206

BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25
Page 2: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25
Page 3: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25
Page 4: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25
Page 5: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25
Page 6: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan i | P a g e

NO. NAMA INDONESIA NAMA LATIN

I Padi Oryza Sativa

II Palawija

1 Gandum Triticum spp

2 Hotong Setaria Calica L

3 Jagung Zea mays

4 Juwawut Pennisettum hyphoides

5 Shorgum Shorgum spp

III Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

1 Gadung Dioscorea hispidia dennst

2 Ganyong Cannaedulis kar

3 Garut Meranta arundinaceae

4 Gembili Dioscorea aculeata L

5 Iles-iles Taccapalmata

6 Kacang Gude / Hiris Cajanuscacajan

7 Kacang Hijau Phaseolus vulgaris

8 Kacang Rawai Gayanus spp

9 Kacang Tanah Arachis spp

10 Kacang Tunggak Vigna unguiculata

11 Kedelai Glycine spp

12 Kimpul Xantosoma violacium schott

13 Kacang Merah Vigna angularis

14 Kacang Nagara Vigna cilindrica

15 Kacang Bogor Vigna subterranea L

16 Kacang Karo Benguk Mucuna pruriens

17 Kacang Komak Lablab purpureus L Sweet

18 Kacang Babi Ficia faba L

19 Koro Pedang Cana valia gladia

20 Partelum spp

21 Suweg Amorphophallus campanulatus b.l

22 Talas Padang Colocasia gigantea Hook

23 Talas Jepang Satoimo

24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot

25 Talas Belitung Xantosoma saggitifolium l.

26 Tanaman Penutup Tanah Dolichos spp

27 Tanaman Penutup Tanah Crotalaria spp

28 Ubi Jalar Ipomea spp

29 Ubi Kayu Manihoi spp

30 Ubi Saut Ubi saut

Tanggal : 12 September 2006

DAFTAR KOMODITI TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

Nomor : 511/Kpts/PD.310/9/2006

Page 7: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan ii | P a g e

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40

tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa

Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman

kepada Rancangan Awal RPJMN.

Mengacu Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 yang telah

menetapkan visi, misi dan tujuan strategis Kementerian Pertanian, maka sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sesuai Peraturan

Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tanggal 14 April 2010, tentang Kedudukan, Tugas,

dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi Eselon I

Kementerian Negara, dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

1185/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010, Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan menyusun Renstra Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang

merupakan penjabaran dari visi dan misi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam

rangka pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan.

Dokumen Renstra ini menjadi panduan dan acuan bagi Eselon II lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan seluruh pihak-pihak di lingkungan Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan maupun stakeholder pembangunan pertanian tanaman

pangan dalam mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2010-

2014 di bidang tanaman pangan.

Jakarta, Desember 2012

Direktur Jenderal Tanaman Pangan

Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS

Nip. 195611061984031002

Page 8: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan iii | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR x I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Kondisi Umum Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan

Tahun 2005-2009 4

1.2.1. Aspek Makro Ekonomi 4 1.2.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) 5 1.2.1.2. Tenaga Kerja Pertanian 6 1.2.1.3. Nilai Tukar Petani (NTP) 7 1.2.1.4. Neraca Perdagangan (Ekspor Impor) 8 1.2.2. Aspek Manajerial 9 1.2.2.1. Organisasi 9 1.2.2.2. Sumber Daya Manusia 17 1.2.2.3. Sumber Daya Lahan Pertanian 18 1.2.2.4. Program dan Anggaran 19 1.2.2.5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) 21

1.2.3. Aspek Teknis (Produksi) 23 1.2.3.1. Produksi Komoditas Tanaman Pangan 23 1.3. Potensi, Tantangan dan Perumusan Permasalahan 35 1.3.1. Potensi Sub Sektor Tanaman Pangan 35 1.3.1.1. Lahan Pertanian 35 1.3.1.2. Tenaga Kerja 36 1.3.1.3. Teknologi Perbenihan 37 1.3.1.4. Teknologi Pemupukan 37 1.3.1.5. Pengendalian OPT 37 1.3.1.6. Alat Mesin Pertanian Pascapanen 38 1.3.2. Tantangan Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan 38 1.3.2.1. Perubahan Iklim 38 1.3.2.2. Persaingan Perdagangan Global 39 1.3.2.3. Adopsi Teknologi Petani 40 1.3.2.4. Persaingan Pemanfaatan Komoditas Tanaman

Pangan 40

1.3.2.5. Koordinasi Pemerintahan 41 1.3.2.6. Transisi Demografi 41 1.3.2.7. Pembiayaan Usaha Petani 42 1.3.3. Perumusan Permasalahan 44 1.3.3.1. Status dan Luas Kepemilikan Lahan 44 1.3.3.2. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Pertanian 44

1.3.3.3. Keterbatasan Ketersediaan Benih 45

Page 9: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan iv | P a g e

1.3.3.4. Keterbatasan Ketersediaan Pupuk 45 1.3.3.5. Keterbatasan Pengendalian OPT 45 1.3.3.6. Keterbatasan Akses Petani Terhadap Permodalan 45

II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PRODUKSI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

47

2.1. Visi 47 2.2. Misi 48 2.3. Tujuan 48 2.4. Sasaran Produksi 49 2.4.1. Pencapaian Sasaran Produksi 50 2.4.2. Sasaran Pembangunan Sub sektor Tanaman Pangan Yang

Difasilitasi dari APBN 58

3.1.2.1. Jumlah Produksi 58 3.1.2.2. Luas Areal Tanaman Pangan Yang di Toleransi

Terserang OPT dan Terkena DPI 60

3.1.2.3. Susut Hasil Produksi 60

III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

62

3.1. Arah Kebijakan 62 3.2. Strategi Umum dan Strategi Operasional 67 3.2.1. Strategi Umum 67 3.2.2. Strategi Operasional 69 3.2.2.1. Peningkatan Produktivitas 70 3.2.2.2. Perluasan Areal dan Optimasi Lahan 73 3.2.2.3. Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan

Diversifikasi Pangan 73

3.2.2.4. Peningkatan Manajemen 76

IV. PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

77

4.1. Program 77 4.2. Kegiatan 80 4.2.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 80 4.2.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 81 4.2.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan 81 4.2.4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan

OPT dan DPI 82

4.2.5. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 83 4.2.6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan 84

4.2.7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih

85

4.2.8. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

85

4.3 Anggaran 85 4.4. Rencana Aksi dan Titik Risiko Program dan Kegiatan 95

Page 10: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan v | P a g e

4.4.1. Rencana Aksi Program dan Kegiatan 95 4.4.2. Titik Risiko Program dan Kegiatan 98

V MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

100

5.1. Perencanaan 100 5.2. Pengorganisasian 100 5.2.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah 101 5.2.1.1 Pemerintah Pusat 101 5.2.1.2. Pemerintah Provinsi 101 5.2.1.3. Pemerintah Kabupaten/Kota 102 5.2.2. Peran Serta Masyarakat 102 5.2.3. Dukungan Instansi Terkait 102 5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian 108

VI. PENUTUP 110

LAMPIRAN

Page 11: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan vi | P a g e

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009

5

Tabel 2 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2005 – 2009

6

Tabel 3 Tenaga Kerja di Indonesia, Tahun 2005 – 2009 6 Tabel 4 Tenaga Kerja Pertanian Tahun 2007 – 2009 7 Tabel 5 Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2005 – 2009 7 Tabel 6 Volume Ekspor - Impor Komoditas Tanaman Pangan Tahun

2005-2009 8

Tabel 7 Jumlah Unit Eselon III dan IV pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode Tahun 2005-Agustus 2010

10

Tabel 8 Jumlah Unit Kerja Eselon III dan IV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode September 2010 – Sekarang

17

Tabel 9 Jumlah Sumber Daya Manusia lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2012

17

Tabel 10 Tingkat Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (keadaan Akhir Desember 2012)

18

Tabel 11 Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009

20

Tabel 12 Alokasi Anggaran per Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009

21

Tabel 13 Jumlah Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

21

Tabel 14 Hasil Evaluasi LAKIP dan Audit BPK oleh Tim Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian Tahun 2005 – 2009

22

Tabel 15 Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

23

Tabel 16 Hasil Evaluasi Terhadap LAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Berdasarkan Bobot Tahun 2008 – 2009

23

Tabel 17 Produksi Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 24 Tabel 18 Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 24 Tabel 19 Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 25 Tabel 20 Alokasi Anggaran Subsidi Pupuk dan Benih Tahun 2005 – 2009 27 Tabel 21 Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat Komoditas Utama

Tanaman Pangan Tahun 2005 – 2009 28

Tabel 22 Jumlah Produsen/Penangkar Benih Tahun 2005 – 2009 29 Tabel 23 Jumlah Varietas Unggul Bersertifikat Komoditas Tanaman

Pangan Yang Dilepas Tahun 2005– 2009 30

Tabel 24 Realisasi Penyebaran Varietas 3 (Tiga) Komoditas Utama Tanaman Pangan Berdasarkan Luasan Persentase Penyebarannya Tahun 2005 - 2009

30

Tabel 25 Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Untuk Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2005 – 2009

31

Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai, serta Penggunaan Pupuk Tahun 2009

32

Tabel 27 Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) 33

Page 12: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan vii | P a g e

Tahun 2008 – 2009 Tabel 28 Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tahun

2005 – 2010 34

Tabel 29 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahun 2005 – 2009 35 Tabel 30 Status dan Luas Kepemilikan Lahan (Data PUT) Tahun 2009 44 Tabel 31 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun

2010 -2014 51

Tabel 32 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014 (revisi)

52

Tabel 33 Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun 2010-2014

54

Tabel 34 Indikator Utama, Strategi, dan Rencana Aksi Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama dan Swasembada Berkelanjutan

55

Tabel 35 Sasaran Program dan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 - 2014

59

Tabel 36 Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010 – 2014 (revisi)

60

Tabel 37 Target Penurunan Kehilangan Hasil 61 Tabel 38 Sasaran Persentase Konsumsi Energi Terhadap Angka

Kecukupan Gizi (AKG) dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2010-2014

75

Tabel 39 Sasaran Konsumsi Pangan Utama Tahun 2010-2014 76 Tabel 40 Target Pembangunan Tanaman Pangan dan Kebutuhan

Pembiayaan APBN Tahun 2010-2014 (Revisi) 87

Tabel 41 Dukungan Instansi Terkait Lingkup Kementerian Pertanian yang Diperlukan untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan

103

Tabel 42 Dukungan Instansi di Luar Kementerian Pertanian Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan

105

Page 13: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan viii | P a g e

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Denah Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

11

Gambar 2 Strategi dan Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian

68

Gambar 3 Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan 69

Page 14: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 1 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sub sektor tanaman pangan mempunyai arti yang strategis dalam perekonomian

nasional. Arti strategis tersebut meliputi sumber kebutuhan paling pokok bagi kehidupan

nasional terutama bahan pangan dan menopang kehidupan lebih dari 60 persen pelaku

usaha pertanian di Indonesia. Keberhasilan pembangunan tanaman pangan akan

berdampak langsung terhadap ketahanan dan pertahanan nasional serta perekonomian

nasional.

Dari segi perspektif ekonomi, sub sektor tanaman pangan masih memberikan

sumbangan yang nyata terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional;

penyerapan tenaga kerja di perdesaan; peningkatan pendapatan petani, dan

penyumbang devisa. Laju pertumbuhan pembangunan sub sektor tanaman pangan

mengalami penurunan dibandingkan sub sektor lainnya. Kondisi ini disebabkan karena

bergesernya orientasi pembangunan ekonomi nasional yang lebih menitikberatkan pada

sumberdaya yang tidak berbasis sumber daya lokal.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu visi yang tepat untuk menempatkan sub

sektor tanaman pangan sebagai salah satu andalan strategis perekonomian nasional

dengan memperhatikan potensi sumber daya lokal.

Selain perspektif ekonomi, sub sektor tanaman pangan menjadi salah satu faktor politik

dan budaya sehingga sub sektor tanaman pangan harus diterjemahkan dalam pilar

utama bagi pembangunan nasional terutama berkaitan dengan tuntutan pemenuhan

kebutuhan akan produk tanaman pangan yang cukup dan bermutu. Kapasitas atau

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berhadapan dengan peningkatan

laju pertumbuhan penduduk dan pola konsumsi masyarakat yang sehat serta kebutuhan

atas perkembangan industri olahan berbahan dasar tanaman pangan, misalnya untuk

energi. Selain itu, kemampuan memenuhi kebutuhan berbasis sub sektor tanaman

pangan masih dihadapkan pada perubahan iklim global dan terbatasnya sumber daya

lahan, air dan teknologi. Dalam menghadapi dinamika globalisasi, pertambahan

penduduk, penurunan kapasitas sumber daya, stagnasi teknologi, dan perubahan iklim

saat ini maka diperlukan rancangan pembangunan yang dapat menjamin kehidupan

berbangsa ke arah yang lebih baik.

Pada 20 (dua puluh) tahun mendatang, salah satu subyek pertanian yang tangguh

berada pada sub sektor tanaman pangan. Seharusnya, subsektor tanaman pangan

harus dibangun sebagai salah satu simbol ketangguhan perekonomian sehingga perlu

Page 15: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 2 | P a g e

dikelola dengan sistem yang modern berbasis pada pengelolaan sumber daya alam dan

genetik secara berkelanjutan yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan,

penyediaan bahan baku industri dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing tinggi di

pasaran internasional. Rancangan pembangunan subsektor tanaman pangan harus

memperhatikan dimensi waktu, sumber daya, wilayah, kestrategisan kepentingan (skala

prioritas), dan kekuatan perdagangan.

Seiring dengan perubahan sistem perencanaan pembangunan nasional dan tuntutan

pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance), proses restrukturisasi

program dan kegiatan yang menekankan pada perencanaan dan penganggaran yang

berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), berjangka menengah (Medium

Expenditure Framework) dan sistem penganggaran terpadu (Unified Budgeting), maka

sebagai persiapan pelaksanaan pembangunan jangka panjang menengah ke depan

(Tahun 2010-2014) perlu dibuat rencana pembangunan lima tahunan yang dituangkan

dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-

2014. Renstra tersebut didasarkan pada prinsip bahwa pembangunan masa depan

merupakan proses berkelanjutan, peningkatan, pendalaman, perluasan, dan

pembaharuan dari pembangunan yang telah dilaksanakan pada periode Tahun 2005-

2009. Untuk melihat keberhasilan pembangunan subsektor tanaman pangan, perlu

dipahami bahwa pembangunan tanaman pangan diakselerasi oleh berbagai pemangku

kepentingan (stakeholders) baik di Pusat dan Daerah, bukan hanya Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan.

Sehubungan hal tersebut, tantangan yang dihadapi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

adalah mewujudkan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. Hal ini

memberikan makna bahwa pembangunan tanaman pangan harus dapat bergerak untuk

memberikan tambahan produksi tanaman pangan nasional secara terus menerus seiring

dengan perubahan lingkungan strategis (baik internal maupun eksternal).

Secara matematis, perwujudan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan

harus memperhatikan aspek jumlah (kuantitas), aspek mutu (kualitas), dan aspek

cadangan (buffer stok), baik untuk kebutuhan pangan, pakan, energi maupun kebutuhan

lainnya. Secara teknis, perwujudan produksi yang cukup dan berkelanjutan dipengaruhi

dua hal yaitu 1) sisi produksi (supply) dan 2) sisi kebutuhan (demand). Kedua hal ini

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersentuhan pada kedua aspek ini.

Secara tematik, perwujudan produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan

dapat dilakukan melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas melalui

penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan. Berbagai langkah

untuk mendorong kedua hal tersebut yaitu 1) optimalisasi lahan eksisting, 2) pencetakan

lahan baru (sawah dan/atau kering), 3) perbaikan teknologi budidaya dengan berbagai

Page 16: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 3 | P a g e

stimulan dan pola pendekatan, 4) penanganan daerah serangan organisme pengganggu

tumbuhan (OPT), dan dampak perubahan iklim (DPI), serta 5) penanganan hasil

produksi pada saat pasca panen.

Sementara itu, motivasi petani dan kondisi praktek perdagangan sangat menentukan

kompetisi pemanfaatan lahan atau pengembangan komoditas. Daya tarik harga

komoditas dapat menimbulkan keengganan bagi petani ketika praktek perdagangan dari

luar lebih murah dan dapat juga mendorong minat petani ketika harga tinggi Ruang

permasalahan yang sangat kompleks tersebut menjadi acuan bagi Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2010-2014.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan disusun sebagai acuan dan

arahan bagi unit Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam

merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan tanaman pangan periode

tahun 2010-2014 secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi, baik dengan sektor

lain maupun wilayah.

Penyusunan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dilaksanakan

dengan mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, dan Pedoman

Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) tahun 2010-2014

yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

Bappenas Tahun 2009, bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk

menyiapkan Rencana Strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Garis

penegasan tugas pokok dan fungsi menjadi salah satu simpul strategis dalam memaknai

rencana strategis dimana kekuatan menggerakkan tidak berada dalam Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan secara penuh. Artinya, ada fungsi koordinasi dan integrasi

atau ketergantungan sebagai titik kritis dalam mewujudkan keberhasilan pencapaian

tujuan.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memuat dokumen perencanaan

yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan

pembangunan subsektor tanaman pangan selama tahun 2010-2014.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan disusun melalui analisis

strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis

terkini yang dihadapi selama proses pembangunan sub sektor tanaman pangan lima

tahun ke depan. Renstra ini juga dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari matriks

kinerja program dan kegiatan, matriks pendanaan untuk melaksanakan program dan

kegiatan tanaman pangan, serta sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan

Page 17: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 4 | P a g e

tahun 2010-2014. Beberapa perubahan mendasar dilakukan dari rencana strategis awal.

Penajaman atas pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

telah memperhatikan dokumen pembangunan lainnya antara lain rancangan

pembangunan pangan nasional, rancangan (road map) produksi tanaman pangan, dan

lain-lain.

1.2. Kondisi Umum Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

Selama periode tahun 2005-2009, pembangunan pertanian tanaman pangan terus

mencatat berbagai keberhasilan dalam menggerakkan pembangunan perekonomian

nasional. Salah satu yang patut disyukuri dan membanggakan adalah Indonesia berhasil

mencapai swasembada beras dan swasembada jagung pada tahun 2008. Beras

merupakan pangan utama dalam negeri sehingga sangat mempengaruihi kehidupan

bangsa Indonesia baik secara makro maupun mikro. Beras menjadi salah satu faktor

inflasi di Indonesia. Pada situasi krisis, Indonesia dapat terhindar dari krisis pangan yang

melanda banyak negara. Pada saat terjadinya krisis keuangan global, harga pangan

internasional meningkat terutama di negara-negara produsen, harga komoditas pangan

dalam negeri relatif lebih stabil.

Selain produksi padi yang meningkat, bahkan telah mencapai swasembada, selama

periode pembangunan lima tahun terakhir pembangunan pertanian juga mencatat

sejumlah keberhasilan seperti: peningkatan produksi beberapa komoditas pertanian serta

ketersediaan energi dan protein sehingga skor Pola Pangan Harapan (PPH) dapat

bergerak dengan baik.

Ketersediaan energi dan protein per tahun meningkat sebesar 2,6 persen untuk energi

dan 2,3 persen untuk protein. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) meningkat dari 74 pada

tahun 2006 menjadi 81,9 pada tahun 2008. Di bidang penelitian dan pengembangan,

telah dihasilkan 191 varietas unggul padi, 46 varietas unggul jagung, dan 64 varietas

unggul kedelai, serta inovasi pola tanam, pemupukan, bioteknologi, Pengendalian Hama

Terpadu (PHT), alat mesin pertanian, dan lain sebagainya.

1.2.1. Aspek Makro Ekonomi

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan

Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan Untuk

Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan berperan penting dalam

mengupayakan peningkatan ketahanan pangan nasional melalui penyediaan bahan

pangan pokok dan alternatif, penguatan basis pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan

pekerjaan, dan peningkatan devisa. Proses pencapaian pembangunan ini tetap

menerapkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan untuk kelestarian lingkungan.

Page 18: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 5 | P a g e

Peranan tersebut dapat dilihat dari capaian indikator makro yaitu: pertumbuhan Produk

Domestik Bruto (PDB) pertanian, penyerapan tenaga kerja pertanian, pendapatan rumah

tangga petani, nilai tukar petani, tenaga kerja, dan perkembangan ekspor-impor, serta

perkembangan produksi komoditas tanaman pangan.

1.2.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Sampai saat ini, sub sektor tanaman pangan masih memberikan sumbangan yang nyata

terhadap pertumbuhan PDB nasional. Berdasarkan PDB atas dasar berlaku periode

2005-2009, sektor pertanian memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan nasional

sebesar Rp. 857,241 trilIun atau sebesar 21,31 persen.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009

2004 2005 2006 2007 2008 2009*) Absolut Relatif (%)

1. PERTANIAN 329.125 364.169 433.223 541.932 716.065 857.241 582.526 21,31

a. Tanaman bahan makanan 165.558 181.332 214.346 265.091 349.795 419.195 285.952 20,64

b. Tanaman perkebunan 49.631 56.434 63.401 81.664 105.969 111.423 83.778 17,95

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 40.635 44.203 51.075 61.325 82.676 104.884 68.833 21,21

d. Kehutanan 20.290 22.562 30.066 36.154 40.375 45.120 34.855 17,63

e. Perikanan 53.011 59.639 74.335 97.697 137.250 176.620 109.108 27,55

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 205.252 309.014 366.521 440.610 541.334 591.913 449.878 24,32

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 644.343 760.361 919.539 1.068.654 1.376.442 1.477.674 1.120.534 18,26

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 23.730 26.694 30.355 34.724 40.889 47.166 35.965 14,74

5. BANGUNAN 151.248 195.111 251.132 304.997 419.712 555.201 345.231 29,81

6. PERDAGANGAN HOTEL & RESTORAN 368.556 431.620 501.542 592.304 691.488 744.122 592.215 15,15

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 142.292 180.585 231.524 264.263 312.190 352.423 268.197 20,06

8. KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PRSH 194.411 230.523 269.121 305.214 368.130 404.013 315.400 15,82

9. JASA-JASA 236.870 276.204 336.259 398.197 481.848 574.117 413.325 19,38

PRODUK DOMESTIK BRUTO 2.295.826 2.774.281 3.339.217 3.950.893 4.948.688 5.603.871 4.123.390 19,60

PDB TANPA MIGAS 2.083.078 2.458.234 2.967.040 3.534.407 4.427.634 5.138.955 3.705.254 19,83

KONTRIBUSI PDB TBM THDP PERTANIAN (%) 50,30 49,79 49,48 48,92 48,85 48,90 49,09

KONTRIBUSI PDB TBM THDP NASIONAL (%) 7,21 6,54 6,42 6,71 7,07 7,48 6,93

Sumber : BPS

Keterangan : *) 2009 Angka Sementara

Pertumbuhan Rata-Rata 2005-

2009Lapangan Usaha

T a h u n (Rp. Milyar)

Berdasarkan Produk Domestik Bruto hingga triwulan III tahun 2009 atas dasar harga

konstan 2000, secara nasional sektor pertanian mencapai Rp. 273,67 triliun atau 3,67

persen. Untuk tanaman bahan makanan, rata-rata pertumbuhan PDB sebesar 3,99

persen.

Page 19: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 6 | P a g e

Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009

2004 2005 2006 2007 2008 2009*) Absolut Relatif (%)

1. PERTANIAN 247.164 253.882 262.403 271.509 284.622 295.934 273.670 3,67

a. Tanaman bahan makanan 122.612 125.802 129.549 133.889 142.000 149.058 136.060 3,99

b. Tanaman perkebunan 38.849 39.811 41.318 43.199 44.787 45.608 42.945 3,26

c. Peternakan dan hasil-hasilnya 31.673 32.347 33.430 34.221 35.425 36.649 34.414 2,96

d. Kehutanan 17.434 17.177 16.687 16.548 16.543 16.844 16.760 (0,67)

e. Perikanan 36.596 38.746 41.419 43.653 45.866 47.775 43.492 5,48

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 160.101 165.223 168.032 171.278 172.496 180.159 171.438 2,40

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 469.952 491.561 514.100 538.085 557.764 569.785 534.259 3,93

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 10.898 11.584 12.251 13.517 14.994 17.137 13.897 9,52

5. BANGUNAN 96.334 103.598 112.234 121.809 131.010 140.273 121.785 7,81

6. PERDAGANGAN HOTEL & RESTORAN 271.142 293.654 312.519 340.437 363.818 368.564 335.798 6,37

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 96.897 109.262 124.809 142.327 165.906 191.616 146.784 14,62

8. KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PRSH 151.123 161.252 170.074 183.659 198.800 208.840 184.525 6,69

9. JASA-JASA 152.906 160.799 170.705 181.706 193.049 205.434 182.339 6,08

PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.656.517 1.750.815 1.847.127 1.964.327 2.082.456 2.177.742 1.964.493 5,63

PDB TANPA MIGAS 1.506.297 1.605.262 1.703.422 1.821.758 1.939.626 2.035.894 1.821.192 6,21

KONTRIBUSI PDB TBM THDP PERTANIAN 49,61 49,55 49,37 49,31 49,89 50,37 49,72

KONTRIBUSI PDB TBM THDP NASIONAL 7,40 7,19 7,01 6,82 6,82 6,84 6,93

Sumber : BPS

Keterangan : *) 2009 Angka Sementara

Pertumbuhan Rata-Rata 2005-

2009Lapangan Usaha

T a h u n (Rp. Milyar)

1.2.1.2. Tenaga Kerja Pertanian

Sektor pertanian tetap menjadi andalan mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Jumlah tenaga kerja pertanian dibandingkan dengan total tenaga kerja untuk

tahun 2005 sebesar 43,37 persen dan menurun menjadi 41,18 persen tahun 2009.

Besarnya pangsa pasar untuk tenaga kerja ini seharusnya menjadi salah satu alasan

bagi pengambil kebijakan untuk melakukan penguatan sektor pertanian mulai dari hulu

sampai ke hilir dengan orientasi pengembangan usaha yang layak bagi petani.

Tabel 3. Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2005-2009

Tahun Tenaga Kerja (orang) Total Tenaga

Kerja (orang)

Pangsa pertanian Terhadap Total

(%)

Tidak Bekerja (orang)

Angkatan Kerja Nasional (orang) Pertanian ** Non Pertanian

2005 41.309.776 52.648.611 93.958.387 43,97 11.899.266 105.857.653

2006 40.136.242 55.320.693 95.456.935 42,05 10.932.000 106.388.935

2007 41.206.474 58.723.743 99.930.217 43,66 10.011.142 109.941.359

2008 41.331.706 61.221.044 102.552.750 40,30 9.394.515 111.947.265

2009 43.029.493 61.455.951 104.485.444 41,18 9.258.964 113.744.408

Sumber: Badan Pusat Statistik

Keterangan: * angka sementara ** mencakup pertanian, perikanan dan kehutanan

Tenaga kerja sub sektor tanaman pangan tahun 2007 berjumlah 20,87 juta orang

mengalami penurunan menjadi 20,55 juta orang tahun 2009. Kontribusi tenaga kerja sub

Page 20: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 7 | P a g e

sektor tanaman pangan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007. Hal ini menjadi

suatu indikasi bahwa sub sektor tanaman pangan kurang diminati tenaga kerja baru.

Tabel 4. Tenaga Kerja Pertanian Tahun 2007-2009

2007 2008 2009 2008 2009 Rata-rata 2007 2008 2009

1 Tanaman Pangan 20.870.817 20.052.144 20.552.592 (3,92) 2,50 (0,71) 54,73 52,27 53,23

2 Hortikultura 2.631.925 2.776.123 2.947.726 5,48 6,18 5,83 6,90 7,24 7,63

3 Perkebunan 10.861.089 11.492.535 10.723.514 5,81 (6,69) (0,44) 28,48 29,96 27,77

4 Peternakan 3.770.057 4.044.179 4.386.165 7,27 8,46 7,86 9,89 10,54 11,36

P e r t a n i a n 38.133.888 38.364.981 38.609.997 0,61 0,64 0,62 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik

Tenaga Kerja (orang) Pertumbuhan (%) Kontribusi TK Sub Sektor (%)No. Sub Sektor

1.2.1.3. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai tukar petani merupakan salah satu alat ukur kemampuan pendapatan petani

terhadap berbagai pengeluaran minimal. NTP belum dapat menggambarkan kondisi

yang sebenarnya atas kesejahteraan petani, tetapi sampai saat ini NTP masih

merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan petani. NTP dihitung

dengan cara membandingkan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks

harga yang dibayar petani.

Dari data BPS, selama tahun 2005-2009, angka rata-rata NTP di atas 100 yaitu 100,66

pada tahun 2005, 102,49 pada tahun 2006, 107,09 pada tahun 2007, 100,15 pada tahun

2008, dan 105 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan petani lebih sejahtera karena hasil

yang didapatkan petani lebih besar dari yang dibelanjakan. Namun bila di lihat untuk

pertumbuhan NTP dari tahun 2005-2009 terlihat adanya penurunan 2,47 atau 1,91

persen.

Pada tahun 2008 terjadi penurunan angka NTP. Hal ini disebabkan karena perbedaan

tahun dasar perhitungan NTP, karena sampai tahun 2007 menggunakan tahun dasar

2000, sementara sejak tahun 2008 sudah menggunakan tahun dasar 2007.

Tabel 5. Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2005-2009

Absolut Relatif (%)

2004 117,35

2005 100,66 (16,69) (14,22)

2006 102,49 1,83 1,82

2007 107,09 4,60 4,49

2008 100,15 (6,94) (6,48)

2009 105,00 4,85 4,84

Rata-Rata 103,08 (2,47) (1,91)

Sumber: Badan Pusat Statistik

PertumbuhanNilai Tukar PetaniTahun

Page 21: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 8 | P a g e

1.2.1.4. Neraca Perdagangan (Ekspor Impor)

Sub sektor tanaman pangan diharapkan berperan dalam perolehan devisa negara

melalui pengembangan ekspor dan penekanan impor. Tahun 2005, ekspor komoditas

tanaman pangan volume sebesar US$ 287 juta dan turun menjadi US$ 264,16 juta tahun

2006. Ekspor komoditas tanaman pangan menunjukkan perkembangan yang relatif baik,

karena pada tahun 2007 volume ekspor meningkat menjadi US$ 289,05 juta dan naik lagi

menjadi US$ 348,91 juta tahun 2008, walaupun terjadi penurunan menjadi US$ 321,28

juta tahun 2009.

Selama tahun 2005-2009, nilai impor beberapa komoditas tanaman pangan mengalami

pertumbuhan meningkat. Impor tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan volume impor

mencapai US$ 3.526,96 juta atau meningkat dari US$ 2.115,14 juta pada tahun 2005,

US$ 2.568,45 juta pada tahun 2006, dan US$ 2.729,25 juta pada tahun 2007. Tahun

2009, situasi impor komoditi tanaman pangan ini terjadi penurunan menjadi US$ 2.737,86

juta.

Selama tahun 2005-2009, bila dibandingkan dengan nilai ekspor-impor pertanian,

kontribusi nilai ekspor tanaman pangan mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan

begitu juga kontribusi nilai impor terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini

menandakan bahwa produksi dalam negeri mengalami peningkatan signifikan untuk

memenuhi kebutuhan domestik.

Tabel 6. Volume Ekspor - Impor Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

Tanaman Pangan

- Ekspor 286.744 264.155 289.049 348.914 321.280 (7,88) 9,42 20,71 (7,92)

- Impor 2.115.140 2.568.453 2.729.147 3.526.961 2.737.862 21,43 6,26 29,23 (22,37)

- Neraca (1.828.396) (2.304.299) (2.440.098) (3.178.047) (2.416.582) 26,03 5,89 30,24 (23,96)

Hortikultura

- Ekspor 227.974 238.063 254.765 432.727 378.627 4,43 7,02 69,85 (12,50)

- Impor 367.425 527.415 795.846 909.669 1.063.120 43,54 50,90 14,30 16,87

- Neraca (139.451) (289.352) (541.081) 476.942 684.493 107,49 87,00 (188,15) 43,52

Perkebunan

- Ekspor 10.673.186 13.972.064 19.948.923 27.369.363 21.581.670 30,91 42,78 37,20 (21,15)

- Impor 1.532.520 1.675.067 3.379.875 4.535.918 3.949.191 9,30 101,78 34,20 (12,94)

- Neraca 9.140.666 12.296.997 16.569.048 22.833.445 17.632.429 34,53 34,74 37,81 (22,78)

Peternakan

- Ekspor 396.526 388.939 748.531 1.148.170 754.914 (1,91) 92,45 53,39 (34,25)

- Impor 1.121.832 1.190.396 1.696.459 2.352.219 2.132.800 6,11 42,51 38,65 (9,33)

- Neraca (725.306) (801.457) (947.928) (1.204.049) (1.337.886) 10,50 18,28 27,02 11,12

Pertanian

- Ekspor 11.584.429 14.863.221 21.241.268 29.299.174 23.036.491 28,30 42,91 37,94 (21,37)

- Impor 5.136.916 5.961.331 8.601.327 11.324.767 9.882.973 16,05 44,29 31,66 (12,73)

- Neraca 6.447.513 8.901.890 12.639.941 17.974.407 13.153.518 38,07 41,99 42,20 (26,82)

a. Ekspor 2,48 1,78 1,36 1,19 1,39

b. Impor 41,18 43,09 31,73 31,14 27,70

c. Neraca (28,36) (25,89) (19,30) (17,68) (18,37)

Keterangan: BPS diolah Pusdatin Deptan

Kontribusi Tanaman Pangan (%)

Nilai Neraca Perdagangan/Ekspor Impor (US$ 000)Sub Sektor

Pertumbuhan (%)No.

1

2

3

4

Page 22: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 9 | P a g e

1.2.2. Aspek Manajerial

Pembangunan tanaman pangan dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan

nasional yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa aspek manajerial yang

perlu diperhatikan, antara lain:

1.2.2.1. Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang tanaman pangan.

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terdiri dari :

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai fungsi pengelolaan

data dan informasi, penyusunan rencana program, kerjasama, anggaran, keuangan,

perlengkapan, pelaksanaan evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan tata laksana,

kepegawaian, perundang-undangan, humas, tata usaha dan rumah tangga.

2. Direktorat Budidaya Serealia mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang serealia.

3. Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mempunyai fungsi

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma,

pedoman, kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

dibidang kacang-kacangan dan umbi-umbian.

4. Direktorat Sarana Produksi mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur

serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang sarana produksi (pupuk,

pestisida, alsintan, kelembagaan), dan rekomendasi pendaftaran/izin.

5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai fungsi penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman,

kriteria dan prosedur serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang

perlindungan tanaman (data organisme pengganggu tanaman, mitigasi dampak

fenomena iklim, pengembangan pengendalian hama terpadu, dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman).

6. Direktorat Perbenihan mempunyai fungsi penyiapan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur serta

Page 23: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 10 | P a g e

pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perbenihan (penilaian varietas,

pengawasan mutu benih, produksi benih, dan kelembagaan perbenihan).

Tabel 7. Jumlah Unit Eselon III dan IV pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Periode Tahun 2005-Agustus 2010

Unit Kerja Eselon III Eselon IV

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4 12

2. Direktorat Sarana Produksi 5 11

3. Direktorat Perbenihan 4 9

4. Direktorat Budidaya Serealia 4 9

5. Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian 4 9

6. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 4 9

7. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu

Tumbuhan 3 7

8. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih

Tanaman Pangan dan Hortikultura 2 5

9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman 1 3

T o t a l 31 74

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Dalam melaksanakan fungsinya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, didukung oleh

dua unit pelaksana teknis (UPT) yaitu 1) Balai Besar Peramalan Pengendalian

Organisme Pengganggu Tanaman (BBPPOPT) dan 2) Balai Besar Pengembangan

Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan memiliki 31 unit kerja Eselon III dan 74 unit kerja Eselon IV.

Semenjak dilakukan reformasi birokrasi, sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 24

Tahun 2010 tanggal 14 April 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian

Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang tanaman pangan. Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) merumuskan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan

pascapanen tanaman pangan;

2) melaksanakan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan

pascapanen tanaman pangan;

3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;

4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya,

perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan; dan

5) melaksanakan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Page 24: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 11 | P a g e

Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010,

tanggal 14 Oktober 2010, susunan organisasi eselon 2 Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan, terdiri dari:

1) Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

2) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan,

3) Direktorat Budidaya Serealia,

4) Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi,

5) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan

6) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

Selain keenam struktur eselon 2 diatas, terdapat dua eselon 2 lain yaitu Balai Besar

Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan dan Balai Besar Pengembangan

Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Adapun tugas dan fungsi masing-masing unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan sebagai berikut:

1). Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk memberikan

pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

KEPALA BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN

MUTU BENIH TPH

KEPALA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU

TUMBUHAN

Page 25: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 12 | P a g e

Dalam melaksanakan fungsi tersebut di atas, Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(1) melakukan koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerja

sama di bidang tanaman pangan;

(2) melaksanakan pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

(3) melakukan evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan

urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan,

serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;

(4) melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang tanaman

pangan; dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

2). Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perbenihan

tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan

mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan

kelembagaan perbenihan;

(2) melaksanakan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih,

produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan

perbenihan;

(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian varietas dan

pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang

dan umbi, dan kelembagaan perbenihan;

(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian varietas dan

pengawasan mutu benih. produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang

dan umbi, dan kelembagaan perbenihan; dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Jenderal tanaman Pangan.

Page 26: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 13 | P a g e

3). Direktorat Budidaya Serealia

Direktorat Budidaya Serealia mempunyai tugas untuk melaksanakan penyiapan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur, dan

kriteria, serta memberikankan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya Serealia menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi

tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

(2) melaksanakan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah

hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya padi irigasi

dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan

rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain; dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Serealia.

4). Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi mempunyai tugas untuk melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya aneka

kacang dan umbi.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka

kacang, dan aneka umbi;

(2) melaksanakan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan

aneka umbi;

(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya kedelai, ubi

kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;

(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya kedelai, ubi kayu,

aneka kacang, dan aneka umbi; dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi.

Page 27: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 14 | P a g e

5). Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perlindungan

tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme

pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

(2) melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu

tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data

organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi

pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian

hama terpadu;

(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme

pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

6). Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai tugas untuk melaksanakan

penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur,

dan kriteria, serta memberikan bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen

tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(1) menyiapkan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia

lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

(2) melaksanakan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain,

kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

(3) menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pascapanen padi,

jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

Page 28: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 15 | P a g e

(4) memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan

serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan

(5) melaksanakan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.

7). Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBPPMBTPH)

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih TPH memiliki tugas untuk

melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis

penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan

hortikultura.

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

mempunyai fungsi sebagai berikut:

(1) menyusun program dan evaluasi pengembangan pengujian mutu benih dan

bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih,

(2) melaksanakan pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium,

sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura,

(3) melaksanakan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode, uji arbitrase dan uji

acuan) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura,

(4) melaksanakan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura yang beredar,

(5) melaksanakan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange, green, and blue

certificate),

(6) melaksanakan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu

laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura,

(7) melaksanakan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak penandaan SNI pada

pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura,

(8) menyusun informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih

dan pelaksanaan kerjasama laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan

hortikultura, dan

(9) melaksanakan pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar.

8). Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT)

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan memiliki tugas untuk

melaksanakan dan mengembangkan peramalan organisme pengganggu tumbuhan

(OPT) serta rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura.

Page 29: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 16 | P a g e

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) mempunyai

fungsi sebagai berikut:

(1) melaksanakan penyusunan program dan rencana kerja/teknis/program,

(2) melaksanakan analisis data dan informasi serangan OPT dan faktor penentu

perkembangan OPT,

(3) melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan

dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu,

(4) melaksanakan perumusan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT,

(5) melaksanakan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan,

pengamatan dan pengendalian OPT,

(6) melaksanakan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar

laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit,

(7) memberikan pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan

rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura,

(8) melaksanakan tata usaha dan rumah tangga BB-POPT.

Selain ke dua UPT Pusat setingkat Eselon II tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan memiliki 1 (satu) UPT setingkat Eselon III yaitu Balai Pengujian Mutu Produk

Tanaman (BPMPT) dengan tugas untuk melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk,

dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut BPMPT melakukan fungsi sebagai berikut:

1). melaksanakan pengelolaan sampel pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan,

hortikultura, dan perkebunan;

2). melaksanakan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk

tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;

3). melaksanakan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk,

dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;

4). melaksanakan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu

pestisida, pupuk, dan produk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;

5). melaksanakan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar, serta produk

tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;

6). memberikan pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk

tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan;

7). melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga BPMPT.

Page 30: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 17 | P a g e

Rincian unit kerja dibawah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan periode September

2010 s/d sekarang meliputi a) Eselon III sebanyak 30 unit dan Eselon IV sebanyak 72

unit.

Tabel 8. Jumlah Unit Kerja Eselon III dan IV Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Periode September 2010 s/d Sekarang

Unit Kerja Eselon III Eselon IV

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4 12

2. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 4 9

3. Direktorat Budidaya Serealia 4 9

4. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi 4 9

5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 4 9

6. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4 9

7. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan 3 7

8. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura 2 5

9. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman 1 3

T o t a l 30 72

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1.2.2.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia sub sektor tanaman pangan meliputi unsur pemerintah (Pusat dan

Daerah), pelaku usaha, dan masyarakat lainnya. Dalam konteks ini, sumber daya

manusia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menjadi sangat penting dalam

menggerakkan program dan kegiatan yang ditetapkan.

Tabel 9. Jumlah Sumber Daya manusia lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2012 (posisi 30 Mei 2011)

Gol

I

Gol

II

Gol

III

Gol

IVL P S3 S2 S1/D4 D3/SM SLTA SLTP SD

Sekretariat Ditjen TP 8 47 128 16 131 68 1 22 80 8 70 10 8 199

Direktorat Perbenihan 2 12 53 10 42 35 - 12 29 8 25 2 1 77

Direktorat Budidaya Serealia 3 16 42 9 47 23 - 10 34 4 17 2 70

Direktorat Budidaya Akabi 3 16 41 11 33 38 1 12 29 9 17 1 2 71

Direktorat Perlindungan TP - 14 54 7 37 38 - 10 42 2 20 1 - 75

Direktorat Pascapanen TP 1 24 38 8 39 32 - 10 32 5 21 2 1 71

BBPOPT 2 39 54 4 71 28 - 3 35 7 51 1 2 99

BBPPMBTPH 1 10 44 5 20 40 - 5 35 - 19 1 - 60

BPMPT 0 9 26 1 12 24 - 2 23 3 8 - - 36

Peg. Ditjen TP di tugaskan di

daerah19 209 70 1 207 92 - 1 70 9 200 14 5 299

Jumlah 39 396 550 72 639 418 2 87 409 55 448 35 21 1.057

Unit Kerja

Jumlah SDM (orang)

TotalMenurut Golongan

Menurut

Jenis

Kelamin

Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 31: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 18 | P a g e

Sampai dengan tahun 2009, pengawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berjumlah

1.062 orang, dan jumlah tersebut mengalami perubahan menjadi 1.057 orang pada tahun

2011 yang masing-masing terdiri dari PNS di Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan sebanyak 195 orang, Direktorat Budidaya Serealia sebanyak 70 orang,

Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian sebanyak 71 orang, Direktorat

Pascapanen Tanaman Pangan sebanyak 71 orang, Direktorat Perlindungan Tanaman

sebanyak 75 orang, Direktorat Perbenihan sebanyak 77 orang, Balai Besar

Pengembangan Pengujian Mutu benih Tanaman Pangan dan Hortikultura sebanyak 60

orang, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan sebanyak 99 orang,

Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman sebanyak 36 orang, serta pegawai Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan yang ditugaskan di daerah sebanyak 299 orang.

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Tahun 2005-2009

No. Tahun S3 S2 S1 D3/SM SLTA SLTP SD

Total Tingkat Pendidikan

1. 2005 3 80 296 42 406 22 28 877

2. 2006 3 79 294 42 396 21 28 863

3. 2007 3 87 318 43 560 28 26 1.065

4. 2008 3 86 314 35 546 35 27 1.046

5. 2009 3 85 353 39 517 42 23 1.062

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Bila dilihat dari kualifikasi pendidikan, lulusan SD sebanyak 23 orang, SLTP sebanyak 42

orang, SLTA sebanyak 517 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 39 orang, S1/D4

sebanyak 353 orang, S2 sebanyak 85 orang, dan S3 sebanyak 3 orang.

Sedangkan pada tahun 2011 tingkat pendidikan pengawai Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan untuk S3 berjumlah 2 orang, S2 sebanyak 87 orang, S1/D4 berjumlah 409 orang,

Sarjana Muda/D3 berjumlah 55 orang, SLTA berjumlah 448 orang, SLTP berjumlah 35

orang, dan SD berjumlah 21 orang. Pegawai tersebut terdiri dari 639 orang pegawai laki-

laki dan 418 orang pegawai perempuan.

1.2.2.3. Sumber Daya Lahan Pertanian

Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum

dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh

Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006

memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha terbagi

atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha (35,4

persen) merupakan kawasan lindung.

Page 32: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 19 | P a g e

Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta

ha meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha

dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang

berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian

sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan

areal pertanian.

Selain dari jumlah luas lahan yang dimiliki tersebut optimalisasi penggunaan luas lahan

dapat dilakukan melalui optimalisasi indeks pertanaman (IP). Umumnya pemanfaatan

lahan untuk tanaman pangan dapat tiga kali dalam setahun.

1.2.2.4. Program dan Anggaran

Program pembangunan tanaman pangan selama periode tahun 2004-2009 mengalami

beberapa perubahan. Sampai dengan berakhirnya Kabinet Gotong Royong tahun 1999-

2004 dan awal Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2005, program pembangunan tanaman

pangan terdiri dari 3 (tiga) program utama yaitu: Program Peningkatan Ketahanan

Pangan, Program Pengembangan Agribisnis, dan Program Peningkatan Kesejahteraan

Petani. Selain ke tiga program utama tersebut terdapat 2 (dua) program pendukung yaitu

Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara, dan Program

Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik.

Selanjutnya, pada periode Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2006-2010 program

pembangunan tanaman pangan meliputi Program Peningkatan Nilai Tambah dan Daya

Saing, Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program Peningkatan Kesejahteraan

Petani, dan Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik.

Sedangkan fokus kegiatan juga mengalami beberapa kali penyempurnaan dan pada

tahun 2009, fokus kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan meliputi:

1) Integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas;

2) Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan, dan penghargaan kepada petani/pelaku

agribisnis;

3) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit hewan, karantina

dan peningkatan keamanan pangan;

4) Bantuan benih/bibit dan penguatan kelembagaan perbenihan;

5) Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen;

6) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian;

7) Penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui Lembaga Mandiri Yang

Mengakar di Masyarakat (LM3);

8) Magang, sekolah lapang, pelatihan, pendidikan pertanian, dan kewirausahaan

agribisnis;

Page 33: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 20 | P a g e

9) Penerapan dan pemantapan prinsip good governance, penyelesaian daerah konflik,

bencana alam, daerah tertinggal dan perbatasan, pendampingan PHLN,

pelaksanaan Inpres terkait dan pengarusutamaan gender;

10) Penyusunan kebijakan program, monitoring dan evaluasi;

11) Gaji dan operasional kantor (pemeliharaan, eksploitasi, kendaraan, jasa).

Selama periode tahun 2005-2009, alokasi anggaran Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan mengalami perkembangan yang cukup pesat, yaitu tahun 2005 sebesar Rp

882.780.000.000 meningkat menjadi Rp. 1.003.719.000.000 pada tahun 2009, dengan

realiasi penyerapan sebesar Rp. 541.625.000.000 atau 61,35 persen pada tahun 2005

dan Rp. 943.981.000.000 atau 94,05 persen pada tahun 2009. Sedangkan satker pada

tahun 2005 berjumlah 93 meningkat tajam menjadi 447 satker pada tahun 2009.

Tabel 11. Alokasi dan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

Tahun Pagu Anggaran

(Rp. Juta) Realisasi (Rp. Juta) Realisasi (%)

2005 882.780 541.625 61,35

2006 520.462 343.488 66,00

2007 1.890.995 1.391.957 73,64

2008 1.099.995 975.689 88,80

2009 1.003.719 943.981 94,05

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Melihat perkembangan alokasi anggaran, pemberian anggaran lebih banyak ditempatkan

untuk satker kabupaten/kota. Hal ini merupakan konsekuensi bahwa pemerintah

melakukan pemberian berbagai instrumen untuk mendorong pencapaian produksi

tanaman pangan.

Perkembangan alokasi anggaran tersebut mempengaruhi perkembangan alokasi

anggaran per satker lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan di Pusat, UPT,

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada satker

kabupaten/kota. Hal ini dipengaruhi semakin besarnya alokasi bantuan yang diberikan

kepada masyarakat petani tanaman pangan. Penataan jumlah satker menjadi penting

dilakukan untuk memacu realisasi program dan kegiatan. Namun demikian, jumlah

satker yang banyak akan menimbulkan biaya administrasi dan pembinaan yang semakin

meningkat.

Page 34: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 21 | P a g e

Tabel 12. Alokasi Anggaran per Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Tahun 2005-2009

(Rp. juta)

No. Satker 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pusat 230.836 131.063 385.752 238.850 114.931

2. UPT BBPMBTPH dan BBPOPT

8.058 6.427 8.188 7.805 9.170

3. Provinsi 643.885 178.290 234.405 171.015 189.401

1. Dinas Provinsi 583.411 116.557 132.609 111.132 106.251

2. UPTD BPSBTPH 28.418 32.188 43.295 26.975 32.600

3. UPTD BPTPH 32.056 29.545 58.501 32.908 50.550

4. Kabupaten/Kota 204.684 1.261.875 682.324 690.216

T o t a l 882.780 520.464 1.890.219 1.099.995 1.003.719

Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Jumlah satker pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2005 berjumlah 93

satker. Pada tahun 2009, meningkat menjadi 447 satker atau meningkat hampir lima kali

lipat dibandingkan tahun 2005. Peningkatan jumlah satuan kerja ini dipengaruhi oleh

peningkatan anggaran. Penetapan satker tetap memperhatikan pertimbangan teknis dan

wilayah jangkauan.

Tabel 13. Jumlah Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

No. Satker 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pusat 1 1 1 1 1

2. UPT Pusat 2 2 2 2 2

3. Provinsi 90 91 91 91 91

a. Dinas 32 33 33 33 33

b. BPSBTPH 29 29 29 29 29

c. BPTPH 29 29 29 29 29

4. Kab/Kota - 330 424 370 353

Jumlah 93 424 518 464 447

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1.2.2.5. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Sesuai dengan amanat Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap Instansi Pemerintah wajib untuk

mempertanggung jawabkan atas segala sumber daya yang dialokasikan. Hal ini

merupakan konsekuensi atas eksistensi suatu instansi atau cerminan hasil dari

pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Departemen

Pertanian secara konsisten melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Menteri

Page 35: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 22 | P a g e

Pertanian sebagai Atasan Langsung. Laporan yang dimaksud berbentuk Laporan

Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai gambaran hasil

pencapaian atas rencana kebijakan dan program yang telah ditetapkan. Laporan ini juga

sekaligus bahan bagi pimpinan untuk menyusun Laporan Akuntabilitas Departemen

Pertanian.

Dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP),

integrasi berbagai aspek manajemen dilakukan yaitu sistem perencanaan pembangunan

nasional, sistem penganggaran/keuangan, sistem perbendaharaan, sistem akuntasi

pemerintah, dan sistem peningkatan produksi.

Selama periode tahun 2005-2009, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfokuskan

kinerjanya melalui 33 Dinas Provinsi, 29 Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura, 29 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura, dan 331 Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Inspekturat Jenderal Departemen

Pertanian atas bobot dan skor yang ditetapkan dalam penilaian indikator evaluasi

terhadap penerapan LAKIP, menunjukkan hasil bahwa Direktorat Jenderal Tanaman

Pangan pada tahun 2009 menempati peringkat A dengan hasil penilaian sebesar 78,75.

Sedangkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan keuangan

adalah Target WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).

Tabel 14. Hasil Evaluasi LAKIP dan Audit BPK oleh Tim Inspektorat Jenderal

Departemen Pertanian Tahun 2005-2009

Tahun Evaluasi LAKIP oleh Itjen Deptan Hasil Audit BPK Terhadap

Laporan Keuangan Nilai Labeling Peringkat

2005 Perunggu - Disclaimer

2006 Perunggu - Disclaimer

2007 Perak - Disclaimer

2008 79,67 Perak - WDP

2009 78,75 - A Target WTP

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Keterangan: D : Disclaimer WDP : Wajar Dengan Pengecualian WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah meliputi

perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, serta evaluasi dan capaian

kinerja.

Page 36: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 23 | P a g e

Tabel 15. Acuan Bobot Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1 Perencanaan Kinerja (Renstra, Rencana Kinerja Tahunan

(RKT), Penetapan Kinerja (PK))

35

2 Pengukuran Kinerja 20

3 Pelaporan Kinerja 15

4 Evaluasi dan Capaian Kinerja 30

100

No. Komponen Yang Dinilai Bobot (%)

Nilai Total

Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010

Hasil penilaian atas LAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2009 sebesar

78,75. Penilaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 (79,67). Hasil

penilaian SAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2009 sebagai berikut; a)

Perencanaan kinerja 10,16; Pengukuran Kinerja bobot 13,88; Pelaporan Kinerja bobot

16,46; serta Evaluasi dan Capaian Kinerja Instansi bobot 38,25. Sistem akuntabilitas

kinerja terus meningkat pada setiap indikator, kecuali evaluasi dan capaian kinerja.

Tabel 16. Hasil Evaluasi Terhadap SAKIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Berdasarkan Bobot Tahun 2008-2009

No. Indikator Evaluasi LAKIP Bobot Tahun

2008 2009

1. Perencanaan Kinerja 35 8,72 10,16

2. Pengukuran Kinerja 20 12,65 13,88

3. Aspek Pelaporan 15 11,19 16,46

4. Evaluasi dan Capaian Kinerja Instansi

30 47,11 38,25

T o t a l 100 79,67 78,75

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Pelaksanaan manajemen yang berbasis kinerja telah sejalan dengan pelaksanaan

reformasi birokrasi yang dilaksanakan secara bertahap. Hasil evaluasi akuntabilitas

kinerja tersebut merupakan pemicu dan pendorong untuk memperbaiki penerapan

Sistem AKIP pada unit kerja eselon II di lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

1.2.3. Aspek Teknis (Produksi)

1.2.3.1. Produksi Komoditas Tanaman Pangan

Capaian produksi komoditas pertanian tanaman pangan selama tahun 2005-2009 telah

menunjukan prestasi sangat baik antara lain: peningkatan produksi padi dari 54,15 juta

ton GKG tahun 2005 menjadi 64,40 juta ton GKG pada tahun 2009, atau meningkat rata-

rata 4,45 persen setiap tahun.

Page 37: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 24 | P a g e

Tabel 17. Produksi Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

No. Komoditas Produksi (ribu Ton) Pertumbuhan

2005-2009 (%) 2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi 54.151 54.455 57.157 60.326 64.399 4,45

2 Jagung 12.524 11.609 13.288 16.317 17.630 9.50

3 Kedelai 808 748 593 776 975 7.07

4 Kacang Tanah 836 838 789 780 778 - 1,75

5 Kacang Hijau 321 316 322 298 314 - 0,40

6 Ubi kayu 19.321 19.987 19.988 21.757 22.039 3,40

7 Ubi Jalar 1.857 1.854 1.887 1.882 2.058 2,68

Sumber: Badan Pusat Statistik

Keterangan : Padi : Gabah Kering Giling Jagung : Pipilan Kering Kedelai : Biji Kering Kacang tanah : Biji Kering Kacang hijau : Biji Kering Ubi kayu : Umbi Basah Ubi jalar : Umbi Basah

Peningkatan produksi ini terjadi karena meningkatnya luas panen padi selama periode

2005-2009 rata-rata setiap tahunnya 2,15 persen, yaitu dari luas panen 11,84 juta hektar

tahun 2005 meningkat menjadi 12,88 juta hektar tahun 2009.

Tabel 18. Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

No. Komoditas Luas Panen (ribu Ha) Pertumbuhan

2005-2009 (%) 2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi 11.839 11.786 12.148 12.327 12.884 2,15

2 Jagung 3.626 3.346 3.630 4.002 4.161 3,74

3 Kedelai 622 581 459 591 723 5,87

4 Kacang Tanah 721 707 660 634 623 - 3,57

5 Kacang Hijau 318 309 306 278 288 - 2,32

6 Ubi kayu 1.213 1.227 1.201 1.205 1.176 - 0,77

7 Ubi Jalar 178 177 177 175 184 0,84

Sumber : Badan Pusat Statistik

Peningkatan produksi padi ini juga didukung oleh peningkatan produktivitas padi yaitu

rata-rata setiap tahunnya sebesar 2,25 persen. Pada tahun 2005 produktivitas sebesar

45,74 ku/ha meningkat menjadi 49,99 ku/ha pada tahun 2009.

Page 38: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 25 | P a g e

Tabel 19. Produktivitas Komoditas Tanaman Pangan Tahun 2005-2009

No. Komoditas

Produktivitas (Ku/Ha) Pertumbuhan 2005-2009 (%)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi 45,74 46,20 47,05 48,94 49,99 2,25

2 Jagung 34,54 34,70 36,60 40,78 42,37 5,31

3 Kedelai 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 0,90

4 Kacang Tanah 11,61 11,86 11,95 12,15 12,49 1,85

5 Kacang Hijau 10,08 10,23 10,53 10,72 10,91 2,00

6 Ubi kayu 159,22 162,83 166,36 180,57 187,46 4,20

7 Ubi Jalar 104,13 105,05 106,64 107,80 111,92 1,83

Sumber : Badan Pusat Statistik

Peningkatan produksi ini telah menempatkan Indonesia meraih kembali status

swasembada beras sejak tahun 2007 dan terhindar dari krisis pangan seperti terjadi di

banyak negara ketika krisis keuangan global melanda dunia. Keberhasilan swasembada

ini sudah diakui dunia dan bahkan banyak negara menyatakan keinginan untuk

mempelajari strategi yang telah diterapkan Indonesia.

Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat selama tahun 2005-2009 yaitu mencapai

rata-rata 9,50 persen setiap tahun. Produksi jagung meningkat dari 12,52 juta ton pipilan

kering tahun 2005 menjadi 17,63 juta ton pipilan kering tahun 2009. Peningkatan

produksi jagung ini juga terjadi karena meningkatnya luas tanam jagung yang mencapai

3,74 persen dan produktivitas jagung sebesar 5,11 persen rata-rata setiap tahunnya.

Peningkatan luas panen jagung tahun 2005 seluas 3,63 juta hektar meningkat menjadi

4,16 juta hektar tahun 2009, dan produktivitas jagung tahun 2005 sebesar 34,54 ku/ha

meningkat menjadi 42,37 persen tahun 2009.

Produksi kedelai berfluktuasi dari 808 ribu ton biji kering tahun 2005 turun menjadi 748

ribu ton biji kering tahun 2006 dan turun lagi menjadi 593 ribu ton tahun 2007. Kondisi

mulai membaik dengan meningkatnya produksi kedelai tahun 2008 dan tahun 2009

masing-masing sebanyak 776 ribu ton biji kering dan 975 ribu ton biji kering. Peningkatan

produksi kedelai selama periode tahun 2005-2009 mencapai rata-rata 7,07 persen.

Kenaikan produksi kedelai ini terjadi karena peningkatan luas tanam kedelai yang

mencapai 5,87 persen rata-rata pertahunnya, yaitu dari luas tanam kedelai 622 ribu

hektar tahun 2005 meningkat menjadi 723 ribu hektar tahun 2009; serta kenaikan

produktivitas kedelai yang mencapai rata-rata pertahunnya 0,90 persen, atau sebesar

produktivitas kedelai 13,01 ku/ha tahun 2005 menjadi 13,48 ku/ha tahun 2009.

Page 39: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 26 | P a g e

Selama periode tahun 2005-2009, komoditi yang mengalami penurunan produksi rata-

rata pertahunnya adalah kacang tanah masing sebesar 1,75 persen. Penurunan produksi

kacang tanah berturut-turut terjadi mulai tahun 2005 sampai tahun 2009, dari produksi

sebesar 836 ribu ton biji kering tahun 2005 menjadi 778 ribu ton biji kering tahun 2009.

Penurunan produksi kacang tanah tersebut disebabkan karena menurunnya luas panen

kacang tanah rata-rata pertahunnya yang mencapai 3,57 persen, yaitu dari luas panen

721 ribu hektar tahun 2005 menurun menjadi 623 ribu hektar tahun 2009. Namun yang

menggembirakan, meskipun produksi dan luas panen kacang tanah selama periode

2005-2009 menurun, terjadi peningkatan produktivitas kacang tanah sebesar 1,85 persen

rata-rata setahunnya, dari produktivitas 11,61 persen tahun 2005 meningkat menjadi

12,49 persen tahun 2009.

Demikian juga halnya dengan produksi kacang hijau, mengalami penurunan selama

periode tahun 2005-2009 sebesar 321 ribu ton biji kering menjadi 314 ribu ton biji kering

tahun 2009, atau rata-rata setahunnya 0,40 persen. Penurunan tersebut disebabkan

karena menurunnya luas panen kacang hijau, tahun 2005 seluas 318 ribu hektar

menurun menjadi 288 ribu hektar tahun 2009, atau terjadi penurunan luas panen kacang

hijau rata-rata 2,32 persen setiap tahunnya. Meskipun produksi dan luas tanam kacang

hijau tersebut menurun setiap tahunnya, hal yang cukup menggembirakan adalah

terjadinya peningkatan produktivitas kacang hijau selama periode 2005-2009 yang

mencapai rata-rata setahunnya sebesar 2,00 persen, dari produktivitas sebesar 10,08

ku/ha tahun 2005 menjadi 10,91 ku/ha tahun 2009.

Meskipun terjadi penurunan luas panen ubi kayu selama periode tahun 2005-2009 yaitu

dengan rata-rata penurunan luas panen setiap tahunnya mencapai 0,71 persen atau dari

luas panen 1,21 juta hektar tahun 2005 menurun luas panennya menjadi 1,18 juta hektar

tahun 2009, kondisi penurunan luas panen tersebut tidak mempengaruhi terjadinya

kenaikan produksi ubi kayu. Dari data selama periode tahun 2005-2009 terlihat produksi

ubi kayu mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan, yaitu rata-rata per

tahunnya sebesar 3,40 persen. Produksi ubi kayu dari 19,32 juta ton umbi basah tahun

2005 meningkat menjadi 22,04 juta ton umbi basah tahun 2009. Peningkatan produksi

ubi kayu tersebut didukung oleh kenaikan produktivitas sebesar 159,22 ku/ha tahun 2005

meningkat menjadi 187,46 ku/ha tahun 2009.

Sedangkan produksi ubi jalar selama periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan

rata-rata setahunnya sebesar 2,68 persen, atau 1,86 juta umbi basah pada tahun 2005

meningkat menjadi 2,06 juta umbi basah tahun 2009. Peningkatan produksi ubi jalar

tersebut terjadi karena meningkatnya luas tanam sebesar 178 ribu hektar tahun 2005

menjadi 184 ribu hektar tahun 2009 atau sebesar rata-rata pertahunnya 0,84 persen.

Peningkatan produksi ubi jalar tersebut juga disebabkan karena meningkatnya

produktivitas rata-rata pertahunnya sebesar 1,83 persen, atau 104,13 ku/ha tahun 2005

meningkat menjadi 111,92 ku/ha tahun 2009.

Page 40: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 27 | P a g e

Untuk mewujudkan produksi tanaman pangan tersebut, diperlukan sumber daya input

(masukan) antara lain:

a) APBN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Anggaran merupakan salah satu input penting dalam proses pembangunan. Anggaran

tersebut dapat diklasifikasikan menjadi APBN dan Non APBN. Selama periode tahun

2005-2009, alokasi APBN ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan meningkat dari tahun

ke tahun, dari Rp. 882,78 milyar pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp.1,003 triliun

pada tahun 2009.

Anggaran subsidi pertanian juga meningkat pesan selama tahun 2005-2009. Subsidi

pupuk meningkat hampir tujuh kali lipat dari Rp. 2,59 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp.

17,44 triliun pada tahun 2009. Sedangkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

pemakaian benih bagi petani, maka disediakan subsidi dalam bentuk subsidi tidak

langsung (subsidi harga) dan subsidi langsung. Subsidi langsung dilaksanakan dalam

bentuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih Nasional (CBN).

Subsidi benih meningkat dari Rp.125,29 milyar pada tahun 2005 menjadi Rp.1,32 triliun

pada tahun 2009 atau meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.

Tabel 20. Alokasi Anggaran Subsidi Pupuk dan Benih Tahun 2005-2009

No. Jenis Subsidi 2005 2006 2007 2008 2009

Pupuk ( Rp Milyar )

1 Subsidi Harga 2.539 4.182 6.797 14.101 16.458

2 Bantuan Langsung Pupuk - - - 0,80 0,96

3 Pengawasan - - - 18,87 20,00

Jumlah 2.539 4.182 6.797 14.922 17.441

Benih ( Rp Milyar )

1 Subsidi harga 80,002 99,006 81,597 112,512 122,377

2 Cadangan Benih Nasional (CBN)

45,291 37,886 37,950 190,535 375,620

3 Bantuan Benih Langsung Unggul (BLBU)

- - 222,368 682,202 817,403

Jumlah 125,294 136,893 341,915 985,249 1.315,400

Sumber: Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

b) Dukungan Perbenihan

Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

memberikan dukungan dalam penyediaan benih unggul bersertifikat sehingga

peningkatan produksi tanaman pangan dapat tercapai secara signifikan. Pemasyarakatan

Page 41: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 28 | P a g e

penggunaan benih unggul bersertifikat sejalan dengan pembangunan atau

pengembangan kelembagaan perbenihan, peningkatan penyediaan/produksi benih

unggul bersertifikat, peningkatan/pemberdayaan penangkar dan kegiatan lain yang

mendukung pengembangan perbenihan terus dilakukan.

Tabel 21. Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat Komoditas Utama Tanaman Pangan, Tahun 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

1.

BD 941,16 1.014,85 1.287,09 1.561,06 1.862,88

BP 34.800,44 35.039,93 42.276,66 49.407,54 57.933,10

BR 90.637,12 93.456,89 113.120,70 121.021,97 117.757,97

HIBRIDA - 60,00 517,00 3.950,00 5.309,31

126.378,72 129.571,67 157.201,45 175.940,57 182.863,25

2.

BD 52,44 89,52 124,31 899,82 263,23

BP 392,40 380,14 734,60 1.638,50 863,70

BR 7.835,24 10.214,15 14.806,99 8.076,01 2.993,56

HIBRIDA 18.677,01 18.752,53 23.541,81 46.955,99 48.573,14

26.957,08 29.436,34 39.207,71 57.570,32 52.693,63

3.

BD 52,15 50,82 193,46 81,63 195,46

BP 556,22 429,85 511,23 2.553,04 852,88

BR 822,15 283,08 2.553,04 13.193,50 19.889,68

HIBRIDA - - - - -

1.430,52 763,75 3.257,73 15.828,17 20.938,02

NOJENIS PRODUKSI BENIH/

KELAS BENIH

TAHUN

PADI

JUMLAH

JAGUNG

JUMLAH

KEDELAI

JUMLAH

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil ditempuh melalui

penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Penggunaan benih varietas unggul

bersertifikat diharapkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini untuk padi

mencapai 62,80 persen, jagung 69,12 persen, dan kedelai 61,40 persen. Upaya ini cukup

signifikan, dimana selama 5 (lima) tahun terakhir penggunaan benih varietas unggul

bersertifikat untuk padi hanya berada pada kisaran rata-rata 47,27 persen, jagung 47,27

persen dan kedelai 47,27 persen. Permasalahan yang mendasar adalah ketersediaan

benih unggul bersertifikat belum mencukupi apabila hanya mengandalkan potensi aktual

sumber benih yang ada saat ini.

Ketersediaan benih unggul bersertifikat komoditas tanaman pangan terjadi peningkatan

pada tahun 2010, yaitu untuk padi kelas Benih Dasar (BD) sebanyak 1.900 ton, kelas

Benih Pokok (BP) sebanyak 62.500 ton, kelas Benih Sebar (BR) sebanyak 131.925 ton,

dan benih padi hibrida sebanyak 5.175 ton, jagung kelas Benih Dasar (BD) sebanyak 220

ton, kelas Benih Pokok (BP) sebanyak 1.085 ton, kelas Benih Sebar (BR) sebanyak

4.800 ton, dan benih jagung hibrida sebanyak 44.900 ton, sedangkan kedelai kelas Benih

Page 42: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 29 | P a g e

Dasar (BD) sebanyak 108,38 ton, kelas Benih Pokok (BP) sebanyak 695,37 ton, kelas

Benih Sebar (BR) sebanyak 16.938,99 ton.

Untuk memenuhi kebutuhan akan varietas unggul bersertifikat selain dipenuhi oleh

kelembagaan perbenihan milik pemerintah/BUMN, juga dipenuhi oleh produsen benih

milik swasta baik dalam bentuk Badan Hukum maupun perseorangan serta penangkar

benih.

Tabel 22. Jumlah Produsen/Penangkar Benih Tahun 2005-2009

No. Komoditas Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Produsen/Penangkar Benih (unit)

1 Padi 2.224 2.377 1.777 1.992 2.647

2 Palawija 205 263 206 211 277

3 Padi/Palawija 140 149 184 184 211

Jumlah 2.569 2.789 2.167 2.387 3.135

Kemampuan Produksi (ton/tahun)

1 Padi 238.099 241.693 238.798 246.678 286.038

2 Palawija 18.634 56.290 44.981 42.893 91.069

Jumlah 256.734 297.983 283.780 289.571 377.107

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Jumlah varietas unggul pada komoditi tanaman pangan yang dilepas tahun 2005

sebanyak 7 varietas unggul, meliputi padi sebanyak 3 varietas, kedelai 3 varietas, dan

kacang hijau sebanyak 1 varietas. Jumlah varietas unggul yang dilepaskan untuk tahun

2009 mengalami pelonjakan menjadi 57 varietas yang terdiri dari padi hibrida 19 varietas,

padi inhibrida 12 varietas, jagung hibrida 17 varietas, jagung komposit 4 varietas, varietas

kacang tanah 1 varietas, dan ubi jalar 4 varietas.

Page 43: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 30 | P a g e

Tabel 23. Jumlah Varietas Unggul Bersertifikat Komoditas Tanaman Pangan Yang Dilepas Tahun 2005-2009

No. Komoditas Tahun

Jumlah

2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi - Hibrida - Inhibrida

3 3 -

13 9 4

3 2 1

16 4

12

31 19 12

66 37 29

2 Jagung - Hibrida - Komposit

- - -

8 4 4

8 7 1

22 22

-

21 17 4

59 50 9

3 Kedelai - - 1 7 - 11

4 Kacang Tanah - - - - 1 1

5 Kacang Hijau 1 - - 1 - 2

6 Ubi Kayu - - - - - -

7 Ubi Jalar - 4 - - 4 8

8 Sorghum - - - - - -

9 Gandum - - - - - -

10 Talas - 1 - - - 1

Jumlah 7 26 12 46 57 148

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Selama kurun waktu tahun 2005-2009, realisasi penyebaran varietas 3 (tiga) komoditas

utama tanaman pangan berdasarkan luasan persentase penyebarannya yang

diklasifikasi berdasarkan potensinya yaitu Varietas Potensi Tinggi (VPT), Varietas

Potensi Sedang (VPS) dan Varietas Potensi Rendah (VPR). Pada tahun 2005-2009,

penurunan luasan penyebaran VPR terjadi sangat signifikan dan bergeser ke

pemanfaatan VPT.

Tabel 24. Realisasi Penyebaran Varietas 3 (Tiga) Komoditas Utama Tanaman Pangan Berdasarkan Luasan Persentase Penyebarannya Tahun 2005-2009

No. Varietas Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Padi

- VPT 68.80 70.19 74.22 75.57 77.25

- VPS 12.80 13.57 9.53 10.56 9.88

- VPR 18.38 16.24 16.26 13.87 12.87

2. Jagung

- VPT 58.68 54.56 57.00 62.13 60.30

- VPS 1.61 4.04 5.92 17.25 0.53

- VPR 39.70 41.40 37.08 20.61 39.17

3. Kedelai

- VPT 68.26 65.13 74.17 85.92 83.47

- VPS 4.90 9.30 3.92 1.32 2.53

- VPR 26.83 25.57 21.91 12.76 14.01

Page 44: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 31 | P a g e

Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat untuk komoditas padi, jagung dan kedelai

juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2005 digunakan sebanyak 121,44

ribu ton benih padi varietas unggul bersertifikat atau 38,79 persen meningkat menjadi

185,53 ribu ton atau 56,47 persen pada tahun 2009. Pada jagung sebanyak 17,29 ribu

ton benih varietas unggul bersertifikat atau 23,47 persen tahun 2005, meningkat menjadi

55,12 ribu ton atau 65,43 persen tahun 2009. Sedangkan pada komoditas kedelai

sebanyak 8,37 ribu ton benih varietas unggul bersertifikat atau 32,89 persen meningkat

menjadi 17,99 ribu ton atau 59,26 persen.

Tabel 25. Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Untuk Komoditas Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2005 – 2009

No. Komoditas

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Ton % Ton % Ton % Ton % Ton %

1 Padi 121.444 38,79 122.951 38,99 151.642 48,49 169.730 53,63 185.525 56,47

2 Jagung 17.293 23,47 22.241 30,00 42.806 56,33 53.591 63,00 55.122 65,43

3 Kedelai 8.365 32,89 9.798 40,29 9.797 43,29 14.279 57,53 17.990 59,26

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

c) Dukungan Pemupukan

Penggunaan pupuk merupakan salah satu input yang sangat penting dalam peningkatan

produktivitas hasil tanaman pangan. Pupuk yang digunakan oleh rumah tangga petani

antara lain adalah pupuk anorganik, pupuk organik, kombinasi pupuk anorganik dan

organik. Sedangkan rumah tangga petani yang tidak menggunakan pupuk dalam

usahatani mereka juga cukup banyak jumlahnya. Berdasarkan data tahun 2009 untuk

usahatani padi tercatat 1,23 juta rumah tangga petani yang tidak menggunakan pupuk,

pada usahatani jagung tercatat 1,01 juta rumah tangga petani, dan untuk usahatani

kedelai tercatat sebesar 216 ribu rumah tangga petani tidak menggunakan pupuk.

Peluang untuk meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan

khususnya padi, jagung dan kedelai masih bisa ditingkatkan bila rumah tangga petani

yang belum menggunakan pupuk tersebut bisa dikurangi jumlahnya.

Page 45: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 32 | P a g e

Tabel 26. Jumlah Rumah Tangga Usahatani Padi, Jagung dan Kedelai, serta Penggunaan Pupuk Tahun 2009

No. Posisi Rumah Tangga Petani Dalam

Penggunaan Pupuk

Rumah Tangga Petani

Absolut %

Usaha Tani Padi

A. Tidak menggunakan pupuk 1.225.700 8,18

B. Menggunakan pupuk 13.766.437 91,82

1. Anorganik 10.156.465 57,74

2. Organik 94.112 0,62

3. Anorganik dan Organik 3.616.860 23,46

Total 14.992.137 100,00

Usaha Tani Jagung

A. Tidak menggunakan pupuk 1.010.030 16,05

B. Menggunakan pupuk 5.704.665 84,95

1. Anorganik 2.472.889 36,83

2. Organik 134.648 2,00

3. Anorganik dan Organik 3.096.828 46,12

Total 6.714.695 100,00

Usaha Tani Kedelai

A. Tidak menggunakan pupuk 215.717 18,52

B. Menggunakan pupuk 948.760 81,48

1. Anorganik 492.888 42,33

2. Organik 85.173 7,32

3. Anorganik dan Organik 370.699 31,83

Total 1.164.477 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (PUT, 2009)

d) Dukungan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

Upaya-upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai

dilakukan melalui perluasan areal tanam (PAT) dan peningkatan mutu intensifikasi (PMI).

Kegiatan PAT dilakukan melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) pada lahan sawah

irigasi sederhana, lahan tadah hujan atau lahan kering. Sedang PMI dengan pendekatan

pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT). Pada periode tahun 2008-2009,

pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan kedelai dilakukan melalui penerapan

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

Realisasi pelaksanaan SLPTT untuk padi non hibrida mencapai 1,39 juta hektar atau 93

persen dari target 1,50 juta hektar pada tahun 2008, dan terjadi peningkatan 1,66 juta

hektar atau 83 persen dari target 2 juta hektar tahun 2009. Sedangkan pelaksanaan

SLPTT padi hibrida terealisasi 84,98 ribu hektar atau 99 persen dari target 85,73 ribu

hektar tahun 2008, dan 46,89 ribu hektar atau 94 persen dari target 50 ribu hektar tahun

2009. Pelaksanaan SLPTT jagung hibrida dan kedelai tingkat capaian realisasinya

antara 89 – 96 persen dari target yang telah ditentukan.

Page 46: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 33 | P a g e

Tabel 27. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

Tahun 2008-2009

Uraian

2008 2009

Rencana (Ha)

Realisasi (Ha)

% Rencana

(Ha) Realisasi

(Ha) %

- Padi Non Hibrida 1.500.000 1.395.435 93 2.001.000 1.660.854 83

- Padi Hibrida 85.730 84.975 99 50.000 46.886 94

- Jagung hibrida 200.000 192.776 96 90.000 79.843 89

- Kedelai - - 100.000 94.025 94

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

e) Dukungan Alat Mesin Pertanian

Penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja

usaha tani dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Alsintan

yang digunakan terdiri dari 3 (tiga) kategori yaitu 1) alsintan pra-panen, 2) alsintan panen

dan 3) alsintan pasca panen. Kemampuan kepemilikan alat dan mesin pertanian

(termasuk suku cadangnya) oleh petani masih sangat rendah. Oleh karena itu, perlu

kebijakan yang dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan alsintan.

Ketersediaan alsintan di Indonesia Menurut data tahun 2009 adalah 1) Traktor tangan

98.493 unit dengan kapasitas 40 ha/th/unit; 2) Traktor roda empat 2.213 unit dengan

kapasitas 75 ha/th/unit; dan 3) Pompa air 133.979 unit dengan kapasitas 25 ha/th/unit.

f) Dukungan Perlindungan Tanaman Pangan

Perlindungan tanaman pangan merupakan bagian penting dalam pengamanan produksi

untuk menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil yang berkaitan erat dengan

penanganan gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan pengaruh

Dampak Perubahan Iklim (DPI) mulai pra panen sampai dengan pascapanen.

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi perlindungan tanaman dan

kompleksnya permasalahan di lapangan, operasional pengendalian OPT di lapangan

mengacu pada sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Agar strategi pengendalian

OPT dapat terlaksana dengan baik, salah satu faktor yang mendapat perhatian adalah

pemberdayaan sumberdaya manusia melalui Sekolah Lapangan Pengendalian Hama

Terpadu (SLPHT). Dari SLPHT ini diharapkan dapat diwujudkan kemandirian petani

dalam pengambilan keputusan di lahan usahataninya.

Page 47: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 34 | P a g e

Tabel 28. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tahun 2005-2010

No. Tahun SLPHT

Unit

Target Sasaran

1. 2007 - Skala luas - Skala kelompok

30 1.000

28 997

2. 2008 - Non hibrida - Hibrida

500 105

496 105

3. 2009 - Non hibrida - Hibrida

500 117

496 113

4. 2010 - Non hibrida - Hibrida

315 56

315 56

Sumber: Laporan tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Proses usahatani tanaman pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di

antaranya adalah iklim/cuaca. Unsur iklim/cuaca yang sangat penting pengaruhnya

terhadap keberhasilan sistem usahatani di daerah tropis (Indonesia khususnya) adalah

curah hujan sebagai sumber air utama. Tetapi pada keadaan ekstrim, curah hujan yang

sangat berlebihan pada musim hujan dapat menimbulkan bencana alam banjir, dan

sebaliknya jumlah curah hujan yang sangat kurang pada musim kemarau dapat

menimbulkan bencana alam kekeringan. Kedua jenis bencana alam tersebut, dapat

menimbulkan penurunan produksi dengan intensitas dan luasan yang berbeda-beda

pada setiap tahunnya.

Secara umum, petani melakukan usahataninya hanya berdasarkan kebiasaan pada

kondisi iklim yang normal. Mereka umumnya tidak memiliki kemampuan menganalisa

serta memanfaatkan data informasi iklim. Sehingga bila terjadi perubahan iklim secara

ekstrim seperti curah hujan kurang atau lebih dari normal, petani tidak mampu berbuat

banyak. Kondisi iklim/cuaca yang sangat fluktuatif/ekstrim saat ini dipengaruh perubahan

iklim global, selain perubahan agroekosistem yang mempengaruhi keadaan iklim mikro.

Salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam

pemahaman unsur-unsur iklim adalah Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Melalui kegiatan SLI

diharapkan petani dan petugas dapat meningkat kemampuannya untuk merencanakan

kegiatan usahataninya mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen.

Page 48: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 35 | P a g e

Tabel 29. Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahun 2005-2009

No. Tahun SLI

Unit

Target Realisasi

1. 2005 Pilot Project (APBD) 95 95

2. 2006 Pilot Project (APBD) 103 103

3. 2007 - Skala luas - Skala kelompok

25 150

22 145

4. 2008 100 100

5. 2009 100 100

6. 2010 200 200

Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

OPT dan DPI merupakan faktor pembatas produksi tanaman pangan. Gangguan OPT

dan DPI berupa banjir dan kekeringan baik secara langsung maupun tidak langsung

berpotensi dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil.

Perkembangan OPT di lapangan berkorelasi positif dengan penerapan teknologi

budidaya tanaman yang kurang tepat, seperti penggunaan verietas yang tidak tepat,

pemupukan tidak berimbang dan penggunaan pestisida kurang bijaksana. Selain itu,

kondisi perubahan iklim global menyebabkan sulitnya menentukan waktu dan pola tanam

yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan OPT. Tingkat

kerusakan tanaman berdasarkan intensitas serangan dari ringan sampai dengan puso

adalah hama (16-90 persen), dan penyakit (11-75 persen).

1.3. Potensi, Tantangan dan Perumusan Permasalahan

1.3.1. Potensi Sub Sektor Tanaman Pangan

1.3.1.1. Lahan Pertanian

Masih tersedia areal pertanian dan lahan potensial belum termanfaatkan secara optimal

seperti lahan kering/rawa/lebak/pasang surut/gambut yang merupakan peluang bagi

peningkatan produksi tanaman pangan. Potensi sumberdaya ini harus dirancang dengan

baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem merupakan faktor pendukung yang

sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas usahatani tanaman pangan. Kondisi

tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengembangan rekayasa genetik,

pertumbuhan dan pengembangan berbagai komoditas pangan secara spesifik lokasi

Page 49: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 36 | P a g e

serta pengembangan produksi berbagai komoditas pangan. Disamping itu, kondisi lahan

yang secara umum subur dan iklim yang mendukung merupakan peluang yang sangat

menguntungkan untuk pembangunan tanaman pangan.

Indonesia dengan luas wilayah daratan 192 juta hektar mempunyai potensi yang sangat

besar disektor pertanian terutama tanaman pangan. Luas kawasan budidaya sekitar 123

juta hektar (64,6 persen dari luas daratan) berpotensi sebagai kawasan pertanian

sebesar 101 juta hektar. Dari areal tersebut yang sudah terolah sampai saat ini sebesar

25,6 juta ha lahan sawah, dan untuk lahan kering tanam semusim 25,3 juta ha dan lahan

kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Dengan demikian potensi perluasan untuk

kawasan pertanian adalah sebesar 54 juta hektar dengan komposisi; 36 juta hektar dapat

digunakan untuk tanaman pangan/perkebunan dan merupakan lahan kering, 15 juta

hektar sesuai untuk areal persawahan dan 3 juta hektar untuk lahan peternakan.

(Siswono Yudo Husodo, 2006)

Berdasarkan data BPS tahun 2008, adalah data luas lahan pada kondisi akhir tahun dan

merupakan data existing, bukan berdasarkan status lahan atau data planning. Indonesia

memiliki luas lahan sawah 8,015 juta hektar. Berdasarkan jenis pengairan adalah 1)

irigasi seluas 4,842 juta hektar, yaitu di pulau Jawa seluas 2,499 juta hektar dan luar

Jawa seluas 2,343 juta hektar; 2) non irigasi seluas 3,173 juta hektar, yaitu di pulau Jawa

seluas 798 ribu hektar dan luar Jawa seluas 2,375 juta hektar. Di Indonesia luas lahan

tegal/kebun yaitu 11,854 juta hektar, lahan ladang/huma seluas 5,324 juta hektar, dan

lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 14,896 juta hektar.

Kondisi ini mengindikasikan untuk pengembangan sub sektor tanaman pangan dengan

program penambahan baku lahan dapat diarahkan ke daerah-daerah di luar pulau Jawa.

Potensi pengembangan untuk areal irigasi memungkinkan di pulau Sumatera dan

Sulawesi. Selain itu untuk penumbuhan kantong-kantong produksi dapat juga

dikembangkan pada lahan non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak dan polder) yang

banyak terdapat di pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan untuk lahan yang

sementara tidak diusahakan masih banyak terdapat di Papua seluas 5,329 juta hektar.

1.3.1.2. Tenaga Kerja

Peran strategis lainnya dari sub sektor tanaman pangan adalah terhadap penyediaan

kesempatan kerja dan berusaha, walaupun sebenarnya hanya tempat penampungan

terakhir (the last resort). Sub sektor tanaman pangan merupakan lapangan usaha yang

menyerap bagian terbesar tenaga kerja dan sangat dominan dalam mewarnai struktur

ketenagakerjaan sektor pertanian maupun nasional. Hampir seluruh penduduk di

perdesaan bekerja di sub sektor tanaman pangan.

Semakin meningkatnya kebutuhan akan komoditas tanaman pangan, juga posisi

tanaman pangan saat ini yang dipandang sebagai komoditas strategis, politis, ekonomis

Page 50: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 37 | P a g e

sehingga dipandang perlu upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Disamping itu

kegiatan-kegiatan yang berorientasi pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan

terutama petani terus akan menjadi prioritas, mengingat masih rendahnya kualitas SDM

pertanian.

Jumlah tenaga kerja untuk sub sektor tanaman pangan lebih dari cukup, apalagi terdapat

limpahan tenaga kerja ke sub sektor tanaman pangan akibat melambatnya pertumbuhan

sektor industri. Dengan demikian pemanfaatan tenaga kerja yang tersedia secara optimal

merupakan peluang untuk meningkatkan pembangunan tanaman pangan.

Potensi lainnya yang masih dapat dikembangkan adalah sumberdaya manusia lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berkualifikasi pendidikan dari tingkat SD

sampai dengan jenjang doktor. Disamping pendidikan formal, sebagian pegawai telah

mengikuti diklat penjenjangan (Diklat PIM), pelatihan teknis dan non teknis. Selain itu,

keterlibatan dan peran serta Pejabat Fungsional Perencana, Kepegawaian, PBT dan

POPT diharapkan dapat menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta

meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT.

1.3.1.3. Teknologi Perbenihan

Fokus utama pengembangan perbenihan dalam rangka peningkatan produksi tanaman

pangan ialah mendorong peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas

unggul bersertifikat. Pemasyarakatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat

sejalan dengan pembangunan atau pengembangan kelembagaan perbenihan,

peningkatan penyediaan/produksi benih varietas unggul bersertifikat,

peningkatan/pemberdayaan penangkar dan kegiatan lain yang mendukung

pengembangan perbenihan.

1.3.1.4. Teknologi Pemupukan

Orientasi pengembangan teknologi pemupukan harus didorong dalam membangun

keseimbangan an organik dan organik. Sumber bahan baku menjadi prasyarat bagi

pengembangan industri pupuk, sehingga dapat memenuhi kebutuhan, baik berupa pupuk

anorganik mapun pupuk organik. Untuk itu, diperlukan jumlah sumberdaya manusia yang

cukup banyak untuk terlibat langsung dalam proses pengolahan pupuk, terutama

pengolahan pupuk organik di daerah sentra produksi sub sektor tanaman pangan dengan

memanfaatkan limbah pertanian yang tersedia menjadi sangat penting.

1.3.1.5. Pengendalian OPT

Pestisida merupakan potensi bahaya yang tinggi terhadap manusia dan lingkungan

hidup, namun masih diperlukan dan belum ada pengganti yang memadai. Oleh karena itu

penggunaan pestisida diharapkan dapat dilakukan secara efisien dan bijaksana,

Page 51: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 38 | P a g e

sehingga tercipta pertanian ramah lingkungan. Program pengendalian hama terpadu

menjadi bagian yang utama dalam perangkat kegiatan usahatani. Kebijakan ini dipayungi

oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman,

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,

Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, Peraturan Menteri Pertanian Nomor

07/Permentan/SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida dan

Nomor 42/Permentan/SR.140/5/2007 tentang Pengawasan Pestisida.

Saat ini cukup banyak industri bahan pengendali OPT dengan kapasitas produksi yang

cukup memadai dan jenis pestisida yang beragam sesuai dengan permintaan akan

kebutuhan pestisida guna melindungi pertanaman dari gangguan OPT. Penggunaannya

tetap memperhatikan kaidah PHT.

1.3.1.6. Alat Mesin Pertanian Pascapanen

Saat ini, penanganan pascapanen tanaman pangan belum berkembang. Untuk itu,

diperlukan upaya penanganan pasca panen dalam rangka menurunkan potensi

kehilangan hasil tanaman pangan. Selain itu, kebutuhan sarana pascapanen dapat

mendorong bertumbuhnya industri-industri, baik yang berskala besar maupun industri

skala kecil/rumahan.

1.3.2. Tantangan Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan

1.3.2.1. Perubahan Iklim

Peluang

Pengamanan potensi hasil dari dampak perubahan iklim dilakukan dengan memperkuat

antisipasi sehingga kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan produksi dari

dampak kekeringan dilakukan melalui efisiensi penggunaan air, penyiapan embung, cek

dam, bak penyimpanan air, sumur, dan lain-lain; penerapan pola tanam yang tepat;

pemilihan komoditas dan atau varietas umur pendek dan toleran kekeringan; percepatan

tanam; penanaman gogo rancah untuk padi; dan penyiapan taxi pump. Sedangkan

pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui perbaikan saluran air;

pembangunan/perbaikan cek dam; dan penguatan tanggul-tanggul.

Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, maka perlu upaya-upaya antisipasi,

antara lain dengan melakukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim;

inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak; penyusunan road map rencana

aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan; penciptaan dan penyiapan

paket-paket teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Page 52: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 39 | P a g e

Ancaman

Ketidaksinambungan kebijakan pusat dengan daerah, seperti kurang tersosialisasinya

program dan kegiatan, peraturan daerah yang kurang selaras dengan kebijakan nasional

dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim akan berdampak buruk terhadap kondisi

pangan. Perubahan iklim yang sulit diprediksi berpeluang meningkatnya investasi OPT,

gangguan fisiologis tanaman, serta tingginya bahaya kebakaran hutan, kekeringan, dan

kebanjiran.

1.3.2.2. Persaingan Perdagangan Global

Peluang

Upaya meningkatkan daya saing komoditas sub sektor tanaman pangan dengan

karakteristik yang sesuai keinginan konsumen dan memiliki mutu yang tinggi, baik pasar

domestik, maupun pasar ekspor perlu dilakukan, terutama pengembangan produk

olahan. Pengembangan komoditas dan produk baru yang memiliki permintaan pasar

yang tinggi juga harus dirintis, serta memperluas pangsa dan negara tujuan ekspor

dengan upaya peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah (kawasan), baik dalam

skala nasional (antar daerah) maupun kerjasama regional (antar negara).

Tantangan ke depan yang juga perlu dikembangkan adalah bagaimana membangun

sistem perlindungan yang diberikan terhadap petani dan pelaku agribisnis secara lebih

baik mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil melalui pola-pola

promosi, asuransi, penjaminan maupun subsidi bunga kredit maupun subsidi harga.

Serta memanfaatkan peran serta Indonesia dalam organisasi AFTA (Asean Free Trade

Area), APEC (Asia Pacific Economic Community), ACFTA (Asean-China Free Trade

Area), dan WTO (World Trade Organization).

Ancaman

Harga pembelian pemerintah yang diterapkan selama ini untuk komoditas padi/beras,

dalam pelaksanaannya belum berjalan efektif sesuai dengan yang ditetapkan. Pada saat

panen raya, di daerah sentra produksi sering terjadi harga jual di tingkat petani berada di

bawah harga pembelian pemerintah.

Pemberlakuan tarif bea masuk yang dilaksanakan selama ini juga belum efektif untuk

menjadikan produk tanaman pangan domestik kompetitif. Komoditas sub sektor tanaman

pangan impor masih bisa membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang lebih murah

karena pemerintah negara-negara eksportir melindungi petaninya secara baik dengan

berbagai cara.

Page 53: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 40 | P a g e

Kondisi demikian mengakibatkan insentif yang diterima petani belum optimal sesuai

dengan yang diharapkan, sehingga kurang mendorong gairah petani untuk meningkatkan

produktivitas dan mengembangkan usahataninya.

1.3.2.3. Adopsi Teknologi Petani

Peluang

Industri dalam negeri yang semakin berkembang, permintaan konsumen luar negeri

cenderung meningkat untuk produk pertanian, serta ketersediaan teknologi tepat guna

yang dapat dimanfaatkan masyarakat/petani untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya guna meningkatkan kuantitas, kualitas dan produktivitas produk

tanaman pangan, baik melalui teknologi budidaya terapan, maupun teknologi pemuliaan

tanaman yang menghasilkan varietas unggul bermutu dengan produksi dan produktivitas

yang tinggi.

Ancaman

Masih rendahnya tingkat adopsi masyarakat/petani terhadap teknologi yang tersedia,

karena beragamnya latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi petani sehingga tidak

mampu menerapkan teknologi yang ada. Insentif harga yang belum proporsional serta

penggunaan teknologi yang tidak aplikatif juga merupakan kendala yang cukup serius.

1.3.2.4. Persaingan Pemanfaatan Komoditas Tanaman Pangan

Peluang

Penggunaan produk tanaman pangan semakin beragam, tidak saja untuk konsumsi

langsung, tetapi juga sebagai bahan baku industri (makanan dan non makanan), pakan

ternak bahkan sebagai bahan baku penghasil energi. Diversifikasi penggunaan produk

mendorong peningkatan permintaan terhadap produk tanaman pangan. Dengan

berkembangnya industri pengolahan dapat meningkatkan nilai tambah dan pertumbuhan

perekonomian daerah dan nasional.

Ancaman

Meningkatnya permintaan kebutuhan produk tanaman pangan untuk bahan baku industri,

pakan ternak, bahan baku penghasil energi, serta meningkatnya pertumbuhan penduduk,

mengakibatkan terjadinya persaingan dalam pemanfaatan komoditas tanaman pangan,

sementara produksi komoditas tanaman pangan tidak mampu memenuhi semua

permintaan tersebut. Sehingga untuk kedepan, selain upaya peningkatan produksi dan

Page 54: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 41 | P a g e

produktivitas tanaman pangan, perlu pula ditingkatkan upaya diversifikasi pangan dengan

pangan lokal.

1.3.2.5. Koordinasi Pemerintahan

Peluang

Pembangunan sub sektor tanaman pangan melibatkan berbagai instansi dan lembaga

terkait, sehingga keberhasilannya sangat tergantung pada koordinasi dan peran aktif

seluruh stakeholder dari tingkat pusat sampai daerah untuk melaksanakan program dan

kegiatan yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008,

terjadi perubahan budaya masyarakat yang menuntut kinerja pembangunan yang

transparan. Pembangunan sektor pertanian sesuai prinsip otonomi daerah telah

dilimpahkan kewenangannya kepada pemerintah propinsi/kabupaten, masyarakat dan

swasta. Pemerintah pusat dan juga pemerintah provinsi dan kabupaten dengan derajat

kewenangan yang dimiliki hanya bergerak dalam aspek public good, externalities,

economic of scale dan moral hazard.

Pembangunan ke depan harus dilaksanakan dengan memperkuat penerapan prinsip-

prinsip desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Oleh karena itu diperlukan upaya

untuk memperkuat kemampuan aparatur pertanian (daerah) meliputi aspek perencanaan,

pengenalan masalah dan peluang, pengumpulan data dan informasi,

pembinaan/penyuluhan kepada petani, pengembangan usaha dan koperasi, serta aspek-

aspek lainnya yang terkait.

Ancaman

Kenyataan yang ada saat ini, koordinasi dan komitmen seluruh stakeholder baik dari

unsur pemerintahan (legislatif dan eksekutif), petani dan sektor bisnis/swasta/

masyarakat agribisnis lainnya, dalam mendukung upaya pembangunan tanaman pangan

belum optimal.

Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dan daerah disebabkan antara lain

disebabkan karena ego sektoral yang masih tinggi, serta misi dan visi yang berbeda.

1.3.2.6. Transisi Demografi

Peluang

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia

adalah sebesar 237.556.363 orang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan

penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di

Page 55: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 42 | P a g e

Pulau Jawa yaitu sebesar 58 persen di daerah, yang diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar

21 persen. Selanjutnya Sulawesi sebesar 7 persen, Kalimantan sebesar 6 persen, Bali

dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen, dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen.

Transisi Demografi atau keadaan perubahan penduduk yang ada di Indonesia umumnya

berkaitan dengan adanya kelahiran, kematian, migrasi, sehingga menghasilkan keadaan

dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama 10 (sepuluh)

tahun terakhir adalah sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Papua

adalah yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia, yaitu

sebesar 5,46 persen, sedangkan penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah yang laju

pertumbuhann penduduknya terendah, yaitu 0,37 persen.

Berdasarkan hasil sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah

mencapai 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 119.630.913 jiwa dan perempuan

118.010.413 jiwa.

Ancaman

Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang besar setiap tahunnya

akan merupakan ancaman yang cukup mengkhawatirkan kalau penyediaan angkatan

kerja tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang seimbang, karena

akan memicu timbulnya pengangguran besar-besaran yang tentu akan berimplikasi

terhadap keamanan nasional.

Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar akan mempengaruhi

kebutuhan terutama pangan. Ketidakmampuan menyediakan bahan pangan akan

menimbulkan resistensi ekonomo, politik, dan budaya.

1.3.2.7. Pembiayaan Usaha Petani

Peluang

Dukungan pembiayaan usaha petani yang dapat dimanfaatkan berasal dari berbagai

sumber seperti APBN, APBD, pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan,

koperasi), swadaya petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari

berbagai sumber tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan

dalam program tersebut. Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya

mengandalkan dari dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian

saja, tetapi harus menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari

Kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi Usaha

Page 56: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 43 | P a g e

Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan

Lembaga terkait lainnya. Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi

maupun kabupaten/kota juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan

untuk sektor pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali dan

disinergikan dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait lain yang ada

di daerah. Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-sumber pembiayaan

pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke daerah baik melalui Dana Alokasi

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung program

pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga keuangan/perkreditan

termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini memiliki potensi yang sangat besar

untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah harus

mampu menggali dan memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada

lembaga keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro finance,

dan skim kredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/ kelompok tani dapat dengan

mudah mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Disamping itu,

sumber pendanaan pembangunan lainnya yang cukup potensial adalah yang berasal dari

swasta dalam bentuk kerjasama kemitraan atau sistem avalis dan CSR (Corporate Social

Responsibility).

Ancaman

Petani belum memiliki kemampuan untuk mengakses sumber permodalan dari lembaga

keuangan formal. Hal ini disebabkan karena prosedur pengajuan kredit memerlukan

agunan, sedangkan banyak lahan milik petani belum bersertifikat sehingga tidak bisa

menjadi agunan. Akibatnya banyak petani lebih memilih rentenir/tengkulak/ pengijon yang

menyediakan pinjaman modal dengan cepat walau dengan tingkat bunga yang lebih tinggi

dan tanpa agunan.

Keadaan ini bila terus berlangsung tanpa adanya solusi pemecahan akan berdampak

semakin terpuruknya kehidupan petani di perdesaan, sehingga perlu upaya yang harus

dikembangkan untuk menjembatani kesenjangan akses petani kepada lembaga

perbankan formal. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membentuk

kelembagaan keuangan mikro di perdesaan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah

dengan membuat program sertifikasi lahan secara mudah dan murah, yang selanjutnya

dapat mempermudah petani untuk mengakses kredit ke perbankan.

Page 57: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 44 | P a g e

1.3.3. Perumusan Permasalahan

1.3.3.1. Status dan Luas Kepemilikan Lahan

Status dan luas kepemilikan lahan yang terbatas yang banyak memposisikan petani

sebagai penggarap atau buruh tani, serta alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

seperti untuk industri, pemukiman dan perdagangan. Pada daerah yang padat seperti

pulau Jawa, setiap tahunnya sekitar 50.000 hektar lahan pertanian yang berubah fungsi

penggunaannya (Soni Harsono, 1995).

Berdasarkan data PUT (BPS, 2009), luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani

padi, jagung, kedelai, dan tebu umumnya dibawah 1 hektar yaitu sebesar 76,04 persen

atau 13.558.048 rumah tangga. Secara ekstrim, luas penguasaan lahan bari rumah

tangga petani dibawah 0,5 hektar cukup besar yaitu 53,58 persen atau 9.552.957 rumah

tangga.

Tabel 30. Status dan Luas Kepemilikan Lahan (Data PUT) Tahun 2009

1 Tidak menguasai lahan pertanian 7.687 0,04

2 Di bawah 0,5 Ha 9.545.270 53,53

3 Antara 0,5 - 1 Ha 4.005.091 22,46

4 Antara 1 - 2 Ha 2.723.583 15,27

5 Antara 2 - 3 Ha 897.901 5,04

6 Di atas 3 Ha 651.300 3,65

17.830.832 100,00

A. Kepemilikan dibawah 0,5 Ha 9.552.957 53,58

B. Kepemilikan dibawah 1,0 Ha 13.558.048 76,04

Jumlah Total

Jumlah RT %No. Kategori Penguasaan Lahan

Sumber : Biro Pusat Statistik

1.3.3.2. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia Pertanian

Masih rendahnya tingkat kualitas SDM pertanian terutama dalam penerapan teknologi di

lapangan dan penggunaan alat-alat mesin pertanian, yang bersifat spesifik lokasi

maupun umum.

Pelayanan prima yang belum optimal dilakukan oleh aparat pertanian. Perbaikan

manajemen kinerja perlu dilakukan melalui peningkatan sumber daya manusia Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dan pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP)

sehingga dapat menciptakan kinerja yang berkualitas serta moral dan etos kerja yang

optimal.

Page 58: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 45 | P a g e

1.3.3.3. Keterbatasan Ketersediaan Benih

Ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat yang belum mencukupi apabila hanya

mengandalkan potensi aktual sumber benih yang ada saat ini, serta jumlah penangkar

yang masih terbatas untuk memenuhi penyediaan benih varietas unggul bersertifikat

secara nasional maupun dalam skop daerah.

1.3.3.4. Keterbatasan Ketersediaan Pupuk

Penggunaan pupuk bersubsidi belum sesuai dengan yang diharapkan disebabkan: 1)

Terbatasnya modal petani; 2) Jumlah pupuk bersubsidi yang tersedia belum dapat

memenuhi seluruh kebutuhan yang diusulkan daerah; 3) Kemampuan distribusi pupuk

tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan; 4) Pabrik pupuk beroperasi dibawah

kapasitas terpasang karena terbatasnya suplay bahan baku gas; 5) Permintaan pasar

pupuk dan bahan baku pupuk di pasar Internasional meningkat; 6) Perbedaan harga

pupuk bersubsidi dengan harga non subsidi di pasar internasional semakin besar dan; 7)

Belum optimalnya pengawasan saat distribusi pupuk sampai ke lini terakhir.

Kemampuan produksi pupuk dalam negeri masih dibawah kebutuhan. Selain itu pola

distribusi pupuk di lapangan belum optimal dan modal usaha petani serta pengetahuan

petani relatif masih rendah. Ketiga hal tersebut sering menjadi penyebab tingginya harga

pupuk di atas HET. Sehingga mengakibatkan penggunaan pupuk di tingkat petani banyak

yang belum sesuai dengan rekomendasi. Database kebutuhan pupuk juga belum akurat

sehingga dalam perencanaan kebutuhan pupuk menjadi kurang optimal. Pengembangan

penerapan pemupukan di tingkat petani belum optimal sehingga membutuhkan adanya

pendampingan baik berupa pendampingan sumber daya manusia maupun bentuk

bantuan.

1.3.3.5. Keterbatasan Pengendalian OPT

Penggunaan pestisida yang tidak memperhatikan kaidah PHT, malah merugikan bagi

pertanian karena membunuh musuh alami serta memunculkan tipe baru OPT yang kebal

terhadap pestisida tertentu. Penggunaan pestisida yang tidak mengikuti prosedur

keamanan sangat membahayakan keselamatan jiwa penggunanya.

1.3.3.6. Keterbatasan Akses Petani Terhadap Permodalan

Lemahnya kemampuan modal petani untuk mendapatkan sarana pascapanen yang

harganya memadai dengan kualitas yang baik dan kurangnya sosialisasi penggunaan

sarana pascapanen pada kelompoktani dan petani pengguna serta sarana pascapanen

yang tersedia ditingkat petani yang belum dimanfaatkan secara optimal, juga

Page 59: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 46 | P a g e

mempengaruhi tercapainya sasaran yang diharapkan yaitu untuk menurunkan kehilangan

hasil tanaman pangan dan meningkatkan mutu produk tanaman pangan.

Page 60: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 47 | P a g e

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN,

TAHUN 2010-2014

2.1. Visi

Sebagai penanggung jawab simpul koordinasi dalam pembangunan sub sektor tanaman

pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai Visi Tahun 2010 - 2014, yaitu

”Terwujudnya Produksi Tanaman Pangan Yang Cukup dan Berkelanjutan”.

Dalam visi ini, terdapat tiga kata kunci yaitu produksi, cukup, dan berkelanjutan. Makna

produksi dapat dilihat dari dua pespektif yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas.

Produksi dalam arti jumlah merupakan hasil (dalam satuan ton) yang dicapai melalui

pemanfatan lahan pertanaman, peningkatan produktivitas, dan pengamanan potensi

kehilangan hasil produksi. Sedangkan produksi dalam arti mutu merupakan standar

tertentu yang dapat dikonsumsi secara layak bagi manusia maupun kebutuhan industri.

Cukup berarti jumlah yang dapat disediakan setelah mempertimbangkan kebutuhan

konsumsi, kebutuhan perdagangan, dan kebutuhan cadangan (stok). Dalam hal ini, jika

kebutuhan dapat dipenuhi secara total dari produksi dalam negeri maka disebut sebagai

swasembada. Berkelanjutan berarti memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.

Untuk mewujudkan visi ini, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerankan diri

sebagai penggerak sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki. Upaya sinkronisasi,

mobilisasi, koordinasi, dan integrasi menjadi sangat penting dilakukan untuk mendorong

pencapaian visi sesuai dengan sasaran (target) yang ditetapkan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan

bersumber dari produksi dalam negeri menjadi sangat penting dan akan sangat kompleks

di tengah-tengah perubahan yang terjadi saat ini, baik untuk memenuhi kebutuhan

pangan maupun kebutuhan non pangan. Berbagai analisis data dan informasi dilakukan

dan dimanfaatkan untuk menetapkan sistem pembangunan tanaman pangan yang lebih

baik. Dalam konteks ini, selama tahun 2010-2014, terdapat 3 (tiga) komoditi yang harus

diwujudkan sebagai simbol swasembada maupun swasembada berkelanjutan yaitu padi

dan jagung untuk swasembada berkelanjutan serta kedelai untuk swasembada.

Page 61: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 48 | P a g e

2.2. Misi

Untuk mencapai visi di atas, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengemban misi

yang harus dilaksanakan adalah:

1. mewujudkan birokrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang profesional dan

berintegritas,

2. meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat dan

berkelanjutan,

3. mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien, efektif, dan berkelanjutan,

4. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan,

5. meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan, dan

6. mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta masyarakat dalam

pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.

2.3. Tujuan

Sebagai implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

menetapkan tujuan sebagai berikut;

1. meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal penerapan budidaya

tanaman pangan yang tepat dan berkelanjutan untuk peningkatan produksi dalam

rangka mencapai ketahanan pangan;

2. menyelenggarakan sistem penyediaan benih tanaman pangan yang efisien dan

berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan

tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi;

3. meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan di lokasi penerapan

budidaya tanaman pangan yang tepat;

4. mengendalikan serangan OPT dan DPI di lokasi penerapan budidaya tanaman

pangan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hasil tanaman pangan;

5. menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrasi secara profesional dan

berintegritas dilingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan;

6. menciptakan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium

pengujian benih tanaman pangan;

7. menyediakan informasi dan menciptakan model peramalan OPT sebagai rujukan

dalam pengamanan produksi tanaman pangan.

Page 62: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 49 | P a g e

2.4. Sasaran Produksi

Sasaran utama pembangunan tanaman pangan tahun 2010-2014 merupakan turunan

dari sasaran utama pembangunan pertanian yaitu: a) mewujudkan pencapaian

swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi

pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d)

mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani. Keempat sasaran ini disebut dengan

Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian. Pencapaian keempat sasaran

(target) utama diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi

pemenuhan kebutuhan nasional terutama ketahanan pangan nasional. Selain itu,

dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi

jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan bagi negara.

Pencapaian Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian tersebut memerlukan

keterpaduan pelaksanaan program baik lingkup Kementerian Pertanian maupun lintas

Kementerian/ Pemerintahan. Fungsi dari program pemerintah hanya berupa stimulan

untuk menggerakkan kekuatan ekonomi tanaman pangan secara nasional. Mengacu

pada Empat Sukses Keberhasilan Pembangunan Pertanian, ditetapkan sasaran

pembangunan tanaman pangan sebagai berikut:

a. Mewujudkan swasembada padi secara berkelanjutan

b. Mewujudkan swasembada jagung secara berkelanjutan

c. Mewujudkan swasembada kedelai tahun 2014

d. Mewujudkan pencapaian diversifikasi pangan

e. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.

Pendekatan yang dilakukan dalam pencapaian sasaran produksi padi, jagung dan

kedelai selama tahun 2010-2014 tetap akan dilakukan melalui penerapan Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang diikuti upaya pengamanan

produksi dengan mengantisipasi peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) melalui pengawalan ketat, pemberdayaan petugas,

koordinasi dengan instansi terkait, gerakan pengendalian, peningkatan kewaspadaan,

dan penyiapan sarana dan prasarana. SL-PTT diharapkan akan tetap mendapat

dukungan benih melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih

Nasional (CBN) dan subsidi benih serta dukungan pupuk melalui Bantuan Langsung

Pupuk (BLP) yang akan difokuskan di lokasi-lokasi yang masih memiliki rata-rata

produktivitas di bawah rata-rata produktivitas nasional/provinsi/kabupaten. Kemampuan

menangani serangan organisme pengganggu tumbuhan dan terkena dampak perubahan

iklim menjadi sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi. Selain itu,

penanganan pasca panen menjadi modal lain dalam meningkatkan produksi dan

mengamankan potensi kehilangan hasil serta meningkatkan kualitas (mutu) produksi.

Page 63: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 50 | P a g e

Keberhasilan sasaran pembangunan tanaman pangan ini sangat ditentukan oleh seluruh

kemampuan dari semua pemangku kepentingan, baik di sisi produksi, sisi distribusi,

maupun di sisi konsumsi.

2.4.1. Pencapaian Sasaran Produksi

Selama tahun 2010-2014, dari 4 (empat) target utama Kementerian Pertanian,

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan adalah target utama Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan komoditas yang menjadi unggulan nasional

terdiri dari 7 (tujuh) komoditas, yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,

ubi kayu dan ubi jalar.

Dari 7 (tujuh) komoditas tersebut, 3 (tiga) diantaranya yaitu padi, jagung dan kedelai

merupakan komoditas pangan utama, yang dipacu peningkatan produksinya untuk

mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan. Saat ini, komoditas padi dan

jagung sudah swasembada, sehingga target ke depan adalah swasembada

berkelanjutan dan diharapkan kedua komoditas ini bisa menjadi komoditas ekspor.

Sedangkan komoditas kedelai ditargetkan mencapai swasembada tahun 2014.

Sasaran pertumbuhan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi nasional yang

dianggap sepadan dengan harapan-harapan pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman

pangan sebagaimana yang diuraikan di atas selama periode tahun 2010-2014.

Page 64: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 51 | P a g e

Tabel 31. Sasaran Awal Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014

No. Komoditas

Tahun Pertumbuhan

(%) 2010 2011 2012 2013 2014

I. Produksi (ribu ton)

Padi 66.680 70.599 74.129 77.835 81.727 5,22

Jagung 19.800 22.000 24.000 26.000 29.000 10,02

Kedelai 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700 20,05

Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20

Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55

Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54

Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78

II. Luas Tanam (ribu hektar)

Padi 12.602 13.700 14.027 14.253 14.484 3,58

Jagung 4.412 4.828 4.874 4.974 5.332 4,91

Kedelai 920 1.088 1.312 1.538 1.830 18,77

Kacang Tanah 712 754 825 869 910 6,33

Kacang Hijau 344 333 343 351 360 1,17

Ubi Kayu 1.305 1.328 1.382 1.416 1.449 2,65

Ubi Jalar 192 199 207 215 224 3,97

III. Luas Panen (ribu hektar)

Padi 12.002 13.289 13.577 13.776 13.998 3,99

Jagung 4.200 4.573 4.655 4.822 5.281 5,95

Kedelai 874 1.036 1.250 1.465 1.742 18,82

Kacang Tanah 679 719 786 827 867 6,33

Kacang Hijau 327 317 326 334 342 1,12

Ubi Kayu 1.243 1.265 1.316 1.349 1.380 2,65

Ubi Jalar 182 189 197 205 213 4,01

IV. Produktivitas (ku/ha)

Padi 55,56 53,13 54,68 56,50 58,38 1,30

Jagung 47,14 48,10 51,55 53,92 54,91 3,91

Kedelai 14,0 15,06 15,20 13,36 15,50 0,99

Kacang Tanah 13,00 13,50 14,00 14,50 15,00 3,64

Kacang Hijau 11,00 11,68 11,98 12,28 12,58 3,42

Ubi Kayu 179,00 185,00 190,00 195,00 200,00 2,81

Ubi Jalar 110,00 114,00 117,00 120,00 122,00 2,62

Keterangan: kondisi awal sasaran produksi Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)

Page 65: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 52 | P a g e

Pengembangan komoditas tanaman pangan selama tahun 2010-2014 masih fokus pada

padi, jagung, dan kedelai. Selama periode tersebut produksi padi, jagung dan kedelai

diharapkan naik rata-rata 5,22 persen, 10,02 persen, dan 20,05 persen. Sasaran tersebut

ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan

kedelai tahun 2014.

Maka pada tahun 2014 produksi padi ditargetkan sebesar 81,73 juta ton GKG, jagung

dapat mencapai 29,00 juta ton pipilan kering, kedelai 2,70 juta ton biji kering. Sedangkan

pengembangan komoditas utama lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu

dan ubi jalar tetap menjadi perhatian disamping pengembangan komoditas unggulan

lokal (komoditas alternatif) dalam rangka peningkatan ketahahan pangan dan

kesejahteraan petani.

Selama proses perkembangannya, sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan

tersebut beberapa kali mengalami revisi (perbaikan), hal ini dapat di lihat pada Tabel

dibawah ini.

Tabel 32. Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (revisi)

No. Komoditas Tahun Pertumbuhan

(%) 2010 2011 2012 2013 2014

I. Produksi (ribu ton)

Padi 66.680 65.741 67.825 72.064 76.568 3,55

Jagung 19.800 22.000 18.861 19.831 20.823 1,96

Kedelai 1.300 1.560 1.000 1.500 2.700 28,53

Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20

Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55

Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54

Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78

II. Luas Tanam (ribu hektar)

Padi 12.602 13.700 14.025 14.356 15.306 4,58

Jagung 4.412 4.828 4.011 4.260 4.463 0,65

Kedelai 920 1.088 756 1.019 1.618 20,33

Kacang Tanah 712 754 825 869 910 6,33

Kacang Hijau 344 333 343 351 360 1,17

Ubi Kayu 1.305 1.328 1.382 1.416 1.449 2,65

Ubi Jalar 192 199 207 215 219 3,97

III. Luas Panen (ribu hektar)

Padi 12.002 13.289 13.538 13.859 14.776 4,96

Jagung 4.200 4.573 3.870 4.102 4.307 0,95

Kedelai 874 1.036 718 970 1.541 20,45

Kacang Tanah 679 719 786 827 867 6,33

Kacang Hijau 327 317 326 334 342 1,12

Ubi Kayu 1.243 1.265 1.316 1.349 1.380 2,65

Ubi Jalar 182 189 197 205 209 4,01

IV. Produktivitas (ku/ha)

Padi 55,56 53,13 50,10 52,00 51,82 (1,30)

Jagung 47,14 48,10 48,73 48,34 48,34 0,75

Kedelai 14,0 15,06 13,92 15,46 17,52 4,47

Kacang Tanah 13,00 13,50 14,00 14,50 15,00 3,64

Kacang Hijau 11,00 11,68 11,98 12,28 12,58 3,42

Ubi Kayu 179,00 185,00 190,00 195,00 200,00 2,81

Ubi Jalar 110,00 114,00 117,00 120,00 124,87 2,62

Page 66: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 53 | P a g e

Keterangan: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)

Dari hasil revisi ini, selama periode 2010-2014 tersebut produksi padi, jagung dan kedelai

diharapkan naik rata-rata 3,55 persen, 1,96 persen, dan 28,53 persen. Sasaran tersebut

ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan

kedelai tahun 2014.

Agar posisi swasembada dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya

harus dipertahankan minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri.

Dengan kondisi pertambahan jumlah penduduk secara nasional rata-rata sebesar 1,49

persen per tahun, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional

dalam rangka stabilitas harga, pemenuhan peluang ekspor, serta pertumbuhan industri

hilir dalam negeri yang semakin pesat maka target produksi sebagaimana tersebut di

atas dianggap relevan.

Maka pada tahun 2014 produksi padi ditargetkan sebesar 76,57 juta ton GKG, jagung

dapat mencapai 20,82 juta ton pipilan kering, kedelai 2,70 juta ton biji kering. Sedangkan

pengembangan komoditas utama lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu

dan ubi jalar tetap menjadi perhatian disamping pengembangan komoditas unggulan

lokal (komoditas alternatif) dalam rangka peningkatan ketahahan pangan dan

kesejahteraan petani.

Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan dilakukan

melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi

gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai produktivitas dibawah rata-rata

nasional/provinsi/ kabupaten, dan 2) perluasan areal tanam terutama untuk padi gogo

dan padi rawa/lebak melalui pemanfaatan lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani

maupun pembukaan lahan/cetak sawah.

Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan, maka strategi yang

akan dikembangkan utamanya adalah meningkatkan komposisi pertanaman jagung

hibrida. Target sasaran komposisi pertanaman jagung pada tahun 2014 adalah 4,46 juta

hektar dengan sasaran produksi sebesar 20,82 juta ton biji kering dan produktivitas rata-

rata nasional 48,34 ku/ha.

Strategi untuk mencapai swasembada padi secara berkelanjutan, yaitu akan dilakukan

melalui: 1) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi

gogo dengan fokus pada lokasi yang masih mempunyai produktivitas dibawah rata-rata

nasional/provinsi/ kabupaten, dan 2) perluasan areal tanam terutama untuk padi gogo

Page 67: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 54 | P a g e

dan padi rawa/lebak melalui pemanfaatan lahan peremajaan Perhutani dan Inhutani

maupun pembukaan lahan/cetak sawah.

Adapun untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan, maka strategi yang

akan dikembangkan utamanya adalah meningkatkan komposisi pertanaman jagung

hibrida. Target sasaran komposisi pertanaman jagung pada tahun 2014 adalah 4,46 juta

hektar dengan sasaran produksi sebesar 20,82 juta ton biji kering dan produktivitas rata-

rata nasional 50,16 ku/ha.

Strategi untuk mewujudkan swasembada kedelai tahun 2014 akan diupayakan melalui:

(1) peningkatan luas areal tanam melalui upaya khusus (Upsus) dan utamanya diarahkan

untuk tumpang sari di areal pertanaman jagung dan tanaman perkebunan (sawit, tebu);

perluasan areal dilakukan di areal hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat

(HTR), dan PT Perkebunan Nasional (PTPN); serta (2) peningkatan Indeks Pertanaman.

Untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan komoditas pangan utama difokuskan pada provinsi-provinsi sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 33. Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama Tahun 2010-2014

Komoditas Target Posisi

ATAP 2010 (Juta ton)

Sasaran 2014 (Juta

ton)

Peningkatan per tahun (%)

Fokus

Padi Swasembada berkelanjutan

66,47 76,57 3,55 Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten, Bali, NTB, Kalbar, Kalsel, Sulsel, Gorontalo

Jagung Swasembada berkelanjutan

18,33 20,82 1,96 Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Lampung, NTT, Sulsel, Sulut, Gorontalo

Kedelai Swasembada 2014

0,85 2,70 25,19 Aceh, Sumut, Lampung, Sumsel, Jambi, Bengkulu, Jabar, Banten, Jateng, DIY, Jatim, NTB, Bali, Sulsel

Page 68: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 55 | P a g e

Untuk komoditas pangan selain komoditas pangan utama, target pertumbuhan

produksinya lebih disesuaikan dengan kemampuan petani serta daya serap pasar.

Walaupun secara fisik potensi peningkatan produksinya ada, tetapi peningkatan produksi

yang sangat tinggi dapat saja menimbulkan kerugian bagi petani apabila terjadi over

supply di pasar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka komoditas-komoditas yang

dipacu pertumbuhannya secara cukup tinggi (lebih dari 5 persen) adalah kacang tanah,

ubi kayu, dan ubi jalar. Sementara komoditas yang pertumbuhannya di bawah 5 persen

adalah kacang hijau.

Indikator utama, strategi, dan rencana aksi dalam rangka peningkatan produksi dan

swasembada berkelanjutan pada periode tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 33

dibawah ini.

Tabel 34. Indikator Utama, Strategi, dan Rencana Aksi Peningkatan Produksi Komoditas Pangan Utama dan Swasembada Berkelanjutan

INDIKATOR UTAMA

STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN

Rata-rata peningkatan produksi per tahun dalam kurun waktu 2010-2014: Padi 3,55

% Jagung

1,96 % Kedelai

28,53 %

Catur Strategi Peningkatan produksi Tanaman Pangan yaitu:

1. Peningkatan produktivitas,

2. Perluasan areal dan optimasi lahan.

3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan.

4. Peningkatan manajemen.

A. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan:

1. Pengelolaan produksi tanaman pangan melalui SLPTT

2. Pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan: melalui perbanyakan benih komoditas utama tanaman; penilaian varietas, pengawasan dan sertifikasi; bantuan langsung benih unggul (BLBU) atau subsidi benih komoditas utama tanaman pangan; dan pengembangan penangkar benih.

3. Perlindungan tanaman pangan dari gangguan OPT, Dampak Perubahan Iklim (DPI), dan bencana alam (banjir dan kekeringan); operasional Brigade Proteksi, SLPHT, SLI, dan pemberian bantuan pengendalian OPT dan DPI.

4. Peningkatan pelayanan penanganan pascapanen tanaman pangan dengan memberikan bantuan sarana

Kementerian Kehutanan dan BPN: Penyediaan lahan usaha pertanian BUMN: Penyediaan pupuk, penyediaan benih unggul Kementerian PU: Pengawasan Penetapan RUTR; pengembangan jaringan transportasi di sentra produksi; rehabilitasi waduk & embung; pengembangan jaringan irigasi primer & sekunder;

Page 69: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 56 | P a g e

INDIKATOR UTAMA

STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN

pascapanen; dan pengembangan pascapanen tanaman pangan untuk meningkatkan mutu hasil, mengurangi kehilangan hasil tanaman pangan.

5. Pengembangan metode pengujian mutu benih dan penerapan sistem pengujian mutu benih tanaman pangan.

6. Pengembangan peramalan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dan dampak perubahan ikllim (DPI).

B. Investasi Pemerintah dan Swasta :

1. Pelayanan pembiayaan usahatani tanaman pangan.

2. Pengembangan dan pembinaan kelembagaan petani, disertai dukungan pengembangan usaha antara lain melalui Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3)

3. Optimalisasi pelayanan perizinan dan investasi di bidang pertanian tanaman pangan

4. Mendorong keterlibatan sektor untuk mendukung upaya peningkatan produksi pangan utama

5. Peningkatan kapasitas jalan usaha tani, JITUT dan JIDES

C. Harga Produk/Output :

1. Penetapan HPP untuk produk pertanian

2. Pengembangan kemitraan antara swasta dan petani

pembangunan pergudangan di pasar & pelabuhan BPN: Pengendalian konversi lahan & sertifikasi lahan pertanian MENKO BIDANG PER EKONOMIAN: Penataan mekanisme subsidi

Page 70: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 57 | P a g e

INDIKATOR UTAMA

STRATEGI RENCANA AKSI DUKUNGAN K/L LAIN

D. Tambahan Lahan Pertanian :

1. Perluasan areal pertanian serta optimalisasi pemanfaatan lahan dan air.

2. Penyelesaian PP dari UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian berkelanjutan.

E. Kontrak Kinerja :

1. Memastikan dilakukannya langkah-langkah konkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pengamanan tanaman pangan terhadap dampak perubahan iklim dan gangguan OPT.

2. Mencapai sasaran-sasaran Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman PanganTahun 2010-2014.

Target peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan tersebut sangat

dipengaruhi oleh perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan berdampak terhadap

kelangsungan pembangunan pertanian di masa yang akan datang.

Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, maka perlu upaya-upaya

antisipasinya, antara lain dengan melakukan analisis tentang kerentanan dampak

perubahan iklim; inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak; penyusunan

road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan; penciptaan

dan penyiapan paket-paket teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Strategi yang diperlukan, berupa:

Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air/irigasi.

Penyesuaian Pola Tanam/Pengelolaan.

Perakitan dan penyiapan Teknologi Adaptif.

Penerapan Teknologi Adaptif.

Rencana Aksi yang dilakukan antara lain:

Pemetaan daerah rentan perubahan iklim (daerah rawan bencana banjir, kekeringan,

dan daerah prioritas penanganan).

Perakitan peta-peta kalender tanam secara dinamik.

Page 71: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 58 | P a g e

Pengembangan sistem informasi iklim dan bencana.

Pengembangan sistem peringatan dini banjir.

Perbaikan dan pengembangan jaringan irigasi dan drainasi, normalisasi dan

peningkatan kapasitas waduk/bangunan penyimpan air.

Konservasi DAS (Daerah Aliran Sungai) kritis hulu utama di Jawa, Sulawesi dan

Sumatera, antara lain penggembangan tanaman pohon.

Perakitan varietas unggul tanaman pangan adaptif (toleran genangan, kekeringan,

salinitas, umur genjah, dan OPT).

Perakitan teknologi pupuk organik/hayati/pembenah tanah.

Perakitan teknologi budidaya/pengelolaan lahan/tanah/ pemupukan.

Sosialisasi teknologi dan model untuk adaptasi perubahan iklim.

Sosialisasi dan pengembangan PTT, serta teknologi hemat air lainnya.

Untuk keberhasilan peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan, maka

dukungan dari Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Lingkungan Hidup, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),

Kementerian Riset dan Teknologi, LP-LPND, dan Dinas/Pemda.

2.4.2. Sasaran Pembangunan Sub sektor Tanaman Pangan Yang Difasilitasi APBN

Keberhasilan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan visi dan misinya

diukur dari beberapa indikator, yaitu 1) jumlah produksi Padi, Jagung, Kedelai, Kacang

Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar; 2) luas areal tanaman pangan yang

ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI; dan 3) tingkat pengamanan potensi

kehilangan hasil (susut hasil) produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Perhitungan produksi

sangat tergantung dengan jumlah luas panen yang dapat dicapai dan produktivitas yangg

dapat dicapai.

Penetapan sasaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan selama periode

tahun 2010 - 2014 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

yang didanai dari APBN dan didasarkan pada kondisi lingkungan strategis, sumberdaya

yang tersedia, kecenderungan pertumbuhan selama periode lima tahun sebelumnya, dan

kebutuhan dalam mengamankan kepentingan nasional terutama kepentingan pangan.

3.1.2.1. Jumlah Produksi

Sasaran pertumbuhan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi yang

dianggap sepadan dengan harapan-harapan pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman

Page 72: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 59 | P a g e

pangan sebagaimana yang diuraikan di atas selama periode tahun 2010 - 2014 dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini.

Disamping itu untuk mempercepat peningkatan produktivitas padi, juga dilaksanakan

optimalisasi produktivitas padi dilahan sawah, lahan kering dan rawa/lebak melalui

diseminasi penggunaan benih varietas unggul bermutu produksi tinggi.

Tabel 35. Sasaran Awal Program dan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014

No. Komoditas

Tahun (ribu ton)

Rata-rata (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Padi 66.680 70.599 74.129 77.835 81.727 5,22

2 Jagung 19.800 22.000 24.000 26.000 29.000 10,02

3 Kedelai 1.300 1.560 1.900 2.250 2.700 20,05

4 Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20

5 Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55

6 Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54

7 Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Keterangan: kondisi awal sasaran produksi Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)

Selama proses perkembangannya, sasaran produksi komoditas utama tanaman pangan

tersebut beberapa kali mengalami revisi (perbaikan), hal ini dapat di lihat pada Tabel

dibawah ini.

Page 73: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 60 | P a g e

Tabel 36. Sasaran Produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (revisi)

No. Komoditas

Tahun (ribu ton) Rata-rata

(%) 2010 2011 2012 2013 2014

1 Padi 66.680 65.741 67.825 72.064 76.568 3,55

2 Jagung 19.800 22.000 18.862 19.831 20.823 1,96

3 Kedelai 1.300 1.560 1.000 1.500 2.700 28,53

4 Kacang Tanah 882 970 1.100 1.200 1.300 10,20

5 Kacang Hijau 360 370 390 410 430 4,55

6 Ubi Kayu 22.248 23.400 25.000 26.300 27.600 5,54

7 Ubi Jalar 2.000 2.150 2.300 2.450 2.600 6,78

Keterangan: Padi : Gabah Kering Giling (GKG) Jagung : Pipilan Kering (PK) Kedelai : Biji Kering (BK) Kacang Tanah : Biji Kering (BK) Kacang hijau : Biji Kering (BK) Ubi kayu : Umbi Basah (UB) Ubi jalar : Umbi Basah (UB)

Dari hasil revisi ini, selama periode 2010-2014 tersebut produksi padi, jagung dan kedelai

diharapkan naik rata-rata 3,55 persen, 1,96 persen, dan 25,19 persen. Sasaran tersebut

ditetapkan dengan terjadinya swasembada padi tahun 2007, jagung tahun 2008 dan

kedelai tahun 2014.

3.1.2.2. Luas Areal Tanaman Pangan Yang di Toleransi Terserang OPT dan

Terkena DPI

Peningkatan kewaspadaan (peringatan dini) terhadap serangan OPT dan terkena DPI

sangat diperlukan untuk menyusun strategi dan antisipasi pengendalian serangan OPT

dan terkena DPI pada pertanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman yang

tepat dengan kehilangan hasil maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per

tahun, yaitu 2 (dua) persen akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan

hasil dari dampak fenomena iklim. Dengan tersusunnya strategi dan antisipasi

pengendalian serangan OPT dan terkena DPI ini, tentu akan memberikan dampak positif

terhadap peningkatan produksi dan produktivitas pertanaman.

3.1.2.3. Susut Hasil Produksi

Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi

pasca panen, berupa pemberian bantuan sarana produksi pascapanen, serta

pengembangan, pembinaan dan pengawalan.

Page 74: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 61 | P a g e

Persentase kehilangan hasil tanaman pangan akibat panen dan pascapanen saat ini

relatif tinggi berkisar antara 5 - 18 persen. Untuk menurunkan susut hasil (losses) maka

diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP)

antara lain melalui pemasyarakatan penggunaan sarana produksi pascapanen.

Dari upaya pengamanan produksi tersebut diharapkan dapat dihindari kehilangan hasil

maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per tahun, yaitu 2 (dua) persen

akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan hasil dari dampak fenomena

iklim, serta tercapainya penambahan produksi dari penurunan losses.

Tabel 37. Target Penurunan Kehilangan Hasil

No. Komoditas Baseline

Susut

Tahun Rata-rata per tahun

2011 2012 2013 2014

1 Padi 13,00 12,00 10,47 8,68 6,98 1,51

2 Jagung 5,20 5,00 4,75 4,50 4,25 0,24

3 Kedelai 15,50 15,25 14,75 14,00 13,00 0,63

4 Kacang Tanah 15,20 14,95 14,45 13,70 14,20 0,63

5 Ubi Kayu 12,25 11,75 11,25 10,75 10,25 0,50

6 Ubi Jalar 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 0,50

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 75: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 62 | P a g e

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TAHUN 2010-2014

3.1. Arah Kebijakan

Kementerian Pertanian menetapkan 23 (dua puluh tiga) arah kebijakan pembangunan

pertanian tahun 2010-2014. Dari 23 arah kebijakan tersebut, 9 (sembilan) diantaranya

terkait langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yaitu: 1)

melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik

kinerja dan hasilnya, antara lain: bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan,

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT); 2) melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang

berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di

Masyarakat (LM3), 3) pemantapan swasembada beras dan jagung melalui peningkatan

produksi yang berkelanjutan, 4) pencapaian swasembada kedelai, 5) pembangunan

sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani, 6) penguatan kelembagaan

perbenihan dan perbibitan nasional, 7) peningkatan keseimbangan ekosistem dan

pengendalian hama penyakit tumbuhan secara terpadu, 8) berperan aktif dalam

melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan

non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dan

Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi, serta 9) peningkatan dan penerapan

manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.

1) Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat

baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk,

alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), dan Sekolah

Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).

Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu hasil komoditas sub-sektor tanaman

pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan terbukti banyak didukung oleh

ketersediaan sarana produksi, seperti bantuan benih varietas unggul bermutu,

pemberian bantuan sarana pasca panen, dan juga pelaksanaan kegiatan SLPTT

dan SLPHT.

2) Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat

seperti Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) dan rekrutmen tenaga

pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di

perdesaan.

Page 76: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 63 | P a g e

Kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat petani diperdesaan yang

terbukti mampu menggerakkan pembangunan tanaman pangan di perdesaan dan

berkontribusi dalam pencapaian sasaran produksi tanaman pangan adalah Lembaga

Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), sehingga pada perencanaan lima

tahun kedepan (2010 - 2014) kegiatan LM3 ini dilanjutkan, dengan melaksanakan

juga kegiatan yang menghimpun LM3 yang berprestasi dalam bentuk silaturahmi

nasional, mengusulkan LM3 berprestasi untuk jadi LM3 model.

3) Pemantapan swasembada padi dan jagung melalui peningkatan produksi yang

berkelanjutan.

Upaya yang dilakukan untuk memantapkan swasembada padi yang telah dicapai

tahun 2007 dan swasembada jagung tahun 2008 perlu terus dipertahankan menjadi

swasembada berkelanjutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas melalui

penggunaan benih varietas unggul bermutu, pemupukan berimbang, penggunaan

pupuk organik, penggunaan sarana prasana dan sarana pasca panen yang

memadai, serta pemanfaatan alsintan secara maksimal.

Kegiatan strategis yang dilakukan untuk pemantapan swasembada padi melalui

percepatan peningkatan produktivitas padi sawah, padi rawa/lebak dan padi gogo

pada lokasi dengan produktivitas di bawah rata-rata nasional; dan perluasan areal

tanaman untuk padi gogo dan padi rawa/lebak dengan memanfaatkan lahan

peremajaan Perhutani dan Inhutani maupun di areal pembukaan lahan/cetak sawah.

Pendekatan yang dilakukan dalam pencapaian sasaran produksi padi dan jagung

adalah melalui penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SLPTT) yang diikuti dengan pola pengamanan produksi dengan mengantisipasi

peningkatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim

(DPI).

4) Pencapaian swasembada kedelai.

Dengan laju pertumbuhan penduduk secara nasional sebesar 1,49 persen per tahun,

konsumsi kedelai tahun 2014 sebanyak 2,499 juta ton, dan konsumsi per kapita 0,24

persen. Permentan Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tanggal 8 Oktober 2009

tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Sumber Daya Lokal, maka dengan target produksi kedelai tahun 2014 sebesar 2,70

juta ton biji kering dan laju pertumbuhan 20,05 persen per tahun swasembada

kedelai akan dicapai tahun 2014.

Kegiatan strategis yang diupayakan melalui upaya khusus (Upsus) seluas 1,15 juta

Ha serta tumpangsari di areal pertanaman jagung dan tanaman perkebunan (sawit,

tebu), hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat (HTR), PT. Perkebunan

Nasional (PTPN), serta melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Pendekatan

Page 77: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 64 | P a g e

yang ditempuh juga sama seperti pada komoditas padi dan jagung, melalui

penerapan SLPTT.

5) Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.

Untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan, maka kelembagaan

perbenihan harus diperkuat, antara lain melalui upaya: (i) menata kembali

kelembagaan perbenihan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah; (ii) melindungi,

memelihara dan memanfaatkan sumberdaya genetik nasional untuk pengembangan

varietas unggul; (iii) mendorong pihak swasta untuk berpartisipasi dalam

pengembangan perbenihan; (iv) meningkatkan sumberdaya manusia di bidang

pemuliaan tanaman pangan; (v) menumbuh kembangkan penangkar benih; (vi)

penerapan undang-undang perbenihan; dan (vii) meningkatkan peranan dari Badan

Benih Nasional.

6) Peningkatan keseimbangan ekosistem dan Pengendalian Hama Penyakit Tumbuhan

secara terpadu.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit

tanaman yang disebabkan oleh OPT dengan menerapkan prinsip-prinsip PHT yang

memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup.

7) Berperan aktif melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti

perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga

Pembelian Pemerintah (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi

Keterlibatan secara aktif melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani

sangat diperlukan, sehingga peran petani diposisi yang lemah dapat terlindungi

dengan aturan-aturan yang berpihak kepada petani, petani dapat memasarkan

produknya dengan HPP yang mampu memberi keuntungan yang memadai, serta

dapat memenuhi kebutuhannya akan sarana produksi seperti benih dan pupuk

secara enam tepat.

8) Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel

dan good governance.

Kegiatan dicirikan dengan adanya keterbukaan, demokrasi, akuntabel, partisipatif,

bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dalam manajemen pembangunan pertanian

sub-sektor tanaman pangan perlu terus ditingkatkan untuk lima tahun ke depan

(2010 - 2014), sehingga peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan akan

mampu meningkatan pendapatan dan mensejahterakan petani.

Page 78: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 65 | P a g e

Secara operasional, kebijakan pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada: 1)

pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, 3) pencapaian swasembada

kedelai tahun 2014, 3) pengembangan komoditas spesifik lokasi di Kawasan Timur

(Direktif Presiden), 4) penguatan pangan nasional berbasis Koridor MP3I, serta 5)

pengembangan produksi di kawasan-kawasan khusus lainnya seperti kawasan

perbatasan/daerah tertinggal dan kawasan agropolitan.

Optimalisasi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu

didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini, dukungan kebijakan yang

berpengaruh terhadap iklim usaha atau pengembangan agribisnis tanaman pangan harus

diperhatikan antara lain:

(1) Harga

Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan apabila petani memperoleh

insentif/keuntungan yang memadai. Karena itu, pemerintah perlu menjaga kestabilan

harga dan pasar hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga

pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti padi, jagung dan

kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi

pedagang yang dapat memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan

berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha

lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan

stakeholder terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun tingkat pusat.

(2) Bea Masuk

Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar komoditas tanaman pangan

semakin ketat. Komoditas tanaman impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan

harga yang lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan agribisnis

tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih murah dari produk dalam negeri,

karena pemerintah negara-negara eksportir melindungi para petaninya secara baik

dengan berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik serta dengan

kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena sistem atau cara perlindungan yang

diberikan terhadap petani mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran

hasil dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.

Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di atas, pemerintah Indonesia

melindungi petaninya melalui pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif

impor tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World Trade Organization

(WTO). Untuk mengatasi penyelundupan produk-produk tanaman pangan dilakukan

koordinasi dalam pengawasan pintu-pintu masuk penyelundupan barang-barang dari luar

negeri.

Page 79: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 66 | P a g e

(3) Karantina Tumbuhan

Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis sumber daya alam hayati berupa aneka

ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya dari

berbagai hama, penyakit dan organisme pengganggu. Oleh karena itu untuk mencegah

masuknya organisme pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui

media pembawa (tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan, asal bahan hewan, hasil

bahan asal hewan, ikan dan/atau benda lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di

dalam negeri, perlu pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.

Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu instrumen yang penting

untuk memperlancar arus perdagangan, baik ekspor maupun impor. Dengan adanya

peraturan karantina yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and

phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk ekspor

impor yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan taraf hidup petani. Dengan

demikian dapat dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar negeri

akibat buruknya mutu. Demikian juga derasnya arus masuk produk luar negeri yang

tidak bermutu dapat dicegah melalui pengawasan karantina.

Untuk menjaga masuknya produk-produk pertanian tanaman (termasuk benih) yang tidak

memenuhi persyaratan keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu

pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina. Penjagaan dari aspek hama

dan penyakit serta lingkungan tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai

dampak dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi dengan pihak

karantina setempat perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan.

(4) Pengendalian Alih Fungsi Lahan

Meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya ekonomi serta industri, berakibat

terjadinya degradasi, alih fungsi, dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang

mengancam daya dukung wilayah secara nasional dalam menjaga ketahanan pangan

menuju kemandirian pangan nasional. Upaya pengendalian terhadap terjadinya alih

fungsi lahan pertanian ke non-pertanian/non-tanaman pangan secara efektif dalam

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (PLP2B) dan Peraturan Pemerintah pendukungnya.

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 menyatakan bahwa

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan a)

melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b) menjamin

tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c) mewujudkan kemandirian,

ketahanan, dan kedaulatan pangan; d) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan

milik petani; e) meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f)

meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; g) meningkatkan penyediaan

lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; h) mempertahankan keseimbangan ekologis;

Page 80: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 67 | P a g e

dan i) mewujudkan revitalisasi pertanian. Sanksi bagi orang, perseorangan, pejabat

pemerintah yang melakukan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan akan

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2-5 tahun dan denda berkisar antara satu

milyar rupiah sampai tujuh milyar rupiah.

(5) Pengarusutamaan Gender

Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki

dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan

pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat.

Issue Gender yang berkembang adalah seringkali pengakuan, penghargaan, serta

kesetaraan kesempatan (akses) dan hak-hak memutuskan (kontrol) antara laki-laki dan

perempuan menyebabkan berbedanya tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh

oleh laki-laki dan perempuan.

Upaya mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan di Indonesia telah

dilakukan lebih dari satu dasarwarsa. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional menjadi satu titik tolak

kebijakan ke arah pembangunan yang responsif gender. Kebijakan ini kemudian

dipertegas juga dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

yang menetapkan gender sebagai salah satu isu lintas bidang yang harus diintegrasikan

dalam semua bidang pembangunan.

Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan

keadilan gender dalam pembangunan dimana aspek gender, yaitu hubungan kerjasama

antara laki-laki dan perempuan terintegrasi dalam perumusan kebijakan program dan

kegiatan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Sehingga akan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan

pertanian.

Tekad dan komitmen yang kuat dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan

antara perempuan dan laki-laki dalam membangun pertanian khususnya sub sektor

tanaman pangan diperlukan guna mendukung tercapainya Empat Target Sukses

Pembangunan Pertanian seperti yang tercantum di dalam dokumen Rencana Strategis

Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

3.2. Strategi Umum dan Strategi Operasional

3.2.1. Strategi Umum

Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan akan ditempuh melalui strategi

Tujuh Gema Revitalisasi Pertanian yaitu: 1) Revitalisasi Lahan; 2) Revitalisasi

Page 81: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 68 | P a g e

Perbenihan dan Perbibitan; 3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; 4) Revitalisasi

Sumber Daya Manusia; 5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; 6) Revitalisasi Kelembagaan

Petani; serta 7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir.

EMPAT SUKSES

SWASEMBADA BERKELANJUTAN DAN

SWASEMBADA

DIVERSIFIKASI

PANGAN

NILAI TAMBAH, DAYA

SAING, DAN EKSPOR

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

PETANI

TUJUH GEMA REVITALISASI PERTANIAN

LAHAN

PERBENIHAN/PERBIBITAN

INFRASTRUKTUR DAN SARANA

SUMBER DAYA MANUSIA

PEMBIAYAAN PERTANIAN

KELEMBAGAAN PERTANIAN

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI HILIR

Gambar 2. Strategi dan Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian

Ketujuh strategi pembangunan pertanian tersebut akan mempengaruhi tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai. Namun demikian, harus disadari bahwa ketujuh

strategi tersebut melibatkan institusi pemerintah lainnya dan institusi non pemerintah.

Untuk mewujudkan pencapaian Empat Sukses Keberhasilan Kementerian Pertanian,

orientasi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan menjadi dua target utama

yang harus diprioritaskan secara kongruen (selaras dan seimbang). Untuk itu, sebagai

jaminan peningkatan pendapatan bagi petani atau pelaku usaha pertanian, maka

pemerintah memberikan stimulan baik berupa bantuan, subsidi ataupun insentif lainnya.

Pemberian stimulan ini juga sebagai bagian dari meringankan biaya usaha (efisiensi

usaha) dan sekaligus meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produksi

(produktivitas, mutu, dan nilai tambah). Selain itu, pemberian stimulan dilakukan untuk

mendorong peningkatan kapasitas produksi dalam satu luasan usaha.

Berkaitan dengan peningkatan produksi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

menetapkan strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi atau

disebut dengan Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan yaitu:

1. Peningkatan produktivitas

2. Perluasan areal dan optimasi lahan

3. Penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan

Page 82: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 69 | P a g e

4. Peningkatan manajemen.

Catur strategi pencapaian produksi tanaman pangan ini merupakan penajaman sekaligus

revisi atas catur strategi yang selama ini digunakan yaitu: 1) peningkatan produktivitas, 2)

perluasan areal tanam, 3) pengamanan produksi, dan 4) penguatan kelembagaan dan

pembiayaan. Hal ini dilakukan sebagai proses penegasan dan respon atas perubahan

lingkungan yang terjadi.

Gambar 3. Catur Strategi Pencapaian Produksi Tanaman Pangan

Proses penajaman atau revisi terhadap strategi pencapaian produksi tanaman pangan

telah mempertimbangkan aspek keberlanjutan program pembangunan tanaman pangan

dan aspek keterpaduan baik disisi hulu, on-farm, maupun hilir. Kekuatan membangun

produksi saat ini harus sekaligus mengamankan pencapaian ketahanan pangan dan

kemandirian pangan, serta upaya untuk memperkuat diversifikasi pangan.

3.2.2. Strategi Operasional

Dari Tujuh Gema Revitalisasi tersebut, yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ada 4 (empat) atau “Catur Strategi Pembangunan

Tanaman Pangan” yaitu: 1) Peningkatan Produktivitas, 2) Perluasan Areal dan

Page 83: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 70 | P a g e

Optimalisasi Lahan, 3) Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan Diversifikasi

Pangan; serta 4) Peningkatan Manajemen.

3.2.2.1. Peningkatan Produktivitas

Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas yang dilaksanakan secara

terencana dan berkelanjutan melalui peningkatan mutu intensifikasi dengan menerapkan

rekayasa ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju yang efisien dan spesifik lokasi,

serta didukung oleh penerapan alat dan mesin pertanian dengan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan penerapan teknologi dilakukan

pewilayahan berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang ada.

Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerah-daerah yang tingkat

produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerah-daerah yang produktivitasnya telah relatif

tinggi dimantapkan dengan fokus pengembangan diarahkan kepada aspek rekayasa

sosial, ekonomi dan kelembagaan.

Peningkatan produktivitas tersebut dilakukan melalui pengawalan, pendampingan,

penyuluhan, dan koordinasi untuk kegiatan: 1) perakitan, diseminasi dan penerapan

paket teknologi tepat guna spesifik penerapan dan pengembangan teknologi; 2) GP3K

(Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi); 3) perlindungan tanaman

pangan dari gangguan OPT dan DPI; serta 4) penurunan kehilangan hasil dan

peningkatan rendemen beras.

- Perakitan, Diseminasi Dan Penerapan Paket Teknologi Tepat Guna Spesifik

Penerapan Dan Pengembangan Teknologi

Pengembangan alat mesin pertanian (termasuk didalamnya peningkatan SDM

pengguna alsintan dalam menerapkan teknologi alsintan) dan pengembangan usaha

pelayanan jasa alsintan dari prapanen sampai dengan pascapanen dilakukan untuk

mendorong percepatan pengolahan lahan, efisiensi usaha tani, peningkatan kualitas

dan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian tanaman pangan yang

dihasilkan. Penyediaan traktor dan pompa air perlu dilanjutkan dengan penyediaan

alsin penanam karena percepatan pengolahan lahan juga harus diikuti dengan

percepatan proses tanam. Dalam hal ini termasuk fasilitasi penyediaan alat

pascapanen yang dapat mengurangi kehilangan hasil dan meningkatkan mutu hasil

tanaman pangan.

Perbaikan budidaya dilakukan dalam upaya penanggulangan fluktuasi produksi yang

terjadi selama ini yang bersifat musiman, dan ditempuh dengan pembinaan terhadap

pengaturan pola, waktu dan cara tanam yang sesuai untuk mengatur distribusi panen

yang lebih merata sepanjang tahun. Ini akan menjamin penyediaan produksi secara

merata sepanjang tahun dan peningkatan produktivitas, sehingga mengurangi fluktuasi

Page 84: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 71 | P a g e

harga dan menyediakan lapangan kerja yang merata. Upaya-upaya yang perlu

dilakukan dalam perbaikan budidaya antara lain: (a) perencanaan pola, tata, waktu

dan cara tanam yang tepat sesuai dengan rekomendasi BPTP setempat, (b)

pengaturan distribusi panen yang lebih merata, (c) penerapan cara tanam yang sesuai

anjuran teknologi baru, (d) peningkatan populasi tanaman dengan pengaturan jarak

tanam, (e) penerapan pemupukan berimbang, (f) perluasan penggunaan benih

padi/jagung hibrida bermutu, dan (g) penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah

tanah (TOT).

- GP3K (Gerakan peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi)

Tujuan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) adalah

meningkatkan produktivitas padi, jagung, dan kedelai pada tingkat yang optimal.

Gerakan peningkatan produksi pangan berbasis korporasi (GP3K) yang diprakarsai

Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian bekerja sama dengan pemerintah

daerah, melibatkan sejumlah Badan Usaha Milik Negera (BUMN), untuk meningkatkan

produktivitas padi guna mendukung pencapaian surplus pangan nasional serta budi

daya tanaman kepada petani.

Dari GP3K ini, produktivitas lahan diharapkan meningkat rata-rata satu ton setiap

hektarnya. Peningkatan produktivitas tersebut menyusul kegiatan intesifikasi pertanian

melalui GP3K, di antaranya adalah penyediaan benih unggul, penyediaan pupuk,

pembukaan lahan baru, penyewaan lahan ke petani, pinjaman lunak, serta

pendampingan di 570 ribu hektar lahan pertanian di seluruh Jawa, Sumatera Selatan,

Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan, hingga Bali.

Saat ini sudah ada empat perusahaan BUMN yang turut serta dalam upaya menaikkan

jumlah stok pangan nasional melalui GP3K. Perusahaan tersebut adalah PT Sang

Hyang Seri, PT Pertani, PT Pusri dan anak-anak perusahaanya, serta Perum

Perhutani.

Disamping intensifikasi, GP3K juga mengadakan pembukaan lahan baru. Pada tahun

ini total lahan baru yang dibuka mencapai 100 ribu hektar. Yang meliputi, PT Sang

Hyang Seri membantu membuka 40 ribu hektar sawah, PT Pertani 30 ribu hektar, dan

PT Pusri 30 ribu hektar.

- Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT dan DPI

Gangguan OPT diatasi dengan menerapkan sistem pengendalian hama terpadu (PHT)

yaitu menerapkan berbagai cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian

yang kompatibel sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengendalian OPT

dengan menggunakan pestisida diharapkan menjadi alternatif terakhir, yaitu jika

Page 85: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 72 | P a g e

sistem pengendalian dengan metoda PHT tidak memungkinkan lagi atau serangan

OPT telah terjadi secara eksplosif dengan tingkat serangan berat.

Pengamanan hasil dari dampak perubahan iklim dilakukan dengan memperkuat

antisipasi agar kerusakan tanaman dapat dihindari. Pengamanan produksi dari

dampak kekeringan dilakukan, melalui : efisiensi penggunaan air; penyiapan embung,

cek dam, bak penyimpanan air, sumur, dan lain-lain; penerapan pola tanam yang

tepat; pemilihan komoditas dan atau varietas umur pendek dan toleran kekeringan;

percepatan tanam; penanaman gogo rancah untuk padi; dan penyiapan taxi pump.

Sedangkan pengamanan produksi dari dampak banjir dilakukan melalui: perbaikan

saluran air; pembangunan/perbaikan cek dam; dan penguatan tanggul-tanggul.

Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkenan DPI ini

targetnya rata-rata 0,5% per tahun.

- Penurunan Kehilangan Hasil dan Peningkatan Rendemen Beras

Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis dalam

mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan yang cukup

besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, penanganan

proses pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil,

mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta

pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak langsung proses penanganan

pascapanen mendukung program ketahanan pangan nasional.

Persentase kehilangan hasil akibat penanganan pascapanen tanaman pangan yang

kurang baik, relatif tinggi yaitu berkisar antara 5 – 18%. Untuk menurunkan susut hasil

(losses) maka diperlukan penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling

Practices (GHP) yang bertujuan dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku

untuk industri. Selain melaksanakan penanganan pascapanen yang baik maka

fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana panen dan pascapanen Tanaman

Pangan perlu dilaksanakan seperti penggunaan sabit bergerigi, mesin panen utuk

tahap pemanenan; mesin perontok/pemipilan (thresher/corn sheller) untuk tahap

perontokan/pemipilan; mesin pengering (dryer) untuk tahap pengeringan dan silo

sebagai sarana penyimpan.

Dari upaya pengamanan produksi tersebut diharapkan dapat dihindari kehilangan hasil

maksimal sekitar 5 (lima) persen atau rata-rata 0,5% per tahun, yaitu 2 (dua) persen

akibat gangguan OPT dan 3 (tiga) persen dari pengamanan hasil dari dampak

fenomena iklim, serta tercapainya penambahan produksi dari penurunan losses.

Page 86: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 73 | P a g e

3.2.2.2. Perluasan Areal dan Optimasi Lahan

Pengembangan tanaman pangan melalui perluasan areal tanam dilakukan melalui 1)

pencetakan lahan baru (sawah); 2) optimasi lahan melalui peningkatan Indeks

Pertanaman (IP); 3) optimasi lahan pertanian lainnya; dan 4) optimasi lahan terlantar.

- Pencetakan Lahan Baru (Lahan Sawah dan Lahan Kering)

Cetak sawah baru, dilakukan melalui pembukaan lahan pada berbagai tipologi lahan,

khususnya lahan basah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cetak sawah baru

adalah: (1) ada inisiatif dari petani/pemuka masyarakat, (2) melakukan survai,

investigasi dan desain, (3) status kepemilikan lahan jelas, (4) menghindari vegetasi

hutan berat/hutan lindung, (5) pengairan/ketersediaan air terjamin, dan (6) mendapat

dukungan penuh dari pemerintah setempat.

- Optimalisasi Lahan Melalui Peningkatan Indeks Pertanaman (IP), Optimasi Lahan

Pertanian Lainnya, dan Optimasi Lahan Terlantar

Optimalisasi pemanfaatan lahan dilaksanakan melalui upaya : (a) peningkatan indeks

pertanaman (IP) baik IP 100 menjadi IP 200 atau IP 200 menjadi IP 300, maupun IP 0

menjadi IP 100 atau IP 200 pada sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering maupun

lahan lebak serta pasang surut; (b) penanaman tanaman sela/intercropping di lahan

perkebunan, kehutanan maupun hortikultura. Tanaman sela dapat diusahakan 3-5

tahun atau lebih, sepanjang tajuk tanaman pokok belum menaungi. Sedangkan pada

tanaman pokok sejenis kelapa rakyat, tanaman sela dapat dilakukan sepanjang tahun.

Untuk lahan transmigrasi, tanaman pangan dapat diusahakan pada lahan pekarangan,

lahan usaha utama maupun lahan usaha ke dua baik secara monokultur maupun

tumpang sari.

Rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian dilakukan pada lahan sawah terlantar atau

yang selama ini tidak dimanfaatkan/ditanami tanaman pangan dan telah membelukar.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi dan konservasi lahan antara

lain: (1) teknologi penyiapan/pembersihan lahan dari semak belukar, (2) perbaikan

saluran irigasi, (3) pemanfaatan pompa air, traktor, dan (4) pengembangan usaha

pelayanan jasa alsintan (UPJA) dan lain-lain.

3.2.2.3. Penurunan Konsumsi Beras dan Pengembangan Diversifikasi Pangan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi untuk mencapai ketahanan pangan.

Salah satu upaya peningkatan diversifikasi pangan adalah percepatan

penganekaragaman konsumsi pangan adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang

beragam, bergizi seimbang dan aman, yang dicerminkan oleh tercapainya skor Pola

Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014. Konsumsi umbi-

Page 87: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 74 | P a g e

umbian, sayuran, buah-buahan, pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan

produksi lokal, sehingga konsumsi beras diharapkan turun sekitar 1,5 persen per tahun.

Data menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mengkonsumsi beras lebih banyak daripada

asupan karbohidrat yang dibutuhkan, yakni mencapai 62,2 persen untuk tahun 2007.

Menurut rekomendasi pada Widyakarya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 bahwa

konsumsi padi-padian untuk mencukupi karbohidrat itu cukup 50 persen saja, dan

sisanya umbi-umbian.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 menetapkan Kebijakan

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Tujuan

utama Peraturan Presiden tersebut adalah meningkatkan permintaan masyarakat

terhadap aneka pangan, baik pangan segar, olahan maupun siap saji melalui internalisasi

kepada seluruh komponen masyarakat, dengan melalui peningkatan pengetahuan dan

kesadaran gizi seimbang sejak usia dini serta pengembangan pemberdayaan ekonomi

rumah tangga. Disamping itu, juga perlu diupayakan ketersediaan aneka pangan segar

dan olahan melalui pengembangan bisnis dan industri pengolahan aneka pangan sumber

karbohidrat non beras dan non terigu, nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang

menggerakkan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Termasuk di

dalam Peraturan Presiden tersebut adalah penguatan dan peningkatan partisipatif

Pemerintah Daerah dalam pengembangan dan pelaksanaan program

penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 menganjurkan konsumsi

energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing adalah 2000 kkal/kapita/hari dan

52 gram/kapita/hari. Pada rekomendasi WNPG VII tahun 2000, angka kecukupan energi

adalah adalah 2.100 kkal/kapita/hari dan kecukupan protein sebesar 56 gram/kapita/hari.

Penilaian kualitas atau mutu konsumsi pangan seperti ini dilakukan dengan

menggunakan skor keanekaragaman pangan yang dikenal dengan skor PPH.

Nilai/skor mutu PPH ini dapat memberikan informasi mengenai pencapaian kuantitas dan

kualitas konsumsi, yang menggambarkan pencapaian ragam (diversifikasi) konsumsi

pangan. Semakin besar skor PPH maka kualitas konsumsi pangan dalam artian jumlah

dan konsumsi dinilai semakin baik.

Upaya pemulihan ekonomi telah meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang

ditunjukkan dengan peningkatan skor PPH dari 79,1 pada tahun 2005 meningkat kembali

menjadi 83,1 pada tahun 2007. Laju peningkatan skor PPH yang lebih tinggi

mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi pangan yang

mengarah pada pola konsumsi yang semakin beragam dan bergizi seimbang. Sasaran

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Page 88: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 75 | P a g e

Tabel 38. Sasaran Persentase Konsumsi Energi Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG)

dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2010-2014

No. Komoditas Tahun (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Padi - Padian 54,9 53,9 52,9 51,9 51

2 Umbi – Umbian 5 5,2 5,4 5,6 5,8

3 Pangan Hewani 9,6 10,1 10,6 11,1 11,5

4 Minyak dan Lemak 10,1 10,1 10,1 10 10

5 Buah / Biji Berminyak 2,8 2,9 2,9 2 3

6 Kacang - Kacangan 4,3 4,4 4,6 4,7 4,9

7 Gula 4,9 4,9 5 5 5

8 Sayur dan Buah 5,2 5,4 5,5 5,7 5,8

9 Lain - Lain 2,9 2,9 2,9 2,9 3

10 Persentase Total Konsumsi Energi Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG)

99,75 99,8 99,85 99,9 99,95

SKOR PPH 86,4 88,1 89,8 91,5 93,3

Ket : Proyeksi menggunakan data dasar Susenas 2002, BPS; dengan asumsi tidak ada perubahan pola konsumsi pangan masyarakat

Sumber: Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014

Salah satu upaya untuk mencapai pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman yang dicerminkan dengan skor PPH adalah melalui peningkatan keanekaragaman konsumsi pangan dengan cara menurunkan konsumsi padi-padian (khususnya beras dan terigu), serta peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, serta sayur dan buah. Dengan demikian konsumsi pangan masyarakat Indonesia dapat mencapai skor PPH yang dianjurkan sebesar 93.3 pada tahun 2014.

Konsumsi komoditas pangan utama yang menghasilkan karbohidrat diharapkan menurun

setiap tahunnya dan meningkatkan konsumsi penghasil protein baik nabati maupun

hewani. Sasaran konsumsi komoditas pangan utama lima tahun ke depan (2010-2014)

dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Sasaran Konsumsi Pangan Utama Tahun 2010-2014

No. Komoditas (kg/kapita/tahun)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Beras 101,1 99,6 98,1 96,6 95,1

2 Jagung 3,0 2,8 2,7 2,6 2,6

3 Terigu 7,4 7,1 6,8 6,4 6,2

4 Umbi – Umbian 1) 25,4 26,3 27,3 28,3 29,4

5 Daging 2) 6,6 6,9 7,1 7,3 7,8

6 Telur 5,7 5,9 6,0 6,2 6,4

7 Susu 12,0 12,7 13,4 14,1 14,1

8 Kedelai 9,8 10,1 10,2 10,2 10,3

9 Gula Pasir 9,4 9,5 9,5 9,5 9,7

10 Sayuran 3) 53,0 54,3 55,6 57,0 58,1

11 Buah 3) 29,3 30,2 31,1 32,0 33,3

Page 89: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 76 | P a g e

Keterangan : 1) Umbi-umbian terdiri dari ubi kayu, ubi jalar, kentang dan sagu 2) Daging terdiri dari daging ruminansia dan daging unggas 3) Sayur dan buah dihitung berdasarkan realisasi konsumsi tahun 2002-2009

Implementasi kegiatan penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi

pangan diupayakan melalui pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi

kepada masyarakat petani terutama pada upaya pengembangan lahan pekarangan,

pengembangan pangan untuk orang miskin (pangkin), pengembangan agroindustri aneka

tepung berbahan baku lokal.

3.2.2.4. Peningkatan Manajemen

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan sub sektor tanaman pangan sangat

bergantung pada manajemen yang diterapkan. Oleh sebab itu, manajemen

pembangunan harus terus diupayakan untuk diperkuat dan dimantapkan, mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, monitoring

dan evaluasi. Perencanaan ke depan akan terus dimantapkan melalui penerapan

perencanaan partisipatif, bottom up, dan terpadu yang diselaraskan dengan kebijakan

nasional.

Kegiatan pengawalan, pendampingan, penyuluhan, dan koordinasi dilakukan untuk

pengembangan kebijakan fiskal, perbaikan sistem perkreditan pertanian, penguatan

sistem data, pengembangan kawasan food-estate, pengembangan sistem resi gudang,

penguatan petugas lapangan, pemantapan pola pengadaan saprodi, dan penataan

kebijakan subsidi pertanian.

Page 90: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 77 | P a g e

BAB IV

PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

4.1. Program

Pada tahun 2010 – 2014, program dan kegiatan yang dilaksanakan sudah mengacu pada

restrukturisasi program dan kegiatan, dan mengacu kepada Rencana Strategis

Kementerian Pertanian Tahun 2010 - 2014. Dari 12 (dua belas) program pembangunan

pertanian (Lampiran 54), program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan adalah Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan

Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.

Program tersebut dimaksudkan untuk mencapai sasaran 1) Mewujudkan pencapaian

produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional; 2)

Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI; dan 3)

Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.

Pada Tahun 2010 masih merupakan peralihan dari kegiatan sebelumnya, maka pada

Tahun 2010 program pembangunan sub sektor tanaman pangan terdiri dari: 1) Program

Pengembangan Agribisnis (Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing); 2) Program

Peningkatan Ketahanan Pangan; 3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; dan 4)

Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik.

Program Pengembangan Agribisnis (Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing)

tujuannya adalah (1) memfasilitasi berkembangnya usaha pertanian untuk menghasilkan

produk yang mempunyai nilai tambah dan daya saing yang tinggi baik di pasar domestik

maupun internasional; dan (2) meningkatnya kontribusi sektor pertanian dalam

perekonomian nasional, terutama melalui peningkatan devisa dan pertumbuhan PDB.

Program Peningkatan Ketahanan Pangan tujuannya adalah untuk memfasilitasi

terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan

halal. Sasaran yang ingin dicapai adalah (1) ketersediaan pangan tingkat nasional,

regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal; (2) meningkatnya keragaman

produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan (3) meningkatnya kemampuan

masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan.

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani tujuannya adalah (1) memfasilitasi

peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani; (2) memperkokoh kelembagaan petani;

(3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya

pendapatan petani dari hasil usahataninya.

Page 91: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 78 | P a g e

Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik bertujuan untuk meningkatkan kinerja

aparat pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan umum sehingga meningkatnya

manajemen pemerintahan yang dapat mendukung peningkatan kinerja Direktorat

Jenderal Tanaman pangan dan pengawainyadan meningkatnya penerapan prinsip good

governance di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Pelaksanaan program di atas dilakukan dengan pelaksanaan beberapa kegiatan utama

yang terdiri dari: (1) Integrasi tanaman-ternak, kompos dan biogas; (2) Peningkatan

kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan kepada petani/pelaku agribisnis; (3)

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), penyakit hewan, karantina dan

peningkatan keamanan pangan; (4) Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian dan

penguatan kelembagaan perbenihan; (5) Mekanisasi pertanian pra dan pasca panen; (6)

Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk pertanian; (7) Penguatan

kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3 dan PMD; (8) Penerapan dan

pemantapan Good Governance, penyelesaian daerah konflik, bencana alam, daerah

tertinggal dan perbatasan, pendampingan PHLN, pelaksanaan Inpres terkait dan

pengarusutamaan gender; dan (9) Penyusunan kebijakan program, monitoring dan

evaluasi.

Sedangkan untuk tahun 2011-2014 program yang dilaksanakan adalah Program

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai

Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan.

Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh pencapaian kinerja

kegiatan dari unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu:

1. Direktorat Budidaya Serealia: Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia.

2. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi: Pengelolaan Produksi Tanaman

Aneka Kacang dan Umbi.

3. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan: Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih

Tanaman Pangan.

4. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan: Penanganan Pascapanen Tanaman

Pangan.

5. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan: Penguatan Perlindungan Tanaman

Pangan dari Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak

Perubahan Iklim (DPI).

6. Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Dukungan Manajemen dan Teknis

Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Page 92: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 79 | P a g e

7. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBPPMBTPH): Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan

Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih.

8. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT):

Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan.

Seluruh kegiatan utama di atas dikemas ke dalam suatu bentuk pendekatan berupa

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Pengelolaan Tanaman

Terpadu adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang menekankan pada

pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu tumbuhan secara terpadu

yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman secara

berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumber daya, dan

kemampuan yang ada. PTT menekankan pada prinsip partisipatori yang menempatkan

pengalaman, keinginan, dan kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi.

Adapun komponen teknologi dalam PTT tersebut adalah terkait dengan :

1) Benih varietas unggul bermutu dan bersertifikat.

2) Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan kondisi tanah.

3) Penanaman tepat waktu serta cara tanam dengan tepat.

4) Pengaturan tata air dengan baik.

5) Penggunaan pupuk secara berimbang.

6) Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

7) Penanganan panen dan pascapanen dengan baik.

Operasional peningkatan produktivitas dan produksi dilapangan juga akan dilakukan

melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu (SL-PTT) khususnya untuk padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang

hijau. Disamping itu, untuk mempertahankan pencapaian sasaran produksi, pembinaan

melalui gerakan peningkatan produksi dan produktivitas juga dilakukan pada areal-areal

di luar areal SL-PTT dengan pelaksanaan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya

Terpadu (PTT) untuk kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, gandum, sorghum dan pangan

alternatif.

Areal peningkatan produksi difokuskan pada areal yang produktivitasnya masih lebih

rendah dari rata-rata produktivitas nasional. Dengan PTT diharapkan terbina kawasan-

kawasan andalan untuk empat komoditas tersebut, yang berfungsi sebagai pusat belajar

pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus sebagai tempat tukar

menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok, serta

sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Dalam setiap 25 hektar areal SL padi non

hibrida, 10 - 15 hektar areal SL padi hibrida, 15 hektar areal SL jagung, 10 hektar areal

SL kedelai, 10 hektar areal SL kacang tanah, dan 10 hektar areal SL kacang hijau

masing-masing ditempatkan 1 unit laboratorium lapangan (LL) dan memperoleh bantuan

Page 93: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 80 | P a g e

Paket Benih VUB dan Pupuk (NPK, Urea & Organik) serta melakukan pertemuan petani

pelaksana SL. Untuk menjamin keberhasilan penerapan di lapangan perlu dilakukan

pengawalan dan pendampingan secara intensif oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT,

PBT dan Mantri Tani.

Penguatan kelembagaan ditumbuhkembangkan berdasarkan semangat untuk

memajukan usaha dan mensejahterakan masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan

produktif maupun konsumtif.

Materi yang dibahas pada sekolah lapang tersebut antara lain perkembangan

manajemen usaha tani yang baru antara lain: 1) pemakaian benih/bibit unggul bermutu,

2) pemupukan berimbang, 3) pengendalian hama terpadu, 4) penerapan teknologi alsin,

5) pengairan, dan 6) hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas.

Pembangunan sub sektor tanaman pangan diprioritaskan pada beberapa komoditas

unggulan nasional. Untuk prioritas pertama padi, jagung, kedelai, dan prioritas kedua

kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan

daerah, seperti talas, garut, gembili, sorgum, gandum dan lain-lain. Dari 7 (tujuh)

komoditas unggulan nasional tersebut 3 (tiga) diantaranya, yaitu padi, jagung dan

kedelai merupakan komoditas pangan utama. Pengembangan komoditas pangan utama,

prioritas dan komoditas unggulan lokal diaplikasikan dalam beberapa kegiatan, baik

kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan

Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, maupun kegiatan pendukung yang merupakan

tugas pokok dan fungsi instansi lain.

4.2. Kegiatan

Secara struktur dan pembiayaan program melalui APBN, maka kegiatan di Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dirancang sebagai berikut:

4.2.1. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman serealia (padi, jagung, gandum,

sorghum dan komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan upaya mendorong

peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area.

Indikator yang hendak dicapai adalah: (1) Luas SLPTT Padi meningkat produktivitasnya

0,50 – 1,00 ku/ha; (2) Luas SLPTT Jagung meningkat produktivitasnya 0,30 ku/ha; dan

(3) pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Kegiatan tersebut dilakukan melalui

penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan populasi tanaman,

penerapan teknologi pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna air/sistem

pengairan, pemeliharaan yang lebih intensif.

Page 94: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 81 | P a g e

Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi:

a. Koordinasi/sosialisasi/workshop/penyuluhan/desiminasi Peningkatan produksi padi,

jagung, gandum, sorghum dan komoditas pangan alternatif lainnya,

b. pengawalan dan pendampingan,

c. perencanaan teknis,

d. monitoring dan evaluasi,

e. pendidikan dan pelatihan teknis,

f. temu usaha dan teknologi, dan

g. Pengembangan pangan alternatif.

4.2.2. Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman aneka kacang dan umbi (kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan

komoditas alternatif lainnya) dilakukan dengan mendorong peningkatan produktivitas

melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area. Indikator yang hendak

dicapai adalah (1) Luas SLPTT Kedelai meningkat produktivitasnya 0,20 ku/ha; dan (2)

Pengembangan, pembinaan dan pengawalan melalui upaya penyebarluasan

penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan populasi tanaman,

penerapan teknologi pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna air/sistem

pengairan serta pemeliharaan yang lebih intensif.

Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi, yaitu:

a. koordinasi/sosialisasi/workshop/penyuluhan/desiminasi peningkatan produksi

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas alternatif

lainnya,

b. pengawalan dan pendampingan,

c. perencanaan teknis,

d. monitoring dan evaluasi,

e. pendidikan dan pelatihan teknis,

f. temu usaha dan teknologi, dan

g. pengembangan pangan alternatif.

4.2.3. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas

melalui penggunaan benih unggul bersertifikat bagi petani, mempermudah akses petani

terhadap benih varietas unggul serta memperluas penyebaran benih varietas unggul

bersertifikat pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan pangan, dan daerah

terisolir.

Page 95: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 82 | P a g e

Indikator yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah (1) Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU), 2) Pemberdayaan Penangkaran Benih, dan (3) Pengembangan,

pembinaan dan pengawalan. Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat,

provinsi maupun kabupaten/kota untuk memperlancar penyediaan benih bermutu dari

varietas unggul komoditas tanaman pangan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain

berupa:

a. inventarisasi stok dan penangkaran benih yang terdapat dimasing-masing daerah

dalam setiap skala waktu tertentu,

b. pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal,

c. pemberdayaan penangkar benih agar dapat berperan secara optimal,

d. pembinaan kepada produsen/penangkar agar proses produksi benih terlaksana

secara berkelanjutan,

e. optimalisasi peranan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Balai Benih Induk, dan

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura,

f. pengembangan perbenihan pusat, dan

g. pengawalan dan monev perbenihan.

4.2.4. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

Kegiatan ini diarahkan untuk mengendalikan serangan OPT dan terkenan DPI di lokasi

penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat. Indikator yang hendak dicapai melalui

(1) SLPHT dan SLI; (2) Jumlah bantuan sarana pengendalian OPT; dan (3)

Pengembangan, pembinaan dan pengawalan. Upaya pencegahan dan penanggulangan

hama penyakit tanaman pangan yang disebabkan oleh OPT dilakukan melalui :

pembinaan, koordinasi dan monitoring evaluasi; operasional UPTD-BPTPH, insentif

petugas POPT, operasional BBPOPT Jatisari, teknologi pengendalian hama terpadu

(PHT), pengelolaan data OPT, dan deteksi dini dan mitigasi DPI, serta pengendalian

OPT. Dalam pelaksanaan SLPHT perlu memperhatikan Pengarusutamaan Gender

(PUG) sesuai dengan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

(PUG).

Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan upaya meminimalisasi

dampak negatif perubahan iklim, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan petugas dalam mengelola dan menganalisis faktor-faktor

iklim/cuaca seperti curah hujan, suhu, kelembaban, dan selanjutnya memanfaatkannya

dalam kegiatan budidaya tanaman sesuai dengan agroklimat daerah setempat. Demikian

juga untuk terlaksananya pengamanan produksi tanaman pangan terhadap serangan

OPT, peningkatan kemampuan petugas lapangan dan petani terhadap pemahaman

kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) perlu ditingkatkan.

Page 96: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 83 | P a g e

Salah satu model peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas lapangan dan

petani dalam mengelola dan menganalisis faktor iklim/cuaca dan serangan OPT adalah

melalui kegiatan magang sekolah lapangan (magang Sekolah Lapangan Iklim dan

magang Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) dapat dilakukan di LPHP

(Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit)/Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian.

Selain itu juga dapat memanfaatkan petani alumni SLPHT sebagai petani pengamat

hama dan penyakit.

Kesenjangan antara potensi hasil dengan aktual di lapangan masih relatif tinggi. Salah

satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat penerapan teknologi yang

belum optimal. Sehingga untuk mendorong produksi dan produktivitas perlu dilakukan

peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui serangkaian pelatihan

terhadap sumberdaya manusia (petugas lapang, kelompok tani dan petani), karena

petugas dan petani yang memiliki pengetahuan dan keterampilan handal dapat menjadi

pendorong dalam penerapan teknologi.

4.2.5. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Sasaran kegiatan ini untuk mengamankan kehilangan hasil produksi pada saat

pascapanen. Indikator yang hendak dicapai adalah: (1) Jumlah bantuan sarana

pascapanen; dan (2) Pengembangan, pembinaan dan pengawalan.

Pada Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), salah satu teknologi yang

digunakan adalah penanganan pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil dan

mempertahankan mutu hasil. Upaya-upaya yang dilakukan dengan melakukan

pembinaan dan pengawalan, bimbingan teknis, apresiasi, bantuan sarana panen dan

pascapanen.

Strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan

antara lain melalui :

1. Pendekatan Wilayah

a. Komoditas tanaman pangan yang dihasilkan berbeda dari daerah-daerah yang

berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan ekonomi

berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara daerah perdesaan,

perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan, dan pasar.

b. Pengembangan sistem dan kelembagaan pascapanen (Brigade panen dan

pascapanen) UPJA, SILO, PPK, dll.

c. Kemitraan usaha pengembangan kerjasama antara stakeholder/industri

pascapanen dengan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani.

Page 97: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 84 | P a g e

2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan Gapoktan dan Poktan

dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan, pembinaan, bimbingan teknis,

pendampingan, pengawasan, pelatihan, peningkatan pengetahuan.

3. Pendekatan Sarana dan Teknologi

a. Mengoptimalkan penyuluhan dan sumber informasi kepada Gapoktan/Poktan,

maka diperlukan upaya terobosan penanganan pascapanen dari kebiasaan

petani (traditional-based) menjadi penggunaan rekayasa teknologi

(engineering-based).

b. Mengoptimalkan koordinasi antara Pusat dan Daerah.

c. Mensosialisasikan mekanisasi/penyebaran sarana atau teknologi pascapanen

secara tepat sasaran sesuai kebutuhan (spesifik lokasi)

4. Pendekatan Daya Saing

Penanganan prapanen dan pascapanen yang baik dan benar akan diperoleh mutu

hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar. Untuk itu diperlukan

kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh

pemerintah.

4.2.6. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan

Sasaran kegiatan ini adalah (1) Meningkatkan kinerja lingkup Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan dengan indikator tersedianya dokumen manajemen perencanaan,

keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan; (2) Mendorong partisipasi masyarakat

dalam pembangunan tanaman pangan dengan indikator: (a) Tersalurnya bantuan

bencana alam dalam rangka pengamanan produksi; dan (b) Tersalurnya bantuan modal

untuk LM3.

Penerapan dan pemantapan prinsip good governance dicirikan antara lain dari

keterbukaan, demokrasi, akuntabel, partisipatif dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN). Penerapan dan pemantapan prinsip tersebut dituangkan dalam kegiatan-kegiatan

yang sangat menunjang dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas sub sektor

tanaman pangan sesuai dengan program pengelolaan produksi tanaman pangan antara

lain: operasional untuk pelaksanaan tugas satuan kerja (satker); keuangan,

perlengkapan; kepegawaian; hubungan masyarakat yang dimaksudkan untuk

penyebarluasan informasi, promosi, dan pemasyarakatan tentang keberhasilan program

serta kegiatan pembangunan tanaman pangan kepada publik melalui eksibisi terbuka

untuk umum, lomba dan pemberian penghargaan untuk petani/pelaku agribisnis yang

berprestasi; pengusulan, peninjauan kembali dan sosialisasi peraturan perundang-

undangan; pengembangan data statistik; koordinasi perencanaan program dan

Page 98: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 85 | P a g e

anggaran melalui musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat

kabupaten/kota, tingkat provinsi, pusat; umum, monitoring evaluasi dan pelaporan

program dan kegiatan; dan pengawasan pupuk dan pestisida; serta kegiatan khusus

yang dibiayai dari (Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).

Dalam rangka melaksanakan kegiatan pembangunan sub sektor tanaman pangan maka

diperlukan petugas/pegawai yang merencanakan, melaksanakan, mengawasi/memonitor,

mengevaluasi jalannya kegiatan pembangunan. Kepada para pegawai/petugas tersebut

akan diberikan gaji/penghasilan sesuai jabatan, pangkat/golongan dan bidang kerjanya

masing-masing. Ruang penggajian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah.

Biaya operasional lainnya seperti, eksploitasi kendaraan roda 4 dan roda 2, pemeliharaan

gedung kantor, pengadaan alat-alat tulis kantor disesuaikan dengan kebutuhan.

4.2.7. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian Benih

Sasaran kegiatan ini adalah untuk meningkatnya metode pengujian mutu benih tanaman

pangan. Indikator yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah: (1) Jumlah laboratorium

yang menerapkan sistem mutu; (2) Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi; dan (3)

Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar. Kegiatan ini dilakukan untuk

mendukung secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,

khususnya dibidang perbenihan, melalui peningkatan kualitas pelayanan publik,

pengembangan metoda pengujian mutu benih yang aplikatif dan penerapan mutu

laboratorium pengujian benih.

4.2.8. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Sasaran kegiatan adalah untuk meningkatnya metode pengamatan serangan OPT.

Indikator kegiatan yang hendak dicapai adalah: (1) Jumlah informasi peramalan serangan

OPT; dan (2) Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.

Kegiatan ini untuk mendukung secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal

Tanaman Pangan yang berhubungan dengan pengembangan perlindungan tanaman,

antara lain :

a. Peningkatan kualitas pelayanan publik,

b. pengembangan perlindungan tanaman,

c. pengamatan, peramalan OPT dan perubahan iklim,

d. penguatan kelembagaan jaringan PHP/LAH,

e. penguatan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT,

f. peningkatan kemampuan SDM.

Page 99: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 86 | P a g e

4.3. Anggaran

Dukungan pembiayaan berasal dari berbagai sumber seperti APBN, APBD,

pinjaman/hibah luar negeri, swasta, kredit (perbankan, koperasi), swadaya

petani/kelompok tani, serta pembiayaan lainnya. Dukungan dana dari berbagai sumber

tersebut, diperlukan guna memperluas cakupan kegiatan-kegiatan dalam program

tersebut. Sumber anggaran yang tersedia dari APBN tidak hanya mengandalkan dari

dana yang disediakan oleh Eselon I lingkup Kementerian Pertanian saja, tetapi harus

menggali dan disinkronkan dengan sumber pendanaan APBN dari Kementerian dan

lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, Kementerian Kehutanan, Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan

Menengah, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Lembaga terkait

lainnya. Pemanfaatan anggaran yang berasal dari APBD provinsi maupun

kabupaten/kota juga tidak hanya mengandalkan anggaran yang dialokasikan untuk sektor

pertanian (sub sektor tanaman pangan) saja, tetapi harus menggali dan disinergikan

dengan sumber pembiayaan dari instansi dan lembaga terkait lain yang ada di daerah.

Terlebih lagi pada era otonomi daerah saat ini. Sumber-sumber pembiayaan

pembangunan sebagian besar telah dialokasikan ke daerah baik melalui Dana Alokasi

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Perimbangan maupun Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Sumber pendanaan lain yang perlu digali dan disinergikan dalam mendukung program

pembangunan adalah dana yang berasal dari swasta dan lembaga keuangan/perkreditan

termasuk swadaya petani. Sumber pendanaan ini memiliki potensi yang sangat besar

untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu Pemda harus mampu

menggali dan memanfaakan sumber dana tersebut untuk mendukung pelaksanaan

pembangunan seoptimal mungkin. Sumber pendanaan yang tersedia pada lembaga

keuangan/perkreditan seperti KKP, KUK, KIK, kredit koperasi, micro finance, dan skim

kredit lainnya dapat memfasilitasi agar para petani/kelompok tani dapat dengan mudah

mengakses dan memanfaatkan sumber pendanaan tersebut. Disamping itu, sumber

pendanaan pembangunan lainnya yang cukup potensial adalah yang berasal dari swasta

dalam bentuk kerjasama kemitraan atau sistem avalis.

Target pembangunan dan kebutuhan pendanaan pembangunan sub sektor tanaman

pangan yang akan dilaksanakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010 –

2014 sebesar Rp 14 triliun. Besaran anggaran ini hanya yang berasal dari pendanaan

APBN khusus Bagian Anggaran 18 (tidak termasuk subsidi, DAK atau sumber

pendanaan lainnya di luar BA 18).

Page 100: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 87 | P a g e

Tabel 40. Target Pembangunan Tanaman Pangan dan Kebutuhan Pembiayaan APBN Tahun 2010-2014 (Revisi)

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1. Program Peningkatan

Produksi,

Produktivitas, dan

Mutu Tanaman

Pangan Untuk

Mencapai

Swasembada dan

Swasembada

Berkelanjutan

1. Mewujudkan

pencapaian

produksi secara

berkelanjutan

dalam rangka

penyediaan

kebutuhan

1. Jumlah Produksi ribu ton 4.522,60 3.138,10 5.669,13

Padi

Jagung

Kedelai

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Ubi Kayu

Ubi Jalar

67.825

18.861

1.000

1.100

390

25.000

2.300

72.064

19.831

1.500

1.200

410

26.300

2.450

76.568

20.823

2.700

1.300

430

27.600

2.600

2. Mengamankan

potensi kehilangan

(susut) hasil

produksi pada sat

pasca panen

2. Susut Hasil

Produksi %

Padi

Jagung

Kedelai

1,53

0,25

0,50

1,79

0,25

0,75

1,70

0,25

1,00

3. Mengamankan

potensi kehilangan

hasil akibat

serangan OPT dan

terkena DPI

Luas areal

tanaman

pangan yang

ditoleransi

terserang OPT

dan terkena DPI

(ribu Ha)

%

6,00 5,50 5,00

Page 101: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 88 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.1 Dukungan Manajemen

dan Teknis Lainnya

pada Direktorat

Jenderal Tanaman

Pangan

1. Meningkatkan

kinerja

perencanaan,

keuangan, umum

serta evaluasi dan

pelaporan

1. Dokumen

manajemen

perencanaan,

keuangan,

umum serta

evaluasi dan

pelaporan

Rancangan (dokumen) 131,96 212,35 354,75

14 14 14

Pedoman (pedoman)

9 9 9

Laporan (jenis laporan)

4 4 4

2. Mengamankan

kehilangan hasil

produksi akibat

bencana alam

2. Bantuan

bencana alam

dalam rangka

pengamanan

produksi

Paket 45,60 45,60 45,60

1 1 1

3. Mendorong

partisipasi

masyarakat dalam

pembangunan

tanaman pangan

3. Bantuan Modal

untuk LM3

Unit 30,00 30,00 30,00

280 280 280

Sub Total 206,96 287,95 430,23

Page 102: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 89 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.2 Pengelolaan Produksi

Tanaman Serealia

Mendorong

peningkatan

produktivitas

melalui

pelaksanaan

Sekolah Lapangan

(SL) dan Dem Area

Produktivitas Ha 805,12 1.098,04 2.165,34

Luas SLPTT Padi

meningkat

produktivitas 0.5-1

ku/ha

3.400.000 4.625.000 4.625.000

Luas SLPTT

jagung meningkat

produktivitas 0,30

ku/ha

ha 49,33 76,24 121,53

200.000 260.000 340.000

Pengembangan,

pembinaan dan

pengawalan

Paket 89,84 106,80 134,51

1 1 1

Sub Total 1.838,19 1.281,08 2.421,38

Page 103: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 90 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.3 Pengelolaan Produksi

Aneka Kacang dan

Umbi

Mendorong

peningkatan

produktivitas melalui

pelaksanaan Sekolah

Lapangan (SL) dan

Dem Area

Produktivitas ha 175,44

838,63 2.043,24

Luas SLPTT

Kedelai meningkat

produktivitas 0,30

ku/ha

350.000 455.000 620.000

Perluasan areal

tanam baru kedelai

ha

0 118.250 458.500

Pengembangan

kedelai (model),

kacang tanah, ubi

kayu, ubi jalar,

pangan alternatif

ha

3.344 3.415 38.550

Sub Total 175,44 838,63 2.043,24

Page 104: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 91 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.4 Pengelolaan

Sistem Penyediaan

Benih Tanaman

Pangan

1. Terselenggaranya

penyediaan benih

varietas unggul

bersertifikat di

tingkat petani

1. BLBU Ton 1.404,54 243,08 250,58

Padi

Jagung

Kedelai

84.500

3.000

14.000

0

0

0

0

0

0

2. Meningkatnya

peranan

kelembagaan benih

dalam rangka

penyediaan benih

unggul bersertifikat

2. Pemberdayaan

Penangkaran

Benih

Padi

Jagung

Kedelai

3. Optimalisasi

Balai Benih

Ha

10.000

700

2.500

11.100

0

3.500

11.500

0

3.700

UPB

32 32 32

3. Tersedianya benih

sumber kelas BP

dan BD

4. perbanyakan

benih sumber

Ha

648 782 782

4. Terselenggaranya

optimalisasi

pengawasan mutu

benih

5. Pengawasan

dan sertifikasi

benih

Provinsi

32 32 32

Sub Total 1.404,54 243,08 250,58

Page 105: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 92 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.5 Penanganan

pascapanen tanaman

pangan

Mengamankan

produksi dari susut

hasil pada saat proses

panen dan

pascapanen

Jumlah Bantuan

Sarana

Pascapanen

Padi

Jagung

Kedelai

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Poktan/Gapoktan 338,81 187,46 254,30

1.269

15

125

12

10

507

97

57

27

26

598

114

68

33

31

Sub Total 338,81 187,46 254,30

1.6 Penguatan

perlindungan tanaman

pangan dari gangguan

OPT dan DPI

Mengendalikan luas

serangan OPT dan

terkena DPI di lokasi

penerapan budidaya

tanaman pangan

1. SLPHT

2. SLI

Unit 542,43 278,96 246,77

1.950

130

2.500

192

2.500

192

Jumlah Bantuan

Sarana Pengendali

OPT

Light Trap (Unit)

Pestisida (kg/ltr)

Seed Treatment

Bahan Dan Sarana pengendali

OPT

0 Prov Paket

30 90

7.000

541.929

70.783 kg

0

0

0

0

0

0

Sub Total 542,43 278,96 246,77

Page 106: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 93 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.7 Pengembangan

Metode Pengujian

Mutu Benih dan

Penerapan Sistem

Mutu Laboratorium

Pengujian Benih

Meningkatkan metode

pengujian mutu benih

tanaman pangan

Jumlah

laboratorium yang

menerapkan sistem

mutu

Laboratorium 7,18 8,44 9,00

8 8 8

Jumlah metode

yang

dikembangkan

Metode

9 10 0

Mengetahui unjuk

kerja suatu

laboratorium pengujian

mutu benih

Jumlah

Laboratorium

peserta uji

profisiensi

Laboratorium

30 35 35

Mengetahui mutu

benih yang beredar di

pasaran

Jumlah

pelaksanaan uji

petik mutu benih

yang beredar

Contoh Benih

90 90 90

Sub Total 7,18 8,44 9,00

Page 107: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 94 | P a g e

No. Program/Kegiatan Sasaran Indikator Target

Alokasi Anggaran Baseline

(Rp Milyar)

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1.8 Pengembangan

Peramalan Serangan

Organisme

Pengganggu

Tumbuhan

Tersedianya informasi

dan model peramalan

OPT sebagai rujukan

dalam pengamanan

produksi tanaman

pangan dan

hortikultura

Jumlah informasi

peramalan

serangan OPT

informasi 9,06 12,50 13,63

42 48 48

Jumlah provinsi

yang menerapkan

teknologi

pengamatan,

peramalan, dan

pengendalian OPT

Provinsi

15 24 24

Jumlah teknologi

pengamatan,

peramalan dan

pengendalian OPT

model

12 12 12

Sub Total 9,06 12,50 13,63

Page 108: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 95 | P a g e

4.4. Rencana Aksi dan Titik Risiko Program dan Kegiatan

4.4.1. Rencana Aksi Program dan Kegiatan

Rencana aksi (action plan) adalah rancang bangun dan instrumen perencanaan untuk

menjabarkan secara lebih operasional Master Plan yang telah disusun.

Rencana aksi Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman

Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan merupakan

rencana detail kawasan pertanian sub sektor tanaman pangan di kabupaten/kota yang

disusun setiap tahun dan kemudian direkap untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

Rencana aksi disusun dalam bentuk maktriks rencana program yang komponen isinya

mencakup: (1) Jenis kegiatan dan volume, (2) lokasi kegiatan (kecamatan/desa), (3)

jadwal pelaksanaan, (4) satuan kerja pelaksana, (5) proyeksi kebutuhan dan sumber

pendanaan, (6) indikator output dan outcome.

Jenis kegiatan dalam matriks rencana aksi disusun menurut nomenklatur kegiatan yang

ada di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Selanjutnya jadwal pelaksanaan dapat

diartikan suatu agenda tentatif mulai dari pengajuan proposal kegiatan dan anggaran

yang akan dibahas pada forum perencanaan, hingga ke tahap implementasi kegiatan di

lapangan.

Satker pelaksana yang diharapkan berfungsi sebagai penanggung jawab pelaksanaan

kegiatan maupun yang diharapkan berperan sebagai instansi penunjang yang

mendukung pelaksanaan kegiatan, posisinya disesuaikan dengan tugas pokok dan

fungsi masing-masing. Berkenaan dengan kegiatan penunjang yang dibutuhkan yang

keberadaannya harus terjamin, maka keberadaan peran Bappeda dan Satker

pendukung lainnya harus terlibat secara dini dalam proses penyusunan rencana aksi

ini.

Yang dimaksud sebagai indikator output dalam rencana aksi adalah hasil-hasil yang

diperoleh dan dirasakan segera setelah dilaksanakannya komponen/detail kegiatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan indikator outcome adalah hasil lanjutan yang

diperoleh setelah diberdayakannya output kegiatan.

Proses dan metode penyusunan rencana aksi di Kabupaten/Kota adalah sebagai

berikut:

1) Tim Teknis Kabupaten/Kota mengkoordinasikan pembentukan Tim Penyusun dan

mengusulkannya kepada Tim Pembina Kabupaten/Kota untuk disetujui dan

ditugaskan sebagai Tim Penyusun rencana aksi pengembangan kawasan

pertanian sub sektor tanaman pangan di kabupaten/kota. Komposisi Tim

Penyusun melibatkan para pemangku kepentingan yang ada di lokasi kawasan.

Page 109: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 96 | P a g e

2) Tim Pembina Kabupaten/Kota menetapkan Tim Penyusun rencana aksi

pengembangan kawasan pertanian sub sektor tanaman pangan di

kabupaten/kota.

3) Tim Teknis Provinsi mendampingi proses penyusunan rencana aksi agar sejalan

dengan master plan yang telah disusun.

4) Proses identifikasi permasalahan dan analisis situasi wilayah dihimpun melalui

proses Focus Group Discussion (FGD) dan Parcipatory Rural Appraisal (PRA)

dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lokasi kawasan. Metode

analisis yang dapat digunakan dalam penyusunan rencana aksi adalah: (1)

Analitic Hierarchy Process (AHP) , (2) analisis pohon masalah, (3) Kerangka

Kerja Logis (KKL), (4) GAP Analisys, (5) analisis rantai nilai, (6) analisis

prospektif, dan (7) analisis networking process. Metode AHP digunakan untuk

pengambil keputusan dalam menentukan prioritas pilihan-pilihan yang

mengandung banyak kriteria.

1) Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Rencana aksi pada kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia dilakukan

melalui pendekatan kawasan padi, yaitu 1) Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan

Pengembangan, dan 3) Kawasan. Sementara, pendekatan kawasan jagung dibagi

sebagai berikut: 1) Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan Pengembangan, dan 3)

Kawasan Pemantapan.

Indikator kinerja kegiatan (output) ini adalah 1) tercapainya peningkatan produktivitas

padi 0,5-1 Ku/Ha, dan 2) tercapainya peningkatan produktivitas jagung 0,3 Ku/Ha.

Pencapaian peningkatan produktivitas ini diukur dengan capaian eksisting dan rata-rata

nasional/wilayah masing-masing.

Kriteria penerima pembangunan kawasan ini difokuskan kepada petani/kelompoktani

yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten, dan/atau

produktivitas provinsi, dan/atau produktivitas nasional. Selain itu, pemilihan

pembangunan kawasan dengan memperhatikan potensi perluasan areal tanam baik

melalui peningkatan indeks pertanaman dan/atau pemanfaatan lahan-lahan pertanian

lainnya. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang

berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani,

sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,

pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Page 110: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 97 | P a g e

2) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Rencana aksi pada kegiatan Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

juga dilakukan melalui pendekatan pembangunan kawasan kedelai meliputi 1)

Kawasan Pertumbuhan, 2) Kawasan Pengembangan, dan 3) Kawasan Pemantapan.

Indikator kinerja kegiatan (output) Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan

Umbi adalah tercapainya peningkatan produktivtas kedelai 0,2 Ku/Ha.

Kriteria penerima pembangunan kawasan ini difokuskan kepada petani/kelompoktani

yang memiliki produktivitas yang lebih rendah dari produktivitas kabupaten, dan/atau

produktivitas provinsi, dan/atau produktivitas nasional. Selain itu, pemilihan

pembangunan kawasan dengan memperhatikan potensi perluasan areal tanam baik

melalui peningkatan indeks pertanaman dan/atau pemanfaatan lahan-lahan pertanian

lainnya. Penerapan pola ini diharapkan terbina kawasan-kawasan andalan, yang

berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani,

sekaligus sebagai tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan,

pembinaan manajemen kelompok, serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

3) Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Rencana aksi kegiatan Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

dilakukan melalui pemberian bantuan langsung benih unggul (BLBU) untuk kawasan

SLPTT dan non SLPTT, serta pemberdayaan penangkaran benih padi, jagung dan

kedelai.

Selain itu, dilakukan upaya penguatan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan Balai

Benih Induk

4) Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

Rencana aksi kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT

dan DPI dilakukan melalui pelaksanaan SLPHT dan SLI, dan pemberian jumlah

bantuan sarana pengendalian OPT.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk pencegahan dan penanggulangan hama penyakit

tanaman yang disebabkan oleh OPT dan DPI dengan hasil (outcome) yang diharapkan

adalah: 1) menguatnya sistem pengamatan dan pengendalian dini, 2) meningkatnya

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, 3) menguatnya peran dan fungsi

kelembagaan perlindungan, 4) menguatnya penerapan teknologi pengendalian OPT

dan adaptasi DPI, 5) meningkatnya gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI, 6)

tersedianya sarana pengendalian OPT, dan 7) menguatnya database perlindungan

tanaman pangan dan SIM OPT.

Page 111: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 98 | P a g e

5) Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Rencana aksi kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan dilakukan melalui

pemberian jumlah bantuan sarana pascapanen padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi

jalar.

6) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Rencana aksi kegiatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dilakukan sesuai indikator, yaitu: 1) dokumen manajemen

perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan, 2) bantuan bencana

alam dalam rangka pengamaman produksi, dan 3) bantuan modal untuk LM3.

7) Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu

Laboratorium Pengujian Benih

Rencana aksi kegiatan Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan

Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih dilakukan sesuai indikator adalah 1)

Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu, 2) Jumlah laboratorium peserta uji

profesiensi, dan 3) Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.

8) Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Rencana aksi kegiatan Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu

Tumbuhan disusun sesuai dengan indikator adalah: 1) jumlah informasi peramalan

serangan OPT, dan 2) jumlah teknologi pengamatan, peramalan, dan pengendalian

OPT.

Semua rencana aksi tersebut dilaksanakan secara sinergis oleh berbagai sub sektor

terkait, serta menjadi komitmen dan program bersama dengan daerah

(Provinsi/Kabupaten/Kota).

4.4.2. Titik Risiko Program dan Kegiatan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah, penilaian risiko adalah merupakan unsur dari

pengendalian intern yang perlu dilakukan oleh pimpinan untuk memperkecil risiko

terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Titik risiko atas

keberhasilan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman

Page 112: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 99 | P a g e

Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan meliputi: a) titik

risiko pada saat perencanaan, b) titik risiko pada saat pelaksanaan rencana, serta c)

titik risiko pada saat pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

Secara umum, titik risiko yang perlu diperhatikan adalah:

1) penetapan model stimulan pembangunan,

2) ketepatan alokasi anggaran terhadap dukungan teknis yang dimiliki,

3) ketepatan penyelesaian dokumen kinerja (program dan anggaran),

4) ketepatan penyelesaian dokumen pedoman pelaksanaan dan/atau pedoman

teknis terutama yang berkaitan dengan kriteria calon penerima calon lokasi

(CPCL) dan pola pengelolaan,

5) ketepatan penyelesaian surat keputusan berkaitan dengan pengelolaan

kesatkeran,

6) ketepatan pembentukan tim pembina, pengawalan, monitoring dan evaluasi,

7) ketepatan penyelesaian kegiatan sesuai dengan jadwal kerja yang sudah

ditetapkan,

8) kekonsistenan dalam mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan

pelaksanaan.

Titik risiko ini bersifat umum dan hanya berupa simpul-simpul utama. Titik risiko ini

akan dirinci pada masing-masing pengelola kegiatan sesuai dengan karakteristik yang

dimiliki.

Page 113: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 100 | P a g e

BAB V

MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TAHUN 2010 - 2014

5.1. Perencanaan

Dalam manajemen pelaksanaan program dan kegiatan pada Direktorat Jenderal

tanaman Pangan, maka proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut: (1) Identifikasi permasalahan, (2) perumusan alternatif kebijakan, (3)

pengkajian alternatif, (4) penentuan alternatif dan rencana, (5) pengendalian

pelaksanaan program dan kegiatan, dan (6) penilaian hasil pelaksanaan program dan

kegiatan.

5.2. Pengorganisasian

Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran disesuaikan dengan tugas dan fungsi

masing-masing institusi. Untuk pembangunan sub sektor tanaman pangan, Direktur

Jenderal Tanaman Pangan membantu Menteri Pertanian/Pengguna Anggaran dalam

melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk pelaksanaan program, kegiatan

dan anggaran di daerah, Menteri Pertanian selaku Pengguna Anggaran

mengalokasikan sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh Pemerintah kepada Gubernur

sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,

sedangkan tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah

dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta

dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang pengelolaan dan tanggung

jawab penggunaannya oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah melalui

pelimpahan wewenang oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan melalui

proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sedangkan

anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang berasal dari APBN yang

dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam

rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

Page 114: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 101 | P a g e

Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan oleh satuan kerja. Satuan

kerja yang pimpinannya ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

dikelompokkan sebagai berikut :

Satuan Kerja Pusat adalah satuan kerja yang kewenangan dan tanggung jawabnya

melakukan kegiatan pengelolaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah satuan kerja di provinsi yang

melaksanakan tugas dekonsentrasi dan satuan kerja di provinsi/ kabupaten/kota yang

melaksanakan tugas pembantuan.

5.2.1. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Tugas Pemerintah Pusat adalah memfasilitasi, menyusun pedoman, standar, kriteria

dan prosedur penyelenggaraan pembangunan sub-sektor tanaman pangan secara

nasional, serta melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan. Sedangkan tugas Pemerintah Daerah di provinsi adalah melakukan

pembinaan, pengawasan dan penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) serta

mengkoordinasi pembangunan sub sektor tanaman pangan antar kabupaten/kota di

wilayahnya. Sementara Kabupaten/Kota tugasnya adalah menyusun Petunjuk Teknis

(Juknis) dan menyelenggarakan pembangunan sub sektor tanaman pangan di wilayah

kerjanya.

Kegiatan utama penyelenggaraan pembangunan sub sektor tanaman pangan tingkat

pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan sebagai berikut:

5.2.1.1. Pemerintah Pusat

Kewenangan pemerintah pusat adalah menetapkan kebijakan, menyusun perencanaan

nasional, sebagai sumber penyediaan data dan informasi, norma, kriteria, strategi,

standar teknis, kajian serta pengembangan model, introduksi dan demonstrasi

pembangunan sub-sektor tanaman pangan. Peran pemerintah pusat juga melakukan

koordinasi lintas sektor dan lintas sub sektor di tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota, serta melakukan monotoring evaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan.

5.2.1.2. Pemerintah Provinsi

Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan menetapkan kebijakan yang

dilaksanakan, menyusun perencananan dan petunjuk pelaksanaan serta melakukan

Page 115: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 102 | P a g e

koordinasi lintas sektor, lintas sub sektor dan lintas wilayah tingkat provinsi serta

melakukan monitoring evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan.

5.2.1.3. Pemerintah Kabupaten/Kota

Kewenangan dari pemerintah kabupaten/kota adalah menyusun perencanaan, petunjuk

teknis pelaksanaan, menyediakan fasilitas penunjang, melakukan koordinasi dan

pelaksanaan di tingkat kabupaten/kota, serta melakukan monitoring evalusi

pelaksanaan program dan kegiatan.

5.2.2. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat, petani, kelompok tani, maupun dunia usaha pada

penyelenggaraan pembangunan sub sektor tanaman pangan sangat penting untuk

keberhasilan pembangunan pertanian umumnya dan sub sektor tanaman khususnya.

Keberhasilan ini didukung pula oleh peran serta pemerintah dalam bentuk pemberian

fasilitas, pembinaan, konsultasi, koordinasi, serta pengembangan jejaring kerja yang

baik secara terintegrasi.

5.2.3. Dukungan Instansi Terkait

Dalam melaksanakan fungsi dan kebijakan untuk pengembangan sub sektor tanaman

pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memerlukan juga dukungan dan kerja

sama dari instansi di lingkup Kementerian Pertanian maupun di luar Kementerian

Pertanian.

Page 116: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 103 | P a g e

Tabel 41. Dukungan Instansi Terkait Lingkup Kementerian Pertanian yang Diperlukan untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

1. Direktorat Jenderal Prasarana dan

Sarana Pertanian

- Perbaikan dan penyediaan infrastruktur

pertanian (pengelolaan jaringan irigasi

dan jalan produksi).

- Perluasan dan pengelolaan lahan

kawasan tanaman pangan.

- Pembiayaan pertanian agribisnis,

pupuk, pestisida, serta alat mesin

pertanian panen dan pascapanen.

2. Sekretaris Jenderal Kementerian

Pertanian

- Subsidi bunga modal investasi.

- Penjaminan kredit pertanian.

- Melakukan koordinasi dan penyiapan

kebijakan, rencana dan program

pembangunan pertanian.

- Koordinasi dan penyusunan anggaran

pembangunan pertanian.

- Pelaksanaan reformasi birokrasi.

- Pelaksanaan penyusunan regulasi,

bantuan hukum, informasi publik.

- Pelaksanaan koornasi hubungan

masyarakat dan antar lembaga dan

protokuler.

3. Direktorat Jenderal Perkebunan Penyediaan lahan pertanian di areal

perkebunan untuk dimanfaatkan bagi

pertanaman tanaman pangan, baik

sebagai tanaman sela atau

memanfaatkan areal kebun yang kosong.

4. Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan

Penyediaan ternak pada areal tanaman

pangan, sehingga limbah dari komoditi

tanaman pangan bisa dimanfaatkan untuk

pakan ternak.

5. Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian

- Penetapan mutu dan standarisasi

produk tanaman pangan.

- Pengolahan hasil produksi, upaya

pengembangan usaha agribisnis di

lokasi tanaman pangan.

- Pemasaran hasil pertanian, yaitu

dengan menyediakan informasi pasar

atau penyediaan terminal agribisis.

6. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian

- Penguatan kelembagaan perbenihan

komoditas tanaman pangan.

- Penyediaan varietas unggul bermutu.

- Pengembangan teknologi tepat guna di

bidang budidaya, perbenihan,

pengolahan hasil tanaman pangan.

Page 117: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 104 | P a g e

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

- Pengembangan teknologi pengamatan

dan pengendalian OPT dan DPI.

7. Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pertanian

Memberikan penyuluhan dan

pengembangan sumber daya manusia

melalui pelatihan, magang kepada

pemandu lapang, kontak tani atau petani

komoditas tanaman pangan.

8. Badan Ketahanan Pangan - Pengembangan ketersediaan pangan.

- Penanggulangan kerawanan pangan,

distribusi pangan dan cadangan

pangan nasional.

- Pemantapan pola konsumsi dan

penganekaragaman pangan.

- Pengawasan keamanan pangan.

9. Badan Karantina Pertanian - Kebijakan perkarantinaan terutama

untuk produk atau benih tanaman

pangan impor.

- Melakukan pengawasan keamanan

pangan.

10. Pusat Kerjasama Luar Negeri - Pelaksanaan kerja sama bilateral,

regional, multi lateral di bidang sub-

sektor tanaman pangan.

- Pelaksanakan urusan atase pertanian.

11. Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian

Penyediaan sistem informasi pertanian,

dan penyediaan data informasi pertanian

serta data dukung lainnya yang

diperlukan

12. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian

Pelaksanaan analisis sosial ekonomi dan

kebijakan pertanian, khususnya untuk

komoditas tanaman pangan.

13. Inspektorat Jenderal Pembinaan dan pengendalian

pelaksanaan kegiatan pembangunan sub-

sektor tanaman pangan.

Selain dukungan yang berasal dari instansi lingkup Kementerian Pertanian, sub sektor

tanaman pangan juga memerlukan dukungan dari luar Kementerian Pertanian.

Page 118: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 105 | P a g e

Tabel 42. Dukungan Instansi di Luar Kementerian Pertanian Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Sub Sektor Tanaman Pangan

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

1. Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dan Kementerian

Keuangan

Merumuskan kebijakan makro yang berpihak

pada sub sektor tanaman pangan khususnya,

seperti subsidi benih, bunga kredit, penjaminan,

perpajakan, investasi serta kebijakan lain yang

berpihak kepada petani.

2. Kementerian Dalam Negeri Mengkoordinasikan program yang didanai dari

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

dengan program yang didanai APBN.

3. Kementerian Pekerjaan Umum Pengawasan penetapan Rencana Tata

Ruang dan Wilayah dan tata guna lahan

pertanian.

Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur

jaringan jalan, waduk, embung, jaringan

irigasi primer dan sekunder serta infrastruktur

sumberdaya air.

4. Kementerian Perdagangan Kebijakan penetapan aturan non tariff

komoditas pertanian impor.

Pengawasan terhadap penerapan izin

distribusi dan peredaran/ penggunaan pupuk

an-organik, pestisida dan alat mesin

pertanian.

Menjamin efisiensi distribusi pangan dan

sarana produksi.

Penataan kerjasama pemasaran

internasional di Negara tujuan ekspor.

Mengantisipasi gejolak harga pangan

menjelang panen raya, musim kemarau dan

hari-hari besar.

Pengawasan terhadap perdagangan illegal.

Penyebaran informasi perkembangan harga

harian komoditas sub-sektor tanaman

pangan di tingkat usaha tani dan pusat-pusat

pemasaran serta pengawasan distribusi

pupuk dan pestisida.

5. Kementerian Perindustrian Kebijakan pengembangan kompetensi inti

industri nasional dan daerah yang

memproduksi sarana produksi pascapanen.

Pengaturan dan pengendalian izin usaha

sarana produksi pascapanen.

6. Kementerian Perhubungan Meningkatkan kapasitas dan kualitas

pelayanan sarana perhubungan untuk

kelancaran arus transportasi perdagangan

sarana produksi dan komoditas sub-sektor

tanaman pangan dari dan ke sentra produksi.

Page 119: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 106 | P a g e

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

Pengaturan rasionalisasi tarif angkutan

komoditas pertanian khususnya sub-sektor

tanaman pangan di tingkat lokal, antar pulau

maupun internasional.

7. Kementerian Kehutanan Kebijakan konservasi hutan lindung dan

daerah aliran sungai untuk menjamin

ketersedian air serta menekan degradasi

lahan dan air pertanian.

Peningkatan produksi komoditas sub-sektor

tanaman pangan di hutan produksi.

Menetapkan lahan yang siap untuk

dikonversi menjadi lahan pertanian serta

pemberian kemudahan pelepasan kawasan

budidaya yang diperuntukan untuk perluasan

areal pertanian.

8. Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

Kebijakan peningkatan keterampilan

transmigran dan calon transmigran di bidang

pertanian.

Peningkatan kompotensi tenaga kerja yang

berpotensi di bidang pertanian, seperti

tenaga penyuluh, pengamat hama, mantri

tani, pengawas benih, penangkar benih.

9. Kementerian Energi dan Sumber

Daya Mineral

Kebijakan pengembangan energi alternatif

berbasis komoditas pertanian dan limbah

komoditas pertanian serta energi terbarukan

(mikro hidro, surya, angin dan panas bumi).

10. Kementerian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Kebijakan penataan, pengembangan

kelembagaan usaha tani menjadi

kelembagaan koperasi yang berbasis pada

usaha pengolahan, pemasaran, dan

perdagangan.

Fasilitasi dan peningkatan aksesibilitas

pembiayaan yang dibutuhkan usaha kecil dan

menengah yang berbasis usaha produksi dan

pengolahan hasil pertanian.

11. Kementerian Luar Negeri Kebijakan untuk mengoptimalkan peran KBRI

sebagai ujung tombak market intelligence

pemasaran produk pertanian di pasar

internasional serta promosi, diplomasi dan

kerja sama perdagangan produk pertanian

dengan negara tujuan ekspor.

12. Kementerian Agama Kebijakan untuk memasyarakatkan program

percontohan pembangunan pertanian melalui

pengabdian masyarakat oleh pemuka agama.

13. Kementerian Negara Pembangunan

Daerah Tertinggal

Mengkoordinasikan dan menyediakan informasi

terkait kebijakan, program dan kegiatan yang

Page 120: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 107 | P a g e

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

dilaksanakan sektor di wilayah daerah

tertinggal.

14. Kementerian Negara Riset dan

Teknologi

Mengkoordinasikan teknologi untuk

mempertajam prioritas penelitian, memperkuat

kapasitas kelembagaan, menciptakan iklim

inovasi, dan membentuk sumberdaya manusia

yang handal dan pengembangan pertanian.

15. Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI)

Kebijakan untuk pembinaan peningkatan

kapasitas lembaga das umber daya peneliti

untuk menghasilkan penelitian rintisan

maupun terapan yang mendorong daya

saing komoditas dan daerah;

Melindungi dan memasyarakatkan hasil

penelitian unggulan tepat guna yang

dibutuhkan masyarakat dan petani; dan

Kebijakan untuk mengembangkan kerja

sama dan pemanfaatan hasil penelitian

dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi

maupun industri.

16. Badan Koordinasi Penanaman

Modal

Kebijakan untuk penyediaan informasi

investasi komoditas dan daerah sentra dan

pengembangan sub sektor tanaman pangan.

Kebijakan pemberian insentif investasi bagi

penanaman modal langsung industri primer

dan olahan produk pertanian.

17. Badan Pertanahan Nasional Kebijakan untuk mencegah dan menekan

laju konversi lahan pertanian ke non

pertanian.

Penetapan status penguasaan lahan

pertanian.

Perwujudan dan perlindungan lahan

pertanian yang berkelanjutan diantaranya

melalui penataan administrasi pertanahan

untuk mempermudah sertifikasi lahan bagi

petani.

18. Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika (BMKG)

Kebijakan untuk menata jaringan dan melayani

penyediaan informasi prakiraan perubahan dan

anomali iklim serta bencana alam yang

berpotensi mengancam produksi dan

keselamatan masyarakat petani.

19. Perum BULOG Kebijakan penyerapan hasil panen petani

(terutama gabah di saat panen raya) secara

maksimal.

Page 121: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 108 | P a g e

INSTANSI JENIS DUKUNGAN

Menyiapkan cadangan pangan yang cukup;

Stabilisasi harga pangan pada tingkatan

harga yang wajar bagi petani produsen dan

masyarakat konsumen.

Memberdayakan usaha kelompok tani yang

mampu bekerja sama langsung dalam

pemasaran produk pertanian yang

dihasilkannya.

20. Perguruan Tinggi Mengembangkan jurusan dan strata

pendidikan yang menyiapkan mahasiswa

untuk menjadi pelopor pembangunan

pertanian perdesaan.

Meningkatkan penelitian untuk

pengembangan pertanian dan

mendiseminasikan hasil penelitian.

Meningkatkan pembinaan dan

pendampingan daerah melalui pengabdian

masyarakat serta meningkatkan peran

Perguruan Tinggi dalam penelitian,

pengembangan dan penerapan teknologi

pertanian.

5.3. Monitoring, Evaluasi, Pengawasan, dan Pengendalian

Pemerintah mempunyai kewenangan menyusun standar dan prosedur monitoring,

evaluasi, pengawasan, dan pengendalian dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi

fasilitasi pembangunan. Monitoring dan evaluasi serta pelaporan wajib dilakukan oleh

pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Monitoring ditujukan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah

dicapai dari setiap kegiatan. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan

berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan. Monitoring bisa dilakukan sebelum

kegiatan di mulai (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going), dan setelah dilakukan

kegiatan (ex-post). Ketaatan, kelengkapan, dan kelancaran pelaporan akan dijadikan

pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun berikutnya.

Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan dengan pendekatan

indikator kinerja menggunakan alat ukur kerangka kerja logis (masukan, keluaran, hasil,

manfaat dan dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan apakah kinerja

organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan.

Page 122: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 109 | P a g e

Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan pengawasan fungsional

pembangunan tanaman pangan masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di lingkup

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini dapat dilakukan setiap saat

selama proses manajemen berlangsung.

Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan anggaran pembangunan

tanaman pangan juga dilakukan secara eksternal oleh aparatur pengawasan seperti

BPK, BPKP dan Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler

yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek

pemeriksaan lingkup tanaman pangan berdasarkan program kerja pengawasan

tahunan. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan

penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja.

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa pengguna Anggaran (KPA). Proses

pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi.

Page 123: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 110 | P a g e

BAB VI

PENUTUP

Sebagai bagian dari perencanaan pembangunan pertanian, tujuan dan sasaran

pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan tahun 2010-2014 akan

diwujudkan melalui pencapaian target utama yaitu pencapaian swasembada kedelai

tahun 2014 dan swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi dan jagung. Target

yang menjadi acuan bagi pemerintah pusat, daerah di provinsi/kabupaten/kota serta

semua stakeholder untuk menetapkan sasaran produksi dan produktivitas komoditas

tanaman pangan sesuai dengan potensi dan kondisi di lapangan.

Keberhasilan pencapaian target, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ini tentu saja

sangat tergantung pada kerjasama semua pelaku pembangunan pertanian, baik di

tingkat pusat maupun daerah.

Revisi terhadap rencana strategis (renstra) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini

dilakukan sebagai tindak lanjut atas perubahan yang terjadi di ingkungan strategis.

Pemantapan perencanaan kinerja dilakukan mulai dari perencanaan kinerja.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini merupakan acuan semua

pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan tanaman

pangan untuk terwujudnya ketahanan pangan nasional, meningkatnya kesejahteraan

petani dan juga masyarakat.

Page 124: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 111 | P a g e

LAMPIRAN

Page 125: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 112 | P a g e

Lampiran 1. PROGRAM DAN KEGIATAN

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan VISI : Terwujudnya produksi tanaman pangan yang cukup dan berkelanjutan. MISI :

1. Mewujudkan birokrasi Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas;

2. Meningkatkan perluasan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat, dan berkelanjutan;

3. Mengembangkan sistem penyediaan benih yang efisien dan berkelanjutan;

4. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan; 5. Meningkatkan penanganan pascapanen tanaman pangan, dan 6. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait serta

masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan yang berkelanjutan.

TUPOKSI ESELON I

SASARAN STRATEGIS KEMENTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEMENTAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA PROGRAM PROGRAM

(1) (2) (3) (4) (5)

Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang tanaman pangan Fungsi : 1. Perumusan

kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman tangan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan,

dan pascapanen tanaman pangan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di

1. Tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan

2. Meningkatnya diversifikasi pangan

3. Meningkatnya nilai tambah, daya saing, dan ekspor

4. Meningkatnya kesejahteraan petani

1.1. Swasembada kedelai, gula dan daging sapi

1.2. Swasembada padi dan jagung

2.1 Persentase

penurunan konsumsi beras pertahun

2.2 Persentase peningkatan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, buah-buahan dan sayuran

2.3 Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

3.1. Jumlah

sertifikasi produk

pertanian organik, kakao fermentasi, dan bahan olahan karet (pemberlakuan sertifikasi wajib)

3.2. Persentase peningkatan produk olahan yang diekspor

3.3. Persentase peningkatan substitusi tepung gandum/terigu

3.4. Persentase peningkatan

Sasaran 1. Mewujudkan

pencapaian produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional.

2. Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.

3. Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI,

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah Produksi Padi,

Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar.

2. Susut hasil produksi Padi, Jagung dan Kedelai.

3. Luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI.

Peningkatan Produksi, Produktivitas, Dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Dan Swasembada Berkelanjutan

Page 126: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 113 | P a g e

TUPOKSI ESELON I

SASARAN STRATEGIS KEMENTAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEMENTAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA PROGRAM PROGRAM

(1) (2) (3) (4) (5)

bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

surplus neraca perdagangan

4.1. Pendapatan per kapita petani

4.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

4.3. Pertumbuhan PDB sektor pertanian

4.4. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian

4.5. Investasi sektor pertanian .

NTP

Page 127: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 114 | P a g e

UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT BUDIDAYA SEREALIA

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya serealia Fungsi : 1. Penyiapan perumusan

kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya padi irigasi dan rawa, padi tadah hujan dan lahan kering, jagung, dan serealia lain; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Serealia.

Sasaran Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan/atau Dem Area Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi meningkat

produktivitas 0,5-1 ku/ha 2. Luas SLPTT Jagung meningkat

produktivitas 0,30 ku/ha

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Page 128: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 115 | P a g e

UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT BUDIDAYA ANEKA KACANG DAN UMBI

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya aneka kacang dan umbi. Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di

bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya kedelai, ubi kayu, aneka kacang, dan aneka umbi; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi.

Sasaran Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan/atau Dem Area Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai meningkat

produktivitas 0,50 – 1,00 ku/ha 2. Pengembangan Kedelai,

Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi

Page 129: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 116 | P a g e

UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas: Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di

bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih;

2.Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

Sasaran 1. Terselenggaranya penyediaan

benih varietas unggul bersertifikat di tingkat petani

2. Meningkatkan peranan kelembagaan benih dalam rangka penyediaan benih unggul bersertifikat

3. Tersedianya benih sumber kelas BP dan BD

4. Terselenggaranya optimalisasi pengawasan mutu benih

Indikator Kinerja Utama 1. Bantuan Langsung Benih

Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT

2. Pemberdayaan penangkaran benih

3. Perbanyakan benih sumber 4. Optimalisasi balai benih 5. Pengawasan dan sertifikasi

benih

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Page 130: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 117 | P a g e

UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di

bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapenen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Sasaran Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi pada saat proses panen dan pascapanen Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah bantuan sarana

pascapanen :

Padi

Jagung

Kedelai

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Page 131: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 118 | P a g e

UNIT ESELON 2 : DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas: Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan Fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di

bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organism pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu.

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme penggangu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu;

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.

Sasaran Mengendalikan luas serangan OPT dan terkena DPI Indikator Kinerja Utama 1. SLPHT 2. SLI 3. Jumlah bantuan sarana

pengendali OPT

Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT Dan DPI

Page 132: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 119 | P a g e

UNIT ESELON 2 : BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas : Melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura Fungsi : 1. Penyusunan program dan evaluasi

pengembangan pengujian mutu benih dan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih

2. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metoda pengujian laboratorium, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman pangan dan hortikultura

3. Pelaksanaan uji banding (uji profisiensi, unjuk kerja metode, uji arbitrase dan uji acuan) antar laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura

4. Pelaksanaan uji petik mutu benih tanaman pangan dan hortikultura yang beredar

5. Pelaksanaan sertifikasi benih untuk tujuan ekspor (orange, green, and blue certificate)

6. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura

7. Pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan pemberian hak penandaan SNI pada pelaku usaha perbenihan tanaman pangan dan hortikultura

8. Penyusunan informasi dan dokumentasi hasil pengembangan pengujian mutu benih dan pelaksanaan kerjasama laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura

9. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar

Sasaran 1. Meningkatkan metode

pengujian mutu benih tanaman pangan

2. Mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium pengujian mutu benih

3. Mengetahui mutu benih yang beredar di pasaran

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah laboratorium yang

menerapkan sistem mutu 2. Jumlah metode yang

dikembangkan 3. Jumlah laboratorium peserta uji

profisiensi 4. Jumlah pelaksanaan uji petik

mutu benih yang beredar.

Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih Dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih

Page 133: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 120 | P a g e

UNIT ESELON 2: BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas: Melaksanakan dan mengembangkan peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura Fungsi : 1. Penyusunan Program dan Rencana

Kerja/ Teknis/ Program 2. Pelaksanaan analisis data dan

informasi serangan OPT dan faktor penentu perkembangan OPT

3. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu

4. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT

5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT

6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit

7. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura

8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BB-POPT

Sasaran Tersedianya informasi dan model peramalan OPT sebagai rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan dan ortikultura Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah informasi peramalan

serangan OPT 2. Jumlah teknologi pengamatan,

peramalan dan pengendalian OPT

3. Jumlah provinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT

Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Page 134: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 121 | P a g e

UNIT ESELON 2 : SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

TUPOKSI ESELON II INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN

KEGIATAN

(1) (2) (3)

Tugas : Memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Fungsi : 1. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan

program, anggaran, dan kerja sama di bidang tanaman pangan;

2. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;

3. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;

4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang tanaman pangan; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Sasaran 1. Meningkatkan

kinerja perencanaan, keuangan, umum, serta evaluasi dan pelaporan

2. Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi akibat bencana alam

3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan

Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen

manajemen perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan (rancangan, pedoman dan laporan)

2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi

3. Bantuan modal untuk LM3

Dukungan Manajemen Dan Teknis Lainnya Pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 135: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 122 | P a g e

Lampiran 2. REKAPITULASI PROGRAM DAN KEGIATAN

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tugas Pokok : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi

teknis di bidang tanaman pangan Fungsi :

1. Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen tanaman pangan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen tanaman pangan; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

PROGRAM INDIKATOR

KINERJA UTAMA PROGRAM

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN

KEGIATAN UNIT ESELON 2

(1) (2) (3) (4) (5)

Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan

Sasaran 1. Mewujudkan

pencapaian produksi secara berkelanjutan dalam rangka penyediaan kebutuhan nasional.

2. Mengamankan kehilangan (susut) hasil produksi.

3. Mengamankan potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI,

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah Produksi

Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar.

2. Susut hasil produksi Padi, Jagung dan Kedelai.

3. Luas areal tanaman pangan yang ditoleransi terserang OPT dan terkena DPI.

Sasaran 1. Meningkatkan kinerja

perencanaan, keuangan, umum, serta evaluasi dan pelaporan

2. Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi akibat bencana alam

3. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanaman pangan

Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen manajemen

perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan

2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi

3. Bantuan modal untuk LM3

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Sasaran

Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area Indikator Kinerja Utama

Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi

meningkat produktivitas 0,5-1 ku/ha

2. Luas SLPTT Jagung

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Direktorat Budidaya Serealia

Formulir 2

Page 136: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 123 | P a g e

PROGRAM INDIKATOR

KINERJA UTAMA PROGRAM

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN

KEGIATAN UNIT ESELON 2

(1) (2) (3) (4) (5)

meningkat produktivitas 0,30 ku/ha

Sasaran

Mendorong peningkatan produktivitas melalui pelaksanaan Sekolah Lapangan (SL) dan Dem Area Indikator Kinerja Utama

Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai

meningkat produktivitas 0,20 ku/ha

2. Pengembangan Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi

Sasaran

1. Meningkatkan peranan kelembagaan benih dalam rangka penyediaan benih unggul bersertifikat

2. Tersedianya benih sumber kelas BP dan BD

3. Terselenggaranya optimalisasi pengawasan mutu benih

Indikator Kinerja Utama

1. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT

2. Pemberdayaan penangkaran benih

3. Perbanyakan benih sumber

4. Optimalisasi balai benih

5. Pengawasan dan sertifikasi benih

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

Sasaran

Mengamankan potensi kehilangan hasil produksi pada saat pascapanen Indikator Kinerja Utama

1. Jumlah bantuan sarana pascapanen

Penanganan pascapanen tanaman pangan

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan

Page 137: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 124 | P a g e

PROGRAM INDIKATOR

KINERJA UTAMA PROGRAM

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEGIATAN

KEGIATAN UNIT ESELON 2

(1) (2) (3) (4) (5)

Sasaran

Mengendalikan luas serangan OPT dan terkena DPI

Indikator Kinerja Utama

1. SLPHT dan SLI 2. Jumlah bantuan sarana

pengendalian

Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

Sasaran

1. Meningkatkan metode pengujian mutu benih tanaman pangan

2. Mengetahui unjuk kerja suatu laboratorium pengujian mutu benih

3. Mengetahui mutu benih yang beredar di pasaran

Indikator Kinerja Utama

1. Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu

2. Jumlah metode yang dikembangkan

3. Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi

4. Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.

Pengembangan Metoda Pengujian Mutu Benih dan Penerapan Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Sasaran

1. Meningkatkan kinerja pengamatan serangan OPT

2. Meningkatkan kinerja teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT.

3. Tersedianya informasi dan model peramalan OPT sebagai rujukan dalam pengamanan produksi TPH

Indikator Kinerja Utama

1. Jumlah informasi peramalan serangan OPT

2. Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT

3. Jumlah provinsi yang menerapkan peramalan OPT

Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Page 138: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 125 | P a g e

Lampiran 3. PEMETAAN KEGIATAN PRIORITAS 2009 DAN KEGIATAN LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010-2014

Kementerian/Lembaga : Kementerian Pertanian Unit Eselon 1 : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nama Program : Peningkatan Produksi, Produktivitas, Dan Mutu

Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada Dan Swasembada Berkelanjutan

Kode

KEGIATAN PRIORITAS EKSISTING

(TAHUN 2009)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN PRIORITAS

EKSISTING

(TAHUN 2009)

KEGIATAN

TAHUN 2010-2014

INDIKATOR KINERJA UTAMA

KEGIATAN TAHUN 2010-2014

(1) (2) (3) (4)

1591 1562

1574 1579

Penyusunan Kebijakan Program, Monev dan Database Peningkatan kegiatan eksibisi, perlombaan dan penghargaan kepada petani/pelaku

agribisnis. Penguatan usaha agribisnis pertanian (PUAP) dan penguatan kelembagaan ekonomi perdesaan melalui LM3. Penerapan dan pemantapan prinsip Good Governance, Penyelesaian Daerah Konflik, Bencana Alam, Daerah Tertinggal dan Perbatasan, Pendampingan PHLN, Pelaksanaan Inpres Terkait, dan Pengarusutamaan Gender

Terlaksananya kegiatan pembangunan tanaman pangan mulai ari proses perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengawalan, monev dan pelaporan secara bersih, efektif dan efisien di pusat dan 33 propinsi; penyusunan program di 54 satker, monitoring kegiatan di 54 satker. Terselenggaranya penilaian dan pemberian penghargaan dalam bidang tanaman pangan (kelompoktani, penangkar benih, POPT,

PBT, Mantri Tani, UPJA teladan). Tersalurkannya bantuan permodalan agribisnis di 216 Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Terlaksananya kegiatan pembangunan tanaman pangan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan pengawalan, monev dan pelaporan secara bersih, efektif dan efisien di pusat dan 33 propinsi; pemberian insentif PBT 650 orang (sisanya difasilitasi oleh Ditjen Hortikultura).

Dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Indikator Kinerja Utama 1. Dokumen manajemen

perencanaan, keuangan, umum serta evaluasi dan pelaporan

2. Bantuan bencana alam dalam rangka pengamanan produksi

3. Bantuan modal untuk LM3

Page 139: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 126 | P a g e

1570 1575

Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian, serta pengembangan kawasan Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis

(1) Terlaksananya pengawalan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas serealia di 33 propinsi; (2) Pengem-bangan tanaman pangan (padi, jagung) dan tanaman unggulan lokal (sorghum, gandum.

Terselenggaranya SLPTT padi non hibrida 40.000 kelompok, SLPTT padi hibrida 5.000 kelompok, SLPTT jagung hibrida 6.000 kelompok.

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia

Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Padi

meningkat produktivitas 0,5-1 ku/ha

2. Luas SLPTT Jagung meningkat produktivitas 0,30 ku/ha

1570 1575

Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian serta pengembangan kawasan Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis

(1) Terlaksananya pengawalan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian di 33 propinsi; (2) Pengembangan kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu ubi jalar di 100 kabupaten; (3) Pengembangan tanaman pangan unggulan lokal (talas, ganyong, gembili dsbnya). Terselenggaranya 10.000 SL-PTT kedelai

Pengelolaan Produksi Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Indikator Kinerja Utama Produktivitas 1. Luas SLPTT Kedelai

meningkat produktivitas 0,20 ku/ha

2. Pengembangan Kedelai, Kacang Tanah, Ubi Kayu dan Ubi Jalar

1566 1575

Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian, dan mekanisme subsidi Pupuk Magang Sekolah lapang dan pelatihan, pendidikan pertanian dan kewirausahaan agribisnis

Tersalurkannya bantuan benih padi non hibrida 25.000 ton (1 juta ha), padi hibrida 750 ton (50 ribu ha), jagung hibrida 1.125 ton (75 ribu ha), dan kedelai 4.000 ton (100 ribu ha); koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi. Pelatihan penangkar benih 25 unit

Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan

Indikator Kinerja Utama 1. Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) Padi, Jagung dan Kedelai untuk kawasan SLPTT dan non SLPTT

2. Pemberdayaan penangkaran benih

3. Perbanyakan benih sumber

4. Optimalisasi Balai Benih

5. Pengawasan dan sertifikasi benih

1553

Integrasi tanam Ternak kompos dan Biogas

„(1) Tersalurnya bantuan untuk pembuatan pupuk di 300 kelompoktani; (2) 150 unit rumah kompos; (3) Terselenggaranya koordinasi dan pengawalan dalam pengembangan pupuk organik di 33 propinsi.

Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah bantuan

sarana pascapanen

Padi

Jagung

Kedelai

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Page 140: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 127 | P a g e

1575

Mekanisasi Pertanian Pra dan Pasca panen

Tersalurnya bantuan pembelian TR-2 sebanyak 2.600 unit dan alat bengkel sebanyak 250 unit; terselenggaranya koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi.

1564 1575

Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan Magang Sekolah Lapang dan Pelatihan, Pendidikan Pertanian dan Kewirausahaan Agribisnis

Operasional BBOPT-Jatisari; operasional BPMPT; operasional 29 BPTPH provinsi dan lingkup kerja meliputi 429 kabupaten; penanggulangan OPT dan DPI (Brigade Proteksi) di 33 provinsi; pembinaan pengembangan perlindungan tanaman. Terselenggaranya SPHT 500 unit, SL Iklim 100 unit.

Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI.

Indikator Kinerja Utama 1. SLPHT dan SLI 2. Jumlah bantuan

sarana pengendalian

1566 Bantuan benih/bibit, sarana produksi pertanian, dan mekanisme subsidi Pupuk

Tersalurkannya bantuan benih padi non hibrida 25.000 ton (1 juta ha), padi hibrida 750 ton (50 ribu ha), jagung hibrida 1.125 ton (75 ribu ha), dan kedelai 4.000 ton (100 ribu ha); koordinasi dan pengawalan di 32 propinsi.

Pengembangan metoda pengujian mutu benih dan penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah laboratorium

yang menerapkan sistem mutu

2. Jumlah metode yang dikembangkan

3. Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi

4. Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar.

1564 Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Penyakit Hewan, Karantina dan Peningkatan Keamanan Pangan

Operasional BBOPT-Jatisari; operasional 29 BPTPH propinsi dan lingkup kerja meliputi 429 kabupaten; penanggulangan OPT dan DFI (Brigade Proteksi) di 33 propinsi; pembinaan pengembangan perlindungan tanaman.

Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

Indikator Kinerja Utama 1. Jumlah informasi

peramalan serangan OPT

2. Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT

3. Jumlah provinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT

Page 141: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 128 | P a g e

Page 142: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 129 | P a g e

Page 143: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 130 | P a g e

Lampiran 4. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 348.463 331.870 48,75 1.617.900

2. SUMUT 742.151 706.810 50,61 3.577.134

3. SUMBAR 419.342 399.373 53,25 2.126.715

4. RIAU 153.376 146.072 41,44 605.375

5. JAMBI 147.016 140.016 48,12 673.800

6. SUMSEL 702.160 668.724 46,45 3.106.295

7. BENGKULU 129.429 123.266 41,56 512.247

8. LAMPUNG 530.673 505.403 53,37 2.697.400

9. BABEL 9.491 9.039 32,30 29.200

10. KEP RIAU 121 115 40,41 465

3.182.222 3.030.688 49,32 14.946.531

11. DKI JAKARTA 1.731 1.648 54,48 8.980

12. JABAR 1.904.629 1.813.933 62,35 11.309.487

13. JATENG 1.678.107 1.598.197 60,91 9.733.950

14. DI JOGJA 140.674 133.975 61,62 825.579

15. JATIM 1.851.120 1.762.972 64,75 11.415.000

16. BANTEN 366.304 348.861 58,05 2.025.000

5.942.565 5.659.585 62,40 35.317.996

17. BALI 140.942 134.231 62,58 840.000

18. N.T.B. 368.255 350.719 55,74 1.954.827

19. N.T.T. 186.504 177.623 34,98 621.394

695.701 662.572 51,56 3.416.221

20. KALBAR 402.339 383.180 37,70 1.444.530

21. KALTENG 205.953 196.146 33,95 665.827

22. KALSEL 483.152 460.145 45,92 2.113.048

23. KALTIM 145.233 138.317 44,82 620.000

1.236.678 1.177.789 41,12 4.843.405

24. SULUT 110.677 105.407 55,29 582.826

25. SULTENG 219.533 209.079 51,85 1.084.000

26. SULSEL 924.016 880.015 58,01 5.104.800

27. SULTRA 100.641 95.848 47,16 452.060

28. GORONTALO 48.916 46.587 57,96 270.000

29. SUL BARAT 72.293 68.851 54,55 375.563

1.476.075 1.405.786 55,98 7.869.249

30. MALUKU 19.044 18.137 45,42 82.380

31. MALUKU UT 14.621 13.925 39,30 54.723

32. PAPUA BARAT 11.629 11.075 43,61 48.300

33. PAPUA 23.565 22.443 45,09 101.195

68.859 65.580 43,70 286.598

6.659.535 6.342.415 49,45 31.362.004

12.602.100 12.002.000 55,56 66.680.000

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Page 144: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 131 | P a g e

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Lampiran 5. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 352.093 350.481 45,48 1.593.963

2. SUMUT 745.955 723.346 50,18 3.629.965

3. SUMBAR 475.769 460.364 51,48 2.369.728

4. RIAU 157.284 153.080 38,80 594.021

5. JAMBI 164.660 160.601 42,68 685.519

6. SUMSEL 798.918 770.580 47,45 3.656.606

7. BENGKULU 135.706 131.699 40,04 527.298

8. LAMPUNG 614.188 596.322 49,99 2.981.087

9. BABEL 12.318 12.228 26,46 32.362

10. KEP RIAU 627 608 33,24 2.021

3.457.518 3.359.309 47,84 16.072.570

11. DKI JAKARTA 2.293 2.217 56,30 12.480

12. JABAR 1.990.391 1.928.756 61,81 11.921.277

13. JATENG 1.966.287 1.903.894 58,95 11.224.293

14. DI JOGJA 151.580 148.431 58,26 864.735

15. JATIM 2.043.808 1.980.826 62,03 12.287.462

16. BANTEN 395.297 382.993 53,66 2.055.093

6.549.656 6.347.117 60,45 38.365.340

17. BALI 153.973 148.855 58,89 876.605

18. N.T.B. 420.450 408.666 51,46 2.103.176

19. N.T.T. 186.706 183.513 31,59 579.649

761.129 741.034 48,03 3.559.430

20. KALBAR 437.145 426.078 32,83 1.398.863

21. KALTENG 214.426 210.108 31,18 655.150

22. KALSEL 494.708 480.526 41,24 1.981.658

23. KALTIM 159.755 156.889 40,63 637.516

1.306.034 1.273.601 36,69 4.673.187

24. SULUT 127.592 123.942 50,27 623.070

25. SULTENG 214.141 207.298 48,68 1.009.075

26. SULSEL 948.678 912.217 52,32 4.772.450

27. SULTRA 113.352 109.880 43,69 480.024

28. GORONTALO 59.175 57.196 57,96 331.533

29. SUL BARAT 84.551 81.920 49,28 403.664

1.547.489 1.492.453 51,06 7.619.816

30. MALUKU 19.053 18.494 46,57 86.135

31. MALUKU UT 17.159 16.753 35,50 59.475

32. PAPUA BARAT 10.181 9.861 37,35 36.835

33. PAPUA 34.437 30.479 41,51 126.530

80.830 75.587 40,88 308.975

7.153.000 6.941.984 46,43 32.233.978

13.699.593 13.289.097 53,13 70.599.317

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 145: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 132 | P a g e

Lampiran 6. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas

dan Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 381.291 383.099 52,08 1.995.040

2. SUMUT 782.173 770.110 52,24 4.022.675

3. SUMBAR 477.034 475.529 51,52 2.450.000

4. RIAU 155.033 149.669 40,88 611.780

5. JAMBI 169.401 165.540 42,78 708.145

6. SUMSEL 822.693 794.227 47,21 3.749.670

7. BENGKULU 132.324 132.745 39,85 529.050

8. LAMPUNG 627.399 630.691 49,83 3.142.530

9. BABEL 13.994 8.510 48,00 40.850

10. KEP RIAU 410 395 50,74 2.006

3.561.752 3.510.515 49,14 17.251.746

11. DKI JAKARTA 1.967 1.899 54,20 10.290

12. JABAR 2.039.148 1.978.594 62,17 12.300.000

13. JATENG 1.933.975 1.767.059 59,27 10.472.980

14. DI JOGJA 152.206 148.940 58,95 877.950

15. JATIM 2.068.796 1.967.216 62,58 12.310.000

16. BANTEN 412.079 407.821 52,22 2.129.765

6.608.171 6.271.528 60,75 38.100.985

17. BALI 156.028 151.629 56,66 859.080

18. N.T.B. 432.691 437.720 50,12 2.194.040

19. N.T.T. 209.708 195.452 32,47 634.705

798.426 784.801 46,99 3.687.825

20. KALBAR 457.602 443.769 33,08 1.468.145

21. KALTENG 229.281 221.348 28,88 639.255

22. KALSEL 515.078 497.256 40,98 2.037.660

23. KALTIM 164.844 159.141 39,32 625.765

1.366.805 1.321.514 36,10 4.770.824

24. SULUT 134.244 134.599 47,65 641.385

25. SULTENG 241.365 233.014 46,55 1.084.570

26. SULSEL 957.809 924.669 53,14 4.913.600

27. SULTRA 127.679 126.262 40,33 509.250

28. GORONTALO 60.272 68.186 49,24 335.760

29. SUL BARAT 89.016 85.936 47,54 408.550

1.610.386 1.572.666 50,19 7.893.115

30. MALUKU 20.091 19.396 47,59 92.310

31. MALUKU UT 18.003 17.380 38,74 67.325

32. PAPUA BARAT 10.703 10.333 45,07 46.568

33. PAPUA 29.270 30.257 38,19 115.538

78.066 77.365 41,59 321.740

7.415.434 7.266.860 46,68 33.925.249

14.026.771 13.556.865 53,13 72.026.235

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 146: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 133 | P a g e

Lampiran 7. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 346.177 334.592 49,01 1.639.819

2. SUMUT 734.231 709.634 53,80 3.817.713

3. SUMBAR 490.272 473.875 54,46 2.580.548

4. RIAU 160.733 155.320 42,02 652.650

5. JAMBI 170.758 165.003 45,34 748.059

6. SUMSEL 838.140 810.006 51,22 4.149.056

7. BENGKULU 139.530 134.850 41,33 557.309

8. LAMPUNG 648.783 627.001 53,29 3.341.285

9. BABEL 15.446 14.929 28,08 41.921

10. KEP RIAU 1.465 1.416 35,55 5.033

3.545.535 3.426.626 51,17 17.533.393

11. DKI JAKARTA 2.644 2.555 59,11 15.104

12. JABAR 2.031.877 1.963.893 65,93 12.947.084

13. JATENG 2.093.546 2.023.486 62,06 12.557.374

14. DI JOGJA 159.802 154.452 62,52 965.694

15. JATIM 2.149.978 2.077.930 66,41 13.799.766

16. BANTEN 409.052 395.368 53,39 2.110.861

6.846.899 6.617.684 64,06 42.395.883

17. BALI 154.823 149.640 59,81 895.007

18. N.T.B. 458.595 443.258 57,15 2.533.331

19. N.T.T. 198.517 191.856 33,14 635.878

811.935 784.754 51,79 4.064.216

20. KALBAR 455.680 440.387 34,32 1.511.281

21. KALTENG 217.873 210.528 31,36 660.256

22. KALSEL 486.421 470.075 43,18 2.029.800

23. KALTIM 163.695 158.214 43,58 689.497

1.323.669 1.279.204 38,23 4.890.834

24. SULUT 137.873 133.245 51,83 690.629

25. SULTENG 214.895 207.709 52,32 1.086.729

26. SULSEL 1.012.518 978.504 55,48 5.428.964

27. SULTRA 115.097 111.247 46,12 513.023

28. GORONTALO 65.991 63.774 64,36 410.463

29. SUL BARAT 92.837 89.720 50,62 454.116

1.639.211 1.584.199 54,18 8.583.924

30. MALUKU 20.921 20.222 51,85 104.854

31. MALUKU UT 18.605 17.983 37,05 66.634

32. PAPUA BARAT 11.194 10.819 39,34 42.560

33. PAPUA 35.379 34.196 44,77 153.100

86.099 83.220 44,12 367.148

7.406.449 7.158.003 49,51 35.439.515

14.253.346 13.775.690 56,50 77.835.397

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 147: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 134 | P a g e

Lampiran 8. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas

dan Produksi Padi Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 343.210 331.720 50,34 1.669.890

2. SUMUT 725.406 701.089 55,83 3.913.960

3. SUMBAR 496.241 479.646 56,28 2.699.485

4. RIAU 161.516 156.070 43,60 680.424

5. JAMBI 172.610 166.786 46,44 774.623

6. SUMSEL 854.476 825.779 53,40 4.409.997

7. BENGKULU 140.908 136.176 42,08 572.988

8. LAMPUNG 663.760 641.456 55,09 3.533.564

9. BABEL 17.009 16.440 28,14 46.254

10. KEP RIAU 2.246 2.171 36,74 7.976

3.577.382 3.457.333 52,96 18.309.161

11. DKI JAKARTA 2.832 2.737 60,91 16.670

12. JABAR 2.045.109 1.976.670 68,29 13.498.344

13. JATENG 2.153.037 2.080.969 63,90 13.297.196

14. DI JOGJA 162.556 157.111 64,02 1.005.863

15. JATIM 2.196.453 2.122.792 68,88 14.621.596

16. BANTEN 414.699 400.825 54,07 2.167.218

6.974.686 6.741.104 66,17 44.606.887

17. BALI 154.849 149.663 60,61 907.119

18. N.T.B. 476.337 460.406 59,45 2.737.323

19. N.T.T. 202.538 195.733 33,50 655.736

833.724 805.802 53,37 4.300.178

20. KALBAR 462.800 447.260 35,03 1.566.839

21. KALTENG 218.341 210.969 32,45 684.501

22. KALSEL 480.028 463.890 44,13 2.047.342

23. KALTIM 164.100 158.603 44,73 709.353

1.325.269 1.280.722 39,10 5.008.035

24. SULUT 142.689 137.892 52,68 726.379

25. SULTENG 214.578 207.402 54,46 1.129.581

26. SULSEL 1.043.279 1.008.175 57,29 5.775.707

27. SULTRA 115.746 111.875 47,45 530.838

28. GORONTALO 69.525 67.187 68,20 458.195

29. SUL BARAT 96.975 93.714 51,45 482.165

1.682.792 1.626.245 55,97 9.102.865

30. MALUKU 21.837 21.107 54,86 115.792

31. MALUKU UT 19.223 18.580 37,70 70.040

32. PAPUA BARAT 11.703 11.312 40,52 45.831

33. PAPUA 37.404 36.153 46,57 168.378

90.167 87.152 45,90 400.041

7.509.334 7.257.254 51,15 37.120.280

14.484.018 13.998.358 58,38 81.727.167

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 148: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 135 | P a g e

Page 149: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 136 | P a g e

Lampiran 9. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 43.910 41.806 38,51 161.000

2. SUMUT 280.595 267.118 49,04 1.309.900

3. SUMBAR 75.910 72.262 60,58 437.733

4. RIAU 23.249 22.132 25,76 57.000

5. JAMBI 10.952 10.425 42,82 44.640

6. SUMSEL 30.937 29.460 39,06 115.070

7. BENGKULU 31.212 29.712 34,53 102.582

8. LAMPUNG 472.720 450.000 49,86 2.243.821

9. BABEL 463 440 45,93 2.023

10. KEP RIAU 553 527 21,08 1.110

970.500 923.881 48,44 4.474.879

11. DKI JAKARTA 18 17 20,59 35

12. JABAR 133.156 126.756 65,32 828.000

13. JATENG 696.300 662.834 47,49 3.148.012

14. DI JOGJA 77.688 73.954 44,22 327.000

15. JATIM 1.323.995 1.260.361 45,84 5.777.834

16. BANTEN 8.749 8.328 61,34 51.081

2.239.905 2.132.250 47,52 10.131.962

17. BALI 32.411 30.853 29,49 91.000

18. N.T.B. 88.241 84.000 44,05 370.000

19. N.T.T. 269.375 256.428 33,02 846.693

390.027 371.281 35,22 1.307.693

20. KALBAR 44.121 42.000 47,62 200.000

21. KALTENG 3.151 3.000 30,00 9.000

22. KALSEL 24.151 23.000 52,33 120.355

23. KALTIM 6.287 5.998 23,48 14.081

77.710 73.998 46,41 343.436

24. SULUT 152.321 145.000 45,52 660.000

25. SULTENG 42.020 40.000 41,84 167.360

26. SULSEL 315.147 300.000 54,71 1.641.217

27. SULTRA 27.511 26.189 27,80 72.805

28. GORONTALO 162.826 155.000 57,42 890.000

29. SUL BARAT 9.866 9.392 66,55 62.500

709.690 675.581 51,72 3.493.882

30. MALUKU 7.111 6.769 22,16 15.000

31. MALUKU UT 11.914 11.341 21,08 23.911

32. PAPUA BARAT 4.346 4.137 19,04 7.875

33. PAPUA 798 762 17,88 1.362

24.169 23.009 20,93 48.148

2.172.095 2.067.750 46,76 9.668.038

4.412.000 4.200.000 47,14 19.800.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 150: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 137 | P a g e

Lampiran 10. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 53.010 47.866 37,00 177.100

2. SUMUT 266.736 253.399 59,23 1.500.761

3. SUMBAR 76.740 72.903 59,08 430.712

4. RIAU 30.390 30.228 28,24 85.358

5. JAMBI 12.932 12.315 39,87 49.104

6. SUMSEL 34.956 34.255 36,00 123.318

7. BENGKULU 37.951 32.936 34,28 112.904

8. LAMPUNG 490.597 466.067 52,88 2.464.510

9. BABEL 1.089 1.037 31,24 3.240

10. KEP RIAU 707 543 31,12 1.690

1.005.108 951.549 52,01 4.948.697

11. DKI JAKARTA 30 28 32,14 90

12. JABAR 185.206 148.135 61,48 910.800

13. JATENG 738.293 711.862 49,75 3.541.541

14. DI JOGJA 79.009 70.840 40,68 288.177

15. JATIM 1.345.795 1.291.963 50,09 6.471.174

16. BANTEN 17.431 16.560 33,93 56.189

2.365.764 2.239.388 50,32 11.267.971

17. BALI 30.907 29.362 31,78 93.316

18. N.T.B. 97.120 92.264 40,10 370.000

19. N.T.T. 350.296 328.808 30,41 1.000.000

478.323 450.434 32,49 1.463.316

20. KALBAR 53.438 52.378 42,00 220.000

21. KALTENG 3.562 3.206 30,88 9.900

22. KALSEL 27.725 26.364 50,00 131.820

23. KALTIM 6.601 5.344 23,91 12.778

91.326 87.292 42,90 374.498

24. SULUT 173.617 158.906 38,00 603.842

25. SULTENG 52.519 49.893 39,58 197.488

26. SULSEL 372.309 357.417 51,62 1.844.920

27. SULTRA 44.704 42.469 35,98 152.794

28. GORONTALO 191.834 185.346 52,82 979.000

29. SUL BARAT 27.344 25.977 43,56 113.155

862.327 820.008 47,45 3.891.199

30. MALUKU 9.089 8.635 24,43 21.091

31. MALUKU UT 11.136 11.100 22,00 24.420

32. PAPUA BARAT 4.568 4.340 17,60 7.638

33. PAPUA 740 705 16,60 1.170

25.533 24.780 21,92 54.319

2.462.617 2.334.062 45,98 10.732.029

4.828.381 4.573.450 48,10 22.000.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 151: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 138 | P a g e

Lampiran 11. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 53.491 51.088 37,82 193.200

2. SUMUT 269.363 257.260 63,64 1.637.194

3. SUMBAR 77.467 73.986 63,51 469.868

4. RIAU 30.657 29.280 31,80 93.118

5. JAMBI 13.072 12.484 42,91 53.568

6. SUMSEL 35.235 33.652 39,98 134.529

7. BENGKULU 38.270 36.551 33,70 123.168

8. LAMPUNG 494.268 472.060 56,95 2.688.556

9. BABEL 1.099 1.049 33,69 3.535

10. KEP RIAU 711 679 27,13 1.844

1.013.633 968.091 55,77 5.398.579

11. DKI JAKARTA 30 29 33,97 98

12. JABAR 187.059 178.654 55,62 993.600

13. JATENG 745.880 712.368 54,23 3.863.499

14. DI JOGJA 80.083 76.485 41,10 314.375

15. JATIM 1.361.228 1.300.068 54,30 7.059.463

16. BANTEN 17.591 16.800 36,49 61.297

2.391.871 2.284.405 53,81 12.292.332

17. BALI 31.277 29.872 34,08 101.799

18. N.T.B. 97.572 93.189 43,31 403.636

19. N.T.T. 353.910 338.009 32,27 1.090.909

482.760 461.069 34,62 1.596.345

20. KALBAR 54.096 51.665 46,45 240.000

21. KALTENG 3.599 3.437 31,42 10.800

22. KALSEL 27.945 26.689 53,88 143.804

23. KALTIM 6.661 6.362 21,91 13.940

92.300 88.153 46,34 408.543

24. SULUT 174.994 167.131 39,41 658.737

25. SULTENG 52.868 50.492 42,67 215.441

26. SULSEL 375.192 358.334 56,17 2.012.640

27. SULTRA 45.019 42.997 38,77 166.684

28. GORONTALO 192.497 183.849 58,09 1.068.000

29. SUL BARAT 27.544 26.306 46,92 123.442

868.114 829.110 51,20 4.244.944

30. MALUKU 9.160 8.748 26,30 23.008

31. MALUKU UT 11.238 10.733 24,82 26.640

32. PAPUA BARAT 4.614 4.407 18,91 8.332

33. PAPUA 748 714 17,87 1.276

25.760 24.602 24,09 59.257

2.482.566 2.371.025 49,38 11.707.668

4.874.437 4.655.430 51,55 24.000.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 152: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 139 | P a g e

Lampiran 12. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 54.985 53.298 39,27 209.300

2. SUMUT 277.202 268.695 66,01 1.773.627

3. SUMBAR 79.549 77.108 66,01 509.023

4. RIAU 31.552 30.584 32,98 100.878

5. JAMBI 13.484 13.071 44,40 58.032

6. SUMSEL 36.108 35.000 41,64 145.739

7. BENGKULU 39.255 38.050 35,07 133.432

8. LAMPUNG 505.380 489.872 59,46 2.912.603

9. BABEL 1.118 1.084 35,32 3.829

10. KEP RIAU 728 706 28,28 1.997

1.039.362 1.007.468 58,05 5.848.460

11. DKI JAKARTA 31 30 35,37 106

12. JABAR 190.481 184.636 58,30 1.076.400

13. JATENG 766.068 742.560 56,37 4.185.458

14. DI JOGJA 81.972 79.457 42,86 340.573

15. JATIM 1.390.765 1.348.087 56,73 7.647.751

16. BANTEN 17.939 17.388 38,19 66.405

2.447.255 2.372.158 56,14 13.316.693

17. BALI 31.616 30.646 35,99 110.283

18. N.T.B. 97.898 94.894 46,08 437.273

19. N.T.T. 354.883 343.993 34,36 1.181.818

484.397 469.533 36,83 1.729.373

20. KALBAR 55.848 54.134 48,03 260.000

21. KALTENG 3.696 3.582 32,66 11.700

22. KALSEL 28.436 27.563 56,52 155.787

23. KALTIM 6.821 6.612 22,84 15.101

94.801 91.892 48,16 442.589

24. SULUT 179.038 173.544 41,12 713.631

25. SULTENG 53.974 52.318 44,61 233.395

26. SULSEL 380.767 369.082 59,08 2.180.360

27. SULTRA 45.348 43.956 41,08 180.575

28. GORONTALO 194.915 188.934 61,24 1.157.000

29. SUL BARAT 28.125 27.262 49,05 133.729

882.167 855.096 53,78 4.598.690

30. MALUKU 9.346 9.059 27,51 24.926

31. MALUKU UT 11.532 11.178 25,82 28.860

32. PAPUA BARAT 4.717 4.572 19,74 9.027

33. PAPUA 771 748 18,49 1.383

26.367 25.557 25,12 64.195

2.527.094 2.449.547 51,78 12.683.307

4.974.349 4.821.704 53,92 26.000.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 153: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 140 | P a g e

Lampiran 13. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 57.140 56.590 41,25 233.450

2. SUMUT 287.114 284.352 69,57 1.978.276

3. SUMBAR 82.861 82.064 69,18 567.757

4. RIAU 32.649 32.335 34,80 112.517

5. JAMBI 13.855 13.721 47,17 64.728

6. SUMSEL 38.098 37.731 43,08 162.556

7. BENGKULU 40.920 40.527 36,72 148.828

8. LAMPUNG 543.119 537.895 60,40 3.248.672

9. BABEL 1.190 1.178 36,25 4.271

10. KEP RIAU 761 754 29,55 2.228

1.097.705 1.087.148 60,00 6.523.282

11. DKI JAKARTA 33 32 36,78 119

12. JABAR 206.591 204.604 58,68 1.200.600

13. JATENG 813.139 805.318 57,97 4.668.395

14. DI JOGJA 89.112 88.255 43,04 379.870

15. JATIM 1.488.676 1.474.358 57,86 8.530.184

16. BANTEN 19.253 19.068 38,84 74.067

2.616.803 2.591.635 57,31 14.853.235

17. BALI 34.769 34.435 35,72 123.007

18. N.T.B. 107.404 106.371 45,85 487.727

19. N.T.T. 397.621 393.797 33,47 1.318.182

539.795 534.604 36,08 1.928.917

20. KALBAR 56.652 56.107 51,69 290.000

21. KALTENG 3.865 3.828 34,09 13.050

22. KALSEL 30.558 30.264 57,42 173.763

23. KALTIM 7.147 7.078 23,80 16.844

98.222 97.277 50,75 493.656

24. SULUT 189.074 187.256 42,51 795.974

25. SULTENG 57.402 56.850 45,79 260.325

26. SULSEL 414.598 410.610 59,23 2.431.940

27. SULTRA 49.772 49.293 40,86 201.410

28. GORONTALO 211.870 209.833 61,50 1.290.500

29. SUL BARAT 29.947 29.659 50,29 149.159

952.663 943.500 54,36 5.129.308

30. MALUKU 9.499 9.408 29,55 27.802

31. MALUKU UT 11.861 11.747 27,40 32.190

32. PAPUA BARAT 4.984 4.936 20,40 10.068

33. PAPUA 833 825 18,70 1.542

27.177 26.916 26,60 71.602

2.715.562 2.689.444 52,60 14.146.766

5.332.365 5.281.079 54,91 29.000.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 154: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 141 | P a g e

Page 155: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 142 | P a g e

Lampiran 14. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 87.000 82.750 14,60 118.340

2. SUMUT 16.000 15.200 13,60 20.530

3. SUMBAR 5.500 5.000 15,00 7.500

4. RIAU 6.500 6.120 13,20 8.080

5. JAMBI 11.000 10.220 13,50 15.340

6. SUMSEL 12.000 11.390 15,00 17.090

7. BENGKULU 5.000 4.750 13,00 6.170

8. LAMPUNG 15.500 14.590 13,60 19.690

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU - - - -

158.500 150.020 14,18 212.740

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 52.800 50.270 15,60 78.420

13. JATENG 139.000 134.030 16,00 211.780

14. DI JOGJA 32.000 30.400 15,00 45.600

15. JATIM 289.000 274.380 15,00 420.100

16. BANTEN 17.500 16.670 15,20 25.000

530.300 505.750 15,44 780.900

17. BALI 10.500 9.890 15,00 14.830

18. N.T.B. 100.500 96.430 14,10 135.000

19. N.T.T. 3.000 2.670 13,00 3.500

114.000 108.990 42,10 153.330

20. KALBAR 2.800 2.500 13,20 3.330

21. KALTENG 15.000 12.710 13,40 15.000

22. KALSEL 4.500 4.330 13,40 5.800

23. KALTIM 5.000 4.700 13,20 6.200

27.300 24.240 12,51 30.330

24. SULUT 7.700 7.300 14,50 10.600

25. SULTENG 6.600 6.200 14,50 9.000

26. SULSEL 45.000 42.300 16,20 63.450

27. SULTRA 8.000 7.500 13,00 9.880

28. GORONTALO 5.000 5.110 14,50 6.900

29. SUL BARAT 8.000 7.600 14,50 11.000

80.300 76.010 14,58 110.830

30. MALUKU 1.700 1.610 13,20 2.130

31. MALUKU UT 1.900 1.720 13,20 2.270

32. PAPUA BARAT 2.000 1.870 13,00 2.470

33. PAPUA 4.000 3.790 13,00 5.000

9.600 8.990 13,20 11.870

389.700 368.250 14,10 519.100

920.000 874.000 14,90 1.300.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 156: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 143 | P a g e

Lampiran 15. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 100.200 96.297 14,75 142.000

2. SUMUT 19.900 19.038 13,74 26.150

3. SUMBAR 8.000 6.700 15,15 10.150

4. RIAU 9.500 8.138 13,33 10.850

5. JAMBI 13.000 14.228 13,64 19.400

6. SUMSEL 14.700 14.191 15,15 21.500

7. BENGKULU 7.500 7.235 13,13 9.500

8. LAMPUNG 21.100 17.924 13,74 24.620

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU - - - -

193.900 183.751 14,38 264.170

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 61.200 60.358 15,76 95.100

13. JATENG 164.700 157.265 16,16 254.140

14. DI JOGJA 37.900 36.119 15,15 54.720

15. JATIM 328.000 322.323 15,15 488.320

16. BANTEN 23.200 20.193 15,35 31.000

615.000 596.258 15,48 923.280

17. BALI 8.500 11.188 15,15 16.950

18. N.T.B. 133.300 113.756 14,24 162.000

19. N.T.T. 4.700 3.229 13,13 4.240

146.500 128.173 42,52 183.190

20. KALBAR 4.200 3.075 13,33 4.100

21. KALTENG 17.000 13.522 13,53 18.300

22. KALSEL 6.600 5.231 13,53 7.080

23. KALTIM 8.700 5.701 13,33 7.600

36.500 27.529 13,47 37.080

24. SULUT 9.200 8.836 14,65 12.940

25. SULTENG 5.900 7.497 14,65 10.980

26. SULSEL 44.200 46.535 16,36 76.140

27. SULTRA 10.400 9.947 13,13 13.060

28. GORONTALO 7.800 5.736 14,65 8.400

29. SUL BARAT 6.400 9.846 14,65 14.420

83.900 88.397 15,38 135.940

30. MALUKU 2.200 2.288 13,33 3.050

31. MALUKU UT 2.000 2.438 13,33 3.250

32. PAPUA BARAT 2.500 2.658 13,13 3.490

33. PAPUA 5.500 4.989 13,13 6.550

12.200 12.372 13,21 16.340

473.000 440.222 14,46 636.720

1.088.000 1.036.000 15,06 1.560.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 157: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 144 | P a g e

Lampiran 16. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 121.900 117.098 14,89 174.400

2. SUMUT 25.900 24.796 13,87 34.400

3. SUMBAR 10.000 8.757 15,30 13.400

4. RIAU 12.000 10.620 13,47 14.300

5. JAMBI 16.000 17.718 13,77 24.400

6. SUMSEL 18.000 17.515 15,30 26.800

7. BENGKULU 11.500 11.009 13,26 14.600

8. LAMPUNG 27.700 23.498 13,87 32.600

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU - - - -

243.000 231.012 14,50 334.900

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 79.700 78.675 15,91 125.200

13. JATENG 197.900 189.013 16,32 308.500

14. DI JOGJA 45.000 42.937 15,30 65.700

15. JATIM 371.000 364.539 15,30 557.800

16. BANTEN 30.000 26.249 15,51 40.700

723.600 701.413 15,65 1.097.900

17. BALI 10.000 13.397 15,30 20.500

18. N.T.B. 158.400 135.156 14,38 194.400

19. N.T.T. 7.000 4.977 13,26 6.600

175.400 153.530 42,95 221.500

20. KALBAR 5.500 4.159 13,47 5.600

21. KALTENG 20.800 16.387 13,67 22.400

22. KALSEL 9.400 7.462 13,67 10.200

23. KALTIM 12.000 7.946 13,47 10.700

47.700 35.954 13,60 48.900

24. SULUT 12.600 12.034 14,79 17.800

25. SULTENG 7.800 9.803 14,79 14.500

26. SULSEL 54.200 57.123 16,53 94.400

27. SULTRA 14.300 13.649 13,26 18.100

28. GORONTALO 9.300 6.896 14,79 10.200

29. SUL BARAT 8.700 13.319 14,79 19.700

106.900 112.823 15,48 174.700

30. MALUKU 3.000 3.119 13,47 4.200

31. MALUKU UT 2.900 3.342 13,47 4.500

32. PAPUA BARAT 3.000 3.620 13,26 4.800

33. PAPUA 6.500 6.485 13,26 8.600

15.400 16.566 13,34 22.100

588.400 549.885 14,59 802.100

1.312.000 1.250.000 15,20 1.900.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 158: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 145 | P a g e

Lampiran 17. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 137.000 131.894 15,04 198.400

2. SUMUT 31.900 30.545 14,01 42.800

3. SUMBAR 12.700 10.612 15,45 16.400

4. RIAU 16.000 13.897 13,60 18.900

5. JAMBI 19.400 21.353 13,91 29.700

6. SUMSEL 23.200 22.388 15,45 34.600

7. BENGKULU 14.800 14.111 13,39 18.900

8. LAMPUNG 33.000 27.976 14,01 39.200

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU - - - -

288.000 272.776 14,62 398.900

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 94.900 93.637 16,07 150.500

13. JATENG 235.200 224.570 16,48 370.200

14. DI JOGJA 53.500 50.988 15,45 78.800

15. JATIM 410.600 409.395 15,45 632.700

16. BANTEN 36.600 31.800 15,66 49.800

830.800 810.390 15,82 1.282.000

17. BALI 12.300 16.047 15,45 24.800

18. N.T.B. 187.400 159.700 14,53 232.000

19. N.T.T. 8.700 5.898 13,39 7.900

208.400 181.645 43,38 264.700

20. KALBAR 8.200 5.956 13,60 8.100

21. KALTENG 25.300 19.846 13,81 27.400

22. KALSEL 12.600 9.996 13,81 13.800

23. KALTIM 16.600 10.809 13,60 14.700

62.700 46.607 13,73 64.000

24. SULUT 15.300 14.592 14,94 21.800

25. SULTENG 9.900 12.517 14,94 18.700

26. SULSEL 63.800 67.222 16,69 112.200

27. SULTRA 18.100 17.247 13,39 23.100

28. GORONTALO 11.300 8.300 14,94 12.400

29. SUL BARAT 11.000 16.868 14,94 25.200

129.400 136.747 15,61 213.400

30. MALUKU 3.500 3.750 13,60 5.100

31. MALUKU UT 3.200 4.118 13,60 5.600

32. PAPUA BARAT 4.000 4.330 13,39 5.800

33. PAPUA 8.000 7.839 13,39 10.500

18.700 20.037 13,47 27.000

707.200 657.812 14,72 968.000

1.538.000 1.465.000 15,36 2.250.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 159: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 146 | P a g e

Lampiran 18. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi Tahun 2014

1. Aceh 163.100 156.719 15,19 238.100

2. Sumut 40.500 38.722 14,15 54.800

3. Sumbar 15.900 13.326 15,61 20.800

4. Riau 20.600 17.618 13,74 24.200

5. Jambi 25.100 27.548 14,05 38.700

6. Sumsel 28.900 27.932 15,61 43.600

7. Bengkulu 18.700 17.815 13,53 24.100

8. Lampung 42.600 36.178 14,15 51.200

9. Babel - - - -

10. Kep. Riau - - - -

355.400 335.858 14,75 495.500

11. DKI Jakarta - - - -

12. Jabar 115.600 113.716 16,23 184.600

13. Banten 279.400 268.053 16,65 446.300

14. Jateng 64.900 61.887 15,61 96.600

15. DI Yogyakarta 462.000 458.580 15,61 715.800

16. Jatim 44.200 38.376 15,82 60.700

966.100 940.612 15,99 1.504.000

17. Bali 16.700 19.091 15,61 29.800

18. NTB 219.100 189.743 14,67 278.400

19. NTT 10.000 7.762 13,53 10.500

245.800 216.596 43,81 318.700

20. Kalbar 10.800 7.863 13,74 10.800

21. Kalteng 30.500 23.953 13,94 33.400

22. Kalsel 17.100 13.482 13,94 18.800

23. Kaltim 18.700 14.269 13,74 19.600

77.100 59.567 13,87 82.600

24. Sulut 19.200 18.292 15,09 27.600

25. Gorontalo 12.600 15.773 15,09 23.800

26. Sulteng 76.900 81.031 16,86 136.600

27. Sulsel 22.600 21.585 13,53 29.200

28. Sulbar 14.600 10.736 15,09 16.200

29. Sultra 16.900 21.075 15,09 31.800

162.800 168.493 15,74 265.200

30. Maluku 4.000 4.878 13,74 6.700

31. Maluku Utara 4.300 5.169 13,74 7.100

32. Papua Barat 5.000 5.470 13,53 7.400

33. Papua 9.500 9.462 13,53 12.800

22.800 24.979 13,61 34.000

863.900 805.492 14,85 1.196.000 1.830.000 1.742.000 15,50 2.700.000

No. PROVINSI LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & NUSA TENGGARA

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 160: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 147 | P a g e

Page 161: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 148 | P a g e

Lampiran 19. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 6.280 5.874 13,65 8.019

2. SUMUT 18.143 17.137 12,75 21.850

3. SUMBAR 8.292 7.897 13,85 10.937

4. RIAU 3.672 3.497 10,39 3.632

5. JAMBI 2.026 1.929 12,80 2.470

6. SUMSEL 5.772 5.497 13,64 7.497

7. BENGKULU 5.360 5.105 13,14 6.708

8. LAMPUNG 10.802 10.288 12,80 13.168

9. BABEL 537 511 10,55 539

10. KEP RIAU 126 120 10,42 125

61.010 57.855 12,95 74.945

11. DKI JAKARTA 21 20 11,50 23

12. JABAR 65.379 62.266 15,85 98.691

13. JATENG 141.003 137.561 13,74 188.964

14. DI JOGJA 69.765 65.457 11,17 73.104

15. JATIM 194.945 184.926 12,29 227.336

16. BANTEN 14.380 13.695 15,32 20.985

485.493 463.925 13,13 609.103

17. BALI 14.607 13.912 13,93 19.382

18. N.T.B. 32.053 30.100 13,50 40.623

19. N.T.T. 24.565 22.586 12,29 27.750

71.225 66.598 13,18 87.755

20. KALBAR 1.995 1.900 11,56 2.197

21. KALTENG 1.794 1.708 12,17 2.079

22. KALSEL 16.754 15.463 11,65 18.020

23. KALTIM 2.723 2.617 11,61 3.038

23.266 21.688 11,68 25.334

24. SULUT 7.443 7.184 13,56 9.740

25. SULTENG 6.082 5.769 17,18 9.911

26. SULSEL 33.447 31.854 12,85 40.932

27. SULTRA 8.730 8.315 9,41 7.822

28. GORONTALO 2.475 2.309 9,09 2.100

29. SUL BARAT 646 615 14,36 883

58.822 56.046 12,74 71.388

30. MALUKU 2.574 2.976 11,94 3.552

31. MALUKU UT 4.857 4.674 10,11 4.726

32. PAPUA BARAT 1.946 1.853 11,30 2.094

33. PAPUA 3.206 2.885 10,76 3.103

12.583 12.388 10,88 13.475

226.906 214.575 12,72 272.897

712.400 678.500 13,00 882.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 162: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 149 | P a g e

Lampiran 20. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 6.531 6.220 13,75 8.553

2. SUMUT 17.997 17.140 12,85 22.025

3. SUMBAR 8.783 8.365 14,00 11.711

4. RIAU 3.885 3.700 10,50 3.885

5. JAMBI 2.145 2.043 13,00 2.656

6. SUMSEL 5.712 5.440 13,85 7.534

7. BENGKULU 8.715 8.300 10,35 8.591

8. LAMPUNG 18.900 18.000 13,50 24.300

9. BABEL 546 520 10,65 554

10. KEP RIAU 184 175 10,50 184

73.398 69.903 12,87 89.992

11. DKI JAKARTA 23 22 11,65 26

12. JABAR 72.450 69.000 15,95 110.055

13. JATENG 144.109 137.275 14,70 201.794

14. DI JOGJA 71.400 68.000 11,50 77.820

15. JATIM 198.450 189.000 12,87 243.243

16. BANTEN 15.225 14.500 15,50 22.475

501.657 477.797 13,72 655.413

17. BALI 14.700 14.000 14,00 19.600

18. N.T.B. 33.600 32.000 14,00 44.800

19. N.T.T. 25.200 24.000 12,75 30.600

73.500 70.000 13,57 95.000

20. KALBAR 2.205 2.100 12,00 2.520

21. KALTENG 1.890 1.800 12,20 2.196

22. KALSEL 16.800 16.000 12,10 19.360

23. KALTIM 2.835 2.700 12,00 3.240

23.730 22.600 12,09 27.316

24. SULUT 7.875 7.500 13,75 10.313

25. SULTENG 6.300 6.000 17,50 10.500

26. SULSEL 40.950 39.000 13,50 52.650

27. SULTRA 8.925 8.500 9,43 8.016

28. GORONTALO 2.520 2.400 12,50 3.000

29. SUL BARAT 1.470 1.400 14,50 2.030

68.040 64.800 13,35 86.508

30. MALUKU 3.675 3.500 12,30 4.305

31. MALUKU UT 5.250 5.000 12,00 6.000

32. PAPUA BARAT 2.000 1.900 11,40 2.166

33. PAPUA 3.150 3.000 11,00 3.300

14.075 13.400 11,77 15.771

252.743 240.703 13,07 314.587

754.400 718.500 13,50 970.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 163: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 150 | P a g e

Lampiran 21. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 7.142 6.802 14,26 9.699

2. SUMUT 19.681 18.743 13,33 24.977

3. SUMBAR 9.605 9.147 14,52 13.281

4. RIAU 4.248 4.046 10,89 4.406

5. JAMBI 2.346 2.234 13,48 3.012

6. SUMSEL 6.246 5.949 14,36 8.544

7. BENGKULU 9.530 9.076 10,73 9.742

8. LAMPUNG 20.668 19.684 14,00 27.557

9. BABEL 597 569 11,04 628

10. KEP RIAU 201 191 10,89 208

80.264 76.441 13,35 102.054

11. DKI JAKARTA 25 24 12,08 29

12. JABAR 79.228 75.453 16,54 124.805

13. JATENG 157.617 150.114 15,24 228.839

14. DI JOGJA 78.079 74.360 11,87 88.250

15. JATIM 217.015 206.677 13,35 275.843

16. BANTEN 16.649 15.856 16,07 25.487

548.613 522.484 14,23 743.253

17. BALI 16.075 15.309 14,52 22.227

18. N.T.B. 36.743 34.993 14,52 50.804

19. N.T.T. 27.557 26.245 13,22 34.701

80.375 76.547 14,07 107.732

20. KALBAR 2.411 2.296 12,45 2.858

21. KALTENG 2.067 1.968 12,65 2.490

22. KALSEL 18.372 17.496 12,55 21.955

23. KALTIM 3.100 2.953 12,44 3.674

25.950 24.713 12,53 30.977

24. SULUT 8.612 8.201 14,26 11.695

25. SULTENG 6.889 6.561 18,15 11.907

26. SULSEL 44.781 42.648 14,00 59.706

27. SULTRA 9.760 9.295 9,78 9.090

28. GORONTALO 2.756 2.624 12,96 3.402

29. SUL BARAT 1.608 1.531 15,02 2.300

74.406 70.860 13,84 98.100

30. MALUKU 4.019 3.827 12,76 4.882

31. MALUKU UT 5.741 5.468 12,44 6.804

32. PAPUA BARAT 2.187 2.078 11,82 2.456

33. PAPUA 3.445 3.282 11,40 3.742

15.392 14.655 12,20 17.884

276.387 263.216 13,55 356.747

825.000 785.700 14,00 1.100.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 164: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 151 | P a g e

Lampiran 22. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 7.523 7.164 14,77 10.580

2. SUMUT 20.730 19.743 13,80 27.247

3. SUMBAR 10.117 9.635 15,04 14.488

4. RIAU 4.475 4.262 11,28 4.806

5. JAMBI 2.471 2.353 13,97 3.286

6. SUMSEL 6.579 6.266 14,88 9.321

7. BENGKULU 10.039 9.560 11,12 10.627

8. LAMPUNG 21.770 20.733 14,50 30.062

9. BABEL 630 599 11,44 685

10. KEP RIAU 212 202 11,24 227

84.546 80.517 13,83 111.329

11. DKI JAKARTA 27 25 12,80 32

12. JABAR 83.453 79.477 17,13 136.151

13. JATENG 166.023 158.119 15,79 249.642

14. DI JOGJA 82.244 78.325 12,29 96.272

15. JATIM 228.589 217.699 13,82 300.919

16. BANTEN 17.537 16.702 16,65 27.804

577.873 550.347 14,73 810.820

17. BALI 16.932 16.126 15,04 24.247

18. N.T.B. 38.703 36.859 15,04 55.423

19. N.T.T. 29.027 27.644 13,69 37.856

84.662 80.629 14,58 117.526

20. KALBAR 2.540 2.419 12,89 3.118

21. KALTENG 2.177 2.073 13,11 2.717

22. KALSEL 19.351 18.430 13,00 23.951

23. KALTIM 3.266 3.110 12,89 4.008

27.334 26.032 12,98 33.794

24. SULUT 9.071 8.639 14,77 12.758

25. SULTENG 7.257 6.911 18,80 12.990

26. SULSEL 47.169 44.922 14,50 65.134

27. SULTRA 10.280 9.791 10,13 9.916

28. GORONTALO 2.903 2.764 13,43 3.711

29. SUL BARAT 1.693 1.613 15,57 2.511

78.373 74.640 14,34 107.020

30. MALUKU 4.233 4.031 13,21 5.326

31. MALUKU UT 6.047 5.759 12,89 7.423

32. PAPUA BARAT 2.304 2.189 12,24 2.680

33. PAPUA 3.628 3.456 11,81 4.082

16.212 15.435 12,64 19.511

291.127 277.253 14,04 389.180

869.000 827.600 14,50 1.200.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 165: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 152 | P a g e

Lampiran 23. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Tanah Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 7.878 7.503 15,28 11.462

2. SUMUT 21.708 20.675 14,28 29.518

3. SUMBAR 10.595 10.090 15,56 15.695

4. RIAU 4.686 4.463 11,67 5.207

5. JAMBI 2.588 2.464 13,33 3.286

6. SUMSEL 6.890 6.562 15,39 10.098

7. BENGKULU 10.512 10.012 11,50 11.513

8. LAMPUNG 22.797 21.713 15,00 32.567

9. BABEL 659 627 11,83 742

10. KEP RIAU 222 211 11,66 246

88.535 84.320 14,27 120.334

11. DKI JAKARTA 28 27 12,59 34

12. JABAR 87.390 83.232 17,72 147.496

13. JATENG 173.857 165.590 16,33 270.446

14. DI JOGJA 86.124 82.026 12,71 104.295

15. JATIM 239.374 227.984 14,30 325.996

16. BANTEN 18.365 17.491 17,22 30.121

605.138 576.350 15,24 878.388

17. BALI 17.731 16.888 15,55 26.268

18. N.T.B. 40.529 38.600 15,55 60.041

19. N.T.T. 30.397 28.950 14,17 41.010

88.657 84.438 15,08 127.319

20. KALBAR 2.660 2.533 13,33 3.377

21. KALTENG 2.280 2.171 13,56 2.943

22. KALSEL 20.264 19.300 13,44 25.946

23. KALTIM 3.420 3.257 13,33 4.342

28.624 27.261 13,43 36.608

24. SULUT 9.499 9.047 15,28 13.821

25. SULTENG 7.599 7.238 19,44 14.072

26. SULSEL 49.395 47.044 15,00 70.562

27. SULTRA 10.765 10.253 10,48 10.742

28. GORONTALO 3.040 2.895 13,90 4.023

29. SUL BARAT 1.773 1.689 16,11 2.721

82.071 78.166 14,83 115.941

30. MALUKU 4.433 4.223 13,66 5.770

31. MALUKU UT 6.330 6.031 13,33 8.041

32. PAPUA BARAT 2.412 2.292 12,67 2.903

33. PAPUA 3.800 3.619 12,22 4.423

16.975 16.165 13,08 21.137

304.862 290.350 14,51 421.339

910.000 866.700 15,00 1.299.727

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 166: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 153 | P a g e

Page 167: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 154 | P a g e

Lampiran 24. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 2.964 2.823 11,63 3.284

2. SUMUT 6.117 5.825 11,14 6.489

3. SUMBAR 1.378 1.312 12,18 1.598

4. RIAU 2.085 1.986 11,10 2.205

5. JAMBI 617 588 11,12 654

6. SUMSEL 3.125 2.976 14,10 4.197

7. BENGKULU 1.802 1.716 10,00 1.716

8. LAMPUNG 5.597 5.331 9,32 4.971

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU 2 2 10,00 2

23.687 22.559 11,13 25.116

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 13.538 12.892 11,17 14.403

13. JATENG 100.487 95.692 11,41 109.148

14. DI JOGJA 1.004 956 6,62 633

15. JATIM 78.597 74.847 11,79 88.218

16. BANTEN 2.688 2.560 9,31 2.383

196.314 186.947 11,49 214.785

17. BALI 1.249 1.139 10,22 1.164

18. N.T.B. 51.575 48.064 9,73 46.771

19. N.T.T. 29.108 28.719 8,50 24.423

81.932 77.922 9,29 72.358

20. KALBAR 1.515 1.442 7,28 1.050

21. KALTENG 400 381 8,56 326

22. KALSEL 1.592 1.516 10,76 1.631

23. KALTIM 1.120 1.067 11,03 1.177

4.627 4.406 9,50 4.184

24. SULUT 1.889 1.799 14,12 2.541

25. SULTENG 1.607 1.530 8,21 1.256

26. SULSEL 26.694 25.519 12,86 32.807

27. SULTRA 2.380 2.266 8,39 1.901

28. GORONTALO 502 478 12,45 595

29. SUL BARAT 963 917 13,72 1.258

34.035 32.509 12,41 40.358

30. MALUKU 662 631 10,98 693

31. MALUKU UT 419 399 11,30 451

32. PAPUA BARAT 822 783 10,60 830

33. PAPUA 1.202 1.144 10,71 1.225

3.105 2.957 10,82 3.199

147.386 140.353 10,35 145.215

343.700 327.300 11,00 360.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 168: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 155 | P a g e

Lampiran 25. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 2.875 2.732 12,35 3.374

2. SUMUT 5.933 5.637 11,83 6.670

3. SUMBAR 1.337 1.270 12,95 1.645

4. RIAU 2.023 1.922 11,81 2.270

5. JAMBI 599 569 11,78 670

6. SUMSEL 3.031 2.879 14,94 4.300

7. BENGKULU 1.748 1.661 10,60 1.760

8. LAMPUNG 5.428 5.157 9,89 5.100

9. BABEL - - -

10. KEP RIAU 1 1 10,00 1

22.974 21.828 11,82 25.790

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 13.129 12.474 11,86 14.800

13. JATENG 96.829 92.019 11,85 110.880

14. DI JOGJA 1.110 1.054 6,75 750

15. JATIM 75.663 71.890 12,31 88.500

16. BANTEN 2.607 2.477 9,89 2.450

189.337 179.915 12,08 217.380

17. BALI 1.212 1.151 10,42 1.200

18. N.T.B. 49.123 46.674 11,10 51.000

19. N.T.T. 29.256 27.798 9,03 25.100

79.591 75.623 10,22 77.300

20. KALBAR 2.018 1.917 7,50 1.500

21. KALTENG 388 369 9,21 340

22. KALSEL 1.544 1.467 11,46 1.680

23. KALTIM 1.087 1.032 11,72 1.210

5.036 4.785 9,89 4.730

24. SULUT 1.832 1.741 14,99 2.610

25. SULTENG 1.559 1.481 8,78 1.300

26. SULSEL 26.230 24.922 13,15 33.750

27. SULTRA 2.308 2.193 8,15 1.950

28. GORONTALO 487 463 13,18 610

29. SUL BARAT 934 888 14,65 1.300

33.350 31.687 13,10 41.520

30. MALUKU 643 612 11,60 710

31. MALUKU UT 407 386 11,91 460

32. PAPUA BARAT 797 757 11,22 850

33. PAPUA 1.165 1.107 11,38 1.260

3.011 2.863 11,46 3.280

143.963 136.786 11,16 152.620

333.300 316.700 11,68 370.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 169: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 156 | P a g e

Lampiran 26. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 2.955 2.808 12,67 3.556

2. SUMUT 6.099 5.794 12,13 7.031

3. SUMBAR 1.374 1.305 13,28 1.734

4. RIAU 2.079 1.975 12,11 2.393

5. JAMBI 616 585 12,08 706

6. SUMSEL 3.115 2.959 15,32 4.532

7. BENGKULU 1.797 1.707 10,87 1.855

8. LAMPUNG 5.579 5.300 10,14 5.376

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU 1 1 10,26 1

23.615 22.435 12,12 27.184

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 13.495 12.821 12,17 15.600

13. JATENG 99.531 94.576 12,36 116.874

14. DI JOGJA 1.141 1.084 7,29 791

15. JATIM 77.774 73.888 12,63 93.284

16. BANTEN 2.680 2.546 10,14 2.582

194.620 184.914 12,39 229.130

17. BALI 1.245 1.183 10,69 1.265

18. N.T.B. 50.494 47.971 11,21 53.757

19. N.T.T. 30.073 28.570 9,26 26.457

81.812 77.724 10,48 81.478

20. KALBAR 2.074 1.970 8,02 1.581

21. KALTENG 399 379 9,45 358

22. KALSEL 1.587 1.507 11,75 1.771

23. KALTIM 1.117 1.061 12,02 1.275

5.177 4.918 10,14 4.986

24. SULUT 1.883 1.789 15,38 2.751

25. SULTENG 1.602 1.522 9,00 1.370

26. SULSEL 26.962 25.614 13,89 35.574

27. SULTRA 2.373 2.254 9,12 2.055

28. GORONTALO 501 476 13,51 643

29. SUL BARAT 960 912 15,02 1.370

34.281 32.568 13,44 43.764

30. MALUKU 661 629 11,90 748

31. MALUKU UT 418 397 12,21 485

32. PAPUA BARAT 819 778 11,51 896

33. PAPUA 1.198 1.138 11,67 1.328

3.095 2.942 11,75 3.457

147.980 140.586 11,44 160.870

342.600 325.500 11,98 390.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 170: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 157 | P a g e

Lampiran 27. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 3.027 2.880 12,98 3.739

2. SUMUT 6.246 5.941 12,44 7.391

3. SUMBAR 1.407 1.339 13,62 1.823

4. RIAU 2.130 2.026 12,42 2.515

5. JAMBI 631 600 12,38 742

6. SUMSEL 3.191 3.034 15,70 4.765

7. BENGKULU 1.841 1.751 11,14 1.950

8. LAMPUNG 5.714 5.435 10,40 5.651

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU 1 1 10,51 1

24.187 23.007 12,42 28.578

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 13.822 13.148 12,47 16.400

13. JATENG 101.942 96.988 12,67 122.867

14. DI JOGJA 1.168 1.111 7,48 831

15. JATIM 79.658 75.772 12,94 98.068

16. BANTEN 2.744 2.611 10,40 2.715

199.335 189.629 12,70 240.881

17. BALI 1.276 1.213 10,96 1.330

18. N.T.B. 51.717 49.194 11,49 56.514

19. N.T.T. 30.801 29.298 9,49 27.814

83.794 79.706 10,75 85.657

20. KALBAR 2.124 2.021 8,23 1.662

21. KALTENG 409 389 9,69 377

22. KALSEL 1.625 1.546 12,04 1.862

23. KALTIM 1.144 1.088 12,32 1.341

5.302 5.043 10,39 5.241

24. SULUT 1.929 1.835 15,76 2.892

25. SULTENG 1.641 1.561 9,23 1.441

26. SULSEL 27.615 26.268 14,24 37.399

27. SULTRA 2.430 2.312 9,35 2.161

28. GORONTALO 513 488 13,85 676

29. SUL BARAT 984 936 15,40 1.441

35.111 33.398 13,78 46.009

30. MALUKU 677 645 12,20 787

31. MALUKU UT 428 407 12,52 510

32. PAPUA BARAT 839 798 11,80 942

33. PAPUA 1.227 1.167 11,97 1.396

3.170 3.017 12,05 3.635

151.565 144.171 11,73 169.119

350.900 333.800 12,28 410.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 171: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 158 | P a g e

Lampiran 28. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kacang Hijau Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 3.103 2.949 13,30 3.922

2. SUMUT 6.403 6.084 12,74 7.750

3. SUMBAR 1.443 1.371 13,93 1.909

4. RIAU 2.183 2.074 12,70 2.635

5. JAMBI 647 614 12,72 781

6. SUMSEL 3.271 3.107 16,13 5.012

7. BENGKULU 1.887 1.793 11,44 2.050

8. LAMPUNG 5.857 5.566 10,67 5.937

9. BABEL - - - -

10. KEP RIAU 1 1 9,27 1

24.794 23.558 12,73 29.997

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 14.169 13.463 12,78 17.204

13. JATENG 104.499 99.312 12,98 128.860

14. DI JOGJA 1.198 1.138 7,58 863

15. JATIM 81.656 77.588 13,26 102.851

16. BANTEN 2.813 2.673 10,65 2.846

204.334 194.174 13,01 252.624

17. BALI 1.308 1.242 11,19 1.390

18. N.T.B. 53.014 50.373 11,77 59.270

19. N.T.T. 31.574 30.001 9,72 29.173

85.895 81.616 11,01 89.833

20. KALBAR 2.177 2.069 8,42 1.743

21. KALTENG 419 398 9,77 389

22. KALSEL 1.666 1.583 12,31 1.948

23. KALTIM 1.173 1.114 12,62 1.406

5.435 5.164 10,62 5.486

24. SULUT 1.977 1.879 16,16 3.036

25. SULTENG 1.682 1.598 9,38 1.500

26. SULSEL 28.307 26.897 14,58 39.226

27. SULTRA 2.491 2.367 9,57 2.266

28. GORONTALO 526 500 14,21 710

29. SUL BARAT 1.008 958 15,69 1.503

35.992 34.199 14,11 48.241

30. MALUKU 694 661 12,52 827

31. MALUKU UT 439 417 12,93 539

32. PAPUA BARAT 860 817 12,11 990

33. PAPUA 1.257 1.195 12,24 1.463

3.250 3.090 12,36 3.819

155.366 147.626 12,02 177.376

359.700 341.800 12,58 430.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 172: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 159 | P a g e

Page 173: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 160 | P a g e

Lampiran 29. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 3.885 3.700 124,00 45.880

2. SUMUT 43.265 41.205 195,00 803.500

3. SUMBAR 5.775 5.500 195,00 107.250

4. RIAU 6.300 6.000 110,00 66.000

5. JAMBI 2.940 2.800 136,00 38.080

6. SUMSEL 13.913 13.250 151,00 200.080

7. BENGKULU 7.350 7.000 151,00 81.900

8. LAMPUNG 332.850 317.000 239,56 7.594.000

9. BABEL 1.890 1.800 141,00 25.380

10. KEP RIAU 1.260 1.200 106,00 12.720

419.428 399.455 224,68 8.974.790

11. DKI JAKARTA 53 50 117,00 580

12. JABAR 117.600 112.000 185,55 2.078.200

13. JATENG 201.600 192.000 174,69 3.354.000

14. DI JOGJA 67.200 64.000 150,00 960.000

15. JATIM 239.400 228.000 159,74 3.642.000

16. BANTEN 12.600 12.000 140,00 168.000

638.453 608.050 167,80 10.202.780

17. BALI 12.390 11.800 146,00 172.280

18. N.T.B. 8.925 8.500 120,00 102.000

19. N.T.T. 89.250 85.000 106,00 901.000

110.565 105.300 111,61 1.175.280

20. KALBAR 17.115 16.300 144,00 234.720

21. KALTENG 9.135 8.700 117,00 101.790

22. KALSEL 9.030 8.600 146,00 125.560

23. KALTIM 8.400 8.000 154,00 123.200

43.680 41.600 140,69 585.270

24. SULUT 6.510 6.200 130,00 80.600

25. SULTENG 4.725 4.500 161,00 72.450

26. SULSEL 31.710 30.200 169,00 510.380

27. SULTRA 14.070 13.400 165,00 221.100

28. GORONTALO 1.575 1.500 120,00 18.000

29. SUL BARAT 4.410 4.200 140,00 58.800

63.000 60.000 160,22 961.330

30. MALUKU 11.550 11.000 128,00 140.800

31. MALUKU UT 11.550 11.000 121,00 133.100

32. PAPUA BARAT 2.625 2.500 113,00 28.250

33. PAPUA 4.200 4.000 116,00 46.400

29.925 28.500 122,30 348.550

666.598 634.855 189,73 12.045.220

1.305.050 1.242.905 179,00 22.248.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 174: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 161 | P a g e

Lampiran 30. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 3.954 3.765 128,15 48.256

2. SUMUT 44.029 41.934 201,53 845.105

3. SUMBAR 5.877 5.597 201,53 112.803

4. RIAU 6.411 6.106 113,68 69.417

5. JAMBI 2.992 2.850 140,55 40.052

6. SUMSEL 14.158 13.484 156,06 210.440

7. BENGKULU 7.480 7.124 120,92 86.141

8. LAMPUNG 338.729 322.610 247,58 7.987.217

9. BABEL 1.923 1.832 145,72 26.694

10. KEP RIAU 1.282 1.221 109,55 13.379

426.836 406.524 9.439.504

11. DKI JAKARTA 53 51 119,88 610

12. JABAR 119.677 113.982 191,77 2.185.809

13. JATENG 205.161 195.398 180,54 3.527.670

14. DI JOGJA 68.387 65.133 155,02 1.009.709

15. JATIM 243.628 232.035 165,09 3.830.583

16. BANTEN 12.823 12.212 144,69 176.699

649.729 618.810 10.731.079

17. BALI 12.609 12.009 150,89 181.201

18. N.T.B. 9.083 8.650 124,02 107.282

19. N.T.T. 90.826 86.504 109,55 947.654

112.518 107.163 1.236.136

20. KALBAR 17.417 16.588 148,82 246.874

21. KALTENG 9.296 8.854 120,92 107.061

22. KALSEL 9.189 8.752 150,89 132.061

23. KALTIM 8.548 8.142 159,16 129.579

44.451 42.336 615.575

24. SULUT 6.625 6.310 134,35 84.773

25. SULTENG 4.808 4.580 166,39 76.201

26. SULSEL 32.270 30.734 174,66 536.807

27. SULTRA 14.319 13.637 170,53 232.549

28. GORONTALO 1.603 1.527 124,02 18.932

29. SUL BARAT 4.488 4.274 144,69 61.845

64.113 61.062 1.011.108

30. MALUKU 11.754 11.195 132,29 148.091

31. MALUKU UT 11.754 11.195 125,05 139.992

32. PAPUA BARAT 2.671 2.544 116,78 29.713

33. PAPUA 4.274 4.071 119,88 48.803

30.454 29.004 126,39 366.598

678.371 646.090 196,09 12.668.921

1.328.100 1.264.900 184,99 23.400.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 175: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 162 | P a g e

Lampiran 31. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 4.113 3.917 131,62 51.555

2. SUMUT 45.803 43.622 206,98 902.890

3. SUMBAR 6.114 5.823 206,98 120.516

4. RIAU 6.670 6.352 116,76 74.164

5. JAMBI 3.112 2.964 144,36 42.790

6. SUMSEL 14.729 14.027 160,28 224.829

7. BENGKULU 7.781 7.411 124,19 92.031

8. LAMPUNG 352.374 335.592 254,28 8.533.351

9. BABEL 2.001 1.906 149,66 28.519

10. KEP RIAU 1.334 1.270 112,51 14.293

444.030 422.883 10.084.940

11. DKI JAKARTA 56 53 123,13 652

12. JABAR 124.498 118.569 196,95 2.335.266

13. JATENG 213.425 203.261 185,42 3.768.878

14. DI JOGJA 71.142 67.754 159,22 1.078.749

15. JATIM 253.442 241.372 169,55 4.092.503

16. BANTEN 13.339 12.704 148,60 188.781

675.902 643.711 11.464.828

17. BALI 13.117 12.492 154,97 193.590

18. N.T.B. 9.449 8.999 127,37 114.617

19. N.T.T. 94.485 89.985 112,51 1.012.451

117.050 111.476 1.320.658

20. KALBAR 18.119 17.256 152,85 263.754

21. KALTENG 9.671 9.210 124,19 114.381

22. KALSEL 9.560 9.104 154,97 141.091

23. KALTIM 8.893 8.469 163,46 138.439

46.242 44.040 657.666

24. SULUT 6.892 6.564 137,99 90.570

25. SULTENG 5.002 4.764 170,89 81.412

26. SULSEL 33.570 31.971 179,38 573.512

27. SULTRA 14.895 14.186 175,14 248.449

28. GORONTALO 1.667 1.588 127,37 20.227

29. SUL BARAT 4.669 4.446 148,60 66.073

66.695 63.519 1.080.243

30. MALUKU 12.227 11.645 135,86 158.216

31. MALUKU UT 12.227 11.645 128,43 149.564

32. PAPUA BARAT 2.779 2.647 119,94 31.744

33. PAPUA 4.446 4.235 123,13 52.140

31.680 30.171 129,81 391.664

705.698 672.089 201,39 13.535.172

1.381.600 1.315.800 190,00 25.000.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 176: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 163 | P a g e

Lampiran 32. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 4.216 4.015 135,09 54.236

2. SUMUT 46.950 44.712 212,43 949.840

3. SUMBAR 6.267 5.968 212,43 126.783

4. RIAU 6.837 6.511 119,83 78.020

5. JAMBI 3.190 3.038 148,16 45.015

6. SUMSEL 15.097 14.378 164,50 236.520

7. BENGKULU 7.976 7.596 127,46 96.816

8. LAMPUNG 361.198 343.983 260,97 8.977.086

9. BABEL 2.051 1.953 153,61 30.002

10. KEP RIAU 1.367 1.302 115,48 15.037

455.150 433.456 244,76 10.609.357

11. DKI JAKARTA 57 54 126,37 686

12. JABAR 127.616 121.533 202,14 2.456.700

13. JATENG 218.770 208.343 190,30 3.964.860

14. DI JOGJA 72.923 69.448 163,41 1.134.844

15. JATIM 259.789 247.407 174,02 4.305.313

16. BANTEN 13.673 13.021 152,52 198.598

692.829 659.807 182,80 12.060.999

17. BALI 13.445 12.804 159,05 203.657

18. N.T.B. 9.685 9.224 130,73 120.577

19. N.T.T. 96.851 92.235 115,48 1.065.098

119.982 114.263 121,59 1.389.332

20. KALBAR 18.573 17.687 156,87 277.469

21. KALTENG 9.913 9.441 127,46 120.329

22. KALSEL 9.799 9.332 159,05 148.428

23. KALTIM 9.115 8.681 167,77 145.638

47.400 45.141 153,27 691.864

24. SULUT 7.064 6.728 141,62 95.280

25. SULTENG 5.127 4.883 175,39 85.645

26. SULSEL 34.411 32.771 184,11 603.335

27. SULTRA 15.268 14.541 179,75 261.369

28. GORONTALO 1.709 1.628 130,73 21.278

29. SUL BARAT 4.786 4.558 152,52 69.509

68.366 65.107 174,55 1.136.416

30. MALUKU 12.534 11.936 139,44 166.444

31. MALUKU UT 12.534 11.936 131,82 157.341

32. PAPUA BARAT 2.849 2.713 123,10 33.395

33. PAPUA 4.558 4.340 126,37 54.851

32.474 30.926 133,23 412.031

723.371 688.893 206,69 14.239.001

1.416.200 1.348.700 195,00 26.300.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 177: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 164 | P a g e

Lampiran 33. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 4.314 4.108 138,55 56.917

2. SUMUT 48.037 45.750 217,88 996.791

3. SUMBAR 6.412 6.107 217,88 133.050

4. RIAU 6.995 6.662 122,91 81.877

5. JAMBI 3.264 3.109 151,96 47.241

6. SUMSEL 15.447 14.712 168,72 248.211

7. BENGKULU 8.161 7.772 130,73 101.602

8. LAMPUNG 369.564 351.966 267,66 9.420.820

9. BABEL 2.098 1.999 157,54 31.485

10. KEP RIAU 1.399 1.332 118,44 15.780

465.692 443.516 251,03 11.133.774

11. DKI JAKARTA 58 56 129,61 720

12. JABAR 130.572 124.354 207,32 2.578.134

13. JATENG 223.837 213.178 195,18 4.160.841

14. DI JOGJA 74.612 71.059 167,60 1.190.939

15. JATIM 265.806 253.149 178,48 4.518.123

16. BANTEN 13.990 13.324 156,42 208.414

708.875 675.119 187,48 12.657.170

17. BALI 13.757 13.102 163,13 213.724

18. N.T.B. 9.909 9.438 134,08 126.537

19. N.T.T. 99.094 94.376 118,44 1.117.745

122.761 116.915 124,71 1.458.006

20. KALBAR 19.003 18.098 160,89 291.184

21. KALTENG 10.143 9.660 130,73 126.277

22. KALSEL 10.026 9.549 163,13 155.765

23. KALTIM 9.327 8.882 172,07 152.837

48.498 46.189 157,20 726.063

24. SULUT 7.228 6.884 145,25 99.989

25. SULTENG 5.246 4.996 179,89 89.879

26. SULSEL 35.208 33.531 188,83 633.157

27. SULTRA 15.622 14.878 184,36 274.288

28. GORONTALO 1.749 1.665 134,08 22.330

29. SUL BARAT 4.896 4.663 156,42 72.945

69.949 66.618 179,02 1.192.588

30. MALUKU 12.824 12.213 143,02 174.671

31. MALUKU UT 12.824 12.213 135,20 165.119

32. PAPUA BARAT 2.915 2.776 126,26 35.046

33. PAPUA 4.663 4.441 129,61 57.562

33.226 31.644 136,65 432.398

740.125 704.881 211,99 14.942.830

1.449.000 1.380.000 200,00 27.600.000

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 178: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 165 | P a g e

Page 179: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 166 | P a g e

Lampiran 34. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2010

1. ACEH 3.143 2.985 103,07 30.769

2. SUMUT 16.447 15.623 103,07 161.026

3. SUMBAR 4.116 3.909 115,44 45.128

4. RIAU 1.333 1.266 83,46 10.564

5. JAMBI 2.312 2.196 89,68 19.692

6. SUMSEL 2.314 2.198 69,06 15.179

7. BENGKULU 4.320 4.104 99,97 41.026

8. LAMPUNG 4.295 4.080 103,07 42.051

9. BABEL 616 585 87,61 5.128

10. KEP RIAU 308 293 87,61 2.564

39.204 37.239 100,20 373.128

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 31.923 30.324 130,90 396.923

13. JATENG 11.938 11.340 132,96 150.769

14. DI JOGJA 476 452 113,37 5.128

15. JATIM 15.476 14.701 113,37 166.667

16. BANTEN 2.920 2.774 116,47 32.308

62.733 59.590 126,16 751.795

17. BALI 5.820 5.528 120,59 66.667

18. N.T.B. 1.516 1.440 117,50 16.923

19. N.T.T. 18.071 17.166 89,62 153.846

25.407 24.134 98,38 237.436

20. KALBAR 813 772 86,33 6.667

21. KALTENG 1.464 1.391 85,55 11.897

22. KALSEL 1.384 1.315 105,31 13.846

23. KALTIM 2.360 2.241 98,38 22.051

6.021 5.719 95,23 54.462

24. SULUT 3.240 3.077 99,99 30.769

25. SULTENG 2.160 2.052 99,99 20.513

26. SULSEL 7.619 7.237 113,37 82.051

27. SULTRA 2.120 2.014 85,55 17.231

28. GORONTALO 563 535 95,85 5.128

29. SUL BARAT 551 524 97,91 5.128

16.253 15.439 104,17 160.821

30. MALUKU 1.437 1.365 93,93 12.821

31. MALUKU UT 3.134 2.977 93,01 27.692

32. PAPUA BARAT 2.881 2.737 98,20 26.872

33. PAPUA 34.529 32.799 108,23 354.974

41.981 39.878 105,91 422.359

128.867 122.410 101,97 1.248.205

191.600 182.000 109,89 2.000.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 180: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 167 | P a g e

Lampiran 35. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2011

1. ACEH 3.264 3.102 106,64 33.077

2. SUMUT 17.083 16.233 106,64 173.103

3. SUMBAR 4.275 4.062 119,43 48.513

4. RIAU 1.384 1.315 86,35 11.356

5. JAMBI 2.401 2.282 92,78 21.169

6. SUMSEL 2.403 2.284 71,46 16.318

7. BENGKULU 4.487 4.264 103,43 44.103

8. LAMPUNG 4.461 4.239 106,64 45.205

9. BABEL 640 608 90,64 5.513

10. KEP RIAU 320 304 90,64 2.756

40.718 38.692 103,67 401.113

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 33.156 31.507 135,43 426.692

13. JATENG 12.399 11.782 137,56 162.077

14. DI JOGJA 495 470 117,30 5.513

15. JATIM 16.074 15.274 117,30 179.167

16. BANTEN 3.033 2.882 120,50 34.731

65.156 61.915 130,53 808.179

17. BALI 6.045 5.744 124,77 71.667

18. N.T.B. 1.575 1.496 121,57 18.192

19. N.T.T. 18.769 17.835 92,73 165.385

26.389 25.076 101,79 255.244

20. KALBAR 844 802 89,32 7.167

21. KALTENG 1.521 1.445 88,51 12.790

22. KALSEL 1.438 1.366 108,96 14.885

23. KALTIM 2.451 2.329 101,79 23.705

6.253 5.942 98,52 58.546

24. SULUT 3.365 3.197 103,45 33.077

25. SULTENG 2.243 2.132 103,45 22.051

26. SULSEL 7.913 7.520 117,30 88.205

27. SULTRA 2.202 2.093 88,51 18.523

28. GORONTALO 585 556 99,17 5.513

29. SUL BARAT 573 544 101,31 5.513

16.881 16.041 107,77 172.882

30. MALUKU 1.492 1.418 97,18 13.782

31. MALUKU UT 3.255 3.093 96,23 29.769

32. PAPUA BARAT 2.992 2.843 101,60 28.887

33. PAPUA 35.863 34.079 111,98 381.597

43.603 41.433 109,58 454.036

133.844 127.185 105,50 1.341.821

199.000 189.100 113,70 2.150.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 181: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 168 | P a g e

Lampiran 36. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2012

1. ACEH 3.395 3.226 109,67 35.385

2. SUMUT 17.769 16.885 109,67 185.179

3. SUMBAR 4.446 4.225 122,83 51.897

4. RIAU 1.440 1.368 88,80 12.149

5. JAMBI 2.498 2.373 95,42 22.646

6. SUMSEL 2.500 2.375 73,49 17.456

7. BENGKULU 4.668 4.435 106,37 47.179

8. LAMPUNG 4.640 4.410 109,67 48.359

9. BABEL 666 633 93,22 5.897

10. KEP RIAU 333 316 93,22 2.949

42.355 40.247 106,62 429.097

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 34.489 32.773 139,28 456.462

13. JATENG 12.897 12.256 141,47 173.385

14. DI JOGJA 514 489 120,64 5.897

15. JATIM 16.720 15.888 120,64 191.667

16. BANTEN 3.155 2.998 123,93 37.154

67.776 64.403 134,24 864.564

17. BALI 6.288 5.975 128,31 76.667

18. N.T.B. 1.638 1.557 125,02 19.462

19. N.T.T. 19.524 18.552 95,37 176.923

27.450 26.084 104,68 273.051

20. KALBAR 878 835 91,86 7.667

21. KALTENG 1.582 1.503 91,03 13.682

22. KALSEL 1.495 1.421 112,05 15.923

23. KALTIM 2.549 2.422 104,68 25.359

6.505 6.181 101,33 62.631

24. SULUT 3.500 3.326 106,39 35.385

25. SULTENG 2.333 2.217 106,39 23.590

26. SULSEL 8.231 7.822 120,64 94.359

27. SULTRA 2.291 2.177 91,03 19.815

28. GORONTALO 608 578 101,99 5.897

29. SUL BARAT 596 566 104,19 5.897

17.560 16.686 110,84 184.944

30. MALUKU 1.552 1.475 99,95 14.744

31. MALUKU UT 3.386 3.218 98,97 31.846

32. PAPUA BARAT 3.112 2.958 104,49 30.903

33. PAPUA 37.304 35.448 115,16 408.221

45.355 43.099 112,70 485.713

139.224 132.297 108,50 1.435.436

207.000 196.700 116,93 2.300.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 182: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 169 | P a g e

Lampiran 37. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2013

1. ACEH 3.533 3.363 112,09 37.692

2. SUMUT 18.490 17.598 112,09 197.256

3. SUMBAR 4.627 4.403 125,54 55.282

4. RIAU 1.498 1.426 90,77 12.941

5. JAMBI 2.599 2.473 97,53 24.123

6. SUMSEL 2.601 2.476 75,11 18.595

7. BENGKULU 4.857 4.622 108,72 50.256

8. LAMPUNG 4.829 4.596 112,09 51.513

9. BABEL 693 659 95,28 6.282

10. KEP RIAU 346 330 95,28 3.141

44.074 41.946 108,97 457.082

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 35.888 34.156 142,36 486.231

13. JATENG 13.421 12.773 144,60 184.692

14. DI JOGJA 535 509 123,30 6.282

15. JATIM 17.398 16.558 123,30 204.167

16. BANTEN 3.283 3.125 126,66 39.577

70.526 67.121 137,21 920.949

17. BALI 6.543 6.227 131,15 81.667

18. N.T.B. 1.705 1.622 127,79 20.731

19. N.T.T. 20.316 19.335 97,47 188.462

28.564 27.184 106,99 290.859

20. KALBAR 914 870 93,88 8.167

21. KALTENG 1.646 1.567 93,04 14.574

22. KALSEL 1.556 1.481 114,53 16.962

23. KALTIM 2.653 2.525 107,00 27.013

6.769 6.442 103,56 66.715

24. SULUT 3.642 3.466 108,74 37.692

25. SULTENG 2.428 2.311 108,74 25.128

26. SULSEL 8.565 8.152 123,30 100.513

27. SULTRA 2.384 2.269 93,04 21.108

28. GORONTALO 633 603 104,25 6.282

29. SUL BARAT 620 590 106,49 6.282

18.272 17.390 113,29 197.005

30. MALUKU 1.615 1.537 102,15 15.705

31. MALUKU UT 3.524 3.354 101,16 33.923

32. PAPUA BARAT 3.239 3.082 106,79 32.918

33. PAPUA 38.818 36.944 117,70 434.844

47.196 44.917 115,19 517.390

144.874 137.879 110,90 1.529.051

215.400 205.000 119,51 2.450.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 183: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 170 | P a g e

Lampiran 38. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi Tahun 2014

1. ACEH 3.673 3.494 114,49 40.000

2. SUMUT 19.220 18.284 114,49 209.333

3. SUMBAR 4.809 4.575 128,23 58.667

4. RIAU 1.557 1.481 92,71 13.733

5. JAMBI 2.701 2.570 99,61 25.600

6. SUMSEL 2.704 2.572 76,72 19.733

7. BENGKULU 5.049 4.803 111,04 53.333

8. LAMPUNG 5.019 4.775 114,49 54.667

9. BABEL 720 685 97,31 6.667

10. KEP RIAU 360 343 97,31 3.333

45.813 43.582 111,30 485.067

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 37.305 35.489 145,40 516.000

13. JATENG 13.950 13.271 147,69 196.000

14. DI JOGJA 556 529 125,94 6.667

15. JATIM 18.085 17.205 125,94 216.667

16. BANTEN 3.413 3.246 129,37 42.000

73.309 69.740 140,14 977.333

17. BALI 6.801 6.470 133,95 86.667

18. N.T.B. 1.772 1.686 130,52 22.000

19. N.T.T. 21.118 20.090 99,55 200.000

29.691 28.245 109,28 308.667

20. KALBAR 950 904 95,89 8.667

21. KALTENG 1.711 1.628 95,02 15.467

22. KALSEL 1.618 1.539 116,98 18.000

23. KALTIM 2.757 2.623 109,28 28.667

7.036 6.693 105,78 70.800

24. SULUT 3.786 3.601 111,07 40.000

25. SULTENG 2.524 2.401 111,07 26.667

26. SULSEL 8.903 8.470 125,94 106.667

27. SULTRA 2.478 2.357 95,02 22.400

28. GORONTALO 658 626 106,47 6.667

29. SUL BARAT 644 613 108,76 6.667

18.993 18.069 115,71 209.067

30. MALUKU 1.679 1.597 104,34 16.667

31. MALUKU UT 3.663 3.484 103,32 36.000

32. PAPUA BARAT 3.367 3.203 109,08 34.933

33. PAPUA 40.350 38.386 120,22 461.467

49.058 46.670 117,65 549.067

150.591 143.260 113,27 1.622.667

223.900 213.000 122,07 2.600.000

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 184: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 171 | P a g e

Page 185: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 172 | P a g e

Lampiran 39. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi tahun 2011 (revisi)

1. Aceh 352.408 350.795 42,31 1.484.273

2. Sumut 746.623 723.994 46,69 3.380.165

3. Sumbar 476.195 460.776 47,89 2.206.653

4. Riau 157.425 153.217 36,10 553.143

5. Jambi 164.807 160.745 39,71 638.344

6. Sumsel 799.633 771.270 44,15 3.404.973

7. Bengkulu 135.828 131.817 37,25 491.011

8. Lampung 614.738 596.856 46,51 2.775.940

9. Babel 12.329 12.239 24,62 30.135

10. Kep. Riau 628 609 30,92 1.882

3.460.614 3.362.317 44,51 14.966.518

11. DKI Jakarta 2.295 2.219 52,37 11.621

12. Jabar 1.992.173 1.930.483 57,50 11.100.901

13. Banten 1.968.048 1.905.599 54,85 10.451.881

14. Jateng 151.716 148.564 54,20 805.227

15. DI Yogyakarta 2.045.638 1.982.600 57,71 11.441.887

16. Jatim 395.651 383.336 49,92 1.913.670

6.555.521 6.352.800 56,24 35.725.187

17. Bali 154.111 148.988 54,79 816.280

18. NTB 420.826 409.032 47,88 1.958.444

19. NTT 186.873 183.677 29,39 539.760

761.811 741.698 44,69 3.314.484

20. Kalbar 437.536 426.460 30,54 1.302.599

21. Kalteng 214.618 210.296 29,01 610.065

22. Kalsel 495.151 480.956 38,37 1.845.288

23. Kaltim 159.898 157.029 37,80 593.645

1.307.203 1.274.741 34,14 4.351.596

24. Sulut 127.706 124.053 46,77 580.193

25. Gorontalo 214.333 207.484 45,29 939.634

26. Sulteng 949.527 913.034 48,67 4.444.029

27. Sulsel 113.453 109.978 40,64 446.991

28. Sulbar 59.228 57.247 53,93 308.718

29. Sultra 84.627 81.993 45,84 375.885

1.548.875 1.493.789 47,50 7.095.450

30. Maluku 19.070 18.511 43,33 80.208

31. Maluku Utara 17.174 16.768 33,03 55.382

32. Papua 10.190 9.870 34,75 34.300

33. Papua Barat 34.468 30.506 38,62 117.823

80.902 75.655 38,03 287.713

7.159.405 6.948.200 43,20 30.015.761

13.714.925 13.301.000 49,43 65.740.948

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

LUAR JAWA

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

INDONESIA

No. PROVINSI

SUMATERA

JAWA

BALI & NT

KALIMANTAN

LUAS TANAM

(Ha)

Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 186: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 173 | P a g e

Lampiran 40. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi tahun 2012 (revisi)

1. Aceh 404.398 390.406 46,85 1.829.158

2. Sumut 804.607 776.768 47,91 3.721.366

3. Sumbar 490.470 473.500 49,67 2.351.692

4. Riau 154.289 148.950 37,11 552.782

5. Jambi 167.248 161.461 41,32 667.137

6. Sumsel 833.705 804.859 43,35 3.488.940

7. Bengkulu 131.534 126.983 39,26 498.577

8. Lampung 644.780 622.471 48,74 3.034.007

9. Babel 5.615 5.421 28,90 15.667

10. Kep. Riau 411 397 31,79 1.262

3.637.057 3.511.216 46,03 16.160.588

11. DKI Jakarta 1.830 1.767 55,56 9.818

12. Jabar 2.086.820 2.014.616 59,58 12.002.586

13. Banten 421.751 407.158 49,40 2.011.513

14. Jateng 1.831.647 1.768.272 54,80 9.689.650

15. DI Yogyakarta 160.222 154.678 56,22 869.652

16. Jatim 2.046.813 1.975.993 55,22 10.911.780

6.549.083 6.322.484 56,14 35.494.999

17. Bali 162.089 156.481 56,59 885.521

18. NTB 444.102 428.736 49,74 2.132.658

19. NTT 207.360 200.185 30,48 610.119

813.551 785.402 46,20 3.628.298

20. Kalbar 474.420 456.074 31,09 1.417.763

21. Kalteng 227.726 219.847 28,69 630.687

22. Kalsel 519.601 501.623 41,92 2.102.916

23. Kaltim 149.085 143.926 39,67 571.002

1.370.832 1.321.470 35,74 4.722.368

24. Sulut 129.714 125.226 49,12 615.121

25. Gorontalo 56.101 54.159 52,18 282.603

26. Sulteng 234.903 226.775 47,24 1.071.374

27. Sulsel 944.621 911.937 51,04 4.654.329

28. Sulbar 81.103 78.296 48,19 377.274

29. Sultra 126.323 121.952 41,59 507.148

1.572.765 1.518.345 49,45 7.507.849

30. Maluku 22.549 21.769 41,45 90.240

31. Maluku Utara 17.828 17.212 36,82 63.377

32. Papua 33.141 31.995 39,61 126.740

33. Papua Barat 8.799 8.494 35,59 30.233

82.317 79.470 38,37 310.590

7.476.522 7.215.903 44,80 32.329.693

14.025.605 13.538.387 50,10 67.824.692

LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

INDONESIA

No. PROVINSI

SUMATERA

JAWA

BALI & NT

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

LUAR JAWA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 187: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 174 | P a g e

Lampiran 41. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi tahun 2013 (revisi)

1. Aceh 430.248 415.361 46,79 1.943.481

2. Sumut 820.080 791.705 49,94 3.953.951

3. Sumbar 506.274 488.757 51,12 2.498.673

4. Riau 156.345 150.936 38,91 587.331

5. Jambi 181.479 175.200 40,46 708.833

6. Sumsel 841.922 812.791 45,61 3.706.999

7. Bengkulu 143.462 138.498 38,25 529.738

8. Lampung 669.400 646.239 49,88 3.223.633

9. Babel 12.119 11.700 14,23 16.647

10. Kep. Riau 799 771 17,38 1.341

3.762.128 3.631.959 47,28 17.170.625

11. DKI Jakarta 1.718 1.725 60,47 10.431

12. Jabar 2.112.265 2.039.180 62,54 12.752.747

13. Banten 423.499 408.846 52,27 2.137.232

14. Jateng 1.793.742 1.731.678 59,45 10.295.253

15. DI Yogyakarta 147.892 142.775 64,72 924.005

16. Jatim 2.071.472 1.999.800 57,97 11.593.767

6.550.588 6.324.004 59,64 37.713.435

17. Bali 151.804 146.552 64,20 940.867

18. NTB 448.759 433.232 52,30 2.265.949

19. NTT 214.345 206.929 31,33 648.252

814.908 786.712 49,00 3.855.067

20. Kalbar 504.668 487.206 30,92 1.506.373

21. Kalteng 227.525 219.653 30,51 670.105

22. Kalsel 519.730 501.747 44,53 2.234.348

23. Kaltim 154.081 148.750 40,79 606.689

1.406.004 1.357.356 36,97 5.017.516

24. Sulut 138.161 133.381 49,00 653.566

25. Gorontalo 62.018 59.873 50,15 300.266

26. Sulteng 275.609 266.073 42,78 1.138.335

27. Sulsel 1.016.061 980.906 50,41 4.945.224

28. Sulbar 85.975 83.001 48,30 400.853

29. Sultra 145.225 140.200 38,43 538.845

1.723.049 1.663.434 47,96 7.977.090

30. Maluku 31.811 30.710 31,22 95.880

31. Maluku Utara 18.552 17.910 37,60 67.338

32. Papua 40.065 38.679 34,82 134.661

33. Papua Barat 8.966 8.656 37,11 32.122

99.394 95.955 35,19 330.002

7.805.483 7.535.417 45,59 34.350.300

14.356.071 13.859.420 52,00 72.063.735

LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

INDONESIA

No. PROVINSI

SUMATERA

JAWA

BALI & NT

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

LUAR JAWA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 188: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 175 | P a g e

Lampiran 42. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi Per Provinsi tahun 2014 (revisi)

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)Produksi (Ton)

1. Aceh 416.171 401.771 52,79 2.120.833

2. Sumut 853.724 824.185 51,89 4.276.317

3. Sumbar 520.672 502.657 51,81 2.604.480

4. Riau 169.216 163.361 39,81 650.355

5. Jambi 184.897 178.500 42,17 752.795

6. Sumsel 897.950 866.881 45,98 3.986.098

7. Bengkulu 144.428 139.431 40,34 562.408

8. Lampung 684.792 661.098 50,53 3.340.676

9. Babel 15.274 14.746 29,45 43.426

10. Kep. Riau 447 432 49,42 2.133

11. DKI Jakarta 2.146 2.072 52,78 10.938

12. Jabar 2.225.685 2.148.676 60,85 13.075.553

13. Jateng 2.110.890 2.037.853 54,63 11.133.337

14. DI Yogyakarta 166.130 160.382 58,19 933.308

15. Jatim 2.258.044 2.179.916 60,03 13.086.183

16. Banten 449.775 434.212 52,14 2.264.053

17. Bali 170.301 164.408 55,55 913.248

18. NTB 472.272 455.932 51,16 2.332.381

19. NTT 228.891 220.972 30,53 674.725

20. Kalbar 499.463 482.181 32,37 1.560.716

21. Kalteng 250.255 241.596 28,13 679.568

22. Kalsel 562.196 542.744 39,91 2.166.141

23. Kaltim 179.924 173.698 38,30 665.221

24. Sulut 146.525 141.455 48,20 681.826

25. Sulteng 263.444 254.329 45,33 1.152.956

26. Sulsel 1.045.427 1.009.256 51,76 5.223.417

27. Sultra 139.359 134.537 40,24 541.360

28. Gorontalo 65.785 63.509 56,20 356.931

29. Sulbar 97.158 93.797 46,30 434.310

30. Maluku 21.929 21.170 46,35 98.130

31. Maluku Utara 19.649 18.970 37,73 71.569

32. Papua Barat 11.682 11.278 43,90 49.504

33. Papua 31.947 30.842 39,82 122.823

15.306.448 14.776.845 51,82 76.567.719INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 189: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 176 | P a g e

Lampiran 43. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2012 (revisi)

No. ProvinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

1 ACEH 48.002 46.322 36,78 170.369

2 SUMATERA UTARA 253.134 244.275 52,67 1.286.662

3 SUMATERA BARAT 72.241 69.712 65,39 455.817

4 RIAU 27.125 26.176 27,96 73.180

5 JAMBI 10.834 10.455 43,20 45.170

6 SUMATERA SELATAN 31.569 30.464 39,53 120.427

7 BENGKULU 29.669 28.630 38,90 111.368

8 LAMPUNG 403.959 389.821 46,37 1.807.558

9 BABEL 608 586 40,92 2.399

10 KEPRI 500 483 23,53 1.136

11 DKI JAKARTA 19 18 25,77 47

12 JAWA BARAT 155.526 150.083 59,93 899.469

13 JAWA TENGAH 556.869 537.378 52,07 2.797.878

14 DI YOGYAKARTA 62.642 60.450 52,24 315.793

15 JAWA TIMUR 1.104.821 1.066.153 53,39 5.692.297

16 BANTEN 14.904 14.383 33,77 48.575

17 BALI 23.732 22.901 53,12 121.643

18 NTB 83.249 80.335 46,31 372.067

19 NTT 303.302 292.687 31,55 923.284

20 KALIMANTAN BARAT 42.631 41.139 47,75 196.434

21 KALIMANTAN TENGAH 3.366 3.248 38,91 12.640

22 KALIMANTAN SELATAN 22.709 21.915 50,33 110.300

23 KALIMANTAN TIMUR 6.831 6.592 31,12 20.513

24 SULAWESI UTARA 128.650 124.147 40,19 498.981

25 SULAWESI TENGAH 38.355 37.013 45,91 169.911

26 SULAWESI SELATAN 317.364 306.256 48,76 1.493.200

27 SULAWESI TENGGARA 51.342 49.545 26,44 130.996

28 GORONTALO 172.665 166.622 50,79 846.330

29 SULAWESI BARAT 21.970 21.201 40,77 86.448

30 MALUKU 6.750 6.514 30,36 19.776

31 MALUKU UTARA 10.055 9.703 21,76 21.115

32 PAPUA BARAT 1.605 1.548 17,13 2.652

33 PAPUA 3.994 3.854 18,27 7.040

4.010.993 3.870.609 48,73 18.861.479 INDONESIA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 190: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 177 | P a g e

Lampiran 44. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2013 (revisi)

1. Aceh 50.872 49.091 36,46 179.010

2. Sumut 268.270 258.881 51,45 1.331.876

3. Sumbar 76.950 74.257 62,39 463.253

4. Riau 15.747 15.196 27,30 41.483

5. Jambi 11.482 11.080 42,56 47.158

6. Sumsel 30.500 29.433 37,78 111.197

7. Bengkulu 31.443 30.342 38,12 115.652

8. Lampung 380.915 367.583 46,90 1.723.853

9. Babel 644 621 40,03 2.488

10. Kep. Riau 530 511 25,13 1.285

867.353 836.996 48,00 4.017.254

11. DKI Jakarta 20 19 26,41 51

12. Jabar 164.825 159.056 65,98 1.049.469

13. Banten 3.230 3.117 33,27 10.370

14. Jateng 590.164 569.508 50,76 2.890.562

15. DI Yogyakarta 78.000 75.270 51,22 385.504

16. Jatim 1.318.262 1.272.123 51,51 6.552.143

2.154.501 2.079.094 52,37 10.888.099

17. Bali 25.151 24.271 33,79 82.000

18. NTB 126.530 122.101 45,62 557.079

19. NTT 254.630 245.718 30,89 759.140

406.311 392.090 35,66 1.398.218

20. Kalbar 48.500 46.803 46,21 216.285

21. Kalteng 3.567 3.442 45,54 15.674

22. Kalsel 23.540 22.716 48,10 109.260

23. Kaltim 4.250 4.101 30,49 12.503

79.857 77.062 45,90 353.722

24. Sulut 130.520 125.952 39,13 492.911

25. Gorontalo 146.988 141.843 49,20 697.843

26. Sulteng 40.900 39.469 44,99 177.560

27. Sulsel 338.300 326.460 47,63 1.555.020

28. Sulbar 25.994 25.084 43,82 109.927

29. Sultra 33.500 32.328 24,97 80.723

716.202 691.135 45,06 3.113.985

30. Maluku 7.153 6.903 29,75 20.539

31. Maluku Utara 13.504 13.031 22,57 29.416

32. Papua 4.232 4.084 17,44 7.124

33. Papua Barat 1.700 1.641 16,39 2.690

26.589 25.658 21,54 59.769

2.096.312 2.022.941 44,21 8.942.948 4.250.813 4.102.035 48,34 19.831.047

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & NUSA TENGGARA

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSI LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 191: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 178 | P a g e

Lampiran 45. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Jagung Per Provinsi tahun 2014 (revisi)

1 ACEH 53.416 49.677 37,84 187.960

2 SUMATERA UTARA 281.684 261.966 53,38 1.398.470

3 SUMATERA BARAT 80.798 75.142 64,73 486.415

4 RIAU 16.534 15.377 28,33 43.557

5 JAMBI 12.056 11.212 44,16 49.516

6 SUMATERA SELATAN 32.025 29.783 39,20 116.757

7 BENGKULU 33.015 30.704 39,55 121.435

8 LAMPUNG 399.961 371.964 48,66 1.810.046

9 BABEL 3.003 2.793 37,65 10.516

10 KEPRI 557 518 26,07 1.349

11 DKI JAKARTA 21 20 27,41 54

12 JAWA BARAT 173.066 160.952 68,46 1.101.943

13 JAWA TENGAH 619.672 576.295 52,67 3.035.091

14 DI YOGYAKARTA 81.900 76.167 53,14 404.779

15 JAWA TIMUR 1.359.872 1.264.681 54,06 6.837.495

16 BANTEN 10.175 9.462 32,37 30.631

17 BALI 26.409 24.560 35,06 86.100

18 NTB 132.857 123.557 47,34 584.933

19 NTT 267.362 248.646 32,06 797.097

20 KALIMANTAN BARAT 50.925 47.360 47,95 227.099

21 KALIMANTAN TENGAH 5.618 5.225 31,50 16.458

22 KALIMANTAN SELATAN 24.717 22.987 49,91 114.722

23 KALIMANTAN TIMUR 6.694 6.225 24,98 15.548

24 SULAWESI UTARA 137.046 127.453 40,61 517.556

25 SULAWESI TENGAH 49.387 45.930 38,74 177.911

26 SULAWESI SELATAN 355.215 330.350 49,43 1.632.771

27 SULAWESI TENGGARA 35.175 32.713 25,91 84.759

28 GORONTALO 154.337 143.534 51,05 732.736

29 SULAWESI BARAT 27.294 25.383 45,47 115.423

30 MALUKU 11.266 10.477 38,90 40.756

31 MALUKU UTARA 14.179 13.187 23,42 30.887

32 PAPUA BARAT 2.678 2.490 17,47 4.350

33 PAPUA 4.444 4.133 18,10 7.480

4.463.354 4.150.919 50,16 20.822.599 INDONESIA

No. PROVINSI LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 192: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 179 | P a g e

Lampiran 46. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi tahun 2012 (revisi)

No. PropinsiLuas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi

(Ton)

1 Aceh 70.858 67.284 14,12 95.000

2 Sumatera Utara 6.300 6.000 10,00 6.000

3 Sumatera Barat 1.044 994 15,60 1.551

4 R i a u 6.472 6.164 11,20 6.904

5 Riau Kepulauan 13 12 10,00 12

6 Ja m b i 4.888 4.655 12,69 5.906

7 Sumatera Selatan 18.165 17.300 14,34 24.800

8 Bangka Belitung 1 1 10,00 1

9 Bengkulu 4.627 4.407 10,74 4.731

10 Lampung 6.500 6.190 12,28 7.600

11 D.K.I Jakarta - - - -

12 Jawa Barat 79.695 75.900 16,23 123.200

13 Banten 5.350 5.095 13,32 6.785

14 Jawa Tengah 98.679 93.880 14,55 136.610

15 D.I Yogyakarta 30.975 29.500 11,31 33.365

16 Jawa Timur 265.126 252.001 14,10 355.305

17 B a l i 7.032 6.697 12,71 8.512

18 Nusa Tenggara Barat 65.389 62.275 11,37 70.796

19 Nusa Tenggara Timur 2.730 2.400 11,48 2.756

20 Kalimantan Barat 1.577 1.402 14,76 2.069

21 Kalimantan Tengah 1.918 1.827 11,59 2.118

22 Kalimantan Selatan 2.802 2.569 13,99 3.594

23 Kalimantan Timur 1.308 1.246 13,34 1.662

24 Sulawesi Utara 7.743 7.274 13,27 9.650

25 Gorontalo 1.883 1.793 12,54 2.249

26 Sulawesi Tengah 4.805 4.476 12,68 5.676

27 Sulawesi Selatan 39.269 37.000 16,23 60.038

28 Sulawesi Barat 8.715 8.300 13,11 10.880

29 Sulawesi Tenggara 4.846 4.615 10,57 4.880

30 Maluku 2.223 2.117 10,43 2.209

31 Maluku Utara 912 869 10,72 932

32 Papua 3.540 3.371 10,64 3.586

33 Papua Barat 616 586 10,63 623

756.000 718.200 13,92 1.000.000 Indonesia

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 193: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 180 | P a g e

Lampiran 47. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Kedelai Per Provinsi tahun 2013 (revisi)

1. Aceh 65.835 62.700 15,15 95.000

2. Sumut 16.508 15.722 12,28 23.397

3. Sumbar 2.625 2.500 15,00 3.750

4. Riau 6.472 6.164 11,20 6.904

5. Jambi 7.620 7.257 13,42 12.739

6. Sumsel 13.031 12.410 15,95 19.794

7. Bengkulu 6.405 6.100 13,42 8.186

8. Lampung 13.600 12.952 11,71 15.173

9. Babel - - - -

10. Kep. Riau - - - -

132.095 125.805 14,70 184.943

11. DKI Jakarta - - - -

12. Jabar 57.063 54.346 16,23 88.204

13. Banten 20.318 19.350 16,40 31.736

14. Jateng 117.899 112.285 16,48 185.100

15. DI Yogyakarta 33.035 31.462 12,26 38.580

16. Jatim 412.650 393.000 16,10 632.700

640.965 610.443 15,99 976.320

17. Bali 7.035 6.700 13,80 9.246

18. NTB 97.615 92.967 14,74 137.000

19. NTT 6.719 6.399 13,39 4.740

111.369 106.066 14,24 150.986

20. Kalbar 3.016 2.872 13,75 3.948

21. Kalteng 2.297 2.188 11,73 2.566

22. Kalsel 5.250 5.000 13,50 5.000

23. Kaltim 3.190 3.038 12,98 3.943

13.753 13.098 11,80 15.457

24. Sulut 15.322 14.592 14,94 21.800

25. Gorontalo 3.255 3.100 13,86 5.600

26. Sulteng 8.135 7.748 15,35 11.891

27. Sulsel 45.473 43.308 16,04 69.448

28. Sulbar 9.975 9.500 16,40 14.094

29. Sultra 19.950 19.000 13,40 25.460

102.111 97.248 15,25 148.293

30. Maluku 5.250 5.000 13,60 6.800

31. Maluku Utara 3.637 3.464 14,29 4.950

32. Papua 8.231 7.839 12,60 10.500

33. Papua Barat 1.088 1.036 16,90 1.751

18.206 17.339 13,84 24.001

377.535 359.557 14,56 523.680 1.018.500 970.000 15,46 1.500.000

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & NUSA TENGGARA

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

No. PROVINSI LUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 194: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 181 | P a g e

Lampiran 48. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Ubi Jalar Per Provinsi tahun 2014 (revisi)

1. ACEH 1.535 1.461 111,59 16.301

2. SUMUT 14.961 14.229 127,19 180.977

3. SUMBAR 4.849 4.612 180,78 83.370

4. RIAU 1.535 1.461 88,10 12.869

5. JAMBI 2.401 2.283 108,35 24.733

6. SUMSEL 4.341 4.129 78,72 32.499

7. BENGKULU 2.563 2.438 106,78 26.028

8. LAMPUNG 5.624 5.349 109,73 58.699

9. BABEL 829 789 87,71 6.918

10. KEP RIAU 223 213 74,68 1.588

38.862 36.692 120,12 443.983

11. DKI JAKARTA - - - -

12. JABAR 40.649 38.739 157,90 611.695

13. JATENG 10.667 10.210 183,53 187.380

14. DI JOGJA 644 612 131,93 8.079

15. JATIM 19.181 18.275 112,30 205.222

16. BANTEN 3.652 3.473 132,21 45.919

74.794 71.310 148,41 1.058.295

17. BALI 7.652 7.278 142,21 103.491

18. N.T.B. 1.226 1.166 129,48 15.095

19. N.T.T. 14.875 14.157 90,95 128.764

23.754 22.601 109,44 247.350

20. KALBAR 1.841 1.751 86,78 15.193

21. KALTENG 1.844 1.754 77,75 13.636

22. KALSEL 3.190 3.037 128,98 39.174

23. KALTIM 4.061 3.870 104,85 40.578

10.936 10.412 104,29 108.581

24. SULUT 6.117 5.825 110,41 64.307

25. SULTENG 3.680 3.502 119,57 41.869

26. SULSEL 6.508 6.192 123,51 76.474

27. SULTRA 3.768 3.591 85,89 30.842

28. GORONTALO 461 438 103,12 4.516

29. SUL BARAT 1.608 1.529 120,93 18.495

22.141 21.076 112,21 236.504

30. MALUKU 3.093 2.944 95,84 28.216

31. MALUKU UT 3.915 3.736 97,78 36.527

32. PAPUA BARAT 1.031 980 112,21 10.994

33. PAPUA 40.594 38.666 112,63 435.493

48.632 46.325 110,36 511.231

144.325 137.375 112,66 1.547.649

219.119 208.685 124,87 2.605.944

No. PROVINSILUAS TANAM

(Ha)

LUAS PANEN

(Ha)

PRODUKTIVITAS

(Ku/Ha)

PRODUKSI

(Ton)

LUAR JAWA

INDONESIA

SUMATERA

JAWA

BALI & N.T

KALIMANTAN

SULAWESI

MALUKU & PAPUA

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Page 195: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan 182 | P a g e

Lampiran 49. ARAH KEBIJAKAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010-2014

NO. ARAH KEBIJAKAN

1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPTT), Sekolah Lapangan Iklim (SLI) dan pola sekolah lapanganan lainnya.

2. Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan.

3. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula konsumsi melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan.

4. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri.

5. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk subsitusi komoditas impor.

6. Peningkatankualitas dan kuantitas public goods melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, embung, jalan desa, dan jalan usahatani.

7. Jaminan penguasaan lahan produktif.

8. Pembangunan sentra-sentra pupuk organik berbasis kelompok tani.

9. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional.

10. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan.

11. Penguatan akses petani terhadap IPTEK, pasar, dan permodalan bunga rendah.

12. Mendorong minat investasi pertanian dan kemitraan usaha melalui promosi yang intensif dan dukungan iklim usaha yang kondusif.

13. Pembangunan kawasan komoditas unggulan terpadu secara vertikal dan/atau horizontal dengan konsolidasi usahatani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional.

14. Pengembangan bio-energi berbasis bahan baku lokal terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat khususnya di perdesaan dan mensubsitusi BBM.

15. Pengembangan diversifikasi pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatasi rawan pangan dan stabilitasi harga di sentra produksi.

16. Peningkatan kesimbangan ekosistem dan pengendalian hama penyakit tumbuhan dan hewan secara terpadu.

17. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nuftah nasional.

18. Penguatan sistem perkarantinaan pertanian.

19. Penelitian dan pengembangan berbasis sumberdaya spesifik lokasi (kearifan lokal) dan sesuai agro-ekosistem setempat dengan teknologi unggul yang berorienstasi kebutuhan petani.

20. Pengembangan industri hilir pertanian di perdesaan yang berbasis kelompok tani untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan keseimbangan ekonomi desa-kota.

21. Berperan aktif dalam melahirkan kebijakan makro yang berpihak kepada petani seperti perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional, penetapan Harga Pembelian Pemerintahj (HPP), dan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi.

22. Peningkatan promosi citra petani dan pertanian guna menumbuhkan minat generasi muda menjadi wirausahawan agribisnis.

23. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian yang akuntabel dan good governance.

Page 196: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

183 |

Pa

ge

Lam

pir

an

50.

TA

RG

ET

DA

N K

EB

UT

UH

AN

PE

ND

AN

AA

N P

EM

BA

NG

UN

AN

TA

NA

MA

N P

AN

GA

N D

IRE

KT

OR

AT

JE

ND

ER

AL

TA

NA

MA

N P

AN

GA

N

TA

HU

N 2

010

-2014

(s

ud

ah

tid

ak b

erl

aku

)

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

3.

Pro

gra

m

Penin

gkata

n

Pro

duksi,

Pro

duktivitas,

dan M

utu

Ta

nam

an

Pangan U

ntu

k

Mencapai

Sw

asem

bada

dan

Sw

asem

bada

Berk

ela

nju

tan

Perlu

asan

penera

pan

budid

aya

tanam

an

pangan y

ang

tepat

yang

did

ukung o

leh

sis

tem

penyedia

an

sara

na

pro

duksi dan

benih

sert

a

pengam

anan

pro

duksi yang

efisie

n u

ntu

k

mew

uju

dkan

pro

duksi

tanam

an

pangan y

ang

cukup d

an

berk

ela

nju

tan

Luas a

real

penera

pan

budid

aya t

anam

an

pangan y

ang t

epat

(rib

u h

a)

2.9

69,4

9

3.4

01,8

1

3.7

37,2

8

4.1

37,7

8

4.4

93,3

1

892,3

5

1.0

86,6

5

1.2

91,4

8

1.5

47,7

7

1.8

37,9

6

Jum

lah s

ara

na p

roduksi yang d

isedia

kan d

an d

isalu

rkan s

ert

a lem

baga p

erb

enih

an

tanam

an p

angan y

ang d

ibin

a d

i lo

kasi penera

pan b

udid

aya t

anam

an p

angan y

ang

tepat:

Sara

na

Pro

duksi

(Unit)

13.8

36

14.9

89

16.1

10

17.2

35

18.3

54

Lem

baga

perb

enih

an (

Bala

i)

63

63

63

63

63

Jum

lah s

ubsid

i pupuk d

an b

enih

:

Pupuk (J

uta

ton)

11,0

6

11,3

2

11,6

11,8

9

12,2

Benih

(rib

u ton)

178,1

8

211,9

9

217,5

5

222,1

9

226,9

2

Luas a

real yang

am

an d

ari

sera

ngan O

PT

dan D

PI pada

pert

anam

an

pangan y

ang

menera

pkan

147,5

169,2

5

186

206

223,7

5

Page 197: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

184 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

budid

aya t

anam

an

yang t

epat

(rib

u

ha)

Pro

duksi:

Padi n

on h

ibrid

a

(rib

u t

on)

12.1

60,0

0

13.3

76,0 0

13.9

84,0 0

14.5

92,0 0

15.2

00,0 0

Padi hib

rid

a (

rib

u

ton)

1.4

63,0

0

1.8

29,0

0

2.1

95,0

0

2.9

26,0

0

3.6

58,0

0

Padi la

han k

erin

g

(rib

u t

on)

1.0

69,0

0

1.2

47.0

0

1.4

25.0

0

1.6

03,0

0

1.7

81,0

0

Jagung (

rib

u t

on)

926,2

5

1.0

80,6

3

1.2

35,0

1.3

89,3

8

1.5

43,7

5

Kedela

i (r

ibu ton)

380,0

0

460,5

6

542,6

9

665,5

7

790,8

6

Kacang tanah

(rib

u t

on )

83,1

7

172,4

0

268,0

1

370,3

6

383,8

4

Kacang h

ijau (

rib

u

ton)

3,9

6

12,4

9

25,2

6

25,5

4

32,2

8

Ubi kayu (

rib

u ton)

155,0

9

159,6

9

164,6

8

169,8

2

175,3

9

Ubi ja

lar

(rib

u ton)

117,3

3

126,2

8

126,2

8

149,2

9

159,5

3

Pro

duktivitas:

Padi n

on h

ibrid

a

(rib

u t

on)

64,0

0

64,0

0

64,0

0

64,0

0

64,0

0

Padi hib

rid

a (

rib

u

ton)

77,0

0

77,0

0

77,0

0

77,0

0

77,0

0

Padi la

han k

erin

g

(rib

u t

on)

37,5

0

37,5

0

37,5

0

37,5

0

37,5

0

Jagung (

rib

u t

on)

65,0

0

65,0

0

65,0

0

65,0

0

65,0

0

Kedela

i (r

ibu ton)

16,0

0

16,0

0

16,0

0

16,0

0

16,0

0

Page 198: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

185 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

Kacang tanah

(rib

u t

on )

17,5

1

17,5

1

17,5

1

17,5

1

17,5

1

Kacang h

ijau (

rib

u

ton)

13,0

0

13,0

0

13,0

0

13,0

0

13,0

0

Ubi kayu (

rib

u ton)

250,0

0

250,0

0

250,0

0

250,0

0

250,0

0

Ubi ja

lar

(rib

u ton)

130,0

0

130,0

0

130,0

0

130,0

0

130,0

0

Luas T

anam

:

Padi n

on h

ibrid

a

(rib

u t

on)

2.0

00,0

0

2.2

00,0

0

2.3

00,0

0

2.4

00,0

0

2.5

00,0

0

Padi hib

rid

a (

rib

u

ton)

200,0

0

250,0

0

300,0

0

400,0

0

500,0

0

Padi la

han k

erin

g

(rib

u t

on)

300,0

0

350,0

0

400,0

0

450,0

0

500,0

0

Jagung (

rib

u t

on)

150,0

0

175,0

0

200,0

0

225,0

0

250,0

0

Kedela

i (r

ibu ton)

250,0

0

300,0

0

350,0

0

425,0

0

500,0

0

Kacang tanah

(rib

u t

on )

50,0

0

100,0

0

150,0

0

200,0

0

200,0

0

Kacang h

ijau (

rib

u

ton)

3,2

1

10,0

0

20,0

0

20,0

0

25,0

0

Ubi kayu (

rib

u ton)

6,5

3

6,5

4

6,5

6

6,5

8

6,6

1

Ubi ja

lar

(rib

u ton)

9,5

0

9,9

6

10,3

5

10,7

6

11,2

0

Luas P

anen :

Padi n

on h

ibrid

a

(rib

u t

on)

1.9

00,0

0

2.0

90,0

0

2.1

85,0

0

2.2

80,0

0

2.3

75,0

0

Padi hib

rid

a (

rib

u

ton)

190,0

0

238,0

0

285,0

0

380,0

0

475,0

0

Padi la

han k

erin

g

285,0

0

333,0

0

380,0

0

428,0

0

475,0

0

Page 199: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

186 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

(rib

u t

on)

Jagung (

rib

u t

on)

142,5

0

166,2

5

190,0

0

213,7

5

237,5

0

K

edela

i (r

ibu ton)

237,5

0

285,0

0

332,5

0

403,7

5

475,0

0

Kacang tanah

(rib

u t

on )

47,5

0

95,0

0

142,5

0

190,0

0

190,0

0

Kacang h

ijau (

rib

u

ton)

3,0

5

9,5

0

19,0

0

19,0

0

23,7

5

Ubi kayu (

rib

u ton)

6,2

0

6,2

1

6,2

3

6,2

5

6,2

8

Ubi ja

lar

(rib

u ton)

9,0

3

9,4

6

9,8

3

10,2

2

10,6

4

3.1

P

engelo

laan

pro

duksi

tanam

an

sere

alia

(Prio

rita

s

Nasio

nal dan

Bid

ang)

Menin

gkatn

ya

perlu

asan

penera

pan

budid

aya

tanam

an

sere

alia

yang

tepat

dan

berk

ela

nju

tan

untu

k

penin

gkata

n

pro

duksi

mela

lui

penin

gkata

n

pro

duktivitas

Luas a

real penera

pan b

udid

aya s

ere

alia

yang t

epat

dan b

erk

ela

nju

tan t

erm

asuk

untu

k b

ahan b

akar

nabati (

rib

u h

a)

:

336,0

0

396,7

5

447,0

8

507,5

7

571,5

6

SLP

TT

padi non

hib

rid

a (

rib

u h

a)

2.0

00,0

0

2.2

00,0

0

2.3

00,0

0

2.4

00,0

0

2.5

00,0

0

SLP

TT

padi

hib

rid

a (

rib

u h

a)

200,0

0

250,0

0

300,0

0

400,0

0

500,0

0

SLP

TT

Padi la

han

kerin

g

(rib

u h

a)

300,0

0

350,0

0

400,0

0

450,0

0

500,0

0

SLP

TT

Jagung

hib

rid

a (

rib

u h

a

150,0

0

175,0

0

200,0

0

225,0

0

250,0

0

Pengem

bangan

penin

gkata

n

pro

duksi gandum

(rib

u h

a)

0,1

0

0,1

3

0,1

5

0,1

8

0,2

0

Pengem

bangan

penin

gkata

n

pro

duksi sorg

hum

(rib

u h

a)

0,1

0

0,1

3

0,1

5

0,1

8

0,2

0

Page 200: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

187 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

Su

b T

ota

l 892,3

5

1.0

86,6

5

1.2

91,4

8

1.5

47,7

7

1.8

37,9

6

3.2

P

engelo

laan

pro

duksi

tanam

an

kacang-

kacangan d

an

um

bi-um

bia

n

(Prio

rita

s

Nasio

nal dan

Bid

ang)

Menin

gkatn

ya

perlu

asan

penera

pan

budid

aya

tanam

an

kacang

-

kacangan d

an

um

bi-

um

bia

n

yang t

epat

dan

berk

ela

nju

tan

untu

k

penin

gkata

n

pro

duksi

mela

lui

penin

gkata

n

pro

duktivitas

per

satu

an

luas.

Luas a

real pen

era

pan b

udid

aya t

anam

an k

acang

-kacangan d

an u

mb

i-um

bia

n y

ang

tepat

dan b

erk

ela

nju

tan t

erm

asuk u

ntu

k b

ahan b

akar

nabati (

rib

u h

a)

:

SLP

TT

kedela

i

(rib

u h

a)

250,0

0

300,0

0

350,0

0

425,0

0

500,0

0

SLP

TT

kacang

tanah (

rib

u h

a)

50,0

0

100,0

0

150,0

0

200,0

0

200,0

0

SLP

TT

kacang

hija

u (

rib

u h

a)

- 10,0

0

20,0

0

20,0

0

25,0

0

PT

T k

acang h

ijau

(rib

u h

a)

3,2

1

- -

- -

PT

T u

bi kayu (

rib

u

ha)

6,5

3

6,5

4

6,5

6

6,5

8

6,6

1

PT

T u

bi ja

lar

(rib

u

ha)

9,5

0

9,9

6

10,3

5

10,7

6

11,2

0

PT

T p

angan lo

kal

(rib

u h

a)

0,0

5

0,0

6

0,0

8

0,0

9

0,1

0

3.3

P

engelo

laan

sis

tem

penyedia

an

benih

tanam

an

pangan

(Prio

rita

s

Bid

ang)

Te

rsele

nggara

nya s

iste

m

pem

bin

aan

lem

baga

perb

enih

an

tanam

an

pangan y

ang

efisie

n d

an

Lem

baga p

erb

enih

an t

anam

an p

angan y

ang d

ibin

a d

i lo

kasi

penera

pan b

udid

aya

tanam

an p

angan y

ang t

epat :

55,0

0

60,5

0

66,0

0

72,5

0

80,0

0

Te

rsusunnya

roadm

ap

kebutu

han &

kete

rsedia

an

benih

(paket)

1

1

1

1

1

Te

rsusunnya

1

1

1

1

1

Page 201: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

188 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

berk

ela

nju

tan

di lo

kasi

penera

pan

budid

aya

tanam

an

pangan y

ang

tepat

kebija

kan s

iste

m

subsid

i benih

(paket)

Te

rsusunnya

rancangan

revitalis

asi

perb

enih

an

(paket)

1

1

1

1

1

BP

SB

TP

H (

Bala

i)

32

32

32

32

32

BB

I (B

ala

i)

30

30

30

30

30

Su

b T

ota

l 55,0

0

60,5

0

66,0

0

72,5

0

80,0

0

3.4

P

enyalu

ran

subsid

i benih

tanam

an p

angan

(Prio

rita

s

Nasio

nal dan

Bid

ang)

Te

rsalu

rnya

benih

tanam

an

pangan

bers

ubsid

i

Jum

lah b

enih

tanam

an p

angan

bers

ubsid

i (r

ibu

ton)

178,1

8

211,9

9

217,5

5

222,1

9

226,9

2

0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

Su

b T

ota

l 0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

3.5

P

engelo

laan

sis

tem

penyedia

an d

an

penga

wasan

sara

na p

roduksi

tanam

an

pangan

(Prio

rita

s

Bid

ang)

Te

rsele

nggara

nya s

iste

m

penyedia

an

dan

penga

wasan

sara

na

pro

duksi

tanam

an

pangan y

ang

Sara

na pro

duksi

ters

edia

dan te

raw

asi

di

lokasi

penera

pan budid

aya ta

nam

an

pangan y

ang t

epat

(unit)

:

86,9

0

107,3

0

135,9

0

177,2

0

228,4

0

Bantu

an R

PP

PO

(unit)

200

300

500

800

1.2

00

Bantu

an T

rakto

r

R-2

(unit)

623

685

754

829

912

Bantu

an T

rakto

r

R-4

(unit)

7

8

8

9

10

Bantu

an p

om

pa

350

385

423

466

512

Page 202: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

189 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

efisie

n d

an

berk

ela

nju

tan

di lo

kasi

penera

pan

budid

aya

tanam

an

pangan y

ang

tepat.

air (

unit)

Penguata

n U

PJA

pem

ula

(unit)

8.7

47

8.5

35

8.3

54

8.2

01

8.0

71

Penguata

n U

PJA

berk

em

bang (

unit)

2.8

64

3.5

81

4.0

19

4.2

45

4.3

13

Penguata

n U

PJA

pro

fesio

nal (u

nit

585

1.0

15

1.5

52

2.1

55

2.7

92

Penguata

n K

P3

(unit)

430

450

470

500

514

Penguata

n P

PN

S

Pupes (

ora

ng)

30

30

30

30

30

Skre

nin

g p

estisid

a

(unit)

30

30

30

30

30

Te

rsusunnya

roadm

ap

kebutu

han &

penyedia

an p

upuk

& a

lsin

tan (

paket)

1

1

1

1

1

Su

b T

ota

l 86,9

0

107,3

0

135,9

0

177,2

0

228,4

0

3.6

P

enyalu

ran

pupuk

bers

ubsid

i

(Prio

rita

s

Nasio

nal dan

Bid

ang)

Te

rsalu

rnya

pupuk

bers

ubsid

i

Te

rsusunnya

kebija

kan s

ubsid

i

pupuk (

paket)

1,0

0

1,0

0

1,0

0

1,0

0

1,0

0

Jum

lah p

upuk

bers

ubsid

i (ju

ta

ton)

11,0

6

11,3

2

11,6

0

11,8

9

12,2

0

Su

b T

ota

l 0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

0,0

0

Page 203: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

190 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

3.7

P

enguata

n

perlin

dungan

tanam

an p

angan

dari g

angguan

OP

T d

an D

PI

(Prio

rita

s

Nasio

nal dan

Bid

ang)

Te

rkendalin

ya

sera

ngan O

PT

dan D

PI di

lokasi

penera

pan

budid

aya

tanam

an

pangan y

ang

tepat

Jum

lah lu

as a

real

tanam

an p

angan

yang t

erlin

dungi

dari s

era

ngan

OP

T (

rib

u h

a)

59,0

0

67,7

0

74,4

0

82,4

0

89,5

0

86,2

5

95,0

0

105,0

0

115,0

0

125,0

0

Jum

lah lu

as a

real

tanam

an p

angan

yang t

erlin

dungi

DP

I (r

ibu h

a)

88,5

0

101,5

5

111,6

0

123,6

0

134,2

5

Su

b T

ota

l 86,2

5

95,0

0

105,0

0

115,0

0

125,0

0

3.8

P

engem

bangan

meto

de

pengujia

n m

utu

benih

dan

penera

pan

sis

tem

mutu

labora

toriu

m

pengujia

n b

enih

(Prio

rita

s

Bid

ang)

Berk

em

bangn

ya m

eto

de

pengujia

n

mutu

benih

dan

penera

pan

sis

tem

m

utu

labora

toriu

m

pengujia

n

benih

tanam

an

pangan d

an

hort

ikultura

Jum

lah m

eto

de

pengujia

n m

utu

benih

yang

dik

em

bangkan,

div

alid

asi d

an

dis

yahkan

(meto

de)

8

8

8

8

8

5,0

0

6,0

0

7,2

0

8,6

0

10,4

0

Jum

lah

labora

toriu

m y

ang

menera

pkan

sis

tem

mutu

(la

bora

toriu

m)

8

8

8

8

8

Jum

lah

labora

toriu

m

pesert

a u

ji

pro

fisie

nsi

(la

bora

toriu

m)

30

30

30

30

30

Page 204: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

191 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

Jum

lah

pela

ksanaan u

ji

petik m

utu

benih

yang b

ere

dar

(conto

h b

enih

)

15

20

25

25

25

Su

b T

ota

l 5,0

0

6,0

0

7,2

0

8,6

0

10,4

0

3.9

P

engem

bangan

pera

mala

n

sera

ngan

Org

anis

me

Pengganggu

Tum

buhan

(Prio

rita

s

Bid

ang)

Te

rsedia

nya

info

rmasi dan

model

pera

mala

n

Org

anis

me

Pengganggu

Tum

buhan

(OP

T)

sebagai

ruju

kan d

ala

m

pengam

anan

pro

duksi

tanam

an

pangan d

an

hort

ikultura

Jum

lah in

form

asi

pera

mala

n

sera

ngan O

PT

(unit)

5

5

5

5

5

6,2

0

7,0

0

8,6

0

10,4

0

12,4

0

Jum

lah t

eknolo

gi

pengam

ata

n

pera

mala

n d

an

pengendalia

n O

PT

(model)

8

8

8

8

8

Jum

lah p

ropin

si

yang m

enera

pkan

teknolo

gi

pengam

ata

n.

Pera

mala

n d

an

pengendalia

n O

PT

(pro

pin

si)

6

9

12

15

18

Su

b T

ota

l 6,2

0

7,0

0

8,6

0

10,4

0

12,4

0

3.1

0

Dukungan

manaje

me

n d

an

teknis

lain

nya

pada D

irekto

rat

Te

rsele

nggara

nya p

ela

yanan

adm

inis

trasi

dan p

ela

yanan

Jum

lah d

okum

en

pere

ncanaan,

pro

gra

m k

egia

tan

dan a

nggara

n,

34

34

34

34

34

187,0

0

240,0

0

288,0

0

340,0

0

408,0

0

Page 205: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25

Ren

cana

Str

ateg

is D

irek

tora

t Je

nder

al T

anam

an P

anga

n T

ahun

201

0-20

14

(Edi

si R

evis

i)

Direkto

rat

Jend

era

l Tana

man

Pang

an

- K

ement

an

192 |

Pa

ge

No.

Pro

gra

m/

Kegia

tan

Sasara

n

Indik

ato

r

Ta

rget

Alo

kasi A

nggara

n (

Mily

ar

Rp)

2010

2011

2012

2013

2014

2010

2011

2012

2013

2014

Jendera

l

Ta

nam

an

Pangan

teknis

lain

nya

secara

pro

fesio

nal

dan

berin

tegrita

s d

i

lingkungan

Direkto

rat

Jendera

l

Ta

nam

an

Pangan

data

sta

tistik

tanam

an p

angan,

keuangan/p

erle

ng

kapan,

um

um

,

monev d

an

pela

pora

n;

Insentif

Mantr

i T

ani; L

M3;

Bantu

an

penanganan

bencana;

Te

rpenuhnya

kebutu

han g

aji

pegaw

ai dan

opera

sio

nal

kanto

r.

Su

b T

ota

l 187,0

0

240,0

0

288,0

0

340,0

0

408,0

0

Page 206: BAB I - :: SAKIP Kementerian Pertaniansakip.pertanian.go.id/admin/file/RENSTRA 2010-2014 (REVISI) DITJEN... · 23 Talas Jepang Satoimo 24 Talas Bogor Colocasia esculenta l.schot 25