46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini banyak kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan, keamanan lingkungan serta faktor lain yang mendukung rencana detail yang mantap. Dalam rangka program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh khususnya memperlancar arus transportasi di wilayah Aceh, maka kegiatan pembangunan dan pengembangan jalan perlu dilakukan. Untuk mendukung pengembangan jalan tersebut, maka pemerintah provinsi Aceh membangun salah satu proyek pembangunan jalan yaitu Pekerjaan pembangunan jalan Strategis Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh besar. 1.2. Lokasi Proyek 1

Bab I - Selesai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I - Selesai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan faktor penunjang

lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini banyak

kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor manusia dalam

hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna

memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan

sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan,

keamanan lingkungan serta faktor lain yang mendukung rencana detail yang

mantap.

Dalam rangka program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh khususnya

memperlancar arus transportasi di wilayah Aceh, maka kegiatan pembangunan

dan pengembangan jalan perlu dilakukan. Untuk mendukung pengembangan jalan

tersebut, maka pemerintah provinsi Aceh membangun salah satu proyek

pembangunan jalan yaitu Pekerjaan pembangunan jalan Strategis Desa Lheu

Blang, Darul Imarah, Aceh besar.

1.2. Lokasi Proyek

Lokasi proyek berada di Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh Besar yang

terletak di perbatasan antara Kabupaten Aceh Besar dengan Kota Banda Aceh

Provinsi Aceh.

1.3. Keadaan Tanah

Setelah dikeluarka hasil test Dynamic Cone Penetration (DCP) keadaan

tanah di Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh Besar kurang mendukung untuk

pembangunan jalan karena pembangunan jalan yang lama hanya menggunakan

batu susun dan aspal goreng tidak ada pekerjaan urugan pilihan.

1

Page 2: Bab I - Selesai

1.4. Keadaan Alam dan Lingkungan

Keadaan alam disekitar lokasi umumnya merupakan daerah permukiman

dan persawahan dimana daerah tersebut masih terjaga lingkungan alamnya. Tidak

dijumpai pencemaran fisik, baik lingkungan tanah, udara dan air.

1.5. Tujuan Kegiatan

Maksud dan tujuan pembangunan proyek ini adalah untuk meningkatkan

sarana jalan sebagai transportasi darat juga untuk meningkatkan jasa pelayanan

pada masyarakat pemakai jalan yang meningkat.

Pembangunan jalan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam

hal memperlancar arus lalu lintas sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi

masyrakat akan meningkat, dengan lancarnya arus lalu lintas memberi efesieni

waktu yang sangat berarti.

1.6. Sumber Dana

Dana untuk pembangunan jalan Strategis Desa Lheu Blang, Darul Imarah,

Aceh besar ini berasal dari dana APBA tahun anggaran 2012 dengan nomor

kontrak : 16/SPPK/PBJ/DBC/APBA/V/2012, tanggal 02 Mei 2012 dan biaya

sebesar Rp.969.096.000,00 (sembilan ratus enam puluh sembilan juta sembilan

puluh enam ribu rupiah) dengan panjang penanganan 1214,7 M, pemilik proyek

ini adalah Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh diwakili oleh

kegiatan pembangunan jalan dan pengawasannya dipercayakan kepada PT. Lavita

Inti Archtec & Engineering Consultant sedangkan pelaksananya adalah

CV.Yudha Wahana Manggala.

1.7. Tujuan Kerja Praktek

Sesuai dengan kurikulum pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Aceh, maksud dan tujuan kerja praktek ini adalah untuk melihat,mengamati dan

menganalisa secara nyata serangkaian kegiatan pada pelaksanaan sebuah

konstruksi di lapangan serta membandingkan dengan teori yang diterima di

bangku kuliah. Berdasarkan surat pengantar dari Ketua Jurusan Teknik Sipil

2

Page 3: Bab I - Selesai

nomor 180/UM.M5.FT-TS/V/2012 yang ditujukan kepada PT. . Lavita Inti

Archtec & Engineering Consultant Inti untuk mengikuti Kerja Praktek selama

lebih kurang 2 bulan dan ditetapkan sebagai mahasiswa Kerja Praktek di lapangan

terhitung mulai tanggal 14 Juni 2012 sampai dengan 14 Agustus 2012 .

3

Page 4: Bab I - Selesai

BAB II

ORGANISASI KEGIATAN

Pembangunan suatu kegiatan perlu pengorganisasian yang terkoordinasi

secara efektif dan sistematis. Dalam pelaksanaan kegiatan perlu adanya suatu

pengaturan struktur organisasi. Organisasi kegiatan ini dibutuhkan untuk

mempelancar pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan sehingga hasil yang

diperlukan lebih maksimal dan sesuai dengan rencana. Untuk tercapainya sasaran

pelaksanaan sebagai mana diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat harus dapat

berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya

sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing. Agar semua pekerjaan

berjalan lancar maka unsur yang terkait ini telah membuat dan menyepakati suatu

rencana kerja dan syarat – syarat, kontrak kerja dan gambar bestek.

2.1. Struktur Organisasi

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala

ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah badan-

badan hukum dan susunan struktur organisasi pembangunan jalan dan jembatan

Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, dimana unsur-unsur yang

terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :

1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner);

2. Konsultan perencana (consultant/designer);

3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor);

4. Pelaksana (contractor).

Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab

masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait

satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan memperoleh hasil

yang sebaik-baiknya.

4

Page 5: Bab I - Selesai

2.1.1. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana Kegiatan (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki

gagasan untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum

seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu

dinas atau jabatan.

Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi Aceh

adalah pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan kepada Pembangunan

Jalan dan Jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. Untuk

memudahkan urusan administrasi dan kelancaran proyek, maka ditunjuk seorang

Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan.

Dalam menjalankan kewajiban, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin kegiatan

dalam pelaksanan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana,

konsultan pengawas dan pelaksana kegiatan;

2. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan jalan yang akan

dibangun;

3. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik kegiatan dengan

konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai

penandatanganan naskah serah terima;

4. Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik

kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;

5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang

berdasarkan surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang

sesuai dengan ketentuan;

6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan

yang telah dilaksanakan;

7. Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai

dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana

Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

5

Page 6: Bab I - Selesai

2.1.2. Pengawas (Direksi/Supervisor)

Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang

ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan

mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil kerja sesuai

dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam

Aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan

dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan

yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada

pelaksana kegiatan. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada

pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Petunjuk yang

diberikan mencakup bidang teknis dan admin. Pelaksanaan pengawasan pada

kegiatan ini dilakukan oleh PT. Lavita Inti Archtec & Engineering Consultant.

Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengawas mempunyai tugas dan

tanggung jawab sebagai berikut :

1. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas

dari setiap item pekerjaan;

2. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;

3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;

4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-

penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah

mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;

5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan

pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk

kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;

6. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;

7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;

8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal

waktu pelaksanaan (time schedule).

6

Page 7: Bab I - Selesai

Dapat dilihat pada Struktur Organisasi (Struktur organisasi pengawas di

lapangan terlampiran).

2.1.3. Pelaksana (Kontraktor)

Pelaksana (kontraktor) adalah suatu organisasi berbadan hukum yang

dipercaya untuk melaksanakan pembangunan suatu kegiatan dan memiliki suatu

usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan

kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang

cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian pekerjaan yang telah dibuat. Pelaksana

pada kegiatan ini dipercayakan kepada CV.Yudha Wahana Manggala.

Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;

2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan

pada kegiatan sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam bestek;

3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang

diperlukan pada saat pelaksanaan;

4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya yang

sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum

dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);

5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan termin;

6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti

yang telah ditetapkan dalam kontrak;

7. Mengadakan pemeliharaan selama kegiatan tersebut masih dalam

tanggung jawab pelaksana.

2.2. Hubungan Kerja Antar Unsur-unsur Organisasi Kegiatan

Dalam pelaksanaan sebuah Proyek, masing – masing unsur mempunyai

wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya. hubungan kerja antara

unsur-unsur dari organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu :

7

Page 8: Bab I - Selesai

1. Hubungan kerja secara Teknis.

2. Hubungan kerja secara Hukum.

2.2.1. Hubungan Kerja Secara Teknis

Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara

berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Hubungan kerja

antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan pelaksana adalah hubungan

segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh

pemimpin kegiatan kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh

pemimpin kegiatan, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada

pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut

peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat berhubungan langsung dengan

pelaksana tetapi harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan

pengawas berkuasa penuh untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang

dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada, baik secara

lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran

tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu maupun

seterusnya.

Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau

memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui pengawas.

Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan pelaksana/kontraktror tidak ada

hubungan kerja, sebaliknya antara perencana dan pengawas terdapat hubungan

garis konsultasi. Untuk lebih jelasnya hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi

tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.

8

Page 9: Bab I - Selesai

Keterangan : : Pembayaran Jasa : Pelaksanaan Jasa : Kontrak : Pengawasan RKS : Realisasi RKS

Pengguna Jasa(Owner)

Pengawas(Supervision)

Pelaksana(Contractor)

Perencana(Consultant)

Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja Secara Teknis

Sumber : Ervianto (2005)

2.2.2. Hubungan Kerja Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat

dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan

fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum

Sumber : Ervianto (2005)

2.3. Pelaksanaan Pelelangan

Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan

kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan

yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang

9

Pengguna Jasa(Owner)

Pengawas(Supervision)

Pelaksana(Contractor)

Perencana(Consultant)

Keterangan : : Garis Perintah : Garis Koordinasi

Page 10: Bab I - Selesai

benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis dan financial

(keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:

1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media massa

atau publikasi lainnya;

2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa

pemborong yang dianggap mampu ; dan

3. Pemilihan Langsung.

4. Penunjukan Langsung.

Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan

pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi

untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat

dapat mengikutinya.

Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang

dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong /rekanan yang

tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha ruang

lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.

Pemilihan langsung adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan maupun

pengadaan barang/jasa oleh rekanan tanpa melalui pelelangan umum atau

pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya

tiga penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan

dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan administratif serta perhitungan

harga yang dapat dipertanggung jawabkan.

Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya mengundang

satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan penawaran dalam

pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan

kewajiban sebagai berikut :

a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;

b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;

10

Page 11: Bab I - Selesai

c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;

d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;

e) Melaksanakan pelelangan;

f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;

g) Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.

Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui

pelelangan. Sebagai tahap awal, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya membentuk

panitia pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk melaksanakan segala

proses pelelangan.

2.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja yang didatangkan dari

jawa dan tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Aceh yang disediakan oleh

kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut

keahlian dalam bidang masing – masing. Dalam menjalankan kewajibannya,

mereka dikepalai oleh seorang kepala tukang, untuk menjamin kelancaran

melaksanakan pekerjaan kontrktor juga menyediakan tempat pemondakan bagi

pekerjanya yang tidak jauh dari lokasi proyek

Jadwal Jam kerja pada kegiatan ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:

- Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;

- Sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB;

Pembayaran upah kerja dilakukan setiap sebulan sekali, kecuali bagi pekerja lepas

diberikan upah kerja harian dan bulanan.

2.5. Time Schedule ( Jadwal Pelaksanaan )

Time schedule adalah jadwal pelaksanaan kegiatan. Bila kegiatan yang

dikerjakan lebih lama dari time schedule yang direncanakan maka kontraktor

diwajibkan membayar denda keterlambatan sesuai dengan pasal-pasal yang

tercantum dalam kontrak kerja yang telah disepakati.

11

Page 12: Bab I - Selesai

2.6. Kedudukan Penulis

Kedudukan penulis sebagai mahasiswa yang mengambil tugas Kerja

Praktek pada proyek tersebut berdasarkan surat pengantar dari ketua Jurusan

Teknik Sipil Universitas muhammadiyah Aceh tanggal 13 Juni 2012 yang

ditujukan kepada Direktur PT. Lavita Inti, maka penulis ditempatkan di lapangan

hanya sebagai mahasiswa Kerja Praktek (KP) selama 2 bulan terhitung mulai 14

Juni 2012 sampai dengan 14 Agustus 2012.

12

Page 13: Bab I - Selesai

BAB III

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan

mengatur langkah-langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya

pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun

berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat menghasilkan mutu

pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.

Adapun ruang lingkup pekerjaan jalan Desa Lheu Blang dari awal proyek sampai

akhir pekerjaan meliputi :

1. Pekerjaan Umum;

2. Pekerjaan Drainase;

3. Pekerjaan Tanah

4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

5. Prekerasan Berbutir

6. Perkerasan Aspal

7. struktur

3.1 Pekerjaan Umum

Pada pekerjaan umum ini meliputi beberapa jenis pekerjaan yaitu :

1. Mobilisasi

2. Kantor lapangan (Direksi Ket)

3. Penetapan titik ukuran

4. pekerjaan pembersihan

3.1.1 Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan peralatan,

gudang, bengkel dan lokasi tempat tinggal pekerja serta fasilitas-fasilitas yang

berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan proyek.

13

Page 14: Bab I - Selesai

3.1.2 Kantor Lapangan

Kantor lapangan merupakan bangunan sebagai fasilitas untuk menunjang

kelancaran aktifitas di lapangan. Kantor lapangan adalah pusat berlangsungnya

semua kegiatan proyek baik administrasi maupun teknis.

3.1.3 Penetapan Titik Pengukuran

Penetapan titik pengukuran di lapangan adalah untuk menentukan

ketinggian dan batas-batas konstruksi. Penentuan titik-titik ketinggian dan batas-

batas konstruksi tersebut sangat penting artinya pada saat pekerjaan dengan alat-

alat berat, karena jika terjadi kesalahan dalam penempatan material akan sangat

sukar untuk memindahkannya. Kegunaan lainnya adalah sebagai penunjang batas

ketinggian dari tebal material yang ditebar sesuai dengan gambar bestek.

Pekerjaan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan theodolit, waterpass,

meteran plastik dan peralatan ringan lainnya.

3.1.4 Pekerjaan Pembersihan

Pekerjaan pembersihan di lapangan meliputi pembersihan lokasi dari

segala pepohonan, batu-batuan, akar pepohonan, rerumputan dan lain-lain.

Pekerjaan pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan

buldozer dan greader.

3.2 Pekerjaan Drainase

Pada pekerjaan drainase ini meliputi :

1. Pekerjaan galian untuk selokan dan saluran air

2. Pekerjaan pasangan batu dengan mortal

3.3 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian biasa, timbunan biasa, timbunan

pilihan, penyiapan badan jalan.

14

Page 15: Bab I - Selesai

3.3.1 Galian Biasa

Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai

galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian

perkerasan aspal. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperbaiki elevasi tanah arah

memanjang dan arah melintang, juga untuk mendapatkan tinggi tanah dasar yang

sesuai dengan perencanaan. Pekerjaan ini dilakukan pada tempat yang

memerlukan galian. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah excavator.

3.3.2 Timbunan Biasa

Sebelum penimbunan dikerjakan terlebih dahulu dipersiapkan dasar

timbunan tersebut yang dalam hal ini adalah tanah dasar (asli), dimana tanah asli

ini akan menjadi dasar lapisan penimbunan. Beberapa faktor yang bisa

menyebabkan dasar timbunan menjadi lemah antara lain : air, baik air tanah

ataupun rembesan, bahan dasar timbunan yang jelek dan lereng yang curam.

Pekerjaan pemadatan dilakukan sepanjang bahu jalan dan badan jalan.

Pemadatan dilakukan dari daerah terendah (pinggir) ke daerah yang tinggi

(tengah), dengan menggunakan motor greader untuk meratakan dan

menggunakan vibrator compactor roller untuk memadatkan, setelah lapisan

pertama dipadatkan kemudian disiram dengan menggunakan water tank agar

permukaan menjadi padat begitu pula untuk lapisan kedua sampai memperoleh

kemiringan 2% untuk badan jalan dan 4% untuk bahu jalan.

3.3.3 Timbunan Pilihan

Timbunan pilihan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk

meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan

lokasi serupa di mana bahan plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan

pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran.

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri

dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan yang telah ditentukan

dan memiliki CBR paling sedikit 10%.

15

Page 16: Bab I - Selesai

Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam

keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari haruslah pasir atau kerikil

atau bahan bakar berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastis maksimum 6%.

3.3.4 Penyiapan Badan Jalan

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan

permukaan tanah dasar. Untuk jalan kerikil pekerjaan dapat juga mencakup

perataan berat dan motor greader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa

penggaruan.

3.4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan

Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan

dan pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau

permukaan lainnya yang disetujui. Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B harus

digunakan di bawah bahu jalan tanpa laburan aspal.

3.5 Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,

penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas permukaan

yang telah disiapkan, pekerjaan ini meliputi :

3.5.1 Lapis Pondasi Agregat Klas A

Pada pekerjaan jalan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga

baik perencanaan maupun pelaksanaannya sesuai dengan yang disyaratkan oleh

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pekerjaan jalan. Dalam pekerjaan jalan

kita mengenal Lapis Pondasi Agregat Kelas A, yaitu mutu lapis pondasi atas

untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal.

16

Page 17: Bab I - Selesai

3.6 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di

atas permukaan lapisan base course dan merupakan lapisan teratas dan konstruksi

lapisan perkerasan jalan raya. Pekerjaan ini meliputi lapis resap pengikat (prime

coat), lapis pengikat aspal beton (AC-BC).

3.6.1 Lapis Resap Pengikat

Lapis ini merupakan aspal cair yang disemprotkan melalui Asphalt

Sprayer ke atas yang merupakan lapisan pengikat antara lapisan perkerasan

dengan lapisan pondasi atas.

3.6.2 Lapis Pengikat Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan ini merupakan campuran aspal yang digunakan sebagai lapisan

perkerasan yang terletak pada lapisan atas dari suatu badan jalan.

3.7 Pasangan Batu

Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah,

gorong-gorong, saluran mortal, bangunan peluncur, pasangan batu kosong dan

bak control.

3.8 Pekerjaan Harian

Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri

dari pekerjaan jenis apapun dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari

Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan lainnya.

17

Page 18: Bab I - Selesai

3.9 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan,

pemeliharaan rutin bahu jalan dan pekerjaan pemeliharaan rutin selokan, saluran

air, galian dan timbunan.

18

Page 19: Bab I - Selesai

BAB IV

KEGIATAN YANG DIIKUTI

Dalam melaksanakan kegiatan praktek Proyek Pembangunan Jalan Strategis

Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh besar dengan panjang 1214,7 M. Lokasi

Proyek merupakan Jalan desa, yang menghubungkan antara Jalan Sukarno Hatta

dengan kampus POLTEKES ACEH dan Desa Lheu Blang.

Dalam Proyek ini Penulis hanya mengikuti beberapa Item pekerjaan, seperti :

1. Pekerjaan Tanah

2. Pekerjaan Perkerasan Berbutir

3. Pekerjaan Perkerasan Aspal

4.1 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan

pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,

untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum

yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,

kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui..

Pada umumnya pekerjaan tanah dikerjakan dengan bantuan alat berat. Tujuan dari

penggunaan alat – alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam

mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan

lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Manajemen alat berat sangat

diperlukan, sehingga dapat menunjang kelancaran dari pekerjaan tersebut,

pekerjaan tanah meliputi:

4.1.1 Timbunan Pilihan

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer)

untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran

air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.

Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan

pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan

19

Page 20: Bab I - Selesai

ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah

faktor yang kritis. Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari

luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah yang digunakan pada pembangunan

jalan ini sudah memenuhi syarat yang ditentukan. Proses pemadatan tanah

dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses

penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan

alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader. Tahapan

Pelaksanaan Timbunan Pilihan meliputi:

Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Timbunan Pilihan adalah sebagai

berikut:

- Volume = 355,36 M3

- Waktu = 5 Hari

Peralatan yang dibutuhkan :

- Motor Grader = 1 Unit

- Compactor Roller = 1 Unit

- Water Tank = 1 Unit

- Dump Truck = 8 Unit

Tenaga kerja yang dibutuhkan :

- Mandor = 1 Orang

- Operator = 2 Orang

- Pembantu Operator = 2 Orang

- Supir Dump Truck = 8 Orang

- Supir Water Tank = 1 Orang

- Pekerja = 3 Orang

- Mekanik = 1 Orang

20

Page 21: Bab I - Selesai

4.2 Pekerjaan Perkerasan Berbutir

Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,

penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas permukaan

yang telah disiapakan, pekerjaan ini meliputi :

4.2.1 Lapis Agregat Kelas A (Base A)

Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara

lapisan bawah dengan lapisan permukaan. Lapisan ini dibuat untuk

menyempurnakan kapasitas daya dukung beban. Material yang digunakan untuk

lapisan ini adalah yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%. Bahkan yang

digunakan untuk lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, yang

merupakan material kelas A baik berdiameter ¾ dan 3/8.

Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh

kestabilan struktur yang diperlukan unutk dapat menahan gaya vertikal dan

horizontal yang terjadi, disamping itu lapisan ini juga dibuat dengan kepadatan

yang cukup agar dapat menahan proses konsolidasi yang dapat menyebabkan

terjadinya keretakan pada badan jalan. Pada tiap-tiap lapisan harus segera

dipadatkan pada seluruh lebar hamparan dengan menggunakan alat Vibratory

Roller dengan lebih kurang 8 passing dimana satu passing sama dengan satu kali

pulang pergi pada bagian yang lurus, tebal dari agregat kelas A ini adalah 20 cm,

agar kepadatan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan yang telah

disyaratkan. Tahapan Pelaksanaan Lapis Pondasi agregat Kelas A meliputi:

Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan Klas A adalah sebagai berikut:

- Volume = 495,00 M3

- Waktu = 7 Hari

Peralatan yang dibutuhkan :

- Motor Grader = 1 Unit

- Compactor Roller = 1 Unit

- Water Tank = 1 Unit

- Dump Truck = 8 Unit

21

Page 22: Bab I - Selesai

- Tenaga kerja yang dibutuhkan :

- Mandor = 1 Orang

- Operator = 2 Orang

- Pembantu Operator = 2 Orang

- Supir Dump Truck = 8 Orang

- Supir Water Tank = 1 Orang

- Pekerja = 3 Orang

- Mekanik = 1 Orang

4.3 Perkerasan Aspal

Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang

berfungsi sebagai penahan beban roda diatasnya secara langsung. Campuran aspal

yang digunakan terdiri dari agregat kasar yang memenuhi gradasi dan terdiri dari

batu pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan pasir serta material aspal.

Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi :

1. Lapis Resap Pengikat (prime coat)

2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC)

Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi

sebagai berikut :

1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan

material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan

permukaan menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan.

Pekerjaan pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan

tanpa ada suatu kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan

sebanyak 1 unit.

2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan

aspal cair bersuhu 160°C sampai dengan 180°C kebadan aspal. Asphalt

Sprayer digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.

22

Page 23: Bab I - Selesai

3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi

pengambilan material ke lokasi perkerasan. Jumlah dump truck yang

digunakan dalam pekerjaan ini adalah 6 unit.

4. Asphalt Finisher, digunakan unutk menghamparkan dan meratakan agregat

aspal di lokasi penghamparan. Banyaknya Asphalt Finisher yang

digunakan sebanyak I unit.

5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.

4.3.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi

atas dengan lapisan AC - BC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya

dukung lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil dari pengujian CBR

tidak boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan

menggunakan air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt sprayer

sehingga tidak terdapat lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil maksimal yang

diharapkan.

Tujuan dari prime coat ini yaitu :

1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.

2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan

menjadi lebih keras.

3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas

dengan lapisan AC - BC yang akan dihamparkan.

Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi

atas agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan tanah

dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.

Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu debu-debu dan

material yang lepas diatas pondasi atas dengan menggunakan masin air

compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila permukaan base course telah

bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat. Setelah lapisan permukaan

pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan prime coat.

23

Page 24: Bab I - Selesai

Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi

60/70 sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan dengan

menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas 150 m2/jam. Alat

ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah pemanasan mencapai 160oC sampai

dengan 180oC aspal cair baru bisa disemprotkan melalui pipa. Proses

penyemprotan prime coat dilakukan bertahap yaitu dengan memulainya setengah

dari lebar badan jalan terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian

baru dilanjutkan pada setengah lebar badan jalan tersisa.

Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat antar

lain:

1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan lapisan

base.

2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau

orang yang berjalan kaki.

3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.

Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata

sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24 jam

setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime coat tersebut

diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah kering harus di

compressor lagi agar debu, air yang ada pada badan jalan hilang. (Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada foto pelaksanaan pada Lampiran, Pekerjaan Lapis

Resap Pengikat)

24

Lapis resap pengikat3 M

½ Lebar jalan

Gambar Pelaksanaan Lapis Resap Pengikat

Page 25: Bab I - Selesai

4.3.2 Permasalahan Pekerjaan Prime Coat

Pekerjaan prime coat dikerjakan tidak sesuai dengan Time Schedul yang

yang direncanakan karena cuaca dilapangan hampir setiap hari hujan maka

pekerjaan harus dihentikan sehingga terjadilah Deviasi yang sangat tinggi, apabila

pekerjaan tetap dilanjutkan maka lapisan prime coat yang telah dikerjakan akan

lepas akibat dilalui kendaraan atau orang yang berjalan kaki karena permukaan

badan jalan tidak kering.

4.3.3 Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada

bagian teratas dari pondasi atas.

Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah :

1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh

diatasnya tidak meresap kelapisan bawahnya yang akan melemahkan

lapisan-lapisan tersebut.

2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya

sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.

3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan

peningkatan atau pemeliharaan jalan.

Agregat Aspal untuk lapisan AC-BC dihasilkan oleh AMP (Asphalt

Mixing Plant) yang berlokasi di Indrapuri, pengaspalan oleh PT.Ayu Lestari dan

diangkut oleh 8 dump truck.

Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP

dan suhu sewaktu dibawa dari AMP antara 140oC -160oC. Setibanya di lapangan

secara perlahan-lahan diruangkan ke bak mekanis Asphalt Finisher untuk

dihamparkan pada permukaan base course yang telah diprime coat sebelumnya.

Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-150oC, dengan tebal

penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20%-25%) untuk mencapai ketebalan

aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang

25

Page 26: Bab I - Selesai

terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher. Penghamparan

dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan Asphalt

Finisher 90 m/jam.

Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah

agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-125oC.

Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau

kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan

sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10

ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8 km/jam.

Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah

pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada

temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara

80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton),

dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama

dan tujuan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian

tepi dan akhirnya kebagian tengah.

Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah

pemadatan tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan

tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8

km/jam.

Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak

terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat menutup keadaan

cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka kekuatan yang

diinginkan.

Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang

perlu dikontrol yaitu :

1. Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm

setelah pemadatan akan diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur

faktor pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm, dengan demikian

faktor pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka

26

Page 27: Bab I - Selesai

didapat penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm. Dengan demikian

penebaran memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat

dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan

oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm.

Pemeriksaan terhadap kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan

dilakukan melalui pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau

pengambilan sample dilakukan setiap jarak 50 meter.

2. Kemiringan tranversal (kemiringan Melintang Jalan), kemiringan

tranversal diatur melalui alat penyetel yang berada pada bagian samping

belakang asphalt finisher. Akan tetapi harus diperiksa kembali oleh

petugas dengan menggunakan waterpass. Caranya adalah dengan

menggunakan mistar yang panjang dan kemiringan disesuaikan dengan

lebar dan kemiringan melintang jalan.

Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan AC-BC adalah sebagai

berikut :

- Volume = 194.70 M3

351.60 Ton

- Waktu = 3 Hari

Peralatan yang dibutuhkan :

- Asphalt Finisher = 1 Unit

- Compactor Roller = 1 Unit

- Water Tank = 1 Unit

- Asphalt Sprayer = 1 Unit

- Air Compressor = 1 Unit

- Tandem Roller = 1 Unit

- PTR = 1 Unit

- Dump Truck = 8 Unit

Tenaga kerja yang dibutuhkan :

- Mandor = 1 Orang

- Operator = 6 Orang

- Supir Dump Truck = 8 Orang

27

Page 28: Bab I - Selesai

- Supir Water Tank = 1 Orang

- Pekerja = 12 Orang

- Mekanik = 2 Orang

4.3.4 Permasalahan Pekerjaan Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)

Lapisan Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada bagian

teratas dari pondasi atas, Volume yang sangat besar juga pada pekerjaan AC- BC.

Apabila pekerjaan AC – BC ini tidak dikerjakan sesuai dengan Time Schedul

maka progres kemajuan pekerjaan akan terjadi deviasa yang sangat besar.

Yang terjadi dilapangan pekerjaan AC – BC dikerjakan tidak sesuai

dengan Time Schedul karena alat berat yang dibutuhkan seperti Asphalt Finisher,

PTR (Pneumatic Tire Roller), Tandem Roller, Water Tank dan Dump Truck tidak

ada dilokasi pekerjaan, alat-alat berat tersebut masih dipakai pada lokasi proyek

lain sehingga pekerjaan AC – BC terlambat dikerjakan dan jauh perbedaan dengan

Time Schedul yang telah direncanakan.

28

Page 29: Bab I - Selesai

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kerja praktek dilakukan pada proyek Pembangunan Jalan Desa Lheu

Blang, Darul Imarah, Aceh Besar dengan menggunakan anggaran APBA tahun

2012. Dalam melakukan kerja praktek (KP) ini penulis, telah banyak memperoleh

pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi

perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan antara

konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggung jawabkan tanpa

melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil

beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di

lapangan serta keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada

pelaksanaan proyek.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pemantauan di lapangan selam melaksanakan kerja praktek ini,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan :

1. Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya

bekerja sesuai dengan perencanaaan yang telah dibuat baik itu masalah

teknik pekerjaan maupun time schedule pekerjaan.

2. Time Schedule yang telah disusun untuk pelaksanaan proyek ini ternyata

tidak seluruhnya dapat diikuti. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cuaca

buruk berupa hujan, juga adanya perubahan gambar rencana sehingga

pelaksana tidak dapat bekerja seoptimal mungkin.

3. Pelaksana prime coat dilakukan setelah dipanasakan aspal penetrasi 60/70

sebanyak 70% dan minyak korosin (minyak Tanah) sebanyak 30% dari

seluruh campuran dan disemprot dengan menggunakan Asphalt Sprayer,

penyemprotan tidak boleh tertumpuk karena akan melekat pada ban

kendaraan pada saat panas terkena sinar matahari yang akan menyebabkan

terkelupasnya lapisan aspal.

29

Page 30: Bab I - Selesai

4. Dari hasil pelaksanaa kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai

dengan literatur dan spec yang diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari

pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%, yang

mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.

5.2 Saran-saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya

kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan-

kegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :

1. Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan terutama pada daerah

yang mudah mengalami penurunan, dilakukan pemadatan dan pengawasan

yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas jalan seperti yang

diharapkan.

2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan proyek

lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga dapat

diperoleh hasil seperti yang direncanakan.

3. Sebaiknya pada saat pengendalian terhadap mutu kepadatannya dilakukan

secara lapis demi lapis, sehingga akan menghasilkan kualitas yang lebih

baik dan tahan lama seperti yang diharapkan.

4. Kepada pihak pengawas agar lebih memperketat pengawasan di lapangan,

sehingga proyek yang dilaksanakan dapat selesai sesuai jadwal yang sudah

direncanakan.

30

Page 31: Bab I - Selesai

DAFTAR PUSTAKA

1. Perpustakaan Fakultas Teknik, 2003, Laporan Kerja Praktek program

sarjana (S1), Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh.

2. B.R.E, Dalimin, 1982, Pengaspalan Jalan Raya, Edisi Bandung.

3. B.R.E, Dalimin, 1981, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Penerbit :

Lestari, Jakarta.

4. Soedarsono, D.U, 1979, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan

Umum.

5. Departemen PU. 1995, Paduan Pipa Baja Bergelombang, Penerbit

Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Program Jalan Subdit

Perencanaan Teknik Jembatan, Jakarta.

31