3
BAB I PENDAHULUAN Cardiopulmonary resuscitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP) adalah serangkaian tindakan menyelamatkan nyawa yang meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup setelah henti jantung mendadak. Meskipun pendekatan optimal untuk RJP dapat bervariasi, tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap: bagaimana untuk mencapai RJP dini dan efektif. Mengingat tantangan ini, tindakan yang cepat oleh penyelamat terus menjadi prioritas untuk pedoman American Heart Association (AHA) dan European Resuscitation Council (ECC) untuk CPR tahun 2010. Henti jantung mendadak merupakan penyebab utama kematian di Eropa dan Amerika. Henti jantung mendadak terjadi pada 350.000-700.000 orang pertahun. Perkiraan ini tidak termasuk pasien yang tidak diresusitasi. Sementara itu resusitasi tidak selalu tepat. Ada banyak nyawa yang hilang akibat resusitasi yang tidak tepat. Pada analisis awal ritme jantung, sekitar 25-30% dari korban henti jantung mendadak mengalami fibrilasi ventrikel, persentase ini telah menurun selama 20 tahun terakhir. 1,2 Penatalaksanaan yang direkomendasikan untuk fibrilasi ventrikel adalah segera resusitasi jantung 1

BAB I_BHD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BHD

Citation preview

2

BAB IPENDAHULUAN

Cardiopulmonary resuscitation (CPR)/resusitasi jantung paru (RJP) adalah serangkaian tindakan menyelamatkan nyawa yang meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup setelah henti jantung mendadak. Meskipun pendekatan optimal untuk RJP dapat bervariasi, tergantung pada penyelamat, korban, dan sumber daya yang tersedia, tantangan mendasar tetap: bagaimana untuk mencapai RJP dini dan efektif. Mengingat tantangan ini, tindakan yang cepat oleh penyelamat terus menjadi prioritas untuk pedoman American Heart Association (AHA) dan European Resuscitation Council (ECC) untuk CPR tahun 2010.Henti jantung mendadak merupakan penyebab utama kematian di Eropa dan Amerika. Henti jantung mendadak terjadi pada 350.000-700.000 orang pertahun. Perkiraan ini tidak termasuk pasien yang tidak diresusitasi. Sementara itu resusitasi tidak selalu tepat. Ada banyak nyawa yang hilang akibat resusitasi yang tidak tepat. Pada analisis awal ritme jantung, sekitar 25-30% dari korban henti jantung mendadak mengalami fibrilasi ventrikel, persentase ini telah menurun selama 20 tahun terakhir. 1,2Penatalaksanaan yang direkomendasikan untuk fibrilasi ventrikel adalah segera resusitasi jantung paru oleh saksi (kombinasi kompresi dada dan napas buatan) dan defibrilasi elektrik awal. Saluran pernapasan merupakan penyebab terbanyak henti jantung nonkardiak, seperti tenggelam (banyak terjadi pada anak-anak) dan asfiksia. Di berbagai wilayah di dunia tenggelam merupakan penyebab utama kematian, dan pemberian napas buatan penting dilakukan untuk suksesnya resusitasi korban tersebut.2Pengenalan dan memulai tindakan resusitasi jantung lebih awal dan defibrilasi singkat (jika memungkinkan) adalah tiga dasar bantuan hidup dasar dalam rangkaian rantai penyelamatan orang dewasa.1 Ketika seseorang tiba-tiba terjatuh, siapapun yang berada didekatnya harus mulai melakukan rangkaian pada keadaan darurat dan memulai kompresi dada (terlepas dari pelatihan). Petugas terlatih sebagai penyelamat dan penyedia layanan kesehatan harus melakukan kompresi dan ventilasi.1Berbeda dengan banyaknya keyakinan pada keadaan ini, resusitasi jantung paru tidak berbahaya. Tidak melakukan aksi apapun adalah hal yang berbahaya dan resusitasi jantung paru dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Namun, kualitas dari resusitasi jantung paru sangat penting. Kompresi dada harus dilakukan dengan menekan pada bagian tengah dada dengan keras dan cepat (yaitu, kompresi dada harus dilakukan dengan kecepatan adekuat dan dalam). Penolong harus memberikan waktu dada mengembang kembali setelah setiap kompresi dan meminimalisasi terhentinya kompresi dada.1 Penolong juga harus menghindari terjadinya ventilasi berlebihan. Dan jika tersedia, automated external defibrillator (AED) harus diberikan dan digunakan tanpa menunda kompresi dada. Dengan tindakan-tindakan tersebut yang dini dan efektif, nyawa terselamatkan setiap harinya. Selain komponen pengetahuan serta tehnik yang sudah disebutkan diatas, para penolong pertama yang melakukan bantuan hidup jantung dasar, juga harus menguasai tehnik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena sumbatan benda asing.1

1