ke dalam program latihannya agar dapat menjadi aktivitas yang rutin. 2. Untuk para peneliti beriktunya, perlu meneliti lebih lanjut tentang pengaruh senam yoga asanas terhadap komponen-komponen kemampuan jasmani selain komponen kapasitas vital paru-paru dan komponen fleksibilitas sendi panggul yang bersifat3. Dianjurkan pula kepada lembaga yang berwenang maupun instansi Dinas Kesehatan untuk memberikan perhatian khusus terhadap perkumpulan lansia dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan ataupun konsultasi kesehatan seputar lansia secara berkala dan terprogram. 4. Kepada siapa saja yang mengharapkan komponen kapasitas vital paru-parunya terpelihara agar menjadikan senam yoga asanas ini sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkannya.

57DAFTAR PUSTAKA

Chetanand, Yogi. (1979). Yoga dan Sex. Surabaya: indah-Tromol pos. Usin, Jos. (1975). Pernapasan Untuk Kesehatan. Adiwikarta, S. (1988). Sosiologi Pendidikan : Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat. Jakarta : Depdikbu. Anandamitra. (1992). Yoga Untuk Kesehatan. Jakarta: Persatuan Ananda Marga IndonesiaArikunto, Suharsimi. (1986). Prosedru Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Damiri, Ahmad. (1994) Anatomi Manusia, Bandung: Diktat FPOK IKIPDepartemen Kesehatan RI. (1992). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. Giam, C. K. dan The, K. C. Alih Bahasa oleh Hartono Satmoko. (1993). Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa Aksara. Giriwijoyo. (1992). Ilmu Faal Olahraga. Buku Pelajaran Mahasiswa. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : C. V. Tambak KesumaHidayat, Imam. (1980). Teori Senam. Bandung : FPOK IKIP Bandung. Ichsan M. (1989). Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Kusmaedi, Nurlan. (2003). Pembelajaran Hidup Sehat Terpadu Berbasis Masyarakat, Pendekatan Olahraga Menuju Hidup Aktif dan Berguna Sepanjang Hayat Bagi Lansia. Bandung : Diktat FPOK UPILahiri. (1977). Phisiological response and adaptation to high altitude. New York : University Park Press. Moeloek, Dangsira dan Tjokro Negoro Ariatmo. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI JakartaNurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran. Bandung: FPOK UPI. Sajoto, M, (2008). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Departemen P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sudjana, (1989). Metode Statistika. Edisi Kelima. Bandung: Tarsito. Sugiyono, (2003). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Tjaliek Soegiardo, (1991). Pernapasan. Bandung: FPOK IKIP. Usin, J. (1996). Pernapasan Utuk Kesehatan. Bandung : FPOK IKIPWirakusumah, Emma S. (2000). Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta : Tribus AgriwidyaWidya Murthi, (1983). Belajar Praktek Senam Yoga. Surabaya: Surya Murthi Publishing. Yasmin, Ni Luh Gede, (1995). Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat (Gibson, John Terjemahan). Edisi kedua. Jakarta: EGC.

DAFTAR PUSTAKA DARI SUMBER INTERNETDikot, Yustiani. (2004). Seminar. [Online]. Tersedia: http://www. pikiranrakyat. com/cetak/1204/12/0202. htm. [21 Juli 2005]. Hidayat, Teddy. (2004). Seminar. [Online]. Tersedia : http://www. pikiranrakyat. com/cetak/1204/12/0203. htm. [21 Juli 2005]Murodion, Wahyu. (2004). Lansia Indonesia. [Online] Tersedia: http://www. depkes. go. id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=679& itemid=2 [19 Juli 2005]. Yoga, Ahli. (1995). Sanggar Senam [Online]. Tersedia : http://anandamarga. or. id/article. php?=520 [21 Juli 2005]*** /ANT. (2002. Info Aging. [Online]. Tersedia: http://situs. kesrepro. info/aging/okt/2002/ag02. htm. [19 Juli 2005]

LAMPIRAN 1DATA MENTAH TES KAPASITAS VITAL PARU-PARU

NoNamaPretestPost-test

1Ibu Hj. Aah15201760

2Ibu Atih24802780

3Ibu Emi15201840

4Ibu Hj. Edeh24802800

5Ibu Enong27203100

6Ibu Eka22202600

7Ibu Engkay23602580

8Ibu Emah24402860

9Ibu Iyom24202780

10Ibu Hj. Iin14201800

11Ibu Inda11201540

12Ibu Kokom18202160

13Ibu Ooh20202280

14Ibu Odah13001520

15Ibu Rati15602020

16Ibu Rita13201800

17Ibu Suhaenah17402000

18Ibu Wiwi19802240

19Ibu Yoyos13901600

20Ibu Yeni18402220

21Ibu Hj. Ade19202360

22Ibu Tati21002480

23Ibu Uju13001580

24Ibu Uum17001980

25Ibu Idah17402140

26Ibu Harti16202020

27Ibu Maryati20202380

LAMPIRAN 2DATA MENTAH TES FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL

NoNamaPretestPost-test

1Ibu Titin1113

2Ibu Gogo813

3Ibu Tati610

4Ibu Nengsih1719

5Ibu Hj. Ati 17

6Ibu Hj. Restu08

7Ibu Sukaesih611

8Ibu Lina Rosalina59

9Ibu Yuyun812

10Ibu Hj. Popon-35

11Ibu Mimin1216

12Ibu Nanah Nurjanah914

13Ibu Tuti18

14Ibu Cucu1518

15Ibu Inue511

16Ibu Aan Atikah512

17Ibu Ai AR411

18Ibu Teti1317

19Ibu Oom-37

20Ibu Titi1013

21Ibu Ayom1113

22Ibu Omah1116

23Ibu Mariah1215

24Ibu Manah1618

25Ibu Nanah26

26Ibu Hj. Wachgi36

27Ibu Yati1115

LAMPIRAN 3DATA BAKU TES KAPASITAS VITAL PARU-PARU

NoNamaPretestPost-test

1Ibu Titin3542

2Ibu Gogo6473

3Ibu Tati3544

4Ibu Nengsih6473

5Ibu Hj. Ati7182

6Ibu Hj. Restu5667

7Ibu Sukaesih6067

8Ibu Lina Rosalina6375

9Ibu Yuyun6273

10Ibu Hj. Popon3243

11Ibu Mimin2335

12Ibu Nanah Nurjanah4454

13Ibu Tuti5058

14Ibu Cucu2835

15Ibu Inue3650

16Ibu Aan Atikah2973

17Ibu Ai AR4149

18Ibu Teti4957

19Ibu Oom3137

20Ibu Titi4456

21Ibu Ayom4760

22Ibu Omah5264

23Ibu Mariah2837

24Ibu Manah4049

25Ibu Nanah4154

26Ibu Hj. Wachgi3850

27Ibu Yati5061

LAMPIRAN 4DATA BAKU FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL

NoNamaPretestPost-test

1Ibu Titin5756

2Ibu Gogo4756

3Ibu Tati4351

4Ibu Nengsih6468

5Ibu Hj. Ati3445

6Ibu Hj. Restu3247

7Ibu Sukaesih4353

8Ibu Lina Rosalina4149

9Ibu Yuyun4754

10Ibu Hj. Popon2641

11Ibu Mimin5462

12Ibu Nanah Nurjanah4958

13Ibu Tuti3447

14Ibu Cucu6066

15Ibu Inue4153

16Ibu Aan Atikah4154

17Ibu Ai AR4053

18Ibu Teti5664

19Ibu Oom2645

20Ibu Titi5156

21Ibu Ayom5356

22Ibu Omah5362

23Ibu Mariah5460

24Ibu Manah6266

25Ibu Nanah3643

26Ibu Hj. Wachgi3843

27Ibu Yati5360

LAMPIRAN 5CARA MENGUBAH DATA MENTAH MENJADI DATA BAKU

1. Mencari rata-rata dengan rumus : Data mentah dihitung dengan rumus tersebut di atas menghasilkan Data baru yaitu : Nilai rata-rata tes kapasitas vital paru-paru = 2023,7 2. Mencari simpangan baku (s) dengan rumus : Data mentah dihitung dengan rumus simpangan baku didapatkan hasil : Simpangan baku (s) tes kapasitas vital paru-paru = 331,54

3. Mencari T-Skor atau data baku sebagai berikut :a. Rumus untuk mencari T-Skor tes kapasitas vital paru-paruT-Skor = 50 + 10 Contoh mencari T-Skor untuk satu orang testee pada tes awal dari tes kapasitas vital paru-paru. Diketahui bahwa nama Ibu Titin mendapatkan nilai 1520. rata-rata tes kapasitas vital paru-paru = 2023,7 dan simpangan baku (s) tes kapasitas vital paru-paru = 331,5 bila dimasukan pada rumus T-Skor, maka hasilnya adalah T-Skor = 50+10 = 50 + 10 = 50 + 10 = 50 + = 34,8 = 35Jadi Ibu Titin mendapatkan T-Skor = 35Untuk mencari T-Skor atau data baku setiap orang testee pada tes awal dan tes akhir dari tes peningkatan kapasitas vital paru-paru sama seperti contoh yang telah dikemukakan oleh penulis.

LAMPIRAN 6MENGHITUNG UJI NORMALITAS DATA TES AWAL DARI TESKAPASITAS VITAL PARU-PARU

No -

123-1. 660. 04850. 037040. 01146

228-1. 280. 10030. 074070. 02623

328-1. 280. 10030. 111110. 01081

429-1. 20. 11510. 148150. 03305

531-1. 050. 14690. 185190. 03829

632-0. 980. 16350. 222220. 05872

735-0. 750. 22660. 259260. 03266

835-0. 750. 22660. 29630. 06970

936-0. 670. 25140. 333330. 08193

1038-0. 520. 30150. 370370. 06887

1140-0. 370. 35570. 407410. 05171

1241-0. 290. 38590. 444440. 05854

1341-0. 290. 38590. 481480. 09558

1444-0. 070. 47210. 518520. 04642

1544-0. 070. 47210. 555560. 08346

16470. 160. 56360. 592590. 02899

17490. 310. 61790. 629630. 01173

18500. 390. 65170. 666670. 01497

19500. 390. 65170. 70370. 05200

20520. 540. 70540. 740740. 03534

21560. 840. 79950. 777780. 02172

22601. 140. 87290. 814810. 05809

23621. 290. 90150. 851850. 04965

24631. 370. 91470. 888890. 02581

25641. 440. 92510. 925930. 00083

26641. 440. 92510. 962960. 03786

27711. 970. 975610. 02440

LAMPIRAN 7LANGKAH-LANGKAH MENGHITUNG UJI NORMALITASDATA TES AWAL TES KAPASITAS VITAL PARU-PARU

1. Mengurutkan data baku yang terendah sampai tertinggi. Data baku tersebut adalah 2. Mencari nilai rata-rata dan simpangan baku dari data baku. Hasil penghitungan didapatkan :a. nilai rata-rata tes awal kapasitas vital paru-paru = 44,9b. Simpangan baku tes awal kapasitas vital paru-paru = 13,23

3. Mencari angka baku dengan rumus :

Contoh mencari angka baku adalah : Nomor sampel satu mempunyai skor 23. Bila dimasukan dalam rumus angka baku menjadi : = -1,66

4. Mencari harga distribusi normal kumulatif atau F(Z1). Mencari F(Z1) ditentukan dari tabel, yaitu luas di bawah lengkungan normal standar dari o ke z. contoh mencari F(Z1) sebagau berikut :a. alam tabel luas di bawah lengkungan normal standar dari o ke z adalah 0,4515b. = 0,5 0,4515 = 0,0485. Apabila hasilnya positif, maka 0,5 + 0,0485 = 0,5485. dengan kata lain, bila negatif 0,5 dikurangi dan bila positif 0,5 ditambah dengan nilai tabel luas di bawah lengkungan normal standar dari o ke z.

5. Mencari atau proporsi dengan rumus banyaknya dibagi dengan jumlah orang testee. Misalnya nomor sampel satu, maka = 1:27 = 0,037. 6. Mencari selisih dengan . Misalnya = 0,0485 dan =0,037. Maka selisihnya ialah 0,0485 0,037 = 0,0115. 7. Mencari harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak dari hasil selisih dengan atau yang desebut Lo. Dalam lampiran F terlihat bahwa Lo =8. Mencari nilai kritis untuk uji Lillefors dengan n=27 dan taraf nyata = 0,05 yaitu9. Membandingkan antara Lo dengan L tabel dengan kriteria, jika Lo lebih kecil dari L tabel, maka hipotesis diterima atau data berditribusi normal. Jika terjadi sebaliknya, maka hipotesis ditolak atau data tidak berdistribusi normal.

LAMPIRAN 8MENGHITUNG UJI NORMALITAS DATA TES AKHIR DARI TESKAPASITAS VITAL PARU-PARU

No -

135-1. 500. 06680. 037040. 02976

235-1. 500. 06680. 074070. 00727

337-1. 350. 08850. 111110. 02261

437-1. 350. 08850. 148150. 05965

542-0. 980. 16350. 185190. 02169

643-0. 900. 18410. 222220. 03812

743-0. 900. 18410. 259260. 07516

844-0. 830. 20330. 296300. 09300

949-0. 450. 32640. 333330. 00693

1049-0. 450. 32640. 370370. 04397

1150-0. 380. 35200. 407410. 05541

1250-0. 380. 35200. 444440. 09244

1354-0. 080. 46810. 481480. 01338

1454-0. 080. 46810. 518520. 05042

15560. 060. 52790. 555560. 02766

16570. 140. 55570. 592590. 03689

17580. 220. 58710. 629630. 04253

18600. 370. 64430. 666670. 02237

19610. 440. 67000. 703700. 03370

20640. 660. 74540. 740740. 00466

21670. 890. 81330. 777780. 3552

22670. 890. 81060. 814810. 00421

23731. 330. 90820. 851850. 05635

24731. 330. 90820. 888890. 01931

25731. 330. 90820. 925930. 01773

26751. 480. 93060. 962960. 03236

27822. 000. 977210. 02280

LAMPIRAN 9MENGHITUNG UJI NORMALITAS DATA TES AKHIR DARI TESFLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL

No -

126-1. 880. 03010. 037040. 00694

226-1. 880. 03010. 074070. 04397

332-1. 300. 09680. 111110. 01431

434-1. 110. 13350. 148150. 01465

534-1. 110. 13350. 185190. 05169

636-0. 920. 17880. 222220. 04342

738-0. 730. 23270. 259260. 02656

840-0. 540. 29460. 29630. 00170

941-0. 450. 32640. 333330. 00693

1041-0. 450. 32640. 370370. 04397

1141-0. 450. 32640. 407410. 08101

1243-0. 260. 39740. 444440. 04704

1343-0. 260. 39740. 481480. 08408

14470. 120. 54780. 518520. 02928

15470. 120. 54780. 555560. 00776

16490. 310. 62170. 592590. 02911

17510. 510. 69500. 629630. 06537

18530. 700. 75800. 666670. 09133

19530. 700. 75800. 70370. 05430

20530. 700. 75800. 740740. 01726

21540. 790. 78520. 777780. 00742

22540. 790. 78520. 814810. 02961

23560. 840. 83650. 851850. 01535

24570. 860. 85990. 888890. 02899

25600. 910. 91310. 925930. 01283

26620. 940. 93940. 962960. 02356

27640. 960. 959110. 04090

LAMPIRAN 10MENGHITUNG UJI NORMALITAS DATA TES AKHIR DARI TESFLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL

No -

141-1. 740. 04090. 037040. 00386

243-1. 480. 06940. 074070. 00467

343-1. 480. 06940. 111110. 04171

445-1. 220. 11120. 148150. 03695

545-1. 220. 11120. 185190. 07399

647-0. 960. 16850. 222220. 05372

747-0. 960. 16850. 259260. 09076

849-0. 700. 24200. 296300. 05430

951-0. 440. 33000. 333330. 00333

1053-0. 180. 42860. 370370. 05823

1153-0. 180. 42860. 407410. 2119

1253-0. 180. 42860. 444440. 01584

1354-0. 050. 48010. 481480. 00138

1454-0. 050. 48010. 518520. 03842

15560. 210. 57930. 555560. 02374

16560. 210. 57930. 592590. 01329

17560. 210. 57930. 629630. 05033

18560. 210. 57930. 666670. 08737

19580. 471808. 50. 703700. 02290

20600. 730. 76730. 740740. 02656

21600. 730. 76730. 777780. 01048

22620. 990. 83890. 814810. 02409

23620. 990. 83890. 851850. 01295

24641. 250. 89440. 888890. 00551

25661. 510. 93450. 925930. 00857

26661. 510. 93450. 962960. 02846

27681. 770. 961610. 03840

LAMPIRAN 11MENGHITUNG UJI HOMOGENITAS

Menghitung uji homogenitas tes peningkatan kapasitas vital paru-paru adalah :Menghitung uji homogenitas tes kapasitas vital paru-paru dengan langkah sebagai berikut :a. Mencari simpangan baku (s). Rumus untuk s telah dijelaskan pada halaman sebeumnya. Hasil penghitungan di dapat simpangan baku (s) tes awal = 13,23 simpangan baku (s) dikuadratkan (variasi) = 175,03 simpangan baku tes akhri = 13. 43 dan variansi tes akhir = 180,36b. Mencari nilai F dengan rumus : = 0. 01c. Mencari derajat kebebasan (db) dengan rumus :db = n-1Untuk derajat kebebasan (db) tes awal = 27 1 = 26 disebut derajat kebebasan pembilang. Untuk derjat kebebasan (db) akhir = 27 1 = 26 disebut derajat kebebasan penyebut. d. Mencari nilai F tabel dengan = 0,05 dan derjat kebebasan pembilang juga derajat kebebasan penyebut = 26. F0,05 (26/26) =1. 95 dalam tabel Nilai Persentil untuk Distribusi F. e. Menguji homogenitas dengan kriteria yaitu jika F hitung lebih dari F0,05 (26/26), maka hipotesis ditolak atau kedua variansi tidak homogen. Ternyata F hitung tes peningkatan kapasitas vital paru-paru = 0,01 lebih kecil dari F0,05 (26/26)= 1,86,maka kedua variansi tes peningkatan kapasitas vital paru-paru itu homogen.

LAMPIRAN 12MENGHITUNG UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA

Menghitung uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji satu pihak, yaitu pihak kanan. Menghitung uji perbedaan dua rata-rata tersebut adalah :

1. Menguji perbedaan dua rata-rata antara tes awal dengan tes akhir pada tes peningkatan kapasitas vital paru-paru sebagai berikut :a. Diketahui : tes akhir = 55,10 tes awal = 44,9 s tes akhir =13,43 s tes awal = 13,23s12 tes akhir = 180,36 s22 tes akhir = 175,03

b. Mengajukan hipotesis sebagai berikut : A

c. Mencari t dengan rumus t t

d. Mencari w1t1 dan w2t2 dengan rumus = = 6,68 t1 dengan derajat kebebasan n-1 dan = 0,05, maka t1 dalam tabel = 1,71 w1t1 = 6,68 x 1,71 = 11,42 = = 6,48 w2t2 = 6,48 x 1,71 = 11,09 w1 + w1 = 6,68 + 6,64 = 13,32e. Mencari - = 1,69f. Membandingkan t dengan dan ternyata t lebih besar nilainya. Maka hipotesis H ditolak dan hipotetis A diterima. Artinya latihan senam yoga asanas berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas vital paru-paru.

LAMPIRAN MDATA USIA, BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN ANGGOTA WANITA BINA KELUARGA LANSIA DI TAJUR HALANG CIMARI

NoNamaUsiaBerat BadanTinggi Badan

1Ibu Hj. Aah6176153

2Ibu Atih6545151

3Ibu Emi6282162

4Ibu Hj. Edeh6049160

5Ibu Enong6350158

6Ibu Eka6251153

7Ibu Engkay6158157

8Ibu Emah6140150

9Ibu Iyom6249157

10Ibu Hj. Iin6453162

11Ibu Inda6361153

12Ibu Kokom6255155

13Ibu Ooh6548154

14Ibu Odah6157164

15Ibu Rati6052152

16Ibu Rita6055160

17Ibu Suhaenah6250158

18Ibu Wiwi6449156

19Ibu Yoyos6156159

20Ibu Yeni6549154

21Ibu Hj. Ade6045155

22Ibu Tati6342152

23Ibu Uju6151156

24Ibu Uum6246151

25Ibu Idah6753156

26Ibu Harti6053160

27Ibu Maryati6350159