BAB I-V GADAR

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi yang kuat. Ibu yang sehat pula akan menciptakan keluarga sehat dan bahagia. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar dinegara berkembang. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Sarwono, 2009). Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini didukung dengan rencana strategi Nasional Making Pregnancy Safer dari Departemen Kesehatan yaitu menurunkan AKI sebesar 75 % pada tahun 2015 menjadi 115/100.000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB menjadi kurang dari 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2009 sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, penyebab kematian ibu secara langsung adalah perdarahan 60-70%, infeksi 10-20 % dan eklampsi 10-20%. Sedangkan AKB sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Penyebab angka kematian bayi diantaranya yaitu asfiksia 27%, BBLR 29%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.Penyebab kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetric langsung dan tidak langsung. Kematian obsterik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan antara lain perderahan 28%, infeksi 11% dan eklampsi 24,5%, partus lama 5,2%. Kematian tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan/persalinan antara lain anemia, kurang energy kronik (KEK) dan hipertensi kronik 5 10 %. Angka kejadian hipertensi kronik pada berbagai populasi berbeda 0.5 4% (rata-rata 2.5%). Hipertensi kronik pada kehamilan 80% idiopatik dan 20% oleh karena penyakit ginjal.Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi terhadap berbagai macam komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah besar dan serius. Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000, yang menjelaskan Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan . Efek hipertensi kronik pada kehamilan adalah solution plasenta, preeklampsia, gangguan perinatal hingga kerusakan organ-organ vital tubuh dikarenakan hipertensinya. Pada kasus-kasus dengan hipertensi yang terkontrol dan tanpa komplikasi, persalinan dapat berjalan normal pervaginam dan menjalani masa nifas yang normal pula. Sedangkan hipertensi kronik yang mempunyai komplikasi, persalinan bertujuan menekan resiko pada ibu dan janin sekecil-kecilnya.Berdasarkan dari praktik terintegrasi yang dilakukan di Puskesmas Pembantu Dauh Puri, ditemukan adanya kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal yaitu ibu hamil dengan hipertensi kronis. Dari penemuan kasus tersebut, kami selaku mahasiswa jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar, merasa tertarik mengangkat kasus yang dialamai ibu LL sebagai laporan praktik terintegrasi.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal yang terjadi di lokasi praktik. 2. Tujuan Khususa. Melakukan pendeteksian kegawatdaruratan meternal dan neonatal berupa hipertensi kronis di Puskesmas Pembantu Dauh Puri.b. Menetapkan diagnosis kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan hipertensi kronis.c. Mengambil keputusan klinis secara cepat, tepat dan aman menegnai hipertensi kronis.d. Melakukan pertolongan kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai prosedur dan kewenangan yang berkaitan dengan hipertensi kronis. e. Melibatkan keluarga dalam penatalaksanakan asuhan kegawatdaruratan maternal dan neonatal berupa hipertensi kronis.f. Melakukan kolaborasi dan rujukan yang cepat, tepat dan aman pada klien dengan hipertensi kronis.

C. Manfaat Penulisan1. Manfaat PraktisBagi tenaga kesehatan hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai informasi penting untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal khususnya dalam penanganan hipertensi kronis..2. Manfaat TeoritisPenelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan tambahan informasi mengenai hipertensi kronis yang berdampak pada ibu hamil beserta janinnya.

D. Metode Penulisan 1. Study Kepustakaan Penulis mendapatkan sumber-sumber dari buku yang berkaitan dengan materi asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dan selama mengikuti proses belajar di kampus. 2. Praktek Langsung Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ini dilakukan dengan pengobservasian langsung pemberian asuhan dari para bidan, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan pemberian asuhan kepada klien yang menderita hipertensi kronis serta memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada klien tersebut.3. Bimbingan dan Konsultasi Dalam penulisan Asuhan Kebidanan ini, penulis mengadakan konsultasi kepada pembimbing praktik dan pembimbing institusi.E. Sistematika LaporanLaporan ini berjudul Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang terdiri dari lima bab. BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Metode Penulisan dan Sistematika Laporan. BAB II Tinjauan Teori terdiri dari pengertian, penyebab, komplikasi, data focus subyektif dan obyektif, diagnosis serta rencana asuhan komprehensif.. BAB III Tinjauan Kasus yang terdiri dari pengkajian data subjektif, objektif, analisa serta penatalaksanaan. BAB IV berisi Pembahasan Kasus dan BAB V Penutup terdiri dari simpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi Kronik1. Pengertian Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan (Varney, 2007). Hipertensi kronik sendiri didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg yang telah ada sebelum kehamilan (Saiffudin, 2009).Hipertensi pada kehamilan secara epidemiologi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a. UsiaInsidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten.b. ParitasAngka kejadian tinggi pada primigravida muda maupun tua. Primigravida tua berisiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat.c. Faktor keturunanJika ada riwayat hipertensi, pre-eklampsia, eklampsia pada ibu atau nenek penderita. Faktor risiko meningkat sampai 25%.d. Faktor genDiduga adanya suatu sifat resesif ( recessive trait ), yang ditentukan genotip ibu dan janin.e. Diet / giziTidak ada hubungan bermakna antara menu atau pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain mengatakan bahwa kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami obesitas atau overweight.

f. Iklim / musimDi daerah tropis insidens lebih tinggig. Tingkah laku / sosio-ekonomiKebiasaan merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat. Aktifitas fisik selama hamil serta istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan atau insidens hipertensi dalam kehamilan.

2. Penyebaba. Primer (idiopatik) : 90 %b. Sekunder : 10%, yang berhubungan dengan penyakit ginjal, penyakit endokrin (diabetes melitus), penyakit hipertensi dan vaskular (Saiffudin, 2009).

3. KomplikasiPada wanita hamil yang mengalami hipertensi kronik terjadi peningkatan angka kejadian stroke. Selain itu komplikasi lain yang sangat mengkhwatirkan yaitu terjadinya superimposed preeklampsia dimana hal ini dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi hepar, gagal ginjal, serta tendensi timbulnya perdarahan yang meningkat dan perburukan kearah eklamsia (Saiffudin, 2009). Pada sistem saraf pusat dapat terjadi edema, perdarahan, dan nekrosis otak, terjadi perdarahan otak akut, dan menimbulkan kegagalan otak akut. Selain itu, menimbulkan kegagalan kardiovaskuler, terjadi gangguan pernapasan, edema, nekrosis, dan perdarahan yang menimbulkan sianosis, kegagalan fungsi organ vital (hati dan ginjal). Pada sistem hematopoiesis terjadi kecenderungan perdarahan seperti pada kulit, gusi, lambung, dan esofagus (Manuaba, 2008).Pada janin sendiri dapat terjadi bermacam macam gangguan sampai kematian janin dimana efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem vaskularisasi darah, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas plasental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim, bahkan kematian janin (Saiffudin, 2009).4. Data Fokus Subyektifa. HPHT untuk menentukan umur kehamilanb. Keluhan saat inic. Riwayat Hipertensid. Umur saat hamil

5. Data Fokus Obyektifa. Tekanan darahb. Proteinuri

6. DiagnosisDiagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan hipertensi yang telah timbul sebelum kehamilan atau timbul hipertensi 90 mmHg. Berdasarkan riwayat kesehatan ibu, faktor yang dapat menyebabkan ibu terkena hipertensi kronik adalah umur ibu yang sudah >35 tahun, dan pekerjaan ibu sebagai pembantu rumah tangga menyebabkan ibu kurang istirahat. Semakin tua usia ibu resiko terkena hipertensi semakin besar karena elastisitas pembuluh darah juga berkurang sehingga cenderung mengalami penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah pun meningkat.Penyulit dan komplikasi yang dapat terjadi karena hipertensi kronik yang tidak ditangani adalah bagi ibu terjadi peningkatan angka kejadian stroke. Selain itu komplikasi lain yang sangat mengkhwatirkan yaitu terjadinya superimposed preeklampsia dimana hal ini dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi hepar, gagal ginjal, serta tendensi timbulnya perdarahan yang meningkat dan perburukan kearah eklamsia. Pada sistem saraf pusat dapat terjadi edema, perdarahan, nekrosis otak, terjadi perdarahan otak akut, dan menimbulkan kegagalan otak akut. Selain itu, menimbulkan kegagalan kardiovaskuler, terjadi gangguan pernapasan, edema, nekrosis, dan perdarahan yang menimbulkan sianosis, kegagalan fungsi organ vital (hati dan ginjal). Pada sistem hematopoiesis terjadi kecenderungan perdarahan (kulit, gusi, lambung, dan esofagus).Pada janin sendiri dapat terjadi bermacam macam gangguan sampai kematian janin dimana efek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah wanita hamil akan merusak sistem vaskularisasi darah, sehingga mengganggu pertukaran oksigen dan nutrisi melalui plasenta dari ibu ke janin. Hal ini bisa menyebabkan prematuritas plasental dengan akibat pertumbuhan janin yang lambat dalam rahim, bahkan kematian janin.Ibu L yang mengalami hipertensi kronik kemungkinan mengalami komplikasi saat persalinan seperti perdarahan , kala II lama dan gawat janin. Sehingga penanganan yang diberikan di Puskesmas untuk mencegah komplikasi dari hipertensi kronik yang diderita ibu L adalah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin mencakup keluahn yang dialami ibu, pemantauan tekanan darah, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa proteinuri, dan kesejahteraan janin. Sesuai kewenangan bidan yang terdapat pada Permenkes 1464, bidan di Puskesmas Pembantu Dauh Puri tidak memberikan obat antihipertensi. Puskesmas Pembantu Dauh Puri melaksanakan rujukan dini berencana pada ibu L untuk bersalin ke Rumah Sakit Wangaya karena ibu L tergolong dalam kehamilan resiko sangat tinggi dan sebagai salah satu upaya mencegah komplikasi yang akan terjadi selama proses persalinan.

BAB IVPENUTUP

0. SimpulanBerdasarkan pembahasan dari tinjauan kasus di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.0. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan obyektif dinyatakan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik,namun ibu mengalami hipertensi kronis.0. Diagnosa yang ditegakkan dalam kasus ini adalah Ibu hamil G3P1011 UK 36 minggu preskep U puka T/H dengan hipertensi kronis.0. Dalam memberikan asuhan pada kasus ini, bidan membuat keputusan klinik dengan tujuh langkah, yang terdiri dari pengumpulan data, interpretasi data dasar, menetapkan diagnose atau masalah potensial , menetapkan kebutuhan segera, perencanaan asuhan, pelaksanaan asuhan secara komperhensif, dan evaluasi asuhan yang diberikan .0. Keadaan ibu L berpotensi mengalami kegawatdaruratan yaitu ibu L mengalami hipertensi kronis yang salah satu penyebabnya adalah faktor usia, selain itu usia ibu juga di atas usia reproduksi sehat dan juga jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan sebelumnya yang terlalu jauh yaitu 18 tahun dan pada kehamilan kedua tersebut ibu L mengalami keguguran. Oleh sebab itu, bidan melakukan rujukan dini berencana sesuai dengan alur rujukan ke RSUD Wangaya yang juga menerima pasien dengan jampersal. Sebelum dilakukan rujukan bidan melakukan inform consent pada ibu dan keluarga.0. Bidan melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan metode SOAP

0. SaranSaran yang dapat diberikan melalui penulisan laporan ini adalah:1. Bagi PuskesmasDiharapakan petugas kesehatan di lapangan dapat dipertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang sudah diterapkan agar sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta petugas kesehatan lebih dapat membimbing mahasiswa yang berpraktik di lahan praktik.

1. Bagi institusiDiharapkan agar institusi dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bisa melakukan praktik dalam waktu yang lebih lama dan agar tempat praktik disesuaikan dengan tujuan praktik yang ingin dicapai serta pembimbing institusi lebih membimbing mahasiswa sebelum turun ke lapangan praktik.1. Bagi mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa terus menggali pengetahuan mengenai asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal melalui pembelajaran di kampus dan di lahan praktik sehingga dapat menerapkannya di lapangan serta mahasiswa lebih banyak melakukan bimbingan dan latihan sebelum turun ke lapangan parktik.

19