16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan komponen utama dalam berlangsungnya kegiatan di perusahaan. Tenaga kerja berperan sebagai pelaksana baik yang bersifat administrasi, maupun bagian proses produksi sehingga sangat berperan bagi perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga kerja yang berkompeten dimana mampu menjalankan tugas dan perannya sehingga perusahaan perlu mengadakan pelatihan dan peningkatan kepedulian dalam bekerja guna meningkatkan kinerja karyawan sehingga perusahaan dapat berkembang atau bahkan maju. Untuk menghasilkan SDM yang kompeten melalui pelatihan kerja, bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi oleh lembaga sertifikasi

BAB I Revisii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dkfjlsdfehoskdchs

Citation preview

Page 1: BAB I Revisii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan komponen utama dalam

berlangsungnya kegiatan di perusahaan. Tenaga kerja berperan

sebagai pelaksana baik yang bersifat administrasi, maupun

bagian proses produksi sehingga sangat berperan bagi

perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Oleh karena itu,

dibutuhkan tenaga kerja yang berkompeten dimana mampu

menjalankan tugas dan perannya sehingga perusahaan perlu

mengadakan pelatihan dan peningkatan kepedulian dalam

bekerja guna meningkatkan kinerja karyawan sehingga

perusahaan dapat berkembang atau bahkan maju.

Untuk menghasilkan SDM yang kompeten melalui pelatihan

kerja, bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar kompetensi

kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi

oleh lembaga sertifikasi yang independen. Ketiga pilar tersebut

disinergikan ke dalam suatu sistem pelatihan kerja nasional,

sebagaimana telah di tetapkan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional

(Sislatkernas). Sislatkernas merupakan panduan arah kebijakan

bagi terselenggaranya pelatihan kerja secara terarah, sistematis,

1

Page 2: BAB I Revisii

2

dan sinergis dalam menyelenggarakan pelatihan di berbagai

bidang, sektor, instansi, pusat dan daerah agar tujuan pelatihan

kerja dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Di Indonesia telah menggunakan beberapa peraturan

keselamatan dan kesehatan kerja mengenai pelatihan dan

kompetensi antara lain sebagai berikut :

1. OHSAS (Occuputinal Health and safety assessment series)

18001 klausul 4.4.2 tentang Pelatihan, Kepedulian dan

Kompetensi

2. PERMENAKER No 05 Tahun 1996 klausul12.1

tentangStrategiPelatihan, 12.2 tentang Pelatihan Bagi

manajemen dan Supervisor, 12.3 tentang Pelatihan bagi

Tenaga Kerjadan 6.3 tentang Seleksi dan Penempatan

Personal

Peraturan – peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk

mencegah dan mengantisipasi munculnya risiko kerja yang besar

akibat pekerja yang tidak berkompeten dimana orang yang tidak

berkompeten akan memiliki kecenderungan untuk melakukan

kesalahan semakin banyak disbanding pekerja yang

berkompeten. Hal ini akan berakibat terjadinya risiko kerja yang

semakinbesar pula. Karena itu OHSAS 18001 klausul 4.4.2

tentang Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi ini ditujukan pada

Page 3: BAB I Revisii

3

semua personal dan pada semua level dalam lingkup penerapan

standar ini (Rudi Suardi, 2007).

Proses pelatihan ditujukan agar personal dapat

meningkatkan kompetensinya atau menjaga kompetensi yang

mereka miliki. Pelatihan dilaksanakan berdasarkan apa yang

dibutuhkan, berdasarkan gap, atau kesengajaan, yang kita

dapatkan dari persyaratan kompetensi. Pelatihan harus spesifik

dan terkait dengan tanggungjawab masing-masing personel. Ini

penting agar personel yang mendapatkan pelatihan memiliki

pemahaman yang jelas mengapa pelatihan tersebut penting dan

bagaimana kaitan dengan kompetensi pekerjanya (Rudi Suardi,

2007).

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

pelatihan yangdisusun untuk memberi bekal kepada personil

yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat

kerja. Pelatihan K3 bertujuan agarkaryawan dapat memahami

dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatankerja,

mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan

pencegahankecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun

berbahaya danpenanggulangannya, menggunakan alat

pelindung diri, melakukan pencegahan danpemadaman

kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan

Page 4: BAB I Revisii

4

dankesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto,

2010dalamIbrahim, 2010).

ILO melaporkan bahwa satu pekerja meninggal setiap 15

detik akibat kecelakaan di tempat kerja atau sakit akibat kerja.

Setiap 15 detik terdapat sekitar 160 kecelakaan kerja di

dunia (www.ilo.org).

Hasil penelitian Norman S. Jenning, Senior Industrial

Specialist dari InternationalLabourOrganization menyebutkan

90% kecelakaan di tempat kerja disebabkan manusia (human

factors) (Halo Vale, 2014).

Di Indonesia sendiri, dilaporkan bahwa selama kurun

waktu 5 (lima) tahun terakhir kasus kecelakaan kerja meningkat.

Dari 96.314 kasus kecelakaan kerja di Tahun 2009, meningkat

mencapai 103.285 kasus kecelakaan kerja di Tahun 2013 (BPJS

Ketenagakerjaan 2014).

BPJS Ketenagakerjaan, yang semula dikenal dengan nama

PT Jamsostek mencatat, pada tahun 2014 di Indonesia tidak

kurang dari 9 orang meninggal dunia akibat kecelakaan di

tempat kerja setiap harinya dimana angka kematian akibat kerja

di Inggris sebagai pembanding, hanya mencapai angka 2 orang

per harinya (HSE UK 2013).

Page 5: BAB I Revisii

5

Dari hasil pengawasan secara administrasi dan fungsional

yag dilakukan oleh ESDM, serta evaluasi atas laporan

perusahaan di Indonesia, selama 2014 ada 48 orang cedera

ringan, 78 mengalami cedera berat, dan 32 orang meninggal

akibat kecelakaan tambang. Sementara Kementerian ESDM

menyebutkan 86% kecelakaan kerja akibat tidak mengikuti

standar dan prosedur kerja aman (Halo Vale, 2014).

PT Vale Indonesia Tbk yang merupakan salah satu

perusahaan terbesar di dunia dan bergerak di bidang

pertambangan dan terlibat di 23 Negara yang berpusat di Rio de

Janeiro, Brazil.Catatan EHS Departemen, pada kuartal II2013

terdapat 5 pekerja mengalami injury, dan pada periode yang

sama pada 2014 terdapat 1 fatality. Kasus lightvehicleaccident

pada juni 2013 mencapai 7 kasus, sedangkan periode sama 2014

terdapat 4 kasus. Heavyequipmentaccident pada juni 2013

mencapai 11 kasus, sedangkan periode sama 2014 meningkat

menjadi 12 kasus.Karena tingginya angka kecelakaan kerja ini,

maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja (Halo Vale, 2014).

Departemen MU (Maintenance and Utilities) bertugas

menyediakan dukungan tata kelola aset yang efisien dan efektif

Page 6: BAB I Revisii

6

ke organisasi PT Vale Indonesia Tbk Indonesia dan untuk seluruh

kegiatan operasional yang ada di PT Vale Indonesia Tbk dalam

bentuk tata kelola Steam, Water, Air and Power (SWAP), layanan

rekayasa, layananan konstruksi, fabrikasi, dukungan sistem

pemeliharaan, dan perencanaan shutdowns. Departemen

Maintenance and Utilities mempekerjakan kurang lebih

sebanyak 517 orang karyawan/karyawati langsung PT Vale

Indonesia Tbk, dengan didukung oleh kurang lebih 300 tenaga

kontraktor yang dikelola langsung oleh berbagai kontraktor.

Terdapat beberapa risiko kerja yang tidak dapat dihindari pada

Departemen Maintenance Utulities yaitu Risiko yang berasal dari

peralatan, alat-alat listrik, mesin penggerak, mobil pengangkut

dan banyaknya interaksi antara pekerja dengan peralatan oleh

karena itu semua pekerja yang ada di Departemen Maintenance

and Utilities harus memiliki kompetensi sehingga dapat terhindar

dari risiko kerja yang ada di Departemen Maintenance and

Utilities.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti

berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran

Kompetensi dan Pelatihan pada Pekerja di Departemen

Maintenance and Utilities di PT Vale Indonesia Tbk”.

B. Rumusan Masalah

Page 7: BAB I Revisii

7

Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kompetensi dan

Pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di

Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk”.

C. Kajian Pustaka

Hasil penelitian dari Sahrial Angkat “Analisis Upaya

Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan

Perusahaan X” tahun 2008 di peroleh bahwa pelatihan,

penyuluhan yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh

terhadap kecilnya angka kecelakaan kerja, dari 38 pekerja yang

mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang pernah mengalami

kecelakaan , dan dari 62 pekerja yang tidak mengikuti pelatihan,

yang pernah kecelakaan 37 responden (59,68%). Dan sebanyak

64 pekerja yang berpengalaman, yang megalami kecelakaan 15

orang (23,44%) sedangkan pekerjayang direkrut tanpa

pengalaman sebanyak 36 responden, yang mengalami

kecelakaan sebanyak 28 orang (77,78%).

Penelitian di atas menjelaskan angka kecelakaan kerja,

dari 38 pekerja yang mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang

pernah mengalami kecelakaan, dan dari 62 pekerja yang tidak

mengikuti pelatihan, yang pernah kecelakaan 37 responden

(59,68%). Pelatihan sangat berpengaruh penting terhadap

peningkatan pengetahuan dan kompetensi tentang kesehatan

Page 8: BAB I Revisii

8

dan keselamatan kerja, pekerja harus mengikuti pelatihan sesuai

gap dan kebutuhan masing-masing, maka angka angka

kecelakaan kerja berkurang.

Hasil penelitian dari ElfinaMarlia “Pengaruh Program

Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Prestasi KerjaKaryawanPada

PT Inti (PERSERO) Bandung 2007”diperoleh bahwa Diklat

mempengaruhi prestasi kerja sebesar 81,13%.

Penelitian di atas menjelaskan pengaruh prestasi kerja

yang mengikuti pelatihan sebesar 81,13%, dapat dilihat bahwa

karyawan yang mengikuti pelatihan meraih prestasi yang

hamper mencapai 100%. Pelatihan dilakukan bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pekerja.

Hasil penelitian dari Andhika Sekar Putri “Perbandingan

Tingkat Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sebelum Dan

Sesudah Penerapan Ohsas 18001 Di Pt. Phapros, Tbk.” tingkat

kesesuaian harapan karyawan dan kinerja perusahaan yang

terkait dengan kinerja K3 setelah penerapan OHSAS 18001 untuk

variabel kesadaran mengenai K3 adalah 83,44%.

Penelitian di atas menjelaskan angka kesadaran mengenai

kesehatan dan keselamatan kerja adalah 83,44%. Angka

kepedulian pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja

sangat meningkat setelah dilakukannya pelatihan tentang

penerapan OHSAS 18001. Pelatihan dilakukan sesuai gap dan

Page 9: BAB I Revisii

9

kebutuhan karyawan agar dapat menjaga dan meningkatkan

kompetensinya terhadap kepedulian kesehatan dan keselamatan

kerja.

Hasil penelitian dari Rahimah Azmid “Penerapan System

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk

Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di Pt Wijaya Karya Beton Medan

Tahun 2008”sesuai dengan PERMENAKER No.

05/MEN/1996Lampiran 3.1.5 tentang Pelatihan dan kompetensi

kerja menyatakan bahwa prosedur pedokumentasian pelatihan

yang telah dilaksanakan dan dievaluasi efektifitasnya harus

diterapkan. Oleh sebab itu evaluasi yang harus dilakukan

Perusahaan X harus secara menyeluruh, bukan hanya

mengevaluasi peserta dan penyelenggara saja. Evaluasi

terhadap biaya dan realisasinya sangat perlu dilakukan agar

pelatihan yang akan dilakukan selanjutnya dapat lebih efektif

dan efisien bukan hanya dari segi peningkatan kompetensi kerja

saja tapi juga efektif dari segi biaya.

Penelitian di atas menjelaskan penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Pelatihan harus

dijalankan sesuai prosedur yang berlaku dan evaluasi tentang

pelaksanaan pelatihan harus menyeluruh sehingga dalam

melaksanakan pelatihan dapat lebih efektif dan efisien. Pelatihan

Page 10: BAB I Revisii

10

harus spesifik dan terkait dengan tanggungjawab masing-masing

personel.

Hasil penelitian dari Dede Sri Mulyana “Analisis Penyebab

Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat Di Unit Perawat Di Unit

Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta 2013” bahwa ada hubungan

yang bermakna antara tingkat kompetensi dengan terjadinya

insiden keselamatan pasien di ruang perawatan Rumah Sakit ‘X’.

semakin tinggi kompetensi perawat semakin rendah risiko

terjadinya insiden keselamatan pasien di ruang perawatan

Rumah Sakit.

Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana

kompetensi itu sangat berpengaruh terhadap tingkat terjadinya

insiden di ruang perawatan rumah sakit. Pelatihan dilakukan

untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi karyawan dan

kompetensi sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Hasil penelitian dari Djatmiko Noviantoro“Analisis Pengaruh

Pelatihan Dan Pengembangan, Serta Kompensasi Terhadap

Kinerja Pegawai Pada PT Perusahaan Perkebunan London

Sumatera Indonesia Tbk Medan 2009” bahwapelaksanaan

pelatihan dan pengembangan, serta kompensasi yang diberikan

pada pegawai sangat menentukan dalam meningkatkan kinerja

pegawai. Secara parsial variable pelatihan dan pengembangan

(X1) berpengaruh lebih dominan daripada variable kompensasi

Page 11: BAB I Revisii

11

(X2) dalam menjelaskan variabel kinerja pegawai (Y). Artinya,

variabel pelatihan dan pengembangan (X1) lebih mementukan

dalam meningkatkan kinerja pegawai.

Penelitian di atas menjelaskan tentang pelaksanaan

pelatihan lebih berpengaruh terhadap peningkatan kinerja

karyawan. Dan pada dasarnya pelatihan dilakukan untuk tetap

menjaga dan meningkatkan kompetensi karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti di atas

bahwa pelatihan dan kompetensi sangat mempengaruhi

keselamatan dan kesehatan kerja pekerja khususnya kejadian

kecelakaan. Kedua variabel ini akan dilihat apakah dapat

memberi manfaat terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja

di Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.

D. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Kompetensi dan Pelatihan

kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di

Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kompetensi pada pekerja di

Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.

b. Mengetahui gambaran pelatihan pada pekerja di Departemen

Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.

Page 12: BAB I Revisii

12

E. Manfaat Penelitian

1. Pihak Perusahaan

Manajemen PT Vale Indonesia Tbksebagai dasar bagi

pihak perusahaan dalam pengambilan kebijakan khususnya

yang terkait dengan penerapan K3 dalam rangka untuk

meningkatkan derajat kesehatan pekerja.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

sumber informasi bagi institusi yang menangani penelitian ini,

yaitu Universitas Islam Negeri Makassar khususnya bagi

mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

3. Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan tentang gambaran

Kompetensi dan Pelatihan terhadap keselamatan dan

kesehatan pekerja.

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang

gambaran Kompetensi dan Pelatihan terhadap keselamatan

dan kesehatan pekerja.