Upload
lamdang
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sumber daya
manusia (SDM) menjadi unsur penentu dalam mengisi kelangsungan hidup
manusia. Untuk menghadapi tantangan pada masa mendatang, pendidikan nasional
dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya. Upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya tidak hanya
menjadi tugas dan tanggung jawab pakar, birokrat atau politisi saja, melainkan juga
menjadi tugas dan tanggung jawab guru dan orang yang berkiprah di bidang
pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, setiap praktisi dan pemerhati bidang
pendidikan dan pengajaran perlu memikirkan dan mengambil langkah-langkah
guna ikut berkiprah meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yakni
dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan dalam rangka mendukung
fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan yang
dimaksud menurut Depdiknas (2003:5) adalah sebagai berikut:
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam konteks pendidikan dan pengajaran di kelas, guru perlu memikirkan
mutu pendidikan dengan jalan meningkatkan kualitas dan intensitas proses belajar
2
mengajar. Dengan perbaikan mutu pengajaran di kelas, secara tidak langsung kita
telah berusaha ikut meningkatkan kualitas manusia Indonesia sebagai upaya
meningkatkan SDM dalam menghadapi tantangan masa depan di era global.
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha
kependidikan persekolahan. Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan dalam
membawakan bahan pengajaran pada pelajaran.
Peranan guru yang diharapkan seakan kurang dikuasai sepenuhnya oleh
setiap guru dengan melihat beragamnya tanggapan dari masyarakat. Dari
masyarakat yang terkebelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa guru
merupakan satu di antara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota
masyarakat. Namun wujud pengajuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui bahwa guru dapat melaksanakan
tugasnya secara konkret, sementara di lain pihak masih menyangsikan kemampuan
guru dalam melaksanakan tugasnya sementara mereka mempunyai tanggung jawab
yang besar.
Kesangsian sebagian orang tua siswa terhadap kemampuan guru kadang-
kadang merasa cemas anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu
dengan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dalam
mengajar putra-putri mereka. Persepsi tersebut selayaknya menjadi pertimbangan
guru sehingga dapat memicu mereka untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang
diembannya dengan baik serta peningkatan kinerja mengajar mereka dalam
kaitannya dengan misi peningkatan pengetahuan dan professionalisme guru.
3
Profesionalisme guru sesungguhnya tidak terpisah dari kinerja organisasi
sekolah. Maju mundurnya kinerja sekolah tidak lepas dari peran anggotanya (guru)
yang kemudian terakumulasi menjadi satu kerja yang melakukan misi organisasi
yakni tercapainya tujuan organisasi yang ditetapkan pada waktu tertentu.
Pencapaian tujuan organisasi tersebut dimaksudkan tidak terlepas dari tanggung
jawab guru. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu mengaplikasikan kompetensi
keguruan.
Kompetensi yang harus dimiliki setiap guru diantaranya adalah kemampuan
merencanakan dan melaksanakan program pengajaran yang merupakan salah satu
kriteria keberhasilan pendidikan guru. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hal
tersebut maka perlu ada semacam instrumen penilaian yang dapat mengungkapkan
aspek-aspek keterampilan yang sifatnya dasar dan umum.
Penerapan semua kompetensi guru tidak akan terjadi kecuali jika guru
berusaha menjadi lebih profesional. Guru merupakan orang yang paling berperan
penting dan banyak terlibat secara langsung dalam proses mencerdaskan kehidupan
bangsa. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar bukan hanya sebagai
pentransfer ilmu, melainkan lebih dituntut untuk dapat menyiapkan situasi belajar
yang mampu mengiringi siswa untuk mengamati, bertanya, melakukan percobaan,
dan menemukan sendiri prinsip, konsep, dan fakta dari hal yang mereka pelajari.
Sesuai dengan sifat pengajaran IPA, bukan mengutamakan mengembangkan
produk, melainkan lebih mengutamakan mengembangkan proses.
Sejalan dengan itu, sebagai tenaga kependidikan, kualitas dan professional
guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan sangat dituntut. Sebagaimana
4
yang dikemukakan oleh Sujana (1991) yang menyatakan bahwa seorang guru
adalah ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung berupaya
mempengaruhi, membina, dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi
manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi.
Pelaksanaan tugas mengajar dengan baik dalam pendidikan diharapkan
dapat memenuhi tuntunan pencapaian mutu pendidikan. Depag. RI. (2001:3)
mendefinisikan mutu sebagai ukuran, kadar, taraf, atau derajat, (kepandaian,
kecerdasan dan sebagainya). Berdasarkan definisi tersebut maka makna mutu jika
dikaitkan dengan pendidikan adalah lulusan (output) lembaga pendidikan
diharapkan memiliki standar yang integratif sehingga diharapkan mampu menjadi
tenaga yang dapat mengemban tugasnya dengan baik.
Keterampilan mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut
latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap
keterampilan ini memungkinkan guru untuk mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara efektif. Keterampilan tersebut bersifat generik yang berarti
keterampilan ini perlu dikuasai oleh semua guru, baik guru TK, SD, SLTP, SLTA
maupun dosen perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan penguasaan
keterampilan mengajar guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, terutama dalam hal perencanaan dan pelaksanaan proses mengajar.
Penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan proses mengajar sering
diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan
penilaian hasil belajar, padahal pendidikan tidak hanya berorientasi kepada hasil
semata, tetapi juga kepada perencanaan dan pelaksanaan pengajaran. Oleh sebab
5
itu, penilaian terhadap perencanan dan pelaksanaan dengan hasil belajar mengajar
harus dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil cenderung melihat
faktor siswa sebagai penyebab kegagalan pendidikan, padahal tidak mustahil
kegagalan siswa itu disebabkan oleh lemahnya perencanaan dan pelaksanaan
pengajaran, dimana guru merupakan penanggungjawabnya.
Suatu fenomena menunjukkan bahwa guru-guru SMP Negeri di Kecamatan
Barau Kabupaten Luwu Timur dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
pengajar belum sepenuhnya menguasai dan menerapkan kompetensi sebagaimana
layaknya seorang guru. Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Barau Kabupaten
Luwu Timur belum memperhatikan bagaimana cara belajar siswa untuk mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dalam tuntunan pencapaian fungsi dan tujuan
pendidikan.
Harapan yang diinginkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional tidak akan tercapai kecuali dengan profesionalisme guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, yaitu dapat membawa atau mengantar
peserta didiknya mengarungi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki
masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sangat
kompetitif (Samani, 2003). Guru dalam melaksanakan tugas bukan hanya
pemenuhan ketelaksanaan tugas mengajar tersebut tetapi perlu pula memperhatikan
ketercapain kualitas dan impelementasi dari kualitas dari materi pembelajaran itu.
Di sini guru dituntut harus memenuhi syarat profesinya.
Untuk mengetahui dan mengungkapkan kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran, maka penulis bermaksud
6
mengadakan penelitian terhadap kemampuan keterampilan perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah deskripsi keterampilan menyusun perencanaan pengajaran guru
Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
2. Bagaimanakah deskripsi keterampilan melaksanakan pengajaran guru Biologi
SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
3. Apakah ada hubungan antara keterampilan menyusun perencanaan pengajaran
dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru Biologi SMP di
Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui deskripsi keterampilan menyusun perencanaan pengajaran
guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
2. Untuk mengetahui deskripsi keterampilan melaksanakan pengajaran guru
biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara keterampilan menyusun
perencanaan pengajaran dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru
Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
7
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Kepala Sekolah, informasi yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan
dan pertimbangan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Biologi, khususnya dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan.
2. Bagi Guru, utamanya guru mata pelajaran Biologi, tentang pentingnya
penguasaan dan pelaksanaan keterampilan merencanakan dan melaksanakan
pengajaran yang tak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi peneliti, merupakan masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya
yang akan mengadakan penelitian yang sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Profesi dan Tanggung Jawab Guru
a. Gambaran Seorang Guru
Kalau kita layangkan sejenak pikiran kita ke dalam sebuah kelas, dimana
sedang berlangsung pengajaran maka akan kita lihat seorang guru sedang
mengajar. Setiap akan mengajar, seorang guru perlu membuat persiapan mengajar
dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan.
Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang : tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik evaluasi yang
akan digunakan (Hamalik, 2001).
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti yang
dibayangkan oleh sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup. Hal ini belumlah dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan professional.
Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan professional karena guru yang
profesional, harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru dan sebagainya. Guru professional harus
menguasai betul tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu
lainnya. Tambahan lagi dia telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi
guru dan memiliki keahlian khusus yang diperlukan untuk jenis pekerjaan ini maka
sudah dapat dipastikan bahwa hasil usahanya akan lebih baik (Yamin, 2007).
9
b. Peranan Guru
Mengajar merupakansuatu seni untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan nili-nilai yang diharapkan oleh nilai-nilai pendidikan. Dengan
demikian, guru sebagai suatu profesi mempunyai beberapa peranan yang harus
dikuasai, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1)Guru Sebagai Pengajar
Tugas guru adalah memberikan pelajaran di sekolah. Ia menyampaikan
pelajaran agar siswa dapat memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang
akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan
teknik belajar (Hamalik, 2001).
2)Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh dan panutan bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin (Mulyasa, 2005).
3)Guru sebagai pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa agar mereka
mampu menemukan masalahnya sendiri dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pembimbing yang terdekat dengan peserta didik adalah
gurunya (Hamalik, 2001).
4)Guru sebagai pemimpin
Peranan sebagai pembimbing menurut kualifikasi tertentu seperti
kesanggupan menyelenggarakan kepemimpinan, antara lain merencanakan,
10
melaksanakan, mengoganisasi, mengkoordinasi kegiatan, mengontrol, dan
melihat sejauh mana rencana telah terlaksana. Selain itu, guru juga dapat
menjalin hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketabahan, humor,
tegas, dan bijaksana (Hamalik, 2001).
5)Guru sebagai pelatih dan penasehat
Guru harus berperan sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik
dalam pembentukan kompetensi materi standar juga memperhatikan perbedaan
individual anak dan lingkungannya. Guru adalah penasehat bagi peserta didik,
bahkan bagi orang tua, sehingga guru harus mampu memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental (Mulyasa, 2005).
6)Guru sebagai evaluator
Dalam satu kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah
materi yang telah diajarkan sudah cukup tepat melalui kegiatan evaluasi
(Usman, 1995).
7) Guru sebagai ilmuwan
Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan sehingga
guru wajib mengembangkan pengetahuannya dan terus memupuknya seperti
dengan cara belajar sendiri, mengadakan penelitian, melakukan kursus,
mengarang buku, atau membuat tulisan ilmiah.
11
8) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahamn yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
yang dapat lebih mengeefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai fasilitator
guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta
dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar (Usman,
2007).
9) Guru sebagai pribadi
Guru dituntut memiliki sifat yang disenangi oleh siswa, masyarakat,
dan orang tua. Tegasnya bahwa guru memiliki sifat-sifat pribadi yang
disenangi oleh pihak luar, baik untuk kepentingan jabatannya maupun
kepentingan dirinya sebagai warga negara (Hamalik, 2001).
10) Guru sebagai penghubung
Sekolah berdiri di dua lapangan, yakni di satu pihak mengembangkan
tugas menyampaikan informasi, ilmu, teknologi, kebudayaan, dan di lain pihak
ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan
masyarakat dengan guru sebagi pelaksana. Banyak cara dilakukan oleh guru
seperti public relation, buletin, pameran, dan kunjungan ke masyarakat
(Hamalik, 2001).
11) Guru sebagai pembaharu
Guru memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui
kegiatan guru penyampaian ilmu dan teknologi, contoh-contoh yang baik dan
12
lain-lain, maka akan menamakan jiwa pembaharuan di kalangan murid
(Mulyasa, 2005).
12) Guru sebagai pembangun
Guru baik secara pribadi maupun sebagai profesional dapat
menggunakan kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana
pembangunan masyarakat seperti KB, koperasi, dan sebagainya (Hamalik,
2001).
c. Tanggung Jawab Guru
Guru dengan berbagai peranannya sebagaimana telah dikemukakan di atas
juga memiliki berbagai tanggung jawab. Beberapa tangggung jawab tersebut,
menurut Hamalik (2001), antara lain sebagai berikut.
1) Guru harus menuntun murid-murid belajar agar mereka memperoleh
keterampilan, pamahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan
yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi, dengan mempelajari tiap
murid di kelasnya, merencanakan bahan ajar yang akan/telah diberikan,
memilih dan mengunakan metode mengajar yang sesuai, menyediakan
lingkungan belajar yang serasi, membantu murid menyelesaikan masalahnya,
mengadakan hubungan dengan orang tua dan masayarakat.
2) Turut serta membina kurikulum sekolah, karena seseungguhnya guru
merupakan key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum
yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu, sewajarnya dia
turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya.
13
3) Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, jasmaniah)
dengan perlu menyediakan kesempatan pada siswa untuk mengalami dan
menghayati situasi yang hidup dan nyata. Selain itu, tingkah laku, watak dan
kepibadian guru akan menjadi contoh konkret bagi murid.
4) Memberikan bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya,
memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki
stamina emosional yang baik, sehingga guru harus memahami masalah
bimbingan belajar, bimbingan pendidikan, pribadi dan terampil dalam
penyuluhan yang tepat.
5) Menyelenggarakan penelitian yang kontinyu dan intensif.
6) Mengenal masyarakat sehingga guru dapat mengenal siswa dan menyesuaikan
pelajarannya secara efektif. Serta turut aktif dalam kegiatan masyarakat agar
guru mendapat peluang baik untuk menjelaskan keadaan sekolah dan
masyarakat memikirkan kemauan pendidikan anak-anaknya.
7) Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian dunia dengan pengenalan, pemahaman yang cermat, maka akan
tumbuh persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan internasional dalam diri
siswa.
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah
dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung
jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum,
menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa,
14
menganalisis kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa
(Hamalik, 2002).
Para ahli pendidikan mengemukakan bahwa pekerjaan guru tidak dapat
dipegang oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian dalam bidang
kependidikan dan keguruan. Profesi guru bukan saja menuntut dan mengisyaratkan
pentingnya kepribadian yang baik, tetapi juga pentingnya kompetensi profesional,
yakni berupa keterampilan mengajar dan mendidik (Hamalik, 2002).
2. Keterampilan Merencanakan Pengajaran
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang
baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Agar pelaksanaan
pengajaran berjalan efisien dan efektif maka diperlukan perencanaan yang tersusun
secara sistematis, dengan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan
mengaktifkan siswa serta dirancang dalam suatu skenario yang jelas (Ibrahim,
2003).
Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya
berhasil. Salah satu factor yang dapat membawa keberhasilan tersebut adalah guru
tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. Adapun fungsi
perencanan pengajaran adalah memeberi guru pemahaman yang jelas tentang
tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tersebut, membantu guru memperjelas pemikiran tentang
sumbangan pengajaran terhadap pencapaian tujuan pendidikan, menambah
keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang
15
digunakan, membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa,
minat-minat siswa dan mendorong motivasi belajar, mengurangi kegiatan yang
bersifat trial dan error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang
lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu, siswa-siswa akan
menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk
mengajar sesuai dengan harapan mereka, memberikan kesempatan bagi guru untuk
memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya, membantu guru
memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan-bahan yang up
to date kepada siswa (Hamalik, 2001).
Perencanaan pengajaran yang dipersiapkan oleh guru pada dasarnya
berfungsi antara lain: menentukan arah kegiatan pengajaran, memberi isi dan
makna tujuan, menentukan cara bagaimana mencapai tujuan yang ditetapkan,
mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai dan tindakan apa yang harus
dilakukan apabila tujuan belum tercapai (Nurdin dan Basyruddin, 2003).
Penyusunan rencana pengajaran secara umum perlu memperhatikan tujuan
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan penilaian. Penyusunan rencana
pengajaran meliputi langkah-langkah berikut: mempelajari susunan program dan
GBPP, mempelajari kalender kependidikan, memperhatikan jadwal pelajaran,
mengkaji dan mengembangkan materi, serta memperhatikan sasaran pendekatan,
menjabarkan tujuan pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran khusus,
menentukan metode pengajaran, menyusun dan menata kegiatan belajar mengajar,
menentukan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan, menentukan alokasi waktu,
dan menetapkan cara penilaian (Aqib, 2002).
16
Salah satu model perencanaan pengajaran adalah model J.E Kemp (1977),
dimana perencanaan pengajaran menurut model ini antara lain: (1) menentukan
tujuan pembelajaran secara umum untuk masing-masing pokok bahasan, (2)
menganalisis karakteristik peserta didik untuk mengetahui latar belakang
pendidikan, sosial, serta untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil,
(3) menentukan tujuan pembelajaran khusus untuk membantu dalam menentukan
materi dan evaluasi, (4) menentukan materi pelajaran yang harus disesuaikan
dengan TIK/TPK, (5) menetapkan tes awal untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik telah memenuhi persyaratan belajar yang diperlukan untuk mengikuti
program pengajaran, (6) menentukan strategi belajar mengajar yang harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran khusus, (7) mengkoordinasi sarana penunjang, yang
meliputi tenaga fasiliotas, alat, waktu, dan tenaga, (8) dan mengadakan evaluasi
(Harjanto, 1997).
Persiapan mengajar disusun berdasarkan rencana caturwulanan, persiapan
ini disesuaikan dengan jadwal pelajaran. Isi persiapan mengajar sekurang-
kurangnya memuat caturwulanan dan tanggal, pokok bahasan dan sub pokok
bahasan, tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus, pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, dan penilaian (Aqib, 2002).
Berhasil atau tidaknya kurikulum pendidikan yang telah direncanakan atau
ditetapkan, kuncinya adalah terletak pada proses belajar mengajar sebagai ujung
tombak dalam mencapai sasaran. Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang
terencana, terpola, dan terprogram secara baik dan sesuai dengan rambu-rambu
17
yang ada dalam GBPP merupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum (Nurdin dan Basyruddin, 2003).
3. Keterampilan Melaksanakan Prosedur Pengajaran
Dalam upaya peningkatan proses belajar mengajar, selain dapat
merencanakan program pengajaran, seorang guru juga harus memiliki kemampuan
dasar dalam melaksanakan dan mengembangkan tugas profesinya. Kemampuan
dasar tersebut tidak lain adalah kompetensi keguruan (Sudjana, 1988).
Menurut Wijaya dan Tabrani (1991), keterampilan guru yang diwujudkan
dalam kemampuan mengelola pengajaran dapat dirasakan dan dipantau oleh siswa
dalam bentuk-bentuk antara lain : (1) siswa dapat mengikuti penyajian materi oleh
guru, (2) penyajian bahan tidak terlalu cepat, (3) contoh-contoh dan soal-soal
pelatihan diberikan secara cukup, (4) guru membantu siswa mengingat pelajaran-
pelajaran yang pernah diperoleh, (5) guru berusaha menjawab pertanyaan siswa
seandainya siswa belum mengerti, (6) guru membahas soal-soal pelatihan (tes)
yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa.
Pada umumnya, kegiatan pelajaran di kelas dimulai dengan guru
melakukan kegiatan rutin seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir,
menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat pengajaran dan
buku yang akan digunakan, kemudian diakhiri dengan memberikan tugas rumah.
kegiatan-kegiatan tersebut memang harus dikerjakan oleh guru, tetapi bukan
merupakan pengajaran yang sebenarnya.
Proses pengajaran yang akan dilakukan oleh seorang guru haruslah dapat
menciptakan suasana siap mental dan dapat menimbulkan perhatian siswa agar
18
terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Untuk menimbulkan perhatian siswa
terhadap hal-hal yang akan dipelajari, maka seorang guru harus dapat
menimbulkan rasa ingin tahu siswa, membangkitkan motivasi siswa,
memvariasikan gaya mengajar, menggunakan berbagai media pendidikan,
memberi penguatan, dan memvariasikan pola interaksi belajar mengajar.
Berbagai cara dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa
antara lain sebagai berikut.
a. Untuk menarik perhatian siswa, dapat
diusahakan penggunaan gaya mengajar yang bervariasi.
b. Untuk menarik perhatian siswa dapat
digunakan berbagai macam media pengajaran seperti model, skema, gambar
dan sebagainya. Dengan pemilihan dan penggunaan media yang tepat, guru
dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu siswa tertarik perhatiannya,
timbul motivasinya untuk belajar, dan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah
diketahuinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c. Agar siswa selalu tertarik dan memusatkan
perhatiannya pada pelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam pola
interaksi yang bervariasi, misalnya guru berdemonstrasi dan siswa mengamati,
guru menerangkan dan mengajukan pertanyaan, siswa menyimak dan
menjawab pertanyaan.
Menurut Hasibuan (1999), ada beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam
pelaksanaan pengajaran, diantaranya sebagai berikut.
19
1) Menarik pehatian siswa, usaha yang dapat dilakukan antara lain, gaya mengajar
yang bervariasi, penggunaan media pengajaran, dan pola interaksi yang
bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi, dapat dikerjakan dengan cara menunjukkan
kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan
ide-ide yang bertentangan serta memperhatikan minat siswa.
3) Memberikan acuan, merupakan usaha memberikan gambaran yang jelas
kepada siswa mengenai hal-hal yang akan dipelajari dengan cara
mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang relevan.
Usaha-usaha tersebut antara lain: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
menerangkan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan maslah
pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan.
4) Membuat kaitan, dimana bahan pengait sangat penting digunakan bila guru
ingin memulai pelajaran yang baru. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh
guru antara lain: membuat kaitan antara aspek-aspek yang relevan dengan mata
pelajaran yang dikenal siswa atau guru membandingkan atau
mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui
oleh siswa.
5) Memberikan penguatan yang diartikan sebagai tingkah laku guru dalam
merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan
tingkah laku tersebut timbul kembali. Memberikan penguatan merupakan
tingkah laku yang mudah diucapkan tetapi sukar dilakukan. Kegiatan
20
memberikan penghargaan atau pengutan dalam proses belajar mengajar dalam
kelas jarang sekali dilaksanakan oleh guru.
Usaha yang dapat dilakukan seorang guru pada saat proses pengajaran akan
berakhir adalah membuat rangkuman pelajaran yang sudah disampaikan,
menyuruh siswa membuat ringkasan bahan pelajaran yang sudah dipelajari, dan
mengadakan evaluasi tentang bahan pengajaran yang baru diberikan.
Jika guru berhasil melaksanakan proses pengajaran dengan baik, maka
dengan selesainya proses belajar mengajar, siswa benar-benar memperoleh
pengetahuan yang bulat (utuh) sebagai hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan.
B. Kerangka Pikir
Cara menyampaikan pengetahuan yang paling tepat adalah dengan jalan
menuangkan ilmu pengetahuan pada anak didik dan tentu saja melalui
keterampilan-keterampilan yang kompeten untuk diterapkan dalam suatu
pembelajaran. Dalam hal ini, peranan guru sebagai pelaksana proses belajar
mengajar menjadi dominan. Guru dipandang sebagai orang yang paling tahu dan
pandai dalam segala hal. Hal yang demikian menuntut guru untuk lebih
memperhatikan apa yang akan diberikan pada anak didiknya, agar tercipta proses
belajar mengajar yang efektif dan tentu saja bermutu. Untuk melaksanakan
tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, seorang guru perlu
menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang harus dimiliki.
Keterampilan mengajar merupakan bentuk keterampilan yang harus
diketahui, dikuasai dan senantiasa diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Karena hal ini tentu saja akan berdampak pada kualitas belajar siswa serta
21
kepercayaan masyarakat terhadap sosok guru dan sekolah serta sistem pendidikan.
Karena itu, guru yang baik senantiasa dituntut untuk dapat membuat perencanaan
pengajaran dengan baik sebelum melaksanakan pengelolaan prosedur pengajaran
yang sesungguhnya.
Guru yang memiliki kualitas keterlaksanaan tugas mengajar adalah guru
yang melaksanakan tugas mengajar dalam proses belajar mengajar sesuai tuntutan
kompetensi mengajar. Indikatornya adalah (1) segala aktivitas dan tanggung jawab
guru dalam menyusun pembelajaran dalam kaitannya dengan siswa pada interaksi
belajar, seperti: merumuskan tujuan pembelajaran umum, menentukan metode
mengajar, menentukan langkah-langkah mengajar, menentukan cara-cara
memotivasi siswa, menyusun bahan pengajaran dengan berpedoman pada
kurikulum, memilih bahan pengajaran bidang studi sesuai dengan karakteristik
siswa, menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa, mengatur
tempat duduk sesuai dengan strategi yang digunakan, menentukan alokasi
penggunaan waktu belajar mengajar, menentukan cara mengorganisasi siswa agar
terlibat secara aktif dalam proses belajat mengajar, menentukan pengembangan alat
pengajaran, menentukan media pengajaran, menentukan sumber pengajaran,
merencanakan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian, dan membuat alat
penilaian hasil belajar; dan (2) melaksanakan proses pembelajaran seperti:
menyampaikan bahan pengait atau apresiasi, memotivasi siswa untuk melibatkan
diri dalam kegiatan belajar mengajar, menyampaikan bahan, memberi contoh,
menggunakan alat/ media pengajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk
terlibat secara aktif, memberi kekuatan, mengatur penggunaan waktu,
22
mengorganisasi siswa, mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar, melaksanakan
penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, menyimpulkan materi
pelajaran, dan memberi tindak lanjut.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang dilaksanakan
melalui observasi untuk mengetahui deskripsi keterampilan perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur.
B. Variable Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu perencanaan pengajaran dan
pelaksanaan pengajaran.
C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan gambaran tentang variabel yang akan diteliti, maka
secara operasional didefinisikan sebagai berikut :
1. Perencanaan pengajaran yaitu persiapan mengajar
yang telah disusun dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
Aspek yang dinilai adalah kesesuaian antara komponen-komponen yang ada di
dalamnya.
2. Pelaksanaan pengajaran yaitu tindakan guru dalam
melaksanakan rencana pengajaran. Artinya usaha guru dalam melaksanakan
beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, sumber belajar, serta media).
D. Populasi Penelitian
24
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Biologi yang
mengajar di SMP dalam wilayah Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur Tahun
Ajaran 2007/2008 dengan jumlah guru mata pelajaran Biologi 10 orang yang
terbagi di 3 sekolah. Secara lengkap populasi tersebut dapat dilihat pada table 1
berikut.
Tabel 1. Daftar Nama Sekolah serta Jumlah Guru
No. Nama Sekolah Jumlah Guru Biologi
1. SMP Negeri 1 Burau 5
2. SMP Negeri 2 Burau 3
3. SMP Negeri 3 Burau 2
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMP 1, SMP 2 dan SMP 3 di wilayah Kecamatan
Burau Kabupaten Luwu Timur selama 2 bulan yaitu bulan Maret s/d April
semester genap tahun ajaran 2007/2008.
F. Prosedur Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus surat izin penelitian dari lembaga Penelitian UNM Makassar untuk
diteruskan ke lokasi penelitian.
b. Mengurus surat rekomendasi dari Kesbang Kabupaten Luwu Timur dan
membawanya ke setiap sekolah yang dijadikan tempat penelitian.
c. Peneliti menghubungi kepala sekolah tempat mengadakan penelitian dan
meminta izin mereka untuk mengadakan penelitian.
25
d. Peneliti menghubungi para guru bidang studi biologi SMP Negeri 1, SMP
Negeri 2, dan SMP Negeri 3 Burau untuk menentukan jadwal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti menghubungi guru biologi yang bersangkutan dan menjelaskan kepada
mereka masalah yang akan diteliti.
b. Mempersiapkan guru sebelum mengajar dan agar dalam mengajar, guru dapat
mengaplikasikan keterampilan yang akan diteliti.
c. Peneliti melakukan observasi sesuai jadwal yang ditentukan dengan
mengadakan dokumentasi foto guru dalam mengajar dan merekam proses
mengajarnya. Lembar observasi yang telah diisi kemudian diperiksa dan diberi
skor, setelah itu dianalisis berdasarkan rumus yang telah ditentukan.
d. Pemberian skor dilakukan setelah komponen-komponen keterampilan
terpenuhi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Observasi dengan mengamati langsung guru mengajar yang dilengkapi
dengan lembar observasi sebagai instrumen penelitian dengan keterampilan dasar
mengajar sehingga dapat diketahui keterlaksanaannya apakah sudah tepat atau
tidak. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini maka dilaksanakan observasi
terhadap sampel penelitian dan selanjutnya data dilakukan pemberian skor dengan
cara data yang terkumpul dari observasi keterampilan mengadakan variasi
mengajar guru biologi SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 3 Burau
adalah data yang bersifat kuantitatif yang berupa skor yang diberikan pada guru
biologi adalah skor dari setiap item yang terlaksana yaitu 5 (lima) jika semua butir
26
terpenuhi dan 4 (empat) jika hanya tiga butir yang terpenuhi, 3 (tiga) jika hanya
dua butir yang terpenuhi, 2 (dua) jika hanya satu butir yang terpenuhi dan 1 (satu)
jika tidak ada butir yang terpenuhi.
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Observasi pada Populai Sampel yang Diurut menurut Penyebarannya
No. Nama Sekolah Waktu Pelaksanaan Observasi
1.
2.
3.
SMP Negeri 1 Burau
SMP Negeri 2 Burau
SMP Negeri 3 Burau
29 dan 31 Maret – 1,2 dan 5 April 2008
7,8 dan 9 April 2008
3 dan 4 April 2008
H. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
keterampilan merencanakan dan melaksanakan pengajaran yang berisi 15 item
untuk perencanaan pengajaran dan 13 item untuk pelaksanaan pengajaran.
I. Teknik Analisis Data
Data-data yang dihasilkan dianalisa dengan teknik analisis statistik
deskriptif dalam bentuk presentase dengan rumus sebagai berikut:
Persentase (X) = x 100%
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif. Teknik analisis data menggunakan statistika
deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik data dari setiap
distribusi frekuensi skor setiap sasaran yang diukur sebagai jawaban rumusan
masalah. Analisis ini meliputi pengukuran tendensi sentral tentang gambaran
27
perencanaan pengajaran dan pelaksanaan pengakaran dengan menggunakan rumus
rerata, interval, distribusi frekuensi dan presentase. Untuk keperluan deskriptif
tersebut, maka data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program
pengolahan data SPSS versi 12. Selanjutnya, karakteristik data setiap distribusi
frekuensi skor setiap sasaran dikategorikan dengan mengikuti format sebagai
berikut.
Tabel 3. Tabel Pengkategorian
Tingkat Penerapan Kategori
80 – 100 Sangat baik
66 – 79 Baik
56 – 65 Cukup
40 – 55 Kurang Baik
0 – 39 Tidak Baik
Sumber: Arikunto, 2006
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pengajaran
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan
teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Hasil
analisis statistik deskriptif memberikan gambaran tentang karakteristik setiap item,
yang dapat memberikan gambaran tentang keterampilan guru Biologi SMP Negeri
di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan mengajar. Sedangkan hasil analisis statistik inferensial
memberikan gambaran adanya hubungan antara keterampilan menyusun
perencanaan pengajaran dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru
Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik dari setiap item, maka
berikut ini disajikan hasil-hasil penelitian.
a. Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar
1) Merumuskan tujuan pembelajaran umum
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam merumuskan TPK responden
memenuhi empat syarat dari lima syarat yang seharusnya dipenuhi dalam
merumuskan setiap TPK. Diketahui nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum
adalah 4, ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4, modus sebesar 4,
nilai mean 4. tampak bahwa ketiga nilai ukuran pemusatan menunjukkan nilai yang
sama, maka dapat dikatakan bahwa semua guru Biologi SMP Negeri di Kecamatan
29
Barau dalam merumuskan tujuan pembelajaran umum semuanya hanya memenuhi
empat syarat yang berlaku.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum (TPK)
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
-
10
-
-
-
-
100
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 4 diketahui bahwa dari 10 orang guru SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 10 orang guru (100 %) yang
dikategorikan baik dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK), Karena
hanya memenuhi empat syarat penting yaitu: ada kesesuain antara TPK dan TPU,
kelengkapan jumlah TPK, kejelasan rumusan, dan urutan TPK dari yang mudah ke
yang sukar. Sedangkan syarat yang tidak terpenuhi yaitu Kelengkapan rumusan
TPK (Subjek, tingkah laku yang dapat diukur, kondisi pencapaian dan criteria
pencapaian).
Data tentang merumuskan TPK mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru
pada SMP Negeri di Kecamatan Burau, sebanyak 10 guru (100 %) kategori baik.
30
2) Menentukan metode mengajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam menentukan metode
pengajaran yang berlaku di SMPN diketahui nilai tertinggi adalah 4 dan nilai
terendah adalah 3. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4, nilai
modus sebesar 4 dan nilai mean atau rata-rata hitung adalah 3,8. tampak bahwa
ketiga ukuran pemusatan menunjukkan nilai yang tidak berbeda secara mencolok,
tetapi Karena skor rata-rata lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan
bahwa guru di SMPN Burau dalam merencanakan metode mengajar berada pada
kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase menunjukkan bahwa
guru SMPN dalam merencanakan metode pengajaran dapat dilihat pada tabel 5
berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perencanaan Metode Pengajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak baik
Kurang baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
2
8
-
-
-
20
80
-
Total 10 100
Sumber Data: Observasi 2008
Pada tabel 5 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur, ada 2 orang guru (20 %) dikategorikan
cukup dalam merencanakan metode pengajaran dengan hanya mencantumkan satu
metode mengajar yang relevan dengan TPK dan bahan ajar yaitu metode ceramah
31
bervariasi; sebanyak 8 guru (80 %) dikategorikan baik dalam merencanakan
metode pengajaran dimana mereka mencantumkan dua metode mengajar yang
relevan dengan bahan dan TPK yaitu metode CTL dan Inquiri serta metode
ceramah bervariasi dan Tanya jawab.
3) Menentukan langkah-langkah mengajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam menentukan langkah-
langkah mengajar pada RPP guru biologi di SMPN Burau, diketahui nilai tertinggi
adalah 5 dan nilai terendah adalah 4. ukuran pemusatan diperoleh nilai median
sebesar 4,5, nilai modus sebesar 4. dan nilai mean atau rata-rata hitung adalah 4,5.
tampak bahawa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung sama dengan nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa langkah-langkah pengajaran yang direncanakan guru-
guru biologi pada SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori baik dan
sangat baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase langkah-langkah
pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Langkah-Langkah Mengajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
-
5
5
-
-
-
50
50
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
32
Pada tabel 6 dikaetahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 5 orang guru (50 %) yang
dikategorikan baik dalam menentukan langkah-langkah mengajar, dimana dalam
RPP yang disusun terdapat langkah-langkah mengajar secara rinci, tetapi hanya
berpusat pada guru; dan sebanyak 5 orang guru (50 %) yang dikategorikan sangat
baik dalam merencanakan langkah-langkah mengajar dimana mereka merencanakn
langkah-langkah mengajar yang sesuai dengan TPK dan berpusat pada guru dan
siswa.
Data tentang menentukan/merencanakan langkah-langkah mengajar
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, ada 5 orang guru (50 %) kategori baik dan 5 guru
kategori sangat baik.
4) Menentukan cara-cara memotivasi siswa
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam menentukan langkah-
langkah mengajar pada RPP guru biologi di SMPN Burau, diketahui nilai
maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. ukuran pemusatan diperoleh nilai
median sebesar 3, nilai modus sebesar 3. dan nilai mean atau rata-rata hitung
adalah 3,4. tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan
yang mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar dari pada nilai
median. Dapat dilihat bahwa langkah-langkah pengajaran yang direncanakan guru-
guru biologi pada SMPN di Kecamatan Burau berada pada secara keseluruhan
berada pada kategori cukup. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase
33
langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel
7 berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Cara-Cara Memotivasi Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
-
5
2
2
10
-
50
20
20
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 7 dikaetahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 1 orang guru (10 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam menentukan menentukan rencana memotivasi siswa
karena dalam RPP yang disusun tidak tercantum cara-cara memotivasi siswa.
Sebanyak 5 orang guru (50 %) kategori cukup dalam menentukan cara-cara
memotivasi siswa dimana dalam RPP yang mereka susun tercantum satu cara
memptivasi siswa yang relevan dengan bahan dan TPK. Selanjutnya 2 orang guru
(20 %) kategori baikkarena mencantumkan dua cara memotivasi siswa yaitu
dengan cara memberitahukan kepada siswa tujuan dari materi yang akan diajarkan
dan memberikan gambaran mengenai materi yang akan diajarkan. Selanjutnya 2
orang guru (20 %) kategori sangat baik karena mereka merencanakan lebih dari
dua cara memotivasi siswa yaitu dengan cara memberitahukan tujuan dari proses
pengajran yang akan dilakukan, memberikan gambaran dari materi, memberikan
34
gmbaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan mengemukakan kegiatan-
kegiatan yang menarik.
Data tentang menentukan/merencanakan cara-cara memotivasi siswa,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, ada 1 (10 %) orang guru kategori tidak baik, 5
orang guru (50 %) kategori cukup, 2orang guru (20 %) kategori baik dan 2 orang
guru (20 %) kategori sangat baik.
b. Merencanakan Pengorganisasian Bahan Pengajaran
1) Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum
Hasil analisis data menunjukkan bahwa bahan pengajaran yang diambil
berpedoman pada kurikulum yang berlaku di SMPN Burau diketahui nilai
maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh
nilai median sebesar 3, nilai modus sebesar 3, nilai mean atau rata-rata hitung 2,6.
tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedan nilai yang
mencolok, tetapi karena skor rata-rata lebih kecil dari nilai median, maka dapat
dikatakan bahwa guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu
Timur dalam mengambil bahan pengajaran sesuai dengan yang tercantum dalam
kurikulum yang berlaku pada kategori cukup. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase menunjukkan bahwa guru merencanakan bahan pengajaran diambil
berpedoman pada kurikulum yang berlaku dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
35
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Bahan Perencanaan Pengajaran Diambil Berpedoman pada Kurikulum yang Berlaku
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
2
2
4
2
-
20
20
40
20
-
Total 10 100
Sumber Data: Observasi 2008
Pada tabel 8 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur, ada 2 orang guru (20 %) yang
dikategorikan tidak baik merencanakan bahan pengajaran diambil dari kurikulum
yang berlaku dan dalam perencanaan pengajaran yang meeka susun tidak
tercantum buku sumber bahan pengajaran serta tidak ada penjabaran. Selanjutnya 2
orang guru (20 %) dikategorikan kurang baik dalam mencantumkan bahan
pengajaran yang diambil dari yang berlaku. Dalam perencanaan pengajaran yang
mereka susun tercantum sumber bahan pengajaran tetapi tidak dicantumkan adanya
penjabaran materi. Selanjutnya 4 orang guru (40 %) dikategorikan cukup
merencanakan bahan pengajaran yang diambil dari kurikulum yang berlaku dengan
mencantumkan sumber bahan pengajaran dengan penjabaran singkat. Selanjutnya
2 orang guru (20 %) kategori baik dalam merencanakan bahan pengajaran yang
diambil dari kurikulum yang berlaku dengan mencantumkan sumber bahan
pengajaran dengan penjabaran yang lebih jelas.
36
Data tentang merencanakan bahan pengajaran yang diambil dari kurikulum
yang berlaku mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru pada SMP negeri di
Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur, ada 2 orang guru (20 %) kategori tidak
baik, 2 guru (20 %) kategori tidak baik, 4 guru (40 %) kategori cukup, 2 guru (20
%) kategori baik.
2)Memilih dengan tepat bahan pengajaran bidang studi sesuai dengan karakteristik siswa
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam memilih bahan pengajaran
bidang studi sesuai dengan karakteristik siswa di SMPN Burau, diketahui nilai
tertinggi adalah 5 dan nilai terendah adalah 1. ukuran pemusatan diperoleh nilai
median sebesar 5, nilai modus sebesar 5. dan nilai mean adalah 4,3. tampak
bahawa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok,
dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat
dikatakan bahwa pemilihan secara tepat bahan pengajaran sesuai dengan
karakteristik siswa oleh gurur-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada
pada kategori sangat baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase langkah-
langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel 9
berikut.
37
Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase memilih dengan tepat bahan pengajaran sesuai dengan karakteristik siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
-
-
3
6
10
-
-
30
60
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 9 dikaetahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 1 orang guru (10 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam memilih secara tepat bahan pengajaran sesuai
dengan karakteristik siswa, dimana bahan bidang pengajaran yang harus diajarkan
tidak dicantumkan dalam rencana pengajaran yang dibuat; dan 3 orang guru (30 %)
yang dikategorikan cukup dalam memilih bahan pengajaran secara tepat sesuai
dengan karakteristik siswa an dicantumkan dalam rencana pengajaran namun
sebagian besar dari bahan tersebut tidak sesuai dengan TPK. Selanjutnya 6 guru
(60 %) dikategorikan sangat baik dalam memilih bahan pengajaran sesuai dengan
karakteristik siswa dan dicantumkan dalam RPP serta semua sesuai dengan TPK.
Data tentang memilih dengan tepat bahan pengajaran sesuai dengan
karakteristik siswa mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP
Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 1 guru (10 %) kategori
tidak baik, 3 guru (30 %) kategori cukup dan 5 guru (50 %) kategori sangat baik.
38
3) Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam menyusun bahan pengajaran
sesuai dengan taraf berpikir siswa di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum
adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median
sebesar 5, nilai modus sebesar 5. dan nilai mean adalah 4,3. tampak bahawa ketiga
ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak
bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan
bahwa penyusunan bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa oleh guru-
guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori sangat baik.
Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase langkah-langkah pengajaran yang
direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menyusun Bahan Pengajaran sesuai dengan Taraf Berpikir Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
3
1
6
-
-
30
10
60
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 10 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 3 orang guru (30 %) yang
dikategorikan cukup dalam menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf
berpikir siswa, dimana bahan pengajaran hanya dapat dipakai untuk melatih
39
ingatan dan pemahaman siswa; dan 1 orang guru (10 %) yang dikategorikan baik
dalam bahan pengajaran sesuai denga taraf berpikir siswa danbahan pengajaran
dapat dipakai untuk melatih ingatan, pemahaman, serta dipakai untuk latihan
penerapan. Selanjutnya 6 guru (60 %) dikategorikan sangat baik dalam menyusun
bahan pengajaran sesuai denga taraf berpikir siswa dimana bahan ajar dapat
dipakai untuk melatih ingatan, pemahaman dan penerapan dengan perbandingan 3 :
5 : 2.
Data tentang menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir
siswa mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di
Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 3 guru (30 %) kategori cukup, 1
guru (10 %) kategori cukup dan 6 guru (60 %) kategori sangat baik.
c. Merencanakan Pengelolaan Kelas
1) Mengatur tempat duduk sesuai dengan strategi yang digunakan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan dalam mengatur
tempat duduk sesuai dengan strategi yang digunakan di SMPN Burau, diketahui
nilai maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 3. Ukuran pemusatan
diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar 1, dan nilai mean adalah 1,9.
Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar dari nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa pengaturan tempat duduk siswa sesuai dengan
strategi yang digunakan bagi siswa oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan
Burau berada pada kategori sangat baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
40
persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat
pada tabel 11 berikut.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Mengatur Tempat Duduk sesuai dengan Strategi yang Digunakan
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
7
-
-
3
-
70
-
-
30
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 11 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 7 orang guru (70 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan
strategi yang digunakan, serat tidak dicantumkan dalam rencana pengajaran yang
disusunnya; dan 3 orang guru (30 %) yang dikategorikan baik dalam perencanan
pengaturan tempat duduk sesuai dengan strategi yang digunakan dengan
mencantumkan dalam RPP satu cara mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan
strategi yang digunakan yaitu metode diskusi.
Data tentang merencanakan pengaturan tempat duduk siswa sesuai dengan
strategi yang digunakan, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP
Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 7 guru (70 %) kategori
tidak baik, dan 3 guru (30 %) kategori baik.
41
2) Menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan menentukan alokasi
penggunaan waktu belajar mengajar oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui
nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan
diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar 1, dan nilai mean adalah 2,1.
Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar dari nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa pengaturan penentuan alokasi penggunan waktu
proses belajar mengajar oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau
berada pada kategori tidak baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase
langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel
12 berikut.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Alokasi Penggunaan Waktu Belajar Mengajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6
-
1
3
-
60
-
10
30
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 12 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 6 orang guru (670 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan penentuan alokasi penggunaan
42
waktu belajar mengajar karena dalam RPP yang mereka susun, tidak tercantum
adanya rincian waktu baik waktu untuk kegiatan awal, kegiatan inti, maupun untuk
kegiatan akhir; dan 1 orang guru (10 %) yang dikategorikan cukup dalam
perencanan penentuan alokasi penggunan waktu belajar mengajar karena dalam
RPP yang mereka susun, tercantum adanya dua rincian waktu yaitu waktu untuk
kegiatan awal dan waktu untuk kegiatan inti. Selanjutnya 3 guru (30 %) kategori
baik dalam merencanakan penggunaan alokasi waktu belajar mengajar dengan
mencantumkan tiga rincian waktu yaitu waktu untuk kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
Data tentang merencanakan penentuan alokasi penggunaan waktu belajar
mengajar, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di
Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 6 guru (60 %) kategori tidak baik, 1
guru (10 %) kategori cukup dan 3 guru (30 %) kategori baik.
3) Menentukan cara mengorganisasi siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan pengorganisasian
siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar oleh guru-guru di
SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1.
Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 3,5, nilai modus sebesar 4 dan
nilai mean adalah 2,8. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan
perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari
nilai median, maka dapat dikatakan bahwa pengaturan penentuan alokasi
penggunan waktu proses belajar mengajar oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
43
persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat
pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Cara Mengorganisasi Siswa agar Terlibat secara Aktif dalam Proses Belajar Mengajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
3
1
1
5
-
30
10
10
50
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 13 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 3 orang guru (30 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan pengorganisasian siswa agar terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar dan hal tersebut terlihat dari RPP yang
mereka susun dimana tidak direncanakannya siswa untuk berpartisipasi dalam
proses belajar mengajar; dan 1 orang guru (10 %) yang dikategorikan kurang baik
dalam perencanan pengorganisasian siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar karena hanya direncanakan sebagian kecil siswa yang terlibat
dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori cukup dalam
merencanakan pengorganisasian siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar dengan direncanakannya sebagian besar siswa terlibat dalam satu
kegiatan. Selanjutnya 5 guru (50 %) kategori baik dalam merencanakan
pengorganisasian siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar,
44
hal tersebut terlihat dengan direncanakannya semua siswa terlibat secara aktif
dalam satu kegiatan.
Data tentang merencanakan pengorganisasian siswa agar terlibat secara
aktif dalam proses belajar mengajar, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru
biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 3 guru (30
%) kategori tidak baik, 1 guru (10 %) kategori kurang baik, 1 guru (10 %) kategori
cukup dan 5 guru (50 %) kategori baik.
d. Merencanakan penggunaan alat dan media pengajaran
1) Menentukan pengembangan alat pengajaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan alat
pengajaran oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 4
dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4,
nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 3,7. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai
rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa
perencanaan pengembangan alat pengajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat
pada tabel 14 berikut.
45
Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Pengembangan Alat Pelajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
2
-
-
5
3
20
-
-
50
30
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 14 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 2 orang guru (20 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan pengembangan alat pengajaran
dimana tidak dicantumkannya perencanaan penggunaan alat pengajaran; dan 5
orang guru (50 %) yang dikategorikan baik dalam perencanan pengembangan alat
pengajaran dengan merencanakan satu alat pengajaran yang sesuai dengan TPK.
Selanjutnya 3 guru (30 %) kategori sangat baik dalam merencanakan
pengembangan alat pengajaran dengan merencanakan lebih dari satu alat
pengajaran yang semuanya sesuai dengan TPK.
Data tentang merencanakan pengembangan alat pengajaran,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, ada 2 guru (20 %) kategori tidak baik, 5 guru (50
%) kategori baik, 3 guru (30 %) kategori sangat baik.
46
2) Penentuan media pengajaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan penentuan media
pengajaran oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5
dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4,
nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 3,9. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai
rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa
perencanaan pengembangan alat pengajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat
pada tabel 15 berikut.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Media Pengajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
-
-
7
2
10
-
-
70
20
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 15 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 1 orang guru (10 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan penentuan media pengajaran dimana
tidak direncanakannya penggunaan media pengajarandalam RPP; dan 7 orang guru
47
(70 %) yang dikategorikan baik dalam perencanan penggunaan media pengajaran
dengan merencanakan penggunaan satu macam media pengajaran yang sesuai
dengan TPK. Selanjutnya 2 guru (20 %) kategori sangat baik dalam merencanakan
penggunaan media pengajaran dengan merencanakan penggunaan lebih dari satu
media pengajaran yang semuanya sesuai dengan TPK.
Data tentang perencanaan penggunaan media pengajaran, mendeskripsikan
bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten
Luwu Timur, ada 1 guru (10 %) kategori tidak baik, 7 guru (70 %) kategori baik, 2
guru (20 %) kategori sangat baik.
3) Menentukan sumber pengajaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan penggunaan sumber
pengajaran oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5
dan nilai minimum adalah 4. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4,5,
nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 4,5. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai
rata-rata hitung sama dengan nilai median, maka dapat dikatakan bahwa
perencanaan pengembangan alat pengajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik dan sangat baik. Selanjutnya distribusi
frekuensi dan persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam
RPP dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
48
Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Sumber Pengajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
-
5
5
-
-
-
50
50
Total 10 100
Pada tabel 16 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 5 orang guru (50 %) yang
dikategorikan baik dalam merencanakan penggunaan sumber pengajaran dengan
direncanakannya penggunaan satu macam sumber pengajaran dalam RPP; dan 5
orang guru (50 %) yang dikategorikan sangat baik dalam perencanan penggunaan
sumber pengajaran dengan merencanakan penggunaan lebih dari satu macam
sumber pengajaran yang semuanya sesuai dengan TPK.
Data tentang perencanaan penggunaan sumber pengajaran,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, ada 5 guru (50 %) kategori 5 baik, 5 guru (50 %)
kategori sangat baik.
e. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
1) Menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan penentuan bermacam-
macam bentuk dan prosedur penilaian oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui
nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan
diperoleh nilai median sebesar 4, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah
49
3,7. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa penentuan bermacam-macam bentuk dan prosedur
penilaian oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada
kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase langkah-langkah
pengajaran yang direncanakan dalam RPP dapat dilihat pada tabel 17 berikut.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Menentukan Bermacam-Macam Bentuk dan Prosedur Penilaian
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
-
-
-
9
10
-
-
-
90
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 17 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 1 orang guru (10 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan penentuan bermacam-macam bentuk
dan prosedur penilaian yang terlihat dengan tidak tercantumnya prosedur (tes awal,
proses, dan akhir) dan jenis tes lisan, tertulis dan tes praktek dalam RPP yang
dibuatnya. Selanjutnya 9 orang guru (90 %) yang dikategorikan baik dalam
penentuan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian dimana dalam RPP
yang disusun tercantum satu prosedur dan satu jenis penilaian yang sesuai dengan
TPK.
50
Data tentang penentuan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, ada 1 guru (10 %) kategori tidak baik, dan 9 guru
(90 %) kategori baik.
2) Membuat alat penilaian hasil belajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perencanaan alat penilaian hasil
belajar oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5 dan
nilai minimum adalah 1. ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 5, nilai
modus sebesar 5 dan rata-rata hitung adalah 3,6. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai
rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa
penentuan alat penilaian hasil belajar oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori sangat baik. Selanjutnya distribusi
frekuensi dan persentase langkah-langkah pengajaran yang direncanakan dalam
RPP dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Membuat Alat Penilaian Hasil Belajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
3
-
1
-
6
30
-
10
-
60
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
51
Pada tabel 18 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 3 orang guru (30 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam merencanakan penentuan alat penilaian hasil
belajar karena pada RPP yang disusun tidak tercantum alat penilain. Selanjutnya 1
orang guru (10 %) yang dikategorikan cukup dalam penentuan alat penilaian hasil
belajardengan mencantumkan alat penilaian dalam RPP tetapi sebagian tidak
sesuai dengan TPK. Selanjutnya 6 guru (60 %) kategori sangat baik dalam
menentukan alat penilaian hasil belajar dengan mencantumkan dalam RPP alat
penilaian yang sesuai dengan TPK dan diungkapkan dengan bahasa yang jelas.
Data tentang penentuan alat penilaian hasil belajar, mendeskripsikan bahwa
dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu
Timur, ada 1 guru (10 %) kategori tidak baik, dan 1 guru (10 %) kategori cukup,
dan 6 guru (60 %) kategori sangat baik.
2. Keterampilan Melaksanakan Pengajaran
a. Memulai Pelajaran
1) Menyampaikan bahan pengait atau apersepsi
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan dalam memulai pelajaran
dengan menyampaikan bahan pengait atau apersepsi oleh guru-guru di SMPN
Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran
pemusatan diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar 5 dan rata-rata
hitung adalah 2,2. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan
perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar dari
nilai median, maka dapat dikatakan bahwa penentuan alat penilaian hasil belajar
52
oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori tidak
baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase kegiatan menyampaikan
bahan pengait atau apersepsi dalam memulai pelajaran dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Distribusi frekuensi dan persentase menyampaikan bahan pengait atau apersepsi dalam memulai pelajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6
-
2
-
2
60
-
20
-
20
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 19 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 6 orang guru (60 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam kegiatan memulai pelajaran karena mereka tidak
menyampaikan bahan pengait atau apersepsi alam memulai pelajaran. Selanjutnya
2 orang guru (20 %) yang dikategorikan cukup dalam kegiatan memulai pelajaran
karena guru menyampaikan bahan pengait atau apersepsi yang sesuai dengan
bahan inti namun tidak mendapat respon siswa. Selanjutnya 2 guru (20 %) kategori
sangat baik dalam memulai pelajaran dengan menyampaikan bahan pengait atau
apersepsi yang sesuai dengan bahan inti dan mendapat respon siswa.
Data tentang kegiatan memulai pelajaran dengan menyampaikan bahan
pengait atau bahan apersepsi, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi
SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 6 guru (60 %)
53
kategori tidak baik, dan 2 guru (20 %) kategori cukup, dan 2 guru (20 %) kategori
sangat baik.
2) Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan memotivasi siswa untuk
melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru-guru di SMPN Burau,
diketahui nilai maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran
pemusatan diperoleh nilai median sebesar 3,5, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata
hitung adalah 3,1. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan
perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari
nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan memotivasi siswa untuk
melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru-guru biologi di SMPN
di Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi
dan persentase kegiatan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan
belajar mengajar dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 20. Distribusi frekuensi dan persentase memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
2
2
1
3
2
20
20
10
30
20
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
54
Pada tabel 20 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, ada 2 orang guru (20 %) yang
dikategorikan tidak baik dalam kegiatan memotivasi siswa untuk melibatkan diri
dalam kegiatan belajar mengajar karena dari empat cara memotivasi siswa, tidak
satu pun cara yang dilakukan ketika melaksanakan pengajaran. Selanjutnya 2 orang
guru (20 %) yang dikategorikan kurang baik dalam kegiatan memotivasi siswa
untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar karena guru hanya
menggunakan satu cara memotivasi siswa yaitu dengan cara memberikan
gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan. Selanjutnya 1 guru (30 %)
kategori cukup dalam kegiatan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam
kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan dua cara memotivasi siswa yaitu
dengan cara memberitahukan tujuan pelajaran dan memberitahukan gambaran
umum tentang inti bahan pelajaran. Selanjutnya 3 guru (30 %) kategori baik dalam
kegiatan memotivasi untuk melibatkan diri dalam proses belajar mengajar dengan
menerapkan tiga cara memotivasi siswa yaitu dengan cara memberitahukan tujuan
pelajaran, memberitahukan gambaran umum tentang inti bahan pelajaran, dan
memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan. Selanjutnya 2 guru
(20 %) kategori sangat baik dalam memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
belajar mengajar dengan cara menerapkan empat cara memotivasi siswa yakni
dengan memberitahu tujuan pelajaran, memberitahukan gambaran umum tentang
inti bahan pelajaran, memberikan gambaran tentangkegiatan yangakan dilakukan,
dan mengemukakan kegiatan-kegiatan yang menarik.
55
Data tentang kegiatan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam
kegiatan belajar mengajar, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi
SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, ada 2 guru (20 %)
kategori tidak baik, 2 guru (20 %) kategori kurang baik, 1 guru (10 %) kategori
cukup, 3 guru (30 %) kategori baik, dan 2 guru (20 %) kategori sangat baik.
b. Mengelola Kegiatan Inti
1) Kegiatan menyampaikan bahan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dalam menyampikan bahan
pelajaran oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5 dan
nilai minimum adalah 5. ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 5, nilai
modus sebesar 5 dan rata-rata hitung adalah 5. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, dan tampak bahwa nilai
rata-rata hitung sama dengan nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
menyampikan bahan pelajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan
Burau berada pada kategori sangat baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase kegiatan menyampaikan bahan pelajaran dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. Distribusi frekuensi dan persentase kegiatan menyampaikan bahan pelajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
-
-
10
-
-
-
-
100
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
56
Pada tabel 21 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 10 orang guru (100 %)
kategori sangat baik. Dengan kata lain semua guru dalam menyampiakn bahan
pelajaran sangat baik dimana bahan disampaikan secara benar, lancar, sistematis
dan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
Data tentang kegiatan menyampaikan bahan pelajaran, mendeskripsikan
bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten
Luwu Timur, sebanyak 10 orang guru (100 %) kategori sangat baik.
2) Memberi contoh
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan menyampaikan materi
dengan memberikan contoh oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai
maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 4. Ukuran pemusatan diperoleh
nilai median sebesar 4,5, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 4,5.
Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan yang
mencolok, dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung sama dengan nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa kegiatan menyampikan bahan pelajaran oleh guru-
guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori baik dan sangat
baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase kegiatan menyampaikan
materi dengan memberikan contoh dapat dilihat pada tabel 22 berikut.
57
Tabel 22. Distribusi frekuensi dan persentase kegiatan meyampaikan materi dengan memberikan contoh
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
-
-
5
5
-
-
-
50
50
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 22 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 5 orang guru (50 %) kategori
baik karena dalam menyampaikan materi guru hanya memberi satu contoh yang
sesuai dengan materi yang diajarkan. Selanjutnya 5 guru (50 %) kategori sangat
baik karena dalam menyampaikan materi, guru memberi lebih dari satu contoh
yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Data tentang kegiatan menyampaikan bahan pelajaran dengan memberikan
contoh, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di
Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 5 orang guru (50 %) kategori
5 baik dan 5 guru (50 %) kategori sangat baik.
3) Menggunakan alat/media pengajaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan melaksanakan pengajaran
dengan menggunakan alat/media pengajaran oleh guru-guru di SMPN Burau,
diketahui nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran
pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata
58
hitung adalah 2,8. Tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai
median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan melaksanakan pelajaran dengan
menggunakan alat/media pengajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase kegiatan melaksanakan pengajaran dengan menggunakan alat/media
pengajaran dapat dilihat pada tabel 23 berikut.
Tabel 23. Distribusi frekuensi dan persentase kegiatan melaksanakan pelajaran dengan menggunakan alat/media pengajaran
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
9
-
-
1
-
90
-
-
10
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 23 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 9 orang guru (90 %) kategori
tidak baik dalam kegiatan melaksanakan pengajaran dengan menggunakan
alat/media pengajaran karena dalam melaksankan pengajaran guru-guru tidak
menggunakan alat/media pengajaran. Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori baik
karena dalam melaksanakan pengajaran dengan menggunakan alat/media
pengajaran karena alat/media yang digunakan dapat membantu pemahaman siswa,
sesuai dengan tujuan dan cara penggunaannya tepat.
59
Data tentang kegiatan melaksanakan pengajaran dengan menggunakan
media pengajaran, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri
di Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 9 orang guru (90 %)
kategori tidak baik dan 1 guru (10 %) kategori baik.
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan melaksanakan pengajaran
dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah
5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 3,
nilai modus sebesar 3 dan rata-rata hitung adalah 3. Tampak bahwa nilai rata-rata
hitung sama dengan nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
melaksanakan pelajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori cukup. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
persentase kegiatan melaksanakan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada
siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dapat dilihat pada
tabel 24 berikut.
Tabel 24. Distribusi Frekuensi dan Persentase Memberi Kesempatan Kepada Siswa agar Terlibat secara Aktif dalam Proses Belajar Mengajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase12345
Tidak BaikKurang Baik
CukupBaik
Sangat Baik
1-8-1
10-
80-
10Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
60
Pada tabel 24 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 1 orang guru (10 %) kategori
tidak baik dalam kegiatan melaksanakan pengajaran dengan memberi kesempatan
kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar karena guru
tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar dab siswa hanya menyimak semua penyampaian materi oleh
guru. Selanjutnya 8 guru (80 %) kategori cukup dalam memberi kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar karena
dalam melibatkan siswa, dari empat ciri memberi kesempatan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar hanya dua cirri yang dimunculkan yaitu melibatkan
sebagian besar siswa dan tugas yang diberikan dapat dikerjakan oleh siswa.
Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori sangat baik dalam memberi kesempatan kepada
siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dengan
memunculkan keempat ciri yaitu jenis keterlibatan siswa bervariasi, tugas yang
diberikan dapat dikerjakan oleh siswa, semua siswa terlibat dalam kegiatan dan
sesuai dengan tujuan pelajaran.
Data tentang kegiatan melaksanakan pengajaran dengan memberi
kesempatan kepada siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, 1 orang guru (10 %) kategori tidak baik, 8 guru
(80%) kategori cukup dan 1 guru (10 %) kategori sangat baik.
61
5) Memberi kekuatan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan melaksanakan pengajaran
dengan memberi penguatan kepada siswa oleh guru-guru di SMPN Burau,
diketahui nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran
pemusatan diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar 1 dan rata-rata
hitung adalah 1,5. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan
perbedaan nilai yang mencolok dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar
dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan melaksanakan pelajaran
dengan memberi penguatan kepada siswa oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori tidak baik. Selanjutnya distribusi frekuensi
dan persentase kegiatan melaksanakan pengajaran dengan memberi penguatan
kepada siswa dapat dilihat pada tabel 25 berikut.
Tabel 25. Distribusi frekuensi dan persentase melaksanakan pelajaran dengan memberi penguatan kepada siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
8
-
1
1
-
80
-
10
10
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 25 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 8 orang guru (80 %) kategori
tidak baik karena selama proses belajar mengajar berlangsung guru tidak memberi
62
satu pun penguatan terhadap respon positif yang ditunjukkan oleh siswa.
Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori cukup dalam memberi memberi penguatan
kepada siswa karena dari empat ciri memberi penguatan hanya dua ciri yang
dimunculkan yaitu penguatan diberikan pada waktu yang tepat dan penguatan
diberikan secara wajar tidak berlebihan. Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori sangat
baik dalam memberi penguatan kepada respon positif siswa dengan memunculkan
empat cirri yaitu jenis penguatannya bervariasi, diberikan pada waktu yang tepat,
semua perbuatan baik diberi penguatan dan penguatan diberikan secara wajar.
Data tentang kegiatan melaksanakan pengajaran dengan memberi
penguatan kepada respon positif yang ditunjukkan oleh siswa, mendeskripsikan
bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten
Luwu Timur, 8 orang guru (80 %) kategori tidak baik, 1 guru (10%) kategori
cukup dan 1 guru (10 %) kategori sangat baik.
c. Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas belajar
1) Mengatur penggunaan waktu
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan mengatur penggunaan
waktu oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5 dan
nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 4, nilai
modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 3,4. Tampak bahwa ketiga ukuran
pemusatan tidak menunjukkan perbedaan nilai yang mencolok dan tampak bahwa
nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa
kegiatan mengatur penggunaan waktu oleh guru-guru biologi di SMPN di
Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan
63
persentase kegiatan mengatur penggunaan waktu dapat dilihat pada tabel 26
berikut.
Tabel 26. Distribusi frekuensi dan persentase mengatur penggunaan waktu
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
1
2
5
1
10
10
20
50
10
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 26 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 1 orang guru (10 %) kategori
tidak baik karena tidak mengatur penggunaan waktu baik waktu untuk kegiatan
awal, kegiatan inti, maupun untuk kegiatan akhir, semua waktu digunakan untuk
kegiatan inti dan bahkan pelajaran tidak diakhiri tepat waktu. Selanjutnya 1 guru
(10 %) kategori kurang baik dalam mengatur penggunaan waktu karena guru
menggnakan semua waktu untuk kegiatan inti hingga waktu berakhir. Selanjutnya
2 guru (20 %) kategori cukup karena dalam mengatur penggunaan waktu, sebagian
kecil waktu (10 menit) untuk kegiatan awal kemudian selebihnya digunakan untuk
kegiatan inti hingga waktu berakhir. Selanjutnya 5 guru (50 %) kategori baik
dalam mengatur penggunaan waktu dimana guru menggunakan sebagian kecil
waktu (10 menit) digunakan untuk kegiatan awal, sebagian besar waktu digunakan
untuk kegiatan inti dan sebagian kecil waktu digunakan (5 menit) untuk kegiatan
64
akhir. Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori sangat baik dalam mengatur penggunan
waktu diaman sekitar 10 menit digunakan untuk kegiatan awal, kemudian sebagian
besar waktu digunakan untuk kegiatan inti, sekitar 5 menit digunakan untuk
kegiatan akhir dan pelajaran diakhiri tepat pada waktunya.
Data tentang kegiatan mengatur penggunaan waktu, mendeskripsikan
bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan Barau kabupaten
Luwu Timur, 1 orang guru (10 %) kategori tidak baik, 1 guru (10%) kategori
kurang baik, 2 guru (20 %) kategori cukup, 5 guru (50 %) kategori baik dan 1 guru
(10 %) kategori sangat baik.
2) Mengorganisasi siswa
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan mengorganisasi siswa oleh
guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum adalah 5 dan nilai minimum
adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar
1 dan rata-rata hitung adalah 2,2. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak
menunjukkan perbedaan nilai yang mencolok dan tampak bahwa nilai rata-rata
hitung lebih besar dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
mengorganisasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru-guru biologi di
SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori tidak baik. Selanjutnya distribusi
frekuensi dan persentase kegiatan mengorganisasi siswa dapat dilihat pada tabel 27
berikut.
65
Tabel 27. Distribusi frekuensi dan persentase mengorganisasi siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
6
-
1
2
1
60
-
10
20
10
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 27 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 6 orang guru (60 %) kategori
tidak baik dalam mengorganisasikan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori cukup dalam mengorganisasikan siswa pada
saat pengajaran berlangsung, dimana dari empat ciri mengorganisasikan siswa,
hanya dua ciri yang dimunculkan yaitu cara mengatur siswa lancar dan sesuai
dengan ruangan. Selanjutnya 2 guru (20 %) kategori baik dalam
mengorganisasikan siswa dan memunculkan tiga ciri yaitu sesuai dengan jenis
kegiatan, sesuai dengan kapasitas ruangan dan cara mengaturnya lancar.
Selanjutnya 1 guru (10 %) kategori sangat baik dalam mengorganisasikan siswa
dengan memunculkan empat cirri yaitu pengorganisasian bervariasi, sesuai dengan
jenis kegiatan, sesuai dengan ruangan dan cara mengaturnya lancer.
Data tentang kegiatan mengorganisasikan siswa dalam proses belajar
mengajar, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di
Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, 6 orang guru (60 %) kategori tidak baik,
66
1 guru (10%) kategori cukup, 2 guru (20 %) kategori baik dan 1 guru (10 %)
kategori sangat baik.
3) Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan mengatur dan
memanfaatkan fasilitas belajar oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai
maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh
nilai median sebesar 3,5, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 2,9.
Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan nilai yang
mencolok dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median,
maka dapat dikatakan bahwa kegiatan mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar
oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada kategori baik.
Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase kegiatan mengatur dan
memanfaatkan fasilitas belajar dapat dilihat pada tabel 28 berikut.
Tabel 28. Distribusi frekuensi dan persentase mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
3
-
2
5
-
30
-
20
50
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
67
Pada tabel 28 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 3 orang guru (30 %) kategori
tidak baik dalam mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar. Selanjutnya 2 guru
(20 %) kategori cukup dalam mengatur dan memanfatkan fasilitas belajar dengan
memunculkan dua dari empat ciri yaitu waktu penggunaan dan pembagiannya tepat
serta dibagikan secara adil. Selanjutnya 5 guru (50 %) kategori baik dalam
mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar dengan memunculkan tiga ciri yaitu
fasilitas belajar sudah disiapkan terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai, cara
pembagiannya adil dan waktu penggunaan dan pembagiannya tepat.
Data tentang kegiatan mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, 3 orang guru (30 %) kategori tidak baik, 2 guru
(20%) kategori cukup, dan 5 guru (50 %) kategori baik.
d. Melaksanakan Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung
Hasil analisis data menunjukkan bahwa melaksanakan penilaian selama
proses belajar mengajar berlangsung oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui
nilai maksimum adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan
diperoleh nilai median sebesar 3,5, nilai modus sebesar 3 dan rata-rata hitung
adalah 3,5. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan
nilai yang mencolok dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung sama dengan nilai
median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan melakukan penilaian selama proses
belajar mengajar berlangsung oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan
68
Burau berada pada kategori cukup. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase
kegiatan melakukan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung dapat
dilihat pada tabel 28 berikut.
Tabel 29. Distribusi Frekuensi dan Persentase Mengorganisasi Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
1
-
4
3
2
10
-
40
30
20
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 29 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 1 orang guru (10 %) kategori
tidak baik dalam melakukan kegiatan penilaian selama proses belajar mengajar
berlangsung karena selama kegiatan pengajaran berlangsung guru tidak melakukan
penilaian. Selanjutnya 4 guru (40 %) kategori cukup dalam melakukan penilaian
selama proses belajar mengajar berlangsung dengan memunculkan dua dari empat
ciri yaitu mengajukan pertanyaan atau tugas selama kegiatan berlangsung,
pertanyaan atau tugas yang diberikan tepat untuk menguji penguasaan siswa
terhadap tpik yang sedang dibahas. Selanjutnya 3 guru (30 %) kategori baik dalam
melakukan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
memunculkan tiga cirri yaitu mengajukan pertanyaan atau tugas selama kegiatan
berlangsung, pertanyaan atau tugas yang diberikan tepat untuk menguji penguasaan
69
siswa terhadap topic yang sedang dibahas, dan jawaban atau tugas yang dikerjakan
diberi balikan langsung baik oleh guru maupun oleh tanggapan siswa. Selanjutnya
1 guru (10 5) kategori sangat baik dengan memunculkan keempat cirri yaitu
mengajukan pertanyaan atau tugas selama kegiatan berlangsung, pertanyaan atau
tugas yang diberikan tepat untuk menguji penguasaan siswa terhadap topic yang
sedang di bahas, jawaban atau tugas yang dikerjakan oleh siswa diberi balikan
langsung baik oleh guru maupun oleh tanggapan siswa dan perbaikan didiskusikan
bersama.
Data tentang kegiatan melakukan penilaian selama proses belajar mengajar
berlangsung, mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di
Kecamatan Barau kabupaten Luwu Timur, 3 orang guru (30 %) kategori tidak baik,
1 guru (10%) kategori cukup, 3 guru (30 %) kategori baik dan 2 guru (20 5)
kategori sangat baik.
e. Mengakhiri Pelajaran
1) Menyimpulkan materi pelajaran
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan mengakhiri pelajaran
dengan membuat kesimpulan materi pelajaran oleh guru-guru di SMPN Burau,
diketahui nilai maksimum adalah 4 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran
pemusatan diperoleh nilai median sebesar 1, nilai modus sebesar 1 dan rata-rata
hitung adalah 1,9. Tampak bahwa ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan
perbedaan nilai yang mencolok dan tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih besar
dari nilai median, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan menyimpulkan materi
pelajaran oleh guru-guru biologi di SMPN di Kecamatan Burau berada pada
70
kategori tidak baik. Selanjutnya distribusi frekuensi dan persentase kegiatan
menyimpulkan materi pelajaran dapat dilihat pada tabel 30.
Tabel 30. Distribusi Frekuensi dan Persentase Mengorganisasi Siswa
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
7
-
-
3
-
70
-
-
30
-
Total 10 100
Sumber : Observasi 2008
Pada tabel 30 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 7 orang guru (70 %) kategori
tidak baik karena tidak melakukan kegiatan menyimpulkan materi pelajaran di
akhir kegiatan. Selanjutnya 3 guru (30 %) kategori baik karena guru membuat
kesimpulan yang jelas mencakup semua pelajaran saat itu namun kesimpulan
hanya dibuat oleh guru.
Data tentang kegiatan membuat kesimpulan di akhir pelajaran,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, 7 orang guru (70 %) kategori tidak baikdan 3 guru
(30 %) kategori baik.
2) Memberi tindak lanjut
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kegiatan memberi tindak lanjut
diakhir pelajaran oleh guru-guru di SMPN Burau, diketahui nilai maksimum
71
adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Ukuran pemusatan diperoleh nilai median
sebesar 4, nilai modus sebesar 4 dan rata-rata hitung adalah 3. Tampak bahwa
ketiga ukuran pemusatan tidak menunjukkan perbedaan nilai yang mencolok dan
tampak bahwa nilai rata-rata hitung lebih kecil dari nilai median, maka dapat
dikatakan bahwa kegiatan memberi tindak lanjut oleh guru-guru biologi di SMPN
di Kecamatan Burau berada pada kategori baik. Selanjutnya distribusi frekuensi
dan persentase kegiatan memberi tindak lajut di akhir pelajaran dapat dilihat pada
tabel 31 berikut.
Tabel 31. Distribusi frekuensi dan persentase memberi tindak lanjut
Skor Kategori Frekuensi Persentase
1
2
3
4
5
Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik
3
1
-
5
1
30
10
-
50
10
Total 10 100
Sumber : Observasi, 2008
Pada tabel 31 diketahui bahwa dari 10 orang guru pada SMP Negeri di
Kecamatan Burau kabupaten Luwu Timur, sebanyak 3 orang guru (30 %) kategori
tidak baik karena tidak memberi tindak lanjut di akhir pelajaran. Selanjutnya 1
guru (10 %) kategori baik dimana tindak lanjut yang diberikan sesuai dengan topic
yang sedang dibahas. Selanjutnya 5 guru (50 %) kategori baik dimana tindak lanjut
yang diberikan selain sesuai dengan topic yang dibahas, tindak lanjut juga bersifat
meningkatkan penguasaan siswa, diberikan dengan bahasa yang jelas. selanjutnya
1 guru (10 %) kategori sangat baik dengan memberi tindak lanjut yang sesuai
72
dengan topik yang dibahas, juga bersifat meningkatkan penguasaan siswa,
diberikan dengan bahasa yang jelas dan benar serta tindak lanjut merupakan
kesepakatan antara guru dengan siswa.
Data tentang kegiatan memberi tindak lanjut di akhir pelajaran,
mendeskripsikan bahwa dari 10 orang guru biologi SMP Negeri di Kecamatan
Barau kabupaten Luwu Timur, 3 orang guru (30 %) kategori tidak baik, 1 guru (10
%) kategori kurang baik, 5 guru (50 %) kategori baik dan 1 guru (10 5) kategori
sangat baik.
Selanjutnya, dari hasil analisis persentase data berpasangan hubungan
antara keterampilan menyusun perencanaan pengajaran dengan keterampilan
melaksanakan pengajaran guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten
Luwu Timur diperoleh kontigensi yang dapat dilihat pada table 32 berikut.
Tabel 2. Hubungan antara Keterampilan Menyusun Perencanaan Pengajaran dengan Keterampilan Melaksanakan Pengajaran Guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur
Keterampilan melaksanakan pengajaranTotalKurang
Baik Cukup Baik Baik
Keterampilan
menyusun
perencanaan
pengajaran
Cukup1 3 0 4
10,0% 30,0% 0,0% 40,0%
Baik0 5 1 6
0,0% 50,0% 10,0% 60,0%
Total1 8 1 10
10,0% 80,0% 10,0% 100,0%
73
Pada tabel 32 dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.
a. Guru yang mempunyai keterampilan yang cukup dalam menyusun
perencanaan pengajaran berhubungan dengan keterampilan melaksanakan
pengajaran pada kategori kurang baik sebesar 10 persen dan pada kategori
cukup sebesar 30 persen.
b. Guru yang mempunyai keterampilan yang baik dalam menyusun
perencanaan pengajaran berhubungan dengan keterampilan melaksanakan
pengajaran pada kategori cukup baik sebesar 50 persen dan pada kategori baik
sebesar 10 persen.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara kualitatif menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan antara keterampilan menyusun perencanaan pengajaran
dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru, dimana hasil uji Chi-Square
sebesar 2,19.
B. Pembahasan
Keterampilan perencanaan pengajaran guru-guru Biologi di SMP Negeri
Burau dinilai berdasarkan hasil pengamatan terhadap RPP yang dibuat oleh para
guru. RPP yang dibuat oleh guru di SMP Negeri 1 Burau menunjukkan kesesuaian
antara tiap komponen. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan serta tujuan sesuai
dengan acuan GBPP disertai dengan uaraian materi yang jelas, juga direncanakan
penggunaan alat/media pengajaran. Sebagian besar responden juga merencanakan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Namun hanya sebagian kecil
responden yang merencanakan pengelolaan kelas yakni dengan cara mengatur
tempat duduk siswa sesuai dengan strategi yang digunakan, dan hampir semua
74
responden mencantumkan buku sumber bahan pengajaran. Langkah-langkah
pengajaran juga dicantumkan secara jelas, meski sebagian besar responden tidak
mencantumkan rincian waktu yang jelas. Untuk komponen penilaian dicantumkan
alat penilaian dan prosedur penilaian.
Namun perencanaan pengajaran yang disusun oleh guru-guru biologi pada
SMP di Kecamatan Burau belum menunjukkan hasil yang maksimal karena masih
ada beberapa diantara guru yang menyusun rencana pengajaran seadanya. Hal
tersebut terlihat dari beberapa item yang tidak menunjukkan skor yang maksimal
dianataranya item menentukan cara-cara memotivasi siswa yang secara umum
kategori cukup, perencanaan mengatur tempat duduk sesuai dengan strategi yang
digunakan secara umum kategori tidak baik karena hampir semua guru (70 %))
tidak merencanakan pengaturan tempat duduk siswa. Selanjutnya pada item
menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar dimana guru sebagian
besar tidak merenacanakan adanya rincian waktu untuk proses belajar mengajar
yang akan dilakukan. Selain pada perencanaan yang belum maksimal, pelaksanaan
pengajaran pun menunjukkan hasil yang hampir sama dimana guru-guru belum
menerapkan secara maksimal sistem pembelajaran aktif seperti yang diharapkan.
Item yang menunjukkan skor yang lemah diantaranya item memberi bahan pengait
atau apersepsi di awal pelajaran dimana sebanyak 6 guru tidak memberikan bahan
pengait atau apersepsi di awal pembelajaran tetapi guru-guru langsung menuju ke
inti pelajaran. Selanjutnya item yang menunjukkan skor yang lemah adalah pada
item memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar mengajar dimana sebagian besar guru (80%) kategori cukup dan
75
berdasarkan observasi pengamat, selama proses pengajaran berlangsung guru
hanya melibatkan sebagian kecil siswa dalam proses belajar mengajar dan sebagian
besar siswa lainnya hanya menyimak. Selanjutnya pada item memberi penguatan
sebanyak 8 guru 980 %) kategori tidak baik dalam artian hampir semua guru di
SMP di Kecamatan Burau tidak memberi penguatan sedikit pun terhadap respon
positif yang ditunjukkan oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Hasibuan (1999), bahwa meskipun penguatan atau penghargaan
mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari karena dapat
mendorong memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatan atas usahanya,
namun kegiatan memberikan penguatan dalam proses belajar mengajar di kelas
jarang sekali dilaksanakan oleh guru. karena itu kegiatan memberi penguatan
merupakan tingkah laku yang mudah diterapkan tetapi sukar dilaksanakan.
Selanjutnya item yang menunjukkan skor lemah yaitu pada item
mengorganisasi siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini sama dengan
perencanaan guru dalam menyusun RPP dimana mereka tidak merencanakan
pengorganisasian siswa secara maksimal dan aplikasinya dalam pelaksanaan
pengajaran pun tidak jauh berbeda dimana sebanyak 6 guru (60 %) kategori tidak
baik dalam mengorganisasikan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
observasi pengamat terlihat siswa duduk di tempat masing-masing dan menyimak
materi tanpa ada satu kegiatan apa pun baik diskusi atau pun kegiatan praktek.
Dengan kata lain guru dengan menggunakan metode ceramah sambil sesekali
mengajukan pertanyaan dan siswa menyimak sambil sesekali menjawab
pertanyaan dari guru. selanjutnya item yang menunjukkan skor yang lemah adalah
76
pada item menyimpulkan pelajaran pada akhir proses belajar mengajar dimana
sebanyak 7 guru (70 %) kategori tidak baik karena guru-guru tersebut tidak
membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas tetapi langsung mengakhiri
pelajaran ketika bel berbunyi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perencanaan
waktu yang baik dalam perencanan pengajaran yang telah disusun. Selanjutnya
item-item kategori baik pada perencanaan pengajaran diantaranya item
menentukan tujuan pembelajaran khusus (TPK) semua guru (100%) hampir
sempurna dalam merumuskan TPK meski ada syarat yang tidak terpenuhi yaitu
kelengkapan rumusan TPK yang meliputi subjek, tingkah laku yang dapat diukur,
kondisi pencapaian dan kriteia pencapaian. Selanjutnya item kategori baik adalah
menentukan metode mengajar dimana sebagian besar guru (80 %) mencantumkan
dua metode mengajar yang relevan dengan bahan ajar dan TPK. Diantara metode
yang digunakan adalah metode ceramah bervariasi dan diskusi kelompok dengan
model pembelajaran Contextual Learning dan inquiri. namun pengamat lebih
melihat guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sebagian besar guru lebih
senang menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab saja, karena dalam
menyampaikan/menguraikan materi, guru-guru umumnya membacakan buku
pegangan yang diselingi sesekali dengan pertanyaan. Terlihat kurang sekali
inisiatif guru-guru untuk menemukan dan mencoba cara-cara baru dalam
menyajikan pelajarannya. Rendahnya prestasi akademik/hasil belajar siswa
menjadi persoalan yang belum terpecahkan dan guru adalah salah satu unsur
penting yang bertanggung jawab untuk mencari alternatif pemecahannya. Pada sisi
lain ada sebagian guru yang merasa puas dengan model pembelajaran konvensional
77
dan tidak mengambil inisiatif untuk menciptakan model-model pembelajaran
inovatif yang dapat meningkatkatkan kualitas belajar mengajar (Nurdin, 2005).
Metode ceramah sebagai cara yang ampuh dalam menyampaikan informasi
kepada para siswa sangat umum dan sangat sering dipakai guru tanpa banyak
melihat kemungkinan penerapan metode lain sesuai dengan jenis materi dan bahan
serta alat yang tersedia. Metode ceramah cukup mudah dilakukan karena kurang
menuntut usaha yang terlalu banyak, baik dari guru maupun dari siswa. Akibatnya,
materi pelajaran dijejalkan kepada para siswa, dan kurang memperhatikan taraf
perkembangan mental siswa secara umum dan sevara perorangan (Belen, 1989).
Selanjutnya item kategori baik adalah item mengenai perencanaan
pengorganisasian siswa agar terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar
dimana sebagian besar guru (50 %) kategori baik dalam hal ini karena guru
merencanakan melibatkan sebagain besar siswa dalam satu kegiatan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Namun aplikasinya dalam pelaksanaan pengajaran
apa yang direncanakan tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Selanjutnya
item kategori baik adalah item pengembangan alat pengajaran (50 %) dengan
merencanakan satu alat pengajaran yang sesuai dengan bahan ajar dan TPK.
Namun apa yang direncanakan dalam RPP tidak sesuai dengan pengaplikasiannya
dalam pelaksanaan pengajaran karena meski telah direncanakan adanya
penggunaan alat pengajaran namun dalam pelaksanaan tidak dipergunakan satu
alat pengajaran. Selanjutnya item kategori baik adalah menentukan media
pengajaran dimana sebagian besar guru (70 %) merencanakan adanya penggunaan
satu media pengajaran. Sesuai dengan apa yang direncanakan, namun perencanaan
78
tersebut tidak diaplikasikan dalam pelaksanaan pengajaran (item nomor 5 pada
bagian pelaksanaan pengajaran). Hasil observasi memperlihatkan bahwa dalam
pelaksanaan pengajaran sebagian besar guru (90 %) tidak menggunakan media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dan hanya seorang guru yang
menggunakan media dalam pengajarannya Karena metode pengajaran yang
diterapkan adalah metode praktek di lapangan dengan menggunakan berbagai
alat/media sederhana. Meski pada kenyataannya bahwa penggunaan media yang
bervariasi dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan ransangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan
media pembelajaran pada tahap orietasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu (Arsyad, 2005).
Selanjutnya item kategori baik adalah item menentukan sumber pengajaran
dimana sebagian guru (50 %) menentukan satu macam sumber pengajaran yang
sesuai dengan TPK, yaitu dengan menggunakan buku paket dalam pelaksanaan
pengajaran. Selanjutnya item kategori baik lainnya adalah perencanaan
menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian dimana hampir
semua guru (90 %) merencanakan adanya satu prosedur berupa tes akhir pada akhir
pelajaran dan satu bentuk penilaian yaitu bentuk tes tertulis berupa soal essay. Hal
tersebut diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran pada item memberi tindak lanjut
di akhir pelajaran yang dilakukan oleh sebagian besar guru (60 %). Jadi ada
beberapa guru yang meski telah merencanakan adanya penilaian diakhir kegiatan,
79
namun hal tersebut tidak dilaksanakan pada pelaksanaan pengajaran. Sedangkan
diketahui bahwa dengan penilaian, guru dapat mengetahui pencapaian tujuan dan
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta guru dapat mengetahui apakah proses
belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik atau
memuaskan atau malah sebaliknya. Sehingga dapat dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya (Usman,
2007).
Selanjutnya item kategori baik dalam pelaksanaan pengajaran adalah
kegiatan memberi contoh pada saat menyampaikan materi dimana sebagian guru
(50 %) hanya menyampaikan satu contoh yang sesuai dengan topik selama proses
belajar mengajar berlangsung. Selanjutnya item kategori baik lainnya adalah
pengaturan penggunaan waktu selama proses belajar mengajar berlangsung dimana
sebagian besar guru (50 %) membagi waktu untuk kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir, meski ada beberapa guru yang tidak mengakhiri pelajaran tepat
pada waktunya. Selanjutnya item kategori baik adalah mengatur dan
memanfaatkan fasilitas belajar dimana sebagian besar guru (50 %) dapat mengatur
dan memanfaatkan fasilitas belajar dengan baik karena fasilitas belajar berupa
buku paket sudah dibagikan sebelum pelajaran dimulai, pembagiannya adil karena
semua siswa mendapatkannya serta penggunaanya tepat. selanjutnya item kategori
sangat baik adalah perencanaan menentukan langkah-langkah mengajar dimana
sebagian guru (50 %) merencanakan langkah-langkah mengajar secara rinci sesuai
dengan TPK serta berpusat pada guru dan siswa. Selanjutnya item kategori sangat
baik adalah pada item perencanaan pemilihan bahan pengajaran sesuai dengan
80
karakteristik siswa yang diambil berdasarkan kurikulum yang berlaku dengan
mencantumkannya dalam RPP dan secara keseluruhan sesuai dengan TPK. Materi
pelajaran yang akan diajarkan hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan
moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang akan meeka peroleh dari
materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang beretika sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma
yang berlaku di masyarakatnya (Harjanto, 1997). Selanjutnya item kategori sangat
baik adalah pada item menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir
siswa dimana sebagian besar guru (60 %) menyusun bahan pengajaran yang dapat
dipakai untuk melatih ingatan, pemahaman dan penerapan siswa. Selanjutnya item
kategori sangat baik adalah perencanaan sumber pengajaran dimana 50 % guru
merencanakan penggunaan sumber pengajaran lebih dari satu yaitu selain dari
buku paket, juga penggunaan LKS dan lingkungan sekitar sekolah yang digunakan
untuk kegiatan praktek. Selanjutnya item kategori sangat baik adalah perencanaan
membuat alat penilaian hasil belajar yang semuanya sesuai dengan TPK serta
diungkapkan dengan bahasa yang jelas dalam bentuk soal essay dan sebagian besar
guru merencanakan hal tersebut yakni sebanyak 60 %. Selanjutnya item kategori
sangat baik adalah penyampaian bahan ajar dalam pelaksanaan pengajaran diaman
semua guru (100 %) menguasai bahan ajar secara baik dan disampaikan secara
benar dan sistematis. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Samana
(1988), bahwa untuk membantu siswa dalam mengembangkan akalnya dalam
bidang ilmu pengetahuan tertentu selaras dengan tuntutan masyarakat serta
81
teknologi, maka mutu penguasaan bahan ajar oleh para guru sangat menentukan
keberhasilan pengajaran.
Hasil analisis hubungan antara keterampilan menyusun perencanaan
pengajaran dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru melalui uji Chi-
Square diperoleh nilai sebesar 2,19, yang signifikan baik tarap kepercayaan 5
persen maupun pada taraf kepercayaan 1 persen. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keterampilan menyusun
perencanaan pengajaran dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru
Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa guru sebagai salah satu hal yang
memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran perlu senantiasa
merencanakan pelajaran dengan baik sebab pelaksanaan pengajaran yang baik
sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Hasil penelitian ini sejalan
dengan yang dikatakan oleh Ibrahim (2003) : agar pelaksanaan pengajaran berjalan
efisien dan efektif maka diperlukan perencanaan yang tersusun secara sistematis,
dengan proses belajar mengajar yang lebih bermakna dan mengaktifkan siswa serta
dirancang dalam suatu skenario yang jelas.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Keterampilan guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur
dalam menyusun perencanaan pengajaran sebagian besar telah mampu
menyusun dan mengembangkan rencana pengajaran dengan baik.
2. Guru Biologi SMP di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur sebagian
besar telah mampu melaksanakan pengajaran dengan baik berdasarkan rencana
pengajaran.
3. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan menyusun perencanaan
pengajaran dengan keterampilan melaksanakan pengajaran guru Biologi SMP
di Kecamatan Burau Kabupaten Luwu Timur.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya melakukan fungsi pengawasan terhadap
kelengkapan perangkat pembelajaran serta pelaksanaan proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru Biologi, khususnya dalam pelaksanaan supervisi
pendidikan.
2. Dalam upaya perbaikan mutu serta hasil pendidikan kearah yang lebih baik,
maka sebaiknya guru benar-benar menerapkan dan meningkatkan keterampilan
83
merencanakan pengajaran dengan sebaik-baiknya agar dapat melaksanakan
pengajaran secara optimal seperti yang diharapkan.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap keterampilan
dasar lainnya.
84
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Bumi Aksara, Bandung.
Arsyad Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan Cendekia, Surabaya.
Belen, S. 1989. Pendekatan keterampilan Proses. PT Gramedia, Jakarta.
Depdiknas, 2003. Panduan Manajemen Sekolah. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
_____________. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung.
_____________. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Mandar Maju, Bandung.
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hasibuan dan Moedjiono. 1999. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. DEPDIKBUD dan PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Nurdin, S. 2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT. Ciputat Press, Jakarta.
Nurdin, S dan Basyruddin U. 2003. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat Press, Jakarta.
Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Kanisius, Jakarta.
Samani, Mochlas. 2003. Modul Umum Wawasan Pendidikan. Ditjen Dikdasmen, Jakarta.
Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
85
Sujana, Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Usman, User. 2007. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wijaya, C. dan Tabrani, R. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Gaung Persada Press, Jakarta.
86
87