Upload
trantram
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Semen Portland adalah salah satu hasil pembuatan yang didapat karena bersatunya
suatu campuran dari kapur (CaCO3) dan tanah liat dalam perbandingan 4 : 1, yang
dipijarkan hingga lebur dan berubah menjadi suatu massa seperti batu. Setelah dingin batu-
batu ini kemudian pecah dengan mesin menjadi potongan – potongan kecil, seterusnya
digiling hingga menjadi tepung yang sangat halus dan selanjutnya diayak.
Semen dinamakan juga semen hidrolik, dan pengikatan serta pengerasan dari semen
hanya terjadi karena adanya air. Air disini diperlukan untuk melangsungkan reaksi – reaksi
kimia sehingga menghasilkan senyawa – senyawa hidrat yang dapat mengeras.
Semen Portland yang selanjutnya disebut dengan nama semen adalah serbuk yang
sangat halus .berwarna abu-abu atau coklat mauun abu-abu kehijauan, terutama terdiri dari
kristal silikat, kalsium dan aluminium.
batu kapur (CaO), silica (SiO2 ),aluminium (Al2 O3),oxidbesi (Fe2 O3 ),karbonat magnesium
(MgCO3), juga terdapat dalam jumlah yang kecil sebagai pengotoran.
Semen Portland yang baik mengandung rata-rata :
Kapur (Cao)……………………. 58 – 65%
Asam silikat ……………………. 20 – 26%
Aluminium ……………………... 5 – 9%
Oxid besi ……………………….. 1 – 5%
Magnesia (MgO) ………………. 1 – 4%
Dan bahan-bahan lain atau unsur lain yang boleh
Asam belerang (Al2SO4) ……….. 0 – 2%
Terkandung :
K2O …………………………….. 0,4 – 0,9%
Na2O …………………………… 0,2 – 0,5%
Mn2 O3 ......................................... 0 – 3%
TiO2 ……………………………. 0,1 – 3%
SO3 ……………………………… 0,5 – 2%
S (belerang) ……………………… 0 - 25
P2O5 ............................................... 0 – 1%
Bagian yang tak larut …………… 0,2 – 3%
Hilang pijar ……………………… 0,5 – 3%
Proses persenyawaan semen
Oxid-oxid yang merupakan dari semen tidaklah merupakan senyawa tunggal dalam
keadaan bebas dan tidak berkaitan, tetapi oxid-oxid tersebut berikatan menjadi beberapa
bentuk senyawa yang lebih diketahui.
Adapun iktisal proses pembentukan senyawa-senyawa oxid menurut Lea dan Desh sebagai
berikut :
a. Di bawah 800°C pembentukan CaO.Al2O3 dan mungkin CaO.Fe2O3
b. 800 – 950°C pembentukan 2 CaO.SiO2 dan CaO.SiO2
c. 950 – 1200°C pembentukan 5CaO.SiO2
d. 1200 – 1260°C pembentukan 5CaO.Al2O3 dan mungkin 4CaO.Al2O3.Fe2O3
e. 1260º C campuran mulai mencair
f. 1260 – 1450º C pembentukan 5CaO.SiO2 dengan hilangnya SiO2 yang mungkin
bebas.
sifat-sifat semen :
a Warna
Semen Portland dalam keadaan tanpa tercampur bahan-bahan lain, berwarna abu-
abu kehijauan dan setelah membatu menjadi abu-abu kebiruan.
b. Berat jenisnya
Semen Portland dalam keadaan membatu mempunyai berat jenis yang
berlainan,tergantung kadar dapurnya dalam ketelitian waktu pembuatannya.
Umumnya antara 3,12 – 3,25.
c Pengikatan
Tepung semen Portland yang dengan air hingga yang menjadi seperti bubur, akan
menjadi keras dalam waktu yang tertentu. Pembatasan ini merupakan reaksi antara
senyawa-senyawa semen dengan air yang menyebabkan adanya daya pengikat dan
adanya proses pengerasan semen. Reaksi hidrasi merupakan reaksi pengikatan air
secara kimia dengan suatu senyawa, hingga terbentuk senyawa hidrat berupa kristal
misalnya alumina trikalsium bereaksi cepat sekali dengan air membentuk hidrat dari
senyawa tersebut,
3CaO.Al2O3 = 6H2O --- 3CaO.Al2O3.6H2O
Reaksi hidrolika ialah suatu reaksi pemecahan garam dengan air menjadi asam dan
basa.
Waktu Ikat Semen
Suatu perubahan semen dari keadaan lunak (karena dicampur dengan air)
hingga menjadi keras disebut pengikatan, dan waktu yang diperlukan untuk itu
adalah waktu ikat. Pada proses pengikatan semen Portland akan terjadi suatu proses
kenaikan yang ringan dari panasnya dan dari udara dan air adalah penting atas
mengerasnya semen. Pada udara panas yang kering ini akan terjadi lebih keras lagi
daripada didalam udara dingin dan basah. Suatu adonan semen yang seperti bubur
kental / pasta, mula-mula akan menjadi berat dari aluminiat trikalsium dan akan
menjadi lebih keras daripada suatu adonan yang memakai banyak air. Kekuatan
awal (dalam waktu 24 jam) mungkin disebabkan oleh kapur yang bebas dari
aluminiat-aluminiat. Antara 1 – 7 hari kekuatan disebabkan aluminiat. Antara 7 –
28 hari pengerasannya disebabkan oleh hidrasi dari batu ortokilakas.
Waktu pengikatan dari semen bisa dibagi menjadi 2 yaitu masa ikatan awal
dan masa ikatan akhir, setelah ikatan ini selesai semen ini mulai mengeras.
Semen Portland terdapat dalam dua jenis yaitu yang lambat pengikatannya
dan yang cepat pengikatannya. Tergantung dari bahan-bahan dasarnya dan bahan
pembakarannya. Semen Portland disebut lambat pengikatannya memerlukan waktu
dua jam atau lebih, ikatan awal untuk semen jenis mutu tidak boleh kurang dari
enam puluh menit, Syarat ini perlu untuk memberikan cukup waktu guna
pengolahan sebelum semua siap dipakai dalam pembangunan.
Kehalusan butiran semen
Semen butir-butir harus lewat ayakan dengan lubang 1,2 mm. Sedang sisa di
atas ayakan dengan lubang bujur sangkar berisi 0,09 mm. Untuk berbagai mutu
terdapat pada daftar berikut ini :
KEHALUSANMUTU
S-325 S-400 S-475 S-550 S-51.Sisa diatas ayakan 0,09 mm (%), maks 20 25 10 7 52. Luas muka (cm2/gr), min 2000 2400 2600 2800 3000
Butiran yang lebih halus mungkin reaksi-reaksi berlangsung lebih cepat dan
lebih pada ikatan dan pengerasan, karena luas muka setiap satuan isi lebih besar.
Penyimpanan semen
Supaya semen selalu dalam siap untuk digunakan, maka penyimpanaannya
harus sebaik-baiknya. Semen itu harus di dalam ruangan yang beratap dan tidak
bocor.
Semen bersifat cepat menarik air (hidroskopik), dan bila semen telah
menjadi basah kemudian mengeras, maka semen itu tidak dapat dipergunakan lagi.
Bila penyimpanan semen disusun secara bertumpuk, harus dijaga sampai
tumpukannya tinggi, sebab bisa menyebabkan pembebanan semen di bagian bawah
yang menjadi menggumpal.
Jenis-jenis semen
Berdasarkan pemakaiannya, semen Portland dibagi menjadi 5 jenis :
a. Jenis I
Semen Portland yang digunakan pada kontruksi biasa atau pada umumnya
yang tidak diminta persyaratan-persyaratan pada semen lainnya.
b. Jenis II
Semen Portland yang digunakan pada kontruksi yang menghendaki adanya
ketahanan terhadap sulfat.
c. Jenis III
Semen Portland yang digunakan pada kontruksi yang menghendakai
pengikatan awal yang kekuatannya tinggi.
d. Jenis IV
Semen Portland yang digunakan pada kontruksi yang menahan terhadap
panas hidrosi yang rendah.
e. Jenis V
Semen Portland yang digunakan pada kontrussi yang menurut persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
1.1 PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka timbul suatu permasalahan untuk mengetahui
kualitas suatu semen Portland yang dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Berapa berat isi semen Portland ?
2. Berapa berat jenis semen Portland ?
3. Berapa kehalusan semen Portland ?
4. Berapa konsistensi normal semen Portland ?
5. Berapa waktu ikat awal dan akhir semen Portland ?
6. Berapa kuat desak mortar ?
1.2 PEMBATASAN MASALAH
Masalah yang timbul dari pengujian semen Portland ini dibatasi pada beberapa hal
yang ada sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan untuk semen Portland didapat dari satu sample yang ada di
pasaran.
2. Air yang digunakan adalah air setempat yang memiliki sifat fisik.
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Ada beberapa tujuan dalam penelitian semen porland ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan berat isi semen Portland.
2. Untuk menentukan berat jenis semen Portland.
3. Untuk menentukan kehalusan semen Portland.
4. Untuk menentukan konsistensi normal semen Portland.
5. Untuk menentukan pengikatan awal dan pengikatan akhir semen Portland.
6. Untuk menentukan kuat desak mortar.
1.4 INTRODUKSI TEORI
Rumus – rumus yang digunakan dalam pengujian semen portland yaitu sebagai
berikut :
1. Berat isi
Syarat : 1,25 – 1,5 ton/m³
BI = gr / cm³
Dimana :
G2 = Berat gelas ukur kosong ( gr )
G1 = Berat gelas ukur + semen (gr )
V = Volume semen ( ml )
2. Berat jenis
Syarat : 3,12 – 3,25 ton / m³
Bj = x d
Dimana :
64 = Berat sampel semen ( gr )
V1 = Skala akhir volume botol ( ml )
V2 = Skala volume botol ( ml )
3. Kehalusan semen
Syarat :
Sieve no. 100 = 0 %
Sieve no. 200 < 22 %
F1 = x 100 %
F1 = x 100 %
Dimana :
W1 = Berat saringan no. 100 ( gr )
W2 = Berat saringan no. 200 ( ml )
W3 = Berat sampel semen ( ml )
W4 = Berat saringan no. 100 + isi ( gr )
W5 = Berat saringan no. 200 + isi ( gr )
4. Didapat dari grafik hubungan % kadar air dengan penurunan jarum vicat
pada penetrasi 10 ml.
5. Vicat test
a. Didapatkan dari grafik hubungan dari penurunan jarum vicat dengan
waktu pada penetrasi 25 mm.
b. initral setting ( waktu ikat awal ) didapatkan pada penetrasi 25 mm.
IS < 60’ → waktu ikat cepat
60’ < IS < 120’ → waktu ikat sedang
IS > 120 → waktu ikat lambat
6. Kuat desak kubus mortar
σb>126,54 kg / cm²
Rumus : σb =
Dimana :
T : Kuat desak mortar semen ( kg / cm² )
F : (force) kekuatan desak yang ditujukan pada jarum penekan
A : (area) luas permukaan bidang tekan ( cm² )
1.5 METODOLOGI PENGUJIAN
1. Berat isi
a. Alat dan bahan
Gelas ukur 25 ml
Neraca analitik
Semen
b. Cara kerja berat isi lepas
1) Ambil gelas ukur 25 ml kosong, kemudian timbang ( W1gram)
2) Masukkan sample semen kedalam gelas ukur samapai skala 25 ml.
3) Timbang gelas ukur yang berisi semen tersebut ( W2 gram)
4) Lakukan percobaan yang sama dua kali, selanjutnya dihitung berat isi
lepas rata-ratanya.
c. Cara kerja berat isi padat :
1) Ambil gelas ukur 25 ml kosong, kemudian timbang ( W1 gram)
2) Masukkan sample semen kedalam gelas ukur samapai skala 25 ml,
selanjutnya digoncangkan sampai permukaannya rata.
3) Bila masih terjadi penurunan tambahkan lagi sempel sampai skala 25 ml,
selanjutnya digoncang- goncangkan sampai tidak terjadi penurunan.
4) Timbang gelas ukur yang berisi semen tersebut ( W2 gram)
5) Lakukan percobaan yang saa dua kali, selanjtnya dihitung berat isi lepas
rata-ratanya.
2. Berat jenis semen
a. Alat dan bahan
Botol le chatelier
Kerosine ( minyak tanah)
Termometer
Corong
b. Cara kerja
1) Botol le chatelier dengan kerosene bebas air antara skala 0 dan 1, lalu
bagian botol dalam diatas permukaan cairan dikeringkan.
2) Botol tersebut direndam dalam air supaya suhunya 25º C
3) Skala pada botol dibaca (V1 ) setelah suhu cairan dalam botol sama
dengan suhu air perendammya.
4) Semen sebanyak 64 gr ditimbang lalu dimasukkan sedikit demi sedikit,
jangan sampai ada yang menempel pada dinding dalam botol.
5) Setelah semen dimasukkan semua, botol digoyangkan kekiri kekanan
sampai gelembung udaranya habis semua.
6) Semen direndam kembali dalam air laul skala pada botol dibaca ( V2 )
7) Berat jenis semen dihitung.
3. Kehalusan semen
a. Alat dan bahan
Saringan no. 100
Saringan no. 200
Timbangan
Kuas
b. Cara kerja
1) Saringan no. 100 ditimbang ( W1 ) gr.
2) Saringan no. 200 ditimbang ( W2 ) gr.
3) Benda uji diambil ( W3 ) gr.
4) Saringan disusun dengan urutan, paling bawah pan, saringan no. 200
diatas pan dan saringan no. 100 diatas.
5) Benda uji dimasukkan pada saringan no. 100 lalu ditutup.
6) Saringan digoyangkan selama 9 – 10 menit secara manual atau
menggunakan sieve shaker.
7) Saringan no. 100 + isi ditimbang ( W4 )
8) Saringan no. 200 + isi ditimbang ( W5 )
9) Kehalusan semen dihitung.
4. Konsistensi normal
a. Alat dan bahan
Neraca
Gelas ukur 200 ml
Alat vicat jarum 10 mm cincin konik
Stopwatch
Sendok perata
Alat pengaduk
Air suling 300 ml
Plat kaca
Kaos tangan karet
b. Cara kerja
1) Ambil contoh semen 300 gram
2) Masukkan contoh semen dalam mangkok pengaduk
3) Masukkan air suling sebanyak 28% dari berat benda uji ke dalam
pengaduk.
4) Diamkan selama tiga puluh detik
5) Aduk selama tiga menit, hingga menjadi adonan pasta semen yang
homogen, bersihkan pasta yang menempel pada pinggir mangkok.
6) Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tanah, kemudian lempar enam
kali dari tangan ke tangan yang lain kira-kira lima belas cm.
7) Kelebihan pasta pada lubang konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
8) Pegang bola pasta dengan tangan, masukkan pada lubang besar cincin,dan
jatuhkan bola pasta pada cincin konik hingga penuh dengan pasta.
9) Letakkan plat kaca pada lubang besar, balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihannya pasta pada lubang kecil dengan sendok perata.
10) Letakkan cincin dibawah jarum vicat 10 mm, dan tempelkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta.
11) Jatuhkan jarum vicat di atas empat kali lagi dengan kadar air berbeda-beda
(29%,30%, 31%, 32% dan seterusnya sampai penurunan melewati sepuluh
ml).
12) Buat grafik kadar air vs penurunan.
13) Konsistensi normal didapat pada penurunan 10 mm.
5. Time setting
a. Alat dan bahan
Alat vicat jarum 1 mm dan cincin konik
Timbangan
Gelas ukur 250 ml
Alat pengaduk
Air suling 300 ml
Plat kaca
Sendok perata
Stopwatch
b. Cara kerja
1) Masukan 300 gr contoh semen kedalam mangkok mixer.
2) Masukkan air suling yang banyaknya sesuai dengan jumlah air untuk
mencapai konsistensi normal (X%) ke dalam mangkok.
3) Diamkan selama tiga puluh detik agar tidak meresap kedalam semen.
4) Aduk campuran tadi selama tiga menit sampai menjadi adonan pasta yang
homogen dan bersihkan bagian samping mangkok dari pasta semen yang
menempel.
5) Bentuk pasta semen menjadi bola, lalu lembarkan dan tangan satu ke
tangan yang lain secara horizontal engan jarak sekitar 15 cm sebanyak
enam kali.
6) Letakkan bola pasta semen dalam sisi yang besar sampai keluar dari sisi
yang kecil.
7) Ratakan permukaaan bawah dengan sendok perata lalu letakkan sisi
bawah tersebut pada plat kaca.
8) Ratakan permukaan atas dengan sendok perata lalu haluskan, jangan
sampai terjadi pemadatan pada saat pemotongan.
9) Diamkan selama tiga puluh detik.
10) Letakkan di bawah jarum vicat satu mm, lalu atur posisi jarum, vicat
tersebut sehingga tepat menyentuh permukaan pasta semen tadi dengan
cara mengendurkan dan mengencangkan baut penjepit.
11) Catat awal penunjukan jarum kemudian kendurkan baut penjepit tersebut.
12) Penetrasi dilakukan setiap lima belas menit sampai mencapai penurunan
yang lebih kecil dari 25 mm.
13) Setiap menyatukan jarum catat penurunan yang berlangsung selama tiga
puluh detik.
14) Buat grafik penurunan vs waktu.
15) Dengan melakukan interpolasi, dapat ditentukan waktu yang diperlukan
untuk mencapai penetrasi 25 ml. Nilai tersebut menunjukkan waktu
pengikatan awal.
Waktu pengikatan akhir adalah pada saat jarum vicat tidak dapat
menembus pada semen dalam mold.
6. Kuat tekan mortar semen
a. Alat dan bahan
Kubus 2” atau 50 mm
Sendok semen
Gelas ukur
Flow table + mold + stamper
Masker penekan
Timbangan
Alat pengaduk
b. Cara kerja
1) Letakkan kubus, bersihkan dari kotoran lalu oleskan pada ruas setipis
mungkin.
2) Semen, pasir standart dan air suling disiapkan sebagai berikut :
Campurkan bahan-bahan tersebut lalu aduk dalam
mangkok pengaduk selama tiga menit.Jumlah kubus uji
3 6 9
Semen 260 gr 500 gr 740 gr
Pasir 650 gr 1375 gr 2035 gr
f.a.s 126 gr 242 gr 359 gr
Campurkan bahan – bahan tersebut lalu aduk dalam mangkok pengaduk
selama 3 menit
3) flow table dibersihkan dan dikeringkan, letakkan mold ditengahnya lalu
dituangkan kedalammya sampai ketebalan 25 mm, lalu digunakan stamper
untuk memadatakan sebanyak dua puluh pukulan. Hal yang sama diulangi
untuk lapisan kesembilan, tambahkan mortar bila kurang.
4) Ratakan permukaan mortar dengan alat perata.
5) Meja flow table sekeliling mold dibersihkan lalu dikeringkan.
Setelah satu menit angkat mold dengan hati-hati lalu dingkan., putar
handle flow table dengan kecepatan 25 putaran / 15 detik, pemutaran ini
dilakukan selama 15 detik sehingga flow table menjalani hentakan 25 kali.
6) Diameter mortar pada empat posisi diukur lalu diambil harga rata-ratanya
prosentase pembesaran diameter dihitung terhadap diameter semula
7) Buat campuran percobaan yang lain dengan jumlah air yang berbeda
didapatkan 0 – 110 mm. Setiap percobaan baru menggunakan mortar yang
baru pula.
8) Mortar yang berad diatas meja flow table dimasukkan dalam mangkok
pengaduk, biarkan mortar dalam mangkok pengaduk selama 90 detik
tanpa ditutup, pada detik terakhir diaduk selama satu menit.
9) Cetakan disini lebih dari 25 menit sejak pencampuran selesai dalam dua
lapis masing-masing dengan ketebalan 25 mm, lalu setiap lapisan
dipadatkan 32 kali dengan pola sebagai berikut :
1 82 73 64 5
9 10 11 12
16 15 14 13
17 2418 23
19 2220 21
25 26 27 28
32 31 30 29
10) Permukaan mortar diratakan dalam cetakan dengan arah gerakan seperti
menggergaji kemudian dihaluskan.
11) Simpan dalam ruangan lembab selama 24 jam kemudian dibuka dengan
toleransi 0,5 jam.
12) Sebelum dites bersihkan permukaan kubus dari butiran-butiran yang lepas.
Ratakan dengan gerinda, bila ada bagian-bagian yang cekung, cembung,
ukur permukaan pada sisi kubus yang ditekan.
13) Tekan kubus dengan permukaan sisi yang lain, catat beban maksimum
yang bisa ditahannya. Ulangi hal tsb, bila perbedaan lebih dari 10% hasil
tersebut dianggap salah sehinga tidak bisa dipakai lagi.
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sifat paling utama dari agregat (batu-batu kerikil, pasir dan lain-lain) ialah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan
pasta semen. Porositas dan karakteristik penyerapan air.
Deposit sungai masih merupakan yang paling utama, umum dan memenuhi syarat,
karena ini mempunyai gradasi yang konsisten, bentuknya biasanya bulat tak teratur dan
gaya kikis selama transportasi oleh aliran sungai.
Guna untuk memperoleh hasil yang terbaik untuk campuran beton, maka agregat
harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah diatur dalam PBI’71, B5 882, ASTM,
sebagai berikut :
Agregat harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras serta bersifat kekal tidak
pecah, hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Analisa saringan
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam dan apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan harus memenuhi syarat-syarat :
Tertahan ayakan 4,8 mm, min 2% berat
Tertahan ayakan 1,2 mm, min 10% berat
Tertahan ayakan 0,3 mm, berkisar 80% - 95% berat
Kadar Lumpur
Tanah liat dan Lumpur biasanya juga tercampur pada kerikil dan deposit pasir.
Dalam hal ini jumlah yang cukup banyak dapat diulangi kekuatan beton karena
tendensinya menghambat hidrasi semen. ASTM C33 membatasi bahan-bahan yang
lolos pada sieve 0,075 mm (no. 200) tidak lebih dari 5% yang dapat dari berat
kering. Sehingga apabila kadar Lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus
dicuci.
Kadar organic
Bahan organik yang berasal dari tanaman humus mengandung asam organic
sehingga menghambat hidrasi semen. Oleh karena itu memeperlama pengerasan
dan mengurangi kekuatan. Dalam hal ini berat jenis relative dibagi menjadi tiga
yaitu :
Berat jenis relative kering, hasil dari mesin pengering dapat didefinisikan
sebagai perbandingan berat diudara dari air pada volume yang sama.
Berat jenis relative jenuh dan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai
perbandingan dari bahan yang tidak kedap air diudara dalam keadaan jenuh
air dan permukaan kering kepada berat air dengan volume yang sama.
Berat jenis relative yang sebenarnya didefinisikan sebagai perbandingan berat
suatu bahan dengan berat air volume yang sama di udara.
Pemakaian agregat dilapangan campuran beton, untuk agregat halus dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
Pasir urug, yaitu pasir yang digunakan untuk urusan pondasi.
Pasir pasang, yaitu pasir yang dipakai untuk bahan campuran dan harus
berkualitas baik serta tidak mengandung Lumpur dan bahan organik.
Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan adalah mengenai istilah yang sering kita
temui, adapun diantaranya :
Kering oven : kering sepenuhnya untuk tujuan praktis.
Kering udara : kering pada permukaan meskipun sebelah dalam basah.
Jenuh air dan permukaan kering : suatu keadaan yang ideal, dimana agregat
tidak dapat menyerap air lagi tanpa suatu lapis air terbentuk pada permukaan.
Basah, agregat dalam jenuh air dan membawa air yang kelebihan sehingga
terbentuk suatu lapisan pada permukaan partikel. Ukuran diameter dari
saringan dan ukuran dari lubang saringan yang umum dipakai untuk analisa
saringan dari agregat dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel batas-batas gradasi untuk agregat halus (B5 882 bagian 2
: 1973)
Ukuran Sieve ASTM 11 - 70 Prosentase berat lolos pada tiap ukuran sieve
9,5 mm (3/8 inch) 1004,75 mm (no.4) 95 - 1002,36 mm (no.8) 80 - 100
1,18 mm (no.16) 30 - 85500 pm (no.30) 25 - 60300 pm (no.50 10 – 30
150 pm (no.100) 2 - 10 Tabel batas-batas gradasi halus (ASTM 33 – 740 : 1975)
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dalam melaksanakan pengujian bahan, kita harus mengetahui apa
yang harus diuji terlebih dahulu.
Masalah yang ada antara lain :
1. Berapa berat isi agregat halus ?
2. Berapa berat jenis dan prosentasi absorbsi agregat halus ?
3. Berapa prosentase kadar airnya ?
4. Berapa prosentase silt dan clay agregat halus?
5. Berapa kadar organic agregat halus?
6. Bagaiman soundness test agregat halus?
7. Berapa sand equivalent ?
8. Berapa prosentase gradasi agregat halus?
9. Bagaimana prosentase bulking faktor tes agregat halus?
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Mengingat jumlah macam pengujian di laboratorium, juga dibatasinya contoh
agregat yang akan diuji maka diberikan batasan-batasan terhadap permasalahan
yang timbul sebagai berikut :
Pengujian agregat halus dilaksanakan bagi satu macam sampel yang
didatangkan dari daerah tertentu.
1.4 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penelitian agregat halus antara lain :
1. Mengetahui berat isinya dalam agregat halus.
2. Mengetahui berat jenis dalam agregat halus.
3. Mengetahui kadar air agregat halus.
4. Mengetahui kadar Lumpur dalam agregat halus.
5. Mengetahu kadar organik agregat halus.
6. Mengetahui soundness kelapukan dalam agregat halus.
7. Mengetahui sand equivalent dalam agregat halus.
8. Mengetahui gradasi dalam agregat halus.
9. Mengetahui bulking faktor dalam agregat halus.
1.5 INTRODUKSI TEORI
Guna mengetahui hasil yang akan didapat maka perlu dilakukan langkah
perhitungan guna menemukan hasilnya dan membandingkan dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
Berikut ini penjabaran rumus-rumus perhitungan yang digunakan :
1. Berai isi
a. Berat isi lepas
BI = = gr / cm³
Dimana :
G1 = Berat container kosong (gr)
G2 = Berat container isi (gr)
V = Volume container (cm)
b. Berat isi padat
sama berat isi lepas dengan perbedaan q2, dimana pasir dipadatkan
untuk tiap llapisan.
2. Berat jenis dan penyerapan (Specific vity and Absorbion)
Syarat = Berat jenis lebih besar 2,3%, absorbsi lebih kecil 5%
a.Berat Jenis Bulk =
b. Berat Jenis SSD =
c.Berat Jenis Semu =
d. Penyerapan
3. Kadar air
Syarat = < 2%
Kadar air = x 100 %
Dimana :
A = Skala Lumpur dalam gelas ukur (ml)
B = Skala pasir dalam gelas ukur (ml)
4. Kadar Lumpur
Syarat : < 5%
a) Metode Goncangan
Kadar lumpur = x 100 %
Dimana :
300 = Berat awal pasir 300 gr
B = Berat kering oven pasir setelah dicuci
5. Kadar bahan organik
Syarat : warna lebih jernih air teh
Standart warna : metode Abram – Harder.
Bila warna larutan lebih muda dari standart no. 1 dan no. 2 berarti pasir
perlu dicuci sebelum digunakan.
Bila warna no. 3, 4, 5 berarti kandungan organic terlalu tinggi. Pasir perlu
dicuci sebelum digunakan.
6. Soundness Test (Kelapukan)
Syarat : < 10%
Zat pelapukan NaSO4 B∂= 1.151 – 1.174
a) Membuat larutan Mg2SO4 B∂= 1.259 – 1.308
Bσ = X 100 %
Dimana :
G1 = Berat gelas ukur kosong (gr)
G2 = Berat gelas ukur + isi (gr)
b) Soundness test
S = x 100 %
Dimana :
300 = Berat awal pasir 300 gr
G = Berat pasir setelah direndam, larutan disaring dan dioven
7 Sand Equivalent Test
Syarat : 25%
SE = x 100 %
Dimana :
V0 = Penunjukan skala awal (ml)
V1 = Skla pasir (ml)]
V2 = Skala bebas akhir (ml)
8 Analisa Gradasi
Kehilangan berat = x 100 %
Finesess Modulus (FM) = Modulus Kehalusan
FM =
Ø Sieve (mm)
Berat AH Tertahan
(gr)
Prosentase AH Tertahan (%)
% Kumulatif
Tertahan Lolos19,0 A A/X * 100% = K K 100 - K9,5 B B/X * 100% = L K + L = U 100 - U4,8 C C/X * 100% = M U + M = V 100 - V2,4 D D/X * 100% = N V + N = W 100 - W1,2 E E/X * 100% = O W + O = X 100 - X0,6 F F/X * 100% = P X + P = Y 100 - Y0,3 G G/X * 100% = Q Y - Q = Z 100 - Z
0,15 H H/X * 100% = R Z + R = AA 100 - AA0,075 I I/X * 100% = S AA + S = AB 100 - ABPan J J/X * 100% = T AB + T = AC 100 - AC
Jumlah K J Z
9 Bulking faktor
Syarat ; Bulking factor <20%
Rumus :
BF = x 100 %
Dimana :
300 = Volume pasir awal (300 ml)
V = Volume pasir akhir, setelah dituang dalam air (ml)
1.6 METODOLOGI PENELITIAN1 Pengujian Berat Isi
a. Tujuan : Menentukan berat isi agregat halus (pasir) dalam kondisi lepas dan
padat.
b. Syarat : minimal 1.6 t/m³c. Alat dan bahan :
Container
Timbangan
Pasir
Batang pemadat
d. Cara kerja berat isi lepas
1) Container ditimbang G1 (gram)
2) Hitung volume container tersebut V (cm³)
3) Masukkan sample dalam container kemudian ditimbang
e. Cara kerja berat isi padat :
1) Container dengan volume (V) kemudian ditimbang G1 (gram).
2) Masukkan sample dalam container 1/3 bagian, kemudian ditusuk-tusuk
dengan batang pemadat sebanyak 25 kali, demikian juga untuk lapisan
berikutnya.
3) Sampel digetarkan sampai tidak terjadi penurunan butiran dan kemudian
ditimbang G2 (gram)
f. Rumus Perhitungan Berat Isi
1) Berat Isi Lepas :
BI = gr / cm
Dimana :
G1 = berat container kosong (gr)
G2 = berat container isi (gr)
V = volume container (cm)
2) Berat Isi Padat
Berat isi lepas dengan perbedaan G2, diman pasir dipadatkan untuk tiap
lapisan.
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
a. Tujuan : Mengeahui berat jenis agregat dan kemampuan absorpsi agregat
halus.
b. Syarat : berat jenis > 2,3%, absorbsi <5%
c. Alat dan bahan :
Timbangan
Labu ukur 500 ml
Kerucut kuningan
Penumbuk
Loyang
Sendok pengaduk
Oven
Alat pemisah
Saringan no.4
d. Cara kerja :
1) Ambil sample uji yang lolos saringan no.4 seberat 750 gram.
2) Keringkan dalam oven pada suhu 110° C selama 24 jam, lalu dinginkan.
3) Rendam selama kurang lebih 24 jam.
4) Buang air perandam deangan hati-hati, jangan sampai ada biutiran yang
terbuang.
5) Goreng pasir tersebut dalam loyang, sampai diaduk-aduk hingga
terjadi proses pengeringan yang merata.
6) Letakkan kerucut kuningan dengan dialasi kaca, masukkan pasir tersebut
1/3 bagian lalu ditumbuk delapan kali, terakhir 1/3 bagian ditumbuk
sembilan kali, selanjutnya diratakan (penumbukan dilakukan setinggi
lima mm dari permukaan kerucut secara bebas).
7) Bersihkan daerah sekitar kerucut dari butiran yang tercecer.
8) Angkat kerucut tersebut dalam arah vertical perlahan-lahan.
9) Amati benda uji yang tercetak tersebut. Bila terdapat lapisan air
dipermukaannya, percobaan diulangi lagi. Setelah dilakukan
pengeringan secukupnya dan terjadi sedikit penurunan pada permukaan
atas benda uji, berarti sudah tercapai kering prmukaan (SSD = Saturrated
Surface Dry)
10) Isi labu ukur dengan air suling setengahnya lalu masukkan pasir
sebanyak 500 gram. Jangan samapai ada butiran yang tertinggal,
tambahkan air suling sampai 90% kapasitas labu ukur.
11) Gunakan pompa vacum untuk mengeluarkan gelembung-gelembung
udara di dalamnya.
12) Setelah itu rendam dalam air labu ukur sehingga suhunya mencapai 23 ° C, lalu tambahkan air suling sampai tanda batas.
13) Timbang dengan ketelitian 0,1 gram (C)
14) Cari berat kering benda uji dengan mengeringkan pasir yang sudah
dikeluarkan dari labu ukur pada suhu 110° C selam 24 jam.
15) Hitung berat jenis dan absorbsi pasir.
e. Rumus Perhitungan Berat Jenis Adan Absorbsi :
Berat Jenis Bulk =
Berat Jenis SSD =
Berat Jenis Semu =
Penyerapan = x 100 %
Dimana :
A = Berat oven agregat (gr)
B = Berat piknometri + air (gr)
C = Berat piknometri + agregat + yang telah diinginkan (gr)
3 Pengujian kadar air
a. Tujuan : Mengetahui kadar air yabg terkandung dalam agregat halus.
b. Syarat : kadar air <2%
c. Alat dan bahan :
Oven
Desikator
Timbangan
Cawan
Pasir lapangan
d. Cara kerja
1) Timbang berat cawan ksong (A gram).
2) Masukkan pasir lapangan 1500 gram ke dalam cawan lalu timbang (B
gram), kemudian dioven selam a24 jam drngan suhu 110 C.
3) Timbang cawan berisi pasir yang telah kering oven (C gram)
4) Hitung kadar agregat halus/ pasir
e. Rumus perhitunan Kadar air
Kadar air = BI = x 100 %
Dimana :
G1 = berat pasir + cawan (gr)
G2 = berat pasir + cawan setelah dioven (gr)
4. Pengujian Kadar lumpur dan Lempung
a. Tujuan ; Untuk mengetahuai kadar Lumpur dan lempung dalam agregat halus
b. Syarat : kadar Lumpur <5%
c. Alat dan bahan :
Gelas ukur 250 ml
Gelas ukur 1000 ml
Selang air plastik
Cawan
Timbangan
d. Cara kerja
1) Pasir yang sudah dioven dan lolos saringan no.4
2) Pasir dimasukakn dalam gelas ukur 250 ml, sampai skala 130 ml dan diberi
air samapi skala 250 ml lalu ditutup dengan plastic.
3) Gelas ukur kemudian diguncang selama lima belas menit dan didiamkan di
tempt yang tenang selam 24 jam.
4) Kemudian amati beapa tinggi endapan Lumpur (D ml) dan tinggi endapan
pasir (B ml)
e. Cara kerja metode cucian :
1) Pasir lapangan lolos saringan no.4 sebesar 400 gram, kemudian dioven
selama 24 jam pada suhu 110° C.
2) Pasir yang telah dioven diambil 300 gram.
3) Massukkan pasir yang telah disiapkan ke dalam gelas ukur 1000 ml, setelah
itu masukkan selang plastic sampai menyentuh dasar gelas ukur.
4) Aliri air dengan kecepatan sedang, (V0), sampai kotoran/ Lumpur keluar
dari gelas ukur dan air menjadi jernih.
5) Tampung dalam cawan selanjutnya dioven dalam suhu 110 ° C.
6) Timbang cawan + pasir kering oven (G gram).
f. Rumus Perhitungan kadar Lumpur :
1) Metode guncangan :
Kadar air = x 100 %
Dimana :
A = skala lumpur dalam gelas ukur (ml)
B = skala pasir dalam gelas ukur (ml)
2) Metode Cucian
Kadar air = x 100 %
Dimana :
300 = berat awal pasir 300 gr
G = berat kering dalam gelas ukur (ml)
5. Kadar Bahan Organik
a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar bahan organik dalam agregat halus.
b. Syarat : warna lebih jernih dari air teh
Standart warna : metode Abram – Harder
Bila warna larutan lebih muda dari standart no. 1 dan no. 2 berarti pasir
perlu dicuci sebelum digunakan.
Bila warna no. 3, 4, 5 berarti kandungan organik terlalu tinggi. Pasir perlu
dicuci sebelum digunakan.
c. Alat dan bahan :
Botol organik
Larutan NaOH 3%
Standart warna hellige – tester
Pasir lapangan lolos sieve no. 4
d. Cara kerja :
1) Pasir lapangan lolos sieve no. 4, dimasukkan dalam botol organic sampai
skala 130 ml.
2) Tuangkan larutan NaOH 3% ke dalam botol organik sampai batas skala
200 ml, selanjutnya botol ditutup rapat.
3) Kocok-kocok botoorganik selama lima belas menit.
4) Diamkan pada tempat yang tenang selam 24 jam.
5) Amati warna larutan yang ada di atas pasir, bandinkan dngan standart
warna Hellige Tester (bila lebih kecil dari standart maka tambahkan kristal
garam sulfat, namun bila lebih besar dari standart maka tambahkan air
untuk melarutkan).
6) Apabila sudah memenuhi standart berat jenisnya, maka becker glass berisi
larutan dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
e. Cara kerja pengujian kelapukan
1) Ambil pasir tertahan saringan no. 50, seberat 300 gram.
2) Rendam dalam larutan pelapuk selama enam belas jam
3) Siapkan air yang telah dididihkan samapai suhu 40 ° C, lalu cuci pasir
tersebut sambil diayak dengan ayakan no. 50.
4) Tampung dalam cawan kembali pasir yang tertahan pada saringan
selanjutnya oven pada suhu 110° C.
5) Timbang pasir kering oven (G gram).
f. Rumus perhitungan Soundness Test :
1) Membuat larutan BJ :
BJ = gr / cm³
Dimana :
G1 = berat gelas ukur kosong (gr)
G2 = berat gelas ukur + isi (gr)
V = Volume gelas ukur (cm)
6. Pengujian Soundness Test
a. Tujuan : Untuk mengetahui keausan / pelapukan agregat akibat pengaruh iklim
atau cuaca.
b. Syarat : soundness test <10%
c. Alat dan bahan :
Oven
Timbangan
Saringan no. 50
Gelas ukur
Becker glass
NaSO4 / MgSO4
Desikator
d. Cara kerja membuat larutan pelapuk :
1) Siapkan garam sulfat (NaSO4 / MgSO4) dengan cara melarutkan kristal-
kristal garam dalam air.
2) Timbang berat becker glass kosong (A gram).
3) Larutkan garam sulfat dalam bcker glass sampai menadi larutan jenuh, amati
skala larutan dalam becker glass (V ml).
4) Timbang becker glass yang berisi larutan jenuh (B gram).
5) Hitung berat jenis larutan sesuai dengan garam sulfat yang dipakai.
BJ dengan Na2SO4 = 1,151 – 1,174
BJ dengan Mg2SO4 = 1,259 – 1,408
Soundness Test
S = x 100 %
300 = berat awal pasir (gr)
G = berat pasir setelah direndam larutan, disaring dan dioven(gr)
7. Pengujian Sand Equivalent
a. Tujuan : Untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi agregat halus pada sand
equivalend test
b. Syarat : sand equivalent > 25%
c. Alat dan Bahan :
2 buah tabung sand equivalent
beban equivalent
Larutan standart
Gelas erlemeyer
Selang
Tin Box
Saringan no. 4
Stop Watch
Sumbal karet
d. Cara kerja :
1) Ambil pasir yang lolos saringan no. 4 secukupnya dan masukkan dalam tin
box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan ibu jari sehinga permukaan
rata.
2) Masukkan beban equivalent, catat skala awal beban (V0 ml).
3) Tuangkan pasir yang telah ditakar ke dalam tabung equivalent sampai skala
lima strip pada tabung, biarkan selama lima menit.
4) Masukkan larutan standart ke dalam tabung equivalent sampai skala lima
strip pada tabung, biarkan selam lima menit.
5) Tutup tabung equivalent dengan plastik yang diikat dengan karet.
6) Guncang-guncangkan dengan posisi horizontal sebanyak sembilan puluh
kali, dimana perhitungan dilakukan satu arah.
7) Tambahkan larutan standard sampai dengan skala lima belas tabung
equivalent, diamkan selama lima belas menit.
8) Selanjutnya baca skala pasir yang ada pada tabung (V1 ml)
9) Masukkan skala beban equivalent secara prelahan-lahan sampai beban
tersebut berhenti, catat skala akhir beban (V2 ml)
10) Hitung nilai sand equivalent test.
e. Rumus Perhitungan Sand Equivalent Test :
SE = x 100 %
Dimana :
V0 = penunjukan skala awal (ml)
V1 = skala pasir (ml)
V2 = skala beban akhir (ml)
8 Pengujian analisa Butiran
a. Tujuan : Untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi agregat halus dari yang
kasar sampai yang halus.
b. Syarat : kehilangan agregat < 1%.
c. Alat dan Bahan :
Saringan dengan ukuran
Sieve shaker
Timbangan
Oven
d. Cara kerja :
1) Ambil sample pasir lapangan seberat 1500 gram, selanjutnya dioven pada
suhu 110° C.
2) Pasir oven diambil 1000 gram.
3) Siapkan sieve yang telah disusun berdasarkan urutan diameternya, paling
bawah adalah pan dan paling atas sieve dengan Ø 9,6 mm.
4) Masukkan pasir pada saringan teratas kemudian tutup, jepit susunan
saringan tersebut lalu guncangkan dengan mesin sieve shaker selama
sepuluh menit.
5) Biarkan selama lima belas menit, kemudian untuk memberikan kesempatan
debu-debu mengendap.
6) Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
7) Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan, masukkan
dalam blanko yang sudah disisapkan.
e. Rumus Perhitungan Analisa Gradasi :
Ø Sieve (mm)
Berat AH Tertahan
(gr)
Prosentase AH Tertahan (%)
% Komulatif
Tertahan Lolos19,0 A A/X * 100% = K K 100 – K9,5 B B/X * 100% = L K + L = U 100 – U4,8 C C/X * 100% = M U + M = V 100 – V
2,4 D D/X * 100% = N V + N = W 100 – W1,2 E E/X * 100% = O W + O = X 100 – X0,6 F F/X * 100% = P X + P = Y 100 – Y0,3 G G/X * 100% = Q Y - Q = Z 100 – Z
0,15 H H/X * 100% = R Z + R = AA 100 – AA0,075 I I/X * 100% = S AA + S = AB 100 – ABPan J J/X * 100% = T AB + T = AC 100 - AC
Jumlah K J Z
Kehilangan berat = x 100 %
Fineness Modulus (FM) = Modulus Kehalusan
FM =
9 pengujian Bulking Faktor
a. Tujuan : Untuk menentukan pengembangan volume bila pasir dalam keadaan
terendam.
b. Syarat : Bulking factor <20%
c. Alat dan Bahan :
Gelas ukur 500 ml.
Loyang / cawan
Batang pengaduk
Sieve no. 4
d. Cara kerja :
1) Siapkan pasir lapangan dengan kadar air asli yang lolos sieve no.4.
2) Masukkan dalam gelas ukur 500 ml, sampai dngan skala 300 ml, catat
volume tersebut (A ml)
3) Pindahkan pasir tersebut ke dalam loyang.
4) Isi gelas ukur sampai skala setengahnya, masukkan pasir kembali ke dalam
gelas ukur sambil diaduk-aduk.
5) Baca volume akhir pasir dalam gelas ukur (B ml).
6) Hitung bulking faktor.
e. Rumus Perhitungan Bulking Faktor :
BF = x 100 %
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam pelaksanaan suatu konstruksi bangunan sipil. pemakaina agregat
sangatlah diperlukan terutama dalam konstruksi beton. Dalam hal ini yang
dimaksud agregat adalah bahan mineral yang terbagi tiga jenis, yaitu :
1. Agregat halus (pasir)
2. Agregat kasar (split)
3. Agregat campuran
Penggunaan dari tiap jenis agregat tersebut sangat variatif tergantung dari maksud
dan tujuan dari pemakainya.
Kualitas suatu konstruksi bangunan sipil sangat ditentukan dari bahan-bahan yang
digunakan, untuk mendapatkan kualitas yang baik, maka diperlukan pola bahan-
bahan dasar yang berkualitas baik sehingga dicapai hasil yang diharapkan
kenyataannya masih terdapat bahan-bahan bangunan yag kurang / tidak memenuhi
syarat yang dapat mempengaruhi mutu konstruksi, misalnya pada konstruksi beton
yang menjadi kurang air kerena agragat kasarnya mempunyai kandungan lupur yanag
cukup tinggi.
Untuk dapat mengetahui kualitas agregat kasar diperlukan adanya penelitian
tentang bahan bangunan terutama agregat kasar sehingga akhirnya terjadilah suatu
konstruksi bahan bangunan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Arti umum agregat kasar ialah agregat yang terdiri dari butir-butir yang beraneka
ragam dengan besar butiran > 5 m ( keras dan tidak berpori).
1.2 PERUMUSAN MASALAH1. Berapa berat jenisnya ?
2. Berapa berat jenis dan absorbsinya ?
3. Berapa kadar airnya ?
4. Berapa prosentase analisa saringannya ?
5. Berapa kadar Lumpur dan lempungnya ?
6. Berapa soundness testnya ?
7. Berapa prosentase impact testnya ?
8. Berapa abrasinya ?
1.3 PEMBAHASAN MASALAH
1. Agregat kasar yang diteliti dianggap berbutir kecil dan agak seragam di daerah
tertentu.
2. Penelitian meliputi sifat kimia dan sifat fisik dari agregat kasar.
3. Hasil yang diperoleh diharapkan mampu menunjukkan kualitas agregat kasar
secara umum dari sampel yang digunakan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui berat isi agregat kasar dalam kondisi lepas maupun padat.
2. Untuk mengetahui berat jenis dan penyerapannya.
3. Untuk mengetahui proesntase kadar airnya.
4. Untuk mengetahui gradasi agregat kasar.
5. Untuk mengetahui kadar Lumpur dan lempungnya.
6. Untuk mengetahui soundness testnya.
7. Untuk mengetahui prosentase impact testnya.
8. Untuk mengetahui abrasinya.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk menentukan berat jenis dan berat isi dari agragat yang dapat menyerapa air.
2. Untuk mengetaahui kadar air, keausan / pelapukan, ketahanan agregat akibat
pengaruh iklim / cuaca.
3. Untuk mengetahui ukuran butiran-butiran yang layak untuk digunakan dalam
konstruksi beton / bangunan.
1.6 LANDASAN TEORI
1. Berat isi
BI lepas / padat = = gram / cm³
Dimana :
G1 = berat container kosong
G2 = berta container + agragat
V = volume container
2. Berat Jenis dan Absorbsi
BJ Bulk =
BJ SSD = -
BJ Semu =
Absorbsi = x 100℅
Dimana :
A = berat split keadaan SSD (gr)
B = berat split keadaan SSF dalam air (gr)
C = berat split akhir setelah dioven (gr)
3. Kadar air
KA = x 100℅
Dimaan :
G1 = berat cawan kosong (gr)
G2 = berat cawan + agregat basah (gr)
G3 = berat cawan + agregat kasar kering (gr)
4. Gradasi Agregat
a. Kehilangan berat = 100٭ ℅
b. Fineness Lumpur dan Lempung =
¢ Sieve ( mm )
Berat AH
Tertahan
( gr )
Prosentase AH
Tertahan ( ℅ )
℅ Komulatif
Tertahan Lolos
19,0 A A/Σ x 100℅ = L L 100 – L
9,5 B B/Σ x 100% = M L + M = W 100 – W
4,8 C C/Σ x 100% = N M + W = X 100 – X
2,4 D D/Σ x 100% = O X + O = Y 100 – Y
1,2 E E/Σ x 100% = P Y + P = Z 100 – Z
0,6 F F/Σ x 100% = Q Z + Q = AA 100 – AA
0,3 G G/Σ x 100% = R AA + R = AB 100 – AB
0,15 H H/Σ x 100% = S AB + S = AC 100 – AC
0,0075 I I/Σ x 100% = I AC + T = AD 100 – AD
0,08 J J/Σ x 100% = J AD + U = AE 100 – AE
Pan K K/Σ x 100% = K AE + V = AF 100 – AF
Jumlah Σ ΣO TK
5. Kadar Lumpur dan Lempung
KL = x 100%
Dimana :
G1 = berat agregat kasar (gr)
G2 = berat akhir agregat kasar kering oven (gr)
6. Soundness Test
ST = x 100%
Dimana :
G1 = berat agregat setelah dioven (gr)
G2 = berat split (gr)
7. Impact Test
% hancur = x 100%
Dimana :
G1 = berat mould
G2 = berat mould + agregat kasar
G3 = berat agregat yang tertahan
8. Abrasi
% hancur = x 100%
Dimana :
G = berat agregat yang tertahan (gr)
1.7 METODOLOGI PENELITIAN
1. Pengujian Berat Isi
a. Tujuan : Untuk mengetahui berat isi agregat kasar dalam kondisi lepas dan
padat.
b. Syarat : berat isi agregat kasar 1,6 t/m³c. Alat dan Bahan :
Timbangan
Batang pemadat
Container pengukur volume pasir lapangan kering oven
d. Cara kerja
1) Container disiapkan, dicari volume (V cm³ ) dan beratnya (G1 gram).
2) Container diisi dngan agregat sampai penuh.
3) Contaier beserta isi ditimbang (G2 gram).
e. Cara kerja berat isi padat :
1) Container disipakan, dicari volume (V cm³ ) dan beratnya (G1 gram).
2) Container diisi agregat 1/3 bagian kemudian ditusuk dengan batang
pemadat sebanyak 25 kali.
3) Isi untuk lapisan kedua dan ketiga dengan perlakuan sama seperti lapisan
pertama.
4) Container digetarkan di atas meja getar selama lima menit dan diatur
sehingga permukaan agregat rata dengan permukaan container.
5) Container beserta isi ditimbang (G2 gram).
2. Pengujian Berat Isi dan Absorbsi
a. Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis dan prosentase daya serap agregat
kasar tersebut terhadap air.
b. Syarat : berat jenis agregat kasar > 2,3
c. Alat dan Bahan :
Timbangan
Dunangan test set
Saringan no. 4
Oven
Agregat kasar
d. Cara kerja :
1) Agregat yang tertahan saringan no. 4 disiapkan sekitar 5000 gr.
2) Sampel dicuci dan dimasukkan dalam oven.
3) Agregat kering didinginkan dalam ruangan terbuka selama dua jam lalu
direndam dalam air selama satu jam.
4) Air rendaman dibuang, agregat ditumpahkan di atas kain lap yang
menyerap air. Masing-masing agregat dikeringkan dengan lap.
5) Agregat yang telah kering permukaannya ditimbang.
6) Agregat segera dimasukkan ke dalam keranjang dunangan, kemudian
dicelupkan ke dalam container berisi air.
7) Agregat dalam air ditimbang.
3. Pengujian Kadar Air
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kadar air yang terkandung dalam
agregat kasar.
b. Syarat : Kadar air agregat kasar <5%
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Timbangan
Oven
Cawan
e. Cara kerja
1) Cawan kosong ditimbang (G1 gram).
2) Agregat dimasukkan dalam cawan kemudian ditimbang (G2 gram)
3) Oven selama 24 jam pada suhu 110º C.
4) Agregat kering dan cawan ditimbang (G3 gram).
4 Pengujian Analisa Saring
a. Tujuan : Untuk mengetahui gradasi kasar dari suatu sampel.
b. Syarat : Kehilangan berat < 1%
c. Alat dan Bahan :
Mesin pengguncangan saringan
Saringan
Pan dan Cover
Agregat kasar
Timbangan
Oven
c. Cara kerja
1) Sampel ditimbang kemudian dioven.
2) Sampel kering dari tiap saringan ditimbang.
3) Saringan disusun dalam mesin pengguncang.
4) Benda uji dimasukkan dalam saringan dan ditutup dengan penjepit.
5) Diguncang selama lima menit.
6) Sampel dalam setiap saringan ditimbang
7) Dihitung berat agregat yang tertahan.
5. Pengujian Kadar Silt dan Clay
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kadar silt dan clay dalam agragat
kasar.
b. Syarat : Kadar silt dan clay agregat kasar <1%.
c. Alat dan Bahan :
Saringan no. 4
Timbangan
Aquadest
Oven
d. Cara kerja
1) Sampel agregat dikeringkan dalam oven.
2) Agregat kering diayak dengan saringan no. 4 dan agregat yang tertahan
ditimbang.
3) Agregat dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalm oven.
6. Pengujian Soundness
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase kelapukan agregat kasar akibat
pengaruh iklim dan cuaca.
b. Syarat : Kelapukan dengan Na2SO4 < 12%.
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Beaker glass
Timbangan
Na2SO4 atau Mg2SO4
Oven
Saringan
Desikator
d. Cara kerja
1) Larutan Na2SO4 disiapkan (cara membuat larutan pelapuk lihat pada
pengujian agregat halus) dengan BJ = 1,151 – 1,174.
2) Sampel agregtat uji dikeringkan dalam oven.
3) Sampel kering dimasukkan dalam beaker glass, dituangkan larutan
Na2SO4 yang telah memenuhi syarat setinggi satu cm di atas permukaan
agregat.
4) Beaker glass dimasukkan dalam desikator dan didiamkan selama enam
belas jam.
5) Agregat disaring dengan saringan no. 5 dan dicuci dengan aquades
40°C.
6) Agregat tertahan di oven kemudian ditimbang.
7 Pengujian Impact
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase ketahanan agregat kasar terhadap
pengaruh mekanis.
b. Syarat : Impact (ketahanan) agragat kasar < 30%.
c. Alat dan Bahan :
Alat Impact Test
Sieve 1/2” (12,7 mm)
Sieve 3/8” (9,52 mm)
Sieve no. 8 (2,38 mm)
Pan dan Cover
Kuas
Loyang
Timbangan
Oven
d. Cara kerja :
1) Agregat disiapkan dengan ukuran butiran antara ½” samapai 3/8” dan
timbang tabung penakar kosong.
2) Kadar air agregat kasar diatur supaya berada dalam keadaan SSD (kering
permukaan jenuh).
3) Tabung penakar diisi setinggi 1/3 bagian lalu ditumbuk dengan batang
penumbuk secara vertical sebanyak 25 tumbukan dengan tinggi jatuh lima
puluh mm di atas agregat secara merata.
4) Ulangi prosedur di atas untuk lapisan kedua dan ketiga. Pada lapisan
terakhir, agregat yang melebihi tabung penakar dibuang.
5) Berat tabung penakar yang berisi agregat kasar tadi ditimbang lalu
tentukan berat agregatnya.
6) Agregat kasar tadi dimasukkan ke dalam mould penumbuk lalu ditumbuk
dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali pada lapisan atas ( tidak perlu
dibuat tiga lapisan).
7) Tinggi jatuh penumbuk diatur sekitar 380 mm di atas permukaan agregat
dengan cara mengatur posisi mur penjepit yang terdapat pada tiang alat
impact.
8) Counter diputar agar menunjukkan angka 0000.
9) Penumbukan dilakukan sebanyak lima belas kali dengan interval waktu
kurang dari satu detik. Palu penumbuk diangkat bersama-sama. Ketika
menyentuh pelatuk atas maka palu pemadat akan jatuh secara otomatis.
10) Agregat kasar tadi ditumpahkan ke dalam loyang dengan cara mengetuk
mould penumbuk, dan dibersihkan agregat kasar yang tersisa dengan kuas.
11) Agregat kasar tersebut disaring dengan saringan no. 8 (2,38 mm).
12) Agregat yang tertahan pada saringan tersebut ditimbang.
8 Pengujian Abrassion
a. Tujuan : Untuk mengetahui prosentase keausan agregat kasar akibat faktor
mekanis.
b. Syarat : Keausan agregat kasar < 50%
c. Alat dan Bahan :
Agregat kasar
Los Angeles abrasion machine
Bola baja
Talang
Sieve no 16 ( Ø 1,2 mm) Pan
d. Cara kerja :
1) Agregat kasar disiapakan dan dicuci samapai bersih.
2) Dioven selama 24 jam dengan suhu 110º C.
3) Agregat dipisahkan sesuai dengan kelompok (tabel 5) lalu dicampur sesuai
dengan kombinasi yang diinginkan dengan berat total 5000 gr.
4) Power Los Angeles Abrassion Machine dihidupkan.
5) Drum abrasi diputar sehinnga tutupnya mengarah ke atas dengan menekan
tombol “ inching”.
6) Tutup counter dibuka akan dimasukkan agregat beserta bola baja sesuai
ketentuan, drum ditutup kembali.
7) Tutup counter dibuka dan diatur agkanya menjadi 500 kemudian ditutup
kembali.
8) Tombol “start” ditekan sehingga drum berputar sesuai dengan jumlah
yang tertera pada counter.
9) Talang dipasang di bawah drum.
10) Tutup drum dibuka lalu tekan tombol “inching” sehingga tutup drum
menghadap ke bawah dan agregat beserta bola baja tertampung pada
talang.
11) Agregat disaring dengan saringan no. 16 (Ø 1,2 mm) lalu agregat yang
tertahan dicuci sampai bersih.
12) Oven selama 24 jam dengan suhu 110° C.
13) Ditimbang berat keringnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penggabungan agregat adalah suatu usaha secara pendekatan untuk
memperoleh gradasi sesuai dengan spesifikasi tertentu, itu dapat diperlakukan
terhadap agregat halus saja, agregat kasar saja, ataupun paduannya. Misalnya, untuk
agregat halus diperlakukan menurut gradasi American Society For Testing Material
(ASTM) C.33 – 78 atau menurut gradasi British Standard (BS) 882 – 1973.
Spesifikasi agregat kasar diantaranya diatur oleh ASTM C.33 – 78, paduannaya
misalnya diatur oleh Road Nooote Number 4.
Usaha penggabungan agregat dipandang perlu dilakukan dalam setiap
perancangan bahan susun beton mengikat kondisi agregat yang tersedia dipasaran
tidak sealu bergradasi baik (Well Graded, ukuran butirannya sangat bervariasi,
bahkan hampir seluruh kondisinya seragam (Uniform Graded, semua butiran
berukuran sama( atau bergradasi terbesar (graded, semua butiran berukuran sama
dan sebagian lainnya juga seragam namun ukuran-ukurannya berbeda dengan yang
lain).
Penggunaan agregat bergradasi seragam ataupun terpisah akan
mengakibatkan penurunan target mutu beton yang direncanakan. Demikian pula
penggunaan bahan pengikat menjadi lebih banyak. karena rongga antar butiran
cenderung lebih banyak karena rongga antar butiran cenderung lebih besar
volumenya. Fenomena ini akan terlihat pada saat pengujian slump. Gradasi yang
kurang baik akan mengakibatkan penggeseran (sliding) saat kerucut Abrams
diangkat.
1.2PERUMUSAN MASALAH1. Bagaiman perancanaan campuran beton ?
2. Bagaiman pengisian perencanaan campuran ?
1.3PEMBATASAN MASALAHDisini kita akan dibatasi percampuran dengan bahan bangunan yang telah
kita uji sebelumnya.
1.4TUJUAN PENELITIAN1. Untuk mengetahui perencanaan campuran beton
2. Untuk mengetahui pengisian perencanaan campuran beton
1.5METODOLOGI PENELITIAN1. Deviasi Standard
S =
Diman S = Deviasi Standart
2. Nilai Margin
M = K x S
Dimana :
M = Nilai margin (N/MM2)
K =Faktor “K”
S = Deviasi Standart (N/MM2)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGPengujian beton merupakan bagian dari pengendalian mutu beton.
Pengendalian mutu beton dimaksud agar yang tercetak mempunyai mutu minimal
sama dengan mutu rencananya sebagai perhitungan rancangan campuran bahan
susun. Pengujian mutu beton dilakukan sejak bahan susunnya sampai beton segar
telah tercetak.
Pengujian bahan susun meliputi segala yang telah ditetapkan. Pengujian
beton segar meliputi slump test, air contain dan berat isi. Adapun setelah beton
tercetak dapat menggunakan test benda uji desak, uji lentur dan uji tarik.
1.2 PERUMUSAN MASALAHDengan data-data yang telah tersedia kemudian dilakuakn analisa campuran
dan uji dalam bentuk beton keras. Masalah-masalah yang dihadapi dalam beton
keras adalah :
1. Bagaimana kekentalan adukan beton ?
2. Bagaimana kelecakan adukan beton ?
3. Bagaimana keadaan udara dalam adukan beton
4. Bagaimana homogenitas berat isi adukan ?
1.3 PEMBATASAN MASALAHUntuk mempersempit masalah atau objek dalam pengujian segar ini dibatsi
pada ujian mutu beton pada laboratorium.
1.4 TUJUAN PENELITIANTujuan perancangan dan pengendalian bahan ini adalah menguji beton keras
dalam hal :
1. Menilai kekentalan adukan beton
2. Menilai kelecakan adukan beton
3. Menilai kadar udara dalam adukan beton
4. Menilai homogenitas berat isi adukan
1.5 METODOLOGI PENELITIAN1. Uji Slump
a. Alat
Plat alas
Kerucut
Stik Ø 16 mm panjang 600 mm
Pelumas
Stopwatch
b. Cara kerja :
1) Bagian dalam kerucut Abrams dilumasi
2) Letakkan di atas plat dalam posisi berdiri
3) Jatuhkan stick dengan jarak lima ratus mm sebanyak 225 kali secara
vertical.
4) Lakukan pada 1/3 tnggi 2/3. Setelah penuh mulut karucut Abrams
diratakan.
5) Tunggu selam tiga puluh detik.
6) Angkat kerucut perlahan dan letakkan disebelah adukan.
7) Ukur turunnya puncak adukan ditiga tempat.
2. Vibrator (VB) Test
a. Alat dan Bahan :
Counter
Table vibrator
Stopwatch
b. Cara kerja :
Pindahkan hasil slump dalam container yang dilumasi. Ditargetkan di atas
vibrator, dicatat waktu yang digunakan adukan untuk menjadi datar.
3. Air Contain
a. Alat dan Bahan :
Air meter
Pompa
Ember berisi air
Stick Ø 16 mm panjang 600 mm
b. Cara kerja :
1) Container air meter diisi dengan adukan 1/3 tinggi demi 1/3 tingginya.
2) Setiap 1/3 tinggi dijatuhkan stick sepuluh kali dengan jarak jatuhnya
lima ratus mm dari muka adukan.
3) Dipasang belalai air meter dan kencangkan baut klem bawah.
4) Air meter diisi air melalui lubang atas samapi penuh.
5) Klem bawah dikendurkan untuk mengatur tinggi air sampai garis
petunjuk.
6) Dikencangkan klem bawah setelah muka air tepat garis petunjuk
7) Klem atas dikencangkan.
8) Air meter sampai skala satu atm. Baca penurunan air yang
menunjukkan besarnya kadar udara beton segar.
4. Berat isi
a. Alat dan Bahan :
Container
Stick Ø 16 mm panjang 600 mm
b. Cara kerja :
1) Container dilumas oli
2) Masukkan adukan 1/3 dari 1/3 tinnginya.
3) Mulut container diratakan.
4) Ditimbang berat adukan.
5) Dihitung berta isinya dengan rumus
F=
1.6 METODE PENELITIAN
1. Uji Slump
Slump =
Dimana :
kI = penurunan pada tepi
T = penurunan pada tengah
Ka = penurunan pada bagian kanan
Persyaratan : Klasifikasi slump dengan pengerjaannya.
Slump Derajat pengerjaan
0 – 2 Sangat rendah0,5 – 5 Rendah2 – 10 Sedang5 - 15 tinggi
Penilaian :
a. Nilai slump yang baik harus mendekati nilai slump rencana
b. Bentuk slump yang terjadi menunjukkan gradasi agregatnya.
c. Collaps : berarti adukan terlalu banyak kadar airnya / harus dikurangi.
d. Shear : berarti terjadi segregasi, lakukan penggabungan agregat ulangan.
e. Ideal : berarti adukan sempurna.
f. Stiff : berarti adukan kurang air, tambahkan plasticizer.
2. VB Test (waktu penggetaran)
Berdasarkan pencatatan waktu saat adukan merata, penilaian :
a. Nila VB yang bila sesuai dengan VB rencana.
b. Lebih kecil berarti terlalu banyak air.
c. Lebih besar berarti kurang air.
3. Air contain (kadar udara)
Syarat 2,5 % dilakukan dengan skala air meter pada skala satu atm.
Angka koneksi
Bila % kadar udara terlau besar sehingga penurunan permukaan air tidak bisa
dideteksi (lampu skala), maka tekanan air dikurangi sehinnga % kadar air udara
adalah hasil pembacaan dikalikan factor koreksi (k).
PENGUJIAN BETON SEGAR
1. Pengujian Slump
Turunnya adukan yang terjadi : Kiri = ……11,50………. Cm
Tengah = ……15,50………. Cm
Kanan = ……19,00………. Cm
Rata² = 15,33 Cm
Gambar slump yang terjadi :
2. Pengujian Berat Isi Beton Segar
a. Berat container kosong = …….4.320,00….….. gram
b. Berat container + isi = ……15.430,00…….. gram
c. Berat adukan = (b) – (a) = ……11.110,00…….. gram
d. Volume container = …….5.026,02….….. cm³ ( ¼ * 3,14 * D² * t ) = ( ¼ * π * 18,70² * 18,30 ) = 5.026,02 cm³
e. Berat Isi Beton Segar = …………2,21…….. gr/cm³ (c) : (d) = ( 11.110,00 : 5.026,02 ) = 2,21 gr/cm³