Upload
perdanaromi7774
View
34
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan prasarana jalan yang baik merupakan faktor penunjang
lancarnya perekonomian, mengingat kondisi sarana jalan yang ada saat ini banyak
kerusakan baik yang diakibatkan oleh faktor alam maupun faktor manusia dalam
hal ini kendaraan, sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna
memenuhi kebutuhan lalu lintas yang lebih tinggi. Dalam proses perencanaan
sebagai dasar untuk pelaksanaannya perlu diperhatikan faktor kenyamanan,
keamanan lingkungan serta faktor lain yang mendukung rencana detail yang
mantap.
Dalam rangka program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh khususnya
memperlancar arus transportasi di wilayah Aceh, maka kegiatan pembangunan
dan pengembangan jalan perlu dilakukan. Untuk mendukung pengembangan jalan
tersebut, maka pemerintah provinsi Aceh membangun salah satu proyek
pembangunan jalan yaitu Pekerjaan pembangunan jalan Strategis Desa Lheu
Blang, Darul Imarah, Aceh besar.
1.2. Lokasi Proyek
Lokasi proyek berada di Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh Besar yang
terletak di perbatasan antara Kabupaten Aceh Besar dengan Kota Banda Aceh
Provinsi Aceh.
1.3. Keadaan Tanah
Setelah dikeluarka hasil test Dynamic Cone Penetration (DCP) keadaan
tanah di Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh Besar kurang mendukung untuk
pembangunan jalan karena pembangunan jalan yang lama hanya menggunakan
batu susun dan aspal goreng tidak ada pekerjaan urugan pilihan.
1
1.4. Keadaan Alam dan Lingkungan
Keadaan alam disekitar lokasi umumnya merupakan daerah permukiman
dan persawahan dimana daerah tersebut masih terjaga lingkungan alamnya. Tidak
dijumpai pencemaran fisik, baik lingkungan tanah, udara dan air.
1.5. Tujuan Kegiatan
Maksud dan tujuan pembangunan proyek ini adalah untuk meningkatkan
sarana jalan sebagai transportasi darat juga untuk meningkatkan jasa pelayanan
pada masyarakat pemakai jalan yang meningkat.
Pembangunan jalan ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
hal memperlancar arus lalu lintas sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi
masyrakat akan meningkat, dengan lancarnya arus lalu lintas memberi efesieni
waktu yang sangat berarti.
1.6. Sumber Dana
Dana untuk pembangunan jalan Strategis Desa Lheu Blang, Darul Imarah,
Aceh besar ini berasal dari dana APBA tahun anggaran 2012 dengan nomor
kontrak : 16/SPPK/PBJ/DBC/APBA/V/2012, tanggal 02 Mei 2012 dan biaya
sebesar Rp.969.096.000,00 (sembilan ratus enam puluh sembilan juta sembilan
puluh enam ribu rupiah) dengan panjang penanganan 1214,7 M, pemilik proyek
ini adalah Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh diwakili oleh
kegiatan pembangunan jalan dan pengawasannya dipercayakan kepada PT. Lavita
Inti Archtec & Engineering Consultant sedangkan pelaksananya adalah
CV.Yudha Wahana Manggala.
1.7. Tujuan Kerja Praktek
Sesuai dengan kurikulum pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Aceh, maksud dan tujuan kerja praktek ini adalah untuk melihat,mengamati dan
menganalisa secara nyata serangkaian kegiatan pada pelaksanaan sebuah
konstruksi di lapangan serta membandingkan dengan teori yang diterima di
bangku kuliah. Berdasarkan surat pengantar dari Ketua Jurusan Teknik Sipil
2
nomor 180/UM.M5.FT-TS/V/2012 yang ditujukan kepada PT. . Lavita Inti
Archtec & Engineering Consultant Inti untuk mengikuti Kerja Praktek selama
lebih kurang 2 bulan dan ditetapkan sebagai mahasiswa Kerja Praktek di lapangan
terhitung mulai tanggal 14 Juni 2012 sampai dengan 14 Agustus 2012 .
3
BAB II
ORGANISASI KEGIATAN
Pembangunan suatu kegiatan perlu pengorganisasian yang terkoordinasi
secara efektif dan sistematis. Dalam pelaksanaan kegiatan perlu adanya suatu
pengaturan struktur organisasi. Organisasi kegiatan ini dibutuhkan untuk
mempelancar pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan sehingga hasil yang
diperlukan lebih maksimal dan sesuai dengan rencana. Untuk tercapainya sasaran
pelaksanaan sebagai mana diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat harus dapat
berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing. Agar semua pekerjaan
berjalan lancar maka unsur yang terkait ini telah membuat dan menyepakati suatu
rencana kerja dan syarat – syarat, kontrak kerja dan gambar bestek.
2.1. Struktur Organisasi
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan segala
ketentuan yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah badan-
badan hukum dan susunan struktur organisasi pembangunan jalan dan jembatan
Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya, dimana unsur-unsur yang
terlibat langsung dalam menangani kegiatan tersebut adalah :
1. Pelaksana kegiatan (bouwheer/owner);
2. Konsultan perencana (consultant/designer);
3. Konsultan pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana (contractor).
Semua unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab
masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait
satu sama lainnya, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan akan memperoleh hasil
yang sebaik-baiknya.
4
2.1.1. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana Kegiatan (bouwheer/owner) adalah pihak yang memiliki
gagasan untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum
seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu
dinas atau jabatan.
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi Aceh
adalah pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan kepada Pembangunan
Jalan dan Jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. Untuk
memudahkan urusan administrasi dan kelancaran proyek, maka ditunjuk seorang
Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
Dalam menjalankan kewajiban, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin kegiatan
dalam pelaksanan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana,
konsultan pengawas dan pelaksana kegiatan;
2. Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan jalan yang akan
dibangun;
3. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik kegiatan dengan
konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai
penandatanganan naskah serah terima;
4. Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik
kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5. Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang
berdasarkan surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan;
6. Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilaksanakan;
7. Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai
dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
5
2.1.2. Pengawas (Direksi/Supervisor)
Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang
ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan
mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil kerja sesuai
dengan persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam
Aanwijzing. Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan
yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada
pelaksana kegiatan. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada
pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Petunjuk yang
diberikan mencakup bidang teknis dan admin. Pelaksanaan pengawasan pada
kegiatan ini dilakukan oleh PT. Lavita Inti Archtec & Engineering Consultant.
Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengawas mempunyai tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut :
1. Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dari setiap item pekerjaan;
2. Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4. Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-
penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah
mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
5. Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan
pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk
kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
6. Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
7. Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
waktu pelaksanaan (time schedule).
6
Dapat dilihat pada Struktur Organisasi (Struktur organisasi pengawas di
lapangan terlampiran).
2.1.3. Pelaksana (Kontraktor)
Pelaksana (kontraktor) adalah suatu organisasi berbadan hukum yang
dipercaya untuk melaksanakan pembangunan suatu kegiatan dan memiliki suatu
usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang
cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian pekerjaan yang telah dibuat. Pelaksana
pada kegiatan ini dipercayakan kepada CV.Yudha Wahana Manggala.
Adapun tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
pada kegiatan sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam bestek;
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang
diperlukan pada saat pelaksanaan;
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya yang
sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum
dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS);
5. Laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan termin;
6. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti
yang telah ditetapkan dalam kontrak;
7. Mengadakan pemeliharaan selama kegiatan tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana.
2.2. Hubungan Kerja Antar Unsur-unsur Organisasi Kegiatan
Dalam pelaksanaan sebuah Proyek, masing – masing unsur mempunyai
wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya. hubungan kerja antara
unsur-unsur dari organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu :
7
1. Hubungan kerja secara Teknis.
2. Hubungan kerja secara Hukum.
2.2.1. Hubungan Kerja Secara Teknis
Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara
berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Hubungan kerja
antara pemilik kegiatan, perencana, pengawas dan pelaksana adalah hubungan
segitiga. Dalam hal ini semua masalah teknis perencana diserahkan oleh
pemimpin kegiatan kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh
pemimpin kegiatan, maka seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada
pengawas. Jika ada masalah teknis yang perlu dibicarakan, maka menurut
peraturan umum pemilik kegiatan tidak dapat berhubungan langsung dengan
pelaksana tetapi harus melalui pengawas. Dalam pelaksanaan dilapangan
pengawas berkuasa penuh untuk menegur pelaksana jika pekerjaan yang
dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang dari bestek yang ada, baik secara
lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-teguran
tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, baik untuk sementara waktu maupun
seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau
memerintahkan pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui pengawas.
Hal ini disebabkan karena diantara perencana dan pelaksana/kontraktror tidak ada
hubungan kerja, sebaliknya antara perencana dan pengawas terdapat hubungan
garis konsultasi. Untuk lebih jelasnya hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.
8
Keterangan : : Pembayaran Jasa : Pelaksanaan Jasa : Kontrak : Pengawasan RKS : Realisasi RKS
Pengguna Jasa(Owner)
Pengawas(Supervision)
Pelaksana(Contractor)
Perencana(Consultant)
Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja Secara Teknis
Sumber : Ervianto (2005)
2.2.2. Hubungan Kerja Secara Hukum
Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat
dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum
Sumber : Ervianto (2005)
2.3. Pelaksanaan Pelelangan
Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan
kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan
yang ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang
9
Pengguna Jasa(Owner)
Pengawas(Supervision)
Pelaksana(Contractor)
Perencana(Consultant)
Keterangan : : Garis Perintah : Garis Koordinasi
benar-benar mampu serta memenuhi syarat administrasi, teknis dan financial
(keuangan) untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Penentuan pelaksanaan kegiatan pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara:
1. Pelelangan umum, yaitu pelangan yang diumumkan melalui media massa
atau publikasi lainnya;
2. Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang hanya diundang beberapa
pemborong yang dianggap mampu ; dan
3. Pemilihan Langsung.
4. Penunjukan Langsung.
Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat
dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang
dilakukan antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong /rekanan yang
tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha ruang
lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
Pemilihan langsung adalah pelaksana pekerjaaan pembangunan maupun
pengadaan barang/jasa oleh rekanan tanpa melalui pelelangan umum atau
pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya
tiga penawar yang tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan
dilakukan negosiasi penawaran secara teknis dan administratif serta perhitungan
harga yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penunjukan langsung adalah pelaksana pelelangan yang hanya mengundang
satu rekanan yang dianggap mampu untuk mengajukan penawaran dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut :
a) Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b) Mengadakan pengumuman yang akan diadakan;
10
c) Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d) Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e) Melaksanakan pelelangan;
f) Mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
g) Membuat laporan dan pertanggu jawaban kepada kegiatan.
Penetapan pelaksana pekerjaan pada kegiatan ini dilakukan melalui
pelelangan. Sebagai tahap awal, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya membentuk
panitia pengadaan jasa konstruksi yang bertujuan untuk melaksanakan segala
proses pelelangan.
2.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja yang didatangkan dari
jawa dan tenaga kerja lokal yang berasal dari daerah Aceh yang disediakan oleh
kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya mereka diklasifikasikan menurut
keahlian dalam bidang masing – masing. Dalam menjalankan kewajibannya,
mereka dikepalai oleh seorang kepala tukang, untuk menjamin kelancaran
melaksanakan pekerjaan kontrktor juga menyediakan tempat pemondakan bagi
pekerjanya yang tidak jauh dari lokasi proyek
Jadwal Jam kerja pada kegiatan ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:
- Pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;
- Sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB;
Pembayaran upah kerja dilakukan setiap sebulan sekali, kecuali bagi pekerja lepas
diberikan upah kerja harian dan bulanan.
2.5. Time Schedule ( Jadwal Pelaksanaan )
Time schedule adalah jadwal pelaksanaan kegiatan. Bila kegiatan yang
dikerjakan lebih lama dari time schedule yang direncanakan maka kontraktor
diwajibkan membayar denda keterlambatan sesuai dengan pasal-pasal yang
tercantum dalam kontrak kerja yang telah disepakati.
11
2.6. Kedudukan Penulis
Kedudukan penulis sebagai mahasiswa yang mengambil tugas Kerja
Praktek pada proyek tersebut berdasarkan surat pengantar dari ketua Jurusan
Teknik Sipil Universitas muhammadiyah Aceh tanggal 13 Juni 2012 yang
ditujukan kepada Direktur PT. Lavita Inti, maka penulis ditempatkan di lapangan
hanya sebagai mahasiswa Kerja Praktek (KP) selama 2 bulan terhitung mulai 14
Juni 2012 sampai dengan 14 Agustus 2012.
12
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada pelaksanaan suatu kegiatan, pelaksanaan perlu menentukan dan
mengatur langkah-langkah setiap jenis pekerjaan diawal hingga selesainya
pekerjaan. Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun
berdasarkan jenis dan volume pekerjaan. Sehingga dapat menghasilkan mutu
pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Adapun ruang lingkup pekerjaan jalan Desa Lheu Blang dari awal proyek sampai
akhir pekerjaan meliputi :
1. Pekerjaan Umum;
2. Pekerjaan Drainase;
3. Pekerjaan Tanah
4. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5. Prekerasan Berbutir
6. Perkerasan Aspal
7. struktur
3.1 Pekerjaan Umum
Pada pekerjaan umum ini meliputi beberapa jenis pekerjaan yaitu :
1. Mobilisasi
2. Kantor lapangan (Direksi Ket)
3. Penetapan titik ukuran
4. pekerjaan pembersihan
3.1.1 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kegiatan yang menyangkut penyediaan peralatan,
gudang, bengkel dan lokasi tempat tinggal pekerja serta fasilitas-fasilitas yang
berhubungan dengan konstruksi dalam kegiatan proyek.
13
3.1.2 Kantor Lapangan
Kantor lapangan merupakan bangunan sebagai fasilitas untuk menunjang
kelancaran aktifitas di lapangan. Kantor lapangan adalah pusat berlangsungnya
semua kegiatan proyek baik administrasi maupun teknis.
3.1.3 Penetapan Titik Pengukuran
Penetapan titik pengukuran di lapangan adalah untuk menentukan
ketinggian dan batas-batas konstruksi. Penentuan titik-titik ketinggian dan batas-
batas konstruksi tersebut sangat penting artinya pada saat pekerjaan dengan alat-
alat berat, karena jika terjadi kesalahan dalam penempatan material akan sangat
sukar untuk memindahkannya. Kegunaan lainnya adalah sebagai penunjang batas
ketinggian dari tebal material yang ditebar sesuai dengan gambar bestek.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan theodolit, waterpass,
meteran plastik dan peralatan ringan lainnya.
3.1.4 Pekerjaan Pembersihan
Pekerjaan pembersihan di lapangan meliputi pembersihan lokasi dari
segala pepohonan, batu-batuan, akar pepohonan, rerumputan dan lain-lain.
Pekerjaan pembersihan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan
buldozer dan greader.
3.2 Pekerjaan Drainase
Pada pekerjaan drainase ini meliputi :
1. Pekerjaan galian untuk selokan dan saluran air
2. Pekerjaan pasangan batu dengan mortal
3.3 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian biasa, timbunan biasa, timbunan
pilihan, penyiapan badan jalan.
14
3.3.1 Galian Biasa
Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan aspal. Pekerjaan ini bertujuan untuk memperbaiki elevasi tanah arah
memanjang dan arah melintang, juga untuk mendapatkan tinggi tanah dasar yang
sesuai dengan perencanaan. Pekerjaan ini dilakukan pada tempat yang
memerlukan galian. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah excavator.
3.3.2 Timbunan Biasa
Sebelum penimbunan dikerjakan terlebih dahulu dipersiapkan dasar
timbunan tersebut yang dalam hal ini adalah tanah dasar (asli), dimana tanah asli
ini akan menjadi dasar lapisan penimbunan. Beberapa faktor yang bisa
menyebabkan dasar timbunan menjadi lemah antara lain : air, baik air tanah
ataupun rembesan, bahan dasar timbunan yang jelek dan lereng yang curam.
Pekerjaan pemadatan dilakukan sepanjang bahu jalan dan badan jalan.
Pemadatan dilakukan dari daerah terendah (pinggir) ke daerah yang tinggi
(tengah), dengan menggunakan motor greader untuk meratakan dan
menggunakan vibrator compactor roller untuk memadatkan, setelah lapisan
pertama dipadatkan kemudian disiram dengan menggunakan water tank agar
permukaan menjadi padat begitu pula untuk lapisan kedua sampai memperoleh
kemiringan 2% untuk badan jalan dan 4% untuk bahu jalan.
3.3.3 Timbunan Pilihan
Timbunan pilihan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan
lokasi serupa di mana bahan plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran.
Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan yang telah ditentukan
dan memiliki CBR paling sedikit 10%.
15
Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari haruslah pasir atau kerikil
atau bahan bakar berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastis maksimum 6%.
3.3.4 Penyiapan Badan Jalan
Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan
permukaan tanah dasar. Untuk jalan kerikil pekerjaan dapat juga mencakup
perataan berat dan motor greader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa
penggaruan.
3.4 Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan bahan bahu jalan pada tanah dasar yang telah disiapkan atau
permukaan lainnya yang disetujui. Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B harus
digunakan di bawah bahu jalan tanpa laburan aspal.
3.5 Perkerasan Berbutir
Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas permukaan
yang telah disiapkan, pekerjaan ini meliputi :
3.5.1 Lapis Pondasi Agregat Klas A
Pada pekerjaan jalan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga
baik perencanaan maupun pelaksanaannya sesuai dengan yang disyaratkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang pekerjaan jalan. Dalam pekerjaan jalan
kita mengenal Lapis Pondasi Agregat Kelas A, yaitu mutu lapis pondasi atas
untuk suatu lapisan di bawah lapisan beraspal.
16
3.6 Perkerasan Aspal
Perkerasan aspal (lapisan permukaan) merupakan lapisan yang terletak di
atas permukaan lapisan base course dan merupakan lapisan teratas dan konstruksi
lapisan perkerasan jalan raya. Pekerjaan ini meliputi lapis resap pengikat (prime
coat), lapis pengikat aspal beton (AC-BC).
3.6.1 Lapis Resap Pengikat
Lapis ini merupakan aspal cair yang disemprotkan melalui Asphalt
Sprayer ke atas yang merupakan lapisan pengikat antara lapisan perkerasan
dengan lapisan pondasi atas.
3.6.2 Lapis Pengikat Aspal Beton (AC-BC)
Lapisan ini merupakan campuran aspal yang digunakan sebagai lapisan
perkerasan yang terletak pada lapisan atas dari suatu badan jalan.
3.7 Pasangan Batu
Pasangan batu digunakan hanya struktur seperti dinding penahan tanah,
gorong-gorong, saluran mortal, bangunan peluncur, pasangan batu kosong dan
bak control.
3.8 Pekerjaan Harian
Operasi-operasi yang dilaksanakan menurut Pekerjaan Harian dapat terdiri
dari pekerjaan jenis apapun dan dapat mencakup pekerjaan tambahan dari
Drainase, Galian, Timbunan, Struktur atau pekerjaan lainnya.
17
3.9 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan,
pemeliharaan rutin bahu jalan dan pekerjaan pemeliharaan rutin selokan, saluran
air, galian dan timbunan.
18
BAB IV
KEGIATAN YANG DIIKUTI
Dalam melaksanakan kegiatan praktek Proyek Pembangunan Jalan Strategis
Desa Lheu Blang, Darul Imarah, Aceh besar dengan panjang 1214,7 M. Lokasi
Proyek merupakan Jalan desa, yang menghubungkan antara Jalan Sukarno Hatta
dengan kampus POLTEKES ACEH dan Desa Lheu Blang.
Dalam Proyek ini Penulis hanya mengikuti beberapa Item pekerjaan, seperti :
1. Pekerjaan Tanah
2. Pekerjaan Perkerasan Berbutir
3. Pekerjaan Perkerasan Aspal
4.1 Pekerjaan Tanah
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui..
Pada umumnya pekerjaan tanah dikerjakan dengan bantuan alat berat. Tujuan dari
penggunaan alat – alat berat tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam
mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan
lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Manajemen alat berat sangat
diperlukan, sehingga dapat menunjang kelancaran dari pekerjaan tersebut,
pekerjaan tanah meliputi:
4.1.1 Timbunan Pilihan
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer)
untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran
air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan
19
ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis. Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari
luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah yang digunakan pada pembangunan
jalan ini sudah memenuhi syarat yang ditentukan. Proses pemadatan tanah
dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses
penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan
alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader. Tahapan
Pelaksanaan Timbunan Pilihan meliputi:
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Timbunan Pilihan adalah sebagai
berikut:
- Volume = 355,36 M3
- Waktu = 5 Hari
Peralatan yang dibutuhkan :
- Motor Grader = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Dump Truck = 8 Unit
Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Operator = 2 Orang
- Pembantu Operator = 2 Orang
- Supir Dump Truck = 8 Orang
- Supir Water Tank = 1 Orang
- Pekerja = 3 Orang
- Mekanik = 1 Orang
20
4.2 Pekerjaan Perkerasan Berbutir
Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemprosesan, pengangkatan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat pecah di atas permukaan
yang telah disiapakan, pekerjaan ini meliputi :
4.2.1 Lapis Agregat Kelas A (Base A)
Lapis agregat kelas A adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapisan bawah dengan lapisan permukaan. Lapisan ini dibuat untuk
menyempurnakan kapasitas daya dukung beban. Material yang digunakan untuk
lapisan ini adalah yang cukup kuat dan memiliki CBR > 90%. Bahkan yang
digunakan untuk lapisan ini dapat berupa batu pecah, kerikil pecah, yang
merupakan material kelas A baik berdiameter ¾ dan 3/8.
Lapisan ini dirancang sedemikian rupa sehingga akhirnya diperoleh
kestabilan struktur yang diperlukan unutk dapat menahan gaya vertikal dan
horizontal yang terjadi, disamping itu lapisan ini juga dibuat dengan kepadatan
yang cukup agar dapat menahan proses konsolidasi yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan pada badan jalan. Pada tiap-tiap lapisan harus segera
dipadatkan pada seluruh lebar hamparan dengan menggunakan alat Vibratory
Roller dengan lebih kurang 8 passing dimana satu passing sama dengan satu kali
pulang pergi pada bagian yang lurus, tebal dari agregat kelas A ini adalah 20 cm,
agar kepadatan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan yang telah
disyaratkan. Tahapan Pelaksanaan Lapis Pondasi agregat Kelas A meliputi:
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan Klas A adalah sebagai berikut:
- Volume = 495,00 M3
- Waktu = 7 Hari
Peralatan yang dibutuhkan :
- Motor Grader = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Dump Truck = 8 Unit
21
- Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Operator = 2 Orang
- Pembantu Operator = 2 Orang
- Supir Dump Truck = 8 Orang
- Supir Water Tank = 1 Orang
- Pekerja = 3 Orang
- Mekanik = 1 Orang
4.3 Perkerasan Aspal
Perkerasan aspal adalah lapisan yang berupa campuran aspal yang
berfungsi sebagai penahan beban roda diatasnya secara langsung. Campuran aspal
yang digunakan terdiri dari agregat kasar yang memenuhi gradasi dan terdiri dari
batu pecah atau kerikil pecah, agregat halus dan pasir serta material aspal.
Kegiatan yang penulis ikuti pada pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi :
1. Lapis Resap Pengikat (prime coat)
2. Lapis Aus Asphalt Beton (AC-BC)
Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan permukaan ini meliputi
sebagai berikut :
1. Air Compressor, yang digunakan untuk membersihkan debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas, agar pengaspalan lapisan
permukaan menjadi bagus dan tidak mudah mengalami kerusakan.
Pekerjaan pembersihan debu ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan
tanpa ada suatu kendala, dalam pekerjaan ini Air Compressor di perlukan
sebanyak 1 unit.
2. Asphalt Sprayer, digunakan sebagai prime coat yang menghamparkan
aspal cair bersuhu 160°C sampai dengan 180°C kebadan aspal. Asphalt
Sprayer digunakan dalam proyek ini sebanyak 1 unit.
22
3. Dump Truck, digunakan untuk mengangkut material dari lokasi
pengambilan material ke lokasi perkerasan. Jumlah dump truck yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah 6 unit.
4. Asphalt Finisher, digunakan unutk menghamparkan dan meratakan agregat
aspal di lokasi penghamparan. Banyaknya Asphalt Finisher yang
digunakan sebanyak I unit.
5. Tandem Roller dan PTR, digunakan untuk memadatkan agregat aspal.
4.3.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Lapis resap pengikat adalah lapisan penghubung antara lapisan pondasi
atas dengan lapisan AC - BC. Pekerjaan ini dilakukan jika pemadatan dan daya
dukung lapisan pondasi atas telah memenuhi syarat atau hasil dari pengujian CBR
tidak boleh kurang dari 80%. Konstruksi perkerasan dibersihkan dengan
menggunakan air compressor dan dilakukan prime coat dengan asphalt sprayer
sehingga tidak terdapat lagi sesuatu yang dapat mengurangi hasil maksimal yang
diharapkan.
Tujuan dari prime coat ini yaitu :
1. Mengisi lubang-lubang kecil pada bagian pondasi atas.
2. Menutup atau melapiskan partikel yang terlepas sehingga permukaan
menjadi lebih keras.
3. Membantu membersihkan ikatan yang baik antara lapisan pondasi atas
dengan lapisan AC - BC yang akan dihamparkan.
Sehingga memberikan suatu sifat yang kedap air dari permukaan pondasi
atas agar tidak dapat masuk yang dapat mengakibatkan hancurnya lapisan tanah
dasar pada saat lapisan permukaan belum dilapisi.
Sebelum pekerjaan prime coat dimulai, terlebih dahulu debu-debu dan
material yang lepas diatas pondasi atas dengan menggunakan masin air
compressor. Pembersihan dinyatakan cukup apabila permukaan base course telah
bersih sehingga permukaan agregat telah jelas terlihat. Setelah lapisan permukaan
pondasi atas bersih, barulah diberi lapisan prime coat.
23
Aspal panas prime coat dihasilkan dengan memanaskan aspal penetrasi
60/70 sebanyak 30% dari keseluruhan campuran. Pekerjaan ini dilakukan dengan
menggunakan alat Asphalt Sprayer distributor dengan kapasitas 150 m2/jam. Alat
ini memiliki pemanas sendiri, dimana setelah pemanasan mencapai 160oC sampai
dengan 180oC aspal cair baru bisa disemprotkan melalui pipa. Proses
penyemprotan prime coat dilakukan bertahap yaitu dengan memulainya setengah
dari lebar badan jalan terlebih dahulu agar lalu lintas tidak terganggu, kemudian
baru dilanjutkan pada setengah lebar badan jalan tersisa.
Pekerjaan prime coat dinyatakan selesai setelah memenuhi syarat-syarat antar
lain:
1. Penyiraman yang merata, sehingga tidak ada tempat yang kelihatan lapisan
base.
2. Tidak ada lapisan prime coat yang lepas akibat dilalui kendaraan atau
orang yang berjalan kaki.
3. permukaan prime coat tidak kotor oleh debu atau kotoran lain.
Permukaan pondasi yang telah dilalui lapisan prime coat secara merata
sebenarnya tidak boleh dilalui oleh kendaraan atau pejalan kaki selama 24 jam
setelah di prime coat karena akan menyebabkan aspal panas prime coat tersebut
diabaikan, tetapi saat pengaspalan, prime coat yang telah kering harus di
compressor lagi agar debu, air yang ada pada badan jalan hilang. (Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada foto pelaksanaan pada Lampiran, Pekerjaan Lapis
Resap Pengikat)
24
Lapis resap pengikat3 M
½ Lebar jalan
Gambar Pelaksanaan Lapis Resap Pengikat
4.3.2 Permasalahan Pekerjaan Prime Coat
Pekerjaan prime coat dikerjakan tidak sesuai dengan Time Schedul yang
yang direncanakan karena cuaca dilapangan hampir setiap hari hujan maka
pekerjaan harus dihentikan sehingga terjadilah Deviasi yang sangat tinggi, apabila
pekerjaan tetap dilanjutkan maka lapisan prime coat yang telah dikerjakan akan
lepas akibat dilalui kendaraan atau orang yang berjalan kaki karena permukaan
badan jalan tidak kering.
4.3.3 Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)
Lapisan Aus Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada
bagian teratas dari pondasi atas.
Tujuan dari pemberian lapisan AC-BC adalah :
1. Untuk memberikan suatu kedap air sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya tidak meresap kelapisan bawahnya yang akan melemahkan
lapisan-lapisan tersebut.
2. Suatu lapisan yang dapat menyebarkan beban kelapisan kebawahnya
sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain.
3. Sebagai lapisan pembentuk pondasi jika dipergunakan pada pekerjaan
peningkatan atau pemeliharaan jalan.
Agregat Aspal untuk lapisan AC-BC dihasilkan oleh AMP (Asphalt
Mixing Plant) yang berlokasi di Indrapuri, pengaspalan oleh PT.Ayu Lestari dan
diangkut oleh 8 dump truck.
Pekerjaan lapisan AC-BC dimulai dengan diangkutnya aspal dari AMP
dan suhu sewaktu dibawa dari AMP antara 140oC -160oC. Setibanya di lapangan
secara perlahan-lahan diruangkan ke bak mekanis Asphalt Finisher untuk
dihamparkan pada permukaan base course yang telah diprime coat sebelumnya.
Suhu aspal sewaktu penghamparan antara 140oC-150oC, dengan tebal
penghamparan 6.2 cm (biasanya penyusutan 20%-25%) untuk mencapai ketebalan
aspal 5 cm. Ketebalan penghamparan dapat diukur dengan penyetelan yang
25
terdapat pada bagian samping belakang dari Asphalt Finisher. Penghamparan
dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan dan kecepatan jalan Asphalt
Finisher 90 m/jam.
Pemadatan tahap pertama (break down rolling) dapat dilakukan setelah
agregat aspal yang telah dihamparkan temperaturnya turun antara 110oC-125oC.
Saat pemadatan pertama dilihat bagian penghamparan yang tidak rata atau
kekurangan aspal, jika ada maka aspal dapat ditambah dengan menggunakan
sekrop. Pemadatan tahap pertama dilakukan dengan tandem roller (kapasitas 8-10
ton) sebanyak 1 passing dengan kecepatan 5,8 km/jam.
Pemadatan tahap kedua (secondary rolling) dilaksanakan setelah
pemadatan tahap pertama selesai. Pemadatan tahap kedua dimulai pada
temperatur hamparan yang sudah digilas pada tahap pertama telah menurun antara
80oC-90oC. Penggilasan tahap kedua dengan PTR (yang beratnya 10-20 ton),
dengan kecepatan 5-8 km/jam, sebanyak 16 passing. Untuk pemadatan pertama
dan tujuan dilakukan searah dengan sumbu memanjang jalan, dimulai pada bagian
tepi dan akhirnya kebagian tengah.
Pemadatan tahap ketiga (finisher rolling) dilakukan setelah setelah
pemadatan tahap kedua selesai. Penghamparan tahap ketiga dilakukan dengan
tandem roller (kapasitas 8-10 ton) sebanyak 2 passing dengan kecepatan 5-8
km/jam.
Ketika pemadatan berlangsung roda alat gilas harus selalu basah agar tidak
terjadi lekatan antara aspal dengan kendaraan. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah temparatur penggilasan yang kira-kira dapat menutup keadaan
cuaca, sebab harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan maka kekuatan yang
diinginkan.
Pada pelaksanaan pekerjaan lapisan AC-BC ini ada beberapa hal yang
perlu dikontrol yaitu :
1. Tebal penghamparan Aspal, ketebalan penghamparan rata-rata 6,2 cm
setelah pemadatan akan diharapkan menjadi 5 cm. Berdasarkan literatur
faktor pemadatan dari lepas kepadat adalah 1,2 cm, dengan demikian
faktor pemadatan sebesar 1,2 cm ditambah tebal pemadatan 5 cm, maka
26
didapat penghamparan sebelum dipadatkan 6,2 cm. Dengan demikian
penebaran memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ketebalan pada saat
dilakukan dengan cara menusuk-nusuk aspal segera setelah penghamparan
oleh asphalt finisher, dengan tongkat besi yang distel ujungnya 6,2 cm.
Pemeriksaan terhadap kestabilan dan flow pada AC-BC setelah pemadatan
dilakukan melalui pengeboran dengan alat core drill. Pemeriksaan atau
pengambilan sample dilakukan setiap jarak 50 meter.
2. Kemiringan tranversal (kemiringan Melintang Jalan), kemiringan
tranversal diatur melalui alat penyetel yang berada pada bagian samping
belakang asphalt finisher. Akan tetapi harus diperiksa kembali oleh
petugas dengan menggunakan waterpass. Caranya adalah dengan
menggunakan mistar yang panjang dan kemiringan disesuaikan dengan
lebar dan kemiringan melintang jalan.
Volume, Waktu, Peralatan, Tenaga kerja Lapisan AC-BC adalah sebagai
berikut :
- Volume = 194.70 M3
351.60 Ton
- Waktu = 3 Hari
Peralatan yang dibutuhkan :
- Asphalt Finisher = 1 Unit
- Compactor Roller = 1 Unit
- Water Tank = 1 Unit
- Asphalt Sprayer = 1 Unit
- Air Compressor = 1 Unit
- Tandem Roller = 1 Unit
- PTR = 1 Unit
- Dump Truck = 8 Unit
Tenaga kerja yang dibutuhkan :
- Mandor = 1 Orang
- Operator = 6 Orang
- Supir Dump Truck = 8 Orang
27
- Supir Water Tank = 1 Orang
- Pekerja = 12 Orang
- Mekanik = 2 Orang
4.3.4 Permasalahan Pekerjaan Laston-lapis Aus Aspal Beton (AC-BC)
Lapisan Aspal Beton (AC-BC) adalah lapisan yang berada pada bagian
teratas dari pondasi atas, Volume yang sangat besar juga pada pekerjaan AC- BC.
Apabila pekerjaan AC – BC ini tidak dikerjakan sesuai dengan Time Schedul
maka progres kemajuan pekerjaan akan terjadi deviasa yang sangat besar.
Yang terjadi dilapangan pekerjaan AC – BC dikerjakan tidak sesuai
dengan Time Schedul karena alat berat yang dibutuhkan seperti Asphalt Finisher,
PTR (Pneumatic Tire Roller), Tandem Roller, Water Tank dan Dump Truck tidak
ada dilokasi pekerjaan, alat-alat berat tersebut masih dipakai pada lokasi proyek
lain sehingga pekerjaan AC – BC terlambat dikerjakan dan jauh perbedaan dengan
Time Schedul yang telah direncanakan.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kerja praktek dilakukan pada proyek Pembangunan Jalan Desa Lheu
Blang, Darul Imarah, Aceh Besar dengan menggunakan anggaran APBA tahun
2012. Dalam melakukan kerja praktek (KP) ini penulis, telah banyak memperoleh
pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi
perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijaksanaan antara
konsultan pengawas dengan pelaksana yang dapat dipertanggung jawabkan tanpa
melewati batas toleransi. Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil
beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan serta keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada
pelaksanaan proyek.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemantauan di lapangan selam melaksanakan kerja praktek ini,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan :
1. Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya
bekerja sesuai dengan perencanaaan yang telah dibuat baik itu masalah
teknik pekerjaan maupun time schedule pekerjaan.
2. Time Schedule yang telah disusun untuk pelaksanaan proyek ini ternyata
tidak seluruhnya dapat diikuti. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cuaca
buruk berupa hujan, juga adanya perubahan gambar rencana sehingga
pelaksana tidak dapat bekerja seoptimal mungkin.
3. Pelaksana prime coat dilakukan setelah dipanasakan aspal penetrasi 60/70
sebanyak 70% dan minyak korosin (minyak Tanah) sebanyak 30% dari
seluruh campuran dan disemprot dengan menggunakan Asphalt Sprayer,
penyemprotan tidak boleh tertumpuk karena akan melekat pada ban
kendaraan pada saat panas terkena sinar matahari yang akan menyebabkan
terkelupasnya lapisan aspal.
29
4. Dari hasil pelaksanaa kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai
dengan literatur dan spec yang diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari
pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%, yang
mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.
5.2 Saran-saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya
kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan-
kegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan terutama pada daerah
yang mudah mengalami penurunan, dilakukan pemadatan dan pengawasan
yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas jalan seperti yang
diharapkan.
2. Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan proyek
lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga dapat
diperoleh hasil seperti yang direncanakan.
3. Sebaiknya pada saat pengendalian terhadap mutu kepadatannya dilakukan
secara lapis demi lapis, sehingga akan menghasilkan kualitas yang lebih
baik dan tahan lama seperti yang diharapkan.
4. Kepada pihak pengawas agar lebih memperketat pengawasan di lapangan,
sehingga proyek yang dilaksanakan dapat selesai sesuai jadwal yang sudah
direncanakan.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Perpustakaan Fakultas Teknik, 2003, Laporan Kerja Praktek program
sarjana (S1), Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh.
2. B.R.E, Dalimin, 1982, Pengaspalan Jalan Raya, Edisi Bandung.
3. B.R.E, Dalimin, 1981, Pelaksanaan Pembangunan Jalan, Penerbit :
Lestari, Jakarta.
4. Soedarsono, D.U, 1979, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum.
5. Departemen PU. 1995, Paduan Pipa Baja Bergelombang, Penerbit
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina Program Jalan Subdit
Perencanaan Teknik Jembatan, Jakarta.
31