24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu (Anonim I., 2008). Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan secara intravena dan diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan

BAB I1 Antibiotik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I1 Antibiotik

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem

tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara

pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat

oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat

seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang

dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action),

lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons

farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons

tertentu (Anonim I., 2008).

Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan

setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu

obat yang memungkinan diberikan secara intravena dan diedarkan di dalam

darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relatif lebih

cepat dan bermanfaat. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,

rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan untuk mencapai

efek yang maksimal (Anonim I., 2008).

Pada praktikum kali ini kami menentukkan bioavaibilitas obat sirup

amoksisilin pada hewan coba yaitu kelinci dengan cara diberikan secaa oral.

Page 2: BAB I1 Antibiotik

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud percobaan

Maksud percobaan ini adalah :

1) Untuk mengetahui kadar amoksisilin dalam darah hewan uji/hewan coba

2) Untuk mengetahui perbandingan nilai transmitan, absorban, konsentrasi

dan faktor pada hewan uji yang belum diberikan obat antibiotik dan yang

telah diberikan obat antibiotik

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan  percobaan ini ádalah :

1) Untuk menentukan kadar amoksisilin dalam darah hewan uji

2) Untuk menghitung besarnya nilai AUC, Ctp dan tp

1.3 Manfaat

Agar mahasiswa dapat mengetahui kadar obat antibiotik dalam darah

hewan uji/hewan coba

Page 3: BAB I1 Antibiotik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar teori

Istilah antibiotk untuk pertama kali digunakan oleh Waksman (1945)

senagai nama dari suatu golongan substansi yang berasal dari bahan biologis

yang kerjanya antagonistic terhadap mikroorganisme. Istilah itu berarti

“melawan hidup” dengan klata l;ain maksud dari antibiotic adalah zat yang

dihasilkan oleh mikroorganisme hidup, yang dapat menghambat

mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnakannya (Irianto, 2006)

Istilah resistensi itu menunjukan bahwa suatu mikroorganisme , sudah

tidak peka terhadap suatu suatu zat atau sediaan antimikroba atau antibiotic,

sehingga akan membawa masalah dalam terapi dan bahkan akan

menggagalkan terapi dengan suatu antibiotic terhadap agen penyebab

infeksi. Resistensi adalah ketahanan suatu mikroorganisme terhadap

antimikroba atau antibiotic tertentu (Zaraswati, 2008).

Resistensi mikroorganisme dapat dibedakan menjadi resistensi

bawaan (primer) ,resistensi dapatan (sekunder), dan resistensi episomat.

Resistensi primer (bawaan) merupakan resistensi yang menjadi sifat alami

mikroorganisme.Hal ini misalnya disebabkan oleh adanya enzim pengurai

antibiotic pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme

dapat menguraikan antibiotic.Contohya adalah Staphylococcus dan bakteri

lainnya yang mempunyai enzim penicillinase yang dapat menguraikan

penicillin dan sefalosforin (Bibiana, 1994).

Page 4: BAB I1 Antibiotik

Mekanisme resistensi dapat terjadi secara genetic dan nongenetik.

Secara genetic resistensi dapat terjadi dengan cara konjugasi dan transduksi

antar strain yang sama, sedangkan secara non genetic resistensi dapat terjadi

melaluarutan  pemberian antibiotic yang berlebih, pemberian dosis rendah

secara terus menerus atau tidak beraturan (Soeharsono, 2005)

Bakteri yang resistensi dapat mengancam kehidupan manusia atau

hewan karena dapat meningkatkan morbiditas penyakit dan mortalitas akibat

kegagalan pengobatan selain itu biaya pengobatan juga meningkat karena

harus menggunakan antibakteri dosis tinggi atau lebih dari satu macam

antibakteri, etau menggunakan antibakteri baru yang harganya mahal

(Zaraswati, 2008)

Resistensi tersebut dapat berupa, Resistensi alamiah, resistensi karena

adanya mutasi spontan (resistensi kromosomal) dan resistensi karena adanya

factor R pada sitoplasma (resistensi ekstrakromosomal) atau resistensi

karena terjadinya pemindahan gen yang  resistensi atau factor R atau

plasmid R atau plasmid (resistensi silang) atau dapat dikatakan bahwa suatu

mikroorgananisme dapat resistensi terhadap obat-obat antimikroba, kerena

mekanisme genetic atau non genetic (Zaraswati, 2008)

Resistensi kromosomal merupakan mutasi spontan dari elemen

genetic dengan frekuensi 1:107 sampai 1012  kromosom yang telah

termutasi ini dapat dipindahkan sehingga terjadi populasi yang resistensi,

pada mutasi spontan terjadi seleksi oleh antibiotika, dimana mikroorganisme

yang peka akan musna dan mikroorganisme yang resistensi tetap hidup dan

Page 5: BAB I1 Antibiotik

berkembangbiak. Resistensi kromosomal ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu

(Zaraswati, 2008): 

1. Resistensi kromosomal primer

2. Resistensi kromosomal sekunder

Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki

fermentasi dengan ukuran besar sebagai contoh penicillin chfysogentum

ditumbuhkan dalam 100.000 liter farmentor selama kurang lebih 200 jam

mula-mula suspense spora R. chrysogenum ditumbuhkan dalam media yang

bernutrisi kultur dan dimana disimpan pada temperature 240 C dan

selanjutnya ditransfer ketangki monokulum. Tangki monokulum digojlok

teratur untuk fermentasi yang disimpan hingga sampai 2 hari (Sylvia, 2008)

Perkembangan produksai penicillin dan antibitik lain secara

komersial merupakan salah satu peristiwa yang paling dramatis dalam

sejarah mikrobiologi industry. Pada tahun 1941 belum ada antibiotic, tetapi

10 tahun kemudian penjualan bersih antibiotic mencapai 30 juta dolar

amerika seriakat per tahun. Menurut laporan, lebih dari 125 juta kg

antibiotic telah diproduksi pada tahun 1978 (Bibiana, 1994)

Penicilin merupakan antibiotik pertama yang dibuat dalam skala

industry. Sebagai besar dari pengalaman yang diperoleh dari transfornasi

hasil pengamatan Alexander Fleming dilaboratorium menjadi usaha skala

besar yang secara ekonomis menguntungkan telah membuka jalan bagi

produksi antibiotic kemoterapeutik lain yang berhasil setelah ditemukan.

(Bibiana, 1994)

Page 6: BAB I1 Antibiotik

Berdasarkan mekanisme aksinya, Antibiotik dibedakan  menjadi

lima 5 yaitu (Bibiana, 1994):

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding selAntibiotik ini

adalah antibiotic yang merusak yang merusak peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun gram negative,

contonya penicillin.

2. Antibiotik yang merusak membrane plasma. Membran plasma

bersifat semi permiabel dan mengendalikan dari transport berbagai

metabolit kedalam dan keluar sel. Adanya gangguan atau kerusakan

struktur pada membrane plasma dapat menghambat atau merusak

kemampuan membrane plasma sebagai penghalang (barier) osmosis

dan mengaggu sejumlah proses biosintess yang diperlukan dalam

membran.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotic yang gula aminonya

bergabung dalam ikatan glikosida.Antibiotik ini memiliki spectrum

luas dan bersifat bakterisidal dengan mekanisme penghambatan pada

sintesis protein.

4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan

terhadap transkripsi dan replikasi mikroorganisme.

5. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial

Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara lain dengan

adanya kompelitor berupa antimetabolit yaitu substansi yang secara

Page 7: BAB I1 Antibiotik

kompetitis menghambat metabolit mikroorganisme, karena memiliki

struktur yang mirip dengan substrak normal bagi enzim metabolisme.

Sebab lainnya yang menyebabkan mikroorganisme resistensi

terhadap suatu obat ialah (Zaraswati, 2004):

1. Meningkatkannya destruksi obat Ini merupakan mekanisme utama

resistensi terhadap penicillin, aminoglikosida dan kloramfenikol,

2. Berkurangnya perubahan obat menjadi bentuk aktif

Flusitosin adalah salah satu obat antifungi harus diubah dalam

tubuh mikroorganisme menjadi fluroasil, yang selanjutnya yang

dimetabolisme menjadi bentuk aktif dari obat tersebut.

II.2 Cara pemberian obat pada hewan percobaan

Kelinci

- Oral

Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan

menggunakan alat penahan rahang dan pipa lambung.

- Sub kutan

Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau

tengkuk dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan dengan

arah anterior.

- Intra vena

Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga.

Sebelum penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau

air hangat.

Page 8: BAB I1 Antibiotik

- Intra muskular

Pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang.

- Intra peritoneal

Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah daripada

perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.

Tikus

- Pemberian secara oral, intra muskular dan intra peritonial dilakukan dengan

cara yang sama seperti pada mencit.

- Pemberian secara sub kutan dilakukan di bawah kulit tengkuk atau kulit

abdomen.

- Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada vena penis

dibandingkan dengan vena ekor.

Mencit

- Oral

Cairan obat diberikan dengan mengginakan sonde oral. Sonde oral

ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian perlahan-lahan

dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan obat dimasukkan.

- Sub kutan:

Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan

obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

- Intra vena:

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya

menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh

vena ekor mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke

Page 9: BAB I1 Antibiotik

dalam pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan

jarum suntik no. 24.

- Intramuskular

Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24.

- Intra peritonial:

Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum

disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit

menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.

Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tingga untuk menghindari

terjadinya penyuntikan pada hati.

II.2 Uraian bahan

1. Air suling (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi   : Aqua destillata

Nama Lain    : Aquades, Air suling

RM / BM  : H2O/18,02

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Alkohol (Dirjen POM, 1979) 

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Page 10: BAB I1 Antibiotik

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut,

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada

lidah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Asam asetat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum aceticum glaciale

Sinonim : Asam asetat glacial

RM/BM               : C2H2O2/60,05

Pemerian       : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, tajam, jika

diencerkan dengan air, rasa asam

Kelarutan       : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P

dan dengan gliserol P

Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat

4. Asam trikolorasetat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum trichloroasetat

Sinonim : Asam trikolorasetat

RM/BM : CClCOOH/163,39

Pemerian : Hablur atau massa hablur

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

Stabilitas : Stabil di udara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

Page 11: BAB I1 Antibiotik

5. EDTA (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi    : Etilen diamina tetra asetat

Nama lain     : EDTA

RM/BM    : C2H8N2/ 98,96

Pemerian  : Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau

seperti amoniak, bereaksi alkali kuat.

Kelarutan  : Dapat bercampur dengan air maupun dengan etanol

Kegunaan   : Sebagai titran

Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup

6. Methanol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Metanol

Sinonim : Metanol

RM/BM : CH3OH/34,00

Pemerian : Cairan tidak berwarna, gliserin, bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih tidak berwarna

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kegunaan : Sebagai pereaksi

7. Natrium sitrat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrii Citras

Sinonim : Natrium sitrat

Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O

Berat molekul : 294,10

Page 12: BAB I1 Antibiotik

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, praktis, tidak larut dalam etanol (95%)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan antikoagulan

8. Amoxicilin (Iso farmakoterapi, 2008)

Indikasi    : Infeksi saluran kemih, otitsmedia, sinusitis,

bronkitis, kronis, salmonelosis, gonore, profilaksis

endokartis dan terapi tambahan pada meningitis

listeria

Cara kerja obat : Amoxicillin adalah senyawa Penisilin semisintetik

dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang

bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar

bakteri gram positip dan beberapa gram negatip

yang patogen.  

Peringatan    : Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi

eritmetous pada glandular fever, leukimia limfositik

kronik dan AIDS

Kontraindikasi : Hipersensitifitas  terhadap penisilin

Efek samping    : Mual, diare ruam, kadang-kadang terjadi kolitis

karena antibiotic

Dosis    : Oral dewasa 250-500mg tiap 8 jam, infeksi saluran

nafas berat/berulang 3 gram tiap 12 jam, infeksi

salura kemih 3 gram diulang setelah 10-12 jam

Page 13: BAB I1 Antibiotik

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat, Bahan dan Hewan coba

III.1.1 Alat yang digunakan

1. Dispo

2. Erlenmeyer

3. Gelas kimia

4. Kotak/kandang individu kelinci

5. Kuvet

6. Lemari asam

7. Pipet mikro

8. Rak tabung

9. Slang plastik

10. Sentrifus

11. Silet

12. Spektrotonik

13. Tabung reaksi

III.1.2 Bahan yang digunakan

1. Alkohol 70%

2. Amoxicilin syrup

3. Aqua destillata

4. Asam asetat

5. Asam triklorasetat

6. EDTA

Page 14: BAB I1 Antibiotik

7. Kapas

8. Methanol

9. Natrium sitrat

10. Tissue

III.1.2 Hewan coba yang digunakan

- Kelinci

III.2 Cara kerja

1. Larutan baku dan panjang gelombang

2. Kelinci dipuasakan 8 jam sebelum perlakuan, diambil darahnya

melalui vena marginalis 0,5 ml sebagai blangko. (Marmot/Tikus putih

dibius kemudian diambil darah melalui vena jugularis atau vena

fomaralis)

3. Sirup suspensi amoksisilin sebanyak 30 ml dengan kadar 125 mg/ml

diberikan per oral pada kelincidengan menggunakan slang plastic

(maag slang). Kemudian darah diambil pada mencit ke 30, 60, 120,

240 menit.

4. 0,5 ml darah dicampur dengan 2 ml antikoagulan natrium sitrat 2 %, 5

ml pengendap protein asam triklorasetat, dibiarkan 5 menit, disentrifus

selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Jernihan (supernatant)

diambil 0,5 ml dan diencerkan dengan air suling hingga 10 ml.

encerkan lagi 1 ml dengan larutan dapar secukupnya hingga 50 ml.

larutan blangko dibuat dengan cara yang sama, kemudian diukur

serapan pada panjang gelombang 260-300 nm. (272,5 nm)

Page 15: BAB I1 Antibiotik

5. Setelah kadar amoksisilin dalam darah dihitung kemudian hitung

besarnya AUC, Ctp, dan tp.

Page 16: BAB I1 Antibiotik

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. Hasil pengamatan

IV. Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan percobaan tentang bioavaibilitas pada obat

antibotik yaitu sirup amoksisilin. Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh

fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan

kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Sedangkan

bioavaibilitas adalah ketersidaan hayati

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar sirup amoxisilin

dalam darah hewan coba. Dengan menggunakan obat antibiotik yaitu amoxisilin.

Obat ini termasuk dalam golongan obat penicilin. Hewan coba yang digunakan

adalah kelinci. Karena pada kelinci memiliki volume darah yang banyak

dibandingkan hewan coba lainnya seperti mencit dan tikus.

Langka.h pertama pada percobaan ini yaitu sebelum percobaan dimulai karena

untuk mengurangi variasi biologis, kelinci dipuasakan selama 8 jam. Kemudian

itu kelinci dimasukkan kedalam kandang pengamatan dan dicukur bulu telinga

menggunakan silet yang tajam dengan hati-hati setelah itu diolesi dengan

menggunakan alkohol 70%, agar steril serta untuk mempermudah pengambilan

darah melalui vena marginalis. Kemudian diambil darah dari kelinci sebanayk 0,5

Ml sebagai blangko dengan cara disuntik pembuluh darah dengan cara hati-hati,

kemudian darah tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan

larutan antikoagulan. Larutan koagulan tersebut terdiri dari larutan EDTA. Dari

larutan EDTA 10% diambil 0,02 mL, ditambahkan

Page 17: BAB I1 Antibiotik