Upload
fitria-dwi-khaerunnisa
View
221
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dkfjlsdfehoskdchs
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga kerja merupakan komponen utama dalam
berlangsungnya kegiatan di perusahaan. Tenaga kerja berperan
sebagai pelaksana baik yang bersifat administrasi, maupun
bagian proses produksi sehingga sangat berperan bagi
perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Oleh karena itu,
dibutuhkan tenaga kerja yang berkompeten dimana mampu
menjalankan tugas dan perannya sehingga perusahaan perlu
mengadakan pelatihan dan peningkatan kepedulian dalam
bekerja guna meningkatkan kinerja karyawan sehingga
perusahaan dapat berkembang atau bahkan maju.
Untuk menghasilkan SDM yang kompeten melalui pelatihan
kerja, bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu standar kompetensi
kerja, pelatihan berbasis kompetensi serta sertifikasi kompetensi
oleh lembaga sertifikasi yang independen. Ketiga pilar tersebut
disinergikan ke dalam suatu sistem pelatihan kerja nasional,
sebagaimana telah di tetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional
(Sislatkernas). Sislatkernas merupakan panduan arah kebijakan
bagi terselenggaranya pelatihan kerja secara terarah, sistematis,
1
2
dan sinergis dalam menyelenggarakan pelatihan di berbagai
bidang, sektor, instansi, pusat dan daerah agar tujuan pelatihan
kerja dapat dicapai secara efisien dan efektif.
Di Indonesia telah menggunakan beberapa peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja mengenai pelatihan dan
kompetensi antara lain sebagai berikut :
1. OHSAS (Occuputinal Health and safety assessment series)
18001 klausul 4.4.2 tentang Pelatihan, Kepedulian dan
Kompetensi
2. PERMENAKER No 05 Tahun 1996 klausul12.1
tentangStrategiPelatihan, 12.2 tentang Pelatihan Bagi
manajemen dan Supervisor, 12.3 tentang Pelatihan bagi
Tenaga Kerjadan 6.3 tentang Seleksi dan Penempatan
Personal
Peraturan – peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk
mencegah dan mengantisipasi munculnya risiko kerja yang besar
akibat pekerja yang tidak berkompeten dimana orang yang tidak
berkompeten akan memiliki kecenderungan untuk melakukan
kesalahan semakin banyak disbanding pekerja yang
berkompeten. Hal ini akan berakibat terjadinya risiko kerja yang
semakinbesar pula. Karena itu OHSAS 18001 klausul 4.4.2
tentang Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi ini ditujukan pada
3
semua personal dan pada semua level dalam lingkup penerapan
standar ini (Rudi Suardi, 2007).
Proses pelatihan ditujukan agar personal dapat
meningkatkan kompetensinya atau menjaga kompetensi yang
mereka miliki. Pelatihan dilaksanakan berdasarkan apa yang
dibutuhkan, berdasarkan gap, atau kesengajaan, yang kita
dapatkan dari persyaratan kompetensi. Pelatihan harus spesifik
dan terkait dengan tanggungjawab masing-masing personel. Ini
penting agar personel yang mendapatkan pelatihan memiliki
pemahaman yang jelas mengapa pelatihan tersebut penting dan
bagaimana kaitan dengan kompetensi pekerjanya (Rudi Suardi,
2007).
Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
pelatihan yangdisusun untuk memberi bekal kepada personil
yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat
kerja. Pelatihan K3 bertujuan agarkaryawan dapat memahami
dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatankerja,
mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan
pencegahankecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun
berbahaya danpenanggulangannya, menggunakan alat
pelindung diri, melakukan pencegahan danpemadaman
kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan
4
dankesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto,
2010dalamIbrahim, 2010).
ILO melaporkan bahwa satu pekerja meninggal setiap 15
detik akibat kecelakaan di tempat kerja atau sakit akibat kerja.
Setiap 15 detik terdapat sekitar 160 kecelakaan kerja di
dunia (www.ilo.org).
Hasil penelitian Norman S. Jenning, Senior Industrial
Specialist dari InternationalLabourOrganization menyebutkan
90% kecelakaan di tempat kerja disebabkan manusia (human
factors) (Halo Vale, 2014).
Di Indonesia sendiri, dilaporkan bahwa selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir kasus kecelakaan kerja meningkat.
Dari 96.314 kasus kecelakaan kerja di Tahun 2009, meningkat
mencapai 103.285 kasus kecelakaan kerja di Tahun 2013 (BPJS
Ketenagakerjaan 2014).
BPJS Ketenagakerjaan, yang semula dikenal dengan nama
PT Jamsostek mencatat, pada tahun 2014 di Indonesia tidak
kurang dari 9 orang meninggal dunia akibat kecelakaan di
tempat kerja setiap harinya dimana angka kematian akibat kerja
di Inggris sebagai pembanding, hanya mencapai angka 2 orang
per harinya (HSE UK 2013).
5
Dari hasil pengawasan secara administrasi dan fungsional
yag dilakukan oleh ESDM, serta evaluasi atas laporan
perusahaan di Indonesia, selama 2014 ada 48 orang cedera
ringan, 78 mengalami cedera berat, dan 32 orang meninggal
akibat kecelakaan tambang. Sementara Kementerian ESDM
menyebutkan 86% kecelakaan kerja akibat tidak mengikuti
standar dan prosedur kerja aman (Halo Vale, 2014).
PT Vale Indonesia Tbk yang merupakan salah satu
perusahaan terbesar di dunia dan bergerak di bidang
pertambangan dan terlibat di 23 Negara yang berpusat di Rio de
Janeiro, Brazil.Catatan EHS Departemen, pada kuartal II2013
terdapat 5 pekerja mengalami injury, dan pada periode yang
sama pada 2014 terdapat 1 fatality. Kasus lightvehicleaccident
pada juni 2013 mencapai 7 kasus, sedangkan periode sama 2014
terdapat 4 kasus. Heavyequipmentaccident pada juni 2013
mencapai 11 kasus, sedangkan periode sama 2014 meningkat
menjadi 12 kasus.Karena tingginya angka kecelakaan kerja ini,
maka diperlukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja (Halo Vale, 2014).
Departemen MU (Maintenance and Utilities) bertugas
menyediakan dukungan tata kelola aset yang efisien dan efektif
6
ke organisasi PT Vale Indonesia Tbk Indonesia dan untuk seluruh
kegiatan operasional yang ada di PT Vale Indonesia Tbk dalam
bentuk tata kelola Steam, Water, Air and Power (SWAP), layanan
rekayasa, layananan konstruksi, fabrikasi, dukungan sistem
pemeliharaan, dan perencanaan shutdowns. Departemen
Maintenance and Utilities mempekerjakan kurang lebih
sebanyak 517 orang karyawan/karyawati langsung PT Vale
Indonesia Tbk, dengan didukung oleh kurang lebih 300 tenaga
kontraktor yang dikelola langsung oleh berbagai kontraktor.
Terdapat beberapa risiko kerja yang tidak dapat dihindari pada
Departemen Maintenance Utulities yaitu Risiko yang berasal dari
peralatan, alat-alat listrik, mesin penggerak, mobil pengangkut
dan banyaknya interaksi antara pekerja dengan peralatan oleh
karena itu semua pekerja yang ada di Departemen Maintenance
and Utilities harus memiliki kompetensi sehingga dapat terhindar
dari risiko kerja yang ada di Departemen Maintenance and
Utilities.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran
Kompetensi dan Pelatihan pada Pekerja di Departemen
Maintenance and Utilities di PT Vale Indonesia Tbk”.
B. Rumusan Masalah
7
Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kompetensi dan
Pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di
Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk”.
C. Kajian Pustaka
Hasil penelitian dari Sahrial Angkat “Analisis Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan
Perusahaan X” tahun 2008 di peroleh bahwa pelatihan,
penyuluhan yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh
terhadap kecilnya angka kecelakaan kerja, dari 38 pekerja yang
mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang pernah mengalami
kecelakaan , dan dari 62 pekerja yang tidak mengikuti pelatihan,
yang pernah kecelakaan 37 responden (59,68%). Dan sebanyak
64 pekerja yang berpengalaman, yang megalami kecelakaan 15
orang (23,44%) sedangkan pekerjayang direkrut tanpa
pengalaman sebanyak 36 responden, yang mengalami
kecelakaan sebanyak 28 orang (77,78%).
Penelitian di atas menjelaskan angka kecelakaan kerja,
dari 38 pekerja yang mengikuti pelatihan hanya 6 (15,79%) yang
pernah mengalami kecelakaan, dan dari 62 pekerja yang tidak
mengikuti pelatihan, yang pernah kecelakaan 37 responden
(59,68%). Pelatihan sangat berpengaruh penting terhadap
peningkatan pengetahuan dan kompetensi tentang kesehatan
8
dan keselamatan kerja, pekerja harus mengikuti pelatihan sesuai
gap dan kebutuhan masing-masing, maka angka angka
kecelakaan kerja berkurang.
Hasil penelitian dari ElfinaMarlia “Pengaruh Program
Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Prestasi KerjaKaryawanPada
PT Inti (PERSERO) Bandung 2007”diperoleh bahwa Diklat
mempengaruhi prestasi kerja sebesar 81,13%.
Penelitian di atas menjelaskan pengaruh prestasi kerja
yang mengikuti pelatihan sebesar 81,13%, dapat dilihat bahwa
karyawan yang mengikuti pelatihan meraih prestasi yang
hamper mencapai 100%. Pelatihan dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pekerja.
Hasil penelitian dari Andhika Sekar Putri “Perbandingan
Tingkat Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sebelum Dan
Sesudah Penerapan Ohsas 18001 Di Pt. Phapros, Tbk.” tingkat
kesesuaian harapan karyawan dan kinerja perusahaan yang
terkait dengan kinerja K3 setelah penerapan OHSAS 18001 untuk
variabel kesadaran mengenai K3 adalah 83,44%.
Penelitian di atas menjelaskan angka kesadaran mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja adalah 83,44%. Angka
kepedulian pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
sangat meningkat setelah dilakukannya pelatihan tentang
penerapan OHSAS 18001. Pelatihan dilakukan sesuai gap dan
9
kebutuhan karyawan agar dapat menjaga dan meningkatkan
kompetensinya terhadap kepedulian kesehatan dan keselamatan
kerja.
Hasil penelitian dari Rahimah Azmid “Penerapan System
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Oleh P2K3 Untuk
Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di Pt Wijaya Karya Beton Medan
Tahun 2008”sesuai dengan PERMENAKER No.
05/MEN/1996Lampiran 3.1.5 tentang Pelatihan dan kompetensi
kerja menyatakan bahwa prosedur pedokumentasian pelatihan
yang telah dilaksanakan dan dievaluasi efektifitasnya harus
diterapkan. Oleh sebab itu evaluasi yang harus dilakukan
Perusahaan X harus secara menyeluruh, bukan hanya
mengevaluasi peserta dan penyelenggara saja. Evaluasi
terhadap biaya dan realisasinya sangat perlu dilakukan agar
pelatihan yang akan dilakukan selanjutnya dapat lebih efektif
dan efisien bukan hanya dari segi peningkatan kompetensi kerja
saja tapi juga efektif dari segi biaya.
Penelitian di atas menjelaskan penerapan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Pelatihan harus
dijalankan sesuai prosedur yang berlaku dan evaluasi tentang
pelaksanaan pelatihan harus menyeluruh sehingga dalam
melaksanakan pelatihan dapat lebih efektif dan efisien. Pelatihan
10
harus spesifik dan terkait dengan tanggungjawab masing-masing
personel.
Hasil penelitian dari Dede Sri Mulyana “Analisis Penyebab
Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat Di Unit Perawat Di Unit
Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta 2013” bahwa ada hubungan
yang bermakna antara tingkat kompetensi dengan terjadinya
insiden keselamatan pasien di ruang perawatan Rumah Sakit ‘X’.
semakin tinggi kompetensi perawat semakin rendah risiko
terjadinya insiden keselamatan pasien di ruang perawatan
Rumah Sakit.
Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana
kompetensi itu sangat berpengaruh terhadap tingkat terjadinya
insiden di ruang perawatan rumah sakit. Pelatihan dilakukan
untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi karyawan dan
kompetensi sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian dari Djatmiko Noviantoro“Analisis Pengaruh
Pelatihan Dan Pengembangan, Serta Kompensasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pada PT Perusahaan Perkebunan London
Sumatera Indonesia Tbk Medan 2009” bahwapelaksanaan
pelatihan dan pengembangan, serta kompensasi yang diberikan
pada pegawai sangat menentukan dalam meningkatkan kinerja
pegawai. Secara parsial variable pelatihan dan pengembangan
(X1) berpengaruh lebih dominan daripada variable kompensasi
11
(X2) dalam menjelaskan variabel kinerja pegawai (Y). Artinya,
variabel pelatihan dan pengembangan (X1) lebih mementukan
dalam meningkatkan kinerja pegawai.
Penelitian di atas menjelaskan tentang pelaksanaan
pelatihan lebih berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
karyawan. Dan pada dasarnya pelatihan dilakukan untuk tetap
menjaga dan meningkatkan kompetensi karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti di atas
bahwa pelatihan dan kompetensi sangat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja khususnya kejadian
kecelakaan. Kedua variabel ini akan dilihat apakah dapat
memberi manfaat terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja
di Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Kompetensi dan Pelatihan
kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di
Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kompetensi pada pekerja di
Departemen Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.
b. Mengetahui gambaran pelatihan pada pekerja di Departemen
Maintenance Utilities PT Vale Indonesia Tbk.
12
E. Manfaat Penelitian
1. Pihak Perusahaan
Manajemen PT Vale Indonesia Tbksebagai dasar bagi
pihak perusahaan dalam pengambilan kebijakan khususnya
yang terkait dengan penerapan K3 dalam rangka untuk
meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
sumber informasi bagi institusi yang menangani penelitian ini,
yaitu Universitas Islam Negeri Makassar khususnya bagi
mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan tentang gambaran
Kompetensi dan Pelatihan terhadap keselamatan dan
kesehatan pekerja.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang
gambaran Kompetensi dan Pelatihan terhadap keselamatan
dan kesehatan pekerja.