14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah tindakan invansif medis yang dilakukan untuk penanganan penyakit, injuri, atau kelainan (Lemone & Burke, 2008). Salah satu tindakan pembedahan adalah laparatomi. Tindakan operasi laparatomi (Abdomen) merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seorang baik bio, psiko, maupun sosial, dan spiritual (Razid, 2010). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI 9.8% persalinan dilakukan pembedahan Sectio cesar (Riskesdas, 2013). Berdasarkan Data Rekam Medis Rumah sakit Muhammadiyah Palembang terdapat Peningkatan Tindakan Pembedahan Abomen tiap tahunnya, tercatat 544 kasus pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 557 kasus di tahun 2014 jenis Operasi adalah: Herniotomi, Apendixtomi, Tumor Abdomen dan Sectio cesar. 1

BAB I.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengaruh Hipnotherapi dan aromaterapi terhadap penurunan intensitas nyeri Pasien post-operasi laparatomi di rumah sakit muhammadiyah palembang tahun 2015.

Citation preview

9

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPembedahan adalah tindakan invansif medis yang dilakukan untuk penanganan penyakit, injuri, atau kelainan (Lemone & Burke, 2008). Salah satu tindakan pembedahan adalah laparatomi. Tindakan operasi laparatomi (Abdomen) merupakan peristiwa kompleks sebagai ancamanpotensial atau aktual kepada integritas seorang baik bio, psiko, maupun sosial, dan spiritual (Razid, 2010). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI 9.8% persalinan dilakukan pembedahan Sectio cesar (Riskesdas, 2013). Berdasarkan Data Rekam Medis Rumah sakit Muhammadiyah Palembang terdapat Peningkatan Tindakan Pembedahan Abomen tiap tahunnya, tercatat 544 kasus pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 557 kasus di tahun 2014 jenis Operasi adalah: Herniotomi, Apendixtomi, Tumor Abdomen dan Sectio cesar. Tindakan pembedahan berupa insisi pada kulit dan tindakan traumatik pada jaringan tubuh lainnya dan manipulasi struktur tubuh viseral telah mencetuskan mekanisme inflamasi, dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri dan terjadi selama periode pascabedah, Nyeri akut adalah gejala normal dari pembedahan, trauma, intervensi non-bedah dan beberapa kondisi medis (James, 2014).

Berdasarkan riset National Family Opinion pada tahun 2014 dari 46.034.582 pasien post-operasi di Amerika Serikat, 23 % menyatakan nyeri ringan 46% menyatakan nyeri sedang dan 31% menyatakan nyeri hebat. Faktor-faktor tindakan yang mempengaruhi munculnya perbedaan rasa nyeri ialah lamanya waktu pembedahan, derajat trauma operasi, tipe dan insisi. Berdasarkan uraian tersebut nyeri masih menjadi masalah utama Klien Post-operasi. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri ( International Association for the Study of Pain, IASP ) Mendefinisikan nyeri sebagai "suatu sensori Subjektif dan pengalaman emosional yng tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian kejadian dimana terjadi kerusakan" (IASP, 1979). Hal ini mengindikasikan Nyeri merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit ( Potter & Perry, 2006 ).Metode penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Pendekatan yang biasa digunakan adalah analgetik golongan opioid untuk nyeri yang hebat dan golongan non streroid untuk nyeri sedang atau ringan. Secara farmakologi penggunaan obat-obatan secara terus-menerus bisa menimbulkan efek samping, seperti penggunaan analgesic opioid yang berlebihan bisa menyebabkan depresi pernapasan atau sedasi, bahkan bisa membuat orang menjadi mual-muntah dan konstipasi. Jika terus-menerus diberikan obat-obatan analgetik untuk mengatasi nyeri bisa menimbulkan reaksi ketergantungan obat, dan nyeri bisa terjadi lagi setelah reaksi obat habis. Oleh karena itu, perlu terapi non farmakologi sebagai alternatif untuk memaksimalkan penanganan nyeri pascabedah. Pendekatan non-farmakologi antara lain stimulasi dan massase kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, distraksi, tehnik relaksasi, dan hypnosis (Smeltzer & Bare, 2002). Intervensi mandiri seorang Perawat dalam management nyeri sangat dibutuhkan untuk memenuhi fungsi keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Dalam perkembangannya banyak sekali kajian-kajian mengenai metode penataleksanaan nyeri non-farmakologi yang dikembangkan oleh bidang kajian Ilmu keperawatan dan kedokteran antara lain Hypnotherapy dan Aromatherapy.Hypnosis sangat efektif dalam manajemen sensasi sakit bahkan pasien bisa menjalani proses pembedahan tanpa merasa nyeri (Elliotson, 1873). Aplikasi hypnosis pada dunia medis utamanya terletak pada dua area, yaitu hypno-analgesia (hypnosis untuk mengurangi Sensitivitas terhadap sensasi nyeri) dan hypno-anaesthesia (hypnosis untuk mengurangi Sensitivitas terhadap semua sensasi). Pada kedua aspek tersebut, hal terpenting adalah kemampuan klien dalam memfokuskan perhatian. Riset berkenaan dengan mekanisme psikologis dan fisiologi mendukung gagasan mengenai penggunaan atensi untuk memberikan kendali pikiran atas tubuh. Hal ini berarti pula melibatkan klien pada proses kesembuhannya dengan memberikan kendali pada kesehatannya sendiri (Budiman, 2013).Aromatherapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dengan menggunakan minyak esensial dari aroma harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup, Molekul linalool dan linalyl acetate yang terdapat dalam lavender oil berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam otak dan membantu untuk merasa rileks (Sharma, 2009). Aromatherapy adalah pendekatan nyeri non-farmaologi yang merupakan modifikasi dari tehnik relaksasi nafas dalam yang selama ini merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan (Meji, 2014). Dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002) . Profesi perawat dituntut memberikan pelayanan terbaik pada klien hal ini lah yang mendorong perawat menerapkan metode yang menetapkan suatu intervensi dengan mengacu pada penelitian terbaik (evidance based nursing). dalam hal ini adalah managemen nyeri. Tujuan evidance based nursing (EBN) adalah memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian Asuhan terhadap Klien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian Asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani, 2001; Bajnok, 2002).Intervensi adalah fungsi independen Perawat yang tidak tergantung pada petugas medis lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusannya sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Hidayat, 2004).B. Rumusan MasalahTujuan EBN memberikan data pada perawat praktisi berdasarkan bukti ilmiah agar dapat memberikan perawatan secara efektif dengan menggunakan hasil penelitian yang terbaik, menyelesaikan masalah yang ada di tempat pemberian pelayanan terhadap Klien, mencapai kesempurnaan dalam pemberian asuhan keperawatan dan jaminan standar kualitas dan untuk memicu adanya inovasi (Grinspun, Virani, 2001; & Bajnok, 2002). Hipnotherapi dan Aromatherapi adalah metode penataleksanaan nyeri non-farmakologi yang terbukti efektif dalam mengatasi nyeri pasca-operasi. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk munguji pengaruh Hypnotherapi dikombinasikan dengan aromatherapi terhadap penurunan Intensitas Nyeri. C. Tujuan penelitian1. Tujuan UmumPenelitian ini bertujuan menguji pengaruh Hypnotherapi dikombinasikan dengan aromatherapi lavender terhadap intensitas nyeri pada klien pasca bedah Laparatomi di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2015.2. Tujuan khususa. Mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum Hipnotherapi dan Aromatherapi lavender terhadap intensitas nyeri pada klien pasca bedah Laparatomi di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2015.b. Mengidentifikasi intensitas nyeri pasca bedah pada klien setelah Hipnotherapi dan Aromatherapi lavender terhadap intensitas nyeri pada klien pasca bedah Laparatomi di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2015.c. Mengidentifikasi pengaruh Hipnotherapi dan Aromatherapi lavender terhadap intensitas nyeri pada klien pasca bedah Laparatomi di RS.Muhammadiyah Palembang tahun 2015.D. Ruang lingkup penelitianPenelitian ini termasuk dalam lingkup keperawatan medikal bedah yang difokuskan untuk munguji pengaruh Hypnotherapi dikombinasikan dengan aromatherapi terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pascabedah. Sumber data atau responden dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami nyeri pascabedah di Ruang Bedah dan Maternitas RS.Muhammadiyah Palembang tahun 2015. E. Manfaat Penelitian1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan TeknologiPenelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi tenaga keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan pengembangan karir perawat yang lebih profesional, berhasil guna dan berdaya guna.2. Bagi Rumah sakitHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan serta acuan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat, khususnya tindakan keperawatan dalam mengurangi rasa nyeri pada pasien pascabedah. 3. Bagi PenelitiHasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Di samping itu, dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan menambah referensi Hypnoanesthesi dan Aromatherapi .

F. Penelitian TerkaitSampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian yang membandingkan efektivitas hipnosis dan aromatherapi lavender. Namun penelitian tentang pengaruh keduanya terhadap nyeri sangat signifikan.Berikut beberapa refrensi yang di dapatkan peneliti:Tabel 1.1 penelitian terkaitNoJudul penelitianSampleAnalisisHasilPerbedaanPersamaan

1Untuk membandingkan nyeri yang dialami pasien saat dilakukan tindakan percuntaneus transcatheter dan perifer intra vena kateter dengan menggunakan hypnosis dan tanpa hypnosis Oleh :

Lang EV, Benotsch EG, Fick LJ, et al.Sampel di dalam penelitian ini adalah 241 pasien tindakan percutaneus trancatheter dengan kelompok intervensi 182 responden, kelompok intervensi 2 dengan 80 responden dan kelompok kontrol 79 responden.

Pada kelompok intervensi 1 hanya membutuhkan 0,8 unit obat anestesi dan pada kelompok intervensi 2 membutuhkan 0,9 unit anestesi dan pada kelompok kontrol membutuhkan 1,9 unit anestesi dengan nila p